Tampilkan postingan dengan label Mall. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mall. Tampilkan semua postingan

Rabu, 02 Oktober 2024

Perayaan Ulang Tahun yang Terlambat Satu Bulan (Biar Terlambat Asal Selamat, ---Eh, Asal Berkumpul!) :D

Haaaaiiiii bloggies! Apa kabar? Semoga semuanya baik-baik saja ya di tengah cuaca yang glommy ini (--kalau nggak mendung ya hujan, hehe). Well, at least di Bandung sih begitu sekarang. Dan untuk yang sedang sakit semoga cepat sembuh ya! :)


Kabarku sendiri baik, sciaticaku kambuh tapi ini bukan yang terburuk xD Aku juga nemu tempat fisioterapi baru dari Google yang lokasinya nggak jauh dari rumahku dan Shane. Rencananya sih bulan ini aku mau coba ke sana, tapi kalau ternyata kami menginap di rumah orangtua aku bakal fisio di tempat biasa saja supaya nggak bolak-balik. ---Well, kita lihat saja nanti ya, dan aku akan pastikan untuk membagi ceritanya di sini. Karena kalau dilihat dari tulisanku tentang "Boneka Chelsea" ternyata banyak juga yang penasaran dengan "scoliosis". Yay! :D


Anyway, tanggal delapan Juni kemarin aku ulang tahun lho, teman-teman, hihi. Kalau biasanya dirayakan bersama orangtua dan Ali, tahun ini pas di hari H hanya bertiga dengan Shane dan Kitty. Alasannya karena di tanggal yang sama orangtuaku ada pekerjaan yang nggak bisa ditunda, jadi kami putuskan untuk berkumpul saat semuanya sudah nggak sibuk saja. Dan itu bukan masalah buatku karena yang penting ucapan dan doa dari mereka saja, soal berkumpul bisa lain waktu :) Apalagi meski nggak full team Shane tetap make sure bikin ulang tahunku menyenangkan. Ia membuatkanku cake ulang tahun dan setuju untuk kompak memakai outfit berwarna pink karena itu warna kesukaanku! Hahaha. Termasuk Kitty ya, karena si mungil ini nggak boleh ketinggalan meski nggak mengerti dengan konsep ulang tahun :D 


Ulang tahunku pas di hari H nya, dirayakan sederhana. ---Yang penting tiup lilin :p


Maunya punya foto yang cute, eh Kitty malah berusaha meloloskan diri xD


Cake buatan Shane. Pakai Oatside susu gandum kesukaanku :D


Biar Kitty happy ia juga ikut ultah, dapat hadiah. Padahal gak ada yang tahu kapan ia lahir, hehe :'D


My birthday lunch, yum. Vegan wrap dari Fit Fuel. Langganan sejak masih tinggal di apartemen, belum ada yang menggantikan saking enaknya :')


Baru di bulan Juli aku merencanakan untuk perayaan bersama orangtua, Ali dan Emah, nenekku. Rencananya aku ingin mengajak mereka makan-makan saja karena ketika ibu mertuaku berkunjung ke sini di bulan April lalu nenekku nggak ikut ketika kami makan-makan di restoran. Ya... anggap saja untuk mengganti moment itu. Apalagi ulang tahunku juga disponsori oleh Ibu Mertua, jadi hanya beda di waktunya saja kan, hehehe. Aku mencari restoran keluarga yang punya menu vegan dan non vegan supaya perut kami semuanya happy. Setelah berdiskusi dengan Shane akhirnya kami memilih restoran "Ta Wan" yang menurut kami sih menunya netral alias siapa saja suka, termasuk anak-anak picky eater macam Ali :p Supaya dekat dengan rumah orangtua dan Nenek, aku memilih cabang yang di Trans Studio Mall (---jangan bosan ya, sejak tahun 2011 di blog ini TSM sering disebut karena memang seringnya pergi ke situ, lol). Aku segera mengabari Ibu, dan beliau senaaaang sekali karena sudah kangen denganku dan Shane :') Berhubung setelah dipikir-pikir ternyata aku memang sudah lama nggak bertemu keluarga besarku (terakhir ya waktu ada Ibu Mertua itu), aku undang saja Iie alias tanteku dan Marvy keponakanku (anak dari kakak sepupuku) sekalian. Kebetulan rumah mereka jaraknya hanya satu blok saja dari rumah Ibu dan Bapak.


Karena lokasi restorannya di Trans Studio Mall, aku tiba-tiba jadi punya ide untuk sekalian menginap di sana supaya kami nggak perlu ke mana-mana lagi. (Maksudnya menginap di hotelnya, bukan di mall, huehee). Aku bertanya pada Shane tentang ideku itu dan ia menyukainya, ---selama ia bisa membawa iPad untuk bekerja tentu saja, karena masih weekdays. Ada dua hotel yang menempel dengan gedung mall; The Trans Luxury Hotel dan Ibis Hotel. Nah, untuk The Trans Luxury kami sudah pernah menginap di sana waktu perayaan ulang tahun pernikahan kami yang ketiga lalu. Benar-benar salah satu pengalaman menginap terbaik bagi kami! Sampai-sampai sempat terpikir untuk kembali menginap di sana. Tapi akhirnya kuputuskan kalau memilih menginap di Hotel Ibis akan lebih bijak. Tanpa Kitty kami hanya bisa meninggalkan rumah sebentar saja. Rasanya sayang jika membayar kamar hotel yang harganya dua kali lipat rate Ibis tapi nggak bisa dinikmati dengan maksimal. Lagipula kami kan belum pernah menginap di sana, ---siapa tahu akan jadi pengalaman menyenangkan. So Ibis, here we come! :)



12 Juli 2024: Makan-makan, Hotel yang Mirip Bandara, dan Mall yang Hampir Tutup


Aku dan Shane berusaha meninggalkan rumah sedekat mungkin dengan waktu makan malam. Tujuannya tentu supaya kami nggak lama-lama meninggalkan Kitty sendirian di rumah. Goal kami sebelum 24 jam harus sudah kembali (---berasa main game pakai timer, lol). Kalau lebih dari satu malam biasanya Kitty kami titipkan di dokter hewan, atau kami ajak sekalian asal tujuannya ke tempat pet friendly (seperti ke rumah ortu misalnya, huehe). Tapi karena kali ini kami pergi sebentar, jadi Kitty cukup dititipkan pada Ibu tetangga yang baik hati. Biasanya beliau atau suaminya akan mengecek keadaan rumah dari depan dan dari atas. ---Yang jangkauannya better than CCTV, karena meski rumah kami nggak saling berdempetan tapi dari lantai dua mereka bisa terlihat halaman depan sampai halaman belakang kami, hahaha. 


Lalu-lintas kota Bandung sedang macet (seperti hari-hari kebanyakan, huhu), jadi kukabari Ibu untuk nggak buru-buru berangkat ke TSM, ---khawatirnya jadi harus menunggu aku dan Shane yang masih di jalan. Tapi beliau bilang ingin mampir ke Metro dulu untuk melihat-lihat pakaian, jadi nggak masalah kalau pun kami yang tiba belakangan. Syukurlah, kami tiba nggak terlalu meleset dari waktu perkiraan. Keluargaku belum lama sampai di mall ketika aku dan Shane masuk lobby hotel. Kesan pertamaku lobbynya terkesan simple sekali, benar-benar straight to the point begitu masuk front tablenya kelihatan :D Somehow mirip dengan bandara. Entahlah cuma perasaanku atau memang konsepnya seperti itu ya, tapi Shane juga setuju denganku. Proses check in nya sangat cepat meski aku salah membawa KITAS (kartu identitas) milik Shane. ---KITAS yang kubawa ternyata sudah expired tahun kemarin! Untung saja Shane siap dengan salinan KITAS baru di handphonenya, ehehe, maaf :'D 


Dari lobby belok kanan langsung ada lift. Di depan lift ada meja pakai wangi-wangian gini. Jadi berasa di tempat spa :D


Aku ambil fotonya karena siapa tahu nanti mau pijat. (---Tapi kenyataannya aku ngantuk berat nggak sempat ngapa-ngapain, ahaha).


Kami request kamar di lantai atas, no smoking, dan menghadap ke kolam renang (---karena waktu menginap di The Trans Luxury Hotel aku ketiduran dan nggak sempat melihat kolamnya, lol). Sepanjang perjalanan ke kamar dari mulai lift sampai lorongnya tercium aroma yang menyenangkan, mirip permen karet. Honestly aku nggak berharap banyak sama hotel budget ini apalagi tujuan utamanya untuk makan-makan bersama keluarga, bukan untuk relaxing. Tapi ternyata begitu masuk kamar aku dan Shane surprised karena fasilitas yang tersedia (menurut kami) sedikit di atas kelasnya. Ukuran kamar yang super mungil jadi nggak terlalu ketara karena ada kaca yang super besar yang pas menghadap ke kolam sesuai request kami. Ada TV dengan saluran kabel, lemari es mini, water jug, meja kerja plus sofa yang cukup banget buat selonjoran, safe deposit box, dan lemari terbuka lengkap dengan beberapa gantungan baju. Kamar mandinya juga sangat oke, ada shower dengan air panas, bidet (penting banget, haha) dan surprisingly ada hair dryer! Happy banget rasanya, poniku jadi terselamatkan, lol. Apalagi setelah kami cek handuk dan segala printilan lainnya juga bersih tanpa noda :)


Tempat tidurnya size queen. Mungil tapi masih pas buat kami yang badannya minimalis ini :p


As always Onci boneka kelinciku selalu ikut. Tanpa Onci liburan terasa hampa, hehe.


Waktu ke Singapore tahun 2018 yang lalu kami pakai outfit yang sama, lho. Dressnya Ibu yang buatkan. Jadi berasa nostalgia (tapi ini versi di Bandung, lol).


Ada teh, kopi, gula dan creamer.

