Minggu, 24 Mei 2015

Cerita Malam Penobatan Kartini Next Generation Award 2015 :)

Hehehe, gue ingat sudah janji untuk menceritakan soal malam penobatan “Kartini Next Generation Award 2015” berabad-abad lalu, tapi rupanya baru sempat sekarang :’D Mungkin teman-teman sudah ada yang tahu bahwa 2 minggu lalu gue terkena demam berdarah dan gejala tipus. Itulah yang membuat update gue terhambat belakangan. Ditambah segera setelah gue pulih banyak kegiatan yang menanti. Cukup membuat energi  gue terkuras, bahkan untuk sekedar blog walking. Tapi gue juga bersyukur karena Tuhan masih (dan semoga selalu) memberikan kesehatan dan semangat untuk bekerja dan berkarya :)

Jadi setelah menjalani proses penjurian (baca cerita lengkapnya di sini), dua hari kemudian di tanggal 22 April 2015 gue dan para finalis diundang untuk menghadiri malam penobatan yang dilaksanakan di auditorium Gedung BPTT Jakarta. Gue berangkat pagi-pagi sekali dari Bandung dengan diantar Ibu dan Bapak, sama seperti ketika proses penjurian. Tapi ada yang berbeda kali ini, nenek gue, yang biasa dipanggil Emah oleh cucu-cucunya juga ikut mendampingi. Senang rasanya, karena moment yang istimewa ini terasa semakin istimewa dengan dihadiri oleh orang-orang tercinta :) Meski cuaca sangat terik (sangat, sampai ketika berhenti di rest area gue ingin minuman dingin meskipun masih pagi, hehehe) tapi perjalanan terbilang lancar. Macet karena KAA hanya terasa sebentar dan dalam waktu beberapa jam saja kami sudah tiba di Jakarta.

Ketika tiba di Gedung BPPT rasanya seperti Deja vu. Meski diadakan di ruangan yang berbeda, tapi rupanya gue dan keluarga lagi-lagi menjadi finalis yang paling awal tiba (baca: kepagian), hehehe. Mungkin karena finalis lain kebanyakan masih menginap di Hotel dan ada yang tinggal di Jakarta jadi mereka tiba tepat waktu. Sambil menunggu gue berganti baju dengan kebaya yang sudah disiapkan dari rumah. Karena gue hanya punya satu kebaya dan jahitannya sudah mulai lepas, jadi gue dan Ibu mendesain kebaya baru dan segera menjahitnya dalam waktu yang sangat singkat (kami hanya punya waktu 3 hari sebelum penjurian!). Kain yang digunakan pun seadanya, yang sudah tersedia di rumah. Untuk kain kebaya menggunakan stok kain Ibu, dan untuk roknya menggunakan kain batik rangrang oleh-oleh dari adik yang pulang honeymoon di Bali. Sempat khawatir warna dan motifnya “nabrak”, tapi setelah finalis lain mulai berdatangan mereka ternyata menyukai “kebaya last minute” gue, hehehe. Thank God :D

Dari kain-kain yang ada di rumah, jadilah kebaya ini :)
Bersama finalis KNG 2015 :)
Kompakan pakai batik rangrang. Lucu, ya :D

Selain Ibu, Bapak dan Emah, kehadiran Iin dan mamanya pun semakin membuat perasaan gue bertambah gembira. Iin adalah seorang teman yang gue kenal dari audisi X Factor karena sama-sama mengidap scoliosis dan sama-sama tertarik dengan dunia seni. Meski ini adalah pertemuan yang pertama kali dengan mamanya Iin, tapi kami langsung duduk di satu meja dan berbincang akrab tentang banyak hal (baca cerita seru kami di sini). Kehadiran mereka membuat meja gue jadi yang paling ramai. Pasalnya finalis lain hanya ditemani dengan 2 orang pendamping, sedangkan gue oleh 5 orang yang semuanya senang mengobrol, hehehe. Eh, tapi gue sudah izin pada panitia dulu kok sebelumnya. Kebetulan ada salah satu finalis yang nggak membawa pendamping, jadi gue bisa mengajak Emah, Iin dan mamanya :) 

Kedatangan suporter cantik, nih. Iin :*

Tepat setelah acara pembukaan selesai Iin dan mamanya pamit karena ada keperluan lain. Oh, iya waktu nama dan foto finalis ditampilkan di layar sepertinya cuma meja gue saja yang heboh, soalnya waktu wajah konyol gue muncul, Iin dan orang tua gue kompak bertepuk tangan sambil bersorak. Hahaha, kalau panitianya membaca tulisan ini gue minta maaf ya :p
Gue berpisah dari Ibu, Bapak dan Emah untuk duduk bersama finalis yang lainnya. Jaraknya cukup jauh dari meja gue sebelumnya, di pojok dekat speaker raksasa sementara keluarga gue di tengah ruangan dengan posisi yang menghadap langsung ke panggung. Well, lebih strategis dan nyaman, sih... tapi masa gue mau nempel terus sama mereka seperti anak kecil, hehehe. Lagipula mengobrol dengan teman-teman baru gue itu seru sekali, lho. Dan tentu saja bisa membuat “lupa” dengan suara berisik dari speaker raksasa yang ada di sebelah kiri kami :D

