Aku bangun pagi-pagi sekali dan langsung sarapan. Sebenarnya semalam aku nggak bisa tidur karena kurang enak badan dan... karena ini tanggal 1 Desember. Seperti sudah diprogram, setiap Hari AIDS Sedunia pasti rasa rinduku pada Mika semakin kuat. Tapi aku sudah ada janji di Jakarta, jadi setelah sarapan aku langsung berganti baju dan pergi diantarkan Bapak.
Cuaca mendung dengan angin bertiup kencang membuatku berusaha bergelung di kursi depan mobil. Lalu lintas cukup padat tapi nggak ada hambatan yang berarti. Syukurlah, itu artinya kemungkinan besar kami bisa sampai sebelum jadwal 3 in 1. Lokasi studio I-Radio ---radio yang mengundangku--- terletak di Sarinah, daerah yang mulai pukul 4.30 sore berlaku sistem 3 in 1. Janji yang dibuat sebenarnya pukul 5 sore, tapi menunggu lebih baik dariada harus kena tilang, hehehe.
Waktu Ray memberitahu bahwa ia dihubungi Andrew (produser I-Radio) yang ingin mengundangku, aku terus-terusan bertanya tentang konsep acaranya. Well, ini bukan kali pertama aku diundang ke studio radio, tapi mengingat hari yang diminta bertepatan dengan Hari AIDS sedunia, aku jadi sedikit 'khawatir'. Ray, yang juga merangkap sebagai managerku sudah mengerti betul dengan 'kesensitifan' ku (bless his heart!). Mika adalah sosok yang aku banggakan dan selalu dengan senang hati aku bagikan kisahnya ---juga sekaligus sosok yang ingin aku ceritakan dengan hati-hati. Status Mika yang ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) kadang membuat beberapa media membuatnya terkesan negatif (just google it!) atau malah dikasihani. Padahal yang ingin aku bagikan justru tentang betapa full of passion dan positinya Mika, tentang betapa aku menganggapnya sebagai seorang hero. Orangtua Mika masih ada dan tahu tentang novel dan film yang dibuat untuk putra kesayangannya. Jadi aku ingin menjaga kepercayaan mereka sampai kapanpun. Syukurlah kekhawatiranku ditenangkan oleh Ray. Ia bilang bahwa Andrew sepertinya sudah cukup mengenal ku, dan ia juga meminta daftar pertanyaan untuk interview supaya aku bisa menyaringnya jika ada sesuatu yang membuatku nggak nyaman.
Pukul 2.30 aku dan Bapak sudah tiba di Sarinah. Karena masih punya banyak waktu kami putuskan untuk berkeliling dan ngopi-ngopi dulu. Bapak dulu bekerja di Jakarta, jadi beliau cukup mengenal tempat ini. Setelah menemukan tempat yang nyaman dan sejuk (kontras dengan di Bandung, cuaca terik sekali, hehehe) aku menghubungi Ray untuk mengingatkan tentang daftar pertanyaan. Hanya beberapa menit kemudian aku menerima email dan langsung membacanya. Bibirku seketika tersenyum, nggak ada pertanyaan yang terlalu pribadi dan terkesan menjudge. Semuanya wise dan cerdas. Aku langsung menunjukkannya pada Bapak yang juga langsung menyukai isinya. Di perjalanan Bapak memang sudah mewanti-wanti agar beliau nggak diajak masuk ke dalam studio. Alasannya karena "malas" jika harus menjawab sesuatu yang sifatnya terlalu pribadi. Pasalnya tahun lalu ketika aku mengisi acara dalam rangka Hari AIDS Sedunia, ada seseorang yang bertanya kepada Bapak dan membuatnya nggak nyaman. Bapak memang nggak memeberitahuku apa isi pertanyaannya, tapi beliau menjelaskannya dengan 2 kata, "Pertanyaan kepo."
