Pernah nggak sih kalian punya cita-cita masa kecil yang nggak kesampaian sampai dewasa?
Aku pernah, ---dan akhirnya berhenti karena usia. Bukan, bukan karena menyerah, tapi apa yang aku cita-citakan itu hanya bisa dilakukan oleh anak-anak. Jadi begitu menginjak usia 18, aku tahu kalau harus say good bye sama cita-cita ku itu. Bukan melupakan, tapi lebih tepatnya mengikhlaskan, hehe :)
Annie, Disney (1999). |
Aku masih ingat waktu pertama kali menonton film musikal "Annie" versi Disney yang dirilis tahun 1999 lalu (---iya, sudah lama sekali). Mata dan telingaku sama sekali nggak bisa beranjak dari adegan demi adegan, lagu demi lagu... tarian demi tarian. Padahal, jauh sebelumnya aku sudah pernah menonton film berjudul sama dengan versi yang lain. Tapi entah mengapa versi Disney ini sangat melekat di hati. Mungkin saja karena Alicia Morton, gadis yang memerankan Annie berambut lurus sepertiku. Sementara di semua versi lain Annie, si gadis yatim piatu selalu digambarkan berambut keriting menggemaskan seperti versi versi comic stripnya (yang ada sebelum versi broadway apalagi filmnya).
Aku yang pemalu, ---jauh lebih pemalu dari sekarang, hehe, ---mulai berani mencoba menyanyikan lagu-lagunya. Silently, hanya sekedar lip sync sampai akhirnya berani mengeluarkan suara. Di duniaku, aku adalah Annie. Tapi aku nggak berani memberitahu siapapun. Hanya Tuhan dan boneka-boneka di kamar lah yang menjadi penonton pertunjukan musikalku. Beranjak remaja aku mulai memberitahu cita-citaku pada orang-orang terdekat. Orangtua, terutama. Reaksi mereka? Ternyata tanpa kuberitahu pun mereka sudah tahu, hehe. Terutama Ibu. Mungkin karena sudah terlihat jelas. DVD "Annie" saja aku putar berulang-ulang, lalu inspirasi style untuk dressku pun kebanyakan diambil dari film itu. Jadi mereka nggak terkejut lagi. Kalau sama teman-teman, aku memang nggak terang-terangan karena of course, ---aku tahu diri. Usiaku sudah mulai ketuaan untuk memerankan Annie, dan aku juga nggak bisa bernyanyi. Apa kata meraka kalau tiba-tiba saja aku bilang ingin muncul di pertunjukan musikal? Mau jadi peran utama lagi! Pasti mereka bingung, hahaha.
Tapi aku pikir kalau kesempatan menjadi pemeran utama terlewat, at least aku masih bisa menjadi Annie "ramai-ramai". Lalu mulailah aku menghasut pelatih paduan suaraku untuk membawakan lagu-lagu "Annie". ---Namanya Kak Immanuel, hampir tiap latihan aku bujuk terus sambil memaksanya mendengar lagu-lagunya. Berhasil? Hampir! Karena justru ketika Kak Immanuel dan teman-teman padus setuju, datanglah berita buruk. Dana untuk membuat konser mini kurang, padahal kami sudah berlatih bahkan siap dengan konsep kostumnya. Paduan suara dibubarkan... begitu juga dengan cita-citaku, huhuhu...
Dulu aku ikut paduan suara bukan karena merasa bisa bernyanyi. Bernyanyi di kamar mandi saja jarang, apalagi di depan umum, hehe. Tujuanku ikut karena aku ingin bernyanyi tapi nggak mau menonjol. Aneh kan? Maunya dapat peran Annie tapi pemalunya setengah mati :D Waktu di penghujung usia remaja aku masih mikir mungkin suatu hari aku akan berani untuk ikut audisi musikal, mungkin aku masih bisa "paksa" usiaku untuk dapatkan peran Annie. Tapi beranjak dewasa aku tahu kalau mustahil untuk memerankan anak usia 10-11 tahun (Alicia Morton berusia 12 tahun waktu memerankan Annie). Tubuhku semakin tinggi, belum lagi suaraku nggak senaif dulu karena sudah mengenal pahit manis kehidupan, ahahaha (becanda!).
