Rasanya sekarang waktu yang sangat tepat untuk bercerita tentang Halloween-ku (well, kami) di bulan Oktober 2023 lalu. Aku sangat suka dengan Halloween (---eh, barusan aku sudah bilang ya, hehe), perpaduan hujan, film-film seram lama yang diputar di TV, dan rumah hantu-rumah hantu dadakan yang bermunculan membawaku ke perasaan nostalgic. Entahlah, somehow mengingatkanku dengan masa kecil yang hangat meskipun sebenarnya di Indonesia Halloween bukan "hal yang besar". Dulu aku selalu menghabiskan Halloween dengan memakai kostum buatan Ibu dan menonton film seram dengan Bapak hingga larut. Setelah dewasa rupanya aku menikahi seorang Halloween enthusiast! Yup, Shane juga sangat menyukai Halloween, ---jujur saja ia satu-satunya orang yang menyamai energiku :D Setiap tahun, jauh-jauh hari, bahkan sejauh satu malam setelah Halloween selesai saja kami langsung membicarakan rencana tahun depan. Tahun kemarin Halloween kami bertema "Hocus Pocus" yang tentu saja sudah kami bicarakan sejak tahun 2022! :D
Aku punya banyak film favorit yang bertema Halloween, salah satunya "Hocus Pocus" yang entah sudah berapa kali kutonton ulang. Ali, adikku (yang sebenarnya dalam silsilah keluarga adalah keponakanku) sedang dalam fase terobsesi dengan film yang sama. Ia selalu amazed setiap melihat Max, salah satu tokoh utama di film. "Max itu keren sekali, sepatunya bagus," begitu katanya. Dari sanalah ide tema Halloween tahun lalu muncul. Aku memutuskan untuk memberi Ali sedikit kejutan dengan mewujudkan impiannya menjadi "Max Kecil". Shane setuju, ia pun lalu menyebut nama "Billy" ketika aku bertanya tokoh “Hocus Pocus” mana yang akan ia pakai kostumnya. Jawabannya membuatku tertawa, Billy adalah zombie bertubuh kurus yang menurut Shane mirip dengannya tanpa harus memakai kostum, hahaha. Selera humor Shane kadang terlalu "liar", sampai penampilan fisik sendiri pun dijadikan candaan :D
Sementara aku, awalnya ingin memakai kostum Mary, salah satu penyihir dari Sanderson Sisters. Tapi setelah dipikir aku memutuskan untuk menjadi Dani saja, adik dari Max. Rasanya jadi lebih pas karena jika aku menjadi Mary harus ada yang menjadi Winny dan Sarah alias "sisters yang lain", ---yang mana nggak mungkin karena Shane dan Ali kan laki-laki :D Seperti yang sudah-sudah untuk kostum sebisa mungkin kami memanfaatkan apa yang sudah ada. Dan kalaupun harus membeli yang baru jangan sampai nantinya hanya jadi terlupakan di tumpukan lemari :') Untuk menjadi Dani aku memakai dress hitam buatan Ibu yang outernya kulepas digantikan dengan cape merah yang kubeli di marketplace. Karena di film cape merah Dani bermotif matahari, jadi aku menempel beberapa gambar matahari dengan menggunakan double tape! Hihihi, supaya bisa dilepas kembali dan nantinya ditempel di tempat lain :) Aku juga menambahkan topi penyihir dan ember permen yang sudah kumiliki sejak tahun 2021 untuk melengkapi kostumku. Di film diceritakan kalau Dani memakai kostum penyihir untuk Halloween, btw. ---Hasilnya? Aku puas dengan usaha mix and match-ku ;)
Ali sepertinya memang ditakdirkan untuk menjadi Max. Setelah ia tahu aku membelikannya kaus tie dye, ia langsung video call untuk memberitahu kalau ia sudah siap "melengkapi" kostum dariku. Di film Max memakai dua outfit, kaus tie dye di adegan-adegan awal dan jaket tebal saat ia melakukan trick or treat bersama Dani. Aku merasa outfit yang pertama lebih cocok untuk Ali, lagipula kaus rasanya akan lebih "bisa dipakai" di iklim Bandung yang kadang saat hujan pun terasa lembap. Aku sempat khawatir karena nggak bisa menemukan warna kaus tie dye yang tepat, tapi ternyata Ali dengan pandai memadukan kausnya dengan kaus hitam berlengan panjang dan sepatu keds yang ia miliki! Yup, seperti yang kubilang barusan, Ali sepertinya ditakdirkan menjadi Max :) Dengan budget yang minim ia berhasil "menangkap" style ala Max dengan cerdas.
