Halo! Indi di sini! Penulis dari "Waktu Aku sama Mika", "Karena Cinta itu Sempurna", "Guruku Berbulu dan Berekor", "Conversation for Preschoolers" dan Indi nyata dari Film Mika. Welcome to "DUNIA KECIL INDI"! Salam kenal :)
Hehehe, aku ingat sudah janji untuk menceritakan soal malam penobatan “Kartini Next Generation Award 2015”berabad-abad lalu, tapi rupanya baru sempat sekarang :’D Mungkin teman-teman sudah ada yang tahu bahwa 2 minggu lalu aku terkena demam berdarah dan gejala tipus. Itulah yang membuat update-ku terhambat belakangan. Ditambah segera setelah aku pulih banyak kegiatan yang menanti. Cukup membuat energiku terkuras, bahkan untuk sekedar blog walking. Tapi aku juga bersyukur karena Tuhan masih (dan semoga selalu) memberikan kesehatan dan semangat untuk bekerja dan berkarya :)
Jadi setelah menjalani proses penjurian (baca cerita lengkapnya di sini), dua hari kemudian di tanggal 22 April 2015 aku dan para finalis diundang untuk menghadiri malam penobatan yang dilaksanakan di auditorium Gedung BPTT Jakarta. Aku berangkat pagi-pagi sekali dari Bandung dengan diantar Ibu dan Bapak, sama seperti ketika proses penjurian. Tapi ada yang berbeda kali ini, nenekku, yang biasa dipanggil Emah oleh cucu-cucunya juga ikut mendampingi. Senang rasanya, karena moment yang istimewa ini terasa semakin istimewa dengan dihadiri oleh orang-orang tercinta :) Meski cuaca sangat terik (sangat, sampai ketika berhenti di rest area aku ingin minuman dingin meskipun masih pagi, hehehe) tapi perjalanan terbilang lancar. Macet karena KAA hanya terasa sebentar dan dalam waktu beberapa jam saja kami sudah tiba di Jakarta.
Ketika tiba di Gedung BPPT rasanya seperti Deja vu. Meski diadakan di ruangan yang berbeda, tapi rupanya aku dan keluarga lagi-lagi menjadi finalis yang paling awal tiba (baca: kepagian), hehehe. Mungkin karena finalis lain kebanyakan masih menginap di Hotel dan ada yang tinggal di Jakarta jadi mereka tiba tepat waktu. Sambil menunggu aku berganti baju dengan kebaya yang sudah disiapkan dari rumah. Karena aku hanya punya satu kebaya dan jahitannya sudah mulai lepas, jadi aku dan Ibu mendesain kebaya baru dan segera menjahitnya dalam waktu yang sangat singkat (kami hanya punya waktu 3 hari sebelum penjurian!). Kain yang digunakan pun seadanya, yang sudah tersedia di rumah. Untuk kain kebaya menggunakan stok kain Ibu, dan untuk roknya menggunakan kain batik rangrang oleh-oleh dari adik yang pulang honeymoon di Bali. Sempat khawatir warna dan motifnya “nabrak”, tapi setelah finalis lain mulai berdatangan mereka ternyata menyukai “kebaya last minute” ku, hehehe. Thank God :D
Dari kain-kain yang ada di rumah, jadilah kebaya ini :)
Bersama finalis KNG 2015 :)
Kompakan pakai batik rangrang. Lucu, ya :D
Selain Ibu, Bapak dan Emah, kehadiran Iin dan mamanya pun semakin membuat perasaanku bertambah gembira. Iin adalah seorang teman yang aku kenal dari audisi X Factor karena sama-sama mengidap scoliosis dan sama-sama tertarik dengan dunia seni. Meski ini adalah pertemuan yang pertama kali dengan mamanya Iin, tapi kami langsung duduk di satu meja dan berbincang akrab tentang banyak hal (baca cerita seru kami di sini). Kehadiran mereka membuat mejaku jadi yang paling ramai. Pasalnya finalis lain hanya ditemani dengan 2 orang pendamping, sedangkan aku oleh 5 orang yang semuanya senang mengobrol, hehehe. Eh, tapi aku sudah izin pada panitia dulu kok sebelumnya. Kebetulan ada salah satu finalis yang nggak membawa pendamping, jadi aku bisa mengajak Emah, Iin dan mamanya :)
Kedatangan suporter cantik, nih. Iin :*
