Makanya aku cukup kaget waktu Ali bilang ingin menginap di hotel kapsul. Tahun sebelumnya kami staycation di hotel yang punya fasilitas kolam renang dan kids club. Kupikir waktu itu Ali sangat menyukainya jadi akan memilih hotel yang serupa, tapi ternyata aku salah. Dengan mantap ia memilih hotel kapsul karena pernah melihat videonya di Youtube, dan ia penasaran seperti apa rasanya menginap di sana, ahahaha :') Aku nggak langsung mengiyakan tentu saja, tapi menawarinya beberapa pilihan hotel yang sekiranya ia akan suka. Aku juga menceritakan perasaanku ketika menginap di hotel kapsul, ---bahwa di sana tempatnya sempit, kamar mandinya sharing dan nggak ada play groundnya. Bukan untuk menakuti, tapi agar Ali tahu seperti apa di sana dan jangan sampai ia nggak menikmati waktu staycation. Dari beberapa hotel yang aku tunjukkan reviewnya di YouTube, Ali (agak) tertarik dengan tiga hotel yang lokasinya dekat mall dan salah satunya punya fasilitas untuk anak-anak. Segera aku menghubungi ketiganya untuk booking di akhir minggu. Aku sadar akhir pekan selalu jadi waktu yang sibuk di dunia perhotelan, jadi hotel mana pun yang punya kamar kosong akan aku ambil dengan senang hati.
Tapi ternyata... ketiga hotel yang Ali pilih semuanya sudah fully booked! Aku bahkan mencoba booking via aplikasi dan tetap, no luck. Aku bilang sama Ali, "Well, sepertinya tahun ini kita benar-benar staycation di hotel kapsul seperti yang Ali mau." Dan ia langsung menyambutnya dengan gembira, ---sangat-sangat gembira! :D Ali langsung merencanakan apa saja yang akan ia lakukan di sana dan kemana saja kami akan berjalan-jalan. Melihat Ali seperti itu membuatku jadi ikut gembira dan sedikit terharu. Keinginan Ali sangat sederhana, aku jadi merasa bersalah karena nggak langsung mengiyakan, huhuhu :') Ketika aku bersiap untuk memilih hotel kapsul dan memesannya, ada notifikasi yang masuk di handphoneku. Rupanya aku memenangkan giveaway dari Inspira TV, salah satu stasiun TV digital! ---Dan tebak apa hadiahnya?
Voucher diskon menginap di Bobobox alias hotel kapsul! :')
Daftar rencana staycationnya Ali :') |
Ali juga ingin mentraktir kami jadi ia membawa bekal "uang" :D |
Hari Pertama: Asyik di Luar Angkasa, Menunggu Bapak dan Lapar Dini Hari.
Akhirnya hari yang paling ditunggu oleh Ali pun tiba. Jumat, 2 September 2022, kami bersiap-siap segera setelah Ali pulang sekolah. Rencananya yang akan menginap di hotel hanya aku, Shane dan Ali. Tapi aku memutuskan untuk memesan dua kamar karena Ali ingin Bapak ikut menemani kami di malam hari (---mungkin ia takut disuruh tidur sendirian, hihihi). Sebenarnya keputusanku ini agak gambling, Bapak belum tentu bisa datang karena sedang mengawasi pegawai yang merenovasi tempat tinggal baruku dan Shane. Tapi kupikir nggak apa-apa, better ada kelebihan kamar daripada kebingungan kalau beliau tiba-tiba datang :D Toh aku punya voucher potongan harga, jadi kamar ekstranya nggak bayar harga full :)
Foto sebelum kami berangkat. |
Sekitar jam 2 siang kami bertiga berangkat dengan menggunakan mobil online. Hotel Bobobox yang kami tuju itu cabang Alun-Alun, tepatnya di Jl. Kepatihan no. 8 Bandung. Di sana nggak ada tempat parkir khusus pengunjung hotel di dalam gedung, harus jalan ke parkiran Alun-alun atau menumpang di supermarket di sampingnya, atau di mall di sebrangnya. Kami pikir agar lebih praktis gak perlu pakai kendaraan pribadi, jadi bisa langsung berhenti di depan lobby dan nggak pusing mikirin tempat parkir xD
Berbeda dengan hotel konvensional, Bobobox punya aplikasi sendiri untuk booking dan untuk digunakan selama beraktivitas di hotel (---lumayan makan space memory HP, huhuhu). Jadi waktu kami tiba aku langsung menunjukkan bukti pemesanan untuk mendapat barcode yang nantinya digunakan sebagai akses keluar masuk, termasuk akses ke kamar mandi. Karena aku memesan dua kamar (dua pods) jadi aku mendapat dua barcode, ---yang ternyata bikin sedikit ribet karena kadang tertukar dan bikin pintu nggak bisa dibuka, hahaha. Tapi di luar keribetan itu (mending pakai kartu akses saja deh kalau boleh milih), aku salut dengan semua pegawainya yang super ramah dan helpful. Meski bukan hotel yang didesain khusus untuk ramah anak, tapi mereka baiiiiik banget sama Ali. Dari mulai security sampai front desknya selalu menyapa dan mengajak Ali bercanda. Wah, belum apa-apa Ali langsung bilang betah, deh :D