Sekitar pukul 4.30 aku dan Bapak menuju ke studio I-Radio yang letaknya di lantai 8. Hanya menunggu beberapa menit, Andrew menemui kami dan mengajak kami ke ruang tunggu. Setelah diberikan penjelasan singkat kami juga sedikit mengobrol. Andrew ternyata sudah mengenal ku sejak tahun 2009, waktu novel pertamaku "Waktu Aku sama Mika" terbit. Ia juga sudah membaca 2 novelku yang lainnya, "Karena Cinta Itu Sempurna" dan "Guruku Berbulu dan Berekor". What a nice surprise! Hatiku jadi semakin senang :) Berhubung Bapak sudah tahu pertanyaan apa saja yang akan diajukan, beliau pun bersedia untuk menemaniku di dalam studio meskipun nggak ikut diwawancara.
Aku lalu berkenalan dengan Feli dan Kamal, hosts yang akan on air bersamaku. Kesan pertamaku; mereka kocak-kocak, hehehe. Berbekal portofolio yang sudah diprint, wawancara pun dimulai :)
Seperti biasa, dimulai dengan perkenalan singkat kepada pendengar mereka lalu mulai memberikan pertanyaan seputar novel "Waktu Aku sama Mika". Aku menceritakan tentang proses penulisan novel yang tadinya hanya buku harian pribadi, jadi ketika sudah dicetak masih lengkap dengan tanggal dan segala macam typo-nya. Aku juga mengenalkan sosok Mika secara singkat, tentang sejauh mana ia dulu begitu mempengaruhiku dan menjadikanku pribadi yang lebih positif.
Setelah itu perbincangan kami semakin mengalir. Feli bertanya apakah aku pernah mendapatkan deskriminasi dari lingkungan sekitar selama berpacaran dengan Mika. Aku bercerita bahwa dulu ada beberapa anak di sekolah yang mengucilkanku karena tahu Mika ODHA. Aku bahkan sempat dilarang menggunakan toilet yang sama dengan alasan takut menulari yang lain. Meskipun terdengar konyol, tapi dulu memang banyak sekali yang belum mengerti HIV/AIDS dengan baik. Berpacaran dengan Mika nggak membuatku terinfeksi, dan jika pun ODHA menggunakan toilet yang sama dengan mereka, itu sama sekali aman. Lucunya, dulu malah ada seorang dokter yang menolak menangani Mika dengan alasan keamanan. Padahal aku pernah membaca tentang 'Keamanan Universal', yaitu prosedur penanganan pasien dengan menghindari kontak cairan tubuh, misalnya dengan menggunakan sarung tangan. Yang artinya semua pasien harus dilayani dengan baik, termasuk ODHA. Sejak saat itulah aku ingin tahu lebih banyak tentang HIV/AIDS dan mencari cara agar nggak ada lagi orang-orang yang diperlakukan seperti Mika.
Jeda iklan novel "Waktu Aku sama Mika" langsung dibaca, hihihi :) |
Bapak menemaniku di dalam studio :) |
Feli dan Kamal pun penasaran dengan hal-hal apa saja yang bisa menularkan HIV karena menurut mereka sepertinya aku nggak takut tertular dengan Mika :) Hihi, tentu saja. HIV nggak menular karena kontak sehari-hari. HIV terdapat di dalam sebagian cairan tubuh seperti; darah, air susu ibu dan cairan kelamin. Jadi berpegangan tangan, makan satu piring ataupun berenang bersama Mika sama sekali nggak masalah. Aku nggak pernah bosan menceritakan bahwa apa yang membuat Mika istimewa adalah kepribadiannya. Ia begitu penuh semangat dan selalu melindungiku. Meskipun ia 7 tahun lebih tua dariku, tapi selama 3 tahun bersamanya nggak pernah sekalipun ia memanfaatkanku. Mika bahkan selalu mendorongku untuk terus berpikir positif. Jadi apapun yang ia idap itu bukan masalah untuk hubungan kami, karena siapapun bisa saja jatuh sakit.
