Kalau ngobrol sama teman pasti bisa ke mana-mana. Yang tadinya lagi ngobrolin "ini" bisa nyambung ke "itu". Tapi justru bikin seru, seperti yang aku alami tanggal 22 April kemarin.
What a nice surprise, Iin temanku datang ke acara penobatan Kartini Next Generation Award 2015 di Jakarta. Aku yang dari Bandung lumayan kesepian karena hanya ditemani Ibu, Bapak dan Nenek. Teman-temanku nggak ada yang bisa datang, termasuk Ray karena sedang hari kerja. Beruntung sekali Iin bisa datang, dan bahkan ditemani mamanya sehingga membuat mejaku jadi ramai, hehehe. Perkenalanku dan Iin ini cukup unik, kami berkenalan lewat twitter dan berlanjut ke dunia nyata karena memiliki kesamaan, yaitu: sama-sama scolioser!
Suatu hari di tahun 2013 banyak follower twitter yang mention aku tentang penampilan Iin di audisi X Factor. Katanya ada penyanyi bersuara bagus yang juga mengidap scoliosis sama sepertiku. Aku yang sedang di luar buru-buru pulang ke rumah dan mencari videonya di YouTube. Ternyata benar saja, suaranya baguuuus sekali! Berkat salah satu komentar di videonya aku menemukan akun twitter Iin. Langsung saja aku mengontaknya dan memperkenalkan diri. Nah, kebetulannya hanya selang beberapa hari Iin menonton "Mika", film yang diinspirasi dari novelku, "Waktu Aku sama Mika".
Ini pertemuan kami yang kedua. Yang pertama kami bertemu di Central Park Jakarta. Dalam rangka apa? Dalam rangka... pengen ketemu saja pokoknya, hehehe. Aku tahu Iin sedang di Jakarta saat itu, jadi aku menemuinya sebelum ia pulang ke Makassar. Nah, tanggal 22 lalu giliran Iin yang menemuiku, di saat yang istimewa pula! Ini kali pertama aku bertemu dengan mamanya Iin. Aku memanggilnya 'Tante'. Ternyata Tante ini persis seperti putrinya, ramai dan gampang akrab, hehehe. Belum apa-apa kami langsung ngobrol ke sana-ke mari seperti sudah sering bertemu. Bahkan ada salah seorang finalis yang menyangka bahwa aku dan Iin kakak-adik :D
Dari macam-macam obrolan yang paling seru tentu saja soal scoliosis. Aku dan Iin sama-sama mempunyai kurva yang berat, yaitu diatas 50 derajat. Kami juga sama-sama sempat memakai boston brace dalam jangka waktu yang cukup lama. Ternyata sama sepertiku, kurva Iin pun nggak berkurang dengan pemakaian brace tipe itu. Salut dengan Tante yang rajiiiiin banget searching soal scoliosis, baik itu source nya dari luar atau dari dalam negeri, termasuk dari (ehm...) blog ini, hehehe. Sampai-sampai Tante juga tahu nama-nama selebritis yang juga scolioser. Cool!
Waktu pertemuan pertamaku dan Iin, kami berbicara tentang SpineCor, soft brace yang kabarnya sudah banyak membantu scolioser di luar negeri. Waktu itu kami berandai-andai suatu hari bisa memakai SpineCor dan beraktivitas dengan lebih nyaman. Eh, siapa sangka beberapa bulan semenjak pertemuan itu aku benar-benar memakai SpineCor karena ternyata sudah tersedia di Indonesia! Makanya waktu ketemu lagi aku langsung excited cerita bagaimana pengalamanku dengan brace yang super soft ini.
Rupanya Iin pun sudah mampir ke Spine Body Center, tempat di mana aku membuat SpineCor beberapa minggu sebelumnya. Tapi Iin belum belum mulai fitting, "Nabung dulu, Isyaallah tahun ini," begitu katanya. Amen, aku dan keluarga doakan semoga cepat terkabul, ya :)
Setelah merasakan banyak perubahan positif semenjak memakai SpineCor aku berharap kalau scolioser lain juga merasakan hal yang sama. Scoliosis kadang menyakitkan, dan hard brace malah membuat gerak tubuh terbatas juga menimbulkan pegal-pegal. Tapi dengan SpineCor 'koreksi' pun jadi nggak terasa, seolah tubuhku sedang memakai baju biasa saja.
Tante juga nggak sabar agar Iin cepat pakai SpineCor. Rupanya beliau tahu kalau Lourdes, anaknya Madonna juga pakai. Wah, benar-benar mama yang cool, nih! :D Btw, selain karena "dipakai seleb" ada alasan-alasan lain yang lebih penting lho kenapa aku (dan juga teman-teman yang sudah pakai) memilih SpineCor,
1. SpineCor terbukti lebih efektif 3,7 kali daripada hard brace (seperti boston brace yang dulu kupakai) untuk mencegah operasi. Karena lebih baik dalam menstabilkan dan mengendalikan scoliosis.