Lalu bagaimana dengan rencana Shane yang ingin menjadi Billy? Beberapa hari saja sebelum Halloween kami sepakat untuk membatalkannya karena mendadak dapat ide yang dirasa lebih bagus :D Ada tokoh di "Hocus Pocus" bernama Jay yang kemunculannya selalu membuat kami tertawa meskipun sebenarnya ia pemeran pendukung. ---Jay adalah seorang pembully alias preman kampung! Hahaha. Jika Shane menjadi Jay tentu saja akan lebih cocok dibandingkan menjadi Billy, karena di film ia diceritakan selalu mengganggu Max dan Dani. Kostumnya pun sangat gampang, Shane nggak perlu didandani macam-macam karena dari segi postur tubuh dan rambut sudah mirip (bisa-bisanya ia pikir lebih mirip dengan Billy, lol). Dengan memakai jaket kulit imitasi dan kalung tengkorak yang harganya beberapa ribu saja, Shane sudah bisa menjadi Jay versi yang nggak tengil-tengil amat kalau dibandingkan dengan aslinya :p
In case kalian belum pernah menonton "Hocus Pocus", beginilah penampilan Jay, Dani dan Max yang asli :D |
Selain kostum dan vibesnya, yang membuatku excited dengan Halloween tentu saja dekorasinya. Nggak banyak yang berubah, aku dan Shane hanya memakai dekorasi yang sudah ada bahkan dari sebelum kami menikah. Beberapa ada juga yang dari project DIY isengku, kondisinya masih bagus karena hanya dipakai setahun sekali :D Yang berbeda hanya karena ini kali pertama kami ber-Halloween di rumah tapak (sebelumnya kami tinggal di apartemen) jadi dekorasinya bisa sampai di luar rumah juga! :') Akhirnya kami kesampaian memajang labu-labu palsu di halaman rumah dan perapian halaman belakang. Kami juga menghiasi jendela yang menghadap ke jalan dengan stiker-stiker seram supaya orang yang lalu-lalang ikut bisa merasakan vibes musim seram, hihi. Sebenarnya rumah kami belum 100% selesai, bagian belakangnya masih berantakan. Tapi nggak apa, malah cocok dengan dekorasi Halloween kan :D
Dekorasi tampak depan rumah kami yang sederhana. |
Perapian di halaman belakang masih berantakan tapi tetap kami beri dekorasi Halloween :) |
Salah satu project DIY yang kubuat waktu masih tinggal di rumah orangtua. |
Halloween tiba, aku dan Shane siap dengan kostum kami. ---Begitu juga Kitty dengan kostum Mike Wazowski-nya yang dibeli secara dadakan. Sebenarnya Kitty nggak perlu memakai kostum karena di film "Hocus Pocus" ada tokoh kucing bernama Thackery Binx. Tapi aku nggak mau kucing kesayangan kami ini merasa ditinggalkan, jadi kuputuskan untuk membelikannya kostum juga :) Meski berasal dari dua judul film yang berbeda tapi Mike sama-sama dari film yang diproduksi Disney, "Monster Inc". Dan kalau dipikir-pikir ceritanya nggak jauh sama "Hocus Pocus" ya, tentang menakuti anak-anak. Cuma bedanya Mike mengambil suara bukan nyawa mereka (---lho kok seram ya kalau dibayangkan, hiii...). Sambil menunggu Ali datang Shane mengambil videoku untuk cover lagu "Come Little Children" yang sudah kurekam semalam sebelumnya. Lagu ini aslinya dinyanyikan Sarah di film untuk menghipnotis anak-anak supaya mereka menghampiri Sanderson Sisters. Karena Ali sangat suka dengan Sarah (ya, selain dengan Max tentu saja), jadi beberapa minggu sebelum Halloween aku merekam Ali yang sedang beracting untuk kemudian digabungkan dengan videoku.
