Jumat, 04 Agustus 2023

Menginap di Hotel Kapsul: Awalnya Terpaksa Tapi Berakhir Bahagia! :D




Ada nggak sih orang yang sengaja staycation di hotel kapsul? Maksudnya bukan karena transit atau mau jalan-jalan gitu terus milih hotel kapsul cuma buat tempat tidur tok, ---tapi benar-benar NIAT buat staycation di sana. Kayanya kebanyakan orang bakal milih staycation di hotel konvensional kali ya, yang ada fasilitas buat bersantai seperti kolam renang atau minimal bath up. Soalnya aku pun begitu. Kalau bukan karena terpaksa seperti beberapa tahun yang lalu waktu harus menunggu di bandara, aku ogah menginap di hotel kapsul lagi xD 


Makanya aku cukup kaget waktu Ali bilang ingin menginap di hotel kapsul. Tahun sebelumnya kami staycation di hotel yang punya fasilitas kolam renang dan kids club. Kupikir waktu itu Ali sangat menyukainya jadi akan memilih hotel yang serupa, tapi ternyata aku salah. Dengan mantap ia memilih hotel kapsul karena pernah melihat videonya di Youtube, dan ia penasaran seperti apa rasanya menginap di sana, ahahaha :') Aku nggak langsung mengiyakan tentu saja, tapi menawarinya beberapa pilihan hotel yang sekiranya ia akan suka. Aku juga menceritakan perasaanku ketika menginap di hotel kapsul, ---bahwa di sana tempatnya sempit, kamar mandinya sharing dan nggak ada play groundnya. Bukan untuk menakuti, tapi agar Ali tahu seperti apa di sana dan jangan sampai ia nggak menikmati waktu staycation. Dari beberapa hotel yang aku tunjukkan reviewnya di YouTube, Ali (agak) tertarik dengan tiga hotel yang lokasinya dekat mall dan salah satunya punya fasilitas untuk anak-anak. Segera aku menghubungi ketiganya untuk booking di akhir minggu. Aku sadar akhir pekan selalu jadi waktu yang sibuk di dunia perhotelan, jadi hotel mana pun yang punya kamar kosong akan aku ambil dengan senang hati.


Tapi ternyata... ketiga hotel yang Ali pilih semuanya sudah fully booked! Aku bahkan mencoba booking via aplikasi dan tetap, no luck. Aku bilang sama Ali, "Well, sepertinya tahun ini kita benar-benar staycation di hotel kapsul seperti yang Ali mau." Dan ia langsung menyambutnya dengan gembira, ---sangat-sangat gembira! :D Ali langsung merencanakan apa saja yang akan ia lakukan di sana dan kemana saja kami akan berjalan-jalan. Melihat Ali seperti itu membuatku jadi ikut gembira dan sedikit terharu. Keinginan Ali sangat sederhana, aku jadi merasa bersalah karena nggak langsung mengiyakan, huhuhu :') Ketika aku bersiap untuk memilih hotel kapsul dan memesannya, ada notifikasi yang masuk di handphoneku. Rupanya aku memenangkan giveaway dari Inspira TV, salah satu stasiun TV digital! ---Dan tebak apa hadiahnya?

Voucher diskon menginap di Bobobox alias hotel kapsul! :')


Daftar rencana staycationnya Ali :')


Ali juga ingin mentraktir kami jadi ia membawa bekal "uang" :D



Hari Pertama: Asyik di Luar Angkasa, Menunggu Bapak dan Lapar Dini Hari.


Akhirnya hari yang paling ditunggu oleh Ali pun tiba. Jumat, 2 September 2022, kami bersiap-siap segera setelah Ali pulang sekolah. Rencananya yang akan menginap di hotel hanya aku, Shane dan Ali. Tapi aku memutuskan untuk memesan dua kamar karena Ali ingin Bapak ikut menemani kami di malam hari (---mungkin ia takut disuruh tidur sendirian, hihihi). Sebenarnya keputusanku ini agak gambling, Bapak belum tentu bisa datang karena sedang mengawasi pegawai yang merenovasi tempat tinggal baruku dan Shane. Tapi kupikir nggak apa-apa, better ada kelebihan kamar daripada kebingungan kalau beliau tiba-tiba datang :D Toh aku punya voucher potongan harga, jadi kamar ekstranya nggak bayar harga full :)


Foto sebelum kami berangkat.


Sekitar jam 2 siang kami bertiga berangkat dengan menggunakan mobil online. Hotel Bobobox yang kami tuju itu cabang Alun-Alun, tepatnya di Jl. Kepatihan no. 8 Bandung. Di sana nggak ada tempat parkir khusus pengunjung hotel di dalam gedung, harus jalan ke parkiran Alun-alun atau menumpang di supermarket di sampingnya, atau di mall di sebrangnya. Kami pikir agar lebih praktis gak perlu pakai kendaraan pribadi, jadi bisa langsung berhenti di depan lobby dan nggak pusing mikirin tempat parkir xD 


Berbeda dengan hotel konvensional, Bobobox punya aplikasi sendiri untuk booking dan untuk digunakan selama beraktivitas di hotel (---lumayan makan space memory HP, huhuhu). Jadi waktu kami tiba aku langsung menunjukkan bukti pemesanan untuk mendapat barcode yang nantinya digunakan sebagai akses keluar masuk, termasuk akses ke kamar mandi. Karena aku memesan dua kamar (dua pods) jadi aku mendapat dua barcode, ---yang ternyata bikin sedikit ribet karena kadang tertukar dan bikin pintu nggak bisa dibuka, hahaha. Tapi di luar keribetan itu (mending pakai kartu akses saja deh kalau boleh milih), aku salut dengan semua pegawainya yang super ramah dan helpful. Meski bukan hotel yang didesain khusus untuk ramah anak, tapi mereka baiiiiik banget sama Ali. Dari mulai security sampai front desknya selalu menyapa dan mengajak Ali bercanda. Wah, belum apa-apa Ali langsung bilang betah, deh :D


Setelah proses check in kami menaruh sepatu-sepatu kami di loker mungil untuk digantikan dengan sandal hotel. Sandal-sandal ini hanya boleh digunakan di area kamar, lorong dan kamar mandi. Kalau mau ke area lobby kami harus menukar kembali dengan sepatu, alasannya tentu supaya kebersihannya terjaga. Kami mendapat kamar yang paling ujung, pod nomor 1 dan nomor 3. Dua-duanya tipe skypod alias di atas (ada dua pilihan di atas atau di bawah, jadi podsnya ditumpuk). Karena Bapak belum tentu datang jadi kami bertiga masuk ke kamar nomor 1 saja. Sesuai dugaan, Ali super bersemangat dan langsung memanjat ke atas tempat tidur :D Meski kamar kami didesain untuk dua orang dewasa dan 1 anak, tapi tetap semuanya serba mungil dan compact. Untuk naik ke tempat tidur kami harus memanjat meja yang punya fungsi lain sebagai tangga, hahaha. Untung bawaan kami sedikit, masing-masing hanya satu ransel berisi baju ganti dan dua buah boneka untuk menemani tidur (Onci, bonekaku dan Yeyer, boneka Ali). Jadi kamar kami nggak terasa terlalu sempit. Nggak kebayang kalau kami menginapnya berhari-hari dan harus bawa lebih banyak tas, bisa-bisa kami nggak punya space untuk memijakkan kaki :D


Ali dan Shane langsung mengeksplor isi pod, termasuk tablet yang menempel di dinding.


