Halo aku Indi!
Hehehe, pernah ada yang penasaran nggak sih kenapa aku sering banget "mengenalkan diri" sebelum menulis sesuatu? Sebenernya sih alasannya sederhana aja. Ini kebiasaan sejak kecil karena di sekolah dulu aku bukan tipe anak yang dikenal. Dengan kata lain, "I'm no body".
Sejauh yang aku ketahui, nggak ada seorang anakpun yang ingin sepertiku. Aku tipe anak clumsy dan rada dorky. Setiap hari diantar jemput dan kalau jam istirahat duduk manis di kelas, bawa bekal makanan dan novel tebal (aku satu-satunya anak yang baca novel Harry Potter di SMP, hahaha). Banyak orang yang keliru panggil namaku. Harusnya "Indi", tapi malah jadi "Indri".
Jadi, suatu hari, waktu aku temuin ada orang-orang yang ingin sepertiku... Aku terkejut!
Sejauh yang aku ketahui, nggak ada seorang anakpun yang ingin sepertiku. Aku tipe anak clumsy dan rada dorky. Setiap hari diantar jemput dan kalau jam istirahat duduk manis di kelas, bawa bekal makanan dan novel tebal (aku satu-satunya anak yang baca novel Harry Potter di SMP, hahaha). Banyak orang yang keliru panggil namaku. Harusnya "Indi", tapi malah jadi "Indri".
Jadi, suatu hari, waktu aku temuin ada orang-orang yang ingin sepertiku... Aku terkejut!
***
Waktu itu aku masih di tahun awal kuliah dan baru 1 tahun belajar jadi blogger. Aku punya 2 buah blog. Yang pertama "Dunia Indian Kecil" dan yang kedua "Dari Mika di Surga". Jangan bayangin blogku itu berisi kata-kata cerdas nan bermanfaat. Kedua blogku isinya cuma curahan hati pribadi yang sederhana dan apa adanya. Khusus di blog kedua, aku bercerita tentang Mika, pacarku semasa SMA yang meninggal dunia karena AIDS.
Aku senang menulis tentang Mika. Karena buatku dia lebih dari sekedar pacar, tapi juga pahlawan. Banyak pelajaran yang aku dapat dari dia. Terutama tentang "cinta tanpa syarat". Sederhana dan bikin aku berbesar hati sebagai seseorang yang "bukan siapa-siapa".
Tapi sayangnya surat-surat pribadiku untuk Mika yang dipublish di blog mulai diambil orang. Yang pertama, tanpa sengaja aku baca sebuah puisi dengan judul yang sama seperti postinganku. Karena nggak mau berburuk sangka, (I'm nobody remember? Nggak mungkin ada orang yang mau sepertiku) aku putusin buat baca puisinya secara utuh. Lalu, ah.. air mataku segera meleleh. Puisi itu sama persis seperti yang aku tulis. Setiap kata, setiap rima yang dipakai. Bedanya cuma nama "Mika" diganti menjadi "kamu".
Ya, aku sadar, aku cuma pemula yang karyanya masih biasa-biasa aja. Tapi aku menangis karena jerih payahku membuat puisi spesial untuk almarhum tersayang malah dipakai sama orang yang belum tentu merasakan apa yang aku rasain. Begitu tega. Begitu mudah dia mengcopy lalu paste sesuatu tanpa melalui proses berpikir...
Aku kebingungan dan nggak tau harus melapor kemana. Teman-teman bloggerku yang prihatin malah memaki-maki di blog sang plagiator. Aku kurang suka dengan cara itu, karena semarah apapun, aku nggak setuju untuk menggunakan kata-kata kasar yang malah menunjukan betapa "liar" dan "tidak tahu sopan-santunnya" seseorang.
Akhirnya, seorang teman--blogger senior-- memberikan no HP admin blog tersebut. Di hari yang sama aku langung SMS dan menceritakan semuanya. Butuh waktu berminggu-minggu sampai postingan itu menghilang dari blog si plagiat...
Ternyata kejadian itu bukan untuk terakhir kalinya. Di akhir taun 2008 aku dapat kabar gembira dari sebuah penerbit. Mereka berminat untuk menerbitkan novel pertamaku yang diberi judul "Waktu aku Sama Mika". Ya, itu adalah novel yang aku dedikasikan untuk Mika. Sangat spesial dan aku tulis dengan sepenuh hati.Aku senang menulis tentang Mika. Karena buatku dia lebih dari sekedar pacar, tapi juga pahlawan. Banyak pelajaran yang aku dapat dari dia. Terutama tentang "cinta tanpa syarat". Sederhana dan bikin aku berbesar hati sebagai seseorang yang "bukan siapa-siapa".