Selain kata sambutan dan doa dari para mentri, acara juga diisi dengan talk show yang sesuai dengan tema Kartini Next Generation Award tahun ini, yaitu Woman as Drivers of Progress. Sidrotun Naim dan Maizidah Salas, finalis tahun ini menjadi salah dua (istilah apaan ini? Lol) dari narasumber talk show. Kisah mereka sangat menginspirasi, bahkan sempat membuat gue hampir meneteskan air mata. Sungguh membuktikan bahwa “Kartini” bisa menjelma dari berbagai latar belakang dan profesi. Awesome! Selain itu juga ada drama musikal singkat yang menceritakan tentang keragaman perempuan. Gue suka sekali karena perempuan digambarkan dengan nggak seragam. Ada yang bekerja di luar, ibu rumah tangga dan lain sebagainya, ---tapi semuanya HEBAT! :)

Talk show.
Drama musikal tentang perempuan :)

Setelah penantian yang panjang (banget, ---sampai sore lho) akhirnya ke 22 orang finalis dipanggil untuk naik ke atas panggung. Mereka adalah (gue termasuk, ya, hehehe) Yunia Muji Utami (Sidoarjo), Siti Rohayah (Banyuasin), Julie Nava (USA, berhalangan hadir), Diana Anggraini (Bandung), Annisa Wibi (Bandung), Abys Wigati (Malang), Vanda Yulianti (Jakarta), Laurencia Ika (Surabaya), Maizidah Salas (Wonosobo), Alia Noor (Jakarta), Nadhira Vidya (Bandung), Nariana Pardede (Yogyakarta), Wahyuning Widiowati (Jakarta), Sidrotun Naim (Tanggerang), Indi Taufik (dari antah berantah, mungkin dari Disney channel atau Nickelodeon, hahaha), Qori Sulaeman (Karawang), Aretha Aprilia (Tanggerang), Tri Wahyuni (Samarinda), Vania Santoso (Surabaya), Yayuk Sri (Nganjuk), Anazkia (Malang) dan Talita Asagi (Papua). Hal pertama yang gue lakukan ketika berdiri di sana adalah “dadah-dadah” ke arah keluarga gue, hehehe. I know it’s kinda childish. Tapi gue happy sekali, ---dan menyapa keluarga adalah cara gue mengekspresikannya :)

22 orang finalis :)
Ayo luruskan barisannya! :p
Ada 2 stasiun TV yang meliput acara ini, yaitu TVRI dan Daai TV :)

Ada perasaan haru yang susah sekali dijelaskan dengan kata-kata ketika melihat keluarga gue dari atas panggung. Bapak berdiri di dekat panggung, bahkan lebih depan daripada para wartawan untuk mengambil foto gue. Sementara Ibu keluar dari mejanya dan berdiri agar bisa melihat gue dengan jelas. Dan Emah... Well, beliau yang paling membuat hati gue tersentuh... Emah sama sekali nggak beranjak dari kursinya, tapi air matanya terus keluar sambil menatap gue bangga. Kalau saja kamera nggak menyorot gue dari segala arah, mungkin gue sudah menangis seperti bayi, hehehe. Setelah beberapa sambutan dibacakan 6 orang yang terpilih untuk mewakili 6 bidang/kategori yang berbeda. Mereka adalah Siti Rohayah (ekonomi), Laurencia Ika (pendidikan), Alia Noor (sosial budaya), Vania Santoso (kesehatan dan lingkungan hidup, ---kategori yang sama dengan gue), Sidrotun Naim (riset perikanan) dan Maizidah Salas (pemberdayaan perempuan)

Bersalam-salaman :D
Penyerahan trophy dan sertifikat pada 6 perempuan dari 6 kategori yang berbeda.
Gue menerima sertifikat.
Lalu cengengesan karena tertukar dengan finalis lain, hahaha. 
Tebak gue lagi cerita apa. Pokoknya yang berdiri di dekat gue pasti susah jaim. Maaf, yaaa :)
Horeeee, dapat hadiah banyak :D
Emah menangis haru ketika gue di atas panggung :')
Bersama Talita (gue sudah pegal maksimal dan keberatan membawa sertifikat dan hadiah) xD

Setelah penyerahan sertifikat, trophy, hadiah dan foto bersama, kami turun dari panggung untuk menemui pendamping/keluarga masing-masing. Ibu dan Bapak sudah menyambut gue di tepi panggung sambil terus-terusan berkata tentang betapa bangganya mereka pada gue. Emah, yang masih belum juga beranjak dari kursinya mencium dan memeluk gue erat. Air matanya semakin deras seiring dengan doa dan kata-kata pujian yang beliau lontarkan untuk cucu perempuan pertamanya ini. Pertahanan gue pun roboh, air mata gue mulai keluar dan menangis haru. Sungguh ini hari yang membahagiakan karena bisa berdiri diantara perempuan-perempuan hebat dari seluruh Indonesia. Tapi mendengar Ibu, Bapak dan Emah bangga dengan gue melebihi segalanya. Gue beyond bahagia...