Ali yang happy :)


Aku dan Onci. Bisa nangis aku kalau ia ketinggalan, hahaha.


Karena sebelumnya sudah pernah menginap di hotel kapsul lain (Digital Airport Hotel-Terminal 3), otomatis aku jadi membandingkan keduanya. Di Bobobox meskipun kami memilih tipe pod yang paling besar tapi di dalamnya nggak ada TV. Berbeda dengan pengalamanku sebelumnya, di dalam pod mungilnya ada TV layar datar yang dilengkapi dengan TV kabel dan headphone. Agak kecewa sih, karena biasanya saat staycation hiburanku selain mengobrol dengan keluarga ya menonton film, hehe xD Tapi Bobobox juga punya kelebihan, sih, di dalam podnya ada lampu yang warnanya bisa diatur sesuai mood kita, juga ada pilihan suara-suara alam yang membantu istirahat jadi lebih relax. Semuanya bisa dikontrol melalui tablet yang menempel di dinding atau melalui aplikasi di handphone. Tips dariku, jangan pasang suara sungai mengalir, soalnya bikin pengin pipis, ahahaha :p 


Suasana pod di Digital Airport Hotel. Sama-sama futuristik tapi ada TV nya.


Ali sudah pintar banget mengambil foto kami, jadi kalau mau berfoto berdua gak perlu timer :p


Another pic by Ali.



Kalau berfoto bertiga gini HP nya disenderin di dinding :p


Lokasi hotel kami super strategis, berhadapan dengan The King's Shopping Center, ---mall legend di Bandung yang sempat kebakaran dan bangkit kembali. Di sekitarannya banyak penjual street food, dan kalau jalan sedikit ke sampingnya ada supermarket Yogya yang lumayan lengkap. Aku dan Shane sudah lapar dan berencana untuk mencari makan siang di sekitaran. Tapi rupanya Ali sangat betah di dalam pod dan nggak mau keluar, padahal ia baru makan siang sedikit sepulang sekolah. Ali sangat sibuk mengotak-atik tablet, mengatur lampu dan suara sesuai seleranya. Katanya ia merasa sedang berada di spaceship seperti Buzz Lightyear xD Aku senang Ali menikmati waktunya, tapi ia tetap harus makan. Dan akhirnya setelah dibujuk kalau setelah makan siang boleh membeli permen, ia pun setuju untuk ikut dengan kami :D


King's Mall terlihat jelas dari hotel karena letaknya bersebrangan.


Shane sedang ingin makan pizza, jadi kami ke Pizza Hut yang berada di dalam mall. Kami selalu berusaha fleksibel, kalau di sekitar nggak ada restoran vegan maka kami akan masuk ke restoran apa saja dan cari menu yang paling mendekati tanpa hewani lalu dimodifikasi. Apalagi kalau sedang liburan seperti ini dan kami bersama orang lain yang makan non vegan, kami nggak mau jadi "sok ekslusif" dan bikin ribet. Di Pizza Hut ada pizza Veggie Garden yang memang vegetarian friendly, jadi kami tinggal request untuk tanpa keju saja. Kalau komposisi yang beredar online akurat, adonannya memang tanpa susu dan telur sih. Ada kemungkinan mengandung butter, but we tried our best ;) Aku dan Shane berbagi satu pan besar, sedangkan Ali berbagi satu pan kecil dengan Yeyer, bonekanya yang ia ajak makan siang, hehehe. Seperti biasa kalau sedang moment istimewa aku izinkan Ali untuk memesan minuman yang sedikit "nakal" (asal jangan soda, kopi dan alkohol, ya, hehe). Ia memilih untuk memesan lemon tea yang kalau hari-hari biasa bakal jadi big no kecuali kalau bikin sendiri di rumah :D 


Sebelum makan berfoto bersama dulu. Yang fotoin Mbak Pizza Hut yang baik hati :)


Yeyer, bonekanya Ali juga ikut. Tuh, ia duduk di samping Shane ;)


Sesuai janjiku, sehabis makan Ali boleh membeli permen (again, ini juga hanya untuk moment istimewa). Di King's ada konter permen yang letaknya di samping eskalator, namanya "Sweet 16 Candy Castle" (kalau di Google namanya "Candy Toko", Idk why). Waktu kecil aku selalu happyyyyy banget kalau diajak Ibu ke sana, dan sekarang ternyata jadi tempat favoritnya Ali juga :D Ya, nggak heran sih karena pilihannya memang banyak dan kita dibebaskan untuk mencampur berbagai macam permen atau cokelat jadi satu gitu. Maksudnya kita nggak perlu beli satu pack, tapi bebas mengambil jenis apapun dan nantinya dihitung per ons, ---tempting kan, hahaha. Tapi Ali anaknya memang manis banget, meski ia kubebaskan untuk mengambil apapun tapi ia selalu bertanya dulu sebelum memasukkan permen pilihannya ke keranjang :')


Beberapa permen pilihan Ali.


Setelah perut kenyang dan puas berjalan-jalan di mall, kami kembali lagi ke hotel. Karena aku sudah mandi di pagi hari, jadi aku hanya mencuci muka dan berganti baju dengan piama. Sementara Shane dan Ali mereka mandi terlebih dulu. Shane mandi di kamar mandi laki-laki (of course, haha) dan Ali mandi di kamar mandi perempuan karena masih harus aku awasi meski bisa mandi sendiri. Aku cukup kagum dengan keadaan kamar mandinya, karena meski sharing bathroom tapi cukup bersih, lho. Fasilitasnya juga nyaman, ada air panas yang mengalir lancar, hair dryer, bahkan setiap orang mendapatkan pasta dan sikat gigi yang bisa diambil di lobby. Plus handuk juga yang sudah tersedia di masing-masing pod, tapi hanya dipinjamkan tentunya :D Aku nggak tahu ya apa kondisinya memang selalu bersih atau hanya kebetulan karena pas kami menginap tamunya sedang sedikit. Semoga sih memang selalu bersih, ya ;)


Fasilitas kamar mandi yang bisa dipakai bersama. Lengkap juga, ada hair dryer, blower dan sabun di area wastafelnya. Di sampingnya ada toilet stall tiga pintu.


Area shower. Ada pembatas antara shower dan tempat untuk ganti baju, jadi no basah-basah.


Sekitar jam 7 malam mulai deh Ali bertanya-tanya apa Abah alias Bapak akan datang untuk menginap bersama kami. Sepertinya ia mulai mengantuk, tapi untung saja nggak rewel, hehehe. Aku lalu menelepon Bapak dan syukurlah ternyata beliau bisa menyusul meski paginya harus kembali bekerja. Sama seperti Ali, aku juga senang karena artinya kamar ekstra yang ku booking nggak sia-sia :D Yang lucu saking bersemangatnya menyambut Bapak, Ali ingin menunggu di lobby saja supaya nggak ketiduran, hahaha. Sebetulnya Ibu sudah mengingatkan Ali lewat WhatsApp kalau ia lebih baik menunggu di kamar, tapi rupanya Ali benar-benar takut ketiduran jadi ia terus membujukku untuk menemaninya di lobby. Tadinya sambil menunggu kami ingin sambil cemal-cemil, tapi ternyata untuk pembayaran harus menggunakan dompet digital. Karena saldo OVO ku tinggal sedikit jadi kami hanya bisa beli 2 botol air mineral, ahahaha :'D Sebal sih, tapi mau gimana lagi. Mau keluar pun sudah malam dan aku nggak mau kalau tanpa Shane. Aku langsung kepikiran Bapak, gimana kalau beliau lapar tengah malam dan nggak bisa beli apa-apa karena nggak punya dompet digital :(


Ali yang sudah ganteng, wangi dan berpiama menunggu Bapak di lobby.