Tapi sayangnya surat-surat pribadiku untuk Mika yang dipublish di blog mulai diambil orang. Yang pertama, tanpa sengaja aku baca sebuah puisi dengan judul yang sama seperti postinganku. Karena nggak mau berburuk sangka, (I'm nobody remember? Nggak mungkin ada orang yang mau sepertiku) aku putusin buat baca puisinya secara utuh. Lalu, ah.. air mataku segera meleleh. Puisi itu sama persis seperti yang aku tulis. Setiap kata, setiap rima yang dipakai. Bedanya cuma nama "Mika" diganti menjadi "kamu".
Ya, aku sadar, aku cuma pemula yang karyanya masih biasa-biasa aja. Tapi aku menangis karena jerih payahku membuat puisi spesial untuk almarhum tersayang malah dipakai sama orang yang belum tentu merasakan apa yang aku rasain. Begitu tega. Begitu mudah dia mengcopy lalu paste sesuatu tanpa melalui proses berpikir...
Aku kebingungan dan nggak tau harus melapor kemana. Teman-teman bloggerku yang prihatin malah memaki-maki di blog sang plagiator. Aku kurang suka dengan cara itu, karena semarah apapun, aku nggak setuju untuk menggunakan kata-kata kasar yang malah menunjukan betapa "liar" dan "tidak tahu sopan-santunnya" seseorang.
Akhirnya, seorang teman--blogger senior-- memberikan no HP admin blog tersebut. Di hari yang sama aku langung SMS dan menceritakan semuanya. Butuh waktu berminggu-minggu sampai postingan itu menghilang dari blog si plagiat...
Aku sangat excited menunggu novel itu terbit. Sampai-sampai setelah mendapat kabar kalau novelku siap terbit, aku langung googling sana-sini untuk cari tau (hihihihi, jadi malu). Dan ternyata memang betul, novelku sudah masuk list "coming soon" di website penerbitnya :)
Tapi semakin dekat ke tanggal terbit (waktu itu Maret 2009), aku menemukan sesuatu yang aneh di blog "seseorang" (he used to be my friend!). Awalnya aku pikir dia bikin tulisan untuk promosi novelku. Tapi ternyata dia pakai tulisan-tulisanku untuk ikut lomba!
Aku kaget, sekaget-kagetnya karena nggak nyangka tulisanku malah dipakai untuk sesuatu yang bersifat komersil. Aku coba untuk sabar dan mengingatkan dia secara halus. Aku bilang, lebih baik pakai karya sendiri karena kalaupun menang atau kalah nantinya, pasti rasanya lebih memuaskan daripada pakai karya orang lain.
Dan... Kalian tau apa balasannya?
"Enak aja nuduh gue plagiat! Gue tuh udah email lo buat minta izin, tapi nggak dibales. Lagian tulisan gitu doang dipermasalahin. Ogah gue minta maaf sama lo!"
Hmm, agak aneh ya jawabannya? Masa sudah jelas meniru tapi nggak mau disebut plagiat? Lagipula meminta izin tapi nggak dapat izin kan artinya memang nggak dapat izin. Itu sangat menyakitiku. Terutama di part "tulisan gitu doang". Karena seburuk-buruknya tulisanku, itu tetap hasil pemikiran otakku. Nggak sepantasnya dia bilang seperti itu. Kalau memang buruk, kenapa dia meniru coba?...
Kasus ini nggak ada ujungnya. Si teman entah kemana dan sampai detik ini dia nggak pernah minta maaf. Tapi setidaknya karya dia batal dilombakan. Oh, ya hanya untuk meluruskan imajinasi kalian. Mungkin kalian membayangkan kalau orang yang meniru karyaku ini masih remaja, ya? Salah! Dia hampir seumur dengan bokapku.
Novelku akhirnya terbit 1 bulan kemudian. Bangga rasanya waktu copy pertamanya dikirim ke rumah. Sampai-sampai aku buka halamannya pelan-pelaaaaan banget. Takut sobek, hihihihi.
