Gue terbangun dengan posisi tangan kanan berada di atas perut ---masih sedikit naik turun seperti gerakan strumming alias genjrang-genjeng.
Setelah sepenuhnya sadar gue segera terkikik geli dan turun dari tempat tidur, mengambil cuk lele dan memainkannya. Itu tadi mimpi yang sangat konyol... :)
***
Gue sudah bilang pada Bapak kalau gue ingin belajar bermain ukulele. Juga pada Ibu, pada Ray... bahkan pada Eris. Tapi mereka bilang (kecuali Eris, karena ia seekor anjing, hihihi) gue lebih baik belajar bermain gitar saja dulu, karena lebih mudah dan ada Bapak yang bisa mengajarkan. Bapak bahkan mengira kalau keinginan gue ini hanya main-main. Beliau bilang, "Katanya mau jadi rockstar seperti Aerosmith, masa mainnya ukulele? Gitar dong biar keren."
Ya, meskipun sama-sama dipetik, mungkin karena ukulele ukurannya mungil di mata Bapak jadi kurang garang... Eh, lagian gue perempuan ngapain juga garang-garang? Begini deh kalau punya Bapak yang terobsesi sama rock and roll, hehehe.
Tapi gue memang sungguh-sungguh ingin belajar alat musik Hawaii ini. Setiap hari gue berguru pada master-master ukulele lewat internet. Mempelajari chord-chordnya dan fingering di invisible ukulele gue. Ya, gue memang belum punya ukulele sendiri, tapi it wont stop me. Setiap kali melihat idola-idola gue bermain ukulele, rasa semangat gue menjadi semakin tinggi. Mungkin akan butuh waktu yang nggak sebentar, tapi gue percaya akan bisa seperti mereka.
Perkenalan gue dengan ukulele sendiri justru terjadi dengan nggak sengaja, tapi malah membuat terkenang-kenang. Waktu itu gue baru saja dipertemukan dengan Aerosmith, band yang sangat gue kagumi sejak kecil. Karena ingin segera 'mengulang moment' gue mencari video mereka ketika konser di Singapore. Alih-alih mendapat videonya, gue malah menemukan video Steven Tyler (the vocalist, member favorit gue) sedang mengucapkan happy birthday pada Willie Nelson, rekan sesama musisinya. Di sana Steven Tyler bernyanyi sambil memainkan alat musik yang sekarang menjadi obsesi gue; ukulele.
Untuk persiapan bermain ukulele yang sesungguhnya, gue membeli cuk lele ---atau biasa disebut gitar mini, kentrung, kencrung alias gitar kecil yang biasa digunakan pengamen. Well, sebenarnya ukelele dan cuk lele (seharusnya) sama saja, cuma entah kenapa banyak musisi jalanan yang menyebutnya 'gitar cuk'. Katanya sih (iya, gue sempat mengobrol dengan pengamen yang mampir ke toko alat musik) yang mereka pakai ini versi rip off dari ukulele. Jadi bentuk boleh sama, tapi bahan yang digunakan beda. Bahkan senarnya pun bukan nilon khusus ukulele (nylgut), tapi dari tali bekas raket tenis. "Lebih irit, bisa minta dari toko olah raga, tuh," begitu katanya. Selain itu konon suaranya lebih nyaring daripada ukulele biasa, jadi cocok untuk dipakai mengamen di jalanan atau di dalam kendaraan umum.
Sebelum punya ukulele sungguhan, gue berlatih dengan si rip off ini dulu :) |
Jadilah setiap hari gue berlatih menggunakan ukulele versi rip off ini. Begitu bangun tidur, bahkan sebelum sarapan gue langsung berlatih. Sebelum tidur gue juga berlatih lagi. Adik gue yang kamarnya tepat di atas kamar gue kadang protes, katanya kalau malam gue berisik, mana fals lagi, hahaha. Kebiasaan baru ini juga sedikit merubah penampilan gue. Yang biasanya kuku super rapi dengan cat warna-warni sekarang mulai chipped, lengkap dengan kapalan di ujung jari. Tapi gue nggak menyesal, karena bahkan sebelum gue bisa bermain ukulele pun sudah ada sisi positifnya; gue jadi jarang pegang handphone, hihihi.
Meski dengan semangat menggebu-gebu (lol, beneran ini), bukan berarti tanpa hambatan. Kadang kalau jari-jari mulai terasa sakit (resiko pakai rip off ya begini, hehehe), mood gue jadi turun. Apalagi kalau telapak tangan gue mulai keringetan, pasti jadi semakin susah untuk menjaga jari agar tetap stabil. Kalau sudah begitu, gue langsung ingat-ingat lagi tujuan gue; Ingin bisa bermain ukulele! Sesulit apapun gue harus konsisten, meskipun belajar otodidak. Menonton video-video musik juga membantu untuk menaikan mood gue, salah satunya dari Walk of the Earth, karena Sarah, satu-satunya perempuan di grup itu juga bermain ukulele :)
Harapan gue sih ada yang memberi hadiah ukulele sungguhan... Gue nggak perlu merk tertentu, dengan kualitas begini-begitu atau dengan model yang super keren. Yang terpenting bisa dipakai untuk mensupport passion gue. Ukulele juga bukan alat musik yang langka di Indonesia. Selain ada merk-merk buatan luar negeri, di sini juga sudah banyak pengrajin yang membuat ukulele. Misalnya di Salatiga, Solo atau Bali. Kalau di Bandung sendiri, sih gue belum dengar ada pengrajinnya. Tapi itu kan bukan masalah, zaman sekarang mau dari kota manapun juga bisa dikirim melalui jasa pengiriman barang. Apalagi dengar-dengar sekarang untuk barang fragile macam ukulele pun dijamin aman karena bisa pakai packaging kayu. Pasti memudahkan sekali untuk yang ingin memberi gue hadiah, ya, hehehe.
Mungkin teman-teman bertanya-tanya, kenapa gue nggak membeli ukulele dengan uang sendiri saja. Apalagi harganya nggak terlalu mahal. Untuk yang kualitasnya cukup bagus saja harganya hanya setara dengan 3 hari uang saku anak SMA zaman sekarang (gue anak zaman dulu, lol). Well, iya sih kalau dilihat dari harga mungkin nggak seberapa. Tapi gue ingin ini menjadi hadiah agar rasanya istimewa. Apalagi jika didapat dari orang-orang yang gue sayang, pasti akan berkesan sekali. Makanya sekarang gue ingin tunjukan pada Ibu, Bapak dan Ray (juga Eris, hehehe) bahwa gue memang sungguh-sungguh belajar ---bahwa gue nggak main-main dengan apa yang ingin gue capai. Jadi jika suatu hari gue mendapatkan kado yang sudah gue impikan ini, mereka nggak akan kecewa! :)
![]() |
uke girl,
Indi
_______________________________________________________