Di malam penobatan Kartini Next Generation award ini juga ada kejadian nggak terduga yang menyenangkan. Menurut cerita Ibu, waktu gue pindah meja untuk duduk bersama finalis lain ada seorang perempuan yang menghampiri untuk duduk di kursi kosong yang tadinya gue tempati. Ketika mengenalkan diri ternyata ia adalah Erlinda, sekjen dari KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia). Tahu bahwa Ibu, Bapak dan Emah adalah keluarga finalis, ia ingin berkenalan dengan gue. Ternyata Erlinda ini baiiiik sekali (plus cantik). Ia menyebut dirinya “Tante”, tapi gue lalu memanggilnya “Kakak” karena terlihat sangat muda. Setelah saling mengenalkan diri (nggak lupa gue bercerita tentang passion-passion gue) kami pun bertukar nomor telepon dan alamat email. Ketika gue selesai mengobrol dengan Ibu, Bapak dan Emah, Kak Erlinda mengucapkan selamat dan memberikan pesan pada gue. Katanya sudah waktunya gue meneruskan perjuangan generasi terdahulu. “Yang masih muda seperti Indi ini harus diberi kesempatan untuk melakukan perubahan,” begitu katanya. Aduh, gue jadi semakin terharu.
Rupanya Emah punya request istimewa pada Kak Erlinda sebelum gue turun panggung. Katanya beliau ingin gue berfoto dengan para mentri. Hehehe, Emah ada-ada saja... Tapi ternyata Kak Erlinda mengabulkannya. Dengan mengenalkan gue sebagai keponakannya, gue pun berfoto dengan para mentri. Ah, terima kasih banyak Kak Erlinda... Baik sekali hatimu padahal kita baru kenal beberapa jam saja :)

Ibu, Emah dan Kak Erlinda KPAI :)
Sempat berbincang di sela acara :)
Requestnya Emah, gue berfoto dengan Puspita Zorawar (ketua KNG 2015) dan Imam Nahrawi (Menpora RI)
Bersama Rudiantara (Menkominfo RI). Terima kasih banyak Kak Erlinda! :D

Setelah acara selesai rupanya masih ada kejutan lain. Para juri rupanya masih mengingat gue, ---tepatnya mengingat presentasi gue yang dalam bentuk dongeng, hehehe. Yang mengesankan, salah satu juri yang juga pimpinan redaksi majalah Noor, Ibu Jetti R. Hadi, memanggil gue ketika kami akan pulang. “Sebentar... sebentar, saya mau difoto sama Indi,” katanya sambil memeluk gue. Beliau berkata bahwa sejak mendengar cerita gue, beliau ingin bertemu dengan orang tua gue. Katanya gue pasti dibesarkan oleh orang tua yang hebat. Wah, Ibu dan Bapak sampai penasaran dengan isi presentasi gue, katanya kenapa mereka sampai dianggap “hebat”. Hehehe, rahasia dong! :p

Bersama Ibu Jetti pimred majalah Noor :)
Thank God.... :)

Di perjalanan pulang kami nggak henti-hentinya membahas tentang apa yang baru saja kami alami. Gue bilang ini salah satu hari yang paling membahagiakan di hidup gue. Tapi ternyata Ibu, Bapak dan Emah pun merasakan hal yang sama. Emah bangga sekali sama Kakak. Lihat Kakak di atas panggung, berdiri sama banyak orang hebat. Kalau bukan karena Kakak mana bisa Emah mengalami hari seperti ini?” Diam-diam gue menghapus air mata yang pelan-pelan turun. Gue berjanji akan terus belajar, terus mencari pengalaman dan nggak mudah menyerah. Gue ingin membuat mereka bahagia dan bangga... selalu :)) 

Simak tayangan Penobatan KNG 2015 oleh DAAI TV di sini: 

anaknya ibu dan bapak,

Indi


 _______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Jumat, 22 Mei 2015

Hadiah-hadiah untuk Eris: Sweetest Birthday for Sweetest Dog! :)





Gue masih ingat hari pertama Eris tiba di rumah keluarga gue. Ia begitu pemalu dan canggung. Ekornya terselip di antara kaki belakangnya, tanda sedang ketakutan. Meski begitu gue dan keluarga segera tahu bahwa Eris mempunyai karakter yang manis, ---sangat manis. Bahkan kalau diingat-ingat ia adalah anjing termanis yang pernah kami temui! Di usianya yang masih 9 bulan Eris nggak pernah menggigiti barang meskipun giginya sedang tumbuh. Ia juga sangat patuh, sampai-sampai hal ternakal yang pernah ia lakukan hanya menyembunyikan kaus kaki-kaus kaki kami, ---yang menurut gue malah lucu, hehehe. Gue juga masih ingat ia dulu sering bersembunyi di tempat sempit, yang membuat gue bertanya-tanya apakah ia sedang merindukan keluarga lamanya...