Mungil tapi berfungsi dengan baik. Lumayan supaya jus kami tetap dingin :D

Jadi menyesal pas menginap di The Trans Luxury kami nggak berenang. Ternyata secakep ini :')

Fasilitas buat memperkece dirinya lumayan lengkap lah, ya xD


Aku lalu mengabari Ibu bahwa kami sudah di hotel dan memintanya agar langsung ke restoran "Ta Wan" agar kami bisa bertemu di sana. Sama seperti waktu kami menginap di The Trans Luxury, akses untuk ke mall harus melewati lobby dan masuk lewat pintu di samping Starbucks. Jadi  memang dekat sih, ---tapi kalau hujan yang tetap saja kebasahan, hehe :p


Nggak menunggu lama (ya, ternyata tetap aku dan Shane yang tiba duluan, lol) dari kejauhan aku melihat keluargaku berjalan ke arah restoran. Ah, bahagia sekali melihat wajah-wajah mereka lagi! Aku rindu berat karena sudah lama nggak bertemu ;')

Aku, Shane, Ali dan Adik Marvy duduk di satu baris sementara Ibu, Bapak, Emah dan Iie duduk di hadapan kami. Suasana restoran sedang cukup padat, jadi kami nggak bisa memilih tempat duduk dan AC yang beroperasi juga terasa nggak dingin. Sempat khawatir membuat keluargaku nggak nyaman tapi ternyata mereka nggak bilang apa-apa (semoga bukan karena dipendam, please, huhu) dan terlihat sangat menikmati waktu berkumpul kami. Aku memesan kailan dan jamur, dengan special request no oyster sauce. Ada yang lucu dengan pesanan Shane. Ia 'kekeuh' ingin memesan tofu meski sudah kularang. Ia pikir tofu yang di restoran akan sama dengan yang biasa kami masak di rumah. Padahal yang biasa ia makan itu nama Indonesianya "TAHU", sementara istilah "tofu" di sini dipakai untuk tahu jenis yang lain. Setelah pesanan datang benar saja itu egg tofu, hahaha! Untung saja Ibu dengan senang hati menghabiskannya jadi nggak terbuang sia-sia. Oya, seperti yang sudah kubilang sebelumnya Ali itu picky eater. Saking pickynya jauh-jauh ke restoran pesannya bubur putih polos. Tanpa kecap dan bahkan merica, ---benar-benar lebih polos dari bubur Rumah Sakit T_T Normalnya sih aku akan minta ia (---ehm, memaksa) untuk makan protein dan serat, tapi karena nggak mau merusak suasana dan sedang kesempatan istimewa jadi aku biarkan saja :p


Hore berkumpul! :))


Bersama dua bocil yang nggak terpisahkan, nempel banget :D


Sebagian makanan kami. Bubur polos ala puasa mutih of course punya Ali. Ia bahkan singkirkan toppingnya :'D

Tofu punya Shane, untung baru empat biji yang pindah ke piring. Padahal sudah kubilang mending makan kailan, ahahaha.


Kalau bertemu Emah bisa dipastikan beliau nggak membiarkan tanganku dan Shane kosong, beliau pasti memberi kami sesuatu. Kata Ibu di perjalanan menuju TSM Emah meminta untuk mampir dulu ke "Vitasari Bakery", ---toko kue dekat rumah langganan sejak aku masih kecil. Beliau membelikan kami satu box macam-macam jajanan tradisional dan kue basah. "Apa atuh Emah suka bingung yang vegan apa. Kalau ini kan sudah pasti vegan. Jadi Kakak suka, ya?" begitu tanya beliau. Aku dan Shane tentu sangat senang dan berterima kasih! Emah, yang meskipun sudah di usia tua nggak pernah berhenti belajar termasuk tentang pilihan kami. Beliau mengerti apa itu vegan dan selalu berusaha memastikan aku dan Shane bisa memakannya pemberiannya. Terharu rasanya, aku yang ingin mentraktir beliau, eh malah langsung dibalas dengan traktiran. Ah, how I love her ;')


Emah memang super perhatian :') Vegan Indonesian snacks for us <3


Selesai makan kami nggak langsung berpisah, Ibu ingin mengambil foto bersama banyak-banyak. Biasanya aku agak canggung kalau berfoto di tempat umum, apalagi kalau sedang banyak orang. Tapi demi mereka ayok, deh :D Berapa kali pun Ibu minta aku iyakan sampai sudah nggak tahu harus bergaya bagaimana lagi, hahaha. Keluargaku pun pamit. Sambil mencium pipiku Iie bilang kalau mereka sudah menahan kami kelamaan. Katanya lagi kasihan karena kami jadi cuma bisa sebentar menikmati hotelnya. Padahal sungguh, kami sih nggak apa-apa. Tujuan utamanya kan memang untuk bertemu mereka :') Mataku jadi berkaca-kaca, ---padahal bulan depan juga akan bertemu lagi dan bahkan lebih lama karena aku dan Shane berencana menginap di rumah orangtua. Yah, aku ini orangnya memang mellow sampai apa saja ditangisi, huhu. Waktu SD saja aku dipanggil "Nobita"! Ahaha xD


We love you, Emah.

Bapak, Ibu, Ali dan Adik Marvy :)

Iie rajin banget fotoin kami sampai-sampai aku nggak punya foto sama beliau kecuali pas lagi di resto :')


Aku dan Shane mampir dulu ke Transmart sebelum kembali ke kamar kami. Sekedar untuk membeli air mineral karena di hotel hanya disediakan galon dan water jug, dan camilan kriuk-kriuk untuk teman menonton TV. Di kamar, aku langsung berganti dengan piama dan mencuci muka. Hari semakin malam dan aku mulai merasa lelah. Sambil berbaring di tempat tidur aku mengganti-ganti channel TV mencari tontonan yang seru untuk ditonton berdua. Nggak ada yang benar-benar kami tonton karena isinya kebanyakan film action, ---bukan genre favorit kami. Meski begitu kami tetap terhibur melihat adegan-adegan action yang somehow membuat kami tertawa. Apalagi waktu Tom Cruise tiba-tiba muncul di layar, Shane langsung hoboh bilang, "Hey, itu kan THAT GUY!" ---Ya, "that guy" karena Shane nggak tahu namanya tapi mengenali wajahnya, hahaha. Jadi kami pernah punya pengalaman lucu dengan Tom Cruise. Suatu hari di tahun 2019, di kamar hotel waktu kami sedang menonton TV, aku melihat seseorang yang mirip sekali dengan Tom Cruise. Awalnya kupikir memang ia, tapi setelah diperhatikan dengan seksama ternyata bukan. Tapi Shane, ia meyakini kalau yang dilihatnya adalah 'seorang aktor terkenal'. Yang meski ia nggak tahu namanya tapi dengan menyebut kata "terkenal" sudah cukup jelas kan siapa yang Shane maksud. Lucunya ketika ibunya menonton potongan video kami (waktu itu kami membuat vlog) beliau juga SANGAT MENYAKINI kalau orang yang ada di TV memang benar Tom Cruise! Karena 2 VS 1 aku sempat hampir percaya kalau aku yang salah lihat. Tapi setelah Googling kami menemukan fakta kalau ternyata ia memang BUKAN TOM CRUISE! Ahahaha X'D Makanya Shane jadi segitu hebohnya ketika melihat Tom Cruise yang asli di TV, ---karena ia akhirnya bisa membedakan mana yang asli dan mana yang look alike-nya :p Oya, kalau teman-teman penasaran, aktor yang dimaksud adalah Miles Fisher. Kalau lihatnya sekilas memang mirip sih, sampai garis senyumnya saja sama :O


Ada kartun Mr. Bean, tapi baru nonton pas mau habis, ahahaha :’D


Lihat, pantas kan Shane dan Ibu Mertua pikir ia Tom Cruise, hahaha!


Sayangnya keseruan kami harus berhenti. Layar TV tiba-tiba gelap tanda nggak bisa menangkap sinyal. Aku coba matikan TV lalu menyalakannya kembali tapi nggak ada perubahan. Anehnya WIFI di kamar tetap bekerja, nggak terpengaruh sama sekali. Setelah ditunggu selama 10 menit kami merasa TV nggak akan kembali normal dengan sendirinya. Kantukku hilang dan perut mendadak terasa lapar. Kami putuskan untuk memesan veggie burger via Grabfood untuk kemudian mengambilnya di A&W dalam TSM. Rencananya nanti sekalian kembali ke kamar, kami akan melapor pada petugas front desk tentang TV di kamar yang bermasalah. Aku yang sudah berpiama pun kembali berganti dengan dress dan kami bergegas ke mall sebelum terlalu dekat dengan jam tutup. Setelah tiba ternyata pesanan kami belum diproses meski statusnya sudah siap diambil. Kami adalah customer terakhir, hanya ada aku dan Shane yang menunggu. Kalau diperhatikan selain di gerai A&W aku nggak melihat ada siapa-siapa lagi. Melihat suasana mall yang sepi somehow membuatku merasa damai. ---Janggal tapi damai. Aku memang suka dengan suasana gedung kosong, rasanya ingin menjelajah. Well, mungkin karena aku kebanyakan nonton "The Twilight Zone" ya, jadi cuma permainan imajinasi saja. Karena kalau tiba-tiba dikejar manekin hidup sih yakin aku pasti takut sampai nangis, ahahaha. Anyway, setelah mendapatkan burger pesanan kami ternyata mall benar-benar mulai ditutup. Bahkan pintu samping dekat Starbucks yang menjadi akses kami ke hotel pun sudah dikunci rapat dan sebagian besar lampu-lampu sudah dipadamkan. Aku dan Shane pun harus memutar melewati pintu utama yang lumayan jauh. Tapi nggak apa-apa, aku jadi bisa menikmati suasana mall (hampir kosong) lebih lama :)


Sudah satu jam semenjak aku melaporkan masalah TV pada petugas di front desk. Burger dan kentang gorengku sudah habis dilahap, dressku sudah kembali berganti piama dan mataku sudah mulai kembali berat (efek kekenyangan, lol). Tapi nggak ada yang datang padahal katanya akan segera menugaskan teknisi :') Akhirnya kami putuskan untuk tidur saja karena rencananya setelah sarapan nggak akan berlama-lama di hotel mengingat Kitty sendirian di rumah. Sedikit kecewa sebenarnya, tapi juga bukan masalah yang besar karena selain masalah TV kami merasa nyaman dengan kamarnya.