Tepat setelah acara pembukaan selesai Iin dan mamanya pamit karena ada keperluan lain. Oh, iya waktu nama dan foto finalis ditampilkan di layar sepertinya cuma mejaku saja yang heboh, soalnya waktu wajah konyolku muncul, Iin dan orangtuaku kompak bertepuk tangan sambil bersorak. Hahaha, kalau panitianya membaca tulisan ini aku minta maaf ya :p
Aku berpisah dari Ibu, Bapak dan Emah untuk duduk bersama finalis yang lainnya. Jaraknya cukup jauh dari mejaku sebelumnya, di pojok dekat speaker raksasa sementara keluargaku di tengah ruangan dengan posisi yang menghadap langsung ke panggung. Well, lebih strategis dan nyaman, sih... tapi masa aku mau nempel terus sama mereka seperti anak kecil, hehehe. Lagipula mengobrol dengan teman-teman baruku itu seru sekali, lho. Dan tentu saja bisa membuat “lupa” dengan suara berisik dari speaker raksasa yang ada di sebelah kiri kami :D
Selain kata sambutan dan doa dari para mentri, acara juga diisi dengan talk show yang sesuai dengan tema Kartini Next Generation Award tahun ini, yaitu Woman as Drivers of Progress. Sidrotun Naim dan Maizidah Salas, finalis tahun ini menjadi salah dua (istilah apaan ini? Lol) dari narasumber talk show. Kisah mereka sangat menginspirasi, bahkan sempat membuatku hampir meneteskan air mata. Sungguh membuktikan bahwa “Kartini” bisa menjelma dari berbagai latar belakang dan profesi. Awesome! Selain itu juga ada drama musikal singkat yang menceritakan tentang keragaman perempuan. Aku suka sekali karena perempuan digambarkan dengan nggak seragam. Ada yang bekerja di luar, ibu rumah tangga dan lain sebagainya, ---tapi semuanya HEBAT! :)
Talk show.
Drama musikal tentang perempuan :)
Setelah penantian yang panjang (banget, ---sampai sore lho) akhirnya ke 22 orang finalis dipanggil untuk naik ke atas panggung. Mereka adalah (aku termasuk, ya, hehehe) Yunia Muji Utami(Sidoarjo), Siti Rohayah (Banyuasin), Julie Nava(USA, berhalangan hadir), Diana Anggraini(Bandung), Annisa Wibi(Bandung), Abys Wigati(Malang), Vanda Yulianti(Jakarta), Laurencia Ika(Surabaya), Maizidah Salas(Wonosobo), Alia Noor(Jakarta), Nadhira Vidya (Bandung), Nariana Pardede (Yogyakarta), Wahyuning Widiowati (Jakarta), Sidrotun Naim(Tanggerang), Indi Taufik(dari antah berantah, mungkin dari Disney channel atau Nickelodeon, hahaha), Qori Sulaeman (Karawang), Aretha Aprilia(Tanggerang), Tri Wahyuni (Samarinda), Vania Santoso(Surabaya), Yayuk Sri(Nganjuk), Anazkia (Malang) dan Talita Asagi (Papua). Hal pertama yang aku lakukan ketika berdiri di sana adalah “dadah-dadah” ke arah keluargaku, hehehe. I know it’s kinda childish. Tapi aku happy sekali, ---dan menyapa keluarga adalah caraku mengekspresikannya :)
22 orang finalis :)
Ayo luruskan barisannya! :p
Ada 2 stasiun TV yang meliput acara ini, yaitu TVRI dan Daai TV :)
Ada perasaan haru yang susah sekali dijelaskan dengan kata-kata ketika melihat keluargaku dari atas panggung. Bapak berdiri di dekat panggung, bahkan lebih depan daripada para wartawan untuk mengambil fotoku. Sementara Ibu keluar dari mejanya dan berdiri agar bisa melihatku dengan jelas. Dan Emah... Well, beliau yang paling membuat hatiku tersentuh... Emah sama sekali nggak beranjak dari kursinya, tapi air matanya terus keluar sambil menatapku bangga. Kalau saja kamera nggak menyorotku dari segala arah, mungkin aku sudah menangis seperti bayi, hehehe. Setelah beberapa sambutan dibacakan 6 orang yang terpilih untuk mewakili 6 bidang/kategori yang berbeda. Mereka adalah Siti Rohayah(ekonomi), Laurencia Ika (pendidikan), Alia Noor(sosial budaya), Vania Santoso(kesehatan dan lingkungan hidup, ---kategori yang sama denganku), Sidrotun Naim(riset perikanan) dan Maizidah Salas(pemberdayaan perempuan).
Bersalam-salaman :D
Penyerahan trophy dan sertifikat pada 6 perempuan dari 6 kategori yang berbeda.
Gue menerima sertifikat.
Lalu cengengesan karena tertukar dengan finalis lain, hahaha.