Bulan demi bulan, tahun demi tahun berlalu. Eris nggak lagi canggung dan tumbuh menjadi anjing ramah yang sangat dekat dengan gue, ---hampir nggak terpisahkan. Ekornya yang dulu terselip kaku sekarang selalu mengibas riang. Tapi ada satu yang nggak berubah; Eris tetap menjadi anjing yang manis. Saking manisnya, kalau nggak melihat langsung orang mungkin nggak akan percaya. Eris nggak pernah membuat rumah berantakan. Meski ditinggalkan dengan banyak benda yang menarik, ia nggak akan berani mengambilnya kecuali gue telah memberi restu. Eris juga nggak berisik, ia nggak mudah terpancing dengan suara ribut di luar rumah kecuali jika itu hal mencurigakan. As sweet as a sugar and everything nice, begitu mungkin kalau kata Lenka, hehehe.



Kalau gue nggak melihat kalender, ---atau memperhatikan tubuhnya yang semakin besar dan warna bulunya memudar, gue nggak akan sadar kalau Eris sudah berusia 6 tahun. Di mata gue dia selalu menjadi puppy, ---puppy yang manis. Hari ini, 22 Mei 2015 Eris berulang tahun. Sejak beberapa hari sebelum ulang tahunnya tiba semuanya terasa istimewa. Well, setiap ulang tahun tentu saja istimewa, tapi tahun ini sepertinya semua menyambut hari lahir Eris. Malam terakhir ketika gue menjadi pembicara di Surabaya, gue mendapat kabar bahwa Eris menjadi juara 2 dari sebuah kontes foto hewan peliharaan! Padahal gue sudah nggak ingat pernah mendaftar ke kontes itu. Dan sungguh kebetulan yang manis, hadiahnya gue terima 1 malam saja sebelum hari ulang tahun Eris! :)




Belum selesai rasa terkejut gue, ketika tiba di Bandung sebuah paket diantarkan ke rumah keluarga gue. Tadinya gue pikir itu untuk Ibu jadi gue nggak berani untuk membukanya. Tapi ketika Ibu pulang dan membuka paketnya, beliau menyerahkannya pada gue. Katanya itu bukan untukknya, atau juga untuk gue. Ternyata itu untuk Eris! Sebuah kado ulang tahun lebih awal dari keluarga lamanya, sebuah dress ulang tahun yang sangat cantik! Gue, Ibu dan Bapak sampai nggak henti-hentinya membahas tentang betapa beruntungnya Eris. Suasana rumah bahkan sudah meriah sebelum ulang tahunnya tiba, dan kami hampir nggak perlu menyiapkan apa-apa lagi untuk hari jadinya Eris :)



Eris memang nggak mengerti dengan piala, piagam dan hal-hal simbolis lainnya, tapi jelas sekali ia menikmati pesta kecilnya. Dress ulang tahunnya (yang sebenarnya agak kebesaran, hehehe) nggak mau ia lepas sampai malam hari. Gue, Ibu dan Bapak sampai tertawa geli melihatnya. Eris memang senang sekali berdandan, tapi kali ini ia seolah mengerti jika sedang berulang tahun. Kami juga menyiapkan beberapa kado untuk Eris berupa camilan dan makanan anjing favoritnya yang dibungkus dengan kertas berwarna-warni. Eris hanya memandangi tumpukan kadonya meskipun gue simpan di tempat yang bisa ia jangkau, ---menunggu gue membukakan untukknya. Good girl :) Nggak ada kue tart untuk tahun ini karena gue nggak sempat untuk membelinya. Kondisi gue belum pulih betul dari demam berdarah dan gejala tipus. Sebagai gantinya gue menghias beberapa biskuit dengan lilin di atas piring. Sederhana, tapi hari ini menjadi salah satu hari yang paling membahagiakan untuk gue dan Eris.


