Rabu, 29 April 2015

Another Scoliosis Talk with Iin :)

Kalau ngobrol sama teman pasti bisa kemana-mana. Yang tadinya lagi ngobrolin "ini" bisa nyambung ke "itu". Tapi justru bikin seru, seperti yang gue alami tanggal 22 April kemarin.

What a nice surprise, Iin teman gue datang ke acara penobatan Kartini Next Generation Award 2015 di Jakarta. Gue yang dari Bandung lumayan kesepian karena hanya ditemani Ibu, Bapak dan Nenek. Teman-teman gue nggak ada yang bisa datang, termasuk Ray karena sedang hari kerja. Beruntung sekali Iin bisa datang, dan bahkan ditemani mamanya sehingga membuat meja gue jadi ramai, hehehe. Perkenalan gue dan Iin ini cukup unik, kami berkenalan lewat twitter dan berlanjut ke dunia nyata karena memiliki kesamaan, yaitu: sama-sama scolioser!

Suatu hari di tahun 2013 banyak follower twitter yang mention gue tentang penampilan Iin di audisi X Factor. Katanya ada penyanyi bersuara bagus yang juga mengidap scoliosis sama seperti gue. Gue yang sedang di luar buru-buru pulang ke rumah dan mencari videonya di YouTube. Ternyata benar saja, suaranya baguuuus sekali! Berkat salah satu komentar di videonya gue menemukan akun twitter Iin. Langsung saja gue mengontaknya dan memperkenalkan diri. Nah, kebetulannya hanya selang beberapa hari Iin menonton "Mika", film yang diinspirasi dari novel gue, "Waktu Aku sama Mika".

Ini pertemuan kami yang kedua. Yang pertama kami bertemu di Central Park Jakarta. Dalam rangka apa? Dalam rangka... pengen ketemu saja pokoknya, hehehe. Gue tahu Iin sedang di Jakarta saat itu, jadi gue menemuinya sebelum ia pulang ke Makassar. Nah, tanggal 22 lalu giliran Iin yang menemui gue, di saat yang istimewa pula! Ini kali pertama gue bertemu dengan mamanya Iin. Gue memanggilnya 'Tante'. Ternyata Tante ini persis seperti putrinya, ramai dan gampang akrab, hehehe. Belum apa-apa kami langsung ngobrol kesana-kemari seperti sudah sering bertemu. Bahkan ada salah seorang finalis yang menyangka bahwa gue dan Iin kakak-adik :D

Dari macam-macam obrolan yang paling seru tentu saja soal scoliosis. Gue dan Iin sama-sama mempunyai kurva yang berat, yaitu diatas 50 derajat. Kami juga sama-sama sempat memakai boston brace dalam jangka waktu yang cukup lama. Ternyata sama seperti gue, kurva Iin pun nggak berkurang dengan pemakaian brace tipe itu. Salut dengan Tante yang rajiiiiin banget searching soal scoliosis, baik itu source nya dari luar atau dari dalam negeri, termasuk dari (ehm...) blog ini, hehehe. Sampai-sampai Tante juga tahu nama-nama selebritis yang juga scolioser. Cool!





Waktu pertemuan pertama gue dan Iin, kami berbicara tentang SpineCor, soft brace yang kabarnya sudah banyak membantu scolioser di luar negeri. Waktu itu kami berandai-andai suatu hari bisa memakai SpineCor dan beraktivitas dengan lebih nyaman. Eh, siapa sangka beberapa bulan semenjak pertemuan itu gue benar-benar memakai SpineCor karena ternyata sudah tersedia di Indonesia! Makanya waktu ketemu lagi gue langsung excited cerita bagaimana pengalaman gue dengan brace yang super soft ini. 

Rupanya Iin pun sudah mampir ke Spine Body Center, tempat dimana gue membuat SpineCor beberapa minggu sebelumnya. Tapi Iin belum belum mulai fitting, "Nabung dulu, Isyaallah tahun ini," begitu katanya. Amen, gue dan keluarga doakan semoga cepat terkabul, ya :) 
Setelah merasakan banyak perubahan positif semenjak memakai SpineCor gue berharap kalau scolioser lain juga merasakan hal yang sama. Scoliosis kadang menyakitkan, dan hard brace malah membuat gerak tubuh terbatas juga menimbulkan pegal-pegal. Tapi dengan SpineCor 'koreksi' pun jadi nggak terasa, seolah tubuh gue sedang memakai baju biasa saja.

