Halo, apa kabar bloggies? Yaiy, senang sekali karena post terakhirku yang berjudul "Work Trip: Jogja! (Part 1-Aerophobia)" mendapatkan respon positif :D Nah,sekarang aku mau lanjutkan ceritanya, nih. Berhubung hari ke tiga di Jogja berlangsung sangat-sangat-sangat singkat, jadi post-nya aku gabung saja, ya. Bersiaplah melihat banyak foto di post ini, hehehe. Well, sebenarnya foto-foto di post ini sudah semua foto yang aku punya, lho. Jadi sebenarnya 'not that much', tapi karena disatukan dalam satu post, siap-siap pegal, ya :p
Day 2: I Love Becak and I love Jogja!
Hari ke dua di Jogja aku bangun pagi-pagi sekali dalam keadaan lapar. Tanpa mandi dan hanya berganti baju aku, Ibu dan Frisky langsung mencari sarapan. Agak bingung, karena disekitar hotel belum banyak toko dan pedagang kaki lima yang buka. Setelah tanya sana-sini kami baru tahu bahwa di Malioboro rata-rata pedagang baru berjualan di atas jam 9 pagi. Untung saja, kami nggak perlu berjalan terlalu jauh dan menemukan pedagang nasi goreng. Well, sebenarnya aku alergi nasi, kalau tubuh lagi kurang fit pasti langsung gatal-gatal meski makan sedikit saja. Tapi karena nggak ada pilihan makanan yang lain, dan aku juga sudah sangat-sangat-sangat lapar akhirnya aku melahap 1 porsi nasi goreng polos dengan semangat, hahahaha :D Nasi gorengnya enak sekali, harganya hanya Rp. 10.000 per piring. Itu masih ditambah teh panas dan lalapan segar :D Setelah kenyang, reaksi alergiku baru muncul. Lengan, pipi dan bibir mulai gatal-gatal. Ibu menawarkan untuk kembali lagi ke hotel dan mengambil obat alergiku dulu sebelum kami melanjutkan perjalanan.Tapi aku menolak, karena somehow aku tahu akan baik-baik saja ;)
|
Ibu dan aku di depan kamar hotel, beberapa menit sebelum sarapan :) |
Karena tujuanku ke Jogja adalah untuk bekerja, aku nggak mau buang waktu. Apalagi keesokan paginya aku harus sudah bersiap pulang lagi ke Bandung. Kalau sampai ada yang terlewat, wah... pasti repot sekali. Jadi aku pikir biarlah hari ini dimulai sangat awal karena jika nanti ada yang di luar rencana aku masih bisa memperbaikinya di waktu sore atau malam nanti.
Tujuan pertama adalah mencari batik tulis asli Jogja. Iya, aku tahu di tempat lain bahkan Bandung pun ada. Tapi Jogja punya batik yang 'berbeda' dan itu yang aku cari :) Apalagi desain-desainku nanti untuk Green Smile, jadi selain bagus juga harus memperkenalkan budaya Indonesia pada dunia.
Kami pergi naik becak. Aku dan Ibu di satu becak dan Frisky di becak lainnya. Tadinya kami mau menyewa mobil, jadi menghubungi Mas Tyo, sopir yang aku ceritakan di post sebelumnya untuk mengantarkan kami. Tapi tebak apa yang ia katakan? Katanya sayang sekali kalau harus menyewa mobil karena biaya yang dikeluarkan akan mahal, jadi lebih baik gunakan becak karena biayanya lebih murah. Wow, he's really really really kind! :D Di Bandung, jarang sekali orang yang menolak untuk memberikan jasanya dan malah menyerahkannya kepada orang lain.Oh, I love Jogja :)
Aku lupa bertanya siapa nama dua orang sopir dari becak yang kami tumpangi. Tapi kami banyak mengobrol waktu di perjalanan. Mereka bercerita tentang pekerjaan, keluarga dan tentu saja tempat-tempat menarik di Jogja. Rasanya seperti punya guide gratis, hihihi. Karena masih pagi aku memilih nggak menggunakan penutup becak, jadi bisa menikmati udaranya sambil melihat suasana. Lucky me, cuaca Jogja sangat bersahabat :) Kesanku mengenai jalan di Jogja terutama Malioboro adalah, banyak sekali andong! Hihihi, seperti jaman kerajaan saja (eh, memang masih kan, ya). Senangnya para sopirnya rapi, mereka memakai baju tradisional dan treat their horses very well. Hampir di setiap andong aku melihat ember makanan dan air minum. Nice :) Lalu lintasnya juga menyenangkan, sepertinya nggak ada orang yang sedang terburu-buru di sini. Meski motor, mobil dan kendaraan lainnya bisa menyalip becak atau andong yang jalannya lebih lambat, tapi mereka nggak melakukannya.