Bapak bilang Eris anjing yang happy. Hanya ada 2 mood yang ia miliki, yaitu “happy” dan “super happy”. Gue rasa itu yang membuatnya menjadi anjing yang penuh berkah. Tuhan memberikan rezeki untuk semua makhluk ciptaanNya, termasuk hewan. Hadiah-hadiah yang Eris terima ini bukan hanya karena ia beruntung, tapi merupakan anugerah dari Tuhan, ---rezeki untuk Eris karena telah menjadi anjing yang baik, hehehe. Setiap kali melihat wajah polosnya, gue selalu takjub dengan Eris. Setiap hari ia jalani dengan penuh semangat, excited dengan hal-hal sederhana dan kesetiaan yang luar biasa pada gue dan keluarga. Semua itu ia lakukan saat mood gue sedang bagus ataupun jelek. Saat gue memberinya makan tepat waktu atau terlambat. Saat gue bisa memberinya hadiah-hadiah kecil atau... saat gue bahkan nggak bisa memberinya lebih dari sekedar makan 3 kali sehari. Eris mengingatkan gue untuk nggak pamrih, untuk melakukan semuanya dengan ikhlas dan gembira meski belum tentu akan mendapatkan reward. 

So, happy birthday Eris... Semoga sehat selalu dan penuh semangat. Terima kasih telah membuat hari-hari gue dan keluarga menjadi lebih ceria (well, gue yakin siapapun yang pernah bertemu Eris pasti ‘tertular’ dengan keceriaannya, hehehe). Terima kasih juga untuk pelajaran-pelajaran tentang hidup yang membuat gue menjadi pribadi yang lebih positif. Semoga kita bisa bersama untuk waktu yang sangat panjang. Love you so so soooo much, Eris girl! :)

yang (mungkin) lebih happy dari si birthday girl,

Indi


 _______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Minggu, 17 Mei 2015

Hal Pertama Ketika Tiba di Surabaya: On Air di Colors Radio :D

Whoaaaaa, akhirnya gue bisa bercerita kembali di sini!! *sujud syukur* *nangis terharu*
Belakangan ini aktivitas gue memang sedang terhambat karena masalah kesehatan, padahal jadwal gue sedang lumayan padat. Sempat pengen nangis, tapi gue ingat kalau ini mungkin cara Tuhan untuk bilang “slow down” sama gue :) Di beberapa post sebelum ini gue sempat bilang kalau akan bercerita tentang malam penobatan “Kartini Next Generation Award 2015”, tapi ternyata harus tertunda karena gue mendadak sakit. Minggu lalu gue demam tinggi selama 3 hari, setelah diperiksa ternyata gue terkena demam berdarah dan gejala tipus! Terpaksa harus ada beberapa hal yang ditunda, termasuk berbagi cerita di “Dunia Kecil Indi” ini. Well, berhubung kesehatan gue belum 100% pulih, sekarang gue akan bercerita tentang pengalaman yang cukup singkat dulu, ---belum kuat untuk lama-lama di depan komputer---. Untuk pengalaman di malam penobatan KNG akan gue ceritakan lain kali, (mudah-mudahan) saat kesehatan gue sudah jauh lebih baik ;)

Setelah dilema yang cukup panjang akhirnya gue putuskan di saat-saat akhir untuk memenuhi undangan Unika Widya Mandala Surabaya untuk menjadi pembicara di event “ODHA Awareness 2015” yang mereka adakan. Trombosit gue yang masih belum normal dan suhu tubuh yang naik-turun juga membuat dokter ragu untuk mengizinkan gue pergi ke luar kota. Tapi berhubung sudah sejak lama ingin sekali bertemu dengan teman-teman pembaca di Surabaya, akhirnya gue membulatkan tekad untuk tetap datang berbekal obat dari dokter dan banyaaaaak sekali doa (dokternya gue paksa untuk kasih restu, lol).
Tanggal 13 Mei 2015, setelah adzan subuh gue dengan diantar Bapak pergi ke bandara Husein. Yup, kami ambil penerbangan (super) pagi karena gue akan mengisi acara di siang hari. Ini pertama kalinya gue berangkat dan mengisi acara di hari yang sama, karena biasanya minimal ada waktu semalam untuk berisirahat. Hehehe, padahal kesehatan gue sedang nggak maksimal, ya... Syukurlah perjalanan kami lancar, nggak ada delay dan cuaca juga cerah. Sekitar jam 7:15 pagi kami tiba di Bandara Juanda dengan selamat :D


Di sana, Rosa dari Unika Widya Mandala sudah menunggu untuk mengantar gue ke studio Colors Radio. Yup, jadwal gue memang padat sekali. Begitu tiba langsung dijadwalkan interview tanpa sempat ganti baju dan cuci muka terlebih dahulu (---untung masih sempat nafas, hehehe). Sarapan pun dilakukan di mobil. Lumayan, gue ada waktu untuk menghabiskan sebuah roti dan segelas susu karena jarak antara bandara dan studio cukup jauh. Gue juga gunakan kesempatan ini untuk mengobrol dengan Rosa. Ini menjadi kali pertama kami bertemu langsung, sebelumnya hanya sempat mengobrol di istagram dan twitter (plus via Ray, yang merangkap sebagai manager gue). Gue bertanya tentang Surabaya yang baru kali ini gue kunjungi dan juga tentang audiences di acara nanti. Ternyata jumlah yang mendaftar cukup banyak, lho. Dari target 150 pendaftar ternyata membengkak jadi 190 pendaftar! Wah, syukurlah :)