Right on time, Bapak tiba sebelum Ali ketiduran. Jadi sebelum Bapak tiba Ali akhirnya menuruti nasihat Ibu untuk menunggu di kamar. ---Well, sebenarnya karena sedikit diancam juga sih, Ibu bilang Bapak nggak akan jadi datang kalau Ali masih di lobby, hahaha. Aku nggak berlama-lama menemani Bapak dan Ali di pod nomor 3 karena mereka akan segera beristirahat. Aku hanya memberi Bapak perlengkapan mandi untuk besok pagi, sebotol air mineral dan barcode untuk akses keluar masuk. Nggak lupa aku juga mengingatkannya untuk mengirimiku pesan jika lapar atau memerlukan sesuatu karena aku dan Shane sepertinya akan begadang untuk menonton film. (---Nggak ada TV, HP pun jadi, lol). Setelah itu aku mengucapkan selamat tidur dan kembali ke pod nomor 1, kamarku dan Shane.


Yang ditunggu-tunggu Ali akhirnya datang juga. Wah, langsung dipinjami HP :p


Shane sedang tidur-tiduran di balik selimut sambil bermain HP ketika aku masuk ke kamar. Aku ikut berbaring di sampingnya dan mulai mencari-cari tontonan menarik. Internet (Wifi) di sini agak lambat jadi agak berat untuk dipakai menonton film. Bahkan waktu kami check in pun sempat kesulitan sebenarnya, tapi memang masih mending dibandingkan di kamar. Waktu kami di lobby Ali masih sempat menonton "I Am Groot" di Disney+ dan lumayan lancar, lho. Akhirnya kami urung menonton film dan menonton video-video pendek saja. Belum satu jam aku merasa ngantuk, mungkin pengaruh suhu yang sangat dingin juga. AC nya memang dingin sekali padahal sudah diatur ke suhu yang paling tinggi, dan selimut yang disediakan juga nggak membantu karena tipis dan ukurannya pas-pasan :') Kami sampai harus tidur berdempetan dan batal begadang, hahaha.


Sekitar jam 2 pagi aku dan Shane terbangun karena lapar (ajaib ya bisa berbarengan, lol). Kami lalu memutuskan untuk memesan makanan via aplikasi karena nggak yakin kalau masih ada yang berjualan di sekitar di waktu sangat larut. Nggak lupa sebelumnya aku juga mengirim pesan pada Bapak, siapa tahu beliau juga terbangun dan lapar. Tapi ternyata nggak ada balasan jadi aku asumsikan beliau sedang di alam mimpi bersama Ali dan Yeyer :D Kami memesan makanan dari restoran langganan sewaktu kami masih tinggal di apartemen yang (seringnya) buka sampai pagi. Aku dan Shane sering bergurau kalau alasan kami menjadi pelanggan karena kami nggak punya pilihan lain. Jadi meski sering salah dan porsinya berubah-ubah waktu memberikan pesanan, kami menerima saja daripada lapar tengah malam :p Joke aside, rasa masakannya lumayan kok :)


Di Bobobox tamu nggak boleh makan di dalam kamar, mereka sudah menyediakan 2 communal area yang bisa digunakan. Satu di rooftop dan satunya lagi di kursi dan meja yang disediakan di setiap lorong pods. Karena kami takut membangunkan tamu lain, jadi kami memilih untuk makan di rooftop saja. Nggak ada akses lift untuk ke rooftop dan mushala yang berada di lantai 4, kami harus menggunakan tangga manual yang sempit. Sangat disayangkan sebenarnya karena kesannya jadi nanggung. Jika lift bisa dipakai sampai lantai 3 kenapa nggak sekalian lanjut satu lantai lagi? Untuk yang fisiknya sehat sih nggak masalah, tapi untuk yang punya keterbatasan masa sih selama menginap harus diam di kamar karena nggak punya akses ke rooftop dan juga mushala, huhu. Kecuali kalau di tempat ini memang punya aturan yang menginap khusus untuk anak muda dan yang sehat saja ya :p


Anyway, di luar "keanehan" aksesnya yang sangat nggak senior dan disability friendly, kondisi rooftopnya sebenarnya oke. Luas, ada meja-meja panjang yang bisa untuk menampung banyak tamu sekaligus dan perlengkapan makan juga disediakan. Para tamu juga sepertinya lumayan bertanggung jawab, mereka langsung mencuci piring, sendok dan gelas sehabis digunakan. Kenapa aku bilang "lumayan"? Karena mereka nggak CUKUP bertanggung jawab untuk membersihkan sisa-sisa nasi di drainer wastafel! Ahahaha, jorok banget lihatnya :') Aku dan Shane yang "gelian" auto bersih-bersih wastafel supaya orang lain nggak harus mengalami hal sama, lalu cuci tangan dengan banyak sabun sesudahnya. 


Makannya pakai mangkuk karena Shane gak tahu kalau ada piring ekstra di lemari, hahaha.


Makan di rooftop dini hari itu mixed feeling. Lihat kota Bandung dari atas waktu keadaan sepi bikin perasaanku damai sampai lupa kalau siangnya selalu macet. Tapi di sisi lain aku juga merasa seram setiap melihat ke arah gedung supermarket yang berada di samping kanan hotel. Kelihatan begitu kosong dan "mati", benar-benar nggak ada tanda-tanda kehidupan. Entah ide dari mana aku tiba-tiba mengarahkan kamera HP ke arah jendela lantai paling atas supermarket. Tapi nggak lama aku berhenti, soalnya ingat kalau nggak akan siap kalau sampai lihat "sesuatu", ahahaha T_T Sehabis makan dan bersih-bersih kami kembali lagi ke kamar untuk tidur. Mau berlama-lama pun selain seram udara di atas sangat dingin. Minimal di kamar ada selimut deh meski harus saling tarik (karena mungil, hehe).



Hari Kedua: Sarapan Double, Mall dan Film Horor.


Kami berempat bangun pagi-pagi sekali, sebelum jam 7 pagi. Bapak langsung mandi karena beliau harus bekerja. Beliau bilang kamar mandinya nyaman, bersih dan air panasnya lancar. Suasananya juga sepi jadi terasa leluasa karena nggak harus berbagi dengan tamu lain. (---Yaaa, yang lain mungkin masih tidur, Pak! Hehehe). Mendengar beliau bilang begitu aku jadi lega, karena sebenarnya aku merasa nggak enak mengajak orangtua ke tempat seperti ini (baca: bukan hotel konvensional untuk bersantai). Tapi Bapak bilang ia nggak keberatan, so I guess everything is fine! :) Nggak bisa berlama-lama Bapak langsung pamit tanpa sarapan. Untung saja semalam aku sempat memberikan sedikit uang untuk berjaga-jaga jika ingin membeli sesuatu, jadi beliau bisa menggunakannya di perjalanan nanti. Ali terlihat sedikit berkaca-kaca dan sesekali membujuk Bapak untuk tetap bersama kami. Syukurlah hanya sebentar, nggak lama setelah Bapak melambaikan tangan dan masuk ke dalam lift untuk turun, Ali kembali ceria! :D


Ali mengantar Bapak ke lift.