Kami sampai di sebuah rumah yang menjual batik tulis. Aku melihat banyak hal menarik di sana, tapi ternyata mereka nggak menjual kain dalam partai besar, hanya kain yang sudah dipotong dan siap di jahit. Karena kami nggak berniat membeli oleh-oleh dulu (first thing first, lol) jadi kami langsung pergi tanpa membeli apa-apa. Waktu aku, Ibu dan Frisky sudah duduk di becak, tiba-tiba pemilik rumah keluar dan menghampiri kami, ia memberi tahu beberapa pilihan rumah dan toko yang sepertinya menjual kain dalam partai besar. Ia juga berbicara pada para sopir becak dan memastikan mereka membantu kami. Baik sekali :)
Jarak hotel dan tempat yang kami datangi ini cukup jauh, jadi kami bertanya dulu berapa ongkosnya untuk mencapai tempat lain yang direkomendasikan pemilik toko. Tanpa waktu lama mereka langsung menjawab bersamaan, "Lima ribu rupiah saja, Mbak. Nanti diantar ke hotel lagi".
Wow, benar-benar harga yang bersahabat :)
Setelah itu kami diantar ke "Batik Rumah", sebuah butik yang menyediakan pakaian siap pakai dan kain batik gulungan. Tempatnya sangat nyaman dan terlihat ekslusif. Sempat khawatir harga yang ditawarkan akan mahal, tapi ternyata nggak, masih terjangkau dan sepadan dengan kualitasnya.
Rencananya koleksi untuk Green Smile akan dibagi dua, satu adalah koleksi dengan kualitas seperti Toko Kecil Indi dan yang kedua adalah koleksi dengan harga yang lebih terjangkau (tapi tetap bagus pastinya). Nah, yang kain-kain yang dibeli dari sini adalah untuk koleksi yang pertama :)
Menyenangkan melihat koleksi di butik ini, banyak desain pakaian yang menginspirasi dan the best part is butik ini mengizinkan pengunjung untuk mengambil foto, hihihi. Ini benar-benar kesempatan yang jarang terjadi karena biasanya di pintu depan butik sudah ada gambar kamera yang dicoret. Dan tentu saja, pelayanan yang super ramah menjadi nilai tambah ;)
|
*drooling* Banyak sekali kain batik bagus di sini! :D |
Selesai di "Batik Rumah" kami minta diantar ke pasar Beringharjo. Aku sudah lama mendengar tentang pasar ini dan kebetulan Ibu sudah pernah ke sini. Ini adalah pasar tradisional yang merupakan pusat perdagangan batik. Ada banyak sekali pilihan dan harga yang ditawarkan juga super murah. Yup, super murah. Aku tahu "murah"itu realtif, tapi aku yakin harga delapan ribu rupiah untuk sebuah baju tidur anak itu pasti termasuk super murah :) Kain-kain dari pasar ini rencananya untuk koleksi Green Smile yang kedua, meski terjangkau tapi pilihannya banyak, dan yang pasti kualitasnya bagus-bagus. Saking banyaknya pilihan, aku jadi semangat sekali, bolak-balik sana-sini dan tanya-tanya sama penjualnya, hehehe. Di beberapa toko harganya bisa ditawar, lho, dan harga akhirnya jauh lebih murah daripada di Bandung! Wah, benar-benar tepat pilihan untuk ke Jogja :D
Sama seperti di "Batik Rumah" pedagangnya ramah-ramah dan nggak segan untuk rekomen tempat lain kalau barang yang aku cari nggak ada. Saking ramahnya, mereka kadang mengantarkanku, Ibu dan Frisky ke kios yang dimaksud. Ada kejadian yang membekas sekali di hatiku, ada seorang Ibu penjual kain yang meminta aku untuk memilih kain dagangannya. Waktu kubilang aku nggak ada budget, Ibu itu bilang beliau memang ingin memberikan 3 meter kain batik secara cuma-cuma untukku! Wah... :'D
Selama kami di pasar Beringharjo, para sopir becak menunggu dengan sabar di luar. Ditawari untuk ikut masuk, makan, minum, dan lain sebagainya mereka menolak, katanya sudah membawa bekal. Untung saja nggak banyak tempat lagi yang mau kami kunjungi :D