Setelah proses check in kami menaruh sepatu-sepatu kami di loker mungil untuk digantikan dengan sandal hotel. Sandal-sandal ini hanya boleh digunakan di area kamar, lorong dan kamar mandi. Kalau mau ke area lobby kami harus menukar kembali dengan sepatu, alasannya tentu supaya kebersihannya terjaga. Kami mendapat kamar yang paling ujung, pod nomor 1 dan nomor 3. Dua-duanya tipe skypod alias di atas (ada dua pilihan di atas atau di bawah, jadi podsnya ditumpuk). Karena Bapak belum tentu datang jadi kami bertiga masuk ke kamar nomor 1 saja. Sesuai dugaan, Ali super bersemangat dan langsung memanjat ke atas tempat tidur :D Meski kamar kami didesain untuk dua orang dewasa dan 1 anak, tapi tetap semuanya serba mungil dan compact. Untuk naik ke tempat tidur kami harus memanjat meja yang punya fungsi lain sebagai tangga, hahaha. Untung bawaan kami sedikit, masing-masing hanya satu ransel berisi baju ganti dan dua buah boneka untuk menemani tidur (Onci, bonekaku dan Yeyer, boneka Ali). Jadi kamar kami nggak terasa terlalu sempit. Nggak kebayang kalau kami menginapnya berhari-hari dan harus bawa lebih banyak tas, bisa-bisa kami nggak punya space untuk memijakkan kaki :D
Ali dan Shane langsung mengeksplor isi pod, termasuk tablet yang menempel di dinding. |
Ali yang happy :) |
Aku dan Onci. Bisa nangis aku kalau ia ketinggalan, hahaha. |
Karena sebelumnya sudah pernah menginap di hotel kapsul lain (Digital Airport Hotel-Terminal 3), otomatis aku jadi membandingkan keduanya. Di Bobobox meskipun kami memilih tipe pod yang paling besar tapi di dalamnya nggak ada TV. Berbeda dengan pengalamanku sebelumnya, di dalam pod mungilnya ada TV layar datar yang dilengkapi dengan TV kabel dan headphone. Agak kecewa sih, karena biasanya saat staycation hiburanku selain mengobrol dengan keluarga ya menonton film, hehe xD Tapi Bobobox juga punya kelebihan, sih, di dalam podnya ada lampu yang warnanya bisa diatur sesuai mood kita, juga ada pilihan suara-suara alam yang membantu istirahat jadi lebih relax. Semuanya bisa dikontrol melalui tablet yang menempel di dinding atau melalui aplikasi di handphone. Tips dariku, jangan pasang suara sungai mengalir, soalnya bikin pengin pipis, ahahaha :p
Suasana pod di Digital Airport Hotel. Sama-sama futuristik tapi ada TV nya. |
Ali sudah pintar banget mengambil foto kami, jadi kalau mau berfoto berdua gak perlu timer :p |
Another pic by Ali. |
Kalau berfoto bertiga gini HP nya disenderin di dinding :p |
Lokasi hotel kami super strategis, berhadapan dengan The King's Shopping Center, ---mall legend di Bandung yang sempat kebakaran dan bangkit kembali. Di sekitarannya banyak penjual street food, dan kalau jalan sedikit ke sampingnya ada supermarket Yogya yang lumayan lengkap. Aku dan Shane sudah lapar dan berencana untuk mencari makan siang di sekitaran. Tapi rupanya Ali sangat betah di dalam pod dan nggak mau keluar, padahal ia baru makan siang sedikit sepulang sekolah. Ali sangat sibuk mengotak-atik tablet, mengatur lampu dan suara sesuai seleranya. Katanya ia merasa sedang berada di spaceship seperti Buzz Lightyear xD Aku senang Ali menikmati waktunya, tapi ia tetap harus makan. Dan akhirnya setelah dibujuk kalau setelah makan siang boleh membeli permen, ia pun setuju untuk ikut dengan kami :D
King's Mall terlihat jelas dari hotel karena letaknya bersebrangan. |