Karena semalam aku nggak mandi, jadi aku putuskan untuk mandi selagi belum ada tamu lain yang memakai kamar mandi. Saat aku sedang bersiap-siap membawa handuk dan baju ganti, tiba-tiba Ali bilang kalau ia juga ingin mandi lagi! Waaah, nggak mungkin dong kami mandi berdua :D Untung saja Shane kemarin sudah mandi, jadi aku bisa minta tolong padanya untuk mengawasi Ali. Aku bilang padanya kalau ia hanya perlu mengawasi Ali dari luar tirai shower, nggak perlu ikut masuk. Karena yang Ali butuhkan hanya seseorang yang mengingatkan dan memastikan ia membilas sabun dengan benar lalu mengeringkan badannya dengan teliti. ---Well, sepertinya Shane understood the assignment. Karena begitu aku selesai mandi langsung disambut oleh Ali yang sudah rapi, rambutnya klimis dan wangi minyak telon, ahaha xD Kami berkumpul di pod nomor 1, nggak banyak melakukan apa-apa hanya menikmati waktu bersama. Sesekali Shane bermain dengan Ali, mereka berpura-pura Yeyer (boneka) bisa bermain skateboard dengan menggunakan HP sebagai papannya, hahaha. Lama-lama perut kami lapar juga, sementara mall baru buka jam 10 yang artinya masih 2 jam lagi.


Selfie setelah mandi. Langsung beda auranya, gak lagi muka bantal, hahaha.


OOTD bersama mural yang chubby sepertiku xD Oya, lorong ini salah satu communal space, bisa dipakai makan atau sekedar duduk-duduk.


Kami sudah rapi dan wangi. Hebat banget Ali mandi sendiri :)


Yeyer bermain "skateboard" :D


Karena nggak tahan aku memesan nasi goreng plus teh manis dari restoran terdekat yang sudah buka. Entah kenapa nasi goreng kami terasa amis, seperti ada ikan/seafoodnya gitu, padahal yang kupesan nasi goreng sayur :( Mungkin dimasak dengan wajan yang sama atau memang di bumbunya ada terasi/saus tiram, IDK. Yang pasti selama makanannya bersih aku nggak mau mubazir dan akan berusaha menghabiskannya. Tapi rasa amisnya memang terlalu kuat, aku hanya bisa memakannya setengah porsi. Begitu juga Shane dan Ali yang menyerah dan ingin menunggu mall buka saja untuk proper breakfast. Btw, Shane memang nggak suka ikan, bahkan sebelum ia jadi vegan. Makanya jangankan aroma amis ikan asli, ikan tiruan pun ia nggak mau makan, hehehe :'D 


Posisi pod kami sangat dekat dengan jendela, jadi kami bisa mengecek kondisi mall sesering mungkin. Begitu terlihat security mall sudah datang dan lampu-lampu dinyalakan, kami langsung berkemas. ---Um, sebenarnya Ali belum mau check out, ia masih mau stay di hotel sampai tengah hari. Tapi rencanaku dan Shane, kami ingin menghabiskan sisa hari di mall saja. Berkali-kali Ali menelepon Ibu agar beliau mau menemaninya di hotel selama aku dan Shane di mall, tapi tentu Ibu nggak bisa karena di rumah nggak ada siapa-siapa. Kasihan sebenarnya, tapi aku sudah lumayan pegal di dalam ruang sempit :') Beruntung Ali setuju untuk check out selama ia diizinkan memilih menu sarapan yang kedua. Ia ingin makan donat! Okay, you got it, kiddo! ;)


Waktu proses check out Ali masih berat meninggalkan Bobobox rupanya. Dengan security dan petugas front desk ia sibuk mengobrol ini itu. Ia bahkan mengambil foto password Wifi untuk berjaga-jaga jika ia kembali lagi suatu hari :'D Beneran deh kalau soal ramah seluruh pegawai di Bobobox ini juara! Mereka bahkan nggak segan mengajak Ali bermain dan bercanda setiap kami ke lobby. Sungguh nilai plus :) ---Well, siapa tahu teman-teman ada yang mau menginap dan perlu sedikit insight, aku sebutkan ya poin-poin plus dan minusnya.


Kekurangan:

1. Nggak ramah anak (kecuali semua pegawainya yang ramah-ramah ya :p ). Padahal hanya perlu space kecil untuk mini playground. Bisa ditaruh di communal space, misalnya di rooftop.

2. Nggak ramah disabilitas dan orang tua. Ini yang paling menggangguku. Elevator sangat kecil dan hanya sampai lantai tiga. Untuk menuju rooftop dan mushala hanya bisa menggunakan tangga yang terjal. Jika pengguna kursi roda ingin menginap di sini, lupakan saja.

3. Wifi yang lemah.

4. Kebersihan dipertanyakan. Ada gumpalan rambut di sudut tempat tidur. Ketika lapor langsung ada petugas yang membersihkan dengan cara naik ke atas tempat tidur yang sudah terpasang sprai :')

5. Ukuran selimut terlalu kecil untuk dipakai berdua.

6. Untuk snacks dan minuman hanya bisa dibeli dengan dompet digital (seperti OVO, dll). Kurang praktis terutama untuk bapakku yang nggak punya aplikasi-aplikasi seperti itu.

7. Akses masuk pod harus menggunakan HP. Artinya saat masuk ke kamar mandi pun HP harus dibawa, ahaha :'D Kecuali jika ada orang lain yang bisa membukakan pod dari dalam. Nggak bersih rasanya HP keluar masuk kamar mandi dan toilet.


Kelebihan:

1. Seluruh pegawainya ramah demi apa :'))) Bahkan securitynya helpful dan sabar.

2. Fasilitas kamar mandi cukup bersih. Terkadang ada tisu berceceran tapi setelah ku cek beberapa jam kemudian sudah bersih :)

3. Lokasi dekat dengan mall dan supermarket.

4. Nggak terlalu ramai meskipun akhir pekan.

5. Bisa memilih pod di atas atau pod di bawah bagi yang nggak suka/nggak bisa memanjat.


Saranku sih Bobobox kalau bisa lebih "ramah" untuk semua kalangan. Nggak ada larangan untuk orang tua, anak-anak dan disabilitas untuk menginap, kan? Jadi mungkin bisa dipikirkan kembali aksesibilitasnya (nanggung lho, tinggal nambah satu lantai saja akses lift nya padahal, ahaha). Untuk akses keluar masuk juga bisa diganti dengan kartu misalnya. Model HP sekarang besar-besar, TBH risih banget harus bawa HP buat sekedar pipis, huhu. 