Tebak aku lagi cerita apa. Pokoknya yang berdiri di dekatku pasti susah jaim. Maaf, yaaa :)
Horeeee, dapat hadiah banyak :D
Emah menangis haru ketika aku di atas panggung :')
Bersama Talita (aku sudah pegal maksimal dan keberatan membawa sertifikat dan hadiah) xD
Setelah penyerahan sertifikat, trophy, hadiah dan foto bersama, kami turun dari panggung untuk menemui pendamping/keluarga masing-masing. Ibu dan Bapak sudah menyambutku di tepi panggung sambil terus-terusan berkata tentang betapa bangganya mereka padaku. Emah, yang masih belum juga beranjak dari kursinya mencium dan memelukku erat. Air matanya semakin deras seiring dengan doa dan kata-kata pujian yang beliau lontarkan untuk cucu perempuan pertamanya ini. Pertahananku pun roboh, air mataku mulai keluar dan menangis haru. Sungguh ini hari yang membahagiakan karena bisa berdiri di antara perempuan-perempuan hebat dari seluruh Indonesia. Tapi mendengar Ibu, Bapak dan Emah bangga denganku melebihi segalanya. Aku beyond bahagia...
Di malam penobatan Kartini Next Generation award ini juga ada kejadian nggak terduga yang menyenangkan. Menurut cerita Ibu, waktu aku pindah meja untuk duduk bersama finalis lain ada seorang perempuan yang menghampiri untuk duduk di kursi kosong yang tadinya aku tempati. Ketika mengenalkan diri ternyata ia adalah Erlinda, sekjen dari KPAI(Komisi Perlindungan Anak Indonesia). Tahu bahwa Ibu, Bapak dan Emah adalah keluarga finalis, ia ingin berkenalan denganku. Ternyata Erlinda ini baiiiik sekali (plus cantik). Ia menyebut dirinya “Tante”, tapi aku lalu memanggilnya “Kakak” karena terlihat sangat muda. Setelah saling mengenalkan diri (nggak lupa aku bercerita tentang passion-passionku) kami pun bertukar nomor telepon dan alamat email. Ketika aku selesai mengobrol dengan Ibu, Bapak dan Emah, Kak Erlinda mengucapkan selamat dan memberikan pesan padaku. Katanya sudah waktunya aku meneruskan perjuangan generasi terdahulu. “Yang masih muda seperti Indi ini harus diberi kesempatan untuk melakukan perubahan,” begitu katanya. Aduh, aku jadi semakin terharu.
Rupanya Emah punya request istimewa pada Kak Erlinda sebelum aku turun panggung. Katanya beliau ingin aku berfoto dengan para mentri. Hehehe, Emah ada-ada saja... Tapi ternyata Kak Erlinda mengabulkannya. Dengan mengenalkanku sebagai keponakannya, aku pun berfoto dengan para mentri. Ah, terima kasih banyak Kak Erlinda... Baik sekali hatimu padahal kita baru kenal beberapa jam saja :)
Ibu, Emah dan Kak Erlinda KPAI :)
Sempat berbincang di sela acara :)
Requestnya Emah, aku berfoto dengan Puspita Zorawar (ketua KNG 2015) dan Imam Nahrawi (Menpora RI).
Bersama Rudiantara (Menkominfo RI). Terima kasih banyak Kak Erlinda! :D
Setelah acara selesai rupanya masih ada kejutan lain. Para juri rupanya masih mengingatku, ---tepatnya mengingat presentasiku yang dalam bentuk dongeng, hehehe. Yang mengesankan, salah satu juri yang juga pimpinan redaksi majalah Noor, Ibu Jetti R. Hadi, memanggilku ketika kami akan pulang. “Sebentar... sebentar, saya mau difoto sama Indi,” katanya sambil memelukku. Beliau berkata bahwa sejak mendengar ceritaku, beliau ingin bertemu dengan orangtuaku. Katanya aku pasti dibesarkan oleh orangtua yang hebat. Wah, Ibu dan Bapak sampai penasaran dengan isi presentasiku, katanya kenapa mereka sampai dianggap “hebat”. Hehehe, rahasia dong! :p
Bersama Ibu Jetti pimred majalah Noor :)
Thank God.... :)
Di perjalanan pulang kami nggak henti-hentinya membahas tentang apa yang baru saja kami alami. Aku bilang ini salah satu hari yang paling membahagiakan di hidupku. Tapi ternyata Ibu, Bapak dan Emah pun merasakan hal yang sama. “Emah bangga sekali sama Kakak. Lihat Kakak di atas panggung, berdiri sama banyak orang hebat. Kalau bukan karena Kakak mana bisa Emah mengalami hari seperti ini?” Diam-diam aku menghapus air mata yang pelan-pelan turun. Aku berjanji akan terus belajar, terus mencari pengalaman dan nggak mudah menyerah. Aku ingin membuat mereka bahagia dan bangga... selalu :))
Simak tayangan Penobatan KNG 2015 oleh DAAI TV di sini:
Aku masih ingat hari pertama Eris tiba di rumah keluargaku. Ia begitu pemalu dan canggung. Ekornya terselip di antara kaki belakangnya, tanda sedang ketakutan. Meski begitu aku dan keluarga segera tahu bahwa Eris mempunyai karakter yang manis, ---sangat manis. Bahkan kalau diingat-ingat ia adalah anjing termanis yang pernah kami temui! Di usianya yang masih 9 bulan Eris nggak pernah menggigiti barang meskipun giginya sedang tumbuh. Ia juga sangat patuh, sampai-sampai hal ternakal yang pernah ia lakukan hanya menyembunyikan kaus kaki-kaus kaki kami, ---yang menurutku malah lucu, hehehe. Aku juga masih ingat ia dulu sering bersembunyi di tempat sempit, yang membuatku bertanya-tanya apakah ia sedang merindukan keluarga lamanya...
