"Indi, kapan cerita Mika dibuat lanjutannya?"
Begitu kira-kira isi email yang mampir ke inbox ku. Ini bukan yang pertama kali, bukan juga yang kedua, ---aku sudah cukup sering mendapat pertanyaan serupa.
"Cerita Mika nggak ada lanjutannya, sudah selesai. Mika sudah meninggal jadi aku nggak akan menambah-nambahkan ceritanya."
Dan begitu aku biasanya menjawab.
Aku senang banyak orang yang menyukai kisah sederhana masa remajaku dan Mika. Dimulai ketika sebuah penerbit membaca puisi singkatku di media sosial tentang Mika, dilanjutkan dengan produser film yang membaca novel "Waktu Aku sama Mika" dan "Karena Cinta Itu Sempurna" lalu tertarik menjadikannya film layar lebar. Tanpa aku sadari kisahku, seorang scolioser yang jatuh cinta dengan pemuda yang mengidap AIDS telah menyebar dengan cepat dan mendapatkan tempat istimewa di hati para pembaca dan penikmat film. Aku bersyukur, tentu saja. Sangat-sangat bersyukur. Dulu aku sangat kesulitan untuk menjelaskan tentang apa yang aku dan Mika idap, dan bahasa tulisan juga gambar rupanya bisa menjelaskan dengan lebih baik. Tapi aku menolak jika diminta untuk melanjutkan kisah Mika. Aku nggak mau mengarang kisah hidup seseorang, apalagi aku begitu menghormatinya, ---juga keluarganya. Dan sesuatu yang berulang belum tentu akan baik.
Orang mungkin mengganggap aku sudah terlalu tua untuk menonton kartun, tapi aku masih menonton SpongeBob Squarepants setiap hari, ---sebanyak dua kali; di tv lokal dan di tv kabel. Ada sebuah episode yang menjadi favoritku, judulnya Ripped Pants. Menurutku ini adalah sebuah episode dengan pesan moral yang kental, yang membuatku berpikir, "Well, siapa saja bisa berada di posisi SpongeBob dan nggak menyadarinya... Termasuk aku..."
Ripped Pants sama lucunya dengan episode-episode lain. Penuh adegan-adegan konyol dan dengan durasi yang singkat. Tapi di balik itu ada makna-makna tersirat di dialog dan lirik lagu yang SpongeBob dan The Beach Boys nyanyikan. SpongeBob berusaha terlihat berkesan di depan Sandy, tapi alih-alih berhasil Sandy malah terkesan dengan Larry yang lebih kuat dan keren. Lalu tanpa sengaja celana SpongeBob sobek dan semua orang tertawa, ---tiba-tiba semua orang jadi menyukainya, termasuk Sandy. Merasa di atas angin SpongeBob terus-terusan menggunakan lelucon celana sobeknya di setiap kesempatan sampai akhirnya semua mulai bosan dan berubah jengkel.
Apa teman-teman bisa menangkap di mana persamaan kisah SpongeBob dengan apa yang aku alami? Waktu aku menerbitkan novel ketiga "Guruku Berbulu dan Berekor" yang tentang dunia hewan, dan buku keempat "Conversation for Preschoolers" yang merupakan buku edukasi anak-anak banyak yang terheran-heran. Mengapa aku mengambil resiko menulis tema lain? Mengapa aku nggak menulis kembali tentang Mika? Dan banyak 'mengapa-mengapa' lainnya. Novel pertama dan keduaku best seller, bahkan pembacanya bukan hanya berasal dari Indonesia. Dan film Mika pun sempat menjadi film dengan jumlah penonton terbanyak, ---juga diputar di IFF Australia. Aku mengerti jika ada yang menyayangkan mengapa aku nggak memanfaatkan kepopuleran Mika. Well... selain disrespectful, melakukan hal yang sama hanya membuatku berhenti berkembang.
"Now I learned a lesson I wont soon forget. So listen and you wont regret; Be true to your self, don't miss your chance and you wont end up like a fool who ripped his pants."
Aku nggak akan tahu apa yang menunggu di depan sana jika hanya terus berkutat dengan hal yang sama. Aku memilih untuk membebaskan kreatifitas, menulis apa yang disukai sekaligus belajar hal-hal yang baru. Sekarang aku sedang menulis buku baru, dengan tema yang baru. Dengan berhenti menulis tentang Mika bukan berarti aku melupakannya, tapi aku menghormatinya dengan nggak melebih-lebihkan cerita kami. Dan apa aku nggak takut jika akan menerima email-email yang bertanya tentang kelanjutan cerita Mika? Nop! Nggak! Nay! Karena aku nggak mau berakhir seperti SpongeBob yang celananya sobek ;)
Ripped Pants-SpongeBob and the Beach Boys Ukulele cover by Indi
don't ripped your pants,
Indi
_________________________________
Wooow, cerita kali ini benar-benar aku cerna dan pahami kak. Dan di film mika juga banyak pesan-pesan moralnya dan aku nggak salah untuk menyukai film tersebut. Waktu pertama nonton fillm Mika, aku nonton di youtube sedikit meneteskan air mata sangat terharu sama perjalanan cinta kalian :') *di peluk kak Indi*
BalasHapusAaaa, kok kamu nonton di YouTube? Itu kan melanggar hak cipta. Lain kali kalau ada di YouTube di report aja, jangan ditonton. Aku jadi sedih, nih :( Tapi terima kasih sudah baca tulisanku yang ini, anyway :)
HapusIya saya tau kak tapi pada waktu itu film mika belum tayang lagi di tv dan di bioskop saya ketinggalan jadwal, minta ke teman filmnya tidak ada yang punya dan terpaksa saya nonton di Youtube huhuhu
Hapuscerita ril lebih enak ya mbak,saya termasuk penyuka cerita2 nyata yang di filmkan...