Okay, aku lanjutkan lagi ceritanya ya. Karena nggak bawa mobil, jadi kami ke King's dengan masih membawa ransel. Berat-berat sedikit nggak apa lah, toh kupikir bakal sering duduk, hihi. Sesuai janji pada Ali, kami sarapan (lagi) di JCO Donuts. Aku dan Shane memesan kopi hitam. ---Kami sekedar menemani Ali saja sih sebenarnya, hanya ngopi-ngopi biar nggak mengantuk. Untuk makan berat kami berencana mencari di tempat lain yang ada menu vegannya. Yang penting Ali dapat yang ia mau dulu dan ia happy :) Ali memesan beberapa donat Oreo dan ia bisa menghabiskan semuanya padahal baru makan nasi goreng, hahaha. Ia sangat cerewet sepanjang sarapan kedua ini, nggak henti-hentinya ia berbicara tentang pengalamannya selama di Bobobox. Mungkin saking berkesan baginya, ya. Sampai-sampai belum satu jam check out ia sudah berencana akan menginap di sana lagi! :')


Ali dan donat-donatnya. Seperti Hobbit ya, ada "sarapan kedua" :D


Selesai sarapan Ali dijemput pulang karena aku dan Shane masih ingin melanjutkan jalan-jalan di mall. Ya, sekalian quality time berdua juga. Ada Ali memang seru, tapi boleh dong kami pacaran berduaan saja :p Kami ke lantai atas untuk melihat-lihat random stuff, ---benar-benar random dari mulai furnitur, mainan sampai pakaian. Tapi kami nggak membeli apa-apa karena bawaan kami lama-lama ternyata lumayan merepotkan, sampai-sampai aku menyerah dan membiarkan Shane menggendong tas ranselku. Akhirnya kami putuskan untuk ke bioskop, di sana at least kami bisa duduk, kan, hehehe. Nggak ada film yang lagi benar-benar kami ingin tonton, but we're such a sucker for horror movies, ---literally apa saja asal horror akan kami tonton :D Jadi saat kami melihat poster film Mumun, tanpa banyak pertimbangan kami langsung membeli dua buah tiket. Memang kami tahu filmnya tentang apa? NGGAK xD Menonton trailernya saja belum pernah. Kalau aku sih sebelumnya sudah tahu kalau dulu ada serial "Jadi Pocong" di Indosiar dengan nama tokoh yang sama dengan judul filmnya meski nggak pernah nonton. Sedangkan Shane, dia benar-benar blank :p


Ngemil di foodcourt sebelum film dimulai.


Pilih-pilih camilan untuk teman nonton.


Kami masuk teater tanpa ekspektasi, kalaupun filmnya jelek kami masih punya pop corn untuk dinikmati, hehe. Oya, meskipun aku lahir dan besar di Bandung tapi ini baru kali ketigaku nonton di bioskop King's, lho. Duluuuu sekali memang lumayan sering, tapi waktu masih bermana "Galaxy" (koreksi kalau salah), belum CGV seperti sekarang. ---Dan sebelum mallnya kebakaran tentunya :')

Kesan pertama kami dengan film Mumun yaitu satu kata: Kocak! Humornya sangat Betawi dan kalau saja nontonnya di TV tanpa tahu tahun rilisnya kami bakal mikir ini film tahun 90'an. Mirip-mirip seperti Si Doel gitu. Lalu di pertengahan film baru lah muncul adegan-adegan horornya, ---yang sejujurnya sukses bikin aku dan Shane lompat dari kursi kami, ahahaha. Visualnya oke, dan timing kemunculan pocong "Mumum" nya pun tepat, jadinya efektif. Overall kami puas dan merasa nggak salah pilih film. Meski tentu bukan film yang sempurna, karena ada adegan-adegan yang terlalu repetitif (bikin seramnya hilang) dan endingnya juga berkesan buru-buru. Tapi itu dia, tertutup dengan komedi dan visual pocongnya yang kece ;) (Lah, pocong kok kece, huehe).


Kalau ada yang nggak menyenangkan dari pengalaman menonton kami, jelas bukan gara-gara filmnya. Tapi gara-gara penonton lain! Ah, astaga, Ibu-Ibu di sebelahku sibuk banget bikin status WhatsApp pakai potongan film. Iya, ia merekam dengan handphonenya meskipun sudah ada larangan yang disiarkan sebelum film diputar. Parahnya ini Ibu bolak-balik putar ulang rekamannya waktu film MASIH diputar. Aku sampai bilang, "Ssst," berkali-kali tapi ia cuek saja T_T Penonton lain juga banyak yang bawa anak-anak meski filmnya berkategori 13 tahun ke atas. Gimana mereka bisa lolos waktu mau masuk dan proses penyobekan tiket? Nggak tahu. Yang aku tahu pasti, ini salah satu bioskop terburuk yang pernah aku kunjungi, ---perpaduan seimbang antara petugas cuek dan pengunjung norak :')


Tapi moodku dan Shane memang benar-benar bagus, jadi begitu keluar area bioskop sudah seperti nggak habis terjadi apa-apa, hahaha. Perut kami sudah terasa lapar, mikir-mikir sebentar akhirnya diputuskan untuk makan di Solaria saja. Restoran vegan-vegetarian terdekat namanya "Padma Vegeta", kalau ditempuh dengan jalan kaki jadinya berasa nggak dekat-dekat amat, jadi kami urung ke sana dan makan yang ada saja. Di Solaria kami memesan makanan yang paling mudah dimodifikasi jadi vegan. Shane memesan nasi goreng sayur (tinggal minta tanpa ayam, sosis, telur, dll), sedangkan aku memesan kwetiau sayur tanpa kuah (---karena kuahnya kemungkinan besar mengandung kaldu). No ribet-ribet kan, kami bisa ber-vegan dimana saja :D Dua-duanya rasanya enak dan sukses membuat kami kenyang. 


Mungkin karena perut sudah terisi aku jadi merasa sedikit mengantuk. Aku bilang sama Shane lebih baik kami sudahi saja jalan-jalannya dan kembali ke rumah orangtuaku (selama tempat tinggalku dan Shane direnovasi kami sementara tinggal di sana). Shane setuju, karena ternyata ia juga kelelahan. Kami mampir sebentar ke Dunkin Donuts untuk membeli oleh-oleh untuk Ibu. Beliau memang lebih suka Dunkin dibanding merk lain, katanya lebih empuk dan padat, hahaha. Persis sepertiku, waktu masih makan vegetarian aku juga selalu pilih Dunkin :D 

Setelah dapat donatnya kami langsung ke area drop off mall untuk menunggu mobil online. Kocak juga rasanya, orang-orang mungkin pikir kami habis backpackeran soalnya bawa-bawa ransel. Padahal masih dari Bandung-Bandung juga, ahahaha. Di mobil rasanya aku semakin mengantuk. Kami nggak banyak mengobrol dan hanya menikmati perjalanan kami sampai tiba di rumah :)


Kalian tahu, aku sebelumnya nggak pernah mengira akan mengatakan (well mengetik) ini. Tapi aku BAHAGIA dan sangat BERSYUKUR kami staycation di hotel kapsul! :'D Seandainya aku nggak mengikuti keinginan Ali mungkin rasanya akan berbeda, so thank you so much, Ali! :) Dan aku juga belajar sesuatu dari staycation kali ini, bahwa kebahagiaan setiap orang itu berbeda-beda. Bagi orang lain (termasuk bagiku) liburan yang sempurna itu mungkin di hotel dengan kolam renang dan playground yang luas, tapi bagi Ali menginap di hotel kapsul itu adalah hal yang paling keren sedunia! Juga, melihat orang lain (Ali) senang membuatku ikut senang. Hatiku terasa penuh melihat kebahagiaan dan excitement Ali sepanjang dua hari satu malam bersamanya. Aku nggak mau mengganti pengalaman ini dengan apapun, bermalam bersama Ali di hotel kapsul dan menonton film horor di bioskop "norak" bersama Shane xD (Dan Bapak, meski beliau hanya mampir sebentar)

Jadi akan menginap di mana kami untuk staycation berikutnya? Well belum tahu, dan apakah itu matter? ---Kurasa enggak, karena selama kami bisa mengabiskan waktu bersama, di mana pun, itu yang membuat kami bahagia. 

