Buatku sahabat itu nggak harus manusia, tapi bisa juga hewan peliharaan, tanaman kesayangan atau bahkan sebuah benda.
Tujuh belas tahun yang lalu aku pergi ke sebuah mall bersama Ibu dan Bapak. Seperti biasa, aku mengintip ke bagian "mainan anak-anak" dan memperhatikan setiap mainan yang ada di sana. Iya, memperhatikan, saja. Aku sangat jarang minta dibelikan mainan. Bukan karena aku takut Ibu dan Bapak nggak membelikan, tapi aku memang nggak mau. Aku sudah punya banyak mainan, lungsuran dari para sepupu, kado dari Om dan Tante dan tentu saja dari orangtua tanpa aku harus meminta. Memperhatikan mainan yang berada di rak-rak toko membuatku merasa seperti di dunia dongeng, membuatku pulang ke rumah dengan perasaan senang dan mempunyai cerita baru yang bisa aku tulis di buku harian sebelum tidur.
Tapi hari itu ada yang lain. Aku melihat sebuah boneka kelinci dan langsung jatuh cinta begitu melihatnya. Bulunya begitu halus, pakaiannya indah, berwarna pink sepeti warna kesukaanku. Aku menyentuhnya sekilas dan segera meninggalkannya tanpa mengatakan pada Ibu atau Bapak bahwa aku menginginkan boneka itu. Aku pikir, "ah, di rumah pun masih banyak boneka yang lain".
Ketika kami bersiap pulang pikiranku tetap berada di boneka itu. Aku menunda-nunda saat Bapak memintaku masuk ke dalam mobil. Hingga akhirnya aku duduk dengan aman di kursi belakang mobil, dengan sabuk pengaman dan mobil yang segera dihidupkan, aku memutuskan untuk... menangis. Entahlah, haha, waktu itu aku ingin mengatakan yang sebenarnya tapi malah tangisanlah yang keluar :D
Setelah beberapa menit yang membingungkan, akhirnya aku bercerita bahwa aku menginginkan sebuah boneka. Ibu dan Bapak tertawa, mereka berkata mengapa aku nggak bilang saja, toh aku sangat jarang minta dibelikan mainan.
Hari itu pun berakhir bahagia. Kami kembali lagi ke mall dan pulang dengan sebuah boneka kelinci di pelukanku...
Aku dan boneka kelinci segera tak terpisahkan. Kemana pun aku pergi, boneka lembut itu selalu ada di pelukanku. Bahkan aku selalu berusaha membawanya ke sekolah meski Ibu pasti marah. Boneka itu aku beri nama "Tini Boneka Kelinci", nama yang panjang dan selalu aku sebutkan lengkap ketika ada yang menanyakan namanya. Lalu atas saran Puja, adikku, "Tini Boneka Kelinci" diberi nama panggilan "Onci" :)
Onci melewatkan banyak hal denganku. Di saat aku bersedih dan aku terlalu malu untuk bercerita, aku pasti langsung memeluk Onci sambil menangis. Menenangkan rasanya ketika air mataku menyerap di bulu-bulunya yang halus seolah semua kesedihan ikut terserap di sana. Onci juga menjadi my very best roommate. Setiap malam aku menghabiskan waktu dengannya. Tangan kiriku memegang botol susu dan tangan kanan memeluk Onci, begitu sampai aku benar-benar terlelap...
Pernah suatu ketika aku dan keluarga pergi ke luar kota. Di tengah perjalanan aku baru sadar bahwa Onci tertinggal di kamar. Aku langsung histeris dan meminta untuk kembali. Syukurlah Ibu dan Bapak mengiyakan, kami kembali lagi untuk menjemput Onci dan melanjutkan perjalanan. Tapi itu cuma satu kali. Lain waktu Onci tertinggal lagi dan orangtuaku memutuskan melanjutkan perjalanan meski aku menangis terus. Setelah sampai di tujuan aku malah sakit dan memanggil-manggil Onci. Ibu membujuk aku akan diberikan boneka baru. Tapi aku tetap menginginkan Onci, dan obat penurun panas pun nggak berhasil menurunkan demamku. I miss my Onci so much :(
Onci melewatkan banyak hal denganku. Di saat aku bersedih dan aku terlalu malu untuk bercerita, aku pasti langsung memeluk Onci sambil menangis. Menenangkan rasanya ketika air mataku menyerap di bulu-bulunya yang halus seolah semua kesedihan ikut terserap di sana. Onci juga menjadi my very best roommate. Setiap malam aku menghabiskan waktu dengannya. Tangan kiriku memegang botol susu dan tangan kanan memeluk Onci, begitu sampai aku benar-benar terlelap...
Pernah suatu ketika aku dan keluarga pergi ke luar kota. Di tengah perjalanan aku baru sadar bahwa Onci tertinggal di kamar. Aku langsung histeris dan meminta untuk kembali. Syukurlah Ibu dan Bapak mengiyakan, kami kembali lagi untuk menjemput Onci dan melanjutkan perjalanan. Tapi itu cuma satu kali. Lain waktu Onci tertinggal lagi dan orangtuaku memutuskan melanjutkan perjalanan meski aku menangis terus. Setelah sampai di tujuan aku malah sakit dan memanggil-manggil Onci. Ibu membujuk aku akan diberikan boneka baru. Tapi aku tetap menginginkan Onci, dan obat penurun panas pun nggak berhasil menurunkan demamku. I miss my Onci so much :(
+
=
Begitulah, aku dan Onci nggak terpisahkan. Saat aku berantem dengan Puja, Onci selalu menjadi senjataku. Telinganya aku pegang erat dan badannya aku pukul-pukulkan ke punggung Puja. Bukan senjata yang berbahaya memang, tapi aku merasa nggak terkalahkan kalau bersama Onci, hehehe.