Ketika tiba di studio Colors Radio gue nggak langsung diwawacara karena jadwalnya di jam 10 pagi. Sambil menunggu gue sempat minta dibelikan obat sakit kepala karena mendadak merasa sedang di wahana kora-kora. Entah karena cuaca Surabaya yang sedang panas atau karena kesehatan gue menurun, yang pasti gue jadi deg-degan khawatir nggak akan tahan sampai acara siang nanti. Syukurlah Rosa mengerti, ia berusaha membuat gue nyaman dengan memberikan gue banyak air putih :)



Gue on air dengan ditemani Rosa. Kami menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan kapasitas sebagai bintang tamu dan penyelenggara acara. Yang berbeda dari “ODHA Awareness 2015” ini dengan event lainnya adalah konsepnya yang justru menyorot ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) sebagai bagian dari masyarakat, bukan membahas tentang penyakitnya. Kita bisa saja mencari tahu tentang HIV/AIDS di internet atau buku, tapi akan percuma jika nggak menghargai ODHA sebagai anggota masyarakat sama seperti kita. Dengan event ini diharapkan kita bisa menghargai sesama sebagai manusia tanpa memberikan cap atau label berdasarkan apa yang mereka idap. Gue mewakili OHIDA (Orang Hidup dengan HIV/AIDS), jadi gue berbagi pengalaman tentang keseharian berdampingan dengan ODHA, ---yang sebenarnya sama saja seperti kita semua. 



Di sesi wawancara ini juga dibuka SMS interaktif dengan para pendengar. Selain ada pertanyaan mengenai tekhnis acara (cara registrasi, tempat, dll), cukup banyak juga pertanyaan seputar HIV/AIDS yang diajukan pada gue. Uniknya, ada 2 orang pendengar yang bertanya tentang hal yang sama meskipun sebelumnya sudah gue jawab; Mereka bertanya tentang ciri-ciri ODHA. Sepertinya mereka nggak yakin dengan jawaban gue, karena bahkan penyiarnya pun ikut-ikutan mengajukan pertanyaan yang sama! :O Sebenarnya nggak ada ciri-ciri fisik dari ODHA, mereka sama saja seperti kita. Jika ada stereotype ODHA itu kurus, pucat dan lain sebagainya, itu salah. Karena itu semua dsebabkan oleh infeksi oputunistik yang menyertai, atau ciri-ciri orang sakit PADA UMUMNYA, bukan ciri-ciri pengidap HIV. Itulah kenapa gue selalu bilang bahwa untuk mengetahui seseorang mengidap HIV atau nggak ya dengan cara VCT, atau dengan kejujuran orang itu sendiri :)
[Pertanyaan yang sama muncul kembali ketika acara berlangsung, dan narasumber dari Delta Crisis pun memberikan jawaban yang sama seperti gue].


Ada kejutan ketika wawancara hampir selesai. Penyiarnya menerima Line dari pacarnya yang katanya menyukai karya-karya gue sejak 6 tahun yang lalu! Ya, ampun terharu gue jadinya. Gue bahkan nggak ingat apa yang gue lakukan 6 tahun yang lalu, ---tapi sepertinya sedang culun-culunnya, hehehe. Karena gue harus segera melanjutkan jadwal untuk menaruh barang-barang di hotel lalu menuju Unika Widaya Mandala untuk “ODHA Awareness 2015”, jadi gue pun memintanya untuk hadir di acara nanti agar kami bisa bertemu. Wah, sungguh kebetulan yang luar biasa, ya. Jika saja bukan pacarnya yang mewawancarai gue mungkin ia nggak tahu kalau gue sedang di Surabaya, hehehe :)
Gue menerima banyak kejutan lainnya ketika acara berlangsung. Sampai saat gue mengetik ini pun rasanya masih nggak percaya betapa penuh berkahnya hidup gue. Tapi akan gue ceritakan nanti, sekarang cukup sampai di sini dulu ceritanya. Terima kasih untuk teman-teman yang tetap setia mengikuti dunia kecil gue ini meskipun belakangan jarang sekali update :’) See you soon di cerita selanjutnya!


Blessed girl,

Indi

 _______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Minggu, 10 Mei 2015

Halo Teman-teman di Surabaya, Kita Ketemuan sambil Sharing dan Nobar Mika, yuk! :)


Halo teman-teman di Surabaya! Gue mau ingatkan lagi, nih kalau sebentar lagi gue akan ke sana. Kita ketemuan, yuk. Sambil sharing santai kita juga akan nonton bareng film MIKA.