Akhirnya aku sampai di titik benar-benar ikhlas bahwa aku nggak bisa memerankan Annie. Tapi tetap, aku menjadikan film musikal itu sebagai inspirasi. Filmnya masih kuputar here and there. Bahkan waktu aku punya film layar lebar sendiri yang berjudul Mika, aku minta Ibu membuatkan dress istimewa untuk dipakai ke pemutaran perdana. Dress berwarna merah dengan pita putih di pinggang, seperti Annie :) Aku kembali menjadi Annie di my own world saja. Hampir nggak pernah aku menyebut namanya lagi kecuali saat keluarga atau teman-teman dekat bertanya (ada satu orang teman yang dari dulu sampai sekarang selalu memanggilku dengan sebutan 'Kakak Annie', namanya Wilson). Bahkan suami pun nggak tahu kalau dulu aku punya obsesi untuk memerankan Annie. Ia tahu aku punya dress merah, tapi ia sama sekali nggak menyangka kalau dress itu punya nilai historis sampai akhirnya aku ceritakan :)
Aku memakai dress “Annie” di pemutaran perdana filmku sendiri, “Mika”. Somehow dress ini membuatku less deg-degan :D |
Aku punya teman yang berada jauh dari sini, di Jepang. Namanya John Pak. Beliau usianya jauh di atasku, mungkin seusia dengan Bapak. Kami bisa berteman karena sama-sama bermain ukulele. Bisa dibilang aku adalah fansnya karena saat mengikuti channel musiknya, aku masih sangat baru di dunia ukulele. Diawali dengan saling bertukar komentar, kartu pos, lalu kami pun berkolaborasi. Sudah cukup lama terakhir kami bermain musik bersama, mungkin karena sama-sama sibuk, ---setahuku John memang nggak banyak melakukan kolaborasi belakangan. Bulan lalu, entah dapat ilham darimana, aku tiba-tiba saja berkomentar di salah satu videonya, "Seharusnya kamu bikin kolaborasi ala karantina, pasti seru!". Eh, malamnya aku dapat pesan dari beliau yang ternyata memintaku untuk mengisi satu line di lagu yang sedang dikerjakannya. Rasanya senang sekali, karena aku memang rindu berkolaborasi dengannya (---iya, meskipun aku cuma mengisi beberapa detik saja). Tapi rasa senangku rupanya belum apa-apa, karena setelahnya John menginginkan kolaborasi yang lebih imbang, dan aku mendapat kehormatan untuk memilih lagunya! Bisa tebak kan lagu apa yang aku pilih?! :D
Tentu saja aku memilih salah satu lagu dari musikal "Annie". Aku bahkan sudah tahu lagu yang mana yang cocok untuk kami. Tapi sebelum aku beritahu John, aku beritahu Shane lebih dulu tentang siapa itu Annie. Saking senangnya aku sampai berkaca-kaca menceritakan tentang obsesi masa kecil aku (ahahaha...). Dan dengan lantangnya kubilang, "AKU AKHIRNYA JADI ANNIE! CITA-CITAKU AKHIRNYA TERCAPAIIIIII!" Shane mungkin bingung, tapi aku mana peduli, aku terlalu bahagia! Bahkan saking bahagianya aku langsung WhatsApp Ibu untuk minta dikirimi dress Annie buatannya. Nggak lupa aku juga bilang tentang rencana kolaborasiku dengan John Pak, yang ternyata membuat Ibu terharu. Katanya beliau bangga sama aku karena akhirnya mendapat apa yang sudah lama diimpikan :')
... Dan di sini aku baru sadar kalau John belum tentu setuju dengan pilihan laguku. Lah, aku bilang saja belum, kok :'D
Syukurlah, ternyata John setuju dan menganggap lagu "I Don't Need Anything But You" adalah pilihan yang bagus :) Aku bersemangat sekali, ---bisa dibilang agak over, huhu. Masih di malam yang sama aku langsung mengirimkan video lagu asli, chords dan lirik lagunya agar John bisa mengerjakan bagiannya. Sedangkan bagianku? Sudah beres! Iya, sesemangat itu coba. Rasanya ada yang memacu adrenalinku sampai-sampai aku tahan nggak tidur semalaman demi 'menjadi Annie'. Aku sampai meminta maaf berkali-kali pada John karena aku khawatir membuatnya terburu-buru. Tapi John bisa mengerti, katanya beliau tahu betapa aku sangat menyukai Annie, dan ia senang karena bisa menjadi bagian dari apa yang sangat berarti untukku. Oh, my... aku terharu banget sampai-sampai sedikit menangis waktu mengetik balasan pesannya. Lalu akhirnya tangisanku yang 'sedikit' pun berubah menjadi menangis betulan, ---karena Shane ternyata ingin menjadi bagian dari cita-cita masa kecilku juga. Ia setuju untuk bermain gitar untuk mengiringi kolaborasi kami!
