Hal yang Disebut Pengalaman (plus review Vocus Aksesoris)

OOTD Headband: gift from friend | Necklace: Vocus | Bracelets: Vocus | Dress: Toko Kecil Indi  | Shoes: Lidya Crocs

Howdy-do, my readers?! Ini sudah masuk bulan Februari, ya? Wah, padahal rasanya baru saja tahun baru. It's just me, atau kalian juga merasakan hal yang sama? :) Tapi terasa cepat atau lambat itu nggak penting, yang penting semua yang kita lakukan selama satu bulan ini bermanfaat. Iya, kan? ;)

Di awal tahun ini aku mencoba beberapa hal baru. Ada yang bikin aku deg-degan, tersenyum kecut sampai tertawa senang karena puas. Karena masih baru, aku jadi masih meraba-raba, mencari celah yang pas sampai aku bisa merasa nyaman, atau seenggaknya hampir nyaman. Aku anggap semuanya proses, kalau mau tahu rasanya ya jalani, kalau nggak enak ya tuntaskan dulu jangan setengah-setengah selama itu positif. Aku memulainya dengan cita-cita lamaku: bekerja dengan anak-anak. Sejak pertengahan Januari aku menjalani pendidikan sebagai guru TK, lamanya sekitar 6 bulan sampai aku benar-benar siap untuk menjadi guru "betulan". Awalnya memang sulit dan membutuhkan adaptasi tingkat tinggi karena selama ini aku terbiasa bekerja sendiri dan menjadi 'bos' untuk segala macam kegiatan yang aku lakukan sehari-hari. Tapi lama-kelamaan aku mulai bisa bekerja sama dan mengurangi kebiasaanku yang 'nyelonong' sendiri. Setiap kali aku merasa nggak mampu atau jenuh, aku selalu ingat tujuan awalku: aku ingin bekerja dengan anak-anak, dan hanya mencintai mereka tanpa ilmu nggak akan pernah menjadi modal yang cukup :)
Iya, aku keluar dari comfort zone demi sesuatu yang disebut pengalaman.

Vocus Aksesoris

Di depan gedung Trans TV :D

Sebenarnya, pengalaman, tanpa kita sadari ada di mana-mana. Bahkan di saat kita gagal melakukan sesuatu dan merasa jadi yang paling bodoh pun kita sudah "mendapatkan" pengalaman, dan pengalaman itu adalah modal. Lima hari yang lalu aku dapat telepon dari Trans TV, aku ditawari untuk menjadi talent di sebuah reality show. Awalnya langsung aku sanggupi, tapi beberapa menit setelah telepon ditutup aku mulai 'terlalu banyak' berpikir. Aku merasa jarak Bandung-Jakarta akan jadi penghalang, aku juga merasa kesehatanku nggak akan mendukung. Belum lagi harus izin dari pekerjaanku, dan... bla, bla, bla, bla... aku bahkan berpikir sampai ke hal tersepele yang belum tentu terjadi.
Hampir saja aku batalkan kalau saja Bapak nggak mengingatkan. Beliau bilang aku terlalu banyak berpikir dan terlalu takut mengambil resiko. Kemungkinan aku gagal dipakai oleh Trans TV itu memang ada, tapi kemungkinan aku sukses juga sama besar. Jadi kenapa aku harus takut dengan sesuatu yang belum terjadi?


Dan akupun akhirnya menempuh perjalanan 4 jam pulang pergi selama 2 hari tanpa tahu kapan keputusan shooting. Aku 'nggak' memikirkan berapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk tol, makan dan lain sebagainya. Bapak bilang, sebelum aku memikirkan kerugian/pengorbanan apa yang harus ditempuh, aku harus memikirkan sisi positifnya dulu. Dengan aku dipanggil ke Trans TV saja artinya aku adalah satu yang terpilih dari sekian orang yang berbondong-bondong ingin jadi talent di sana tapi nggak/belum dihubungi. Bapak bilang itu prestasi dan aku seharusnya bangga :)
Lalu bagaimana kalau aku gagal? Ah, aku dan Bapak sepakat kalau semua usaha yang lakukan nggak akan pernah menjadi sia-sia. Melakukan perjalanan jauh bukan berarti waktuku terbuang, waktu aku bermanfaat, tetap. Aku kan mendapatkan pengalaman :)

