Tampilkan postingan dengan label Puja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puja. Tampilkan semua postingan

Senin, 14 Oktober 2013

Ulang Tahun Bapak yang Istimewa :)

Setiap ulang tahun itu istimewa, berkesan. Dengan atau tanpa kado, karena hadiah terbesar adalah ketika Tuhan memberikan usia pada umatnya untuk menikmati hari esok yang penuh berkah. 8 Oktober lalu Bapak berulang tahun. Sama seperti ulang tahun-ulang tahun sebelumnya beliau mendapatkan ucapan selamat dari Ibu, gue, adik dan juga kerabat. Sama seperti ulang tahun-ulang tahun sebelumnya juga, beliau bersuka cita dan bersyukur karena orang-orang yang berada di sekitarnya mengingat hari istimewanya. 

Bapak nggak pernah mengharapkan kado, biasanya hari ulang tahunnya dijalani seperti hari-hari biasa. Bedanya di malam hari kami sekeluarga selalu menyempatkan berkumpul untuk potong kue dan tiup lilin. Tapi tahun ini gue sedang banyak pengeluaran, jadi hanya bisa mengganti kue tart dengan kado sederhana yang dibeli dari supermarket beserta sebuah kartu ucapan. Gue memberikannya sebelum jam 12 malam, sebelum kami sekeluarga pergi tidur. Bapak senang sekali dan nggak bertanya tentang tradisi potong kue. Dalam hati gue berdoa semoga Bapak suka dengan kadonya :)


Kado sederhana untuk Bapak.
Kartu ucapan selamat ulang tahun :)

Di siang harinya, saat gue sedang bekerja ada sebuah pesan singkat dari Vino Bastian yang mengundang gue dan keluarga untuk menonton film terbarunya, Air Mata Terakhir Bunda. Karena mendadak Ibu nggak bisa ikut hadir dan gue hanya ditemani oleh Bapak. Sungguh kebetulan yang menyenangkan, kami bisa menghabiskan waktu berdua saja di hari ulang tahunnya. Apalagi filmnya tentang keluarga yang membuat kami mempunyai quality time yang menyenangkan. Di dalam bioskop Bapak sempat berbisik bahwa ini adalah perayaan ulang tahun yang menyenangkan. Meskipun tanpa rencana dan ini bukan acara untuk ulang tahunnya, beliau tetap berkata bahwa ini seperti "perayaan" khusus untuk dirinya :)

Setelah film selesai gue dan Bapak akan segera pamit pulang karena sudah pasti Vino dan cast lainnya akan sibuk dengan penggemar mereka. Tapi ternyata Vino memanggil gue dan mengajak untuk foto bersama. Gue langsung menyerahkan handphone pada Bapak untuk mengambil foto kami, tapi Vino meminta Bapak untuk bergabung. Nggak disangka Vino, Happy Salma dan Rizky Hanggono lalu bergantian menyalami Bapak dan mengucapkan selamat ulang tahun. Gue bisa melihat wajah Bapak berbinar-binar. Ucapan selamat memang sederhana, tapi ampuh untuk membuat hari seseorang menjadi luar biasa.
Di perjalanan pulang Bapak nggak bisa berhenti bercerita tentang betapa berkesannya hari ulang tahunnya. Beliau nggak menyangka bahwa apa yang terjadi di hari ini seolah memang dibuat khusus untuknya.


Cast "Air Mata Terakhir Bunda" mengucapkan selamat ulang tahun :)
Foto bersama :)

Gue senang dan lega, meski tanpa kue tart tapi ulang tahun Bapak tetap meriah. Jika gue berulang tahun dan diucapkan selamat oleh selain anggota keluarga rasanya sangat wajar, tapi bagi Bapak tentu saja berbeda. Di usianya sekarang frekuensi berkomunikasi dengan teman-temannya tentu saja berkurang, ditambah lagi beliau juga nggak aktif menggunakan media sosial, jadi gue mengerti mengapa Bapak senang sekali ketika mendapat ucapan dari orang-orang selain anggota keluarganya.

Ketika sampai di rumah, kami mengira kejutan sudah habis dan nggak sabar untuk bercerita tentang apa yang Bapak alami di bioskop. Tapi ternyata datang sesuatu yang paling nggak kami duga: tradisi potong kue dan tiup lilin! Puja, adik gue membelikan sebuah kue tart kecil untuk Bapak sepulang bekerja. Bapak terkejut bukan main dan nggak henti-hentinya bersyukur atas apa yang beliau dapat di hari ulang tahunnya. Gue ikut gembira dan bersyukur. Sama seperti Bapak gue juga nggak menyangka ulang tahun Bapak akan seperti ini. Setiap ulang tahun selalu istimewa, tapi ini namanya beyond istimewa ;) Hehehe...


Akhirnya.... sebuah perayaan bersama keluarga :)

Tuhan memang selalu menyiapkan skenario indah untuk umat-Nya, dan gue bersyukur bisa ikut berada di dalamnya di saat ulang tahun Bapak.

"Selamat ulang tahun, Bapak. Semoga selalu diberikan kesehatan dan kebahagiaan oleh Tuhan. Semoga kita semua bisa menikmati tahun-tahun berikutnya dengan penuh berkah sebagai sebagai sebuah keluarga yang penuh syukur: Ibu, Bapak, aku dan adik. Selalu. Amen..."