Tante juga nggak sabar agar Iin cepat pakai SpineCor. Rupanya beliau tahu kalau Lourdes, anaknya Madonna juga pakai. Wah, benar-benar mama yang cool, nih! :D Btw, selain karena "dipakai seleb" ada alasan-alasan lain yang lebih penting lho kenapa gue (dan juga teman-teman yang sudah pakai) memilih SpineCor,
1. SpineCor terbukti lebih efektif 3,7 kali daripada hard brace (seperti boston brace yang dulu gue pakai) untuk mencegah operasi. Karena lebih baik dalam menstabilkan dan mengendalikan scoliosis. 
2. SpineCor secara klinis sudah terbukti memiliki 89% keefektifan terhadap pasien. Ini menurut penelitan selama 10 tahun terhadap lebih dari 40 pasien, lho. Jadi meskipun sekali scoliosis tetap scoliosis, dengan SpineCor kesempatan gue untuk membaik lebih besar.
3. Meski bentuk badan berubah, misalnya tambah gemuk atau tambah kurus, SpineCor bisa disesuaikan kembali (re-adjustment). Itu juga artinya biaya yang dikeluarkan lebih sedikit karena bisa dipakai untuk jangka waktu lama ;)
4. SpineCor bisa dicuci, jadi tentu kebersihannya lebih terjaga. Gue gampang sekali terkena biang keringat, tapi sampai sekarang kulit yang terkena SpineCor tetap sehat, karena setiap minggu gue seolah memakai brace yang baru, hehehe.
5. Dengan SpineCor gerak tubuh yang dulunya mustahil dilakukan ketika memakai hard brace bisa dilakukan dengan nyaman. Karena elastis gue bisa membungkuk, duduk di lantai, dll tanpa masalah.
6. Dan yang terakhir adalah yang paling gue suka. Saking tipisnya (dibanding brace tipe lain) yang tahu kalau gue sedang memakai SpineCor ya hanya gue sendiri, kecuali kalau gue bilang-bilang, hehehe. Mau pakai outfit apapun nggak masalah, karena SpineCor bisa bersembunyi dengan sempurna ;)





Selain ngobrolin tentang SpineCor, gue, keluaga, Iin dan Tante juga setuju kalau banyak pengidap scoliosis yang nggak sadar bahwa ia seorang scolioser. Mungkin karena kurang disosialisasikan jadi orang banyak yang berasumsi bahwa scoliosis hanya masalah "kosmetik" alias tampilan luar. Padahal dengan tulang yang bengkok tentu mempengaruhu organ dalam kita, lho. Misalnya jantung, paru-paru, pencernaan dan lain-lain. Atau ada juga scolioser yang malah menutup diri atau malu. Padahal berbagi itu salah satu cara untuk melegakan perasaan, lho. Asalkan pada porsinya saja, bukannya malah minta dikasihani.





Gue bersyukur Iin berkata dengan bangga bahwa ia seorang scolioser saat audisi X Factor. Tanpa sadar ia sudah menginspirasi orang lain untuk bangga dengan dirinya sendiri dengan kondisi apapun yang Tuhan berikan. Iin juga membuktikan bahwa semua orang pasti punya bakat dan tetap bisa dinilai utuh meskipun ada bagian tubuh yang 'berbeda'. Dan tentu saja berkat keberaniannya kami bisa berteman. Tante sampai bergurau kalau saja Iin nggak menyebut "scoliosis" saat audisi mungkin kami nggak akan saling mengenal. Hehehe, betul juga, ya :D 

Pertemuan gue dengan Iin dan mamanya kali itu sangat berkesan sekali. Gue senang karena ada teman yang hadir saat moment terpenting gue. Juga gue senang karena dipertemuan santai pun kami bisa saling menguatkan. Waktu gue pulang ke rumah, gue dan Iin sama-sama meng-upload foto kami di Instagram. Ada komentar dari Iin di sana;
"Aku seneng banget bisa datang!!! Bangga banget sama Kak Indi! Hell yeah, scolioser dari X Factor dan penulis cantik yang tulisannya udah difilmin di "Waktu Aku sama Mika" bertemu. Terus menginspirasi semua scolioser ya Kak Indi, NEVER LOSE HOPE. Percaya diri dan kejar mimpi bareng-bareng."

Yes, Iin, let's catch our dreams and never lose hope. Tapi kamu harus tahu kalau kamu juga menginspirasi! :)


proud scolioser,

Indi


nb: Mohon maaf jika pertanyaan seputar SpineCor di post sebelumnya ada yang nggak terbalas. Gue berusaha sebaik mungkin untuk membalas satu persatu. Silakan tinggalkan alamat email saja di kolom komentar. Untuk pertanyaan mengenai medis, dll lebih baik hubungi langsung Spine Body Center di APL Tower, Lt. 25, Jakarta Barat (samping Central Park Mall) atau telepon ke (021) 2933 9295. Gue ditangani oleh Dr. Natalie Liem, MSc, PhD. Tapi jika ingin mengetahui pengalaman gue dengan SpineCor, dengan senang hati gue share :)




 _______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Minggu, 26 April 2015

Menjadi Salah Satu dari 22 Perempuan Hebat di Kartini Next Generation Awards 2015. Boleh pingsan?? :D

Semuanya terasa begitu cepaaaaaat. Saking cepatnya gue jadi nggak punya waktu untuk shock dan harus mulai mempersiapkan semuanya...