Ketika Kemal bertanya tentang bagaimana seharusnya lingkungan memperlakukan ODHA, aku langsung menjawab, "Sama saja." Karena aku sendiri nggak nyaman jika harus dibedakan. Statusku sebagai seorang scolioser (pengidap scoliosis) nggak membuatku merasa jadi sosok yang berbeda dari orang kebanyakan. Aku punya banyak teman, dan beberapa di antara mereka ada yang seperti Mika. Tapi yang membedakan kami hanya hobi, makanan kesukaan, dan hal-hal semacam itu. Aku percaya selama kita memperlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan, maka semuanya akan baik-baik saja :)
Wawancara pun ditutup dengan pesan-pesanku untuk para pendengar. Sama seperti yang aku sampaikan di "HIV/AIDS Awereness 2014" 28 November lalu, aku berharap orang akan peduli dengan HIV/AIDS bukan hanya di 1 Desember atau baru pada saat ada keluarga atau orang terdekatnya yang terinfeksi. Tapi peduli bisa dimulai dari sekarang, karena nggak ada kata terlalu cepat untuk memulai. Untuk peduli nggak perlu menjadi seorang aktivis atau expert, tapi dengan membantu menyebarkan informasi yang benar tentang HIV/AIDS di lingkungan terdekat dan melawan diskriminasi pun sudah menunjukan bahwa kita peduli.
Bersama Andrew :) |
Wawancara selesai sekitar pukul 6 lewat. Sambil berpamitan aku memberikan sebuah novel "Waktu Aku sama Mika" untuk I-Radio. Badanku yang sedang kurang fit pun terasa membaik karena energi positif yang ada di sini. Bibirku nggak bisa berhenti tersenyum karena hal-hal yang sudah dialami tadi. Saat ada orang yang kutemui dan mengaku bahwa pandangan mereka tentang HIV/AIDS berubah menjadi lebih positif rasanya benar-benar priceless. Saat Andrew berterima kasih atas kehadiranku, rasanya akulah yang harus berterima kasih karena mendapatkan kesempatan seperti ini :)
Di perjalanan pulang aku mulai terkantuk-kantuk. Saat hampir terlelap aku mendengar Bapak berkata, "Tadi bagus sekali. Kalau Mika dengar kira-kira bagaimana, ya?"
Aku terkikik, mengangkat bahu sekilas. Entahlah, yang aku inginkan hanya semua orang tahu bahwa Mika orang baik...
blessed girl,
Indi
__________________________________
tertarik dengan movel nya mba Indi, "waktu aku sama mika" saya pernah punya teman odha, sekarang kita udah ga akrab lagi dan lost contact.
BalasHapusmika tentunya pasti akan tersenyum deh kalo dengerin itu,,,hiks jadi kangen mika nih pasti dia sudah senang disana ya :)
BalasHapussiapapun pasti nggak suka kalo debedakan ya mbk,yeay...asik banget acaranya,sukses terus buatmu ya mbk^^
BalasHapusMika pasti senang...^^
jadi pengen baca bukunya...
BalasHapusluar biasa pengalamannya dg ODHA, banyak menginspirasi orang tentunya untuk lebih berpandangan positif thdp ODHA
BalasHapusikut seneng mbak In acaranya berjalan lancar dan berkesan
BalasHapusMoga masyarkt kita kini lebih memahami penyebarannya dan tidak mrngucilkan para ODHA
Dulu pos pelayanan sosial kami ramai memang krn banyak dokter yang menolak menangani ODHA, ternyata di tempat lain jg ad yg demikian ya.
BalasHapuswah ke radionya diantar bapaknya mba indi ^_^
BalasHapussweet ^_^
wahh keren pasti seru nih mbak aktivitas nya jadi penasaran nih kpenngen baca novel nya :D
BalasHapuswuih kegiatannya luar biasa sangat teman bloggerku yang cantik ini, even besar selalu jadi bintangnya, kali ini bersiaran di I Radio stasiun kawula muda yang top pop banget sungguh saya sangat berbangga bisa mengenal bahkan ikutan nimbrung di website ini.
BalasHapussalam sehat dan ceria selalu ya kak
suatu kebanggaan bagi saya untuk duduk manis diwebsitenya mbak satu ini :) .. bisa kenal sama penulis novel, nanti tak mnta ajarin deh cara2 bkin novelnya mbak hehhee,, salam kenallll :)
BalasHapusBeautiful post! You both do so many wonderful things :) I love your dress too, very sweet!