Bulan demi bulan, tahun demi tahun berlalu. Eris nggak lagi canggung dan tumbuh menjadi anjing ramah yang sangat dekat denganku, ---hampir nggak terpisahkan. Ekornya yang dulu terselip kaku sekarang selalu mengibas riang. Tapi ada satu yang nggak berubah; Eris tetap menjadi anjing yang manis. Saking manisnya, kalau nggak melihat langsung orang mungkin nggak akan percaya. Eris nggak pernah membuat rumah berantakan. Meski ditinggalkan dengan banyak benda yang menarik, ia nggak akan berani mengambilnya kecuali aku telah memberi restu. Eris juga nggak berisik, ia nggak mudah terpancing dengan suara ribut di luar rumah kecuali jika itu hal mencurigakan. As sweet as a sugar and everything nice, begitu mungkin kalau kata Lenka, hehehe.
Kalau aku nggak melihat kalender, ---atau memperhatikan tubuhnya yang semakin besar dan warna bulunya memudar, aku nggak akan sadar kalau Eris sudah berusia 6 tahun. Di mataku dia selalu menjadi puppy, ---puppy yang manis. Hari ini, 22 Mei 2015 Eris berulang tahun. Sejak beberapa hari sebelum ulang tahunnya tiba semuanya terasa istimewa. Well, setiap ulang tahun tentu saja istimewa, tapi tahun ini sepertinya semua menyambut hari lahir Eris. Malam terakhir ketika aku menjadi pembicara di Surabaya, aku mendapat kabar bahwa Eris menjadi juara 2 dari sebuah kontes foto hewan peliharaan! Padahal aku sudah nggak ingat pernah mendaftar ke kontes itu. Dan sungguh kebetulan yang manis, hadiahnya aku terima 1 malam saja sebelum hari ulang tahun Eris! :)
Belum selesai rasa terkejutku, ketika tiba di Bandung sebuah paket diantarkan ke rumah keluargaku. Tadinya kupikir itu untuk Ibu jadi aku nggak berani untuk membukanya. Tapi ketika Ibu pulang dan membuka paketnya, beliau menyerahkannya padaku. Katanya itu bukan untukknya, atau juga untukku. Ternyata itu untuk Eris! Sebuah kado ulang tahun lebih awal dari keluarga lamanya, sebuah dress ulang tahun yang sangat cantik! Aku, Ibu dan Bapak sampai nggak henti-hentinya membahas tentang betapa beruntungnya Eris. Suasana rumah bahkan sudah meriah sebelum ulang tahunnya tiba, dan kami hampir nggak perlu menyiapkan apa-apa lagi untuk hari jadinya Eris :)
Eris memang nggak mengerti dengan piala, piagam dan hal-hal simbolis lainnya, tapi jelas sekali ia menikmati pesta kecilnya. Dress ulang tahunnya (yang sebenarnya agak kebesaran, hehehe) nggak mau ia lepas sampai malam hari. Aku, Ibu dan Bapak sampai tertawa geli melihatnya. Eris memang senang sekali berdandan, tapi kali ini ia seolah mengerti jika sedang berulang tahun. Kami juga menyiapkan beberapa kado untuk Eris berupa camilan dan makanan anjing favoritnya yang dibungkus dengan kertas berwarna-warni. Eris hanya memandangi tumpukan kadonya meskipun aku simpan di tempat yang bisa ia jangkau, ---menungguku membukakan untukknya. Good girl :) Nggak ada kue tart untuk tahun ini karena aku nggak sempat untuk membelinya. Kondisiku belum pulih betul dari demam berdarah dan gejala tipus. Sebagai gantinya aku menghias beberapa biskuit dengan lilin di atas piring. Sederhana, tapi hari ini menjadi salah satu hari yang paling membahagiakan untukku dan Eris.