Indi

__________________________________________

Facebook: here | Twitter: here | Contact person: 081322339469

Senin, 24 Oktober 2011

Review: Hanake Shop, and Happy Birthday to Our Two Lovely Men :D


Yaiy, it's Monday already! Jujur saja, kemarin itu rasanya jadi weekend yang supeeeeer cepat! Aku nggak bilang ini jelek. Karena dengan segala kebahagiaan yang aku dapat, rasa lelah, sedikit pusing dan kurang tidur rasanya nggak tepat untuk dijadikan komplain ;)

Oktober selalu jadi bulan yang sibuk. Dua laki-laki di keluargaku berulang tahun, dan kami sekeluarga selalu bersemangat dengan ulang tahun, hehehe. Jadi bisa dibayangkan dua kali memberi ucapan selamat, dua kali memberi kado dan dua kali makan kue tart. So excited.... and busy!
Tapi tahun ini agak berbeda, dua laki-laki kesayangan kami ---Bapak dan Puja--- harus puas dengan perayaan yang super cepat dan sangat sangat sangat sederhana. Well, sebetulnya setiap tahun kami memang selalu rayakan dengan sederhana (hanya berkumpul di depan kue tart dan tiup lilin), tapi tahun ini kami nyaris melupakan ulang tahun Bapak...

Seperti yang aku ceritakan di dua post sebelumnya, operasi impaksiku bikin seluruh penghuni rumah repot (Eris bahkan jadi 'korban' karena tanpaku nggak ada yang menyisir bulunya, lol) dan gawatnya nggak ada seorangpun yang ingat kalau 1 hari setelah operasi adalah ulang tahun Bapak! Well... sebetulnya aku ingat, tapi nggak tahu kenapa selalu lupa untuk mengucapkan selamat. Rasanya aku nggak pantas lagi dipanggil "daddy's little girl" yang selalu perhatian dengan ulang tahun Bapak :(
Untunglah tanggal 22 kemarin aku berkesempatan untuk menebus kecerobohanku. Aku dan Ray punya ide memberikan sedikit surprise untuk ulang tahun Bapak yang terlambat dan ulang tahun Puja yang jatuh tepat di tanggal 22. Sepulang dari kantor Ray membeli kue tart untuk mereka berdua. Nggak besar dan hanya satu, tapi aku rasa bisa memberikan simbol "ulang tahun" di bulan Oktober ini :)

Benar saja, Bapak dan Puja senang sekali. Apalagi Puja, karena dia nggak menyangka ada kue tart di rumah. Tadinya sepulang dari latihan Muay Thai Puja akan langsung tidur, tapi karena ada kue tart, kami sekeluarga bangun sampai larut untuk makan kue bersama, hihihi. Termasuk Ibu yang biasanya menolak kalau diajak makan larut malam. What a beautiful night :)

Kue tart yang dibelikan Ray untuk Bapak dan Puja :)

Daddy and the cake!! :D

Cool T shirt, kado untuk Puja dari Iie :)


Meskipun yang berulang tahun adalah Bapak dan Puja, dua laki-laki jagoan di rumah, tapi yang dapat hadiah justru aku. Sepulang latihan Muay Thai Puja membelikan aku Milo Dinosaurus yang ternyata ada kisah lucu di baliknya. Jadi Puja bilang kalau di dalam gelas Milo seharusnya diberi buah leci, tapi karena kehabisan penjualnya mengganti dengan buah lengkeng (yang menurutku jauh banget dari leci ke lengkeng, hehehe). Harganya cukup mahal, untuk 1 gelas standar dihargai Rp. 11.000. Nah, karena penasaran dengan rasanya langsung saja aku sedot banyak-banyak tanpa icip-icip dulu. Setelah menghabiskan setengah gelas aku baru sadar kalau belum menemukan satupun buah leci atau lengkeng. Yang ada cuma setumpuk es batu berbentuk abstrak. Langsung saja aku ajak Puja untuk 'menggali' sampai dasar gelas. Dan ternyata hasilnya memang nggak ada apa-apa di sana! Ya, Tuhan Puja tertipu! Dia membayar Rp. 11.000 untuk satu gelas Milo polos, hahahaha...

Gagal dengan Milo Dinosaurus aku masih punya kado lain, Bapak ternyata lagi dalam mood untuk ambil foto-fotoku :) Beliau bertanya apa aku mau difoto. Nah, kebetulan aku baru selesai mandi sore, jadi langsung saja aku iya-kan, hihihihi. Oya, beberapa hari sebelumnya aku menerima paket dari Karina, owner dari Hanake Shop. Isinya dua buah cincin yang super cute. Love them, cocok sekali untuk dipadukan dengan outfit formal atau semi formal. Untuk teman-teman yang mau melihat-lihat koleksinya bisa langsung kontak Karina DI SINI atau DI SINI :)


Dua buah cincin yang super cute dari Hanake Shop! :)

 


OOTD: Hairband: BIP | Dress: Thai Princess from Toko Kecil Indi | Rings: Hanake Shop | Shoes: Giovanni




Begitulah, akhirnya Oktober tetap menjadi 'Oktober kami' meskipun sedikit berbeda. Aku bersyukur selalu bisa merayakan (atau sebut saja memperingati) moment-moment kecil di keluarga kami dengan sederhana namun berkesan. Really blessed to have them in my life, my lovely Daddy, my brother and also my wonderful Mom.
"Selamat ulang tahun Bapak dan Puja, semoga kalian selalu sehat dan bahagia. Please, please, be there for me forever. Amen...".


proud daughter and sister,

Indi

Kamis, 20 Oktober 2011

Meet my Friend, Harry Potter :)






Howdy-do, teman-teman!
Tadinya aku mau post tentang Halloween, tapi berhubung masih terlalu awal dan malah jadi spoiler aku bakal pakai kostum apa (hihihi, sebetulnya sudah pasti pada bisa tebak, sih, lol), akhirnya aku putuskan untuk post tentang sesuatu yang lain, tentang idola masa kecilku.