Mau ke hotel kapsul lagi juga ayok! Ahahaha! :p 





yang suka kebangun tengah malam karena lapar,


INDI

Minggu, 16 Juli 2023

Ketika Woody, Jessie, Buzz dan Little Green Man Masuk Rumah Hantu :D

Ah, akhirnya bisa kembali lagi menulis di blog ini :'D Nggak, aku nggak malas nulis, lupa password atau kehilangan laptop, kok. Tapi kemarin-kemarin aku dan Shane sedang proses pindah rumah dan laptopku KETINGGALAN di rumah lama! Ahahaha, entahlah kenapa bisa kelupaan, ---dua-duanya pula, laptopku dan laptop Shane. Padahal pekerjaan kami lumayan bergantung sama laptop :') Untungnya selama proses pindah kami tinggal di rumah ortuku, jadi tetap punya akses internet untuk pekerjaan kami meski jadi menggunakan handphone :) 

Kepindahan kami memang mendadak, hanya diputuskan dalam beberapa minggu saja tapi kami sepakat kalau alasannya sangat masuk akal. Tiga bulan setelah menikah kami memutuskan untuk membeli satu unit apartemen, dan sampai (hampir) 4 tahun pernikahan kami tinggal di sana. Meski mungil tapi kami betah dan bahagia di sana. Kami mendapatkan privasi dan kemudahan akses ke tempat dan fasilitas yang kami butuhkan. Intinya, rumah lama kami nyaris sempurna. Lalu kenapa kami memutuskan pindah? Karena sadar kalau dengan tinggal di rumah tapak, yang masih di kota yang sama, bisa lebih hemat dan kami bisa punya lebih banyak space. Jujur, kepergian Eris, anjingku bulan Maret 2022 lalu, bikin mentalku terguncang. Hampir tiap malam aku menangis dan terus menyalahkan diri sendiri kenapa malah tinggal di apartemen sementara Eris perlu tempat yang luas. Seandainya saja sejak awal aku dan Shane tinggal di rumah tapak, aku bisa di samping Eris ketika ia pergi... Kepindahan kami memang nggak bisa mengembalikan Eris, tapi kurasa ini cara membuka lembaran baru yang baik; untuk kesehatan mentalku dan juga Shane, ---di tempat luas dan berjauhan dengan tetangga aku yakin ia bisa leluasa dalam proses membuat musik.


Kami tinggal di rumah ortuku selama kurang lebih 4 bulan. Selama itu pula kami menyicil renovasi tempat tinggal baru dan membawa barang-barang dari apartemen (yang somehow kelupaan melulu untuk membawa laptop, hahaha). Perasaanku campur aduk, di satu sisi happy banget bisa dekat-dekat dengan Ibu, Bapak, juga Ali, tapi di sisi lain ada perasaan rindu bisa berdua saja dengan Shane. Apalagi ada moment-moment yang biasanya dirayakan dengan 'cara kami' jadi harus disesuaikan kembali karena sedang nggak tinggal di rumah sendiri. Tapi kami nggak anggap ini big deal sih, aku dan Shane sadar betul kalau situasi ini hanya sementara, jadi better enjoy saja jadi 'bayi-bayi' Ibu dan Bapak selama kami tinggal di rumah mereka :p


Penyesuaian juga kami lakukan di moment anniversary pernikahan dan Halloween. Tahun kemarin kami nggak menginap di hotel atau makan di restoran, tapi cukup dengan delivery order saja untuk makan bersama Ibu, Bapak dan Ali. Rasanya gimanaa gitu kalau kami harus bersenang-senang di luar. Meskipun Ibu dan Bapak pasti nggak keberatan dan malah ikut senang, tapi rasanya tetap stay di rumah jadi keputusan lebih bijak :) Begitu juga dengan Halloween, meskipun sudah pasti diizinkan untuk mendekor rumah (---kan dulu sebelum menikah juga begitu, hehe), tapi aku dan Shane lebih memilih untuk merayakannya di luar saja supaya rumah nggak berantakan. Dengan mengajak mereka tentunya, lengkap dengan membelikan kostum bertema sama supaya kompak, hehehe.


Foto Halloween kami yang sayangnya tanpa Ibu :')


Setelah tahun sebelumnya aku dan Shane memakai kostum Squid Game, ---yang mana kurang family friendly (serialnya maksudnya, kostumnya sih biasa saja), Halloween tahun 2022 kami putuskan untuk mengambil tema yang netral. Toy Story! Karena semua orang suka, termasuk Ibu dan Bapak. Apalagi Ali belakangan lagi suka banget nonton ulang serinya di Disney+. Sudah deh, nggak perlu mikir lama ia mau pakai kostum Buzz Lightyear, hehehe. Aku dan Shane memilih kostum Jessie dan Woody, yang meski di film diceritakan bukan pasangan tapi bagi Ali harusnya begitu, karena cowboy dan cowgirl katanya :D Sementara Ibu dan Bapak mereka sih bebas, ngikut saja karena memang rencananya pun nggak akan pakai full kostum, cukup kaus saja asalkan bisa represent tokohnya. Aku dan Ali pikir Mr. dan Mrs. Potato Head akan jadi kostum buat mereka. Tapi ternyata mendekati Halloween Ibu nggak bisa ikutan karena Nenek meminta beliau untuk mengantarnya ke makam Kakek, ---dan menginap di villa keluarga. Rencana kostum pun harus diubah, karena aku merasa janggal kalau Bapak jadi Mr. Potato Head sendirian, kan, hehehe. Akhirnya aku putuskan untuk membeli kaos Little Green Man. Dari segi warna akan serasi dengan kostum Ali dan kebetulannya ketiga alien mungil itu diceritakan diadopsi Mr. dan Mrs. Potato Head kan, jadi nggak jauh-amat dari rencana awal :p (Lah, maksa, hueheee).


Surprisingly, mencari kostum untukku dan Shane itu nggak sulit. Kupikir awalnya aku bakal harus pesan dari luar negeri karena kami pakai size besar. Tapi ternyata ada store lokal yang bisa membuat kostum custome made Jessie dan Woody ukuran dewasa! Mereka hanya menjual atasannya saja, dan memang cuma itu kok yang kami butuhkan. Karena meski aku pakai kostum Jessie aku tetap ingin terlihat seperti aku alias pakai rok, hahaha. Jadi daripada memakai celana bermotif kulit sapi, aku ganti saja dengan rok tutu. Aksen kulit sapinya tetap ada, tapi di kaus kaki :D Sedangkan Shane ia punya banyak celana jeans jadi nggak perlu membeli yang baru. ---As always, Halloween kami selalu sebisa mungkin nggak boros. Karena di situ serunya, memanfaatkan apa yang ada jadi hasil yang kreatif ;)