Shane sedang ingin makan pizza, jadi kami ke Pizza Hut yang berada di dalam mall. Kami selalu berusaha fleksibel, kalau di sekitar nggak ada restoran vegan maka kami akan masuk ke restoran apa saja dan cari menu yang paling mendekati tanpa hewani lalu dimodifikasi. Apalagi kalau sedang liburan seperti ini dan kami bersama orang lain yang makan non vegan, kami nggak mau jadi "sok ekslusif" dan bikin ribet. Di Pizza Hut ada pizza Veggie Garden yang memang vegetarian friendly, jadi kami tinggal request untuk tanpa keju saja. Kalau komposisi yang beredar online akurat, adonannya memang tanpa susu dan telur sih. Ada kemungkinan mengandung butter, but we tried our best ;) Aku dan Shane berbagi satu pan besar, sedangkan Ali berbagi satu pan kecil dengan Yeyer, bonekanya yang ia ajak makan siang, hehehe. Seperti biasa kalau sedang moment istimewa aku izinkan Ali untuk memesan minuman yang sedikit "nakal" (asal jangan soda, kopi dan alkohol, ya, hehe). Ia memilih untuk memesan lemon tea yang kalau hari-hari biasa bakal jadi big no kecuali kalau bikin sendiri di rumah :D
Sebelum makan berfoto bersama dulu. Yang fotoin Mbak Pizza Hut yang baik hati :) |
Yeyer, bonekanya Ali juga ikut. Tuh, ia duduk di samping Shane ;) |
Sesuai janjiku, sehabis makan Ali boleh membeli permen (again, ini juga hanya untuk moment istimewa). Di King's ada konter permen yang letaknya di samping eskalator, namanya "Sweet 16 Candy Castle" (kalau di Google namanya "Candy Toko", Idk why). Waktu kecil aku selalu happyyyyy banget kalau diajak Ibu ke sana, dan sekarang ternyata jadi tempat favoritnya Ali juga :D Ya, nggak heran sih karena pilihannya memang banyak dan kita dibebaskan untuk mencampur berbagai macam permen atau cokelat jadi satu gitu. Maksudnya kita nggak perlu beli satu pack, tapi bebas mengambil jenis apapun dan nantinya dihitung per ons, ---tempting kan, hahaha. Tapi Ali anaknya memang manis banget, meski ia kubebaskan untuk mengambil apapun tapi ia selalu bertanya dulu sebelum memasukkan permen pilihannya ke keranjang :')
Beberapa permen pilihan Ali. |
Setelah perut kenyang dan puas berjalan-jalan di mall, kami kembali lagi ke hotel. Karena aku sudah mandi di pagi hari, jadi aku hanya mencuci muka dan berganti baju dengan piama. Sementara Shane dan Ali mereka mandi terlebih dulu. Shane mandi di kamar mandi laki-laki (of course, haha) dan Ali mandi di kamar mandi perempuan karena masih harus aku awasi meski bisa mandi sendiri. Aku cukup kagum dengan keadaan kamar mandinya, karena meski sharing bathroom tapi cukup bersih, lho. Fasilitasnya juga nyaman, ada air panas yang mengalir lancar, hair dryer, bahkan setiap orang mendapatkan pasta dan sikat gigi yang bisa diambil di lobby. Plus handuk juga yang sudah tersedia di masing-masing pod, tapi hanya dipinjamkan tentunya :D Aku nggak tahu ya apa kondisinya memang selalu bersih atau hanya kebetulan karena pas kami menginap tamunya sedang sedikit. Semoga sih memang selalu bersih, ya ;)
Fasilitas kamar mandi yang bisa dipakai bersama. Lengkap juga, ada hair dryer, blower dan sabun di area wastafelnya. Di sampingnya ada toilet stall tiga pintu. |
Area shower. Ada pembatas antara shower dan tempat untuk ganti baju, jadi no basah-basah. |
Sekitar jam 7 malam mulai deh Ali bertanya-tanya apa Abah alias Bapak akan datang untuk menginap bersama kami. Sepertinya ia mulai mengantuk, tapi untung saja nggak rewel, hehehe. Aku lalu menelepon Bapak dan syukurlah ternyata beliau bisa menyusul meski paginya harus kembali bekerja. Sama seperti Ali, aku juga senang karena artinya kamar ekstra yang ku booking nggak sia-sia :D Yang lucu saking bersemangatnya menyambut Bapak, Ali ingin menunggu di lobby saja supaya nggak ketiduran, hahaha. Sebetulnya Ibu sudah mengingatkan Ali lewat WhatsApp kalau ia lebih baik menunggu di kamar, tapi rupanya Ali benar-benar takut ketiduran jadi ia terus membujukku untuk menemaninya di lobby. Tadinya sambil menunggu kami ingin sambil cemal-cemil, tapi ternyata untuk pembayaran harus menggunakan dompet digital. Karena saldo OVO ku tinggal sedikit jadi kami hanya bisa beli 2 botol air mineral, ahahaha :'D Sebal sih, tapi mau gimana lagi. Mau keluar pun sudah malam dan aku nggak mau kalau tanpa Shane. Aku langsung kepikiran Bapak, gimana kalau beliau lapar tengah malam dan nggak bisa beli apa-apa karena nggak punya dompet digital :(
Ali yang sudah ganteng, wangi dan berpiama menunggu Bapak di lobby. |