Aku punya banyak idola. Yang terlama adalah Aerosmith. Aku mengagumi mereka sejak aku masih 7 tahun. Tapi sebetulnya ada satu idola yang muncul di masa pra remajaku, tanpa sengaja... Ah, biar aku ceritakan dari awal ya...

11 tahun yang lalu, satu hari sebelum hari ulang tahunku, aku diminta Ibu dan Bapak untuk memilih hadiah yang aku inginkan di sebuah mall. Seperti biasa ---sejak dulu dan sekarang--- aku langsung memilih untuk masuk ke toko buku. Di sana aku terus memilih, memilih dan memilih... Mengambil setiap buku dengan hati-hati, membaca resensi-nya lalu meletakannya kembali ke rak buku. Sampai aku menemukan buku yang 'tepat'. Buku itu bersampul coklat, bergambar seorang anak laki-laki berkacamata, bersepatu keds dan sedang mencoba menangkap bola. "Harry Potter? Aku belum pernah dengar...", itu yang aku pikir. Tanpa menunggu lama aku langsung tunjukan buku itu pada Ibu dan Bapak dan mereka segera membawanya ke kasir. Di rumah aku langsung membaca buku itu sampai habis. Aku bergadang sampai pagi di hari sekolah...

Meskipun bukunya sudah habis dibaca dalam satu malam, tapi aku terus memikirkan isinya sampai berbulan-bulan kemudian (bahkan mempengaruhi hidupku sampai sekarang). Bagaimana nggak, aku bisa merasakan ikatan yang kuat dengan Harry Potter. Kami sama-sama berkacamata tebal (yup, sampai sekarang setiap kali aku berfoto pakai kaca mata, itu artinya real glasses, kacamata minus 4 dan 5), berbadan kurus dan sering diejek di sekolah. Not to mention that we had the same haircut, ya :)
Aku jadi merasa punya teman, punya seseorang yang mengerti dan tahu bagaimana rasanya jadi aku. Tanpa disadari aku semakin percaya diri dan berhenti meributkan hal-hal kecil dengan keluarga.
Aku ingat waktu itu aku masih satu kamar dengan Adik. Aku sering ribut di malam hari karena adik melewati 'batas teritori' aku. Tapi semenjak aku mengenal Harry Potter aku nggak meributkan hal itu lagi. Harry tinggal di lemari kecil dan sering diganggu oleh saudara tiri nya, remember?
Bahkan Harry membantuku untuk menjadi lebih bersyukur. Aku nggak pernah lagi malas makan dan menyisakan makanan di piring, karena aku tahu Harry sering kelaparan dan tidur dalam keadaan perut kosong...

Ibu dan Bapak menyambut idola baruku dengan senang hati (lebih senang hati dibanding ketika aku pertama kali mengaku "jatuh cinta" dengan Steven Tyler, lol). Mereka setuju kalau Harry Potter membantuku menghadapi masa pra remaja. Sayangnya, di waktu itu Harry Potter belum sepopuler sekarang. Aku harus menunggu munculnya buku kedua dengan sunyi-senyap, tanpa gembar-gembor di media seperti sekarang. Syukurlah, berkat seorang penjaga perpustakaan yang baik aku nggak ketinggalan edisi kedua Harry Potter. Aku bahkan membaca cetakan yang pertama :)

Lalu tiba-tiba saja demam Harry Potter di mana-mana. Teman-teman satu kelas yang sebelumnya memanggilku 'dork' karena aku membawa buku Harry Potter ke dalam kelas pun ikut terserang 'Potter Fever'. Rupanya Harry Potter diadaptasi menjadi sebuah film dan akan diputar segera di Indonesia. "Aku harus nonton... Aku harus nonton!", aku terus-terusan menggumamkan itu. Buatku (waktu itu) rasanya nggak adil kalau aku yang lebih dulu mengenal Harry tapi malah teman-temanku yang menonton duluan. Aku bilang pada Bapak bahwa aku ingin jadi penonton pertama dan aku harus mengantri tiket lebih awal dari siapapun di dunia ini. Dan Bapak setuju...