Foto OOTD dulu karena habis ini mau ganti pakai piama :p


Jangan salfok sama tulisan di box-nya. Ini isinya beneran burger sayur, kok (request no mayo). Lihat saja stiker di wrapper-nya xD



12 Juli 2024: Sarapan Besar, Koes Plus dan Kembali ke Rumah


Aku terbangun sebelum Shane dan langsung ke kamar mandi untuk mencuci muka, menggosok gigi dan berganti piama dengan dress batik buatan Ibu. Sehari sebelumnya aku sudah mandi jadi rasanya sudah cukup xD Lagipula kalau mandi di bawah shower air hangat di pagi hari bawaanya kembali mengantuk alih-alih merasa segar, huehe. Setelah selesai aku membangunkan Shane yang bilang kalau tidurnya nyenyak sekali. ---Aku juga merasa begitu, yang saking nyenyaknya sampai terasa hanya tidur sekejap saja karena tahu-tahu sudah pagi :D Nggak butuh waktu lama bagi Shane untuk bersiap dan kami pun segera berada di restoran Oopen untuk menyantap sarapan. 


Nyobain filter Instagram ceritanya :D


Fotonya miring karena tadinya mau ngambil video eh kepencet. Daripada dihapus post di sini saja :p


Salah satu meja dengan banyak pilihan karbo dan satu jenis sayuran xD


Setelah sedikit melihat-lihat kami langsung mengambil piring dan mengambil makanan yang sudah kami pilih. Menu yang tersedia seperti kebanyakan hotel bintang tiga pada umumnya, cukup banyak jumlahnya tapi untuk vegan option-nya sangat terbatas. Aku dan Shane sih memaklumi dan nggak menjadikannya big deal. Kami mengerti bukan sedang berada di restoran khusus vegan, jadi cukup makan yang bisa dimakan dan nggak perlu merasa wajib jadi "perfect vegan". Kami mengambil potato wedges, salad, tumis sawi putih, mi goreng dan orange juice. Semuanya terasa oke di lidah kami (enak, tapi bukan yang istimewa gimana gitu). Terus ternyata mi gorengnya mengandung telur jadi kami harus pilah-pilah dulu dan tetap berusaha menghabiskan sisanya. Karena kalau sudah terlanjur ada di piring kami harus bertanggung jawab, jangan sampai banyak yang terbuang. Sambil sarapan aku juga memperhatikan suasana sekitar. Rupanya Ibis punya corner khusus untuk sarapan anak-anak, termasuk ada fasilitas bermain PlayStation kalau aku nggak salah lihat. ---Hmm, boleh juga tuh konsepnya. Mungkin kapan-kapan aku akan ajak Ali supaya kalau mau ikutan main bisa pakai alasan nemenin adik xP


Kami nggak menghabiskan waktu terlalu lama untuk sarapan karena mendadak aku punya ide untuk membuat video clip musik di kamar. Beberapa waktu lalu aku dan Shane merekam lagu "Cinta Mulia" yang aslinya milik Koes Plus. Kebetulan kami belum sempat membuat videonya jadi kupikir sekalian saja mumpung sedang di luar. Ya... supaya nggak bosan-bosan amat karena biasanya kan lokasi video kami kalau nggak di dalam rumah ya di halaman :p Oya, alasan kami memilih lagu Koes Plus sebenarnya agak unik. Meski Bapakku penggemar Koes Plus tapi aku nggak pernah mendengarkan musik mereka dan cenderung nggak tertarik. Aku justru baru mengenal Koes Plus ketika sudah menikah dengan Shane, Suatu hari ia mengenalkanku dengan band bernama Koes Barat, ---band asal Amerika yang membawakan lagu-lagu Koes Plus. Kami lalu mendengarkan lagu-lagu versi covernya dan langsung jadi penggemar! Jadi well, alih-alih mengenal dari Bapak yang asli Indonesia aku malah mengenal Koes Plus dari orang Amerika, ahahaha. Tapi nggak apa, lebih baik terlambat daripada nggak mengenal sama sekali. Karena musik bagus akan selalu jadi musik yang bagus. Nggak ada kata terlambat apalagi basi ;)


Videonya ada di sini, boleh banget lho kalau kalian mau nonton :D


Selesai membuat video kami sebenarnya masih punya banyak waktu karena jam check out baru di tengah hari nanti. Tapi aku ingin segera pulang karena semakin kangen dengan si mungil Kitty. Di perjalanan pulang aku mengucap syukur karena memutuskan untuk menginap. ---Ternyata aku memang membutuhkan staycation, buktinya moodku yang awalnya sudah bagus jadi berkali-kali lipat semakin bagus, hahaha. Aku mungkin lelah, aku mungkin perlu relax tapi aku nggak sadar karena merasa hariku happy-happy saja dan baru terasa setelah mengalami keenggaksengajaan seperti ini :')


Begitu tiba di rumah kami langsung disambut dengan suara tangisan heboh Kitty yang terdengar sejak kami masih di pagar. Segera aku memberinya banyak pelukan dan ciuman untuk menenangkannya. Mainan berserakan di mana-mana dan posisi karpet sudah berubah, ---sudah pasti ulah Kitty. Tapi nggak apa-apa, lebih baik ia menjadi kucing yang aktif daripada murung waktu ditinggal. Soal beres-beres itu sudah tugasnya Shane :p Hahaha, kidding. 

Aku dan Shane mengembalikan semua barang bawaan kami ke tempat seharusnya. Kami lalu membuka camilan dari Emah dan memakannya dengan penuh syukur. I feel loved, ---aku punya suami yang baik, kucing yang manja dan pintar, juga keluarga yang selalu ada saat aku butuh. 


Hidupku lengkap, perlu apa lagi? :)



Vlog ultah yang terlambat. Aku lega sempat mengabadikannya di sini :)



blessed girl,


INDI



Keywords: pengalaman menginap di hotel IBIS Trans Studio Bandung, pesta ulang tahun bersama keluarga, makan-makan, staycation, hotel budget. 


----------------------------------------------------------------

Instagram: @indisugarmika | Youtube: Indi Sugar Taufik | Novelku, Waktu Aku sama Mika: di sini (Shira Media) dan di sini (Gramedia)

Kamis, 22 Februari 2024

Izin Tinggal yang Menyebalkan dan Mall yang Menyenangkan! :)

Keputusan Shane untuk tinggal di Indonesia memang mengejutkan. Bayangkan saja, Shane nggak pernah pergi jauh dari negaranya, Amerika, ---paling jauh hanya sampai Jamaika. Lalu tiba-tiba saja ia bilang ingin mengunjungi aku, (yang waktu itu masih) sahabat internetnya di Indonesia. Aku bilang pada orangtuaku kalau akan ada teman yang berkunjung. 

"Tiga minggu saja paling lama," ujarku pada Ibu dan Bapak, ---yang ternyata keliru. 

Shane dan aku saling jatuh cinta segera setelah kami bertemu. Perubahan status kami dari sahabat ke sepasang kekasih membuat Shane mengubah rencananya. Orangtuaku terkejut, keluarga Shane apa lagi! Tapi mereka ikut berbahagia dan mendukung apapun keputusan kami :)


Aku dan Shane sama-sama clueless tentang izin tinggal di Indonesia. Shane ke Indonesia menggunakan visa kunjungan yang hanya berlaku selama satu bulan. Lalu bagaimana caranya agar ia bisa di sini bersamaku selama tujuh bulan kami berpacaran? Well... sekarang sih terdengar "lucu", tapi percayalah waktu itu cara yang Shane lakukan adalah satu-satunya cara yang masuk akal bagi kami. Jadi setiap masa tinggalnya habis Shane pergi ke Singapura di pagi hari dan kembali lagi ke Indonesia di sore hari DEMI MENDAPATKAN CAP VISA KUNJUNGAN DI PASPORNYA! Iya, orang yang sekarang jadi suamiku itu rela pulang-pergi ke luar negeri satu bulan sekali, bahkan tanpa meninggalkan Bandara untuk mengejar penerbangan berikutnya, supaya ia bisa tinggal dengan legal di Indonesia, ahahahaaa :"D


Untung saja beberapa minggu setelah menikah kami diberi tahu kalau ada yang namanya KITAS, ---Kartu Izin Tinggal Sementara untuk WNA yang berlaku selama satu tahun (---nah, mengerti kan kenapa kami jadi merasa konyol, hahaha). Atas saran Alison, mantan atasanku di Preschool tempat aku dulu mengajar, kami menggunakan jasa agen untuk mengurus segala macam dokumen yang diperlukan. Jadi selama satu tahun pertama kami tenang, izin tinggal Shane sudah ada yang mengurus dan kami hanya perlu ke Imigrasi  untuk pengambilan foto dan sidik jari. Praktis, cepat, ---tapi kami terkejut setelah tahu berapa biaya asli pembuatan KITAS. Ternyata kami membayar hampir dari tiga kali lipat! Huaaa, agak menyesal rasanya, dan sejak saat itu kami memutuskan untuk mengurusnya sendiri saja. Kan lumayan tuh uang lebihnya bisa dipakai buat jatah makan seblak satu tahun :p


Tahun pertama mengurus KITAS berdua saja kami masih meraba-raba. Kami menjelaskan pada pihak Imigrasi kalau sebelumnya kami menggunakan jasa agen jadi belum mengetahui apa saja yang harus kami bawa. Aku ingat sekali waktu itu aku dan Shane saling bertukar pandang karena heran. Di zaman yang serba digital ini ternyata fotokopi KTP, Kartu Keluarga, CNI, dsb, dst, masih juga menjadi salah satu persyaratan perpanjangan KITAS. Dengan banyaknya kolom di formulir yang diisi, dengan seluruh data kami yang sudah ada di komputer, kenapa fotokopi masih diperlukan? Kertas-kertas fotokopi yang isinya selalu sama setiap tahun itu memang nantinya dikemanakan? Jangan sampai deh berakhir di tukang gorengan. 