Fisik Onci pun semakin lama semakin menurun. Bajunya koyak dan busa-busanya keluar. Ibu terlalu rajin mencuci Onci, alasannya Onci sering terkena tumpahan susu dari botolku. Dan, well, ya perlakuan 'kasar' ku juga menjadi salah satu penyebab Onci rusak :(
Sudah nggak terhitung berapa kali banyaknya Onci dijahit dan ditambal. Lama-kelamaan baju aslinya nggak nampak lagi. Seingatku Onci pernah berubah menjadi motif strawberry, lalu bunga-bunga, lalu... ah, aku nggak ingat lagi. Terlalu banyak, hehehe.
Fisik Onci pun semakin lama semakin menurun. Bajunya koyak dan busa-busanya keluar. Ibu terlalu rajin mencuci Onci, alasannya Onci sering terkena tumpahan susu dari botolku. Dan, well, ya perlakuan 'kasar' ku juga menjadi salah satu penyebab Onci rusak :(
Sudah nggak terhitung berapa kali banyaknya Onci dijahit dan ditambal. Lama-kelamaan baju aslinya nggak nampak lagi. Seingatku Onci pernah berubah menjadi motif strawberry, lalu bunga-bunga, lalu... ah, aku nggak ingat lagi. Terlalu banyak, hehehe.
Beranjak remaja, aku sempat agak meninggalkan Onci. Boneka yang berada di atas tempat tidur bukan lagi hanya Onci, tapi ada boneka-boneka lain yang lebih baru, yang lebih modern, yang aku peluk bergantian setiap malam. Tapi lalu datang satu moment yang mengingatkan bahwa Onci sangat spesial, Onci telah menemaniku melewati banyak hal. Bulu putihnya yang berubah kecoklatan karena usia seharusnya nggak membuat aku lupa bahwa sebelumnya ia adalah boneka termanis yang pernah kulihat.
Oh iya, warna Onci yang telah berubah ini sempat menjadi masalah, lho. Suatu hari, di usia dewasaku, tepatnya 4 tahun yang lalu, aku harus dirawat di rumah sakit karena terkena demam berdarah dan tipus. Onci yang saat itu bersamaku bahkan ketika masih di unit gawat darurat diusir dari kamar inap oleh seorang suster. Terang saja aku marah dan memilih pulang ke rumah daripada harus berpisah dengan Onci. Untung saja ada dokter yang memeriksa kebersihan Onci. Rupanya karena warnanya kumal, suster itu mengira Onci sudah kotor. Huhu... poor Onci :(
Oh iya, warna Onci yang telah berubah ini sempat menjadi masalah, lho. Suatu hari, di usia dewasaku, tepatnya 4 tahun yang lalu, aku harus dirawat di rumah sakit karena terkena demam berdarah dan tipus. Onci yang saat itu bersamaku bahkan ketika masih di unit gawat darurat diusir dari kamar inap oleh seorang suster. Terang saja aku marah dan memilih pulang ke rumah daripada harus berpisah dengan Onci. Untung saja ada dokter yang memeriksa kebersihan Onci. Rupanya karena warnanya kumal, suster itu mengira Onci sudah kotor. Huhu... poor Onci :(
OOTD Hair clip: Kreasi CantiQ | Shirt & Skirt: Toko Kecil Indi | Foot warmer: Pasar Baru |
Dan sekarang, di usia Onci yang ke tujuh belas keadaannya semakin menyedihkan. Nggak peduli seberapa sering ia dicuci dan ditambal, Onci pasti kembali kumal dan koyak. Kain yang membungkusnya semakin tipis karena setiap malam aku masih (dan sepertinya untuk jangka waktu yang sangat sangaaaaat lama) memeluknya erat sampai aku terlelap. Aku hampir saja memilih untuk menyimpan Onci di lemari kaca kalau saja 2 hari yang lalu aku nggak menemukan 3 lembar kain flanel kiriman dari Bunda Dien waktu aku beres-beres kamar. Kain flanel teksturnya lebih tebal daripada kain katun, aku pikir pasti akan lebih kuat untuk menambal Onci :) Jadilah selama 2 hari Onci diinapkan di tempat Bi Ade untuk dibuatkan baju baru sekaligus ditambal. Meski aku agak uring-uringan karena 2 malam nggak bersama Onci, tapi aku senang sekali waktu melihat hasilnya. Onci tambah cantik! :D
Aku sadar, aku akan semakin dewasa dan suatu hari mungkin rasa tergantungku dengannya akan berkurang. Aku akan mempunyai keluarga kecil, dan Onci mungkin akan menjadi teman anakku juga kelak. Tapi aku berjanji akan menjaga Onci selama aku bisa. Aku akan merawatnya dan memperlakukannya dengan baik. Juga menjaga kenangan-kenangan bersamanya agar selalu tersimpan manis di hati. Sepertiku bilang, Onci bukan sekedar boneka. She's my best friend. Forever! :)
:) :) :)
Indi
*Sorry for my super oily and pale face. Aku baru saja pulang kuliah dan cuci muka. Jadi inilah wajahku tanpa bedak, lipstik, dan bahkan tanpa lipgloss :p
Indi
*Sorry for my super oily and pale face. Aku baru saja pulang kuliah dan cuci muka. Jadi inilah wajahku tanpa bedak, lipstik, dan bahkan tanpa lipgloss :p