Howdy do, my bloggie pals! Bagaimana long weekendnya? Semoga menyenangkan dan... nggak ada yang lagi sakit kaya aku, hihihi. Liburanku menyenangkan of course, hanya saja demam dan batuk yang belum kunjung sembuh membuat beberapa aktivitas jadi terbatas. Selama long weekend aku hanya di rumah, atau paling jauh ya ke ujung komplek untuk jalan-jalan sore. Beruntungnya karena sedang suasana Agustusan alias hari kemerdekaan Indonesia sekitar rumah jadi ramai. Aku nggak perlu jauh-jauh deh untuk mencari hiburan, hihihi.
Seperti yang
(mungkin) teman-teman tahu, jalan-jalan sore bersama Eris sudah menjadi rutinitasku setiap hari. Nggak jauh-jauh, sih, paling hanya keliling komplek atau kalau sedang nggak terlalu fit bolak-balik di depan rumah pun jadi. Tujuannya 'sambil menyelam minum air', alias satu kegiatan dengan 2 manfaat. Yang pertama tentu agar Eris, anjing golden retriever mungilku tetap bugar dan nggak merasa bosan. Dan yang kedua sebagai bentuk exercise rutinku sebagai pegidap scoliosis. Menurut anjuran dokter seenggaknya aku harus exercise 20 menit sehari agar ototku menjadi kuat dan nggak kaku. Apalagi aku memakai
SpineCor, berjalan-jalan sore bagus untuk membiasakan tubuhku dengan soft brace yang harus dipakai beberapa jam sehari itu. Meski istilahnya "exercise" tapi aku menikmati sekali rutinitas ini. Malah bisa dibilang salah satu kegiatan yang paling aku tunggu-tunggu sepanjang hari, hehehe. Bayangkan saja, selain membuat badan sehat jalan-jalan juga sekaligus refreshing. Menyenangkan sekali :D
Kalau soal fun part nya jalan-jalan sore, teman-teman yang hobi jogging atau yang rutin dog walking pasti tahu rasanya. Dari mulai kenalan sama orang baru sampai ngobrol random kesana-kemari sudah jadi hal yang biasa. Malah kadang-kadang bukan cuma aku yang dapat teman baru, tapi Eris nya sekalian, ---kalau ada yang kebetulan sedang jalan-jalan dengan anjingnya juga, hehehe. Tapi namanya di tempat umum terkadang nggak cuma hal fun yang bisa terjadi, tapi juga hal-hal yang kurang menyenangkan. Aku tahu ini nggak terjadi di setiap neighborhood, tapi at least dari grup animal lovers yang aku ikuti hal yang kualami ternyata juga terjadi pada sebagian anggotanya dan hewan peliharaannya, ---bukan cuma pada anjing.
Well, di beberapa tempat, ---termasuk di tempat tinggalku anjing itu 'not for eveyone', bahkan untuk anjing semanis Eris sekalipun. Terkadang di waktu sedang berjalan-jalan ada saja anak-anak yang berkomentar nggak enak. Dari mulai yang bawa-bawa ras sampai bawa-bawa agama. Bahkan ada diantara mereka yang melempar batu secara sengaja ke pagar rumah untuk memancing Eris supaya menggonggong. Dalam hatiku kesal, sih. Tapi aku yakin perkataan dan perbuatan semacam itu nggak muncul begitu saja dari mereka. Anak-anak selalu melihat contoh, dan sayangnya role model mereka belum tentu baik. Yang lebih seram, terkadang kalau aku papasan dengan ibu-ibu yang sedang berjalan-jalan dengan anaknya, mereka melontarkan kata-kata yang super ajaib seperti, "Hiiii, awas ada anjing nanti digigit." Atau, "Hiii, awas jangan dekat-dekat," ---dengan nada jijik seolah melihat kotoran. Aku selalu berusaha menjadi pemilik yang baik, jika di luar rumah Eris selalu aku ikat dengan menggunakan leash dan kami selalu berjalan di pinggir. Jadi mustahil bagi Eris untuk sampai berdekatan dengan mereka. Meski ini nggak terjadi setiap hari, tapi tetap saja membuatku sedih karena kadang-kadang kepikiran sampai rumah :(
Aku nggak pernah menilai seseorang dari rasnya, dari warna kulitnya, dari agamanya dan hal-hal semacam itu. Buatku orang yang baik adalah yang kepribadiannya baik, ---dan aku percaya agama/kepercayaan manapun mengajarkan cinta kasih. Saat ada hal yang nggak sesuai dengan apa yang kita percaya kita nggak perlu "memberi label" atau malah berkata hal buruk. Indonesia itu negara yang isinya penuh keragaman dan itu yang membuat kita kaya. Berbeda kepercayaan bukan berarti harus membenci. Justru seharusnya saling menghargai :)
Satu hari sebelum peringatan kemerdekaan aku berjalan-jalan dengan Eris. Waktu itu cuacanya cerah sekali, dan bukan cuma kami saja yang ingin menikmati sore, tapi juga anak-anak yang tinggal di belakang perumahan. Tiba-tiba saja seorang anak laki-laki mendekati kami, dengan gayanya yang supel ia bercerita bahwa di rumahnya ada kucing. Katanya kucingnya makan cat food dan kalau mandi harus di pet shop karena di rumah nggak ada hair dryer. Aku tertawa mendengarnya dan langsung jatuh hati, ---karena anak itu sepertinya ingin membelai Eris. Melihat gelagatnya langsung saja aku tanya, "Kamu mau kenalan sama Eris?" Dengan cepat ia mengangguk dan langsung bersiap meletakan tangannya di kepala Eris. Tapi belum sempat tangannya menyentuh kepala Eris, temannya yang memakai sepeda meneriakkan kata-kata rasis. Sontak aku terkejut dan melihat wajah anak itu. Dalam hati aku ingin marah, tapi sadar bahwa ia hanya anak-anak. Jadi aku putuskan untuk membalasnya dengan senyuman.