Bapak bilang Eris anjing yang happy. Hanya ada 2 mood yang ia miliki, yaitu “happy” dan “super happy”. Aku rasa itu yang membuatnya menjadi anjing yang penuh berkah. Tuhan memberikan rezeki untuk semua makhluk ciptaanNya, termasuk hewan. Hadiah-hadiah yang Eris terima ini bukan hanya karena ia beruntung, tapi merupakan anugerah dari Tuhan, ---rezeki untuk Eris karena telah menjadi anjing yang baik, hehehe. Setiap kali melihat wajah polosnya, aku selalu takjub dengan Eris. Setiap hari ia jalani dengan penuh semangat, excited dengan hal-hal sederhana dan kesetiaan yang luar biasa padaku dan keluarga. Semua itu ia lakukan saat mood-ku sedang bagus ataupun jelek. Saat aku memberinya makan tepat waktu atau terlambat. Saat aku bisa memberinya hadiah-hadiah kecil atau... saat aku bahkan nggak bisa memberinya lebih dari sekedar makan 3 kali sehari. Eris mengingatkanku untuk nggak pamrih, untuk melakukan semuanya dengan ikhlas dan gembira meski belum tentu akan mendapatkan reward.
So, happy birthday Eris... Semoga sehat selalu dan penuh semangat. Terima kasih telah membuat hari-hariku dan keluarga menjadi lebih ceria (well, aku yakin siapapun yang pernah bertemu Eris pasti ‘tertular’ dengan keceriaannya, hehehe). Terima kasih juga untuk pelajaran-pelajaran tentang hidup yang membuatku menjadi pribadi yang lebih positif. Semoga kita bisa bersama untuk waktu yang sangat panjang. Love you so so soooo much, Eris girl! :)
Whoaaaaa, akhirnya aku bisa bercerita kembali di sini!! *sujud syukur**nangis terharu*
Belakangan ini aktivitasku memang sedang terhambat karena masalah kesehatan, padahal jadwalku sedang lumayan padat. Sempat pengen nangis, tapi aku ingat kalau ini mungkin cara Tuhan untuk bilang “slow down” sama aku :) Di beberapa post sebelum ini aku sempat bilang kalau akan bercerita tentang malam penobatan “Kartini Next Generation Award 2015”, tapi ternyata harus tertunda karena aku mendadak sakit. Minggu lalu aku demam tinggi selama 3 hari, setelah diperiksa ternyata aku terkena demam berdarah dan gejala tipus! Terpaksa harus ada beberapa hal yang ditunda, termasuk berbagi cerita di “Dunia Kecil Indi” ini. Well, berhubung kesehatanku belum 100% pulih, sekarang aku akan bercerita tentang pengalaman yang cukup singkat dulu, ---belum kuat untuk lama-lama di depan komputer---. Untuk pengalaman di malam penobatan KNG akan aku ceritakan lain kali, (mudah-mudahan) saat kesehatanku sudah jauh lebih baik ;)
Setelah dilema yang cukup panjang akhirnya aku putuskan di saat-saat akhir untuk memenuhi undangan Unika Widya Mandala Surabaya untuk menjadi pembicara di event “ODHA Awareness 2015” yang mereka adakan. Trombositku yang masih belum normal dan suhu tubuh yang naik-turun juga membuat dokter ragu untuk mengizinkanku pergi ke luar kota. Tapi berhubung sudah sejak lama ingin sekali bertemu dengan teman-teman pembaca di Surabaya, akhirnya aku membulatkan tekad untuk tetap datang berbekal obat dari dokter dan banyaaaaak sekali doa (dokternya kupaksa untuk kasih restu, lol).