Jadi setiap akhir tahun saat keluarga kami merencanakan liburan, aku dan Shane merencanakan kunjungan kami ke Imigrasi, hahaha. Di kedatangan pertama aku dan Shane harus menyerahkan segala macam fotokopi, foto terbaru, paspor, mengisi formulir dan membayar biayanya. Setelah itu kami dijadwalkan untuk pengambilan data biometrik (sidik jari dan foto). ---Yup, semua itu nggak bisa dilakukan di satu hari saja. Lumayan menguras tenaga fisik dan mental karena jarak dari rumah ke Imigrasi nggak dekat dan perjalanannya nggak pernah mulus (warga Bandung pasti paham kalau di daerah Surapati always macet, sniff...). Pernah satu kali kami terpaksa kembali lagi ke rumah hanya karena nggak membawa CNI. Padahal satu malam sebelumnya kami menerima email dari Imigrasi yang NGGAK menyebutkan CNI sebagai salah satu persyaratan. Aku sampai menunjukkan bukti email dan Buku Nikah, karena CNI itu sendiri adalah surat bukti kalau Shane nggak terikat pernikahan di negaranya. Harusnya kita nggak butuh CNI lagi dong karena sudah menikah legal di sini dengan bukti Buku Nikah dan data di Disdukcapil? :'D Tapi tetap saja mereka kekeuh menginginkan selembar kertas fotokopi dari kedutaan Amerika itu.


Bulan Desember 2023 yang lalu ketika akan melakukan "kunjungan" rutin ke Imigrasi level anxiety kami cukup tinggi. Dua tahun yang lalu aku dan Shane sempat merasa nggak nyaman karena salah seorang petugas memanggilku dengan sebutan "Kakak" dengan nada over friendly (ykwim...) dan berkomentar tentang penampilanku. Bukan saja terkesan nggak profesional tapi juga membuat Shane merasa kurang dihargai (ia merasa "dikacangin"). Like, why does he care about my appearance? Panggilan "Kakak" dan mengomentari kalau styleku "Kawaii" itu nggak appropriate untuk diucapkan di tempat yang formal. And he's NOT even my friend! ---To be clear ya, BUKAN panggilan “Kakak” nya yang jadi masalah. Tapi ini soal tempat dan sedang dalam kepentingan apa. Di tempat di mana semua orang dipanggil “Ibu” dan “Bapak” (bahkan Shane dipanggil “Sir”), kenapa petugasnya memilih memanggilku dengan sebutan yang berbeda dan membuat komentar nggak perlu soal penampilan dan saat melihat foto KTP ku? Ia bahkan nggak bertanya apa-apa sama Shane, seolah nggak kelihatan. Padahal Shane yang berkepentingan untuk urusan KITAS. Aneh :S Meski petugasnya sekarang sudah nggak bekerja di sana tapi tetap aku dan Shane jadi menetapkan Imigrasi sebagai tempat least favorite kami. "Vibesnya nggak enak," begitu kata Shane. Syukurlah persyaratan perpanjangan KITAS kami nggak ada yang kurang dan berjalan lancar, ---atau kami kira begitu...


Di kunjungan kami yang kedua untuk pengambilan data biometrik, seharusnya menjadi hari yang sama dengan pengambilan paspor milik Shane. Tapi kemarin nggak begitu, setelah menunggu sebentar kami diberitahu kalau paspor belum bisa diambil. Waktu aku bertanya sama petugasnya kapan, ia menjawab, "Belum tahu, whatsapp saja ke sini hari Senin. Tanyakan tentang status permohonan KITAS nya dan kapan paspornya bisa diambil."

Jujur, rasanya kepengin nangis tahu nggak sih, ahahaha... Sudah jauh-jauh datang, DUA KALI PULA, eh masih juga harus kembali lagi, KAPAN-KAPAN (karena bahkan petugasnya saja belum tahu, ahahahaha). Kalau begini rasanya lebih baik kami kembali pakai agen saja! Ingin rasanya menyerocos bertanya kenapa kami nggak dikabari saja lewat Whatsapp, email, telepon, pos, atau apapunlah supaya kedatangan kami nggak sia-sia. Tapi semuanya hanya di dalam kepalaku, karena badanku rasanya terlalu lemas dan mood sudah jelek. Aku hanya ingin pulang dan tidur.


Tapi Shane rupanya punya ide lain, alih-alih setuju untuk pulang ia mengajakku untuk ke mall. Katanya ia ingin membuat hari kami yang dimulai dengan sangat menyebalkan menjadi lebih baik. Senyumku pun kembali. Bukan karena gembira akan berjalan-jalan di mall, tapi karena aku bersyukur memiliki suami yang selalu mencoba "memperbaiki" hari untuk kami :) Dengan bantuan aplikasi map di handphone aku menemukan mall terdekat dari gedung Imigrasi, Mall Bandung Indah Plaza, mall yang sempat menjadi tempat favoritku ketika masih kecil sampai remaja. Segera kami ke sana tanpa rencana dan tanpa tahu apa yang ada di sana. Sudah sangat lama sejak terakhir kali kami mengunjungi mall tertua di Bandung itu. (---Itu pun sangat sebentar, untuk makan karena terlewat saat pulang sehabis kami dari Rumah Sakit). Di perjalanan Shane berkata kalau aku harus bersenang-senang di sana, lakukan apa saja yang aku inginkan dan jangan pikirkan soal urusan Imigrasi yang menyebalkan.


BIP, mall masa kecil dan remaja. Sudah banyak yang berubah, jadi kangen suasana dulu, huhu.


Mall sedang nggak terlalu ramai. Di beberapa pojok terlihat sedikit festive karena sedang suasana Natal dan Tahun Baru. Dengan mantap aku langsung mengajak Shane ke restoran fast food yang menjual burger plant based. ---Junk food nabati memang selalu sukses membuat moodku lebih baik, hehe. Kami ke Burger King karena plant based whopper mereka enak sekali (dan sangat mengenyangkan!). Sayang ternyata stocknya habis :') Perasaanku sih sepertinya mereka memang sudah discontinued, at least untuk wilayah Bandung karena di cabang lain pun jawabannya selalu sama. Tapi mungkin supaya terdengar halus dan menjaga supaya harapan para vegan tetap tinggi jadi bilangnya "habis" :p Untung saja di lantai paling atas ada A&W. Mereka punya menu yang namanya Veggie Burger. Rasa dan teksturnya lebih mirip perkedel dibandingkan dengan burger, tapi menurut kami sih sama-sama enak apalagi saat dipadukan dengan curly fries. 


Dekorasi mall sangat minim, di lantai atas malah hampir gak ada dekorasi :D


Kami makan sambil mengobrol ini-itu, sama sekali nggak membahas soal Imigrasi. Shane dengan random bilang kalau ia tiba-tiba ingat lima tahun yang lalu di hari yang sama kami makan di foodcourt Metro Indah Mall dan ia mengambil fotoku yang sedang duduk di depan pohon Natal. Aku tertawa mendengarnya, aku ingat waktu itu kami baru sekitar dua minggu menikah dan aku sedang ingin makan seblak. Jadi bibirku tampak merah dan dower sekali di foto, hahaha. Somehow Shane menyukai foto itu dan sampai sekarang masih menjadikannya wallpaper di handphonenya :) Oh iya, Shane dulu bukan "anak mall", ia lebih suka pergi ke toko musik atau hangout di rumah teman-temannya. Tapi semenjak bersamaku tampaknya ia jadi menyukai mall, bahkan mulai hapal dengan nama-namanya, hehe.


Hahaha, sign di belakang kami. Aku bertanya sama Shane apa ia merasa "di rumah" :p


Foto kenangan bibir dower di foodcourt Metro Indah Mall, hahaha :D


Selesai makan Shane bertanya padaku apa lagi yang ingin kulakukan. Aku berpikir sejenak lalu mengajaknya ke bioskop untuk melihat film apa saja yang sedang diputar. Kebetulan sekali ada "Wonka", dan hari pertama tayang! Sejak kecil Shane sangat menggemari film "Willy Wonka and the Chocolate Factory" (1971), film yang (seharusnya) menjadi adaptasi dari buku Roald Dahl yang berjudul "Charlie and the Chocolate Factory". Sementara aku adalah penggemar berat buku-buku Roald Dahl, baik buku anak-anak maupun buku dewasanya. Jadi menonton film ini merupakan win-win untuk kami; Shane bisa menonton "prekuel" dari film favoritnya, sedangkan aku bisa membandingkan karakter Wonka dengan yang di buku. Kupikir bioskop akan ramai, apalagi di hari Senin harga tiket lebih murah. Tapi ternyata di dalam teater hanya ada kami berdua dan beberapa orang di baris samping dan belakang kami. Aku menyukainya :)


Poster film "Wonka".


Kedua buku tentang Willy Wonka dan karya Roald Dahl yang lain.