BalasHapussemoga buku barunya dilancarkan^^
Lho, anak2ku sudah remaja tapi aku kadang msih nonton spongebob juga :D
BalasHapuswell, G sebenernya malah mengharapkan novel itu ada lanjutannya, lho. Tentunya dengan judul yang berbeda 'Waktu Aku Sama Ray' dan happy ending. Ihiiiirrrrrr! prikitiewwwwww! *apasih *abaikan
BalasHapusWaktu Aku sama Mika kan happy ending juga, novelku semuanya berending positif, hihihi. "Karena Cinta Itu Sempurna" kan ada ceritaku dan Ray juga :) Maksudnya bukan berarti aku gak mau bercerita tentang Mika lagi, tapi aku gak mau melanjutkan cerita Mika, ---karena nantinya malah melebih-lebihkan. Begitu :))
HapusSetipa postingan baru pasti ada ukulele...mbak indi punya banyak koleksi ukulele ya..
BalasHapusSekarang yang tersisa tinggal 3. Yang lainnya sudah diwariskan ke keponakan :D
Hapuscerita yang menarik mbak indi, hehehe, oya cantik fotonya mbak :) hehehe
BalasHapusSetuju untuk selalu mencoba hal baru dan keluar dari 'zona aman' spy dikenal sbg penulis serba bisa bukan hanya terkurung ditempat yg dirasa nyaman pdhal memenjara kebebasan..
BalasHapus** sukses selalu dengan buku-buku berikutnya ya mbak... :)
Setuju untuk selalu mencoba hal baru dan keluar dari 'zona aman' spy dikenal sbg penulis serba bisa bukan hanya terkurung ditempat yg dirasa nyaman pdhal memenjara kebebasan..
BalasHapus** sukses selalu dengan buku-buku berikutnya ya mbak... :)
tosss mbak, dari zaman kuliah dulu sampe sekarang masih mantengin sponge bob hihihi
BalasHapusoh suka nonton spongebob, aku juga suka episode celana sobek itu hahah itu lucu sih...
BalasHapusPostingan kali ini bikin merenung sejenak habis bacanya. Intinya jangan terpaku pada satu tema kan, Kak Indi? Dan memang sih menurutku, mengulang kesuksesan itu susah. Mendingan berusaha memulai kesuksesan dari awal dengan hal baru. Duh kok belibet ya.
BalasHapusBtw, semangat ya, Kak Indi. Nulis dengan tema yang lebih baru dan segar :)))
Selamat berkarya terus ya, Indi.. semoga kita bisa piknik bareng sambil main Okulele. :D
BalasHapusMbak indi baru kali ini saya berkunjung kesini, wah jadi semua itu kebetulan ya..puisi yang dibaca publisher..n then film mika.. wow saya nangis juga loh nonton film itu.. kebayang perasaan mika
BalasHapusTernyata tokoh itu nyata saya takjub sekali, sebuah cerita yang mengharukan.
Bener banget mbak seorang penulis memang punya nilai sendiri kepda karyanya dan bukan sematamata karena materi》saya salut bagian ini
padahal kalo ada kelanjutnya film mika pasti banyak yang mengarapkan mba, cuma seperti mba indi bilang sih ada benernya kalo membuat hal yang sama membuat berhenti berkembang
BalasHapusjadi bongkar bongkar yutub buat liat lalu merenung lalu menulis terus duduk sambil ngunyah pisang goreng dan kopi
BalasHapussemangat terus dan berkarya mbak indi :)
BalasHapusYou look so cute! You did such a great job!
BalasHapuspenggemar spongebob juga ya mbak ternyata :D aku juga suka sama yg episode itu hehe
BalasHapusAaahanahha gue juga suka nonton spongebob. Nggak pernah ketinggalan dulu. Tapi skarang karena banyak aktivitas *sok sibuk* jadi udah jarang :D ahahha
BalasHapusspongebob memang tontonan segala usia ya hehehe
BalasHapuskisah mika telah usai karena memang dia sudah tidak ada. cerita bisa saja di bikin fiksi. tapi, apakah akan semudah itu ketika mem-fiksi-kan sebuah kenyataan untuk diangkat ke layar lebar padahal peran/tokoh utama sudah tidak ada. semoga makin sukses ya mbak karya-karya lainnya.
BalasHapushi kak, sama saya juga suka komik, Eh kartun komik beda ya, hahaha. Kadang kalo lagi diputar Upin Ipin juga suka ditonton.
BalasHapusSalam baik
aku jdi ingat waktu teman saya ajak saya dan beliin aku sama mika di toko buku kak hehe...
BalasHapuskalo celana sobek... aku ya bisa malu Tante
BalasHapushehehehhee