Tanggal 13 Mei 2015, setelah adzan subuh aku dengan diantar Bapak pergi ke bandara Husein. Yup, kami ambil penerbangan (super) pagi karena aku akan mengisi acara di siang hari. Ini pertama kalinya aku berangkat dan mengisi acara di hari yang sama, karena biasanya minimal ada waktu semalam untuk berisirahat. Hehehe, padahal kesehatanku sedang nggak maksimal, ya... Syukurlah perjalanan kami lancar, nggak ada delay dan cuaca juga cerah. Sekitar jam 7:15 pagi kami tiba di Bandara Juanda dengan selamat :D
Di sana, Rosa dari Unika Widya Mandala sudah menunggu untuk mengantarku ke studio Colors Radio. Yup, jadwalku memang padat sekali. Begitu tiba langsung dijadwalkan interview tanpa sempat ganti baju dan cuci muka terlebih dahulu (---untung masih sempat napas, hehehe). Sarapan pun dilakukan di mobil. Lumayan, aku ada waktu untuk menghabiskan sebuah roti dan segelas susu karena jarak antara bandara dan studio cukup jauh. Aku juga gunakan kesempatan ini untuk mengobrol dengan Rosa. Ini menjadi kali pertama kami bertemu langsung, sebelumnya hanya sempat mengobrol di Instagram dan Twitter (plus via Ray, managerku). Aku bertanya tentang Surabaya yang baru kali ini aku kunjungi dan juga tentang audiences di acara nanti. Ternyata jumlah yang mendaftar cukup banyak, lho. Dari target 150 pendaftar ternyata membengkak jadi 190 pendaftar! Wah, syukurlah :)
Ketika tiba di studio Colors Radio aku nggak langsung diwawacara karena jadwalnya di jam 10 pagi. Sambil menunggu aku sempat minta dibelikan obat sakit kepala karena mendadak merasa sedang di wahana kora-kora. Entah karena cuaca Surabaya yang sedang panas atau karena kesehatanku menurun, yang pasti aku jadi deg-degan khawatir nggak akan tahan sampai acara siang nanti. Syukurlah Rosa mengerti, ia berusaha membuatku nyaman dengan memberikan aku banyak air putih :)
Aku on air dengan ditemani Rosa. Kami menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan kapasitas sebagai bintang tamu dan penyelenggara acara. Yang berbeda dari “ODHA Awareness 2015” ini dengan event lainnya adalah konsepnya yang justru menyorot ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) sebagai bagian dari masyarakat, bukan membahas tentang penyakitnya. Kita bisa saja mencari tahu tentang HIV/AIDS di internet atau buku, tapi akan percuma jika nggak menghargai ODHA sebagai anggota masyarakat sama seperti kita. Dengan event ini diharapkan kita bisa menghargai sesama sebagai manusia tanpa memberikan cap atau label berdasarkan apa yang mereka idap. Aku mewakili OHIDA (Orang Hidup dengan HIV/AIDS), jadi aku berbagi pengalaman tentang keseharian berdampingan dengan ODHA, ---yang sebenarnya sama saja seperti kita semua.
Di sesi wawancara ini juga dibuka SMS interaktif dengan para pendengar. Selain ada pertanyaan mengenai tekhnis acara (cara registrasi, tempat, dll), cukup banyak juga pertanyaan seputar HIV/AIDS yang diajukan padaku. Uniknya, ada 2 orang pendengar yang bertanya tentang hal yang sama meskipun sebelumnya sudah aku jawab; Mereka bertanya tentang ciri-ciri ODHA. Sepertinya mereka nggak yakin dengan jawabanku, karena bahkan penyiarnya pun ikut-ikutan mengajukan pertanyaan yang sama! :O Sebenarnya nggak ada ciri-ciri fisik dari ODHA, mereka sama saja seperti kita. Jika ada stereotype ODHA itu kurus, pucat dan lain sebagainya, itu salah. Karena itu semua dsebabkan oleh infeksi oputunistik yang menyertai, atau ciri-ciri orang sakit PADA UMUMNYA, bukan ciri-ciri pengidap HIV. Itulah kenapa aku selalu bilang bahwa untuk mengetahui seseorang mengidap HIV atau nggak ya dengan cara VCT, atau dengan kejujuran orang itu sendiri :)
[Pertanyaan yang sama muncul kembali ketika acara berlangsung, dan narasumber dari Delta Crisis pun memberikan jawaban yang sama sepertiku].
Ada kejutan ketika wawancara hampir selesai. Penyiarnya menerima Line dari pacarnya yang katanya menyukai karya-karyaku sejak 6 tahun yang lalu! Ya, ampun terharu aku jadinya. Aku bahkan nggak ingat apa yang aku lakukan 6 tahun yang lalu, ---tapi sepertinya sedang culun-culunnya, hehehe. Karena aku harus segera melanjutkan jadwal untuk menaruh barang-barang di hotel lalu menuju Unika Widaya Mandala untuk “ODHA Awareness 2015”, jadi aku pun memintanya untuk hadir di acara nanti agar kami bisa bertemu. Wah, sungguh kebetulan yang luar biasa, ya. Jika saja bukan pacarnya yang mewawancaraiku mungkin ia nggak tahu kalau aku sedang di Surabaya, hehehe :)
Aku menerima banyak kejutan lainnya ketika acara berlangsung. Sampai saat aku mengetik ini pun rasanya masih nggak percaya betapa penuh berkahnya hidupku. Tapi akan aku ceritakan nanti, sekarang cukup sampai di sini dulu ceritanya. Terima kasih untuk teman-teman yang tetap setia mengikuti dunia kecilku ini meskipun belakangan jarang sekali update :’) See you soon di cerita selanjutnya!
Halo teman-teman di Surabaya! Aku mau ingatkan lagi, nih kalau sebentar lagi aku akan ke sana. Kita ketemuan, yuk. Sambil sharing santai kita juga akan nonton bareng film MIKA.
