Sabtu, 27 Desember 2014

Cerita tentang Christmas Box Indi :)


Yay, it's Christmas! Well, waktu gue menulis ini sih masih natal, tapi berhubung wifi di rumah sedang ada masalah, jadi tulisan ini baru bisa gue post sekarang, deh, huhuhu. Eh, tapi sepanjang bulan Desember kan Christmas, jadi nggak masalah dong meskipun nggak tepat di tanggal 25? ;) 
Setiap orang pasti punya tradisi tersendiri kalau bulan Desember tiba. Kumpul-kumpul keluarga dan makan-makan sih sudah pasti. Tapi coba deh perhatikan, selalu ada yang 'berbeda' kalau memasuki pertengahan bulan. Misalnya ada yang berbelanja, karena diskon akhir tahun memang menggiurkan, hehehe. Atau ada juga yang ke salon karena ingin penampilan baru untuk natal dan tahun baru nanti. Nah, gue juga punya 'tradisi' nggak tertulis, nih. Yaitu mengeluarkan Christmas box! Christmas box ini sangat istimewa karena hanya dibuka setahun sekali dan berisi benda-benda yang hanya digunakan menjelang Christmas. Mau tahu apa saja isinya? Nih, gue bagi, ya. Siapa tahu bisa jadi ide untuk teman-teman ;)

Christmas box Lock&Lock kesayangan bergambar Hello Kitty :)

1. Movie!
Puja, adik gue bilang, Christmas itu baru terasa kalau ada Christmas movies, hehehe. Begitu Desember tiba gue dan keluarga pasti lebih sering menghabiskan waktu di ruang TV bersama untuk menonton film. Kami punya judul-judul favorit. Kalau yang jadi idola bersama tentu saja Home Alone (ini film kesukaan alm. Mika juga, lho). Meskipun sudah sering diputar di TV, tapi kalau nonton bersama lewat DVD rasanya lain. Mungkin karena nggak didubbing dan kena sensor :p Kalau yang biasanya ditonton berdua saja dengan Puja judulnya Sister Act. Aduh, saking sukanya kami sampai hapal dialog-dialognya, dan gue sangat terinspirasi dengan film ini sampai-sampai ikut bergabung di choir, hihihi. Pokoknya kalau harus menyebutkan judul-judul film favorit list nya pasti akan panjang. Yang fotonya gue pajang di sini pun baru sebagian karena sebagian lagi masih disimpan di box :D


2. Pernak-pernik
Hmm, kira-kira siapa ya yang suka mendekor kamarnya sesuai dengan musim atau hari raya? *celingak-celinguk cari yang tunjuk jari* Mudah-mudahan bukan cuma gue saja, ya, hehehe. Kamar gue ukurannya nggak terlalu besar, jadi cukup sulit untuk menggeser-geser furnitur di sana untuk mengganti suasana. Sebagai gantinya gue menambahkan aksen-aksen kecil untuk menjaga mood tetap fresh. Menjelang Christmas gue tambahkan cemara-cemara kecil di beberapa sudut ruangan .Meskipun kecil tapi cukup eye catching lho karena kamar gue nuansanya pink, hehehe. Perlengkapan untuk cemal-cemil di kamar pun gue ganti dengan sebuah mini tray dan mug bernuansa Christmas. Rasanya jadi lain kalau dipakai untuk menemani movie time sebelum tidur, hihihi.


3 DIY Project kit
Gue nggak punya "crafter's hands" alias tangan yang bisa diajak kompromi untuk membuat project-project kerajinan tangan. Untuk melipat kertas saja kadang masih miring-miring, hehehe. Tapi kalau punya ornamen Christmas buatan tangan sendiri rasanya pasti bangga, dong. Jadi setiap tahun gue selalu usahakan membuat sesuatu dari bahan-bahan yang sederhana. Inspirasinya sih bisa darimana saja, tapi yang paling sering dari video-video di Youtube, hihihi. Di Christmas box gue menyimpan gunting, lem, penggaris, kain-kain perca dan lain-lain. Untuk tahun ini gue mencoba membuat snowflakes alias butiran salju sendiri. Caranya mudah dan kecil kemungkinannya untuk gagal, hihihi.
Bahan-bahan yang diperlukan antara lain;
* Kertas berwarna putih 
* Gunting
* penggaris (dan pensil jika perlu).


Cara membuatnya adalah;
* Gunting kertas menjadi persegi. Gue memakai ukuran 14 x 14 Cm. Kalau teman-teman mau pakai ukuran lain boleh juga, kok.
* Lipat kertas sampai sisi bertemu dengan sisi yang lain sampai berbentuk persegi panjang. Lalu lipat lagi sisi bertemu sisi sampai berbentuk persegi. Setelah itu lipat diagonal hingga berbentuk segitiga.
* Gunting salah satu sisinya dengan bentuk melengkung (sampai kertas berbentuk seperti potongan pizza)
* Terakhir gunting-gunting salah dua sisinya dengan bentuk segitiga, lalu... 1.. 2... 3.... TA-DAAA! Jadilah snowflakes buatan sendiri :)
Ditempel di dinding dekat tempat tidur (yang seprainya sudah diganti dengan nuansa merah hijau) membuat gue bermimpi kalau sedang musim salju, hihihi. 


Setelah ditempel di kamar...