Aku dan Shane sangat menikmati filmnya, ---aku bahkan sempat terlarut di beberapa adegan dan sedikit meneteskan air mata :'D Telinga dan mata kami terasa dimanjakan, semuanya porsinya pas, dari drama, hal-hal magis dan musiknya. Mungkin kalau aku terlalu berharap filmnya patuh dengan cerita di buku Roald Dahl aku nontonnya bakal kecewa, ya. Tapi karena sudah belajar dari film-film adaptasi Roald Dahl lain yang hampir NGGAK PERNAH persis bukunya, aku jadi menikmati filmnya sebagai sebuah karya mandiri yang "diinspirasi" Roald Dahl saja. Karena kalau dibilang jadi prekuel film versi tahun 1971 pun sebenarnya nggak nyambung-nyambung amat. Background storynya ke mana-mana, hanya karakter Willy Wonka saja yang mendekati. Disambungkan dengan film "Charlie and the Chocolate Factory" versi tahun 2005 (yang mana paling patuh dengan bukunya) apalagi, ---makin jauh, ahahaha. Jadi ya dinikmati apa adanya saja. Oya, di film "Wonka" juga ada kejutan menyenangkan dari Rowan Atkinson, yang meski perannya nggak banyak tapi sukses bikin aku tersenyum haru. Sebelumnya di film adaptasi Roald Dald yang berjudul "The Witches" (1990) ia juga punya peran sebagai Mr. Stringer, eh tiba-tiba sekarang muncul lagi sebagai Pendeta. Jadi makin nostalgia masa kecil, kan! :'D 


Begitu keluar dari teater, aku dan Shane sepakat kalau filmnya membuat kami jadi ingin makan cokelat! Tanpa berbelok ke mana-mana dulu kami langsung ke supermarket di lantai dasar dan mencari cokelat "yang bisa kami makan". Kebanyakan cokelat yang dijual di pasaran mengandung susu, dan kami yang vegan ini menghindarinya. Syukurlah setelah mencari nggak terlalu lama kami menemukan dark chocolate yang kemasannya cukup besar untuk dimakan berdua! Biasanya kami hanya menemukan chocolate bar kecil, jadi harus beli beberapa supaya puas. Tapi kali ini kami dapat kemasan pouch yang isinya ada banyaaaak. Hore! :) 

Nggak terasa hari sudah semakin gelap, kami putuskan untuk segera pulang setelah sebelumnya membeli treat untuk Kitty, si kucing mungil, yang ditinggal sendirian di rumah. Kami banyak sekali tertawa. Kalau saja nggak melihat outfit kami yang memakai batik, aku nggak akan ingat kalau sebelumnya habis mengalami hari yang menyebalkan di Imigrasi :p


***


"Shane, kalau tiba-tiba kita ketemu Steven Tyler terus dia naksir aku gimana?" Tanyaku iseng.

"Oh, nggak apa-apa, nanti kamu pura-pura suka sama dia. Terus kalau dia kasih kamu uang jangan lupa bagi aku ya," jawab Shane.

Aku tersenyum nakal, "Tapi kalau aku naksir beneran sama dia gimana?"

Shane diam sejenak, menatapku dengan serius lalu berkata, "Ya, artinya kamu tetap saja harus bolak-balik ke Imigrasi. Kan Steven Tyler juga perlu Kitas. Dia dan aku nggak ada bedanya kalau di Indonesia, sama-sama WNA!"

"Oh, iya juga ya," aku terkikik geli. 


Nggak, aku nggak naksir Steven Tyler, kok. Aku nggak akan menukar suamiku ini dengan apapun, hahaha. Nggak bisa aku membayangkan diriku dengan orang lain selain dengan Shane, ---yang selalu berusaha mengubah hari menyebalkan menjadi hari terbaik sedunia! ---Ia sudah lebih dari cukup untukku :)


blessed girl,


Indi


Kalau teman-teman ingin membaca proses pernikahanku dan Shane bisa baca di sini :)

____________________________________

Instagram: @indisugarmika | Youtube: Indi Sugar Taufik

Jumat, 04 Agustus 2023

Menginap di Hotel Kapsul: Awalnya Terpaksa Tapi Berakhir Bahagia! :D




Ada nggak sih orang yang sengaja staycation di hotel kapsul? Maksudnya bukan karena transit atau mau jalan-jalan gitu terus milih hotel kapsul cuma buat tempat tidur tok, ---tapi benar-benar NIAT buat staycation di sana. Kayanya kebanyakan orang bakal milih staycation di hotel konvensional kali ya, yang ada fasilitas buat bersantai seperti kolam renang atau minimal bath up. Soalnya aku pun begitu. Kalau bukan karena terpaksa seperti beberapa tahun yang lalu waktu harus menunggu di bandara, aku ogah menginap di hotel kapsul lagi xD 


Makanya aku cukup kaget waktu Ali bilang ingin menginap di hotel kapsul. Tahun sebelumnya kami staycation di hotel yang punya fasilitas kolam renang dan kids club. Kupikir waktu itu Ali sangat menyukainya jadi akan memilih hotel yang serupa, tapi ternyata aku salah. Dengan mantap ia memilih hotel kapsul karena pernah melihat videonya di Youtube, dan ia penasaran seperti apa rasanya menginap di sana, ahahaha :') Aku nggak langsung mengiyakan tentu saja, tapi menawarinya beberapa pilihan hotel yang sekiranya ia akan suka. Aku juga menceritakan perasaanku ketika menginap di hotel kapsul, ---bahwa di sana tempatnya sempit, kamar mandinya sharing dan nggak ada play groundnya. Bukan untuk menakuti, tapi agar Ali tahu seperti apa di sana dan jangan sampai ia nggak menikmati waktu staycation. Dari beberapa hotel yang aku tunjukkan reviewnya di YouTube, Ali (agak) tertarik dengan tiga hotel yang lokasinya dekat mall dan salah satunya punya fasilitas untuk anak-anak. Segera aku menghubungi ketiganya untuk booking di akhir minggu. Aku sadar akhir pekan selalu jadi waktu yang sibuk di dunia perhotelan, jadi hotel mana pun yang punya kamar kosong akan aku ambil dengan senang hati.


Tapi ternyata... ketiga hotel yang Ali pilih semuanya sudah fully booked! Aku bahkan mencoba booking via aplikasi dan tetap, no luck. Aku bilang sama Ali, "Well, sepertinya tahun ini kita benar-benar staycation di hotel kapsul seperti yang Ali mau." Dan ia langsung menyambutnya dengan gembira, ---sangat-sangat gembira! :D Ali langsung merencanakan apa saja yang akan ia lakukan di sana dan kemana saja kami akan berjalan-jalan. Melihat Ali seperti itu membuatku jadi ikut gembira dan sedikit terharu. Keinginan Ali sangat sederhana, aku jadi merasa bersalah karena nggak langsung mengiyakan, huhuhu :') Ketika aku bersiap untuk memilih hotel kapsul dan memesannya, ada notifikasi yang masuk di handphoneku. Rupanya aku memenangkan giveaway dari Inspira TV, salah satu stasiun TV digital! ---Dan tebak apa hadiahnya?

Voucher diskon menginap di Bobobox alias hotel kapsul! :')


Daftar rencana staycationnya Ali :')


Ali juga ingin mentraktir kami jadi ia membawa bekal "uang" :D



Hari Pertama: Asyik di Luar Angkasa, Menunggu Bapak dan Lapar Dini Hari.


Akhirnya hari yang paling ditunggu oleh Ali pun tiba. Jumat, 2 September 2022, kami bersiap-siap segera setelah Ali pulang sekolah. Rencananya yang akan menginap di hotel hanya aku, Shane dan Ali. Tapi aku memutuskan untuk memesan dua kamar karena Ali ingin Bapak ikut menemani kami di malam hari (---mungkin ia takut disuruh tidur sendirian, hihihi). Sebenarnya keputusanku ini agak gambling, Bapak belum tentu bisa datang karena sedang mengawasi pegawai yang merenovasi tempat tinggal baruku dan Shane. Tapi kupikir nggak apa-apa, better ada kelebihan kamar daripada kebingungan kalau beliau tiba-tiba datang :D Toh aku punya voucher potongan harga, jadi kamar ekstranya nggak bayar harga full :)


Foto sebelum kami berangkat.


Sekitar jam 2 siang kami bertiga berangkat dengan menggunakan mobil online. Hotel Bobobox yang kami tuju itu cabang Alun-Alun, tepatnya di Jl. Kepatihan no. 8 Bandung. Di sana nggak ada tempat parkir khusus pengunjung hotel di dalam gedung, harus jalan ke parkiran Alun-alun atau menumpang di supermarket di sampingnya, atau di mall di sebrangnya. Kami pikir agar lebih praktis gak perlu pakai kendaraan pribadi, jadi bisa langsung berhenti di depan lobby dan nggak pusing mikirin tempat parkir xD 


Berbeda dengan hotel konvensional, Bobobox punya aplikasi sendiri untuk booking dan untuk digunakan selama beraktivitas di hotel (---lumayan makan space memory HP, huhuhu). Jadi waktu kami tiba aku langsung menunjukkan bukti pemesanan untuk mendapat barcode yang nantinya digunakan sebagai akses keluar masuk, termasuk akses ke kamar mandi. Karena aku memesan dua kamar (dua pods) jadi aku mendapat dua barcode, ---yang ternyata bikin sedikit ribet karena kadang tertukar dan bikin pintu nggak bisa dibuka, hahaha. Tapi di luar keribetan itu (mending pakai kartu akses saja deh kalau boleh milih), aku salut dengan semua pegawainya yang super ramah dan helpful. Meski bukan hotel yang didesain khusus untuk ramah anak, tapi mereka baiiiiik banget sama Ali. Dari mulai security sampai front desknya selalu menyapa dan mengajak Ali bercanda. Wah, belum apa-apa Ali langsung bilang betah, deh :D


Setelah proses check in kami menaruh sepatu-sepatu kami di loker mungil untuk digantikan dengan sandal hotel. Sandal-sandal ini hanya boleh digunakan di area kamar, lorong dan kamar mandi. Kalau mau ke area lobby kami harus menukar kembali dengan sepatu, alasannya tentu supaya kebersihannya terjaga. Kami mendapat kamar yang paling ujung, pod nomor 1 dan nomor 3. Dua-duanya tipe skypod alias di atas (ada dua pilihan di atas atau di bawah, jadi podsnya ditumpuk). Karena Bapak belum tentu datang jadi kami bertiga masuk ke kamar nomor 1 saja. Sesuai dugaan, Ali super bersemangat dan langsung memanjat ke atas tempat tidur :D Meski kamar kami didesain untuk dua orang dewasa dan 1 anak, tapi tetap semuanya serba mungil dan compact. Untuk naik ke tempat tidur kami harus memanjat meja yang punya fungsi lain sebagai tangga, hahaha. Untung bawaan kami sedikit, masing-masing hanya satu ransel berisi baju ganti dan dua buah boneka untuk menemani tidur (Onci, bonekaku dan Yeyer, boneka Ali). Jadi kamar kami nggak terasa terlalu sempit. Nggak kebayang kalau kami menginapnya berhari-hari dan harus bawa lebih banyak tas, bisa-bisa kami nggak punya space untuk memijakkan kaki :D


Ali dan Shane langsung mengeksplor isi pod, termasuk tablet yang menempel di dinding.