BalasHapusKeren kaka...
BalasHapusDengan menceritakan masalah HIV/AIDS, pasti semua mata jadi terbuka.
Kita jauhi penyakitnya bukan orangnya.
Kasihan, kalau mereka kita kucilkan.
inspiring, seperti biasa hehee..
BalasHapussmoga jadi makin bnyk org yang aware terhadap AIDS karena Indi :)
Keep up the good work.
keren banget mba indi ..
BalasHapusAku tau kok Mika baik. Taunya dari novel Indi, hehehe..
BalasHapuskeren indi.. hubungan kamu sama mika bisa menginspirasi banyak orang.. ntah kenapa saya jadi terharu deh. mika pasti senang mendengar semua interview kamu..
BalasHapuskeep inspiring :D
kalo aja inget waktu itu mbak di undang interview sy bakal dateng minta tanda tangan mbak indi deh hehe
BalasHapusmoga pesannya sampe dan mengingatkan kita semua :)
sukses selalu buat mbak Indi
saya malah lebih tertarik dengan foto Bapak Mbak Indi.. melihat waut wajahnya, duuuh jadi kangen bapak saya juga.. senyuman tulusnya itu ya ampuun
BalasHapusmba Indi kenapa aku jadi agak haru haru gini ya baca ini, hihi tapi haru haru seneng. seneng betapa banyaknya pengaruh positif yang mba Indi tularin ^^
BalasHapusapalagi sama bapak mba Indi yang selalu setia nemenin mba Indi kemanapun ^^
Kalau diwawancara radio, kita dapet duit gak Mbak?
BalasHapusSukses selalu yah Mbak. Semangat berbagi informasi seputar ODHA :)
BalasHapusHai indi..
BalasHapusNovelnya "waktu aku sama mika" masih ada gak yah? aku pengen tau banyak ttg kamu dan mika.. :)
Salam siang Mbak Indi. wah keren ya Mbak Indi di wawancarai seputar HIV AID Pasti seneng dan bangga kan Mbak salam sukses selalu ya Mbak>?
BalasHapusgreetings mannered and cheerful
Semoga Kedepanya Mbak Indi lebih sukses dan ceria lagi karir dan cita itanya amin
BalasHapuswah ketinggalan nih, maaf ya baru gabung.. ternyata artikel artikelnya luar biasa, maaf ya aku buka halaman yang lain disini dan selamat yah sukses selalu..
BalasHapusTiap hari AIDS sedunia jadi inget sama film Mika. Emang bener ko, berkat film itu, pandangan saya tentang Odha jadi lebih positif. Dan satu hal yang selalu saya inget dari film Mika adalah kalimat "kamu tuh ga cacat lagi, kamu cuma beda".. (maaf kalo kata2nya keliru).. kalimat itu nempel terus di kepala..
BalasHapusWowww
BalasHapusSayang frekuensi siarannya nggak sampai padang kak indii :'(
You're always inspiring, miss. especially in HIV and ODHA thingy.
Keep it up!
Keep supporting ODHA and spread the positive attitude to other!
God bless u
0:'-)
pasti Mika bahagia :")
BalasHapusYes..jangan hindari penderitanya. :")
Buset siaran sepagi itu, indi gak keliatan ngantuk malah terlihat segar dan cantik.
BalasHapusBapak setia banget ya, Mbak.. Nemenin ke mana-mana :D
BalasHapusTumben kak ngga di temenin sama kak ray? hehehe
BalasHapusSalam siang Mbak Indi, kembali saya simak hari hari mbak saat di Station Radio dan di interview soal HIV AID.. Gimana Mbak Perasaan saat di interview itu,, deg deg an gak tuh Mbak..?
BalasHapusKalau saya nih Mbak, di interview kaya gitu pasti jawaban nya blabab blebep deh, soalnya suka down kalau ngomong di tonton banyak orang meski di radio juga, sueer deh Mbak Indi koq nyantay aja cakep deh Mbak?
BalasHapusmemang paling tidak enak kalau dibeda-bedakan. Mika pasti bangga dan suka dengan apa yang sudah kamu capai, Mbak :)
BalasHapus