Masih ada sedikit kekhawatiran ceritaku dicopy orang lagi. Tapi dengan berbekal kontrak & ISBN, rasanya nggak mungkin masih ada orang yang bakal nekat meniru.
Tapi ternyata aku salah...
Lewat Facebook aku berkenalan dengan anak ini. Ya, anak. Dia masih SMA. Awalnya dia mengaku sebagai pembaca "Waktu aku Sama Mika". Lalu suatu hari, dia meminta izin untuk post kutipan dari novelku ke note'nya. Aku bilang nggak apa-apa asalkan dicantumkan aja sumbernya.
Minggu-minggu berlalu, aku hampir lupa kalau ada anak yang mau post tulisanku. Iseng-iseng ku intip page'nya. Dan... alangkah kagetnya aku karena dia bukan cuma "mengutip" tapi mempost 4 puisi untuh tanpa menyebutkan sumber. Lebih menjengkelkannya lagi, dia ganti nama Mika dengan nama lain yang menurut pengakuannya adalah nama dari mantan pacarnya yang sudah meninggal.
Sebagai manusia biasa, aku bisa berempati. Aku tau gimana rasanya kehilangan. Mungkin aja dia mau bikin sesuatu yang spesial untuk mantannya tapi nggak tau caranya. Tapi ini nggak bisa aku biarin. Anak itu mengaku kalau puisiku adalah karyanya. Jerih payah dia sendiri. Sampai-sampai di wall dan komen note'nya, dia sering sekali bilang, "Iya, itu karya aku. Aku memang suka nulis, tapi baru kali ini dipublish. Terima kasih ya sudah suka tulisan aku,"
What the... Oops, aku harus tetep sabar. Dengan bahasa sehalus mungkin aku kirim pesan sama dia. Isinya sederhana dan pendek, cuma meminta supaya di note ditambahkan nama penulis aslinya.
Tapi saudara-saudara... Tau apa yang aku dapet kemudian?
Dia remove dan block FB ku!
Beberapa teman dan pembaca yang prihatin turut menasehati anak itu. Yang didapat nggak beda jauh denganku. Pesan-pesan mereka dihapus dan mereka diremove. *sigh*
(Dasar anak zaman sekarang, ckckck... Lol)
Kasus ini nggak ada ujungnya. Si teman entah kemana dan sampai detik ini dia nggak pernah minta maaf. Tapi setidaknya karya dia batal dilombakan. Oh, ya hanya untuk meluruskan imajinasi kalian. Mungkin kalian membayangkan kalau orang yang meniru karyaku ini masih remaja, ya? Salah! Dia hampir seumur dengan bokapku.
Novelku akhirnya terbit 1 bulan kemudian. Bangga rasanya waktu copy pertamanya dikirim ke rumah. Sampai-sampai aku buka halamannya pelan-pelaaaaan banget. Takut sobek, hihihihi.
Masih ada sedikit kekhawatiran ceritaku dicopy orang lagi. Tapi dengan berbekal kontrak & ISBN, rasanya nggak mungkin masih ada orang yang bakal nekat meniru.
Tapi ternyata aku salah...
Lewat Facebook aku berkenalan dengan anak ini. Ya, anak. Dia masih SMA. Awalnya dia mengaku sebagai pembaca "Waktu aku Sama Mika". Lalu suatu hari, dia meminta izin untuk post kutipan dari novelku ke note'nya. Aku bilang nggak apa-apa asalkan dicantumkan aja sumbernya.
Minggu-minggu berlalu, aku hampir lupa kalau ada anak yang mau post tulisanku. Iseng-iseng ku intip page'nya. Dan... alangkah kagetnya aku karena dia bukan cuma "mengutip" tapi mempost 4 puisi untuh tanpa menyebutkan sumber. Lebih menjengkelkannya lagi, dia ganti nama Mika dengan nama lain yang menurut pengakuannya adalah nama dari mantan pacarnya yang sudah meninggal.
Sebagai manusia biasa, aku bisa berempati. Aku tau gimana rasanya kehilangan. Mungkin aja dia mau bikin sesuatu yang spesial untuk mantannya tapi nggak tau caranya. Tapi ini nggak bisa aku biarin. Anak itu mengaku kalau puisiku adalah karyanya. Jerih payah dia sendiri. Sampai-sampai di wall dan komen note'nya, dia sering sekali bilang, "Iya, itu karya aku. Aku memang suka nulis, tapi baru kali ini dipublish. Terima kasih ya sudah suka tulisan aku,"
What the... Oops, aku harus tetep sabar. Dengan bahasa sehalus mungkin aku kirim pesan sama dia. Isinya sederhana dan pendek, cuma meminta supaya di note ditambahkan nama penulis aslinya.