Ketika baru bangun tidur gue mendapatkan mention di Twitter dari Ayu. Isinya begini; "kamu ada di urutan nomer 16 seleksi tahap awal @KartiniNextGen kah???"
Oh, wait... WAIT! Mata gue yang masih lengket seketika mendadak segar. Otak gue pun langsung berputar. Kartini Next Generation? Apa itu? Memangnya kapan gue daftar?? Satu menit... dua menit... Astaga!! Rupanya gue pernah mendaftarkan diri tahun lalu tapi nggak lolos. Dan gue sudah lupa karena nggak berharap untuk masuk sebagai finalis. Ya, Tuhan... segera gue bangkit dari tempat tidur untuk keluar dari kamar dan mau mengabari Ibu dan Bapak. Tapi belum juga membuka pintu, HP gue berbunyi. "Halo?" tanya gue karena nomornya nggak dikenal.
"Selamat siang Indi, saya dari Kartini Next Generation. Selamat ya, mbak masuk sebagai finalis. Penjurian tahap akhirnya tanggal 20 April di Jakarta... bla bla bla... blaaa."
Tanggal 20? Itu sih cuma 2 hari lagi! Ya, ampun.... *pingsan*

***

19 April 2014
Gue, Ibu dan Bapak berangkat ke Jakarta. Sengaja kami memilih malam-malam agar nggak terlalu macet. Panitia sudah menyediakan kamar hotel di Grand Cemara untuk kami supaya gue nggak terlambat untuk penjurian besok pagi. Sepanjang perjalanan Bapak dan Ibu penasaran berat kenapa gue bisa jadi finalis KNG. "Kapan daftarnya?", "Kok nggak bilang-bilang?" daaaan seterusnya. Padahal gue juga sama bingungnya dengan mereka. Gue happy dan bersyukur, of course. Tapi juga deg-degan karena ketika membaca profile finalis lain, semuanya sudah hebat-hebat :'D

Kartini Next Genaration Award ini adalah event bergengsi tahunan yang diadakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika yang diselenggarakan bersama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Ini adalah sebagai bentuk apresiasi pemerintah kepada kaum perempuan di Indonesia yang telah berhasil memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di berbagai bidang baik untuk peningkatan kapasitas, pengetahuan, e-literasi maupun kesejahteraan di masyarakat. 
Dan tema tahun ini adalah "Woman as a Driver of Progress”, yaitu penghargaan untuk perempuan-perempuan Indonesia yang telah memberikan kontribusi nyata berupa kepemimpinan, keteladanan serta upaya tertentu yang mendorong terjadinya perbaikan kualitas dan kemajuan di lingkungannya secara konsisten serta memberikan dampak positif bagi banyak orang dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Wow banget, kan? Gue sampai nggak mau ingat-ingat selama di mobil. Takutnya malah nervous terus nangis, hahaha.

Perjalanan terbilang sangat lancar. Kami hanya berhenti 1 kali di rest area untuk makan dan peregangan sana-sini supaya nggak pegal, lalu dilanjutkan kembali. Yang lucu justru ketika hampir sampai, kami salah masuk hotel karena namanya mirip. Harusnya Grand Cemara, tapi malah ke Hotel Cemara. Padahal kami sudah menunggu beberapa menit lho karena mbak resepsionisnya sedang sibuk. Rupanya sebelum kami sudah ada beberapa finalis yang juga salah hotel, hahaha.

Sebelum makan malam :)

Sudah pakai outfit nyaman untuk tidur di mobil, hihihi.

Syukurlah jaraknya ternyata nggak terlalu jauh. Kurang dari 10 menit kami sudah tiba di hotel yang benar. Finalis dan panitia lain nampaknya sudah beristirahat. Jadi tinggal gue dan orang tua gue lah yang berlalu-lalang di lobby. Karena sudah larut kami langsung ganti baju dan naik ke atas tempat tidur. Tapi gue dan Bapak nggak langsung istirahat lho, kami berlatih dulu untuk presentasi di penjurian besok paginya. Gue sampai tertawa-tawa kencang (mudah-mudahan nggak mengganggu tamu lain, ya, lol) karena Bapak berpura-pura menjadi juri. Tapi tentu saja pertanyaannya banyak yang nggak serius, hahaha.

Syukurlah kami dapat twin bed room, jadi gue bisa tidur sendirian :D

Ini Onci, boneka yang selalu ikut sama gue sejak usia 8 tahun :)

Haish si Bapak, hahaha.

Berlatih presentasi menggunakan flash cards. Thank you so much untuk Irfan yang bantuin bikin ini 1 malam sebelumnya:'D



20 April 2015

Pakai dress batik rangrang desain gue dan buatan Ibu :)

Rupanya gue jadi salah satu finalis yang datangnya paling cepat, hahaha. Waktu gue dan orang tua tiba di Gedung BPTT Thamrin suasana masih sepi. Kami 1 lift dengan Ibu Dewi Motik yang juga kebingungan dengan senyapnya suasana (hiiiiiii...). Beliau rupanya sebagai juri untuk kelompok A, sedangkan gue sendiri berada di kelompok B. Karena sepinya gedung kami sempat beberapa kali salah masuk, syukurlah di lantai 3 tanda-tanda kehidupan mulai muncul. Ada beberapa panitia yang sedang mempersiapkan acara penjurian. 