Tanggal 13 Mei 2015 nanti aku diundang oleh Unika Widya Mandala Surabaya untuk menjadi bintang tamu di "ODHA Awareness 2015". ODHA, atau Orang dengan HIV/AIDS sering mendapatkan masalah sosial di lingkungan sekitar kita. Padahal teman-teman tahu nggak sih kalau mereka sama saja dengan kita? Bahkan jika mereka nggak bilang apa-apa, kita mungkin nggak akan tahu bahwa mereka ODHA :) Di acara ini aku akan berbagi kisah tentang pengalamanku dalam menjalin hubungan dengan seorang laki-laki yang super hebat bernama Mika. Ia telah membuat hari-hariku lebih berwarna, dan dengan semangatnya ia juga berhasil membuat aku menjadi pribadi yang lebih percaya diri. Yup, Mika adalah pengidap HIV/AIDS yang juga menjadi cinta pertamaku :)
Meski sekarang Mika telah pulang ke surga, ia tetap menajdi sosok yang berkesan untukku. Kisah kami aku tuangkan dalam novel berjudul "Waktu Aku sama Mika", dan pada tahun 2013 novel tersebut menginspirasi sebuah film layar lebar dengan judul "MIKA". Nah, di acara "ODHA Awareness 2015" ini film "MIKA" akan diputar kembali untuk menyebarkan semangat alm. Mika yang diperankan oleh dengan total Vino Bastian :)
Aku undang teman-teman di Surabaya dan sekitarnya untuk hadir di acara ini. Gratis, boleh ajak teman-teman atau keluarga. Tapi diharapkan untuk mendaftar dulu karena tempat terbatas. Caranya SMS ke 082302354413 dengan format: "Nama (spasi) Universitas/sekolah/umum (spasi) Nomor telepon".
Setelah itu SMS akan dibalas dengan SMS konfirmasi dan dalam hitungan hari kita akan bertemu, deh :) Acara "ODHA Awareness 2015" ini akan dilaksanakan di;
Unika Widya Mandala, Dinoyo 42-44, Ruangan A301
Pukul 13:00-16:00
Hari Rabu, 13 Mei 2015
Yuk, tunggu apa lagi. Dijamin acaranya akan fun tapi juga bermanfaat. Sttt, aku juga sudah sediakan hadiah untuk 5 orang pengunjung yang beruntung, lho ;) Sampai ketemu!
Aku senang sekali ketika novel “Guruku Berbulu dan Berekor” bisa terbit. Homerian Pustaka ternyata percaya padaku untuk menerbitkan novel dengan genre yang berbeda setelah 2 novelku sebelumnya bergenre ‘teenage-romance’ (well, sebenarnya aku lebih suka menyebutnya novel-diary, sih, hehehe). Novel ketiga ini adalah bentuk persembahanku terhadap dunia hewan yang kucintai sejak kecil. Tumbuh di tengah banyak hewan peliharaan dan keluarga yang selalu mengajarkan untuk menghormati seluruh mahkluk ciptaan Tuhan, membuat hatiku mempunyai tempat yang sangat istimewa untuk para hewan. Terlebih setelah aku mengenal Veggie, seekor anjing yang membuat sadar bahwa hewan bukan hanya mahkluk yang bisa hidup berdampingan dengan kita, tapi juga mengajarkan sesuatu.
Novel Guruku Berbulu dan Berekor adalah novel yang royaltinya didonasikan pada hewan terlantar :)
Melalui Veggie aku belajar untuk terus mencari hal-hal baru. Veggie nggak pernah berhenti untuk belajar trick-trick baru, bahkan sampai di beberapa hari terakhir hidupnya ia masih menemukan hal baru dan dengan semangat menunjukannya padaku. Veggie juga mengajarkanku agar terus semangat dan menikmati hidup dalam situasi apapun. Sebagai pengidap epilepsi Veggie sering sekali kambuh dan membuatnya lemah, tapi di saat ia bisa, ia akan terus berlari mengejar kelinci khayalannya. Veggie membuatku memandang hidup dengan luas, bukan sekedar rutinitas dan sesuatu yang ‘just happen to be’, ---tapi setiap detik harus dihargai. Aku yakin bukan hanya aku yang merasakan ini, pasti banyak pemilik hewan peliharaan ---atau yang bekerja dengan hewan merasakan yang sama. Itulah kenapa aku juga mengajak sekitar 30 volunteer untuk menyumbangkan kisahnya di novelku.