2. SpineCor secara klinis sudah terbukti memiliki 89% keefektifan terhadap pasien. Ini menurut penelitan selama 10 tahun terhadap lebih dari 40 pasien, lho. Jadi meskipun sekali scoliosis tetap scoliosis, dengan SpineCor kesempatan aku untuk membaik lebih besar.
3. Meski bentuk badan berubah, misalnya tambah gemuk atau tambah kurus, SpineCor bisa disesuaikan kembali (re-adjustment). Itu juga artinya biaya yang dikeluarkan lebih sedikit karena bisa dipakai untuk jangka waktu lama ;)
4. SpineCor bisa dicuci, jadi tentu kebersihannya lebih terjaga. Aku gampang sekali terkena biang keringat, tapi sampai sekarang kulit yang terkena SpineCor tetap sehat, karena setiap minggu aku seolah memakai brace yang baru, hehehe.
5. Dengan SpineCor gerak tubuh yang dulunya mustahil dilakukan ketika memakai hard brace bisa dilakukan dengan nyaman. Karena elastis aku bisa membungkuk, duduk di lantai, dll tanpa masalah.
6. Dan yang terakhir adalah yang paling aku suka. Saking tipisnya (dibanding brace tipe lain) yang tahu kalau aku sedang memakai SpineCor ya hanya aku sendiri, kecuali kalau aku bilang-bilang, hehehe. Mau pakai outfit apapun nggak masalah, karena SpineCor bisa bersembunyi dengan sempurna ;)
Selain ngobrolin tentang SpineCor, aku, keluaga, Iin dan Tante juga setuju kalau banyak pengidap scoliosis yang nggak sadar bahwa ia seorang scolioser. Mungkin karena kurang disosialisasikan jadi orang banyak yang berasumsi bahwa scoliosis hanya masalah "kosmetik" alias tampilan luar. Padahal dengan tulang yang bengkok tentu mempengaruhu organ dalam kita, lho. Misalnya jantung, paru-paru, pencernaan dan lain-lain. Atau ada juga scolioser yang malah menutup diri atau malu. Padahal berbagi itu salah satu cara untuk melegakan perasaan, lho. Asalkan pada porsinya saja, bukannya malah minta dikasihani.
Aku bersyukur Iin berkata dengan bangga bahwa ia seorang scolioser saat audisi X Factor. Tanpa sadar ia sudah menginspirasi orang lain untuk bangga dengan dirinya sendiri dengan kondisi apapun yang Tuhan berikan. Iin juga membuktikan bahwa semua orang pasti punya bakat dan tetap bisa dinilai utuh meskipun ada bagian tubuh yang 'berbeda'. Dan tentu saja berkat keberaniannya kami bisa berteman. Tante sampai bergurau kalau saja Iin nggak menyebut "scoliosis" saat audisi mungkin kami nggak akan saling mengenal. Hehehe, betul juga, ya :D
Pertemuanku dengan Iin dan mamanya kali itu sangat berkesan sekali. Aku senang karena ada teman yang hadir saat moment terpentingku. Juga aku senang karena di pertemuan santai pun kami bisa saling menguatkan. Waktu aku pulang ke rumah, aku dan Iin sama-sama meng-upload foto kami di Instagram. Ada komentar dari Iin di sana;
"Aku seneng banget bisa datang!!! Bangga banget sama Kak Indi! Hell yeah, scolioser dari X Factor dan penulis cantik yang tulisannya udah difilmin di "Waktu Aku sama Mika" bertemu. Terus menginspirasi semua scolioser ya Kak Indi, NEVER LOSE HOPE. Percaya diri dan kejar mimpi bareng-bareng."
Yes, Iin, let's catch our dreams and never lose hope. Tapi kamu harus tahu kalau kamu juga menginspirasi! :)
proud scolioser,
Indi
nb: Mohon maaf jika pertanyaan seputar SpineCor di post sebelumnya ada yang nggak terbalas. Aku berusaha sebaik mungkin untuk membalas satu persatu. Silakan tinggalkan alamat email saja di kolom komentar. Untuk pertanyaan mengenai medis, dll lebih baik hubungi langsung Spine Body Center di APL Tower, Lt. 25, Jakarta Barat (samping Central Park Mall) atau telepon ke (021) 2933 9295. Aku ditangani oleh Dr. Natalie Liem, MSc, PhD. Tapi jika ingin mengetahui pengalamanku dengan SpineCor, dengan senang hati aku share :)
______________________________