Bersama Nadhira, sama-sama dari Bandung dan sama-sama tahu mendadak :D

Sebagian finalis Kartini Next Generation Award 2015 :)

Nggak lama kemudian finalis lain mulai tiba satu persatu. Gue jadi satu-satunya yang didampingi orang tua, karena rupanya finalis lain nggak tahu kalau boleh ditemani oleh pendamping. Jadi para suami dan keluarga malah menunggu di luar. Bapak dan Ibu jadi agak canggung karena di ruangan hanya ada finalis, juri dan panitia, tapi gue tetap meminta mereka untuk stay supaya perasaan gue lebih tenang :D Tapi lama-lama gue membiarkan Ibu dan Bapak berjalan-jalan karena suasana semakin hangat. Para finalis sudah mulai saling mengobrol seru. Gue bahkan langsung menemukan teman. Namanya Nadhira, ia juga finalis asal Bandung yang berhasil mengolah garam mentah berkualitas asli Indonesia (tuh kah hebat)

Kami dari berbagai daerah di Indonesia! Sebenarnya ada seorang finalis lagi tapi ia tinggal di Amerika.

Para juri yang baik-baik, hihihi.

Sebelum penjurian dimulai diadakan dulu doa bersama dan beberapa pidato. Rasanya hati ini jadi penuh haru... Nggak menyangka saja kalau gue ternyata menjadi salah 1 dari 22 perempuan Indonesia yang terpilih menjadi finalis. Apalagi waktu kami bernyanyi lagu Indonesia Raya, langsung semi-semi menangis (hihihi, nggak mau ngaku nangis).
Somehow hati gue lebih tenang, mungkin karena semalam telah berlatih bersama Bapak. Jadi waktu diberi tahu bahwa gue adalah peserta pertama yang dipanggil untuk penjurian (iya, PERTAMA), gue langsung melangkah dengan mantap ke depan para juri.

Setelah menyapa para juri (Septiana Tangkary, Jetti R. Hadi, Sri Safitri, Ashwin Sasongko, Sigit Widodo, Carlia Isneniwati, Gemala Hatta) gue langsung mengeluarkan setumpuk flash cards dari dalam tas. Iya, gue nggak pakai power point atau semacamnya. Meskipun judulnya memanfaatkan TIK, buat gue kalau bertemu langsung lebih baik sampaikan secara konvensional, supaya lebih akrab :) Dengan senyum yang (diusahakan) percaya diri gue mulai pun memulai presentasi; "Pada suatu hari, seorang laki-laki dan perempuan saling jatuh cinta..."

Sedang mendongeng di hadapan juri :)

Yup, gue mendongeng di hadapan juri. Itu bukan karena ingin unik atau berbeda, tapi ini yang ternyaman untuk gue lakukan. Gue sempat menjadi lead teacher di preschool dan sangat menikmati story telling, jadi kenapa nggak gue gunakan sekarang? 
Cerita gue dimulai dengan Ibu dan Bapak yang saling jatuh cinta, lalu mempunyai seorang anak perempuan, yaitu gue. Ketika remaja gue divonis mengidap scoliosis oleh dokter dan gue pun merasa sedih. Tapi Ibu dan Bapak selalu mendukung dan percaya dengan kemampuan gue. Ditambah gue berkenalan, seorang ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) yang sangat suportif, semakin bertambahlah percaya diri gue. Di situ gue menyimpulkan bahwa kasih sayang ternyata bisa membuat seseorang menjadi kuat. Setelah Mika meninggal, gue mulai membagi kisah-kisah gue di internet. Tadinya hanya untuk mencurahkan perasaan, tapi ternyata banyak pembaca yang merasa "nggak sendirian" atau "terwakili" dengan cerita gue. Kasih sayang ternyata nggak perlu langsung bertemu dengan internet pun kita bisa berbagi, dan... gue rasa teman-teman sudah tahu dengan sisa kisah gue, kan :)

Karya-karya gue. Gue juga bercerita bahwa lewat internet gue bertemu dengan banyak orang hebat :)

Gue amaze karena para juri excited dengan presentasi gue, sampai-sampai waktu 30 menit pun ngggak terasa. Mereka bertanya banyak hal, termasuk visi dan misi ke depan gue dalam bidang kesehatan khususnya scoliosis dan HIV/AIDS. Yang menarik Ibu Gemala Hatta (beliau adalah salah satu putri Bung Hatta) memberikan gue pesan yang sangat berharga. Katanya gue harus mengajak scolioser lain untuk berkarya. Gue jangan berhenti membuat buku, ceritanya boleh apa saja tapi selipkan pesan-pesan tentang kesehatan. Katanya di Indonesia banyak pengidap scoliosis yang belum "terdaftar" karena scolioser banyak yang pengetahuannya masih minim. Aduh, gue terharu sekali... Dan yang bikin gue bahagia, seluruh juri baiknya minta ampun, mereka ramah dan bersahaja. Gue sudah lupa dengan perasaan ingin muntah, deh, hehehe. 