Right on time, Bapak tiba sebelum Ali ketiduran. Jadi sebelum Bapak tiba Ali akhirnya menuruti nasihat Ibu untuk menunggu di kamar. ---Well, sebenarnya karena sedikit diancam juga sih, Ibu bilang Bapak nggak akan jadi datang kalau Ali masih di lobby, hahaha. Aku nggak berlama-lama menemani Bapak dan Ali di pod nomor 3 karena mereka akan segera beristirahat. Aku hanya memberi Bapak perlengkapan mandi untuk besok pagi, sebotol air mineral dan barcode untuk akses keluar masuk. Nggak lupa aku juga mengingatkannya untuk mengirimiku pesan jika lapar atau memerlukan sesuatu karena aku dan Shane sepertinya akan begadang untuk menonton film. (---Nggak ada TV, HP pun jadi, lol). Setelah itu aku mengucapkan selamat tidur dan kembali ke pod nomor 1, kamarku dan Shane.
Yang ditunggu-tunggu Ali akhirnya datang juga. Wah, langsung dipinjami HP :p |
Shane sedang tidur-tiduran di balik selimut sambil bermain HP ketika aku masuk ke kamar. Aku ikut berbaring di sampingnya dan mulai mencari-cari tontonan menarik. Internet (Wifi) di sini agak lambat jadi agak berat untuk dipakai menonton film. Bahkan waktu kami check in pun sempat kesulitan sebenarnya, tapi memang masih mending dibandingkan di kamar. Waktu kami di lobby Ali masih sempat menonton "I Am Groot" di Disney+ dan lumayan lancar, lho. Akhirnya kami urung menonton film dan menonton video-video pendek saja. Belum satu jam aku merasa ngantuk, mungkin pengaruh suhu yang sangat dingin juga. AC nya memang dingin sekali padahal sudah diatur ke suhu yang paling tinggi, dan selimut yang disediakan juga nggak membantu karena tipis dan ukurannya pas-pasan :') Kami sampai harus tidur berdempetan dan batal begadang, hahaha.
Sekitar jam 2 pagi aku dan Shane terbangun karena lapar (ajaib ya bisa berbarengan, lol). Kami lalu memutuskan untuk memesan makanan via aplikasi karena nggak yakin kalau masih ada yang berjualan di sekitar di waktu sangat larut. Nggak lupa sebelumnya aku juga mengirim pesan pada Bapak, siapa tahu beliau juga terbangun dan lapar. Tapi ternyata nggak ada balasan jadi aku asumsikan beliau sedang di alam mimpi bersama Ali dan Yeyer :D Kami memesan makanan dari restoran langganan sewaktu kami masih tinggal di apartemen yang (seringnya) buka sampai pagi. Aku dan Shane sering bergurau kalau alasan kami menjadi pelanggan karena kami nggak punya pilihan lain. Jadi meski sering salah dan porsinya berubah-ubah waktu memberikan pesanan, kami menerima saja daripada lapar tengah malam :p Joke aside, rasa masakannya lumayan kok :)
Di Bobobox tamu nggak boleh makan di dalam kamar, mereka sudah menyediakan 2 communal area yang bisa digunakan. Satu di rooftop dan satunya lagi di kursi dan meja yang disediakan di setiap lorong pods. Karena kami takut membangunkan tamu lain, jadi kami memilih untuk makan di rooftop saja. Nggak ada akses lift untuk ke rooftop dan mushala yang berada di lantai 4, kami harus menggunakan tangga manual yang sempit. Sangat disayangkan sebenarnya karena kesannya jadi nanggung. Jika lift bisa dipakai sampai lantai 3 kenapa nggak sekalian lanjut satu lantai lagi? Untuk yang fisiknya sehat sih nggak masalah, tapi untuk yang punya keterbatasan masa sih selama menginap harus diam di kamar karena nggak punya akses ke rooftop dan juga mushala, huhu. Kecuali kalau di tempat ini memang punya aturan yang menginap khusus untuk anak muda dan yang sehat saja ya :p
Anyway, di luar "keanehan" aksesnya yang sangat nggak senior dan disability friendly, kondisi rooftopnya sebenarnya oke. Luas, ada meja-meja panjang yang bisa untuk menampung banyak tamu sekaligus dan perlengkapan makan juga disediakan. Para tamu juga sepertinya lumayan bertanggung jawab, mereka langsung mencuci piring, sendok dan gelas sehabis digunakan. Kenapa aku bilang "lumayan"? Karena mereka nggak CUKUP bertanggung jawab untuk membersihkan sisa-sisa nasi di drainer wastafel! Ahahaha, jorok banget lihatnya :') Aku dan Shane yang "gelian" auto bersih-bersih wastafel supaya orang lain nggak harus mengalami hal sama, lalu cuci tangan dengan banyak sabun sesudahnya.