Vocus Aksesoris

Katanya semua hal itu bisa menjadi baik atau buruk tergantung bagaimana cara kita melihatnya. Pernah mendengar pepatah tentang donat? Donat itu bulat dan rasanya enak, tapi orang yang pesimis hanya melihat lubangnya saja sementara orang yang optimis bisa merasakan manisnya. Begitu. Seandainya saja aku menolak datang ke Trans TV itu artinya aku hanya melihat lubang dari donat yang rasanya enak, aku nggak melihat apa-apa padahal disekitarku ada taburan manis yang siap dijilat. Mungkin ada yang melihat bahwa aku hanya buang-buang uang pergi ke Jakarta tanpa kelanjutan yang jelas, seperti lubang di donat. Tapi aku dan Bapak melihat dari sudut pandang yang lain. Dengan aku ke sana, aku jadi tahu kantor Trans TV, jadi tahu bagaimana proses shooting, menambah teman dan banyaaaaak yang lainnya. Iya, aku menggigit banyak donat manis di sana! :D

Bahkan ada kejadian nggak terduga di sana yang nggak mungkin aku alami kalau saja memutuskan untuk batal pergi. Siapa sangka ada beberapa kru Trans TV yang mengenaliku sebagai novelis dan meminta untuk foto bersama? Haha! Rasanya sungguh menyenangkan meskipun sedikit canggung :D Benar-benar pengalaman yang berharga :)

Apapun itu, selama positif, cobalah meskipun terkadang tujuan utama yang kita harapkan nggak berhasil dengan baik. Pengalaman itu ada, nyata di setiap langkah yang kita lakukan sekecil apapun itu.
Masih ingat beberapa bulan lalu ketika aku mengumumkan menerima sponsorship di blog ini? Apakah langung berhasil? Nggak :) Tapi dari sandungan-sandungan kecil itu akhirnya aku bisa belajar dan menjadi lebih baik, bahkan sponsor yang masuk pun semakin banyak dan beragam :)
Kemarin malam, sepulang aku dari Jakarta, Ibu memberikanku sebuah paket yang beliau terima sejak sore. Katanya paket itu untukku. Waktu aku baca pengirimnya, ternyata itu dari Vocus Aksesoris. Yaiy! Aku langsung nggak sabar buka pembungkusnya dan lihat apa saja yang ada di dalamnya. Ada 3 buah aksesoris, yaitu kalung bunga berwarna oranye, gelang mutiara air tawar dan gelang mutiara berpita. Aaaah, they're so pretty!!

Kalung bunga oranye: Rp. 40.000 | Gelang mutiara air tawar: Rp. 20. 000 | Gelang mutiara berpita: Rp. 12.000

Oh, ya Vocus ini aksesorisnya handmade dan terbatas lho, jadi harus buru-buru pesan kalau nggak mau kehabisan. Soalnya selain di Indonesia, Vocus juga ternyata pernah diminta untuk menjadi suvenir di Jepang, Malaysia dan Thailand! Keren, kan? :)
Untuk lihat-lihat koleksinya kalian bisa buka facebook page-nya di sini atau hubungi langsung Dita, owner sekaligus desainer Vocus di sini ;)

Vocus Aksesoris
klik DI SINI untuk melihat-lihat koleksi lengkapnya :)

Jadi begitulah, pengalaman bisa didapat dari manapun. Jangan lihat lubangnya, tapi lihatlah donat manis yang mengelilinginya. Aku nggak pernah takut salah selama niatku memang baik dan sudah berusaha sebaik mungkin, karena aku percaya di setiap kesalahan ada pengalaman berharga yang terselip di antaranya. Dan kemarin, sepulang dari Trans TV, aku menerima tawaran untuk interview dan pemotretan dari majalah CHIC. Ini pertama kalinya aku pemotretan dengan fotografer dan diberi tema, bukan hanya foto pelengkap artikel seperti biasanya. Apa aku nervous? Iya, tapi nggak apa-apa, karena aku masih belajar dan ini pengalaman berharga! :)

"Mika, kenapa aku selalu buat kesalahan lebih banyak daripada orang lain? Aku bodoh, ya?"

"Sugar, kamu tahu nggak kumpulan kesalahan itu namanya apa? Itu namanya pengalaman. Kalau kamu sering kali buat kesalahan, itu berarti kamu punya jauh lebih banyak pengalaman daripada orang lain..."
(Mika, my AIDS fighter. Diambil dari "Waktu Aku sama Mika")

sugar smile,

Indi

ps: special thanks to Dita from Vocus Aksesoris. suka banget sama kalungnya! :D

_________________________________________
Contact Me? HERE. Sponsorship? HERE.