Setelah menceritakan perjalanan ke Semarang bagian pertama dan kedua, sekarang gue akan menceritakan bagian yang ketiga, alias yang terakhir. Hihihi, sedih juga rasanya harus meninggalkan Semarang, karena meski sebentar tapi semuanya sangat berkesan :)
Jadi setelah gue mengisi acara "The Long Journey" di E Plaza, teman-teman dari AIESEC menjemput gue ke hotel. Agak kaget juga karena masih terlalu dini, sementara kereta api gue baru berangkat nanti malam. Rupanya mereka mau mengajak gue dan Bapak untuk jalan-jalan dulu. Untung saja kami sudah selesai packing, jadi tanpa membuat mereka menunggu kami sudah siap untuk melihat-lihat kota Semarang ;)
Sepertinya hampir seluruh kru ikut mendampingi kami karena gue lihat jumlah mereka cukup banyak, sampai-sampai harus menggunakan 2 mobil, hehehe. Gue dan Bapak satu mobil dengan Putri dan Dinda, mereka bilang tujuan pertama adalah ke toko oleh-oleh. Gue senang sekali karena tadinya sama sekali nggak terpikir untuk ke sana, gue cuma terpikir akan belanja oleh-oleh di stasiun karena belum mengenal jalan di kota semarang :D
Kami ke toko oleh-oleh berkonsep all in yang sayangnya gue lupa apa namanya, hehehe. Nih, gue post fotonya, siapa tahu ada teman-teman yang mengenalinya :p
Saking banyaknya pilihan gue sampai bingung mau pilih apa saja, apalagi tokonya juga lumayan ramai jadi nggak bisa berlama-lama nempel ke etalase (kecuali kalau mau diusir, lol). Untung saja Dinda membantu memilihkan oleh-oleh, jadi setelah bingung sejenak akhirnya gue memilih wingko, lunpia dan ikan bandeng. Dan ternyata ini semua ternyata hadiah dari teman-teman AIESEC UNDIP, lho. Sudah dibantu, dapat oleh-oleh untuk dibawa ke Bandung lagi! Yay! Thanks ya, guys :)
Setelah itu gue dan Bapak dibawa ke Lawang Sewu. Kalau namanya sih sudah sering dengar dari teman-teman yang sering nonton acara-acara horor di TV, tapi melihat bangunannya belum pernah sama sekali. Meskipun (katanya) di sana seram, tapi kami malah hampir nggak bisa berhenti tertawa, karena adaaaa saja kejadian yang lucu. Teman-teman dari AIESEC UNDIP yang memakai seragam kaos merah sering kali saling melontar ejekan, misalnya dengan menyebut bahwa dengan seragam itu mereka tampak seperti rombongan anak-anak pesantren. Atau mereka malah berpura-pura menjadi bodygurad gue dengan memberi jalan jika ada yang menghalangi, hahaha. Ada-ada saja :D
Berhubung waktu gue dan Bapak nggak banyak, jadi kami meminta guide untuk menjelaskan tentang titik-titik yang utama saja di bangunan Lawang Sewu. Ternyata bangunan ini dulu adalah kantor Nederlands-Indische Spoorweg, yang setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (PT. Kereta Api Indonesia). Kami langsung melewati beberapa ruangan tanpa berfoto sambil mendengarkan penjelasan guide. Meskipun gelap karena tanpa lampu tapi nggak seram, kok. Mungkin juga karena malam ini cuacanya panas sekali.
Lalu kami berhenti di ruangan yang desainnya mirip dengan gerbong kereta api. Pintu-pintunya dibuat sejajar sampai entah ada berapa. Kalau dilihat dari ujung kesannya trippy sekali, hehehe. Gue suka sekali dengan desainnya yang unik dan meminta Bapak untuk mengambil foto gue di sana. Bapak mengambil foto berkali-kali dan gue bergaya meskipun sebenarnya nggak bisa melihat dengan jelas karena gelap :p Teman-teman yang lain nggak ada yang ikut berfoto di sini, waktu gue ajak mereka malah menawari untuk mengambil foto. Aneh juga, tapi mungkin mereka sudah sering ke sini sebelumnya.
Waktu kami menuju ruangan lain, perasaan gue jadi aneh. Kok rasanya teman-teman AIESEC UNDIP berjalan agak menjauh dari gue. Karena penasaran langsung saja gue tanyakan, tapi nggak ada yang menjawab. Baru setelah agak jauh dari ruangan yang tadi, Lana, salah seorang yang memegang kamera bertanya apakah gue pernah punya pengalaman supranatural. Meski bingung gue langsung mengangkat bahu dan menjawab, "nggak". Pertanyaan tadi rupanya membuat Dinda khawatir gue ketakutan dan langsung berbisik pada Lana, "Kamu gimana, sih, seharusnya nanti saja bilangnya."