Makannya pakai mangkuk karena Shane gak tahu kalau ada piring ekstra di lemari, hahaha. |
Makan di rooftop dini hari itu mixed feeling. Lihat kota Bandung dari atas waktu keadaan sepi bikin perasaanku damai sampai lupa kalau siangnya selalu macet. Tapi di sisi lain aku juga merasa seram setiap melihat ke arah gedung supermarket yang berada di samping kanan hotel. Kelihatan begitu kosong dan "mati", benar-benar nggak ada tanda-tanda kehidupan. Entah ide dari mana aku tiba-tiba mengarahkan kamera HP ke arah jendela lantai paling atas supermarket. Tapi nggak lama aku berhenti, soalnya ingat kalau nggak akan siap kalau sampai lihat "sesuatu", ahahaha T_T Sehabis makan dan bersih-bersih kami kembali lagi ke kamar untuk tidur. Mau berlama-lama pun selain seram udara di atas sangat dingin. Minimal di kamar ada selimut deh meski harus saling tarik (karena mungil, hehe).
Hari Kedua: Sarapan Double, Mall dan Film Horor.
Kami berempat bangun pagi-pagi sekali, sebelum jam 7 pagi. Bapak langsung mandi karena beliau harus bekerja. Beliau bilang kamar mandinya nyaman, bersih dan air panasnya lancar. Suasananya juga sepi jadi terasa leluasa karena nggak harus berbagi dengan tamu lain. (---Yaaa, yang lain mungkin masih tidur, Pak! Hehehe). Mendengar beliau bilang begitu aku jadi lega, karena sebenarnya aku merasa nggak enak mengajak orangtua ke tempat seperti ini (baca: bukan hotel konvensional untuk bersantai). Tapi Bapak bilang ia nggak keberatan, so I guess everything is fine! :) Nggak bisa berlama-lama Bapak langsung pamit tanpa sarapan. Untung saja semalam aku sempat memberikan sedikit uang untuk berjaga-jaga jika ingin membeli sesuatu, jadi beliau bisa menggunakannya di perjalanan nanti. Ali terlihat sedikit berkaca-kaca dan sesekali membujuk Bapak untuk tetap bersama kami. Syukurlah hanya sebentar, nggak lama setelah Bapak melambaikan tangan dan masuk ke dalam lift untuk turun, Ali kembali ceria! :D
Ali mengantar Bapak ke lift. |
Karena semalam aku nggak mandi, jadi aku putuskan untuk mandi selagi belum ada tamu lain yang memakai kamar mandi. Saat aku sedang bersiap-siap membawa handuk dan baju ganti, tiba-tiba Ali bilang kalau ia juga ingin mandi lagi! Waaah, nggak mungkin dong kami mandi berdua :D Untung saja Shane kemarin sudah mandi, jadi aku bisa minta tolong padanya untuk mengawasi Ali. Aku bilang padanya kalau ia hanya perlu mengawasi Ali dari luar tirai shower, nggak perlu ikut masuk. Karena yang Ali butuhkan hanya seseorang yang mengingatkan dan memastikan ia membilas sabun dengan benar lalu mengeringkan badannya dengan teliti. ---Well, sepertinya Shane understood the assignment. Karena begitu aku selesai mandi langsung disambut oleh Ali yang sudah rapi, rambutnya klimis dan wangi minyak telon, ahaha xD Kami berkumpul di pod nomor 1, nggak banyak melakukan apa-apa hanya menikmati waktu bersama. Sesekali Shane bermain dengan Ali, mereka berpura-pura Yeyer (boneka) bisa bermain skateboard dengan menggunakan HP sebagai papannya, hahaha. Lama-lama perut kami lapar juga, sementara mall baru buka jam 10 yang artinya masih 2 jam lagi.
