Tampilkan postingan dengan label Event Indi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Event Indi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 28 Desember 2019

Tulisan Pendek di Akhir Tahun 2019 :)

Nggak terasa tahun 2019 akan segera berakhir. --- Well, at least buatku begitu, nggak terasa. Dibandingkan dengan tahun kemarin, tahun ini terasa sangat cepat buatku. Rasanya baru kemarin aku main kembang api di halaman rumah ortuku sama keponakan, eh tahu-tahu sekarang ada di sini, lagi nulis di rumahku sendiri sambil minum soda yang sudah flat, hahaha. Tahun 2019 adalah tahun yang baik buatku, dalam artian ada momen-momen menyenangkan tapi ada juga momen-momen yang.... begitulah, yang nggak bisa dibilang buruk tapi juga nggak bisa dibilang bagus. Ulang tahun pernikahan yang pertama adalah salah satu momen menyenangkan dan nggak terlupakan. Aku belum sempat menceritakannya di sini (---mungkin nanti). Juga waktu untuk pertama kalinya menjadi juara 3 di kontes musik, yang buatku "luar biasa" karena sebelumnya hanya sampai 100 besar saja, hahaha. Dulu, aku selalu nggak sabar untuk berbagi cerita di sini, apapun akan aku share dengan cepat. Tapi sekarang berbeda, dan aku rasa perubahan ini adalah proses pendewasaanku di tahun 2019.

Kalau sudah menikah hidup akan berubah, begitu kata teman-teman. Ada yang sibuk menjadi ibu rumah tangga, ada yang sibuk menjadi ibu baru, ada yang sibuk mengurus keuangan rumah tangga, dan lain sebagainya... Tapi aku nggak setuju. ---Bukan berarti teman-teman aku salah, tapi setiap pernikahan itu berbeda. Apa yang aku alami belum tentu sama dengan mereka, begitu juga sebaliknya. Aku masih tetap aku, dengan rutinitas yang sama. Meski berumah tangga terpisah dari orangtua sejak bulan keenam menikah, aku dan Shane nggak mendadak menjelma jadi "ibu-ibu" dan "bapak-bapak". Kami tetap act like a best friend. Aku tetap hangout bersama teman-teman perempuan, Shane pun bisa berjam-jam menghabiskan waktu dengan bermain musik dan kami tetap sama-sama happy :) Kami nggak pernah dipusingkan dengan "kata orang" tentang apa dan bagaimana pernikahan itu seharusnya. Buat kami nggak ada benar nggak ada salah. Jalani saja semua dengan santai (dan bertanggung jawab). Karena pernikahan seharusnya fun, dan kami bersyukur bisa mengalaminya.

Tapi aku tetap "berubah", dan itu bukan kerena pernikahan. Aku hanya menjadi dewasa, as simple as that. Shane (atau siapapun) nggak pernah melarang atau memintaku melakukan sesuatu. Aku boleh pakai tato di wajah kalau mau, atau nggak mandi satu minggu tanpa alasan, hahaha. Semakin bertambah usia, semakin aku berpikir sebelum melakukan sesuatu. Dulu aku adalah orang yang sangat vocal dalam mengemukakan pendapat, hampir setiap hari aku menulis di status Facebook. Ada keenngaknyamanan sedikit saja aku pasti langsung share. It's not a bad thing, tapi sekarang aku lebih berhati-hati dengan dampaknya. Sebisa mungkin aku menghindari agar nggak ada yang merasa tersinggung, atau malah aku yang terkena masalah. Aku berusaha mengerem agar nggak over share. Punya gadget baru, habis makan di restoran fancy, difollow sama idola memang "keren". Tapi aku merasa nggak perlu update puluhan foto dan menulis status panjang lebar buat menceritakan itu semua. Bukan berarti aku stop berbagi, hanya membatasi. Aku sendiri senang banget kok baca cerita atau lihat-lihat foto teman-temanku. Melihat orang lain bahagia kan bikin ikut bahagia. Jadi nggak ada yang salah dengan berbagi pengalaman dalam bentuk tulisan atau foto :)

Kita memang nggak punya mesin waktu, nggak bisa bolak-balik buat melihat apa yang terjadi sama kita kalau kita ubah skenario hidup dari A ke B seperti buku Goosebumps zaman dulu (hayo ada 90's babies atau kids nggak di sini? haha). Jadi aku nggak bisa tahu apa yang terjadi seandainya sekarang aku belum menikah. Tapi bukan berarti tanpa pernikahan aku nggak akan "berubah". Nggak ada yang bisa menghalangi seseorang dari proses pendewasaan terkecuali pikirannya sendiri. Intinya, perubahan status bukan berarti membuat seseorang otomatis menjadi dewasa. Aku bisa saja sedang duduk di sebelah Steven Tyler sekarang, di penerbangan kelas utama tapi kalau aku "memilih" untuk stuck, ya aku nggak akan dewasa.
Well, anyway sebenarnya inti dari post aku kali ini cuma mau mengucapkan selamat hari Natal dan tahun baru, kok, entah kenapa jadi panjang lebar, hahaha. Nggak apa-apa ya sekedar berbagi, lagipula aku rindu "ngobrol" sama kalian (haloooo readers) karena cukup lama nggak menulis di sini.