Nah, kostum Ali justru jadi yang tersulit. Di luar dugaan kan, padahal biasanya cari kostum bocil gampang T_T Kostum Buzz Lightyear nya sih banyak, tapi susaaah banget nemu ukuran yang pas. Kostum Buzz yang lucu-lucu, yang punya detail seperti aslinya, pasti ukurannya kecil-kecil, buat usia balita gitu. Sedangkan yang besar cuma bersablon di bagian dada doang tanpa detail di lengan dan celana. Yang ada malah mirip piama kan, uhuhu x'D Mungkin usia 7 tahun sudah nanggung ya, sudah masuk SD dan di sini biasanya kebanyakan yang merayakan Halloween dengan kostum sampai usia TK saja. Ali sampai bilang kalau ia nggak keberatan pakai kostum kesempitan karena kepengen mirip sama Buzz. Tapi of course nggak aku kasih. Sangat bertentangan dengan pedoman Halloween ku yang kostumnya HARUS bisa dipakai lagi buat sehari-hari, jangan mubazir, hehe. Aku nggak mau nyerah, setiap malam jari-jariku mengetik segala macam kata kunci di Google, bahkan menghubungi seller-seller yang jelas di tokonya nggak jualan kostum Buzz. ---Ya, kali aja kan punya kenalan penjual lain, hehe xD Daaaan, akhirnya! Aku beruntung juga! Ada seorang seller yang pernah menjual kostum Buzz ukuran Ali tapi ia nggak yakin apa masih ada atau nggak. Stoknya tinggal 2 potong dan aku berharap banget salah satunya ukuran Ali. Saat itu ia nggak ada di tempat, jadi minta tolong orang lain untuk mengecek ukurannya. Menurut info dari yang dimintai tolong, keduanya bukan ukuran Ali. Yang satu kekecilan dan satu kebesaran BANGET. Aku sempat pasrah bilang sama Ali kalau ia harus pilih kostum tokoh lain atau pakai kostum Buzz yang detailnya sedikit. Tapi entah kenapa keesokan harinya aku penasaran dan minta sellernya (sambil minta maaf berkali-kali kaya Mpok Minah) untuk ukur secara manual. Syukurlah ia baik banget :') Ia ukur satu-satu, dan ternyata salah satunya PAS ukuran Ali! Huaaaa, aku sampai lompat-lompat, tendang-tendang, teriak-teriak histeris (yang lalu diikuti Ali) saking senangnya! Hahaha, Akhirnya kostum kami lengkap! Termasuk Bapak yang pas 2 malam sebelum Halloween kaus Little Green Mannya tiba :)


Gimana, keren kan kostum Buzz Lightyear Ali? ;)


Kostum aku, Shane dan Ali. Waktu foto ini diambil aku belum punya boneka Jessie xD


Di malam Halloween kami membuat foto Halloween, ---karena kami tahu kalau di hari H nya nggak akan sempat. Sekalian kami juga mencoba kostum kami yang sudah dicuci dan make sure nggak ada kekurangan. Thank God semuanya pas (ya, rokku kebesaran sih tapi bisa diakali dengan ditarik ke atas pakainya). Rencananya kami akan ke rumah hantu, jadi kami tidur lebih cepat supaya bisa datang nggak terlalu siang. Paginya, tiba-tiba saja aku punya ide buat cat rambut jadi warna merah. Ceritanya biar mirip sama Jessie gitu, hahaha. Padahal untuk proses pengecatan, keramas sampai dikeringkan kan nggak cukup satu-dua jam ya, tapi entahlah kepengen saja :p Untung Shane sigap membantu, dengan cat rambut yang sudah ada (lupa waktu itu beli buat apa, hehe) ia mengecat rambutku serapi dan secepat mungkin. Hasilnya bagus , aku suka! Yaaa, meskipun rambutku nggak panjang kaya Jessie, yang penting warnanya mirip dan sama-sama ada kepangnya. ---Maksudnya aku pakai bando model kepang yang dibelikan Ibu beberapa waktu lalu :p


Rokku ketara banget ya kebesaran (lihat lipatannya sampai perut, ahahaha).


Jessie and Woody (Woody nya pakai sandal Swallow).



Karena Halloween jatuh di hari Senin dan nggak masuk sebagai holiday di sini, jadi kami pergi ke rumah hantu yang berada di Trans Studio sepulang Ali dari sekolah. Sebenarnya at least ada 3 mall lain di Bandung yang juga punya event Halloween, tapi setelah scrolling di akun Instagram mereka kayanya cuma Trans Studio yang paling nyaman dan family friendly. Soalnya jujur nih, aku kurang sreg kalau Halloween jadi ajang cosplay khusus genre tertentu dan yang datang kostumnya banyak yang nggak age appropriate T_T Anyway, waktu kami tiba ternyata suasana nggak begitu ramai. Mungkin karena itu tadi, bukan di hari libur. Dekorasinya juga sangat minim, hanya ada satu pohon raksasa yang terbuat dari rangkaian labu-labu Jack O'Lantern. Selebihnya sama seperti hari-hari biasa, bahkan di tempat yang seharusnya menjual topeng Halloween pun kosong. Agak kecewa sebenarnya karena Ali sudah bersemangat membawa ember labunya tapi ternyata nggak ada yang bagi-bagi permen, hehe :'D Dulu, waktu Trans Studio baru dibuka, Halloween jadi waktu yang lebih menyenangkan. Ada dekorasi di setiap sudut, seluruh pegawainya memakai kostum, ada diskon untuk yang datang memakai kostum dan tentu ada acara bagi-bagi permen. Sayang ya Ali nggak sempat mengalami karena ia belum lahir waktu itu :'D Tapi aku ingat kalau moment berharga itu bisa diciptakan, bukan bergantung pada tempat. Jadi aku putuskan untuk menerima segala perubahan dan bersenang-senang :) 


Satu-satunya dekorasi Halloween di TSB. Beda banget ya dibanding waktu dulu :')


Waktu kami mau masuk wahana rumah hantu rupanya hanya aku yang ketakutan, hahaha. Sepanjang lorong antrian aku memegang tangan Shane kuat-kuat. Mungkin karena suasananya gelap dan sepi ya, ---hanya ada satu keluarga lain yang mengantri di depan kami. Sementara Ali, di luar dugaan ia santai-santai, bahkan dengan bersemangat melihat-lihat suasana sekitar yang disetting menyeramkan dengan batu nisan, lukisan dan lampu gantung. Karena satu kereta yang digunakan di wahana hanya untuk empat orang saja, jadi kami harus menunggu dulu sebentar. Ketika kereta tiba aku langsung bimbang antara mau duduk di barisan depan atau belakang. Aku merasa duduk dimana pun nggak aman. ---Kalau di belakang aku takut ada yang nyolek-nyolek punggungku, sementara kalau di depan aku bakal jadi orang pertama yang melihat "hantu", hahaha T_T Belum juga aku memutuskan, eh, Ali dan Bapak sudah duduk di belakang. Ya.. terpaksa deh aku yang di depan, hahaha :')


Selama di dalam rumah hantu aku kebanyakan tutup mata, tapi tanganku tetap berusaha arahkan handphone ke "para hantu" untuk merekam. Pikirku kalau pun pas di wahana nggak lihat apa-apa, minimal aku bisa lihat rekamannya nanti, hahaha. Agak aneh memang, Halloween adalah holiday favoritku dan aku hobi banget nonton film horor, tapi masuk rumah hantu family friendly saja takut xD Menurut Shane itu karena imajinasiku terlalu besar, aku jadi suka membayangkan hal-hal mengerikan yang sebenarnya nggak mungkin terjadi. Yaaa, betul juga sih, bahkan kalau lagi nonton film horor saja kadang imajinasiku malah lebih seram dan ujung-ujungnya malah ngarang cerita sendiri yang lalu aku ceritakan sama Shane setelah filmnya selesai :p (Ini alasan kenapa kami kalau habis nonton nggak langsung keluar dari bioskop, ---ngobrol dulu, hahaha).