Selfie setelah mandi. Langsung beda auranya, gak lagi muka bantal, hahaha. |
OOTD bersama mural yang chubby sepertiku xD Oya, lorong ini salah satu communal space, bisa dipakai makan atau sekedar duduk-duduk. |
Kami sudah rapi dan wangi. Hebat banget Ali mandi sendiri :) |
Yeyer bermain "skateboard" :D |
Karena nggak tahan aku memesan nasi goreng plus teh manis dari restoran terdekat yang sudah buka. Entah kenapa nasi goreng kami terasa amis, seperti ada ikan/seafoodnya gitu, padahal yang kupesan nasi goreng sayur :( Mungkin dimasak dengan wajan yang sama atau memang di bumbunya ada terasi/saus tiram, IDK. Yang pasti selama makanannya bersih aku nggak mau mubazir dan akan berusaha menghabiskannya. Tapi rasa amisnya memang terlalu kuat, aku hanya bisa memakannya setengah porsi. Begitu juga Shane dan Ali yang menyerah dan ingin menunggu mall buka saja untuk proper breakfast. Btw, Shane memang nggak suka ikan, bahkan sebelum ia jadi vegan. Makanya jangankan aroma amis ikan asli, ikan tiruan pun ia nggak mau makan, hehehe :'D
Posisi pod kami sangat dekat dengan jendela, jadi kami bisa mengecek kondisi mall sesering mungkin. Begitu terlihat security mall sudah datang dan lampu-lampu dinyalakan, kami langsung berkemas. ---Um, sebenarnya Ali belum mau check out, ia masih mau stay di hotel sampai tengah hari. Tapi rencanaku dan Shane, kami ingin menghabiskan sisa hari di mall saja. Berkali-kali Ali menelepon Ibu agar beliau mau menemaninya di hotel selama aku dan Shane di mall, tapi tentu Ibu nggak bisa karena di rumah nggak ada siapa-siapa. Kasihan sebenarnya, tapi aku sudah lumayan pegal di dalam ruang sempit :') Beruntung Ali setuju untuk check out selama ia diizinkan memilih menu sarapan yang kedua. Ia ingin makan donat! Okay, you got it, kiddo! ;)
Waktu proses check out Ali masih berat meninggalkan Bobobox rupanya. Dengan security dan petugas front desk ia sibuk mengobrol ini itu. Ia bahkan mengambil foto password Wifi untuk berjaga-jaga jika ia kembali lagi suatu hari :'D Beneran deh kalau soal ramah seluruh pegawai di Bobobox ini juara! Mereka bahkan nggak segan mengajak Ali bermain dan bercanda setiap kami ke lobby. Sungguh nilai plus :) ---Well, siapa tahu teman-teman ada yang mau menginap dan perlu sedikit insight, aku sebutkan ya poin-poin plus dan minusnya.
Kekurangan:
1. Nggak ramah anak (kecuali semua pegawainya yang ramah-ramah ya :p ). Padahal hanya perlu space kecil untuk mini playground. Bisa ditaruh di communal space, misalnya di rooftop.
2. Nggak ramah disabilitas dan orang tua. Ini yang paling menggangguku. Elevator sangat kecil dan hanya sampai lantai tiga. Untuk menuju rooftop dan mushala hanya bisa menggunakan tangga yang terjal. Jika pengguna kursi roda ingin menginap di sini, lupakan saja.
3. Wifi yang lemah.
4. Kebersihan dipertanyakan. Ada gumpalan rambut di sudut tempat tidur. Ketika lapor langsung ada petugas yang membersihkan dengan cara naik ke atas tempat tidur yang sudah terpasang sprai :')
5. Ukuran selimut terlalu kecil untuk dipakai berdua.
6. Untuk snacks dan minuman hanya bisa dibeli dengan dompet digital (seperti OVO, dll). Kurang praktis terutama untuk bapakku yang nggak punya aplikasi-aplikasi seperti itu.
7. Akses masuk pod harus menggunakan HP. Artinya saat masuk ke kamar mandi pun HP harus dibawa, ahaha :'D Kecuali jika ada orang lain yang bisa membukakan pod dari dalam. Nggak bersih rasanya HP keluar masuk kamar mandi dan toilet.