Itulah isi dari Christmas box gue. Selain Christmas box, gue juga punya Birthday box. Yaitu kotak penyimpanan yang isinya benda-benda untuk ulang tahun. Kapan-kapan gue akan share di sini, ya :) Mungkin ada teman-teman yang berpikir, "Apa-apaan si Indi repot-repot ganti suasana setiap ganti musim?" Hehehe, gue nggak direpotkan sama sekali, kok. Meskipun benda-benda ini hanya dikeluarkan pada moment tertentu tapi semuanya tetap aman dan bersih karena gue menyimpannya di storage box Lock&Lock. Dengan dilengkapi tutup tentu saja benda-benda di dalamnya jadi bebas debu. Dan bahan yang digunakan pun ramah lingkungan (polypropylene), juga aman untuk digunakan. Seperti yang sudah disebutkan, kamar gue itu agak-agak mungil, hihihi, jadi storage box Lock&Lock ini cocok banget, karena bisa ditumpuk sehingga nggak menghabiskan banyak space. Nah, yang terakhir dan juga paling membuat gue excited, storage box Lock&Lock ini ada seri Hello Kitty nya! Kebayang dong gimana suka citanya gue karena super match dengan tema kamar? Hehehe :D

Dan menurut gue it's okay jika mau sedikit berbeda pada hari raya. Selama nggak berfoya-foya atau malah merugikan diri sendiri tentunya :) Menunjukan rasa excited dalam menyambut hari besar (bukan cuma Christmas) bisa menjadi bentuk dari rasa bersyukur kita. Mungkin di hari-hari biasa kita lupa untuk have fun dan treat diri kita dengan hal-hal yang kita sukai, tapi di hari seperti ini kita bisa lebih 'sadar' betapa diberkahinya diri kita ini. Beberapa kali dalam setahun gue rasa cukup untuk me-recharge semangat kita. Meskipun kalau memungkinkan sih Christmas spirit asyiknya setiap hari, hihihi.


Selamat natal untuk teman-teman yang merayakan dan selamat berlibur untuk semuanya! Jadi adakah yang mempunyai "tradisi" Christmas box seperti gue? ;)


jingle all the way, 

Indi

_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Kamis, 25 Desember 2014

Puisi untuk Mika di Malam Natal


24 Desember 2014

Dear Mika di surga,
Aku masih ingat hari itu. Hari dimana kamu pergi.
Kamu disampingku, tapi rohmu tidak.
Aku masih ingat rasa itu. Rasa rindu ketika kamu tak ada.
Hari ini pun aku masih rindu. Meski tahu 10 tahun bukan waktu yang sedikit...

Setiap aku mendengar musik Billy Joel aku mengingatmu.
Setiap aku menonton film Home Alone aku mengingatmu.
Setiap aku melihat sandal jepit karet aku mengingatmu.
Setiap aku tak sengaja memutar lagu Guns and Roses di playlist yang jarang kuputar aku terkikik geli... Aku mengingatmu, Mika.

Kadang aku menangis sendirian di tengah malam.
Aku rindu untuk bicara padamu. Aku rindu mendengar suaramu.
Aku takut lupa bagaimana kamu terlihat. Aku takut lupa bagaimana kamu tercium.
Karena kamu tak selalu hadir di mimpiku, Mika. Bahkan ketika aku berdoa lama-lama...

Aku masih menulis surat untukmu setiap hari, tapi tak kukirim.
Aku tak mau ibumu baca, nanti beliau sedih.
Aku masih tak mengerti kenapa kamu harus pergi.
Aku juga masih bertanya-tanya apakah kamu tidak rindu pada kami? Tak ingin kembali? 

Dear Mika di surga,
Sekarang setiap Hari AIDS Sedunia banyak orang yang mengingatmu.
Aku lupa sudah berapa ibu yang menamai putranya seperti namamu.
Bahkan ada film yang bercerita tentangmu. Dengan judul memakai namamu.
Dan itu membuatku semakin rindu...

Katanya yang sudah pergi tak akan pernah kembali. Tak akan selalu ada jika kita mengingatnya.
Mungkin kamu juga tak akan kembali, Mika. Tapi bukan berarti kamu hilang.
Aku yang terjadi sekarang mungkin caramu memberitahuku bahwa kamu tetap ada.
Mungkin Tuhan juga ingin aku menyadarinya, tapi aku terlalu sibuk dengan prasangka.

Jadi Mika, hari ini aku berjanji,
Setiap Hari AIDS Sedunia, aku akan ingat kalau kamu selalu ada.
Setiap mendengar bayi dilahirkan diberi nama seperti namamu, aku akan ingat kalau kamu selalu ada.
Setiap film MIKA diputar, aku akan ingat kalau kamu selalu ada.
Kamu tak kemana-mana, Mika. Berbeda rupa, tapi selalu ada...

Aku tak bilang ini mudah, tapi aku akan berusaha untuk tersenyum.
Setiap bangun dari tidur  aku tahu hari harus berlanjut.
Jika aku menangis lagi, aku akan berkata; "Berhenti. Tunggu dulu."
Karena nanti akan tiba waktunya kita untuk kembali bertemu.

Selamat malam natal, Mika. Petarung AIDS ku, pahlawanku.


sugar-pie kecilmu yang sudah besar,

Indi



_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Senin, 22 Desember 2014

Tulisan untuk Robin Williams, dari Seorang Penggemar

11 November 2014
Ini mungkin bakal kedengeran aneh, tapi hari ini gue akan bercerita tentang Robin Williams. Ya, I know, ini sudah 2 bulan sejak kepergiannya, tapi rasanya baru siap untuk membagi perasaan gue di sini. Sebagai fans beratnya, teman-teman gue banyak yang heran kenapa gue nggak tampak terlalu sedih dengan kepergiannya, nggak update status tentangnya 3 kali sehari dengan isi yang mengharu biru, nggak membicarakan sebab dari kepergiannya... Jawabannya sederhana; karena gue nggak mengenalnya secara personal. Gue bukan teman, kerabat apalagi keluarga. Gue hanya fans. Dan gue rasa meratapi kepergiannya di media sosial bukan hal bijak. Robin Williams memiliki keluarga, 3 orang anak yang sangat ia cintai yang tentu saja berduka. Bayangkan jika kita berada di posisi mereka, bagaimana rasanya membaca banyak tulisan yang isinya "menyayangkan", "menyesalkan" atau "menertawakan" kepergian ayah kita?