Begitu keluar ruangan wajah gue dan orang tua gue langsung sumringah. Legaaa :D


Masih 20 April 2015, siang hari

Karena menjadi peserta pertama yang melewati proses penjurian, gue pun diizinkan untuk pulang terlebih dulu. Gue dan orang tua putuskan untuk kembali ke Bandung karena masih harus bersiap-siap untuk hari penobatan lusa.  Hati gue lega bukan main, sepanjang perjalanan pulang bibir gue terus tersenyum. Bukan hanya karena bisa menjadi finaslis KNG 2015 yang membuat gue bangga, tapi gue juga bangga karena bisa mengalahkan rasa takut untuk melakukan sesuatu yang baru.
Ibu dan Bapak nggak henti-hentinya memuji gue, katanya mereka bangga mempunyai putri seperti gue. Uh, kalau saja gue nggak malu-malu kucing sudah nangis bombay nih pasti, hehehe.

Di perjalanan pulang gue ketiduran, waktu buka mata sudah di rest area :D

Ih, belum mandi dari kemarin, hahaha :D

Bapak dan Ibu, katanya beliau bangga sama gue. Thank God... :)

Gue masuk sebagai finalis dalam bidang "Kesehatan dan Lingkungan Hidup". Masih banyak yang harus gue pelajari, pengalaman gue masih imut ---seimut ukuran sepatu gue, hehehe. Menjadi finalis KNG mudah-mudahan semakin memantapkan langkah gue ke depan, karena hal besar tentu dimulai dari hal kecil. Terima kasih kepada Tuhan YME atas semua berkah yang telah (dan akan) Ia diberikan. Kepada Ibu, Bapak, keluarga, Ray, juga teman-teman termasuk teman-teman di blog ini. Waktu penjurian gue juga bercerita tentang kalian, lho. I'm blessed to have you, guys! Sampai bertemu di post report gue tentang hari penobatan. See ya! :)

blessed daughter,

Indi

Kamis, 23 April 2015

Kulit Keringku Akhirnya Ada Tandingannya! (JAFRA Review)


Namanya sih sudah sering dengar, katanya yang pakai juga sudah banyak tapi aku sama sekali belum pernah coba. JAFRA, brand yang belakangan sering disebut teman-teman di kontak BBM akhirnya membuatku penasaran. Sebagai bukan pengguna kosmetik berat (hehehe, pakai bedak dan lip gloss buatku=dandan) biasanya aku cuek jika ada yang menawari. Tapi dengan banyaknya review yang kubaca, akhirnya jadi tertarik mencoba :D

Sebelum sempat membeli, eh tiba-tiba saja Yui (teman) bilang mau mengirimiku produk JAFRA. Jelas aku langsung nyengir lebar. Kok dia kaya bisa baca pikiranku, ya? Hehehe. Karena Yui tahu kalau aku nggak pernah pakai makeup, ia menawariku produk perawatan kulit. Wah, aku baru tahu kalau ternyata bukan hanya ada kosmetik, tapi JAFRA juga ada produk face-body care dan juga parfumnya. Setelah bertanya-tanya singkat, akhirnya aku setuju untuk dikirimi Royal Olive Body Lotion.



Sebagai penggemar lotion (yup, kulit tubuhku sensitif dan kering), aku sudah pernah mencoba berbagai macam brand dan jenis. Kesan pertamaku ketika mencoba Royal Olive Body Lotion; aromanya haruuuum sekali. Menenangkan sekaligus mewah. Kulitku juga terasa lembap waktu pertama kali mengoleskan lotionnya. Tapi itu waktu yang terlalu dini untuk memberikan penilaian, jadi aku menggunakan dulu Royal Olive Body Lotion hingga habis setengahnya baru menulis review ini ;)

Beberapa hari pemakaian kulitku terasa lebih lembap, terutama di bagian sikut dan lengan atas. Well, terkadang memang harus diulang beberapa kali sehari agar lembapnya lebih tahan lama, tapi menurutku sih wajar-wajar saja karena bisa saja lotionnya hilang karena aktivitas sehari-hari. Ketika penjurian Kartini Next Generation pun aku membawa lotion ini untuk bekal menginap di hotel. Jakarta cuacanya puaaanaaaas, dan Royal Olive Body Lotion bisa membuat kulitku terasa lebih sejuk.