Meski aku ke Jogja untuk bekerja, tapi aku juga ingin datang ke tempat wisata. Nggak perlu yang jauh, dekat-dekat juga nggak apa-apa karena sayang kan sudah jauh-jauh ke sini tapi nggak ada kenang-kenangan foto dengan latar belakang khas Jogja :D Ibu punya ide untuk ke museum kereta, aku senang sekali, karena it was my first time! Aku hanya pernah ke museum kereta Cirebon, dan setiap kali ke Jogja entah kenapa selalu skip tempat ini :(
Tiket masuknya hanya rp.3.000 per orang, dan untuk izin membawa kamera pengunjung kena charge sebesar rp. 1.000. Saranku, meski hanya membawa kamera handphone lebih baik tetap gunakan izin kamera ini. Banyak kereta dan benda-benda menarik di sini yang sayang kalau nggak diabadikan :)
|
Ibu ngumpet-ngumpet :p
|
|
Poor tiger.... Tapi kalau jaman dulu memang begini, ya :) |
|
Mata kudanya kaya mau copot :O |
|
Ini karet asli, sudah ratusan tahun belum diganti, lho. Keren, kan :) |
Untuk turis ternyata ada fasilitas free guide, lho! Yeay!! Aku kan turis, hehehe. Sayang aku lupa siapa nama bapak yang menjadi guide kami :( He was really nice and kind, sabar banget menghadapiku yang hobi bertanya dan... kadang pertanyaannya nggak penting, hehehe. Menurutku museum ini nggak seperti museum kebanyakan, bangunannya sederhana dan aku nggak lihat ada pengamanan yang modern seperti misalnya CCTV. Hanya gerbang dan gembok biasa. Mungkin karena kereta kan besar, nggak mungkin ada yang ambil, hehehe, dan selain itu menurut mas Tyo warga di sini masih percaya bahwa leluhur selalu melindungi mereka :)
Banyak kereta dengan cerita yang unik. Kereta pembawa jenazah was my favorite. Kenapa? Karena awalnya aku nggak tahu bahwa itu adalah kereta pembawa jenazah. Keretanya mirip kereta di film-film tema princess dengan warna muda dan ukurannya besaaaaaar. Kata bapak guide kereta ini baru dipakai 3 kali, dan yang boleh dibawa hanya jenazah sultan. Permaisuri pun nggak boleh! Katanya, pada zamannya, rakyat dan pengikut setia sultan akan mengikuti kereta ini sampai tiba di tempat peristirahatan terakhir tanpa alas kaki! Yang terdengar hanya suara sepatu kuda. Wow....
Selain itu ada juga ada kereta yang ditutupi dengan kain putih dan diberi sesaji di bawahnya. Dulu kereta ini dilarang untuk diambil gambarnya karena sering kali hasilnya rusak atau malah ada yang "ikut" (you know what I mean, kan... Hehehe). Tapi sekarang pengunjung diizinkan untuk mencoba dan melihat hasilnya sendiri. Aku mencoba dan hasilnya fotoku baik-baik saja :D Menurut bapak guide itu artinya aku 'direstui' yang punya kereta dan permohonan aku akan dikabulkan. Well, I believe in God, jadi kalaupun permohonanku terkabul sepulang dari Jogja, aku yakin itu karena kehendak Tuhan. Dan hanya untuk bersenang-senang di depan kereta, aku bilang bahwa aku ingin bertemu dengan Steven Tyler, vokalis dari Aerosmith. Setelah beberapa langkah meninggalkan kereta itu, I was like... "Dang! How could I forget about John Frusciante?!!!", hahahaha :D
Tur singkat diakhiri dengan melihat-lihat pelana kuda. Sebenarnya kami ditawari untuk melihat koleksi senjata dan pembuatan batik di gedung lain. Tapi sayang, waktunya nggak cukup, kami sudah harus makan siang dan kembali ke hotel sebelum magrib tiba. Lain kali, kalau aku ke Jogja lagi semoga bisa lebih lama di sini. Dan bisa mengambil banyak foto juga, hehehe. Oya, bapak guide ini baik banget, lho. Beliau lah yang mengambil foto kami bertiga selama di museum :D
|
Katanya kereta ini bisa mempertemukanku dengan Steven Tyler :p |