Aku sampai di bioskop 2 jam lebih awal. Aku memakai sweater hitam, syal kuning merah (seperti punya Harry), lengkap dengan tanda petir di jidatku yang aku lukis pakai pensil alis milik Ibu. Bapak terus-terusan memegang tanganku erat-erat karena aku terus-terusan berusaha lari supaya bisa melihat kalau aku adalah yang pertama di antrian.
Tapi ternyata salah... Puluhan anak-anak dan orang dewasa sudah menunggu di sana sambil berselonjor kaki. Hatiku tiba-tiba mencelos, Harry bukan lagi milikku seorang, tapi milik banyak anak dan orang dewasa lainnya. Dengan ogah-ogahan aku berselonjor di ujung antrian sementara Bapak menghitung jumlah orang yang mengantri di depan gue. "Supaya bisa dibandingkan dengan jumlah kursi bioskop", itu katanya. Aku sedikit tenang waktu Bapak bilang bahwa kami masih kebagian kursi. Dengan harapan baru aku langsung berdiri waktu pintu loket dibuka. Aku menunggu, menunggu dan menunggu. Tapi giliranku nggak pernah datang. Tiket sudah habis di tengah antrian...
Aku hampir menangis. Bapak ikut kecewa karena ia juga sudah menunggu selama 2 jam tanpa hasil. Bapak menghampiri loket yang sudah ditutup dan bertanya mengapa bisa kehabisan padahal menurut jumlah antrian seharusnya masih cukup sampai untuk beberapa orang di belakang kami. Petugas loket nggak bisa menjawab, ia hanya meminta maaf. Sampai hari ini aku masih bertanya-tanya tentang berapa banyak tiket yang boleh dibeli saat kita mengantri tiket bioskop. Bukannya ada batas maksimal? Ah, membingungkan!

Kekecewaanku berubah menjadi kemarahan. Di perjalanan pulang aku menjadi rewel dan hampir menangis betulan. Lalu Bapak punya ide untuk membawaku ke bioskop lain. Katanya ada sebuah bioskop lama yang sudah ditinggalkan penggemar, mungkin di sana antriannya nggak terlalu panjang. Aku setuju, terlebih Bapak juga semangat. Mungkin karena ia ikut penasaran dengan Harry Potter, hehehe. Dan benar saja, di sana antriannya nggak terlalu panjang, malah waktu kami sudah di dalam ruangan, ada 1 barisan yang kosong.
Film dimulai, aku segera bersiap untuk kembali larut dengan kisahnya. Wah, Christopher Columbus! Itu kan orang yang sama dengan yang membuat dua film kesukaanku: Mrs. Doubtfire dan Home Alone. Pasti aku juga akan suka dengan film nya yang ini. Tapi hey! Siapa itu?? Apa itu Harry Potter? Kenapa tanda petirnya agak miring ke sebelah kanan? Di buku kan ada di tengah... Dan itu siapa? Bibi Petunia? Kenapa ia terlalu 'normal'? Dibuku kan ia kurus dan berwajah seperti kuda...
Gue nggak bisa berhenti bertanya pada Bapak kenapa semuanya terlihat berbeda. Bapak bilang terkadang sutradara menyesuaikan naskahnya supaya sesuai dengan tampilan visual. Ah, tapi aku nggak puas. Satu-satunya tokoh yang terlihat sama cuma Ron Weasley...


OOTD: Hair clip: CandyButton | Glasses: Braga | Top: Harry Potter | Skirt: Simple Chic | Legging: Simple Chic | Shoes: Kameli.





Ternyata aku nggak terlalu tertarik dengan filmnya, apalagi semakin lama ke-nggak miripan film dengan buku semakin besar. Aku cuma mengikuti film Harry Potter sampai seri ke 3 di bioskop. Semuanya aku tonton ditemani Bapak dan di seri ketiga Bapak malah ketiduran! Hahahaha... Tapi aku tetap mengikuti bukunya dan menyukainya seperti pertama kali aku membacanya.
Aku ingat waktu buku seri ketiganya keluar. Ada promo di sebuah toko buku yang menyebutkan bahwa pembeli pertama berhak atas buku Harry Potter edisi spesial (hard cover) dan sebuah mug bergambar Harry Potter. Nggak mau keduluan, aku menyimpan dulu uang muka sebesar 50% di toko buku. Ibu bilang aku konyol banget, karena bahkan bukunya belum sampai di Indonesia. Tapi aku tetap bersikeras bahwa harus jadi orang pertama dan nggak mau kejadian di bioskop terulang lagi. Gawatnya 3 hari sebelum bukunya datang aku terserang alergi parah. Seluruh tubuhku gatal-gatal dan membengkak. Aku sudah ke dokter dan memohon supaya bengkakku berkurang, tapi dokter nggak bisa apa-apa dan memintaku menunggu selama satu minggu. Setiap hari aku berdoa dan berdoa supaya alergiku membaik, tapi ternyata di hari ketiga keadaanku masih tetap sama. Bapak menawarkan supaya ia saja yang mengambil bukunya, toh secara teknis aku sudah jadi pemilik buku itu dan nggak perlu takut bukunya diambil orang. Tapi aku tetap bersikeras untuk mengambil bukunya sendiri. Aku ingin jadi orang pertama yang menyentuh buku itu setelah petugas toko buku (iya, petugas percetakan dan pengiriman buku nggak dihitung, lol). Akhirnya aku pergi ke toko buku dengan memakai jaket tebal, topi, sarung tangan dan masker untuk menutupi kulitku yang merah dan bengkak. Dan aku pun berhasil menjadi pembeli buku pertama yang menakut-nakuti seluruh pengunjung toko buku, hahaha. Silly Indi!