Over all aku suka dengan produk ini, soalnya terasa nyaman bahkan untuk di kulit super sensitif sepertiku. Menurut Yui semua produk JAFRA memang aman untuk orang sepertiku juga ibu hamil dan menyusui. Apalagi bebas alkohol, pork dan nggak diuji cobakan pada hewan. Bikin makin tenang pakainya, hehehe. Kalau satu botol lotion ini sudah habis, sepertinya aku akan membeli sendiri produk ini, soalnya untuk menemukan produk yang cocok untukku memang agak sulit.

Kalau teman-teman tertarik dengan Royal Olive Body Lotion dan produk JAFRA lainnya (kosmetik dan parfum) bisa whatsapp atau Line Yui di 08997571234 atau BBM ke 75E55848 untuk pertanyaan dan pemesanan. 
By the way, salah satu alasan kenapa aku nggak tertarik dengan makeup adalah kulitku yang sensitif. Tapi berhubung JAFRA produk yang aman, mungkin aku akan mulai sedikit berdandan.... Hmm, let's see! :p

loveyourskin,

Indi

 ___________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Selasa, 21 April 2015

Cerita Shooting "Majalah Pagi" TV One ala Indi :p

Tanggal 18 April 2015 lalu rumah gue ---well, rumah orang tua gue sih sebenarnya, hehehe--- kedatangan tamu istimewa. Mereka adalah kru "Majalah Pagi" dari TV One. Sekitar 2 minggu sebelumnya mereka sudah menghubungi Ray untuk meminta izin meliput kegiatan gue sehari-hari. Tentu saja dengan senang hati gue setuju, asalkan Eris boleh ikut shooting :p *just kidding*

Sekitar jam 1 siang mereka tiba dan langsung menjelaskan pada gue konsepnya. Gue akan muncul pada sebuah segmen yang berisi kegiatan gue ditambah wawancara singkat. Setelah gue mengerti dan kami deal (yes, gue memang "agak" cerewet kalau masalah isi liputan, hehehe) shooting pun langsung dimulai, ---tepat ketika matahari sedang terik-teriknya! :'D

Yang pertama diambil adalah scene gue sedang menulis novel. Well, gue memang sedang mengerjakan novel baru, tapi kalau diminta menulis sungguh-sungguh dengan kamera di belakang gue ya agak sulit karena merasa diawasi. Ini seperti deja vu karena beberapa tahun lalu pernah ada stasiun TV yang meliput gue ketika sedang menulis novel ketiga. Waktu itu gue cuma nulis random dan berharap cameraman nggak iseng zoom in tulisan gue. Nah gue berharap hal yang sama juga sekarang :p

Selanjutnya adalah scene 'membalas pesan-pesan pembaca'. Gue membuka Facebook, Twitter, YouTube dan tentu saja dunia kecil gue ini :) Saking asyiknya gue sampai minta waktu lebih karena masih mengetik balasan di YouTube, hehehe. Karena shooting dilakukan di dalam rumah keringat gue jadi sering menetes, apalagi cuaca sedang terik dan ditambah lampu sorot. Meski begitu gue bersyukur karena kru-nya menyenangkan.

Berhubung bertepatan (eh, lewat dikit, ding) dengan waktunya makan siang, jadi scene "kumpul keluarga" mengambil setting di ruang makan ketika gue, Ibu dan Bapak sedang makan. Lucunya, setelah gambar yang diperlukan terpenuhi Ibu dan Bapak memilih untuk melanjutkan makan sementara gue kembali shooting. "Sayang kalau cuma acting," begitu kata Bapak, hehehe.


Di sela-sela shooting Om cameraman mengambil gambar dari karya-karya gue (buku-buku dan film) juga sertifikat dan penghargaan yang pernah gue terima. Aduh, jumlahnya tentu belum banyak. Tapi gue merasa senang karena apa yang gue kerjakan mendapatkan apresiasi :)


Gue juga meminta bantuan Ibu sebentar untuk menemani gue di scene "mendesain baju". Hehehe, Ibu semangat sekali, sampai-sampai lupa kalau yang diliput adalah kegiatan gue, bukan beliau. Tapi nggak apa-apa, gue malah senang dan sepertinya malah membuat segmen ini semakin berwarna :D 


Ini juga jadi kali pertama permainan ukulele gue muncul di TV. Senang sekaligus ragu, soalnya jari-jari tangan kanan gue sedang terluka, kulitnya terkelupas dan berdarah lumayan banyak. Baru satu hari kemarin kering, jadi gue sama sekali nggak latihan karena masih sakit untuk dipakai strumming. Tapi gue pikir ini kesempatan bagus. Jadi dengan suara gue yang seadanya (kok mendadak nervous? Lol) dan mengandalkan jari telunjuk, jadilah my very first ukulele's performance on TV :p




Video behind the scene permainan ukulele gue bisa dilihat di sini:

Diakhiri dengan wawancara singkat di ruang tamu, tibalah scene puncak yang sangat gue tunggu-tunggu, yaitu jalan-jalan dengan Eris, hahahaha :D Ini sih sebenarnya request spesial dari gue. Sebelumnya gue sudah bilang sama Ray kalau ketika diliput nanti gue ingin ada Eris di salah satu scene. Thank God dikabulkan :'D Karena sudah menjelang magrib jadi jalan-jalan dilakukan dengan singkat. Meski begitu 'aksi' Eris tetap banyak, dari mulai makan rumput sampai peluk (baca: tabrak) kru Majalah Pagi satu persatu, hehehe. Fans Eris, alias bocah-bocah yang sering main sore di sekitar komplek pun ambil bagian di scene ini, soalnya mereka sibuk banget panggil-panggil Eris jadi mending diajak sekalian :D




Thank God prosesnya berjalan lancar dari awal sampai akhir. Meski sempat terik tapi ketika shooting di luar rumah justru cuaca berubah sejuk (menuju mendung, hehehe). Gue juga senang dan bersyukur karena diberikan kembali kesempatan untuk berbagi kisah. Semoga dengan segmen gue yang super singkat ini bisa memberikan gambaran tentang kehidupan gue sebagai penulis, pet lover, desainer, ---yang juga seorang scolioser. Bahwa kelainan atau penyakit apapun jangan sampai dijadikan sebuah 'label'. Kita semua istimewa, just the way we are! ;)

the uke girl on tv, lol,

Indi

Ps: Gue belum diberitahu kapan tayangnya. Nanti kalau sudah pasti akan gue kabari di sini. Oh iya, gue terpilih sebagai finalis Kartini Next Generation 2015. Malam penganugerahan dilaksanakan pada tanggal 22 April 2015 di Gedung BPTT Thamrin Jakarta jam 1 siang. Kalau mau mampir boleh, ---atau untuk yang jauh mohon doanya, ya :))




 _______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469


Senin, 13 April 2015

Beruntung

Howdy doooo, bloggieeees? Semoga semuanya dalam keadaan baik, ya. Di Bandung sedang musim hujan, bikin betah buat snuggling di tempat tidur sambil nonton DVD, hihihi. Eh, tapi petirnya cukup bikin seram, apalagi di tengah hari, waktu banyak orang beraktivitas di luar ruangan. Semoga kita semua terlindung dari bahaya, ya. Jangan lupa payung atau jas hujan dan jauhi sesuatu yang rawan rubuh jika sedang di luar ;)

Musim hujan juga bikin gue dan Eris, si golden retriever imut lebih sering beraktivitas di rumah. Meski hujannya di siang hari terkadang masih ada rintik-rintik hujan sampai sore, kalau pun reda jalanan bisa dipastikan becek. Sesekali sih gue dan Eris tetap jalan-jalan sore, tapi gue batasi, paling 2 kali saja seminggu. Soalnya Eris kalau jalan senangnya pilih-pilih yang ada kubangan airnya, hahaha. Di rumah gue usahakan Eris tetap aktif, kami main lempar tangkap atau sekedar kejar-kejaran di garasi. Pokoknya jangan sampai Eris terlalu banyak diam, karena kalau Eris banyak bergerak = olah raga gratis nan menyenangkan untuk gue, hahaha. Lucunya Eris selalu “minta” dipakaikan baju kalau main main, ---termasuk main di rumah! Gue nggak tahu kenapa ia senang sekali dressed up sementara kebanyakan anjing lain menolak kalau didandani. Yang pasti gue jadi semakin gemas dengan Eris dan langsung mengabadikan gambarnya di kamera gue :)

Main di halaman sekaligus roleplay jadi kelinci, hihihi :)

Koleksi foto Eris banyak sekali tersimpan di memory kamera dan handphone gue. Nggak jarang gue menjadikannya display picture untuk akun BBM dan whatsapp. Sampai-sampai teman-teman gue menyangka Eris yang membalas jika mereka sedang BBM-an dengan gue, hahaha (masa iya anjing bisa bisa ngetik pakai paws nya yang mirip tangan Doraemon, lol). Pemilik lama Eris, yang juga berteman dengan gue di BBM sering memberi komentar jika gue memajang foto baru Eris. Kadang sekedar candaan jika melihat Eris sedang berekspresi konyol, atau bertanya tentang kabar anjing yang dulu tinggal di Jakarta bersamanya itu. Tapi yang paling sering adalah ia mengucap syukur karena Eris dirawat oleh gue. Katanya Eris adalah “Lucky Dog”...


Jika gue ditanya tentang asal usul Eris dan menjawab bahwa Eris adalah anjing yang diberikan secara cuma-cuma, biasanya orang langsung berasumsi negatif tentang alasan mengapa Eris diberikan. Ya, sebagai orang yang aktif di grup penyanyang hewan gue juga mengerti, karena banyak sekali kasus orang yang menghibahkan hewan peliharaannya karena sudah tak sanggup mengurus atau malah (ini yang paling buruk) bosan. Tapi Eris berbeda. Sejak lahir ia dikelilingi oleh orang-orang yang menyambutnya dengan suka cita dan penuh cinta. Segala keperluannya terpenuhi dengan sangat baik. Ia tinggal di rumah dengan halaman yang sangat luas dilengkapi dengan kolam renang yang bisa ia pakai kapanpun. Dan yang terpenting ia mendapatkan kasih sayang yang tulus setiap hari. Alasan mengapa Eris diberikan kepada gue murni karena kebaikan hati dan feeling bahwa secara mental gue lebih membutuhkan Eris daripada siapapun, ---termasuk pemiliknya yang telah merawat Eris sejak hari pertamanya hadir ke dunia.