My beloved fiend, family and teacher... Eris :)
Novel “Guruku Berbulu dan Berekor” berisi kumpulan kisah nyata tentang manusia dan hubungannya dengan hewan. Bukan hanya hewan peliharaan, tapi hewan yang pernah mereka temui dan memberikan kesan, juga pelajaran berharga tentunya. Meski penggemar genre ini nggak sebanyak genre novel-novelku sebelumnya, tapi aku tetap percaya kisah-kisah di dalamnya bisa menghangatkan hati siapa saja yang membacanya, termasuk kalangan yang bukan penyanyang hewan. Royalti dari novel ini juga aku donasikan kepada hewan-hewan yang membutuhkan, jadi memberi kesempatan pada teman-teman yang nggak bisa bersentuhan secara langsung dengan hewan untuk membantu dengan cara yang lain.
Meski berjalan dengan perlahan, novel “Guruku Berbulu dan Berekor” mulai dikenal dan membuahkan ‘hasil’. Selain mendapatkan komentar-komentar positif dari pembaca, royaltinya juga sudah diterima oleh hewan-hewan yang membutuhkan. Royalti pertama sudah diterima oleh adopsianjing.com dan digunakan untuk membantu seekor kucing yang terluka. Royalti kedua sudah diterima oleh Mbak Reni dan digunakan untuk membantu 2 ekor anjing yang dibuang di jalan tol dalam keadaan kelaparan dan sakit (salah satunya terkena tumor). Dan royalti ketiga baru saja kugunakan untuk membeli kebutuhan Benji, seekor anjing yang ditinggalkan pemiliknya tanpa makanan selama 1 minggu.
Benji 1 minggu ditinggalkan tanpa makanan dan sekarang sudah di tempat yang aman.
Kisah tentang Benji aku ketahui dari Facebook, tepatnya dari page “Republik Guguk” (yup, the power of internet). Kabarnya ada seekor anjing yang menghampiri rumah seorang penyayang kucing dalam keadaan kurus kering dan sakit kulit. Anjing ini jinak dan manis, sayang keadaannya menyedihkan sekali. Rupanya ia ditinggalkan pemiliknya di rumah dan akhirnya berhasil kabur setelah 1 minggu hanya berjuang seorang diri. Waktu melihat fotonya, ---namanya Benji--- hatiku langsung sakit karena teringat Veggie dan Eris. Seekor anjing, dari ras apapun dan bagaimana pun karakternya pasti mempunyai naluri untuk membela pemiliknya. Sungguh menyedihkan jika ada menelantarkan mahkluk yang sangat setia ini :(
Singkat cerita aku menghubungi Mbak Ira, ---penemunya dan bertanya tentang apa saja yang dibutuhkan Benji. Thank God Mbak Ira menyayangi Benji, ia sudah memberi anjing golden retriever itu makan dan yang dibutuhkan sekarang adalah obat untuk kulitnya. Meskipun Benji sudah mendapatkan makanan yang layak, tapi kuputuskan untuk tetap membelikannya dog food selain bedak untuk perawatan kulitnya. Mudah-mudahan bisa meringankan beban Mbak Tri :) Seperti yang aku sebutkan sebelumnya, peminat genre ini lebih sedikit daripada genre percintaan, royalti yang kuterima pun lebih sedikit sehingga hanya bisa memberikan ini untuk Benji. Tapi tanpa disangka-sangka, Bik Ade, seorang pegawai di butik Ibu mau membuatkan selimut untuk Benji secara cuma-cuma! Wah, bersyukur dan bahagia sekali rasanya :)
Dog food, bedak kulit dan selimut hasil dari royalti "Guruku Berbulu dan Berekor" :)
Untuk Benji :)
Selimut buatan Bik Ade yang juga diberikan pada Benji :)
Aku berharap langkah ini nggak berhenti hanya sampai di sini. Semoga semakin banyak yang peduli dengan kehidupan hewan-hewan di sekitar kita. Meskipun nggak bisa bersentuhan dengan hewan (misalnya alergi, karena kepercayaan atau malah “pokoknya nggak suka”), bukan berarti boleh menelantarkan. Manusia dan hewan diciptakan untuk hidup berdampingan dan saling menghormati, bukan cita-cita yang berlebihan jika aku ingin nggak ada lagi hewan-hewan yang tersakiti. Jika teman-teman ingin membaca kisah-kisah menginspirasi tentang manusia dan hewan peliharaannya sekaligus membantu Benji-Benji yang lain, kalian bisa membeli novel “Guruku Berbulu dan Berekor” di sini atau whatsapp langsung kepada Mbak Esthi (penerbit Homerian Pustaka) di 08891780496. Jangan lupa sebutkan judulnya agar nggak tertukar dengan novel yang lain. Harganya Rp. 45.000 saja dan royaltinya langsung didonasikan.
Jadi siapa saja yang ingin mendukung langkahku? Yuk, ikut berjalan di sampingku! :)
Yang kata Terri Irwin wildlife warrior,
Indi
__________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469