Seiiring berjalannya waktu dan habisnya masa remajaku, ketertarikan dengan Harry Potter semakin berkurang. Aku tetap menganggapnya 'teman', pasti. Tapi aku nggak lagi rela melakukan apa saja untuk mendapatkan bukunya. Aku jadi lebih bersabar dan nggak menganggapnya masalah besar kalau aku terlambat membeli bukunya selama satu atau dua bulan. Dan dengan film nya, aku semakin nggak tertarik. Aku hanya menonton ketika DVD nya rilis atau diputar di TV. Kenangan terakhirku menonton Harry Potter (setelah yang seri ke 3) di bioskop adalah menonton seri yang ke 7, seri terakhir. Aku menonton dengan Ray dan kami nggak bisa berhenti tertawa karena Daniel pemeran Harry Potter, tampak begitu pendek dan berisi, semakin jauh dengan gambaran Harry Potter di buku, hihihi. Meski begitu, sama sekali nggak mengurangi kecintaanku dengan kisah Harry Potter yang sederhana tapi mengagumkan :)







Tadi siang Bapak bertanya di mana aku menyimpan semua koleksi pernak-pernik Harry Potterku. Aku bilang mungkin ada di kamar dan sebagian ada di rumah kami yang lama. Tiba-tiba saja aku ingin mengenang kembali masa kecil dan pra remajaku, sebelas tahun yang lalu ketika berkenalan dengan seorang anak laki-laki bernama Harry Potter. Dengan sedikit mencari-cari aku menemukan beberapa, memang nggak banyak tapi cukup membuat aku dan Bapak tersenyum lucu.
Hari ini dan selamanya aku akan mengenang Harry Potter sebagai anak laki-laki bertubuh kurus yang memiliki bekas luka di tengah jidatnya, bukan di agak ke kanan seperti di film. Harry Potter yang membuatku lebih bersyukur, berani dan membantu melewati masa pra-remajaku yang sulit.
Terima kasih, Harry... my friend ;)






salam,
INDI


Selasa, 26 Juli 2011

Dork is a New Cool (and "Hello Stranger" Photoshoot with My Brother) :D

Waktu kecil sampai awal remaja, aku sering dipanggil si kutu-buku, geek, nerd bahkan dork. Semua panggilan itu datang berkat penampilanku yang berkaca mata tebal dan berback-brace. Bayangkan saja sejak masih SD mataku sudah minus dan semakin bertambah parah beberapa tahun kemudian (sampai sekarang). Dan di waktu aku SMP "aksesoris" ku nambah lagi karena aku divonis scoliosis. I wore a back brace throughout my teenage years. Am I a nerd?


Nerd. n Slang: unattractive person (Free Dictionary by Farlex).


Dengan penampilan seperti itu (dulu) aku sering dianggap lemah. Berteman denganku dianggap "kurang keren" dan nggak asyik untuk diajak hangout. Gue ingat waktu SMP ada sekelompok anak perempuan yang berpendapat bahwa aku nggak menarik. Salah satu dari mereka pernah bilang kalau aku mungkin nggak akan pernah punya pacar. Laki-laki suka perempuan yang seksi dan menarik. Bukan yang wajahnya hampir nggak kelihatan karena terlalu banyak "aksesoris". Begitu.
Waktu itu aku pikir, bagaimana mereka mengerti soal seksi dan apa yang disukai laki-laki? Seriously, they're only 13...

Bukannya aku nggak peduli, aku juga terkadang nangis dan mengadu sama Ibu. Tapi nggak sering karena meski Ibu pernah remaja (of course! Hehe), aku yakin situasi sekarang pasti berbeda dengan dulu. Aku lebih nyaman cerita sama buku harian dan sometimes I cried until I fell asleep, berharap besok lebih baik.
I don't know what's wrong with me. I love myself, aku nggak pernah membenci apapun dari diriku. Aku bahkan suka kaca mata dan braceku. Aku baru tahu artinya "minder" setelah ada yang mengejek habis-habisan. Di luar itu, ya aku nyaman.

Aku terus berkaca mata sampai kelas 3 SMA. Semakin tebal tetapi semakin percaya diri. Aku duduk satu bangku dengan Dhian, perempuan yang juga berkaca mata ---note this--- tebal. Tanpa sadar kami membuat satu sama lain lebih kuat. Waktu SMP aku selalu takut untuk pergi ke perpustakaan meski sebetulnya itu tempat kesukaanku. Tapi di SMA aku nggak perlu takut diganggu kakak kelas "seksi" (yes, seksi dalam tanda kutip dalam artian minim --pakaian dan cara berpikirnya--, they're shallow, sorry) karena Dhian selalu bersamaku. Kami, dua kutu buku pun akhirnya bertambah menjadi 3, lalu 4 orang dan seterusnya, karena rupanya ada beberapa murid yang hampir sama dengan kami: berpenampilan "berbeda", lebih suka ke perpustakaan daripada ke kantin tapi sayangnya takut untuk menunjukan siapa diri sendiri.


Terkadang mereka harus pura-pura menjadi sama supaya aman dari ejekan dan "label-label" dangkal dari teman-teman sekolah. Mereka bahkan harus menolak "ranking" karena nggak mau itu jadi "masalah"...


Aku rasa kata "berbeda" artinya tergantung dari sudut pandang orang yang mengatakan. Bagi seorang yang besar dari keluarga yang mempunyai kebiasaan makan di meja, makan di lantai atau lesehan akan dikatakan berbeda. Padahal begitu pula bagi yang terbiasa lesehan: orang yang terbiasa makan di meja itu berbeda.
Aku nggak suka kalau harus membenci sesuatu/sesorang dengan alasan "berbeda", malah deep inside aku juga berharap orang-orang yang mengganggapku berbeda dan mempermasalahkannya akan berhenti dan sadar bahwa kami bisa berteman.