Ali yang happy :)


Aku dan Onci. Bisa nangis aku kalau ia ketinggalan, hahaha.


Karena sebelumnya sudah pernah menginap di hotel kapsul lain (Digital Airport Hotel-Terminal 3), otomatis aku jadi membandingkan keduanya. Di Bobobox meskipun kami memilih tipe pod yang paling besar tapi di dalamnya nggak ada TV. Berbeda dengan pengalamanku sebelumnya, di dalam pod mungilnya ada TV layar datar yang dilengkapi dengan TV kabel dan headphone. Agak kecewa sih, karena biasanya saat staycation hiburanku selain mengobrol dengan keluarga ya menonton film, hehe xD Tapi Bobobox juga punya kelebihan, sih, di dalam podnya ada lampu yang warnanya bisa diatur sesuai mood kita, juga ada pilihan suara-suara alam yang membantu istirahat jadi lebih relax. Semuanya bisa dikontrol melalui tablet yang menempel di dinding atau melalui aplikasi di handphone. Tips dariku, jangan pasang suara sungai mengalir, soalnya bikin pengin pipis, ahahaha :p 


Suasana pod di Digital Airport Hotel. Sama-sama futuristik tapi ada TV nya.


Ali sudah pintar banget mengambil foto kami, jadi kalau mau berfoto berdua gak perlu timer :p


Another pic by Ali.



Kalau berfoto bertiga gini HP nya disenderin di dinding :p


Lokasi hotel kami super strategis, berhadapan dengan The King's Shopping Center, ---mall legend di Bandung yang sempat kebakaran dan bangkit kembali. Di sekitarannya banyak penjual street food, dan kalau jalan sedikit ke sampingnya ada supermarket Yogya yang lumayan lengkap. Aku dan Shane sudah lapar dan berencana untuk mencari makan siang di sekitaran. Tapi rupanya Ali sangat betah di dalam pod dan nggak mau keluar, padahal ia baru makan siang sedikit sepulang sekolah. Ali sangat sibuk mengotak-atik tablet, mengatur lampu dan suara sesuai seleranya. Katanya ia merasa sedang berada di spaceship seperti Buzz Lightyear xD Aku senang Ali menikmati waktunya, tapi ia tetap harus makan. Dan akhirnya setelah dibujuk kalau setelah makan siang boleh membeli permen, ia pun setuju untuk ikut dengan kami :D


King's Mall terlihat jelas dari hotel karena letaknya bersebrangan.


Shane sedang ingin makan pizza, jadi kami ke Pizza Hut yang berada di dalam mall. Kami selalu berusaha fleksibel, kalau di sekitar nggak ada restoran vegan maka kami akan masuk ke restoran apa saja dan cari menu yang paling mendekati tanpa hewani lalu dimodifikasi. Apalagi kalau sedang liburan seperti ini dan kami bersama orang lain yang makan non vegan, kami nggak mau jadi "sok ekslusif" dan bikin ribet. Di Pizza Hut ada pizza Veggie Garden yang memang vegetarian friendly, jadi kami tinggal request untuk tanpa keju saja. Kalau komposisi yang beredar online akurat, adonannya memang tanpa susu dan telur sih. Ada kemungkinan mengandung butter, but we tried our best ;) Aku dan Shane berbagi satu pan besar, sedangkan Ali berbagi satu pan kecil dengan Yeyer, bonekanya yang ia ajak makan siang, hehehe. Seperti biasa kalau sedang moment istimewa aku izinkan Ali untuk memesan minuman yang sedikit "nakal" (asal jangan soda, kopi dan alkohol, ya, hehe). Ia memilih untuk memesan lemon tea yang kalau hari-hari biasa bakal jadi big no kecuali kalau bikin sendiri di rumah :D 


Sebelum makan berfoto bersama dulu. Yang fotoin Mbak Pizza Hut yang baik hati :)


Yeyer, bonekanya Ali juga ikut. Tuh, ia duduk di samping Shane ;)


Sesuai janjiku, sehabis makan Ali boleh membeli permen (again, ini juga hanya untuk moment istimewa). Di King's ada konter permen yang letaknya di samping eskalator, namanya "Sweet 16 Candy Castle" (kalau di Google namanya "Candy Toko", Idk why). Waktu kecil aku selalu happyyyyy banget kalau diajak Ibu ke sana, dan sekarang ternyata jadi tempat favoritnya Ali juga :D Ya, nggak heran sih karena pilihannya memang banyak dan kita dibebaskan untuk mencampur berbagai macam permen atau cokelat jadi satu gitu. Maksudnya kita nggak perlu beli satu pack, tapi bebas mengambil jenis apapun dan nantinya dihitung per ons, ---tempting kan, hahaha. Tapi Ali anaknya memang manis banget, meski ia kubebaskan untuk mengambil apapun tapi ia selalu bertanya dulu sebelum memasukkan permen pilihannya ke keranjang :')


Beberapa permen pilihan Ali.


Setelah perut kenyang dan puas berjalan-jalan di mall, kami kembali lagi ke hotel. Karena aku sudah mandi di pagi hari, jadi aku hanya mencuci muka dan berganti baju dengan piama. Sementara Shane dan Ali mereka mandi terlebih dulu. Shane mandi di kamar mandi laki-laki (of course, haha) dan Ali mandi di kamar mandi perempuan karena masih harus aku awasi meski bisa mandi sendiri. Aku cukup kagum dengan keadaan kamar mandinya, karena meski sharing bathroom tapi cukup bersih, lho. Fasilitasnya juga nyaman, ada air panas yang mengalir lancar, hair dryer, bahkan setiap orang mendapatkan pasta dan sikat gigi yang bisa diambil di lobby. Plus handuk juga yang sudah tersedia di masing-masing pod, tapi hanya dipinjamkan tentunya :D Aku nggak tahu ya apa kondisinya memang selalu bersih atau hanya kebetulan karena pas kami menginap tamunya sedang sedikit. Semoga sih memang selalu bersih, ya ;)


Fasilitas kamar mandi yang bisa dipakai bersama. Lengkap juga, ada hair dryer, blower dan sabun di area wastafelnya. Di sampingnya ada toilet stall tiga pintu.


Area shower. Ada pembatas antara shower dan tempat untuk ganti baju, jadi no basah-basah.


Sekitar jam 7 malam mulai deh Ali bertanya-tanya apa Abah alias Bapak akan datang untuk menginap bersama kami. Sepertinya ia mulai mengantuk, tapi untung saja nggak rewel, hehehe. Aku lalu menelepon Bapak dan syukurlah ternyata beliau bisa menyusul meski paginya harus kembali bekerja. Sama seperti Ali, aku juga senang karena artinya kamar ekstra yang ku booking nggak sia-sia :D Yang lucu saking bersemangatnya menyambut Bapak, Ali ingin menunggu di lobby saja supaya nggak ketiduran, hahaha. Sebetulnya Ibu sudah mengingatkan Ali lewat WhatsApp kalau ia lebih baik menunggu di kamar, tapi rupanya Ali benar-benar takut ketiduran jadi ia terus membujukku untuk menemaninya di lobby. Tadinya sambil menunggu kami ingin sambil cemal-cemil, tapi ternyata untuk pembayaran harus menggunakan dompet digital. Karena saldo OVO ku tinggal sedikit jadi kami hanya bisa beli 2 botol air mineral, ahahaha :'D Sebal sih, tapi mau gimana lagi. Mau keluar pun sudah malam dan aku nggak mau kalau tanpa Shane. Aku langsung kepikiran Bapak, gimana kalau beliau lapar tengah malam dan nggak bisa beli apa-apa karena nggak punya dompet digital :(


Ali yang sudah ganteng, wangi dan berpiama menunggu Bapak di lobby.


Right on time, Bapak tiba sebelum Ali ketiduran. Jadi sebelum Bapak tiba Ali akhirnya menuruti nasihat Ibu untuk menunggu di kamar. ---Well, sebenarnya karena sedikit diancam juga sih, Ibu bilang Bapak nggak akan jadi datang kalau Ali masih di lobby, hahaha. Aku nggak berlama-lama menemani Bapak dan Ali di pod nomor 3 karena mereka akan segera beristirahat. Aku hanya memberi Bapak perlengkapan mandi untuk besok pagi, sebotol air mineral dan barcode untuk akses keluar masuk. Nggak lupa aku juga mengingatkannya untuk mengirimiku pesan jika lapar atau memerlukan sesuatu karena aku dan Shane sepertinya akan begadang untuk menonton film. (---Nggak ada TV, HP pun jadi, lol). Setelah itu aku mengucapkan selamat tidur dan kembali ke pod nomor 1, kamarku dan Shane.


Yang ditunggu-tunggu Ali akhirnya datang juga. Wah, langsung dipinjami HP :p


Shane sedang tidur-tiduran di balik selimut sambil bermain HP ketika aku masuk ke kamar. Aku ikut berbaring di sampingnya dan mulai mencari-cari tontonan menarik. Internet (Wifi) di sini agak lambat jadi agak berat untuk dipakai menonton film. Bahkan waktu kami check in pun sempat kesulitan sebenarnya, tapi memang masih mending dibandingkan di kamar. Waktu kami di lobby Ali masih sempat menonton "I Am Groot" di Disney+ dan lumayan lancar, lho. Akhirnya kami urung menonton film dan menonton video-video pendek saja. Belum satu jam aku merasa ngantuk, mungkin pengaruh suhu yang sangat dingin juga. AC nya memang dingin sekali padahal sudah diatur ke suhu yang paling tinggi, dan selimut yang disediakan juga nggak membantu karena tipis dan ukurannya pas-pasan :') Kami sampai harus tidur berdempetan dan batal begadang, hahaha.