Keluar dari rumah hantu kami langsung membahas pengalaman kami, dan kesimpulannya ternyata memang hanya aku yang takut -_-"  Bapak bilang wahananya seru dan lumayan menyeramkan karena ada hantu kepala terpenggal (haha), sementara Shane dan Ali, mereka bilang nggak seram sama sekali. (Seketika aku merasa menyesal kebanyakan tutup mata). Tapi kami setuju kalau rumah hantu jadi pengalaman yang menyenangkan dan berkesan. Bapak bahkan sampai punya ide buat berfoto di depan rumah hantu untuk bukti kalau kami berani masuk ke sana lho. Sekalian supaya Halloweennya terasa katanya :D Rumah hantu juga jadi satu-satunya wahana yang Halloween related karena Trans Studio nggak punya wahana spesial Halloween seperti Escape Room di tahun 2018 lalu yang bertepatan dengan rilisnya film Goosebumps: Haunted Halloween. Setelah itu kami ya main wahana-wahana biasa saja, seperti Dragon Riders (naga terbang), Sky Pirates (balon udara) dan lain-lain. Oh iya, waktu Ali sedang bermain di play ground khusus anak, aku dan Shane pergi berdua untuk memesan makan siang. Ternyata ada flashmob dance Thrillernya Michael Jackson dari para zombie yang entah datang dari mana xD Kami sempat diajak, tapi kami menolak karena sedang buru-buru dan... nggak bisa menari! :p 


Bukti kalau kami masuk Rumah Hantu :p


Makan siang dengan mie jamur. Gak banyak pilihan di TSB, tapi yang penting perut jangan sampai kosong :D


Setelah perut kenyang dan puas dengan wahana-wahana menegangkan, kami menghabiskan sisa waktu di Trans Studio dengan bermain di "Kids Friendly Zone". Well, tepatnya Ali sih yang main sementara aku, Shane dan Bapak kebanyakan duduk-duduk saja sambil beristirahat. Di zona ini wahananya memang dibuat versi mini karena diperuntukan untuk anak-anak. Aku sempat  mendampingi Ali di dua wahana, itu pun karena Ali yang minta dan setelah izin petugasnya. Kalau nggak izinin aku sih malah nggak apa-apa, karena TBH aku ngerasa janggal jadi yang paling gede sendirian pas naik kereta mini, haha xD 

Meski masih ada waktu sebelum closing tapi kami putuskan untuk nggak naik wahana apa-apa lagi. Kami menonton parade penutupan dan kami keluar area Trans Studio dengan hati yang sangat senang dan puas :)


Kudanya mungil, jadi aku gak berani naik, hahaha.


Selesai parade kami berfoto dulu dengan marching band.


Mermaid cantik :)


Please aku penasaran ini kostum apa. Zebra laut gak sih? xD


Rencana kami selanjutnya adalah makan malam sebelum pulang. Waktu kami turun menuju area mall, aku mampir ke toilet dulu untuk buang air dan sedikit touch up (sisiran maksudnya, huehe...). Waktu keluar dari toilet aku langsung disambut oleh Shane yang super excited karena melihat poster Toy Story! Rupanya Miniso menjual merchandise Disney khususnya Toy Story. Sungguh kebetulan yang manis karena sama dengan tema Halloween kami :') Langsung saja kami masuk untuk melihat-lihat dan berakhir dengan membawa pulang satu phone charm Little Green Man dan satu gantungan tas berbentuk hati yang Ali pilih untuk Yeyer, boneka kucingnya :D


Pojok kanan atas foto di depan poster yang Shane tunjukkan.


Karena ide Shane kami akhirnya makan malam di restoran pizza, ---tepatnya di Pizza Hut Buah Batu, yang waktu tulisan ini dibuat sudah tutup karena kontraknya habis :') Lagi-lagi kebetulan yang manis, kami jadi seperti di dunia Toy Story sungguhan. Bedanya hanya di nama restoran saja, Pizza Hut alih-alih Pizza Planet! Hehehe. Kalau dipikir lucu juga sih, kami jadi seperti punya dunia sendiri. Waktu kami duduk berempat, makan sambil mengobrol, kami sedang menikmati Halloween yang super menyenangkan. Tapi waktu aku berdiri untuk ke wastafel atau mengambil salad dan melihat sekitar aku jadi sadar kalau untuk orang lain Halloween hanya hari Senin biasa. Keluarga memang ajaib. Bersama mereka aku merasa "normal" dan "aman", ---bahkan saat menjadi yang satu-satunya memakai kostum.


Akhirnya ada foto berempat. Difotoin Mbak Pizza Hut :D


Ali dan Bapak alias si kembar.


Kami pulang dengan perasaan bahagia dan kelelahan. Aku dan Shane langsung masuk ke dalam kamar untuk beristirahat sementara Ali dengan bersemangat (tapi mengantuk) bercerita tentang Halloween kami pada Ibu yang sudah berada di rumah :D Keesokan harinya kami melanjutkan Halloween movie marathon yang sudah berlangsung sejak awal Oktober. Ada banyak judul yang kami tonton, selain Toy Story (tentu saja!) kami juga menonton Hocus Pocus. Aku dan Ali "agak" terobsesi dengan film itu, baik versi original maupun sekuelnya. Kami menontonnya berulang-ulang, bahkan di hari yang sama kami bisa menontonnya dua kali xD Selain itu kami juga membuat kue lumpur alias mud cake yang selalu kami buat di setiap Halloween. Nggak seramai biasanya, of course, karena kami menyesuaikan dengan keadaan. Tapi tetap, kuenya membawa senyuman untuk kami karena meski Halloween 2022 ini "berbeda" tapi kami punya bagian yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya :)


Sekuel Hocus Pocus dapat review jelek? Ah, gak ngaruh buat kami. Tetap suka! xD


Mud cake sederhana yang dibuat dengan penuh cinta :p


Sekarang baru pertengahan tahun 2023, tapi aku (dan Shane) sudah kembali rindu dengan Halloween. Sesekali kami menonton film horor yang fun juga membicarakan rencana kostum apa yang akan dipakai di Halloween pertama di rumah baru kami. Kalau sedang di dalam rumah dan mencium aroma lilin aroma pumpkin yang dibakar, kadang aku lupa kalau sekarang masih musim kemarau, hehehe. Aku sering bilang kalau Halloween itu waktunya untuk kreatif dan family time, ---dan itu betul karena kami bisa berdiskusi tentang ide-ide kami dan mewujudkannya bersama :) Juga, embrace every moment, ---sampai kapan Ali akan mau ber Halloween dengan kami? Gak ada yang tahu. Karena suatu hari ia akan dewasa dan mungkin lebih memilih untuk hangout dengan teman-temannya. Jadi selama kami bisa, kami nggak akan menyia-nyiakan waktu bersama :) 


Kalau kalian, adakah yang merayakan Halloween? Kalau ada, share ya ceritanya di kolom komentar! :) (atau drop link vlog dan blognya juga boleh, ahahaha).


Vlog Halloween 2022/reaksi masuk Rumah Hantu :p


Skit kami, Toy Story di dunia nyata :D



boo!


INDI


----------------------------------------------

Kontak Indi:

namaku_indikecil@yahoo.com (email)

@indisugarmika (Instagram)