Menjadi bangga itu kan hak semua orang. Bangga dengan pakaian seksi dan kemampuan hangout 24 jam boleh saja, nggak perlu menghina yang nggak "begitu". Begitu juga menjadi kutu buku, atau yang biasa kakak kelas-kakak kelas gue sebut dengan geek, dork atau nerd (meski sebetulnya ketiga kata itu mempunyai perbedaan arti. I read the dictionary, lol), tentu saja boleh bangga dan "berbaur" dengan seluruh penghuni dunia.
Love your self, nggak ada salahnya menjadi diri sendiri selama itu nggak menyakiti.

Hari ini aku nggak berkaca mata karena digantikan lensa kontak. Aku juga sudah 3 kali diundang ke acara fashion di TV untuk menjadi pembicara. Aku sekarang jadi fashion designer. Ya, I‘m so proud :) Tapi aku masih orang yang sama dengan yang dulu dipanggil... "you know what" (terlalu banyak pengulangan kalau disebutkan satu persatu lagi, hehe). Aku bangga menjadi diriku apa adanya. Aku nggak menyesal ataupun 'malu' karena dulu aku nggak populer dan sering jadi korban "ejekan". This is me, and I think “they” should also be proud to be themselves, so they can stop making fun of other people :)

Sekarang banyak yang nggak percaya kalau aku dulu berkaca mata dan berback brace. Well, the scoliosis is still here (sampai selamanya), tapi tulangku berhenti tumbuh jadi kemungkinan kalian nggak akan lihat aku pakai brace lagi (amen...). Tapi aku masih berkaca mata untuk beberapa kesempatan, seperti hari ini. Aku dan Puja (my brother) do some silly photoshoot dengan tema "Hello Stranger". These glasses are real. Aku minus 4 dan Puja minus 1 (ya, kami beruntung bisa dapat kaca mata yang stylish, lol). Ini dia, I hope you enjoy it! :)

Red roses dress by Toko Kecil Indi.



Versi “cover” dari poster filmnya, lol.




Gesture yang sering nampak di Hello Stranger. Di sana diceritakan kalau yang begini itu alay, bukan sweet, lol.



Patung ini ternyata ada betulan, heran, hahahaha.





Dork: someone who does things that are kinda silly and not neccessarily cool but always cute (Urban Dictionary.






Hello Stranger quick review: Dua orang asing bertemu waktu menjadi turis di Korea. Film ini banyak sindiran mengenai betapa "meng-Korea"nya manusia sekarang sampai-sampai lupa dengan budaya sendiri. Padahal budaya Korea juga belum tentu pantas dengan negara lain. Malah akan terasa "silly" seperti foto-foto diatas. (movie, 2010).

Jumat, 08 Juli 2011

Cerita Liburan yang terlambat: TRANS STUDIO! :D

Halooo, haloooo... Berjumpa lagi dengan Indi di sini (yang berharap ketemu Meysi, maaf ya ini bukan blog'nya, hihihi).

Hari ini aku post baru lagi bukan gara-gara lagi doyan (ya, I love writing, tapi biasanya aku membatasi diri untuk post 1 cerita saja perminggu. Maksudnya supaya memberi kesempatan teman-teman untuk membaca), tapi ini gara-gara dikejar utang. Hiiii, serem banget istilahnya. Tenang aja bukan uang kok, tapi utang post! Beberapa waktu lalu aku sempat 'menghilang' dari dunia blog dan waktu aku mulai ngeblog lagi, aku jadi bingung mana yang harus aku ceritakan duluan. Banyak yang dialami, tapi sudah terlewat lama karena waktu berjalan terus (yaiyalah). Keteteran! T___T

Tadi siang, sebelum aku memutuskan untuk menulis ini, aku sempat pilah-pilah pengalaman mana yang bakal  kutulis duluan. Sempat kepikiran buat nulis tentang nikahannya si Pipit-Cuit sahabatku sampai nulis tentang perkembangan novelku (cetak ulang lagi, thank God). Tapi setelah dipikir-pikir kayaknya lebih asyik untuk menulis request dari teman-teman blogger dulu deh. Di postinganku tanggal 30 Juni lalu Gaphe dan Ria minta aku untuk ceritain pengalaman ke Trans Studio. So... Inilah aku, sudah berpiyama oranye dan rambut disisir rapi, duduk di depan komputer akan bercerita kepada kalian. Enjoy! :)

Jadi, tanggal 24 Juni lalu secara mendadak aku kepengen pergi ke Trans Studio. Apa penyebabnya jangan ditanya, karena aku juga nggak tahu. Padahal waktu sudah nunjukin jam 7 malam, lho. Langsung saja aku BBM Puja, adikku yang lagi futsal untuk segera pulang dan nemenin aku. Puja kaget sih, tapi yang namanya main gratis, dia nggak nolak, hehehe...