Tanggal 13 Mei 2015 nanti gue diundang oleh Unika Widya Mandala Surabaya untuk menjadi bintang tamu di "ODHA Awareness 2015". ODHA, atau Orang dengan HIV/AIDS sering mendapatkan masalah sosial di lingkungan sekitar kita. Padahal teman-teman tahu nggak sih kalau mereka sama saja dengan kita? Bahkan jika mereka nggak bilang apa-apa, kita mungkin nggak akan tahu bahwa mereka ODHA :) Di acara ini gue akan berbagi kisah tentang pengalaman gue dalam menjalin hubungan dengan seorang laki-laki yang super hebat bernama Mika. Ia telah membuat hari-hari gue lebih berwarna, dan dengan semangatnya ia juga berhasil membuat gue menjadi pribadi yang lebih percaya diri. Yup, Mika adalah pengidap HIV/AIDS yang juga menjadi cinta pertama gue :)

Meski sekarang Mika telah pulang ke surga, ia tetap menajdi sosok yang berkesan untuk gue. Kisah kami gue tuangkan dalam novel berjudul "Waktu Aku sama Mika", dan pada tahun 2013 novel tersebut menginspirasi sebuah film layar lebar dengan judul "MIKA". Nah, di acara "ODHA Awareness 2015" ini film "MIKA" akan diputar kembali untuk menyebarkan semangat alm. Mika yang diperankan oleh dengan total Vino Bastian :)


Gue undang teman-teman di Surabaya dan sekitarnya untuk hadir di acara ini. Gratis, boleh ajak teman-teman atau keluarga. Tapi diharapkan untuk mendaftar dulu karena tempat terbatas. Caranya SMS ke 082302354413 dengan format: "Nama (spasi) Universitas/sekolah/umum (spasi) Nomor telepon".
Setelah itu SMS akan dibalas dengan SMS konfirmasi dan dalam hitungan hari kita akan bertemu, deh :) Acara "ODHA Awareness 2015" ini akan dilaksanakan di;

Unika Widya Mandala, Dinoyo 42-44, Ruangan A301
Pukul 13:00-16:00
Hari Rabu, 13 Mei 2015

Yuk, tunggu apa lagi. Dijamin acaranya akan fun tapi juga bermanfaat. Sttt, gue juga sudah sediakan hadiah untuk 5 orang pengunjung yang beruntung, lho ;) Sampai ketemu!


cheers,

Indi


 _______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Senin, 04 Mei 2015

Kemana Perginya Royalti Novel "Guruku Berbulu dan Berekor"?


Gue senang sekali ketika novel “Guruku Berbulu dan Berekor” bisa terbit. Homerian Pustaka ternyata percaya pada gue untuk menerbitkan novel dengan genre yang berbeda setelah 2 novel gue sebelumnya bergenre ‘teenage-love’ (well, sebenarnya gue lebih suka menyebutnya novel-diary, sih, hehehe). Novel ketiga ini adalah bentuk persembahan gue terhadap dunia hewan yang gue cintai sejak kecil. Tumbuh di tengah banyak hewan peliharaan dan keluarga yang selalu mengajarkan untuk menghormati seluruh mahkluk ciptaan Tuhan, membuat hati gue mempunyai tempat yang sangat istimewa untuk para hewan. Terlebih setelah gue mengenal Veggie, seekor anjing yang membuat sadar bahwa hewan bukan hanya mahkluk yang bisa hidup berdampingan dengan kita, tapi juga mengajarkan sesuatu.

Novel Guruku Berbulu dan Berekor adalah novel yang royaltinya didonasikan pada hewan terlantar :)

Melalui Veggie gue belajar untuk terus mencari hal-hal baru. Veggie nggak pernah berhenti untuk belajar trick-trick baru, bahkan sampai di beberapa hari terakhir hidupnya ia masih menemukan hal baru dan dengan semangat menunjukannya pada gue. Veggie juga mengajarkan gue agar terus semangat dan menikmati hidup dalam situasi apapun. Sebagai pengidap epilepsi Veggie sering sekali kambuh dan membuatnya lemah, tapi di saat ia bisa, ia akan terus berlari mengejar kelinci khayalannya. Veggie membuat gue memandang hidup dengan luas, bukan sekedar rutinitas dan sesuatu yang ‘just happen to be’, ---tapi setiap detik harus dihargai. Gue yakin bukan hanya gue yang merasakan ini, pasti banyak pemilik hewan peliharaan ---atau yang bekerja dengan hewan merasakan yang sama. Itulah kenapa gue juga mengajak sekitar 30 volunteer untuk menyumbangkan kisahnya di novel gue. 