Jadi waktu itu, pagi-pagi sekali. Gue baru saja mandi dan bersiap untuk pergi bekerja. Sambil mengeringkan rambut gue mengecek handphone dan menemukan sebuah update twitter dari Sharon Osbourne. Mata gue langsung terasa panas dan nggak percaya dengan yang gue baca. Robin Williams meninggal dunia... Ya, gue menangis. Dan gue akui itu bukan tangisan kecil. Tanpa gue sadari nafas gue mulai tersenggal-senggal dan air mata gue menetes deras. Gue lalu mencoba menenangkan diri, menarik nafas  dan meneguk segelas air. Butuh waktu yang nggak sebentar untuk menstabilkan emosi gue. Dengan mata sembab akhirnya gue berhasil berpakaian dan berpikir logis. Di kepala gue memang ada pertanyaan "Kenapa?" yang terus-terusan terlintas, tapi gue putuskan untuk menyimpannya sendiri dan mengucapkan rasa bela sungkawa sewajarnya pada Zelda, putri dari Robin Williams lewat akun twitter nya. 

Gue masih ingat pertama kali melihatnya. Bersama Ibu dan Bapak gue menonton film Mrs. Doubtfire yang kelak menjadi film favorit gue sepanjang masa. Gue sangat menyukai tokoh Natalie yang diperankan oleh Mara Wilson. Di film ia diceritakan sebagai seorang anak yang sangat dekat dengan ayahnya (Robin Williams), yang secara kebetulan di kehidupan nyata ia seusia dengan gue, ---dan gue juga sangat dengan dengan Bapak. Mungkin itu jadi salah satu alasan mengapa gue merasa related dengan film Mrs. Doubtfire. Setelah menonton pertama kali gue langsung merengek untuk menonton ulang filmnya. Syukurlah VCD nya disewakan di rental dekat rumah, jadi gue bisa menonton sesering gue mau. Setiap kali menonton Mrs. Doubtfire, gue selalu tertawa, terharu, dan menemukan hal baru. Gue tumbuh bersama film itu, literally. Dari kecil sampai beranjak remaja. Dari hanya tertawa karena gerakan lucu yang dibuat Robin Williams sampai tertawa karena akhirnya gue mengerti lelucon yang tadinya hanya membuat Ibu dan Bapak tertawa. Lambat laun gue menemukan bahwa film itu sangat menginspirasi, semakin menambah alasan mengapa gue sangat terobsesi dengan Mrs. Doubtfire...

Lalu gue tumbuh menjadi seorang remaja. Setiap minggu gue tetap setia untuk datang ke rental dan menyewa VCD Mrs. Doubtfire. Kondisi keping VCD nya sudah nggak terlalu bagus, cover plastiknya lepas karena sering dibuka tutup. Entah mengapa membuat gue sedih. Mungkin terlalu banyak orang yang menyewa VCD ini dan nggak semuanya memperlakukannya dengan hati-hati. Dan sebuah ide nakal pun muncul, ketika gue kembali ke rental untuk mengembalikan VCD gue membuat wajah sangat menyesal. Dengan sedikit terisak gue berkata pada pegawai rental bahwa gue nggak sengaja menghilangkan VCD nya. Tentu saja ia nggak langsung percaya, gue telah menyewa VCD yang sama selama bertahun-tahun dan selalu kembali dengan selamat. Tapi gue tetap bersikeras, ---lalu nggak bisa menahan senyum ketika pegawai rental berkata gue harus membayar denda sebesar Rp. 40.000. Gue menang.

Dress gue mirip seperti Mrs. Doubtfire di scene kolam renang :)

Gue mempunyai VCD Mrs. Doubtfire sendiri. Well, ini milik rental tapi kan gue sudah membayar denda. Gue bisa menontonnya kapan saja gue rindu. Adegan Daniel Hillard (Robin Williams) yang menari dengan diiringi lagu Dude (Looks Likes a Lady) menjadi favorit gue. Bagaimana nggak, itu adalah lagu dari band kesukaan gue Aerosmith. Gue juga hapal dengan dialog-dialognya, termasuk 'nyanyian spontan' Robin Williams di adegan Raptor Rap. 
Gue sangat bahagia mendapatkan apa yang gue mau. Tapi hati kecil gue merasa bersalah, meski gue membayar denda tetap saja gue berbohong. Pihak rental nggak tahu bahwa sebenarnya VCD nya nggak hilang... Akhirnya, dengan perasaan menyesal yang semakin besar gue mengembalikan VCD nya kembali. Gue bersedih karena harus berpisah dengan Mrs. Doutfire, tapi akan lebih sedih lagi jika gue menjadi seorang pencuri.

Mungkin teman-teman heran, kenapa gue nggak punya VCD Mrs. Doubtfire sendiri padahal sangat menyukai film itu. Bukan tanpa usaha, selain meminjam ke rental gue juga mencari ke berbagai toko CD, tapi selalu kehabisan. Bahkan gue sampai meninggalkan nomor telepon di Disc Tarra untuk berjaga jika ada kiriman VCD Mrs. Doubtfire lagi. Sambil menunggu gue pun mengoleksi film-film Robin Williams yang lain. Dari hasil menabung gue akhirnya memiliki puluhan judul VCD dan DVD Robin Williams. Beberapa ada yang sulit didapat karena harus memesan terlebih dahulu, tapi yang paling sulit dicari tetap Mrs. Doubtfire.