Langsung saja aku yang sudah piyamaan ganti kostum dengan dress Dancing Lollipop hasil rancanganku. Nggak lupa ditambah stocking supaya leluasa main nanti. Perfect! I'm ready to have fun! :D





Begitu sampai aku dan Puja langsung beli Mega Card. Kartu inilah yang akan dipakai untuk main nanti. Satu kartu ini bisa dipakai sama aku dan Puja sekaligus, harganya cuma 10 ribu, ditambah "tiket" kami bermain totalnya jadi rp. 310.000 (untuk weekday perorang hanya rp. 150.000, ditambah harga kartu yang setelahnya bisa ditop up).
Nah, kartu sudah di tangan, kami tinggal naik ke eskalator dan siap bermain.

Ternyata oh tenyata, begitu sampai di Trans Studio kami nggak langsung lihat wahana permainannya, tapi kami justru serasa berada di dalam kota mini! Aku sama Puja sampai takjub, gimana bisa area 4 hektar ini jadi tampak begitu besar (Universal Studio lewat, seriously!) dan seperti betul-betul di luar ruangan padahal seluruh area ini di dalam ruangan. Setelah ber "Oh, wow" selama 5 menit, Puja beranikan diri untuk bertanya tentang letak wahana permainan sama salah satu petugas. Nggak jauh-jauh, ternyata wahana permainannya ada di sebelah kanan dari posisi kami masuk tadi, hihihi...




Di arena permainan kami langsung ber "Oh, wow" lagi. Gimana nggak, ternyata di sini lebih "luar biasa" daripada tempat sebelumnya. Kami seperti berada di Hollywood tahun 60'an! Wooo, Hollywood here we come! :p
Arsitekturnya betul-betul indah, sepanjang mata memandang penuh dengan bangunan-bangunan kuno lengkap dengan Corvette Diner'nya. Waduh, kalau nggak ingat main pengennya foto-foto terus, deh! Hihihi...


Covette diner. Kaya di film-film, menunya kentang goreng dan soda :p



Mengingat waktu sudah semakin larut, kami langsung cari wahana yang nggak terlalu ramai. Pilihan kami jatuh pada "Negeri Raksasa" di area "Magic Corner". Di tempat mengantri pengunjung disuguhi dongeng "Jack dan Pohon kacang", aku sama sekali nggak ada clue permainan apa yang akan kami hadapi (halah, memangnya ujian! Lol), tapi dari sini terdengar suara teriak-teriakan heboh! Wah, jangan-jangan ini semacam rumah hantu... Aku bisa pipis di celana deh kalau iya, soalnya aku paling takut sama hantu-hantuan gitu (kadang mereka lebih serem daripada aslinya lho. Hiiiii...).
Tapi ternyata tebakanku salah. Ini adalah wahana yang mengerikan tapi nggak perlu hantu-hantuan. Kami dan para pengunjung lain akan dijatuhkan dari lantai 5! Waaa, hampir saja aku mundur kalau nggak mengingat berapa lama kami antri.
Wahana ini mirip seperti "Hysteria" di Dufan, cuma bedanya ini lebih tinggi. Kalau biasanya ketinggian "cuma" 3 lantai, nah ini 5 lantai (I said it twice ya? Nggak apa-apa buat menegaskan, lol).



Sambil ngantri bisa baca dongeng “Jack dan Pohon Kacang” dulu.



Jujur saja takut di awal, tapi begitu dimulai aku cenderung menikmati. Anehnya cuma aku yang ketawa-ketawa. Aku bahkan nggak tutup muka sama sekali. Rasanya lucu, jantung seperti berhenti sejenak tapi aku tahu ini aman :) Sedangkan pengunjung lain, termasuk Puja pada teriak-teriak nggak karuan. Malah aku sempat dengar ada yang sumpah serampah segala, hahahaha...

Begitu selesai, Puja mukanya pucet banget, tapi waktu ditanya dia beralasan karena kecapean habis futsal (ah, nggak mau ngaku! Lol). Kami istirahat dulu di depan kolam air mancur yang memang disediakan untuk duduk-duduk sambil mikir-mikir wahana apa lagi yang bakal kami coba. Dan pilihanpun jatuh sama "Sky Pirates". Kalau nggak salah ini masuknya sama kategori softplay, deh, soalnya anak-anakpun boleh ikut asalkan didampingi orang dewasa.
Wahana ini cocok banget buat "ngadem" karena mirip dengan kereta gantung hanya saja terbuka di atas dan kanan-kirinya. Bentuknya pun unik, seperti balon udara milik perompak. Petugasnya berkostum bajak laut semua bikin suasana pirates'nya berasa, hihihi...

Dari atas kami bisa lihat keseluruhan Trans Studio. Kami kagum banget karena setiap area nggak ada yang terbuang sia-sia. Dan dari atas sini pula kami bisa sepenuhnya "sadar" kalau ini memang indoor karena langit-langitnya masih terang meski hari sudah malam :)


Kolam di Magic Corner.


Duduk nyaman di Sky Pirates.

Dekor di luar arena, tetep cute buat foto-foto :)



Setelah bermain dua wahana kami memutuskan untuk jalan-jalan santai, ya sekedar menikmati interiornya, apalagi belum sempat untuk ambil foto-fotonya. Yang paling menarik buat kami adalah 5th avenue dan Broadway "dipindahkan" ke Bandung. Aku belum pernah lihat aslinya, tapi at least ini mirip dengan yang di TV dan majalah! Puja sampai bilang, "Wah, ini kebagusan sampai-sampai pada niat bawa SLR. Jangan-jangan nanti dipakai pre-wedding lagi". Hihihihi...
Di area broadway juga disediakan beberapa spot khusus untuk berfoto, sayangnya Puja nggak terlalu tertarik untuk di foto di sana, dia lebih milih buat langsung cari wahana lain saja.