Kitty dengan kostum Mike Wazowski-nya yang kedodoran :D |
Waktu Ali datang aku dan Shane langsung amaze dengan penampilannya. Wow, ia benar-benar seperti Max! :D Ali diantar oleh Ibu dan Bapak, dan Ibu bilang Ali sangat serius sekali dengan kostumnya. Nggak cuma penampilan luarnya, Ali juga pandai sekali meniru gaya Max yang cool. Kami sampai tertawa dibuatnya :) Karena langit sudah mulai gelap tanda hujan akan datang, Bapak meminta kami untuk mengambil foto sebelum melakukan hal lain. Seperti biasa, untuk kenang-kenangan. Hanya Ali yang memakai sepatu, sementara aku dan Shane betah dengan kaus kaki dan sandal kami karena udara terasa dingin. Nggak banyak foto yang diambil karena angin bertiup semakin kencang dan rintik hujan mulai turun. Tapi nggak mengapa karena foto-foto yang sedikit ini sudah cukup menangkap keseruan Halloween kami, yang nantinya akan mengundang senyum ketika kami melihatnya di masa depan ;)
Bagaimana, apa kami sudah cukup mirip dengan Jay, Dani dan Max? :D |
Dani dan Max. Di film mereka diceritakan sebagai kakak-adik yang sering berselisih, lho. |
Ali dengan gaya ala Max-nya :D |
Temanku bilang Shane nggak diapa-apain juga mirip Jay, ahahahaha xD |
Perbandingan kami dengan tokoh-tokoh asli di film “Hocus Pocus”. Kami berusaha untuk memakai apa yang sudah ada di rumah :D |
Ibu membawakan kami mi goreng dan capcay untuk makan siang, juga sebuah labu untuk diukir. Jadi segera setelah kami masuk ke rumah, hal pertama yang dilakukan adalah makan! Hanya aku, Shane dan Ali saja tepatnya, karena Ibu dan Bapak ingin duduk-duduk di garasi sambil menikmati hujan. Ibu membeli makanan untuk kami dari restoran Chinese Food langganan yang rasanya selalu kami sukai (langganan sejak aku kecil, lho). Mereka punya pilihan vegetarian dan vegan, tapi somehow salah membuat pesanan mi goreng ibuku. Yang seharusnya vegan jadi vegetarian karena bertabur telur orak-arik, huhu :') Aku dan Shane tetap berusaha memakannya dengan cara memilah mi-nya saja karena buang-buang makanan itu sangat BIG NO untuk kami. Tapi lama-lama menyerah juga... Syukurlah Bapak mau menghabiskannya karena Ali mendadak ikut-ikutan vegan dan menolak untuk menghabiskan mi gorengnya :D
Selesai makan hujan turun semakin lebat. Kami putuskan menjadi waktu yang tepat untuk mengukir labu yang Ibu bawa. Labunya berukuran mungil dan terlihat cute. Kata Ibu beliau pilihkan yang paling bagus dari sekian banyak labu di supermarket. ---Iya, kami selalu beli labu dari supermarket untuk Halloween, tepatnya dari Superindo karena di kota Bandung nggak ada pumpkin patch xD Aku dan Ali mencari inspirasi desain pumpkin carving dari internet sementara Shane sudah siap dengan pisau dan sendoknya. Setelah mendapat desain yang paling kami sukai, Shane mulai menggambar pola desainnya dengan menggunakan spidol di permukaan labu. Aku dan Ali mengamati Shane dengan seksama, nggak berani untuk menyentuh pisau mengingat cerobohnya aku dan Ali yang masih terlalu muda. Nggak membutuhkan waktu lama Shane selesai mengukir labu dan melengkapinya dengan lilin elektrik. Bagus sekali, "mata" labunya seperti menyala dan berekspresi. Aku dan Ali pun bertepuk tangan karena kagum. Kami meletakkan labunya di atas pemutar piringan hitam dan akan dikeluarkan keesokan harinya saat hujan sudah reda.