Sudah sangat siap untuk bernyanyi dan bermain ukulele! :) |
Dress Annie ku, yang selalu terasa magical saat aku memakainya :) |
Proses rekaman musik dan videonya terasa seperti mimpi, semuanya berjalan dengan cepat. Tahu-tahu saja video clipnya sudah tayang. Dan rasa bahagiaku jadi berlipat-lipat karena Ibu dan Bapak terus-terusan mengirimiku pesan tentang betapa bangganya mereka. Mungkin saat membaca tulisan ini ada di antara kalian yang menganggap kalau aku dan keluarga bereaksi berlebihan. "Masa nyanyi di YouTube doang bangga," begitu mungkin di benak kalian. Hehehe, itu nggak apa-apa, kok dan sangat wajar. Karena apa yang menjadi 'prestasi' bagi setiap orang kan berbeda. Dan belum tentu orang lain juga punya perasaan yang sama (kecuali kalau suatu hari internet bisa punya virtual feeling, jadi saat membaca tulisan kalian juga bisa sekalian merasakan perasaan si penulis, lol). Buatku berhasil membawakan salah satu lagu dari musikal Annie ini adalah pengingat bahwa nggak ada kata terlambat dalam menggapai sesuatu. Apa yang kita cita-citakan mungkin nggak bisa terwujud di saat itu juga, tapi bukan berarti mustahil, ---bisa saja nanti :)
Aku pikir 'cerita Annie' hanya sampai di sini, tapi ternyata masih ada kejutan lain. Tengah malam ketika mengecek notifikasi di instagram, aku menerima komentar yang menurutku... aneh. Dari seseorang yang bernama Sacha Charnin Morrison. Isinya seperti ini;
"Dari semua versi TV dan film, Annie 1999 lah yang paling mirip dengan versi panggungnya. Ayah saya adalah yang mengubah dari kartun menjadi musikal (dengan bantuan banyak orang). Teruslah bernyanyi, di suatu tempat ayahku bisa mendengarnya." ---Komentar diakhiri dengan emoji tepuk tangan dan hati berwarna merah.
Nggak cukup satu kali aku membaca komentarnya agar yakin dengan maksudnya. Ayah? Siapa yang ia sebut Ayah? Karena penasaran aku ketik namanya di mesin pencari Google. Dan hasilnya benar-benar membuatku kena mini heart attack. Sacha adalah putri dari mendiang Martin Charnin, ---konseptor dari musikal Annie!
Dapat komentar dari putri konseptor musikal “Annie” :’) |
Keesokan harinya aku dan Shane menginap di rumah Ibu dan Bapak, bisa ditebak dong aku langsung bersemangat untuk bercerita tentang komentar manis yang kuterima. Aku bilang, aku merasa sangat diberkahi karena kejutan datang bertubi-tubi. Aku pikir waktu akhirnya bisa membawakan salah satu lagu Annie saja sudah lebih indah dari apa yang pernah kuimpikan, tapi rupanya masih ada kejutan lain. Ibu dan Bapak menggoda dengan bilang kalau aku pasti salah lihat, atau yang berkomentar itu akun palsu. Lalu kami tertawa sampai perut kami sakit, hahaha :D Aku bilang, "Lihat saja sendiri kalau nggak percaya," sambil menyerahkan handphonenya pada Ibu. Tapi aku lupa kalau untuk membuka layarnya dibutuhkan password, jadi aku ambil kembali handphonenya. Dan saat itulah aku melihat ada notifikasi yang masuk. Seseorang baru saja memfollowku di Instagram.
Alicia Morton.
Aku difollow oleh ALICIA MORTON!
---Itu Annie sungguhan!!
OMG!
Annie sungguhan :’D |
yang akhirnya menjadi Annie,
Indi