Kelebihan:
1. Seluruh pegawainya ramah demi apa :'))) Bahkan securitynya helpful dan sabar.
2. Fasilitas kamar mandi cukup bersih. Terkadang ada tisu berceceran tapi setelah ku cek beberapa jam kemudian sudah bersih :)
3. Lokasi dekat dengan mall dan supermarket.
4. Nggak terlalu ramai meskipun akhir pekan.
5. Bisa memilih pod di atas atau pod di bawah bagi yang nggak suka/nggak bisa memanjat.
Saranku sih Bobobox kalau bisa lebih "ramah" untuk semua kalangan. Nggak ada larangan untuk orang tua, anak-anak dan disabilitas untuk menginap, kan? Jadi mungkin bisa dipikirkan kembali aksesibilitasnya (nanggung lho, tinggal nambah satu lantai saja akses lift nya padahal, ahaha). Untuk akses keluar masuk juga bisa diganti dengan kartu misalnya. Model HP sekarang besar-besar, TBH risih banget harus bawa HP buat sekedar pipis, huhu.
Okay, aku lanjutkan lagi ceritanya ya. Karena nggak bawa mobil, jadi kami ke King's dengan masih membawa ransel. Berat-berat sedikit nggak apa lah, toh kupikir bakal sering duduk, hihi. Sesuai janji pada Ali, kami sarapan (lagi) di JCO Donuts. Aku dan Shane memesan kopi hitam. ---Kami sekedar menemani Ali saja sih sebenarnya, hanya ngopi-ngopi biar nggak mengantuk. Untuk makan berat kami berencana mencari di tempat lain yang ada menu vegannya. Yang penting Ali dapat yang ia mau dulu dan ia happy :) Ali memesan beberapa donat Oreo dan ia bisa menghabiskan semuanya padahal baru makan nasi goreng, hahaha. Ia sangat cerewet sepanjang sarapan kedua ini, nggak henti-hentinya ia berbicara tentang pengalamannya selama di Bobobox. Mungkin saking berkesan baginya, ya. Sampai-sampai belum satu jam check out ia sudah berencana akan menginap di sana lagi! :')
Ali dan donat-donatnya. Seperti Hobbit ya, ada "sarapan kedua" :D |
Selesai sarapan Ali dijemput pulang karena aku dan Shane masih ingin melanjutkan jalan-jalan di mall. Ya, sekalian quality time berdua juga. Ada Ali memang seru, tapi boleh dong kami pacaran berduaan saja :p Kami ke lantai atas untuk melihat-lihat random stuff, ---benar-benar random dari mulai furnitur, mainan sampai pakaian. Tapi kami nggak membeli apa-apa karena bawaan kami lama-lama ternyata lumayan merepotkan, sampai-sampai aku menyerah dan membiarkan Shane menggendong tas ranselku. Akhirnya kami putuskan untuk ke bioskop, di sana at least kami bisa duduk, kan, hehehe. Nggak ada film yang lagi benar-benar kami ingin tonton, but we're such a sucker for horror movies, ---literally apa saja asal horror akan kami tonton :D Jadi saat kami melihat poster film Mumun, tanpa banyak pertimbangan kami langsung membeli dua buah tiket. Memang kami tahu filmnya tentang apa? NGGAK xD Menonton trailernya saja belum pernah. Kalau aku sih sebelumnya sudah tahu kalau dulu ada serial "Jadi Pocong" di Indosiar dengan nama tokoh yang sama dengan judul filmnya meski nggak pernah nonton. Sedangkan Shane, dia benar-benar blank :p
Ngemil di foodcourt sebelum film dimulai. |
Pilih-pilih camilan untuk teman nonton. |
Kami masuk teater tanpa ekspektasi, kalaupun filmnya jelek kami masih punya pop corn untuk dinikmati, hehe. Oya, meskipun aku lahir dan besar di Bandung tapi ini baru kali ketigaku nonton di bioskop King's, lho. Duluuuu sekali memang lumayan sering, tapi waktu masih bermana "Galaxy" (koreksi kalau salah), belum CGV seperti sekarang. ---Dan sebelum mallnya kebakaran tentunya :')
Kesan pertama kami dengan film Mumun yaitu satu kata: Kocak! Humornya sangat Betawi dan kalau saja nontonnya di TV tanpa tahu tahun rilisnya kami bakal mikir ini film tahun 90'an. Mirip-mirip seperti Si Doel gitu. Lalu di pertengahan film baru lah muncul adegan-adegan horornya, ---yang sejujurnya sukses bikin aku dan Shane lompat dari kursi kami, ahahaha. Visualnya oke, dan timing kemunculan pocong "Mumum" nya pun tepat, jadinya efektif. Overall kami puas dan merasa nggak salah pilih film. Meski tentu bukan film yang sempurna, karena ada adegan-adegan yang terlalu repetitif (bikin seramnya hilang) dan endingnya juga berkesan buru-buru. Tapi itu dia, tertutup dengan komedi dan visual pocongnya yang kece ;) (Lah, pocong kok kece, huehe).