Aku berpikir, sampai kapan hal seperti ini akan terjadi? Sampai kapan anak-anak ini nggak menghargai keragaman? Well, kalaupun bagi mereka anjing itu "nggak baik" seenggaknya mereka harus mengenal apa itu "saling menghargai" dan "sopan santun". Don't yell, ---karena itu nggak sopan, ---apalagi kalau sampai melempari dengan batu. Akhirnya aku beranikan diri mengumpulkan mereka di ujung jalan, di tempat yang paling sering dilalui karena dekat dengan kantor Kelurahan. Sengaja aku pilih tempat yang ramai agar anak-anak ini nggak merasa sedang diintimidasi dan agar orangtua atau pejalan kaki yang melihat tahu bahwa aku bermaksud baik dan nggak ada yang ditutup-tutupi.
Awalnya hanya ada 3 anak yang berkumpul, tapi kehadiran Eris rupanya menarik perhatian anak-anak lain hingga akhirnya ada 8 anak yang mengelilingi kami. Aku bertanya pada mereka alasan mengapa sampai membenci anjing. Salah satu dari anak-anak itu menjawab begini, "Soalnya anjing itu galak, suka gigit." Aku pun bertanya balik padanya, apakah ia pernah digigit anjing. Ternyata jawabannya, "Nggak pernah". Dan asumsi galak yang ia dapatkan adalah karena ia pernah melempar anjing dengan batu dan anjing itu balik mengejarnya! Oh, my... :( Waktu aku tanya alasan mengapa ia melempat batu jawabannya ternyata super mengejutkan. Rupanya orangtuanya yang mengizinkan ia melakukan itu. Dan kenapa? Sepertinya hanya ia dan Tuhan yang tahu asalannya...
Aku pun menjelaskan bahwa anjing dan hewan lain juga punya perasaan. Jika disakiti tentu saja akan marah, dan kalau marah anjing akan mengigit karena nggak bisa bicara seperti manusia. Mendengar penjelasanku anak-anak itu mengangguk-angguk mengerti. Lucunya salah satu dari mereka bertanya, "Oh, jadi anjing juga bisa mati seperti kita, ya?" Hehehe, aku sampai nggak tahan untuk tertawa. See that? Mereka itu masih polos, hal negatif yang mereka lakukan pasti berasal dari orang lain. Kalau dilihat-lihat mereka ini rata-rata masih TK dan paling tua kelas 3 SD. Waktu seusia mereka lingkungan yang aku tahu ya hanya orangtua, keluarga dan sekolah. Lalu anak yang lainnya ikut bertanya, "Tapi kenapa kalau saya lewat depan rumah teteh Eris nya marah?" Aku balik bertanya, "Kamu lewat depan rumahnya sambil lempar batu nggak?" Dengan malu-malu ia pun mengakui terkadang melempar botol minuman untuk menarik perhatian Eris. Dan lagi-lagi aku harus bisa menahan rasa kesal karena kelakuan "polos" mereka. Aku jelaskan, kalau ingin binatang baik pada kita maka kita pun harus berbuat baik pada mereka. Jangan sampai karena binatang nggak punya pikiran seperti kita lalu diartikan boleh bertindak seenaknya pada mereka.
Anak-anak itu semakin lama posisi berdirinya semakin dekat dengan Eris, bahkan salah satu dari mereka mulai membelai-belai punggung Eris (awkward, lol). Kesempatan ini aku gunakan untuk bercerita lebih banyak lagi. Aku bilang binatang dan manusia diciptakan untuk hidup berdampingan, dan kalau mau kita tentu bisa berteman dengan mereka, ---seperti aku dan Eris misalnya. Kalau diperlakukan dengan baik binatang akan percaya dengan manusia dan nggak akan menyerang tanpa alasan. "Sama seperti manusia, binatang juga bisa belajar. Mau lihat nggak?" tanyaku pada anak-anak yang semakin antusias. Eris pun menunjukan kehebatannya untuk "duduk", "bersalaman" dan "berdiri" di depan mereka. Saking takjubnya anak-anak itu sampai bersorak-sorak dan menarik perhatian abang tukang bakso yang langsung berhenti dan ikut melihat aksi Eris, hehehe. Ah, bangga sekali rasanya :)
Menyadari kesalahan mereka anak-anak itu pun meminta maaf pada Eris, ---dan itu tanpa aku minta, lho. Mereka menyodorkan tangan kanannya pada Eris dan langsung disambut dengan tapal kaki depan Eris yang mungil! Hihihi, lucu sekali, ---sekaligus mengharukan. Sebelum berpisah mereka berjanji akan menyapa Eris baik-baik jika bertemu di jalan dan nggak akan menyakiti binatang lagi. Perasaan aku lega bukan main. Rasanya kehawatiranku untuk berjalan-jalan sore sudah menghilang. Aku memang nggak bisa memaksa semua orang untuk mengerti, tapi seenggaknya sore itu adalah kemerdekaan kecil untukku dan Eris... :)
blessed girl,
Indi
_______________________________________________________
Facebook:
here | Twitter:
here | Instagram:
here | Contact person: 081322339469