Karena kami ke Jogja tanpa referensi untuk tempat wisata kuliner, jadi kami mengandalkan saran-saran yang didapat dari reply komentar dari facebook atau twitter akunku. Kebanyakan mereka menyarankan supaya aku makan di Raminten. Nah, entahlah Raminten (House of Raminten ---beberapa menyebutnya begitu---) itu di mana, kami langsung meminta sopir becak untuk mengantarkan kami ke sana. Sepanjang perjalanan aku sama Ibu bertanya-tanya, kok nggak sampai-sampai, ya? Akhirnya Frisky bertanya pada mereka seberapa jauh lagi perjalanan ke Raminten. Tenyata... masih JAUH sekali! Hahahaha. Memangnya orang Jogja itu ramah-ramah, sudah tahu jauh masih saja nggak mengeluh :) Karena kami takut para sopir becak kelelahan, kami minta diantar ke yang dekat saja. Mereka menyarankan kami untuk ke Gadri Resto, yang letaknya tepat di samping museum kereta. Oh, la la... balik lagi ke tempat sebelumnya ternyata :D
Masuk ke Gadri Resto awalnya bikin aku nggak yakin ini restoran atau bukan, soalnya mirip sekali seperti rumah. Aku, Ibu dan Frisky langsung dipersilakan duduk di pekarangan (atau seenggaknya terlihat seperti itu) oleh mas-mas dan mbak-mbaknya yang super ramah. Banyak menu yang menarik, tapi karena aku vegetarian dan aku bosan kalau harus makan nasi goreng lagi, jadi aku memesan salad, menu standar, hehehe. Sedangkan Ibu dan Frisky memesan menu andalan: nasi blawong. Untuk minumannya Ibu memesan Bir Jawa ditambah menu penutup tempe mendoan :)
Setelah beberapa lama di sini aku jadi tahu kenapa restoran ini mirip rumah. Ternyata kami MEMANG sedang di rumah Gusti Joyokusuma, adik kandung dari Hamenungku Buono X. Pantas saja suasananya hommy sekali, dan waktu aku ke toilet aku menemukan ruangan-ruangan yang 'normalnya' ada di rumah kebanyakan, seperti dapur, ruang TV dan ruang keluarga. Hanya saja perabotannya mewah-mewah, nggak seperti di rumah keluargaku yang sederhana, hehehe.
Tahu seperti itu aku langsung mengajak Ibu dan Frisky untuk melihat-lihat ke dalam. Mereka sama sepertiku, kagum, dan secara otomatis memelankan suara kami karena di bagian belakang rumah ada keluarga Gusti Joyokusuma yang sedang beristirahat, hihihi.
|
Aku dan Ibu di Gadri Resto. Lip gloss di atas meja itu memalukan sekali! :p |
|
Bir jawa yang segar :D |
|
Ibu dan Frisky yang malu-malu, hihihi :) |
|
Saladnya ENAK BANGET!!! :D |
|
Tempe mendoan :) |
Di bawah ini foto-foto di dalam rumah, tapi kami cuma 'berani' masuk sampai kamar tidur depan saja...
|
Buat upacara anak, aku lupa apa namanya. |
Setelah perut kenyang kami kembali ke hotel. Cukup kelelahan, tapi banyak senangnya :D Kami bertanya kepada kedua sopir becak tentang ongkosnya, tapi mereka malah menyerahkan kepada kami. Mereka bilang terserah, karena di Jogja memang seperti ini. Duh, kami malah bingung dan diam cukup lama, hehehe. Akhirnya salah satu dari mereka bertanya dengan hati-hati apakah kami mau membayar rp. 75.000 untuk 2 buah becak. Langsung saja kami setujui dan memberi mereka uang rp.100.000 :)
Aku dan Ibu cukup terkejut dengan tarif becak di sini. Dengan jarak yang kami tempuh dan waktu menunggu mereka yang sangat lama,mereka hanya memasang tarif rp. 37.500 per becak. Padahal di Bandung untuk jarak yang lebih dekat dan tanpa menunggu sopir becak mematok Rp. 50.000, itu pun hanya satu kali jalan.
Waktu sudah menunjukan pukul 3.30 sore, aku punya waktu beberapa jam untuk bersantai dulu sebelum packing karena besok pagi kami akan pulang ke Bandung. Kesempatan ini langsung aku pakai untuk luluran, hehehe. Setelah seharian bepergian kulitku langsung berubah merah dan timbul biang keringat. Ya, kulitku memang sensitif, aku nggak mau kulit yang rusak menjadi oleh-oleh sesampainya di Bandung, hehehe. Setelah selesai, aku langsung memakai piyama, packing, dinner (aku pesan junk food, lol) dan tidur sambil ditemani siaran berita lokal Jogja.
Ah, what a great day. Sepertinya berat sekali untuk meninggalkan Jogja :')
|
|
Day 3: Naik Kereta Api, tut tut tut dan Sampai Jumpa Jogja!