Gue merasa nggak enak setiap kali pemilik lama Eris memanggilnya dengan sebutan “Lucky Dog”, karena menurut gue yang beruntung justru gue karena bisa bersahabat dengannya selama hampir 6 tahun belakangan ini. Eris sudah merubah hidup gue menjadi lebih baik. Bersama Eris saat gue sedang bahagia maka kebahagiaan gue akan berkali-kali lipat. Dan saat sedang bersedih hati gue lebih cepat terobati karena merasa nggak pernah sendirian. Eris bahkan turut berperan dengan kehadiran gue sampai saat ini. Well, gue tahu ini berkat Tuhan, tapi  Eris yang menjadi salah satu jalannya. Lewat penciumannya Eris pernah menemukan sebuah tumor besar di payudara gue. Tanpanya tumor gue mungkin memburuk karena butuh waktu lebih lama untuk terdeteksi. Jadi literally Eris telah menyelamatkan nyawa gue... Jelas sekali gue lah yang beruntung.


Tapi pemilik lamanya tetap bersikeras bahwa Eris adalah “Lucky Dog”. Katanya Eris beruntung karena bertemu gue. Ia bisa melihat raut bahagia Eris dari foto-foto yang gue ambil. “Wajahnya selalu tersenyum,” begitu katanya. Ia yakin gue menyayangi Eris dengan tulus dan itu artinya Eris sama sekali nggak berkekurangan ---meskipun tanpa kolam renang dan mainan yang banyak.
Well... sepertinya adil jika sekarang gue sebut bahwa gue dan Eris sama-sama beruntung. Karena gue yakin Eris juga menyayangi gue dengan tulus :)

Lucky girl,

Indi

Nb:
Tanggal 18 April 2015 nanti gue akan shooting taping untuk program Majalah Pagi TV One. Doakan berjalan lancar, ya. Dan of course, gue pasti akan usahakan Eris untuk ikut muncul :p

 _______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Jumat, 03 April 2015

Support Indi ke Surabaya! :)



Banyak berkah yang gue dapat sebagai penulis, salah satunya adalah bisa pergi ke tempat-tempat baru. Baik itu di luar kota, pulau atau negeri. Kalau saja gue nggak terjun ke dunia menulis mungkin tempat paling jauh yang gue kunjungi cuma warung di sebrang rumah. Itu pun wajib dengan ditemani Eris, anjing kesayangan gue, hehehe (kiddiiiiiing). Itu karena gue tipe orang yang lebih nyaman di rumah, sampai bekerja pun lebih senang di dalam kamar.  Tapi semakin lama gue semakin terbiasa dan excited, apalagi kalau diundang ke tempat yang sudah lama gue impikan.

Seperti beberapa bulan lalu ketika gue mendapat kabar akan diundang ke Surabaya rasanya super excited. Karena setiap kali mengadakan event meet and greet, banyak teman-teman pembaca di Surabaya yang bertanya kapan gue akan berkunjung ke kota mereka. Biasanya gue akan menjawab, "Mudah-mudahan secepatnya dapat undangan ke sana." Nah, sekarang akhirnya doa gue jadi kenyataan! 

Bulan Mei 2015 nanti gue diundang oleh Universitas Widya Mandala untuk sharing di sana. Serunya acara ini terbuka untuk umum dan gratis. Nanti nggak hanya ada meet and greet, tapi sekaligus nonton bareng film Mika dan mendapatkan pengetahuan tentang HIV/AIDS dari LSM (gue belum dapat namanya) di Surabaya. Pokoknya dijamin seru dan bermanfaat.
Syarat ikutannya juga mudah, tinggal follow akun twitter @IndisFriendsSBY, dan dari sana akan diberitahu infomasi lengkapnya dari mulai tanggal, tempat dan susunan acaranya. Kalau mau memberi saran juga bisa langsung mention ke sana :D



Gue harap kunjungan pertama ke Surbaya ini berjalan lancar. Dan untuk teman-teman yang di luar Surabaya tetap support gue dengan cara follow @IndisFriendsSBY (atau bisa ke akun gue @missbabbitt), ya. Semoga akan ada tempat-tempat lain yang akan gue kunjungi. Karena bisa bertemu dengan teman-teman pembaca (dan teman-teman baru) juga merupakan berkah yang indah untuk gue. Sampai bertemu! ;)

cheers,

Indi

 _______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469