Selama pencarian VCD itu kekaguman gue terhadap Robin Williams semakin bertumbuh. Jika awalnya gue hanya menikmati peran-perannya yang kocak seperti di film Hook, Jack, Patch Adams atau Flubber, lama kelamaan gue juga menikmati peran-perannya yang serius. Perannya di film The Fisher King sebagai orang dengan gangguan jiwa membuat gue patah hati dan merasa meyesal untuknya. Atau perannya di One Hour Photo sebagai maniak yang kesepian membuat gue gemas sekaligus bersedih. Death Poet of Society, House of D, Man of the Year, Death the Smoochy, Night Listener dan banyak banyak banyak.... lagi. Gue nggak pernah kecewa dengan actingnya. Ia bisa jadi siapa saja.


Lalu, beberapa tahun kemudian ketika gue kelas 2 SMA ada kejutan menyenangkan. Seorang teman Ibu yang tahu bahwa gue menyukai film-film Robin Williams menelepon untuk bertanya apakah gue sudah mempunyai VCD Mrs. Doubtfire. Dengan suka cita gue menjawab "belum" dan memintanya untuk membelikannya dulu lalu berjanji uangnya akan gue ganti. Gue bahagia bukan main, akhirnya setelah menunggu sekian tahun Mrs. Doubtife masuk ke dalam koleksi film gue :) Judul-judul lain pun sering gue tonton ulang, tapi tetap Mrs. Doubtfire jadi yang paling sering. Waktu kecil gue sempat memiliki kalender yang ditandai setiap kali gue menonton film itu (I know, kinda silly, lol). Tapi entah kenapa dihitungan ke 50 gue berhenti dan gue nggak ingat sudah berapa ratus kali totalnya gue menonton film itu :)

Gue berduka, sangat. Waktu perjalanan bekerja pun air mata gue beberapa kali keluar. Gue mengungkapkan perasaan gue pada Ibu, Bapak dan Ray, tapi nggak sama yang lain. Jika gue menangis meraung-raung, merengek dan marah karena Robin Williams pergi, itu artinya gue egois. Gue nggak boleh merasa jadi orang yang paling berduka sedunia, sementara ada keluarga dan kerabatnya yang pasti merasa lebih kehilangan. Gue putuskan untuk mengekspresikan perasaan gue dengan lebih positif, sebisanya. Koleksi film-film Robin Williams akan gue gunakan untuk membuat "A Week for Robin Williams", 1 minggu yang gue dedikasikan untuk Robin Williams. Gue beruntung lahir di masa kejayaannya, ketika ia bermain di banyak film. Tapi untuk anak-anak yang lebih muda dari gue, mereka mungkin hanya menonton filmnya beberapa tahun kemudian setelah dirilis. Atau malah baru mengenal filmnya justru ketika Robin Williams sudah pergi.

Jadi gue bawa beberapa VCD dan DVD Robin Williams ke preschool tempat gue bekerja. Gue memilih film-film harmless yang cocok dengan usia murid-murid gue yang masih di bawah 3 tahun. Mereka nggak mengenal film-filmnya, tentu saja, tapi meraka antusias ketika memilih judul film untuk movie time. Akhirnya film "Happy Feet" lah yang menjadi pilihan. Sengaja gue meredupkan lampu kelas dan membesarkan volume suara TV. Lalu gue melihat pemandangan yang luar biasa, anak-anak duduk dengan manis dan terpukau dengan suara Robin Williams. Ali, salah satu murid gue bahkan menggoyang-goyangkan kepalanya ketika mendengar Robin Williams bernyanyi. Dalam sejarah gue mengajar, ini adalah movie time yang paling sukses! Biasanya anak-anak selalu berlarian kesana-kemari setelah beberapa menit film dimulai, tapi Robin Williams ternyata berhasil membuat mereka terhipnotis. Gue ikut senang, meski dalam hati ada sedikit haru karena anak-anak nggak tahu bahwa pemeran Ramon (dan juga Lovelace) sudah meninggal... :)

Preschoolers juga nonton film Robin Williams :)

Ada beberapa teman yang mencoba menyinggung tentang penyebab kepergian Robin Williams pada gue. Karena reaksi gue terhadap kepergiannya mereka mengira gue nggak tahu apa-apa. Padahal mereka salah... Gue sudah tahu bahkan di hari ia pergi, tapi gue memang menolak membicarakannya. Gue sengaja nggak menonton TV, membaca berita atau melihat di internet tentang itu. Gue nggak mau melihat/membaca media yang memberikannya label-label atau judgement yang menyakitkan. Di hari pertama saja timeline gue sudah penuh dengan update tentang Robin Williams dari berbagai media, bahkan dari fans yang menyudutkanya. For God sake, ia sudah meninggal. Membaca beritanya bahkan membuat gue lebih sedih daripada menghadapi kepergiannya. Gue mengerti ia seorang public figure, tapi kenapa harus melupakan fakta jika ia juga seorang suami, seorang ayah, bagian dari sebuah keluarga yang sangat mencintainya. Gue nggak mau Bapak (yes, my dad), dibicarakan seolah beliau hanya objek, bukan makhluk hidup. Dan gue percaya keluarga Robin Williams juga nggak menginginkan ia dibicarakan seperti itu. Kita mungkin sering mendengar cerita tentang hidupnya dari media, tapi nggak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi padanya. 