Tapi saudara-saudara... Tau apa yang aku dapet kemudian?
Dia remove dan block FB ku!
Beberapa teman dan pembaca yang prihatin turut menasehati anak itu. Yang didapat nggak beda jauh denganku. Pesan-pesan mereka dihapus dan mereka diremove. *sigh*
(Dasar anak zaman sekarang, ckckck... Lol)
Beberapa bulan lalu tulisanku juga dicopy sama seorang mahasiswa dari universitas terkenal berinisial "G". Setelah sebelumnya aku selalu menegur langung penjiplaknya, kali ini aku memutuskan untuk lebih serius (sudah 4 kali, lama-lama bikin kesel juga...). Aku laporkan anak ini ke polisi. Aku nggak peduli ditanggapi dengan serius atau nggak, yang penting aku mencoba.
Ternyata prosesnya cukup sulit dan berbelit-belit. Apalagi polisi sempet salah pengertian dan mengira aku ini siswa SMA yang tugas karangannya dicontek teman sekelas (Oh, come on!). Akhirnya karena nggak ada ujungnya aku langung menghubungi kampus tempat mahasiswa itu kuliah. Dua hari, akhirnya aku dapat tanggapan. Pihak kampus memohon maaf dan berjanji akan mencabut nilai untuk mata kuliah tertentu. Ternyata tulisanku dipakai buat tugas kuliahnya. Gosh...
Aku nggak mempermasalahkan lebih lanjut. Aku bilang nggak apa-apa selama nggak diulang lagi. Meskipun, ya... ada tulisan di bawah copy'an mahasiswa itu yang bikin aku agak bete. Katanya, "Jangan dicopy, yaaa... Karena itu namanya plagiat,"
*nah itu tau...*
Ternyata prosesnya cukup sulit dan berbelit-belit. Apalagi polisi sempet salah pengertian dan mengira aku ini siswa SMA yang tugas karangannya dicontek teman sekelas (Oh, come on!). Akhirnya karena nggak ada ujungnya aku langung menghubungi kampus tempat mahasiswa itu kuliah. Dua hari, akhirnya aku dapat tanggapan. Pihak kampus memohon maaf dan berjanji akan mencabut nilai untuk mata kuliah tertentu. Ternyata tulisanku dipakai buat tugas kuliahnya. Gosh...
Aku nggak mempermasalahkan lebih lanjut. Aku bilang nggak apa-apa selama nggak diulang lagi. Meskipun, ya... ada tulisan di bawah copy'an mahasiswa itu yang bikin aku agak bete. Katanya, "Jangan dicopy, yaaa... Karena itu namanya plagiat,"
*nah itu tau...*
Sebetulnya ceritaku nggak habis sampai di sini. Masih ada 1 kasus lagi yang mau aku ceritain. Tapi berhubung anaknya masih 13 tahun, jadi aku tunda dulu "tegurannya". Tapi bukan berarti aku cuek, lho. Aku cuma nunggu saat yang tepat aja. Lagian, dia blogger disini juga, kok. Siapa tau aja dia kebetulan baca tulisanku. Dan seandainya dia baca, aku mau sampaikan ini sama dia,
"De, makasih ya sudah baca novel 'Waktu aku Sama Mika'. Aku lihat blog kamu, sepertinya kamu pandai menulis. Tulisanmu bagus, halus dan bahasanya baik. Saranku, teruslah menulis, siapa tau bisa berguna untuk yang membaca.
Oh, ya makasih juga sudah post tulisanku di blog kamu. Tapi jangan kamu tambah-tambahkan, ya, dear? Mika itu memang ada. Dia pasti sedih kalau tau kamu tulis cerita yang nggak betul kaya gitu..."
Salam,
Indi
Ps: Bloggers yang baik. Aku selalu yakin jadi diri sendiri lebih baik daripada meniru. Meskipun tulisan aku biasa-biasa aja, tapi memang beginilah aku. Dan aku bangga dengan ini. Jadi diri sendiri itu indah. Aku rasa ini cara sederhana untuk memaksimalkan potensi yang diberi oleh Tuhan :)