Waaaah, meski gue bukan orang yang penakut dengan hal-hal seperti itu, tapi gue itu selalu penasaran tingkat tinggi (ssst, tapi gue malah takut sama film horror yang hantunya suka loncat di depan kamera, hehehe). Jadi gue terus-terusan mendesak Lana supaya cerita apa yang dia lihat. Sayangnya dia terus tutup mulut :(
Kami ke lantai paling atas yang kata guide nya dulu dipakai untuk menyejukan ruangan di bawahnya, makanya langit-langitnya dibuat tinggi. Ada insiden kecil waktu gue naik tangga, pegangannya lepas karena gue terlalu kuat memegangnya. Akibatnya, waktu mau turun gue kebingungan sendiri dan merepotkan banyak orang untuk memegang tangan gue dan memberikan penerangan dengan cahaya handphone, hehehe. Maaf ya :'p
Ruangan ini jadi yang terakhir karena kami skip ruang bawah tanah yang pernah masuk di acara Uji Nyali itu. Selain waktu semakin menipis, di sana udaranya ternyata sangat pengap. Nggak tahan deh sepertinya kalau gue sampai masuk, di pintunya saja gue sudah keringetan dan heboh kipas-kipas, hehehe. Kami lalu langsung keluar ruangan dan mencari beberapa spot untuk difoto sebelum gue diantar ke stasiun.
Sambil mencari lokasi yang bagus, gue yang (makin) penasaran bertanya lagi pada Lana tentang apa yang dia lihat. Mungkin karena gue sambil ngotot dan melotot (lol), pertanyaan gue akhirnya dijawab juga. Ternyata sejak di ruang yang mirip gerbong itu gue diikuti oleh sesuatu, yang sampai sekarang masih betah 'berjalan' di belakang gue. Mendengar penjelasannya refleks gue langsung nengok ke arah belakang, tapi nggak menemukan apa-apa. Tadinya gue pikir ini lelucon, tapi melihat wajahnya yang serius gue jadi percaya. Apalagi ditambah Dinda juga merasakan, dan katanya di sini memang sering ada yang 'ngikutin'.
Bersiap ke stasiun dengan wajah (dan seluruh tubuh) keringetan :p |
Gue sih nggak takut, toh nggak melihat apa-apa. Tapi khawatir juga, bagaimana kalau 'yang mengikuti' gue ini pengen ikut sampai ke Bandung, hehehe. Syukurlah waktu kami sampai ke halaman Lawang Sewu dan berfoto di kereta api, katanya gue sudah bebas medeka alias no more stalker :p Hehehe, thank God :)
Dan setelah berfoto kami langsung buru-buru menuju stasiun. Kereta satu-satunya yang menuju Bandung akan berangkat 30 menit lagi! Wah, keringet gue semakin bertambah deh karena deg-degan. Apalagi lalu lintas juga sedang kurang bersahabat, huhuhu.
Tapi memang selama di Semarang ini penuh miracle. Keberangkatan kereta api ternyata ditunda selama 30 menit, jadi gue dan Bapak nggak tertinggal kereta. Bayangkan kalau sampai tertinggal, kami harus menunggu sampai besok malam :O
Gue berpamitan dengan teman-teman AIESEC UNDIP, nggak lupa mengucapkan banyak terima kasih karena telah membuat pengalaman bekerja gue jadi plus jalan-jalan :)
Berpamitan dengan teman-teman AIESEC UNDIP. Haha, silly face :p |
Gue dan Bapak langsung duduk di bangku kereta api dengan nyaman setelah gue menyempatkan diri dulu untuk cuci muka di toilet stasiun (ini butuh keahlian khusus, lho, lol). Badan gue terasa sangat lelah tapi juga senang karena sudah mengalami hari-hari yang menyenangkan selama di Semarang. Perjalanan pulang nggak seperti perjalanan ketika pergi, sama sekali tanpa delay dan cuaca sangat bagus. Gue terlelap di tengah film Mr. Bean Holiday yang diputar ulang sampai-sampai terbawa mimpi.
Ketika membuka mata gue sudah sampai di Bandung dan merasa sangat segar karena mendapat tidur yang cukup.
Ah, benar-benar perjalanan yang menyenangkan. Kapan-kapan gue mau ke Semarang lagi. Kalau kali ini untuk bekerja, mungkin nanti untuk liburan, hihihi. Siapa yang tahu? ;)
Sudah cuci muka dan nyaman duduk di kereta api :) |
twin sister of carol anne,
Indi
_______________________________________________________