Aku, Ibu dan Frisky bangun pagi-lagi sekali dan bersiap untuk sarapan di hotel. Well, Frisky sedikit terlambat, mungkin ia ketiduran karena kemarin hari yang melelahkan, hehehe. Kami dapat menu nasi goreng, sop dan beberapa pilihan minuman. Tadinya aku makan nasi goreng dan sop sekaligus, tapi takut terlambat ke stasiun, hehehe. Oh, ya kami memilih pulang menggunakan kereta, karena itu merupakan "syarat" yang aku ajukan pada Green Smile. Aku hanya mau naik pesawat ketika pergi untuk menghemat waktu, sedangkan untuk pulangnya biarkan aku menikmati perjalanan darat, hehehe (padahal karena aerophobia, lol).
|
Super sleepy face!!! Hahahaha :p |
|
Outfit untuk perjalanan ke Bandung, nggak lupa Onci di gendongan :) |
Jarak stasiun dan hotel cukup dekat, kami pergi menggunakan becak yang kami tumpangi kemarin. Entah kenapa agak sedih berpisah dengan bapak-bapak sopir yang baik hati ini... Mereka mendoakan kami agar selamat di perjalanan dan meminta kami agar berkunjung lagi ke Jogja lain kali. Sebelum berpisah aku meminta nomor handphone mereka, agar kalau aku ada kesempatan mampir ke Jogja lagi, aku bisa menghubungi mereka untuk berjalan-jalan menggunakan becak :')
|
Di stasiun :) |
Pukul 9 pagi kereta kami datang. Kami menggunakan kereta eksekutif jurusan Bandung. Sama seperti di pesawat, aku duduk bersama Onci. Bedanya kali ini dengan perasaan khawatir yang lebih sedikit dan hati yang super gembira. Hanya satu hari di Jogja tapi begitu banyak pengalaman dan teman baru :)
Delapan jam perjalanan terasa begitu nyaman, aku dan Ibu banyak mengobrol terutama tentang kenangan-kenangan di Jogja. Baru di perjalanan pulang saja kami sudah rindu, apalagi ketika di rumah nanti, ya, hihihi. Kami bahkan sudah sibuk mengkhayal tentang perjalanan kami berikutnya. Ibu ingin lain kali kami mengajak Bapak dan Adik. Bahkan Kakek dan Nenek juga kalau mereka mau! :) Kami juga tertidur entah berapa lama, dan ketika membuka mata kami sudah tiba di Bandung! :)
|
Yang belakang mau ikutan difoto, hihihi. Nggak sempat kenalan, tapi mereka smiley sekali sama aku :)) |
Aku langsung menghubungi Bapak dan Adik untuk menjemput kami, dan ketika menunggu ada sedikit surprise. Ternyata salah satu pembaca novel aku berada di dalam kereta yang sama, dan ia menghampiriku untuk menyapa dan meminta foto bersama. It was nice, soalnya ketika masih di Jogja ada 2 orang pembaca yang melihatku tapi nggak berani menyapa :( Apakah aku kurang tersenyum sehingga membuat wajahku seram? Padahal seperti yang aku sering katakan, aku senang mendapat teman baru :)
Bapak dan Adik tiba 10 menit kemudian, kami nggak langsung pulang ke rumah, tapi dinner dulu. Well, meski aku sangat-sangat-sangat menikmati Jogja dan kulinernya, tapi tetap saja aku juga rindu makanan Bandung setelah 3 hari nggak bertemu, hahaha :D Kami makan baso tahu dan jagung bakar. Sepanjang waktu dinner aku cerewet sekali menceritakan tentang Jogja pada Bapak dan Adik. Aku bahkan langsung perlihatkan foto-foto selama di sana :D
|
Makanan Bandung :D |
Aku bersyukur dan merasa beruntung sekali memiliki pekerjaan yang menyenangkan.Berkat Green Smile aku berkesempatan mengunjungi tempat baru, mendapat teman baru dan of course mendapatkan 'terapi' untuk aerophobia ku, hehehe. Aku juga bersyukur meski tujuannya bekerja tapi aku sempat mendapatkan wisata singkat dan sempat membeli oleh-oleh untuk keluargaku di Bandung.
Nggak heran kenapa banyak turis mancanegara yang selalu kembali lagi ke Jogja. Jogja bahkan ramah pada turis lokal sepertiku. Aku akan kembali lagi for sure. I love you, Jogja. Sungguh :)
smile,
Indi
_____________________________________________________________
nb:
- Ini adalah ke empat kalinya aku ke Jogja, tapi ini adalah pengalaman pertamaku ke sana untuk bekerja.
- Buka link ini untuk mengenal Green Smile, my newest project lebih jauh:
HERE.