Di hari terakhir "A Week for Robin Williams" gue menonton film favorit gue sepanjang masa, Mrs. Doubtfire. Gue masih tertawa ketika mendengar lelucon-leluconnya, masih merasa 'malu' ketika mendengar lelucon dewasanya :) Tapi arti filmnya ini jadi lebih dalam dari sebelumnya. Monolog Robin Williams tentang keluarga membuat gue tersenyum haru; 
''Beberapa keluarga hanya mempunyai Ibu, sementara keluarga lainnya hanya mempunyai Ayah. Mereka mungkin tak bertemu untuk beberapa hari, minggu, tahun... bahkan selamanya. Tapi selama masih ada cinta, kita akan selalu terikat menjadi sebuah keluarga."
Kepergian Robin Williams bukan berarti ia sudah nggak memiliki cinta, ini hanya sudah waktunya. Dan tulisan ini hanya ungkapan perasaan gue. Sebuah hadiah kecil yang gue dedikasikan untuk Robin Williams. Untuk seorang idola, dari seorang penggemar...



nb: Bapak bercerita waktu kecil film pertama yang gue tonton di bioskop adalah Alladin. Dan beberapa bulan yang lalu ketika gue menulis list film kartun 2 dimensi terbaik di majalah GoGirl gue memasukan Alladin ke dalam list. 
Ya, Alladin, salah satu film Robin Williams... Sungguh kebetulan yang manis :)

a fans,

Indi


_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Rabu, 17 Desember 2014

Ketika Hal Kecil Menjadi Besar: Nonton Bareng Mika bareng Indi dan D-1OO Community :)

Outfit hari ini tanpa sepatu. Soalnya gak boleh pakai alas kaki di rumput sintetis, hihi.

Ide ini berawal dari obrolan random di grup BBM bersama teman-teman D-100 Community. Kami ingin berkumpul secara langsung alias berkopi darat sekaligus memperingati Hari AIDS Sedunia. Setelah keluar beberapa ide, akhirnya dipilihlah untuk nonton bareng alias nobar. Tema film yang dipilih tentu saja isu HIV/AIDS, tapi untuk judul film kami punya beberapa pilihan. Ada yang menyarankan Normal Heart, dan gue menyarankan The Cure. Kami terus berunding lewat chatting tentang film mana yang dipilih. Lalu, hey! Kami teringat sesuatu; Film gue sendiri kan bertema HIV/AIDS. Jadi kenapa nggak nonton bareng film Mika saja?! :)

Perkenalan gue dengan D-100 Community ini bisa dibilang tanpa sengaja. Gue mengenal mereka waktu diundang ke acara Piknik bareng ODHA Berhak Sehat di Cibeunying Park beberapa waktu lalu. Salah satu dari mereka lalu mengundang gue untuk bergabung di grup BBM komunitas ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) dari RS. Borromeus ini. Semenjak itulah gue selalu keep in touch dengan mereka dan segera berteman dekat dengan beberapa dari mereka di luar grup (hihihi, teman bergosip tepatnya). Event nonton bareng yang kami rencanakan bersama-sama ini merupakan event pertama D-100 Community, makanya tujuannya pun nggak muluk-muluk. Kami hanya ingin saling mempererat hubungan antar anggota agar menjadi komunitas yang lebih solid.

Berhubung di Bandung banyak sekali taman bertema tematik (yes, kami warga Bandung beruntung sekali), jadi kami memilih Taman Film sebagai tempat kami berkumpul nanti. Setelah bertanya-tanya tentang prosedurnya, akhirnya gue dengan ditemani Hendra (dari D-100 Community) menyerahkan surat permohonan ke Dinas Pertamanan dan Pemakaman. Hanya dalam waktu 2 hari semua urusannya beres dan kami tinggal datang ke Taman Film di hari H. Gue sangat bersyukur karena kemudahan yang kami dapatkan. Ini berkat bantuan dari Feby, suami Ayu yang mengundang gue ke event ODHA Berhak Sehat beberapa waktu lalu. Punya banyak teman ternyata memang membawa banyak berkah, ya :)

Tanggal 7 Desember 2014 kami pun berkumpul di Taman Film. Ini adalah pengalaman pertama gue menonton film di ruang terbuka, tepatnya di bawah jalan layang alias flyover. Sebelum filmnya diputar saja gue sudah amaze dengan layarnya yang super besar. Diameternya 4x8 meter! Seperti bioskop tapi outdoor, keren :) Hati gue sangat senang karena sebagian besar teman-teman D-100 Community bisa hadir. Bahkan hampir semuanya membawa makanan untuk dimakan bersama. Ada pizza, pisang goreng, soda, keripik... Wah, benar-benar seperti pesta dadakan, hihihi. Meskipun gue baru bertemu dengan sebagian dari mereka untuk kali pertama, tapi kami langsung akrab :D

Piknik! Makanannya banyaaaak xD

Surprise, Angie teman gue ketika di Preschool datang untuk ikutan nobar! :)

Pada pukul 4 sore film dimulai. Spontan kami bertepuk tangan, hihihi. Tapi lalu dalam beberapa detik gue menyadari ada masalah di audionya. Suaranya sama sekali nggak terdengar! Awalnya gue biarkan saja, tapi setelah film berjalan beberapa menit akhirnya gue dan beberapa teman D-100 Community berinisiatif untuk mencari operatornya. Dengan berbekal sandal jepit pinjaman gue menuju ke lapangan parkir, sementara yang lain mencari di ujung lain taman. Anehnya nggak ada seorangpun yang melihat kemana operatornya pergi. Setelah hampir putus asa (lol) salah satu dari kami menemukan bahwa ternyata sedari tadi operatornya berada di balik layar! Hahaha... Kok bisa ya dia nggak melihat kami mondar-mandir kebingungan? Tapi yang penting akhirnya audio diperbaiki dan film pun diulang dari awal karena (tanpa terasa) rupanya kami sudah mencari operatornya selama 30 menit.