Proses pumpkin carving. ---Kok kebetulan mirip dengan kaus Shane ya? :D |
Hasilnya seperti ini. Seram atau imut, nih? |
Aktivitas selain mengukir labu yang selalu dilakukan setiap tahun tapi nggak pernah bosan tentu saja memanggang cake "kuburan". Aku sudah melakukannya sebelum ada Ali dan dilanjutkan sampai sekarang. Dulu aku menyebutnya mud cake atau kue lumpur, tapi semenjak ada Ali berganti nama menjadi "kuburan" karena ia selalu menambahkan hiasan batu nisan yang terbuat dari sepotong biskuit :D Sayangnya ketika aku akan menyiapkan bahan-bahan membuat cake, Ibu mengingatkan kalau di pagi hari Ali harus bersekolah :') Ali kecewa, tentu saja. (---Well, aku dan Shane juga begitu). Tapi terobati setelah aku memberinya bahan-bahan membuat cake agar ia bisa melakukannya sendiri (dengan diawasi Bapak) sebelum tidur. Nggak lupa aku menuliskan step by step-nya agar mudah diikuti Ali. Ibu, Bapak dan Ali pun berpamitan untuk pulang, meninggalkan aku dan Shane yang segera memanggang cake kami. Bagaimana dengan Kitty? Oh, ia bergelung di tempat tidurnya dan terlindung dari udara dingin karena masih memakai kostumnya ;)
Cake kuburan buatan aku dan Shane. Ukurannya kecil karena bahannya dibagi dua dengan Ali. |
Cake buatan Ali yang bikin bangga! :') |
Aku dan Shane menghabiskan sisa hari dengan berkumpul di ruang TV. Shane sudah terkantuk-kantuk sementara aku mencari film seram seru yang bisa kutonton sebagai pengantar tidur. Sebelum aku menemukan tontonan yang kuinginkan HP ku bergetar, ---ada pesan dari Ibu. Isinya membuatku tersenyum dan sedikit terharu. Beliau mengirimkan gambar cake buatan Ali yang berbentuk abstrak :') Katanya Ali bersemangat sekali dan ia bangga dengan cake buatannya. Saking bangganya ia nggak menghabiskannya dan akan membawa sisanya ke sekolah! Aku harap Halloween berikutnya aku bisa kembali memanggang cake bersama Ali, tapi melihatnya bisa melakukan sendiri membuatku merasa bangga :') Akhirnya aku menemukan film yang akan kutonton, judulnya "The Devil on Trial" di Netflix. Lampu ruang TV kugelapkan dan Shane sudah setengah tidur di atas matras lantainya. Meski film dokumenter yang kuntonton bergenre horor tapi suasana malam terasa damai. Sungguh Halloween yang menyenangkan dan membuat hatiku hangat :)
Udara dingin membuat Kitty cepat mengantuk, hihi. |
Sehari setelah Halloween aku membuat pizza sayur dan tahu berbentuk pumpkin :) |
Well... begitulah cerita Halloween kami. Aku begitu terlarut saat menulis cerita ini sampai-sampai hampir lupa kalau sekarang masih bulan Juni. ---Kalau saja aku nggak melihat pojok bawah monitorku yang menunjukkan bulan apa sekarang :D Makananku sudah datang (jamur dan kale, yum). Setelah menutup laptop aku akan makan sambil menonton video-video Halloween lamaku (thanks to Bapak yang selalu rajin mengabadikan moment). Setelah itu tentu aku akan menyusul Shane dan Kitty yang sudah tertidur nyenyak. ---Apakah mereka sedang bermimpi tentang Halloween? Ah, siapa yang tahu! :p
boo,
Indi
Catatan: Senang sekali bisa kembali menulis di sini. Sejak bulan April kesehatanku menurun. Hasil tes darahku baik, nggak ada yang perlu dikhawatirkan tapi dokter masih ingin melakukan beberapa tes lagi untuk tahu sumber rasa sakitku. Aku berencana untuk berkonsultasi dengan dokter lain karena merasa dokter yang sebelumnya kurang "mendengarkan". Tapi kabar baiknya aku sudah bisa lebih mengontrol rasa sakitku dengan yoga. So, aku sudah bisa sering-sering di sini dan berkunjung ke blog kalian. See you soon! ;)
Oya, Halloween juga membawa rezeki untuk Kitty. Aku mendaftarkannya ke kontes kostum Halloween yang diselenggarakan oleh Monsabel Pet Clinic dan ia menjadi salah satu pemenangnya! <3
Keywords: Pengalaman merayakan Halloween di Indonesia, kostum Halloween, tema Halloween Hocus Pocus.
----------------------------------------------------------------
Instagram: @indisugarmika | Youtube: Indi Sugar Taufik | Novelku, Waktu Aku sama Mika: di sini (Shira Media) dan di sini (Gramedia)