Sekitar jam 2 pagi aku dan Shane terbangun karena lapar (ajaib ya bisa berbarengan, lol). Kami lalu memutuskan untuk memesan makanan via aplikasi karena nggak yakin kalau masih ada yang berjualan di sekitar di waktu sangat larut. Nggak lupa sebelumnya aku juga mengirim pesan pada Bapak, siapa tahu beliau juga terbangun dan lapar. Tapi ternyata nggak ada balasan jadi aku asumsikan beliau sedang di alam mimpi bersama Ali dan Yeyer :D Kami memesan makanan dari restoran langganan sewaktu kami masih tinggal di apartemen yang (seringnya) buka sampai pagi. Aku dan Shane sering bergurau kalau alasan kami menjadi pelanggan karena kami nggak punya pilihan lain. Jadi meski sering salah dan porsinya berubah-ubah waktu memberikan pesanan, kami menerima saja daripada lapar tengah malam :p Joke aside, rasa masakannya lumayan kok :)


Di Bobobox tamu nggak boleh makan di dalam kamar, mereka sudah menyediakan 2 communal area yang bisa digunakan. Satu di rooftop dan satunya lagi di kursi dan meja yang disediakan di setiap lorong pods. Karena kami takut membangunkan tamu lain, jadi kami memilih untuk makan di rooftop saja. Nggak ada akses lift untuk ke rooftop dan mushala yang berada di lantai 4, kami harus menggunakan tangga manual yang sempit. Sangat disayangkan sebenarnya karena kesannya jadi nanggung. Jika lift bisa dipakai sampai lantai 3 kenapa nggak sekalian lanjut satu lantai lagi? Untuk yang fisiknya sehat sih nggak masalah, tapi untuk yang punya keterbatasan masa sih selama menginap harus diam di kamar karena nggak punya akses ke rooftop dan juga mushala, huhu. Kecuali kalau di tempat ini memang punya aturan yang menginap khusus untuk anak muda dan yang sehat saja ya :p


Anyway, di luar "keanehan" aksesnya yang sangat nggak senior dan disability friendly, kondisi rooftopnya sebenarnya oke. Luas, ada meja-meja panjang yang bisa untuk menampung banyak tamu sekaligus dan perlengkapan makan juga disediakan. Para tamu juga sepertinya lumayan bertanggung jawab, mereka langsung mencuci piring, sendok dan gelas sehabis digunakan. Kenapa aku bilang "lumayan"? Karena mereka nggak CUKUP bertanggung jawab untuk membersihkan sisa-sisa nasi di drainer wastafel! Ahahaha, jorok banget lihatnya :') Aku dan Shane yang "gelian" auto bersih-bersih wastafel supaya orang lain nggak harus mengalami hal sama, lalu cuci tangan dengan banyak sabun sesudahnya. 


Makannya pakai mangkuk karena Shane gak tahu kalau ada piring ekstra di lemari, hahaha.


Makan di rooftop dini hari itu mixed feeling. Lihat kota Bandung dari atas waktu keadaan sepi bikin perasaanku damai sampai lupa kalau siangnya selalu macet. Tapi di sisi lain aku juga merasa seram setiap melihat ke arah gedung supermarket yang berada di samping kanan hotel. Kelihatan begitu kosong dan "mati", benar-benar nggak ada tanda-tanda kehidupan. Entah ide dari mana aku tiba-tiba mengarahkan kamera HP ke arah jendela lantai paling atas supermarket. Tapi nggak lama aku berhenti, soalnya ingat kalau nggak akan siap kalau sampai lihat "sesuatu", ahahaha T_T Sehabis makan dan bersih-bersih kami kembali lagi ke kamar untuk tidur. Mau berlama-lama pun selain seram udara di atas sangat dingin. Minimal di kamar ada selimut deh meski harus saling tarik (karena mungil, hehe).



Hari Kedua: Sarapan Double, Mall dan Film Horor.


Kami berempat bangun pagi-pagi sekali, sebelum jam 7 pagi. Bapak langsung mandi karena beliau harus bekerja. Beliau bilang kamar mandinya nyaman, bersih dan air panasnya lancar. Suasananya juga sepi jadi terasa leluasa karena nggak harus berbagi dengan tamu lain. (---Yaaa, yang lain mungkin masih tidur, Pak! Hehehe). Mendengar beliau bilang begitu aku jadi lega, karena sebenarnya aku merasa nggak enak mengajak orangtua ke tempat seperti ini (baca: bukan hotel konvensional untuk bersantai). Tapi Bapak bilang ia nggak keberatan, so I guess everything is fine! :) Nggak bisa berlama-lama Bapak langsung pamit tanpa sarapan. Untung saja semalam aku sempat memberikan sedikit uang untuk berjaga-jaga jika ingin membeli sesuatu, jadi beliau bisa menggunakannya di perjalanan nanti. Ali terlihat sedikit berkaca-kaca dan sesekali membujuk Bapak untuk tetap bersama kami. Syukurlah hanya sebentar, nggak lama setelah Bapak melambaikan tangan dan masuk ke dalam lift untuk turun, Ali kembali ceria! :D


Ali mengantar Bapak ke lift.


Karena semalam aku nggak mandi, jadi aku putuskan untuk mandi selagi belum ada tamu lain yang memakai kamar mandi. Saat aku sedang bersiap-siap membawa handuk dan baju ganti, tiba-tiba Ali bilang kalau ia juga ingin mandi lagi! Waaah, nggak mungkin dong kami mandi berdua :D Untung saja Shane kemarin sudah mandi, jadi aku bisa minta tolong padanya untuk mengawasi Ali. Aku bilang padanya kalau ia hanya perlu mengawasi Ali dari luar tirai shower, nggak perlu ikut masuk. Karena yang Ali butuhkan hanya seseorang yang mengingatkan dan memastikan ia membilas sabun dengan benar lalu mengeringkan badannya dengan teliti. ---Well, sepertinya Shane understood the assignment. Karena begitu aku selesai mandi langsung disambut oleh Ali yang sudah rapi, rambutnya klimis dan wangi minyak telon, ahaha xD Kami berkumpul di pod nomor 1, nggak banyak melakukan apa-apa hanya menikmati waktu bersama. Sesekali Shane bermain dengan Ali, mereka berpura-pura Yeyer (boneka) bisa bermain skateboard dengan menggunakan HP sebagai papannya, hahaha. Lama-lama perut kami lapar juga, sementara mall baru buka jam 10 yang artinya masih 2 jam lagi.


Selfie setelah mandi. Langsung beda auranya, gak lagi muka bantal, hahaha.


OOTD bersama mural yang chubby sepertiku xD Oya, lorong ini salah satu communal space, bisa dipakai makan atau sekedar duduk-duduk.


Kami sudah rapi dan wangi. Hebat banget Ali mandi sendiri :)


Yeyer bermain "skateboard" :D


Karena nggak tahan aku memesan nasi goreng plus teh manis dari restoran terdekat yang sudah buka. Entah kenapa nasi goreng kami terasa amis, seperti ada ikan/seafoodnya gitu, padahal yang kupesan nasi goreng sayur :( Mungkin dimasak dengan wajan yang sama atau memang di bumbunya ada terasi/saus tiram, IDK. Yang pasti selama makanannya bersih aku nggak mau mubazir dan akan berusaha menghabiskannya. Tapi rasa amisnya memang terlalu kuat, aku hanya bisa memakannya setengah porsi. Begitu juga Shane dan Ali yang menyerah dan ingin menunggu mall buka saja untuk proper breakfast. Btw, Shane memang nggak suka ikan, bahkan sebelum ia jadi vegan. Makanya jangankan aroma amis ikan asli, ikan tiruan pun ia nggak mau makan, hehehe :'D 


Posisi pod kami sangat dekat dengan jendela, jadi kami bisa mengecek kondisi mall sesering mungkin. Begitu terlihat security mall sudah datang dan lampu-lampu dinyalakan, kami langsung berkemas. ---Um, sebenarnya Ali belum mau check out, ia masih mau stay di hotel sampai tengah hari. Tapi rencanaku dan Shane, kami ingin menghabiskan sisa hari di mall saja. Berkali-kali Ali menelepon Ibu agar beliau mau menemaninya di hotel selama aku dan Shane di mall, tapi tentu Ibu nggak bisa karena di rumah nggak ada siapa-siapa. Kasihan sebenarnya, tapi aku sudah lumayan pegal di dalam ruang sempit :') Beruntung Ali setuju untuk check out selama ia diizinkan memilih menu sarapan yang kedua. Ia ingin makan donat! Okay, you got it, kiddo! ;)


Waktu proses check out Ali masih berat meninggalkan Bobobox rupanya. Dengan security dan petugas front desk ia sibuk mengobrol ini itu. Ia bahkan mengambil foto password Wifi untuk berjaga-jaga jika ia kembali lagi suatu hari :'D Beneran deh kalau soal ramah seluruh pegawai di Bobobox ini juara! Mereka bahkan nggak segan mengajak Ali bermain dan bercanda setiap kami ke lobby. Sungguh nilai plus :) ---Well, siapa tahu teman-teman ada yang mau menginap dan perlu sedikit insight, aku sebutkan ya poin-poin plus dan minusnya.


Kekurangan:

1. Nggak ramah anak (kecuali semua pegawainya yang ramah-ramah ya :p ). Padahal hanya perlu space kecil untuk mini playground. Bisa ditaruh di communal space, misalnya di rooftop.

2. Nggak ramah disabilitas dan orang tua. Ini yang paling menggangguku. Elevator sangat kecil dan hanya sampai lantai tiga. Untuk menuju rooftop dan mushala hanya bisa menggunakan tangga yang terjal. Jika pengguna kursi roda ingin menginap di sini, lupakan saja.