5th avenue.

Kami berada di “Broadway” :p

Ada pertunjukan juga tapi ada jadwal khususnya.



Berkat paksaanku, Puja mau masuk ke "Bolang Adventure". Tadinya dengan segala alasan dia pengen nunggu di luar, hihihi (mungkin malu karena ini area untuk anak-anak).
"Bolang" ini cukup menarik dan mendidik untuk anak-anak usia TK atau SD. Warna-warna interiornya catchy banget, apalagi di tiap sudut ruangan selalu terdengar sountrack Bocah Petualang, hihihi. Untuk yang pernah ke Dufan pasti kenal dengan rumah boneka, kan? Nah, si bolang ini mirip-mirip seperti itu, hanya saja semua boneka "berwajah" bolang dan semuanya digambarkan sedang bermain :)





Bolang serba colorful. Sambil mengantri disediakan big screen untuk menonton acara Bolang.



Oya, untuk para orangtua hati-hati lho kalau bawa anaknya ke "Bolang", soalnya begitu permainan selesai pintu keluar paralel dengan toko permen! Iya, toko permen :O
Aku sama Puja saja yang sudah gede-gede masih ngiler buat belanja di sana, apalagi permennya lucu-lucu, sih... Kamipun top up kembali kartu dengan nominal rp. 100.000, yang ternyata dengan uang segitu cuma bisa beli beberapa permen loli. Note ya: di Trans Studio itu makanan dan cemilannya mahal-mahal, lebih baik isi perut dulu di rumah karena kita nggak boleh bawa makanan dari luar :)



Hasil “buruan” kami.



Habis emut-emut permen (yang ternyata enak banget!) kami lanjut berburu wahana seru lagi. Kami putuskan untuk main "Dragon Raiders". Di sini antriannya agak panjang, soalnya VIP access nggak berlaku, alias antrinya ramai-ramai. Tapi biar begitu kami nggak nyesel, karena kami bisa berlatih menunggangi naga ala ksatria, hihihi. Ya, sakit-sakit badan sedikit ditambah jantung deg-degan nggak apa-apalah, lol.
Sayang kami nggak sempat ambil foto di sini karena takut keburu tutup (Trans Studio tutup jam 10 malam). Jadi kami langsung menuju wahana yang paling dekat dengan pintu keluar saja, yaitu "Broadcast Museum" dan "Giant Swing". Di Broadcast Museum seru juga, lho, kita bisa belajar jadi dubber atau edit film, hihihi. Nggak usah khawatir nggak ngerti karena di sana banyak mas dan mbak baik hati yang ngajari kita. Lucunya mas-mas yang ngajarin aku ternyata Sandy, teman SMP ku! Hihihi, bisa dapet bocoran permainan mana saja yang antriannya pendek, dong ;)
(and sorry again for no picture here:( )


Nah, ini wahana terakhir yang aku naiki. Iya, AKU, sendiri nggak sama Puja yang lagi-lagi beralasan kecapean habis futsal, hihihi. Giant Swing! Ini adalah ayunan berputar raksasa pertama di Indonesia. Selain Yamaha Racing Coaster, wahana ini yang paling sering diomongin. Katanya bikin jantung berasa copot. Malah sempat ada pengunjung yang pingsan lho waktu coba wahana ini. Tapi aku maju tak gentar pengen tetep coba. Puja berkali-kali ingetin kalau aku mungkin saja pingsan/minimal muntah. Ah, aku pikir sudah terlanjur di Trans Studio, nggak berasa ke Trans dong kalau nggak main Giant Swing (ngaco! Lol).

Dan ternyata rasanyaaaaaaaa..... Wah, aku nggak mau cerita. Nanti kalian saja yang main sendiri ya. Aku nggak lagi, deh, mending naik coaster saja :')


Saking cepatnya Giant Swing susah tertangkap kamera. Udah kaya penampakan aja :p

“Pemandangan” dari eskalator turun.



Akhirnya waktunya pulang. Aku betul-betul puas bermain selama 3 jam di sana. Nggak peduli deh poniku terbang kemana dan lipstikku hinggap di baju siapa (lho??). Bahkan di eskalator turun pun kami masih nemu interior-interior unik :) Aku rekomendasiin deh buat teman-teman yang mau habisin waktu sama keluarga datang saja ke sini, nggak perlu jauh-jauh ke Singapura. Tiketnya pun jauh lebih murah, disana per orang 700 ribuan, tapi disini cukup rp. 260.000 perorang untuk hari biasa (tiket 150+kartu 10+top up minimal 100). Gue kasih 4 bintang dari 5 bintang deh buat Trans Studio. Nyaris nggak ada kekurangan kecuali satu: there is no disability access. Aku harap suatu hari Trans Studio dan arena permainan lain akan ingat dengan teman-teman yang berkebutuhan khusus ;)

Jadi gimana Gaphe dan Ria, sudah nggak penasaran lagi kan dengan Trans Studio? Atau malah makin penasaran?!! :O :D


big smile,

Indi


do not copy any design by toko kecil indi. thank u :)