Film sempat nggak ada suaranya :(

Bertepatan dengan dimulainya film (lagi), Ray datang dan langsung bergabung dengan kami. Suasana akrab pun semakin terasa, candaaan teman-teman tentang film Mika segera terdengar. Terutama saat tokoh Mika dan Indi muncul di dalam 1 scene. Tentu saja karena di kehidupan nyata Indi yang diperankan oleh Velove Vexia adalah gue, dan Mika yang diperankan oleh Vino Bastian adalah pacar gue semasa SMA. Jadi melihat apa yang diputar di film seperti nostalgia gue yang bisa ditonton beramai-ramai dan layak untuk mendapatkan “ciee.. cieee”, hihihi. Untuk yang belum pernah menonton mungkin bingung, kenapa film yang berkisah tentang cinta monyet ini bisa diputar di Hari AIDS Sedunia. Well, kebetulan Mika adalah ODHA. Selain menceritakan tentang kisah cinta kami berdua, film ini juga meyorot kehidupan Mika, segala tantangan yang ia hadapi dan juga bagaimana imbasnya pada gue.


Film diulang kembali. Dan adegan ini sangat 'ciee... ciee-able', hahaha :)

Waktu proses pembuatan film Mika yang diinspirasi oleh novel “Waktu Aku sama Mika” ini, gue memang sempat dilema. Memberanikan diri untuk menceritakan kisah gue dan Mika pada banyak orang bukanlah hal yang mudah. Isu HIV/AIDS masih terlalu sensitif, apalagi Mika memang (pernah) ada dan keluarganya juga masih ada. Tapi waktu itu produser dan tim yang membuat film Mika meyakinkan gue bahwa tujuan dari film ini baik. Dengan menjadikan kisah kami film layar lebar maka akan semakin banyak orang yang tahu seperti apa HIV/AIDS yang sesungguhnya. Dan karena gue mengidap scoliosis (kelainan tulang belakang yang miring ke arah samping), penonton juga akan semakin aware dengan kesehatan tulang belakang. Dengan kata lain, film ini diharapkan menjadi campaign dalam bentuk yang bisa diterima dengan mudah oleh masyarakat luas.

Di tengah-tengah film Ray berbisik pada gue. Katanya di belakang banyak sekali yang ikut menonton film Mika. Waktu gue menoleh, ternyata benar saja di belakang sudah banyak sekali yang duduk-duduk bergerombol. Usia mereka pun beragam; ada ibu-ibu, bapak-bapak, remaja, bahkan anak-anak yang datang bersama orang tua mereka. Film belum sampai ke adegan yang mengharukan, tapi air mata gue sudah mau keluar, hihihi. Luar biasa sekali, jumlah kami yang hanya berdua belas (termasuk Ray) tiba-tiba bertambah menjadi berkali-kali lipat. Mengharukan :’)

Tempatnya luaaaas. Dan ini pemandangan yang gue lihat waktu nengok ke belakang :)

Di samping taman juga banyak yang berkumpul :)

Dan lama-lama jadi segerombol! Wah, terharu :')

Tepuk tangan terdengar ketika film selesai diputar. Gue senang sekali acara nonton bareng ini berjalan dengan lancar. Siapa yang menyangka, rencana kecil yang kami buat ini tiba-tiba menjadi besar. Tujuan awalnya kami hanya ingin mempererat hubungan antara anggota D-100 Community. Gue dan Hendra bahkan sempat khawatir jika hanya ada sedikit anggota yang datang. Tapi ternyata sebagian besar dari kami hadir, dan lihat ada berapa banyak orang yang ikut bergabung dengan kami sekarang? :) Bukan hanya kami yang menikmati film Mika, tapi juga puluhan bahkan ratusan masyarakat Bandung lainnya.

Gue benar-benar nggak bisa berhenti bersyukur... Gue dihampiri oleh seorang ibu dan kedua anak perempuannya. Beliau berkata bahwa salah satu putrinya (namanya Anissya) juga scoliosis sama seperti gue. Dan melihat gue memakai brace di film (penyangga tulang belakang) membuat Anissya juga semakin semangat untuk membaik. Ketika tiba di rumah gue juga masih mendapatkan kejutan. Ada beberapa pesan yang masuk ke halaman Facebook gue dari orang-orang yang tanpa sengaja ikut menonton film Mika di Taman Film (iya, tanpa sengaja). Mereka berkata bahwa filmnya membuat pandangan mereka tentang ODHA menjadi berubah. Bahkan salah satu dari mereka berkata bahwa ia menyesal sebelumnya selalu berprasangka buruk, padahal seseorang nggak bisa dinilai dari luarnya saja atau apa yang ia idap.

With D-100 Community family. Senang! :)

Ginan dari Rumah Cemara juga mampir, soalnya acara nobar ini bersamaan dengan event futsal RC di taman sebelah :)

Kalau seumuran kita sudah jadi BFF kayanya, lol.