Kalau ada yang nggak menyenangkan dari pengalaman menonton kami, jelas bukan gara-gara filmnya. Tapi gara-gara penonton lain! Ah, astaga, Ibu-Ibu di sebelahku sibuk banget bikin status WhatsApp pakai potongan film. Iya, ia merekam dengan handphonenya meskipun sudah ada larangan yang disiarkan sebelum film diputar. Parahnya ini Ibu bolak-balik putar ulang rekamannya waktu film MASIH diputar. Aku sampai bilang, "Ssst," berkali-kali tapi ia cuek saja T_T Penonton lain juga banyak yang bawa anak-anak meski filmnya berkategori 13 tahun ke atas. Gimana mereka bisa lolos waktu mau masuk dan proses penyobekan tiket? Nggak tahu. Yang aku tahu pasti, ini salah satu bioskop terburuk yang pernah aku kunjungi, ---perpaduan seimbang antara petugas cuek dan pengunjung norak :')
Tapi moodku dan Shane memang benar-benar bagus, jadi begitu keluar area bioskop sudah seperti nggak habis terjadi apa-apa, hahaha. Perut kami sudah terasa lapar, mikir-mikir sebentar akhirnya diputuskan untuk makan di Solaria saja. Restoran vegan-vegetarian terdekat namanya "Padma Vegeta", kalau ditempuh dengan jalan kaki jadinya berasa nggak dekat-dekat amat, jadi kami urung ke sana dan makan yang ada saja. Di Solaria kami memesan makanan yang paling mudah dimodifikasi jadi vegan. Shane memesan nasi goreng sayur (tinggal minta tanpa ayam, sosis, telur, dll), sedangkan aku memesan kwetiau sayur tanpa kuah (---karena kuahnya kemungkinan besar mengandung kaldu). No ribet-ribet kan, kami bisa ber-vegan dimana saja :D Dua-duanya rasanya enak dan sukses membuat kami kenyang.
Mungkin karena perut sudah terisi aku jadi merasa sedikit mengantuk. Aku bilang sama Shane lebih baik kami sudahi saja jalan-jalannya dan kembali ke rumah orangtuaku (selama tempat tinggalku dan Shane direnovasi kami sementara tinggal di sana). Shane setuju, karena ternyata ia juga kelelahan. Kami mampir sebentar ke Dunkin Donuts untuk membeli oleh-oleh untuk Ibu. Beliau memang lebih suka Dunkin dibanding merk lain, katanya lebih empuk dan padat, hahaha. Persis sepertiku, waktu masih makan vegetarian aku juga selalu pilih Dunkin :D
Setelah dapat donatnya kami langsung ke area drop off mall untuk menunggu mobil online. Kocak juga rasanya, orang-orang mungkin pikir kami habis backpackeran soalnya bawa-bawa ransel. Padahal masih dari Bandung-Bandung juga, ahahaha. Di mobil rasanya aku semakin mengantuk. Kami nggak banyak mengobrol dan hanya menikmati perjalanan kami sampai tiba di rumah :)
Kalian tahu, aku sebelumnya nggak pernah mengira akan mengatakan (well mengetik) ini. Tapi aku BAHAGIA dan sangat BERSYUKUR kami staycation di hotel kapsul! :'D Seandainya aku nggak mengikuti keinginan Ali mungkin rasanya akan berbeda, so thank you so much, Ali! :) Dan aku juga belajar sesuatu dari staycation kali ini, bahwa kebahagiaan setiap orang itu berbeda-beda. Bagi orang lain (termasuk bagiku) liburan yang sempurna itu mungkin di hotel dengan kolam renang dan playground yang luas, tapi bagi Ali menginap di hotel kapsul itu adalah hal yang paling keren sedunia! Juga, melihat orang lain (Ali) senang membuatku ikut senang. Hatiku terasa penuh melihat kebahagiaan dan excitement Ali sepanjang dua hari satu malam bersamanya. Aku nggak mau mengganti pengalaman ini dengan apapun, bermalam bersama Ali di hotel kapsul dan menonton film horor di bioskop "norak" bersama Shane xD (Dan Bapak, meski beliau hanya mampir sebentar).
Jadi akan menginap di mana kami untuk staycation berikutnya? Well belum tahu, dan apakah itu matter? ---Kurasa enggak, karena selama kami bisa mengabiskan waktu bersama, di mana pun, itu yang membuat kami bahagia.
Mau ke hotel kapsul lagi juga ayok! Ahahaha! :p
yang suka kebangun tengah malam karena lapar,
INDI