My beloved fiend, family and teacher... Eris :)

Novel “Guruku Berbulu dan Berekor” berisi kumpulan kisah nyata tentang manusia dan hubungannya dengan hewan. Bukan hanya hewan peliharaan, tapi hewan yang pernah mereka temui dan memberikan kesan, juga pelajaran berharga tentunya. Meski penggemar genre ini  nggak sebanyak genre novel-novel gue sebelumnya, tapi gue tetap percaya kisah-kisah di dalamnya bisa menghangatkan hati siapa saja yang membacanya, termasuk kalangan yang bukan penyanyang hewan. Royalti dari novel ini juga gue donasikan kepada hewan-hewan yang membutuhkan, jadi memberi kesempatan pada teman-teman yang nggak bisa bersentuhan secara langsung dengan hewan untuk membantu dengan cara yang lain.

Meski berjalan dengan perlahan, novel “Guruku Berbulu dan Berekor” mulai dikenal dan membuahkan ‘hasil’. Selain mendapatkan komentar-komentar positif dari pembaca, royaltinya juga sudah diterima oleh hewan-hewan yang membutuhkan. Royalti pertama sudah diterima oleh adopsianjing.com dan digunakan untuk membantu seekor kucing yang terluka. Royalti kedua sudah diterima oleh Mbak Reni dan digunakan untuk membantu 2 ekor anjing yang dibuang di jalan tol dalam keadaan kelaparan dan sakit (salah satunya terkena tumor). Dan royalti ketiga baru saja gue gunakan untuk membeli kebutuhan Benji, seekor anjing yang ditinggalkan pemiliknya tanpa makanan selama 1 minggu.

Benji 1 minggu ditinggalkan tanpa makanan dan sekarang sudah di tempat yang aman.

Kisah tentang Benji gue ketahui dari Facebook, tepatnya dari page “Republik Guguk (yup, the power of internet). Kabarnya ada seekor anjing yang menghampiri rumah seorang penyayang kucing dalam keadaan kurus kering dan sakit kulit. Anjing ini jinak dan manis, sayang keadaannya menyedihkan sekali. Rupanya ia  ditinggalkan pemiliknya di rumah dan akhirnya berhasil kabur setelah 1 minggu hanya berjuang seorang diri. Waktu melihat fotonya, ---namanya Benji--- hati gue langsung sakit karena teringat Veggie dan Eris. Seekor anjing, dari ras apapun dan bagaimana pun karakternya pasti mempunyai naluri untuk membela pemiliknya. Sungguh menyedihkan jika ada menelantarkan mahkluk yang sangat setia ini :( 

Singkat cerita gue menghubungi Mbak Ira, ---penemunya dan bertanya tentang apa saja yang dibutuhkan Benji. Thank God Mbak Ira menyayangi Benji, ia sudah memberi anjing golden retriever itu makan dan yang dibutuhkan sekarang adalah obat untuk kulitnya. Meskipun Benji sudah mendapatkan makanan yang layak, tapi gue putuskan untuk tetap membelikannya dog food selain bedak untuk perawatan kulitnya. Mudah-mudahan bisa meringankan beban Mbak Tri :) Seperti yang gue sebutkan sebelumnya, peminat genre ini lebih sedikit daripada genre percintaan, royalti yang gue terima pun lebih sedikit sehingga hanya bisa memberikan ini untuk Benji. Tapi tanpa disangka-sangka, Bik Ade, seorang pegawai di butik Ibu mau membuatkan selimut untuk Benji secara cuma-cuma! Wah, bersyukur dan bahagia sekali rasanya :)

Dog food, bedak kulit dan selimut hasil dari royalti "Guruku Berbulu dan Berekor" :)
Untuk Benji :)
Selimut buatan Bik Ade yang juga diberikan pada Benji :)

Gue berharap langkah ini nggak berhenti hanya sampai di sini. Semoga semakin banyak yang peduli dengan kehidupan hewan-hewan di sekitar kita. Meskipun nggak bisa bersentuhan dengan hewan (misalnya alergi, karena kepercayaan atau malah “pokoknya nggak suka”), bukan berarti boleh menelantarkan. Manusia dan hewan diciptakan untuk hidup berdampingan dan saling menghormati, bukan cita-cita yang berlebihan jika gue ingin nggak ada lagi hewan-hewan yang tersakiti. Jika teman-teman ingin membaca kisah-kisah menginspirasi tentang manusia dan hewan peliharaannya sekaligus membantu Benji-Benji yang lain, kalian bisa membeli novel “Guruku Berbulu dan Berekor” di sini atau whatsapp langsung kepada Mbak Esthi (penerbit Homerian Pustaka) di 08891780496. Jangan lupa sebutkan judulnya agar nggak tertukar dengan novel yang lain. Harganya Rp. 45.000 saja dan royaltinya langsung didonasikan. 
Jadi siapa saja yang ingin mendukung langkah gue? Yuk, ikut berjalan di samping gue! :)

Yang kata Terri Irwin wildlife warrior,

Indi

 _______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469