Rasanya boleh jika gue bilang event pertama D-100 Community ini berjalan sukses. Tujuan utama untuk berkumpul sudah jelas tercapai. Dan sebagai bonusnya kami (tanpa sengaja) mengajak masyarakat untuk lebih mengenal apa itu HIVAIDS dan scoliosis. Sungguh hadiah yang manis untuk Word AIDS Day dan juga International Day of People with Disability yang jatuh pada tanggal 3 Desember :) Akhir kata gue hanya berharap agar suatu hari nanti nggak ada lagi diskriminasi dan prasangka pada orang-orang yang seperti Mika. Dan jika hal yang terjadi pada Mika juga terjadi pada orang lain, semoga jangan ada kata menyerah seperti teman-teman D-100 Community ini. Gue percaya setiap orang sudah diciptakan Tuhan dengan fungsinya masing-masing. Keep strong! :)


Satu hari setelah nobar gue menerima ini :)

Dari instagram Ayu. Setuju! Tamannya nyaman! :)


Note:
*Terima kasih banyak kepada Vino Bastian (dan fans club), Marsha Timothy, Kak Theo, ODHA Berhak Sehat, Rumah Cemara, Indi Sugar Official Store dan semua pihak yang membantu sounding dan mendukung terlaksananya acara ini.
* Masih ada saja pembaca yang bertemu gue tapi nggak menyapa (tapi mengirimi gue pesan setelahnya), termasuk ketika acara nobar ini. Kira-kira kenapa, ya? Apakah wajah gue galak? Huhuhu :(



sugar kecilnya Mika yang sudah besar,

Indi


  _______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Minggu, 14 Desember 2014

Afternoon Walk with Eris :)


Indi and Eris in action, hihihi.

Hi weekeeeeeend, kita bertemu lagi! Hihihi. Setiap akhir pekan tiba gue selalu excited. Setiap hari kesannya memang selalu berbeda, tapi weekend jelas menjadi favorit gue :D Gue yakin teman-teman juga begitu. Karena kebanyakan dari kita libur di hari sabtu dan minggu, pasti ada saja hal berbeda dari hari biasa yang kita lakukan khusus di akhir pekan. Nah, begitu juga gue. Meski hampir setiap sore gue berjalan-jalan dengan Eris ---anjing golden retriever kesayangan gue, kalau hari sabtu atau minggu waktu jalan-jalannya jadi istimewa karena bisa lebih lama :)

Buat gue berjalan-jalan dengan Eris bukan sekedar menghabiskan waktu berkualitas dengannya, tapi juga sekaligus berolahraga. Gue bukan orang yang aktif secara fisik karena sebagian besar waktu bekerja gue dihabiskan dengan duduk di hadapan laptop atau komputer. Dengan Eris tubuh gue tejaga agar nggak kaku, sama seperti orang yang aktif jogging secara rutin. Hanya bedanya gue ditemani dengan partner berbulu berkaki empat, hihihi. Otot-otot gue pun menjadi lebih kuat. Karena Eris yang super manis dan penurut ini tetap saja mempunyai insting sebagai seekor anjing, jadi kalau ia melihat kucing atau ‘binatang asing’ lainnya pasti langsung tertarik dan menarik-narik tali lehernya. Meskipun hitungannya hanya beberapa detik, tapi tenaga seekor anjing golden retriever lumayan juga, lho :D (Teman-teman yang memelihara anjing pasti tahu rasanya, hihihi).



Berjalan-jalan sore sekaligus berolahraga dengan Eris juga sangat hemat biaya. Cukup siapkan fisik, gue dan Eris bisa pulang ke rumah saat menjelang magrib dengan jumlah keringat yang nggak kalah dengan mandi sauna, hihihi. Paling-paling gue hanya menyiapkan beberapa hal saja sebelum keluar rumah, dan itu pun nggak banyak. Saking gampangnya gue hanya butuh waktu 5 menit saja untuk bersiap-siap, lho. Teman-teman mau tahu apa saja? Ini dia list nya... Tam taram taraaaaaam. Lol.

1. Kondisi fisik dan mental
Sebelum keluar rumah gue selalu pastikan Eris dalam keadaan sehat. Flu sedikit atau sedang loop (datang bulan) mungkin nggak akan jadi masalah jika sedang di rumah, tapi kalau di luar bisa jadi masalah besar. Gue nggak pernah tahu apa yang akan dihadapi di luar. Kalau daya tahan tubuh Eris lemah akan ada kemungkinan ia tertular penyakit dari anjing lain. Belum lagi serangan kutu yang akan lebih ganas jika hinggap di anjing yang sakit. Atau Eris malah bisa menulari anjing lain yang tanpa sengaja berpapasan di jalan. Kan nggak seru, kalau niatnya bersilaturahmi dengan sesama penyayang binatang, eh malah menulari penyakit, hihihi. Anjing yang loop juga bisa menarik perhatian anjing jantan. Daripada terjadi perkawinan yang nggak diinginkan (lol), lebih baik Eris main lempar tangkap di rumah dulu saja, deh.

2. Outfit
Bukan cuma untuk gue, kenyamanan outfit Eris juga penting untuk menunjang lancarnya jalan-jalan sore. Kalau untuk gue sudah pasti wajib bersepatu flat (kadang memakai sepatu sandal atau keds), soalnya selain lebih sehat juga memudahkan gue jika Eris mendadak melihat kucing, hihihi. Sedangkan untuk pakaian gue menyesuaikan dengan cuaca. Jika dingin gue akan memakai lengan panjang dan stocking, dan jika sedang cerah gue cukup memakai dress pendek. Modelnya bisa apa saja, yang penting nyaman dan menyerap keringat. Sebisa mungkin no baju training, soalnya nggak mau kalah centil dari Eris, hihihi. Untuk Eris gue pastikan memakaikan ia collar yang pas di leher. Nggak terlalu ketat atau terlalu longgar. Collar yang terlalu ketat bisa membuat anjing tercekik dan jika terlalu longgar bisa terjadi kemungkinan anjing terlepas *jangan sampai* *knock on the wood* Oh, iya, berhubung level centil Eris agak tinggi, jadi terkadang ia minta dipakaikan baju. Khusus untuk keluar rumah gue selalu pastikan bajunya nggak terlalu ketat dan terbuat dari bahan kaos katun :)

Baru selesai hujan tapi langit cerah, jadi gue pakai lengan panjang dengan rok tanpa stocking dan Eris dengan dress kesayangannya.