3. Wifi yang lemah.

4. Kebersihan dipertanyakan. Ada gumpalan rambut di sudut tempat tidur. Ketika lapor langsung ada petugas yang membersihkan dengan cara naik ke atas tempat tidur yang sudah terpasang sprai :')

5. Ukuran selimut terlalu kecil untuk dipakai berdua.

6. Untuk snacks dan minuman hanya bisa dibeli dengan dompet digital (seperti OVO, dll). Kurang praktis terutama untuk bapakku yang nggak punya aplikasi-aplikasi seperti itu.

7. Akses masuk pod harus menggunakan HP. Artinya saat masuk ke kamar mandi pun HP harus dibawa, ahaha :'D Kecuali jika ada orang lain yang bisa membukakan pod dari dalam. Nggak bersih rasanya HP keluar masuk kamar mandi dan toilet.


Kelebihan:

1. Seluruh pegawainya ramah demi apa :'))) Bahkan securitynya helpful dan sabar.

2. Fasilitas kamar mandi cukup bersih. Terkadang ada tisu berceceran tapi setelah ku cek beberapa jam kemudian sudah bersih :)

3. Lokasi dekat dengan mall dan supermarket.

4. Nggak terlalu ramai meskipun akhir pekan.

5. Bisa memilih pod di atas atau pod di bawah bagi yang nggak suka/nggak bisa memanjat.


Saranku sih Bobobox kalau bisa lebih "ramah" untuk semua kalangan. Nggak ada larangan untuk orang tua, anak-anak dan disabilitas untuk menginap, kan? Jadi mungkin bisa dipikirkan kembali aksesibilitasnya (nanggung lho, tinggal nambah satu lantai saja akses lift nya padahal, ahaha). Untuk akses keluar masuk juga bisa diganti dengan kartu misalnya. Model HP sekarang besar-besar, TBH risih banget harus bawa HP buat sekedar pipis, huhu. 


Okay, aku lanjutkan lagi ceritanya ya. Karena nggak bawa mobil, jadi kami ke King's dengan masih membawa ransel. Berat-berat sedikit nggak apa lah, toh kupikir bakal sering duduk, hihi. Sesuai janji pada Ali, kami sarapan (lagi) di JCO Donuts. Aku dan Shane memesan kopi hitam. ---Kami sekedar menemani Ali saja sih sebenarnya, hanya ngopi-ngopi biar nggak mengantuk. Untuk makan berat kami berencana mencari di tempat lain yang ada menu vegannya. Yang penting Ali dapat yang ia mau dulu dan ia happy :) Ali memesan beberapa donat Oreo dan ia bisa menghabiskan semuanya padahal baru makan nasi goreng, hahaha. Ia sangat cerewet sepanjang sarapan kedua ini, nggak henti-hentinya ia berbicara tentang pengalamannya selama di Bobobox. Mungkin saking berkesan baginya, ya. Sampai-sampai belum satu jam check out ia sudah berencana akan menginap di sana lagi! :')


Ali dan donat-donatnya. Seperti Hobbit ya, ada "sarapan kedua" :D


Selesai sarapan Ali dijemput pulang karena aku dan Shane masih ingin melanjutkan jalan-jalan di mall. Ya, sekalian quality time berdua juga. Ada Ali memang seru, tapi boleh dong kami pacaran berduaan saja :p Kami ke lantai atas untuk melihat-lihat random stuff, ---benar-benar random dari mulai furnitur, mainan sampai pakaian. Tapi kami nggak membeli apa-apa karena bawaan kami lama-lama ternyata lumayan merepotkan, sampai-sampai aku menyerah dan membiarkan Shane menggendong tas ranselku. Akhirnya kami putuskan untuk ke bioskop, di sana at least kami bisa duduk, kan, hehehe. Nggak ada film yang lagi benar-benar kami ingin tonton, but we're such a sucker for horror movies, ---literally apa saja asal horror akan kami tonton :D Jadi saat kami melihat poster film Mumun, tanpa banyak pertimbangan kami langsung membeli dua buah tiket. Memang kami tahu filmnya tentang apa? NGGAK xD Menonton trailernya saja belum pernah. Kalau aku sih sebelumnya sudah tahu kalau dulu ada serial "Jadi Pocong" di Indosiar dengan nama tokoh yang sama dengan judul filmnya meski nggak pernah nonton. Sedangkan Shane, dia benar-benar blank :p


Ngemil di foodcourt sebelum film dimulai.


Pilih-pilih camilan untuk teman nonton.


Kami masuk teater tanpa ekspektasi, kalaupun filmnya jelek kami masih punya pop corn untuk dinikmati, hehe. Oya, meskipun aku lahir dan besar di Bandung tapi ini baru kali ketigaku nonton di bioskop King's, lho. Duluuuu sekali memang lumayan sering, tapi waktu masih bermana "Galaxy" (koreksi kalau salah), belum CGV seperti sekarang. ---Dan sebelum mallnya kebakaran tentunya :')

Kesan pertama kami dengan film Mumun yaitu satu kata: Kocak! Humornya sangat Betawi dan kalau saja nontonnya di TV tanpa tahu tahun rilisnya kami bakal mikir ini film tahun 90'an. Mirip-mirip seperti Si Doel gitu. Lalu di pertengahan film baru lah muncul adegan-adegan horornya, ---yang sejujurnya sukses bikin aku dan Shane lompat dari kursi kami, ahahaha. Visualnya oke, dan timing kemunculan pocong "Mumum" nya pun tepat, jadinya efektif. Overall kami puas dan merasa nggak salah pilih film. Meski tentu bukan film yang sempurna, karena ada adegan-adegan yang terlalu repetitif (bikin seramnya hilang) dan endingnya juga berkesan buru-buru. Tapi itu dia, tertutup dengan komedi dan visual pocongnya yang kece ;) (Lah, pocong kok kece, huehe).


Kalau ada yang nggak menyenangkan dari pengalaman menonton kami, jelas bukan gara-gara filmnya. Tapi gara-gara penonton lain! Ah, astaga, Ibu-Ibu di sebelahku sibuk banget bikin status WhatsApp pakai potongan film. Iya, ia merekam dengan handphonenya meskipun sudah ada larangan yang disiarkan sebelum film diputar. Parahnya ini Ibu bolak-balik putar ulang rekamannya waktu film MASIH diputar. Aku sampai bilang, "Ssst," berkali-kali tapi ia cuek saja T_T Penonton lain juga banyak yang bawa anak-anak meski filmnya berkategori 13 tahun ke atas. Gimana mereka bisa lolos waktu mau masuk dan proses penyobekan tiket? Nggak tahu. Yang aku tahu pasti, ini salah satu bioskop terburuk yang pernah aku kunjungi, ---perpaduan seimbang antara petugas cuek dan pengunjung norak :')


Tapi moodku dan Shane memang benar-benar bagus, jadi begitu keluar area bioskop sudah seperti nggak habis terjadi apa-apa, hahaha. Perut kami sudah terasa lapar, mikir-mikir sebentar akhirnya diputuskan untuk makan di Solaria saja. Restoran vegan-vegetarian terdekat namanya "Padma Vegeta", kalau ditempuh dengan jalan kaki jadinya berasa nggak dekat-dekat amat, jadi kami urung ke sana dan makan yang ada saja. Di Solaria kami memesan makanan yang paling mudah dimodifikasi jadi vegan. Shane memesan nasi goreng sayur (tinggal minta tanpa ayam, sosis, telur, dll), sedangkan aku memesan kwetiau sayur tanpa kuah (---karena kuahnya kemungkinan besar mengandung kaldu). No ribet-ribet kan, kami bisa ber-vegan dimana saja :D Dua-duanya rasanya enak dan sukses membuat kami kenyang. 


Mungkin karena perut sudah terisi aku jadi merasa sedikit mengantuk. Aku bilang sama Shane lebih baik kami sudahi saja jalan-jalannya dan kembali ke rumah orangtuaku (selama tempat tinggalku dan Shane direnovasi kami sementara tinggal di sana). Shane setuju, karena ternyata ia juga kelelahan. Kami mampir sebentar ke Dunkin Donuts untuk membeli oleh-oleh untuk Ibu. Beliau memang lebih suka Dunkin dibanding merk lain, katanya lebih empuk dan padat, hahaha. Persis sepertiku, waktu masih makan vegetarian aku juga selalu pilih Dunkin :D 

Setelah dapat donatnya kami langsung ke area drop off mall untuk menunggu mobil online. Kocak juga rasanya, orang-orang mungkin pikir kami habis backpackeran soalnya bawa-bawa ransel. Padahal masih dari Bandung-Bandung juga, ahahaha. Di mobil rasanya aku semakin mengantuk. Kami nggak banyak mengobrol dan hanya menikmati perjalanan kami sampai tiba di rumah :)


Kalian tahu, aku sebelumnya nggak pernah mengira akan mengatakan (well mengetik) ini. Tapi aku BAHAGIA dan sangat BERSYUKUR kami staycation di hotel kapsul! :'D Seandainya aku nggak mengikuti keinginan Ali mungkin rasanya akan berbeda, so thank you so much, Ali! :) Dan aku juga belajar sesuatu dari staycation kali ini, bahwa kebahagiaan setiap orang itu berbeda-beda. Bagi orang lain (termasuk bagiku) liburan yang sempurna itu mungkin di hotel dengan kolam renang dan playground yang luas, tapi bagi Ali menginap di hotel kapsul itu adalah hal yang paling keren sedunia! Juga, melihat orang lain (Ali) senang membuatku ikut senang. Hatiku terasa penuh melihat kebahagiaan dan excitement Ali sepanjang dua hari satu malam bersamanya. Aku nggak mau mengganti pengalaman ini dengan apapun, bermalam bersama Ali di hotel kapsul dan menonton film horor di bioskop "norak" bersama Shane xD (Dan Bapak, meski beliau hanya mampir sebentar)

Jadi akan menginap di mana kami untuk staycation berikutnya? Well belum tahu, dan apakah itu matter? ---Kurasa enggak, karena selama kami bisa mengabiskan waktu bersama, di mana pun, itu yang membuat kami bahagia. 

Mau ke hotel kapsul lagi juga ayok! Ahahaha! :p 





yang suka kebangun tengah malam karena lapar,


INDI