3. Survival kit
Hihihi, bukan P3K betulan, sih. Tapi gue selalu membawa beberapa benda yang bisa jadi penyelamat saat sedang di luar rumah. Tisu basah dan hands anti-bacterial gel wajib disimpan di tas mungil gue. Eris itu rasa penasarannya tinggi, jadi di tengah jalan kadang-kadang ia mendadak ingin menyelidiki semak-semak atau kolong mobil. Kalau sudah begini pasti kepalanya kotor belepotan tanah atau oli. Nah, tisu basah ini bisa jadi solusi cepat menghilangkan kamuflase perang di wajah Eris, hihihi. Anti-bacterial gel meski selalu dibawa tapi jarang sekali digunakan. Biasanya jika ada jajanan yang menarik hati dan gue ingin langsung menyantapnya :D Selain 2 benda tersebut, ada 2 benda lainnya yang hanya terkadang saja dibawa. Yaitu sisir kecil dan handphone. Sisir kecil biasanya dibawa jika kami berjalan-jalan dengan menggunakan becak (curang, hihihi). Supaya poni gue tetap rapi, jadi sedia sisir sebelum kusut. Kalau handphone dibandingkan untuk berkomunikasi, gue lebih sering gunakan untuk mengabadikan gambar Eris. Anjing itu tumbuh dengan cepaaaat sekali, jadi setiap moment harus diabadikan :)

Isi handbag gue :)

4. Kantung plastik
Well, sebenarnya Eris itu anjing yang super manis dan nggak merepotkan, jadi ia nggak pernah pee atau pup sembarangan (baca: di tempat asing). Tapi tetap saja gue berjaga-jaga dengan membawa kantung plastik yang sudah dilipat kalau-kalau Eris kebelet pup sementara jarak ke rumah masih jauh, hihihi. Jangan sampai acara jalan-jalan sorenya malah jadi acara mengotori lingkungan ;)

Meski kemungkinannya kecil, tapi kantung plastik ini harus dibawa :)

5. Botol minuman
Gue nggak pernah membatasi seberapa lama Eris boleh berjalan-jalan. Selama ia masih enjoy dan nggak tampak kelelahan (lidah sampai menjulur-julur, hihihi), gue akan temani selama hari belum gelap. Nah, supaya terhindar dari dehidrasi gue selalu bawa air minum di dalam botol. Eits, tapi bukan air kemasan yang botolnya dibuang, lho. Untuk mengurangi sampah gue sengaja memilih botol yang bisa dipakai berulang-ulang. Berhubung gue nggak kalah centilnya sama Eris (hihihi), gue pilih botol minuman yang cute tapi juga aman, yaitu water bottle Lock&Lock. Sebagai penggemar Hello Kitty gue jadi makin bersemangat karena Lock&Lock kini ada seri Hello Kitty nya :D Jangan salah, meskipun tampilannya imut tapi kualitasnya super sekali. Material Lock&Lock terbuat dari tritan, yaitu plastik bening seperti kaca yang anti gores dan nggak mudah pecah. Pasti mengerti dong gimana ‘seru’nya kalau jalan dengan teman berkaki empat, kita nggak pernah tahu kapan barang bawaan kita jatuh, hihihi. Nah, dengan water bottle Lock&Lock gue nggak perlu khawatir lagi ;) Apalagi karena BPA free water bottle ini juga aman untuk digunakan, bahkan untuk anak-anak sekalipun.

Water bottle Lock&Lock Hello Kitty yang super cute dan anti gores :)
Nggak bikin was-was soalnya BPA free! :D

Sebelum pakai Lock&Lock sering dapat insiden kecil namun menyebalkan, yaitu kehilangan tutup water bottle. Aduh, kalau sudah begitu gue langsung pura-pura cuek dan nggak cari lagi tutupnya. Soalnya sebelah tangan gue sudah pegang leash nya Eris. Kebayang kan repotnya, huhuhu. Kerennya water bottle Lock&Lock ini punya smart design, yang tutup dan botolnya tersambung oleh pengait, jadi nggak mungkin hilang (kecuali sama botol-botolnya, hihihi, jangan sampai).

Tutupnya nggak mungkin lepas dari botolnya! :D

Nah, begitulah persiapan gue kalau mau berjalan-jalan dengan Eris. Simple tapi penting sekali untuk kenyamanan gue dan Eris. Sebagai tambahan, untuk berolahraga dengan anjing kesayangan sih kunci utamanya; have fun! Gue nggak pernah terlalu pikirkan sudah berapa lama kami berjalan apalagi sampai memikirkan kalori yang sudah terbakar. Bisa punya waktu berkualitas dengan Eris saja itu sudah sangat berharga. Jadi daripada memikirkan kalori lebih baik pikirkan kebahagiaan Eris. Soalnya kalau Eris bahagia gue juga ikut bahagia. Dan bahagia itu membuat tubuh sehat, kan? Hihi. Kalau teman-teman apa olahraga favorit kalian di akhir pekan? Benda apa saja yang wajib jadi perbekalan? ;)

The dog walker,

Indi


 _______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469