Outfit Christmas kompakan sama Ali, dibuatkan oleh Ibu :)

Sama Shane juga kompakan dong! :D


Oh iya, aku juga punya kabar yang mungkin saja bermanfaat buat teman-teman yang belum tahu mau kemana buat liburan akhir tahun. Di 4 kota di Indonesia; Bandung, Jakarta, Surabaya dan Yogyakarta sedang ada event "Out of the Boox", lho. Di sana kita bisa membeli buku-buku dari segala macam genre, lokal dan internasional dengan diskon sampai 90%! Keren banget, kan. Event ini diadakan sampai tanggal 30 Desember 2019. Jadi kalau mau beli buku buat kado tahun baru masih bisa banget! Pssst, novelku "Waktu Aku sama Mika" juga ada di sana. Boleh banget dijadiin kado, atau buat koleksi jaga-jaga kalau yang satunya lecek :p Buat lokasi di masing-masing kota bisa dilihat di gambar ya (silakan googling kalau bingung dengan alamat lengkapnya). Dimulai dari pukul 9.00 sampai 21.00 WIB, ---khusus di Surabaya sampai pukul 21.30 WIB! Besok rencananya aku dan Shane juga mau ke "Out of the Boox" yang di Bandung. Mau beli buku buat stock liburan, maklum sedang mager maksimal malas kemana-mana mending baca buku, hahaha. 




Sekali lagi, Merry Christmas and Happy New Year, ya. Semoga di tahun 2020 segalanya menjadi lebih baik buat kita semua, dan semua rencana yang tertunda bisa terealisasi. Amin.

Sekian tulisan singkatku yang campur aduk kali ini. Soda flatku sudah habis jadi sekarang mau tidur dulu. Eh, besok ada yang mau ke "Out of the Boox" juga kah? Siapa tahu kita bertemu ;)


yang sedang dalam proses menjadi dewasa,

Indi




------------------------------------------------------------------------
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact: namaku_indikecil@yahoo.com

Rabu, 08 Agustus 2018

Bermain Ukulele dan Menjadi MC di Pet Festival :)

Kalau ada tawaran untuk dapat pengalaman baru rasanya selalu campur aduk, antara semangat pengen coba sama ragu takut nggak bisa, hehehe. Jujur, meski aku hobi banget nyemangatin orang buat mencoba hal baru tapi sebenarnya aku sendiri nggak sepemberani itu :p Kadang aku takut duluan dan menolak, dan kadang (---nah ini nih yang parah banget) aku malah "menggantung jawaban", nggak nolak tapi pas hari H langsung kabur, hahaha. Belakangan aku sedang berusaha mengurangi sifat tak terpuji itu (lol), sebisa mungkin aku mencoba tantangan baru dan kalau nggak sanggup aku harus tegas. Sehabis Lebaran kemarin aku dapat tawaran mengisi acara di Pet Festival Bekasi. Lucunya aku sudah menanti-nanti tawaran ini, tapi pas beneran dapat ternyata deg-degan juga, haha. Maklum tawarannya benar-benar "ajaib", aku diminta menjadi MC sekaligus membawakan beberapa lagu. Padahal tahu sendiri kan kalau aku ini penulis...

Yang paling semangat mendukungku buat mengambil tawaran ini Bapak, padahal jarak Bandung-Bekasi cukup jauh dan beliau lah yang akan menyetir. Katanya kalau ditolak aku nggak akan tahu rasanya bernyanyi dan bermain ukulele di atas panggung sungguhan. Iya, "sungguhan" karena pengalamanku nyanyi di panggung cuma di acara preschool yang ditonton bocah-bocah, dan di panggung audisi acara bakat yang baru masuk 100 besar aku langsung gugur, hahaha. Alasan lain mengapa PD ku jadi meningkat adalah adanya Shane, pacarku. Masih dari idenya Bapak, katanya kalau aku "macet" di panggung Shane bisa nutupin dengan gitarnya. Well, ide bagus karena permainan ukuleleku masih terbatas. Dan aku pikir bakal fun kalau kami melakukan sesuatu bersama-sama. 

Acaranya diadakan di South Lake Park, Mutiara Gading City Bekasi dari tanggal 23 sampai 24 Juni 2018. Pas macet-macetnya karena masih libur Lebaran. Sempat dilema juga sih karena kalau bolak-balik kasihan Bapak yang menyetir. Dan lagi acaranya sampai sore, kalau pulang dulu bisa-bisa keburu pagi dan kami kapan tidurnya dong, hahaha. Untung akhirnya Mas Wiweko dari Animals Lovers yang mengundangku bersedia menyediakan hotel. Soal gimana caranya 1 kamar muat 3 orang biarlah kami pikir belakangan. Yang penting aku sudah tahu gambaran acaranya dan apa saja yang harus dilakukan di sana. Less deg-degan, ---dan berhubung susah mencari waktu untuk latihan berdua Shane di rumah, kami putuskan untuk berlatih di mobil saja, di perjalanan nanti.

Lokasi acaranya di tepi danau. Asyik, ya? Jadi pengen nyebur, hehehe.

23 Juni 2018
Meski tahu harus bangun sangat awal tapi aku dan Shane masih saja nekat bergadang yang berakhir naas karena kami nyaris nggak tidur semalaman (lol). Suasana libur Lebaran masih masih sangat kuat, rasanya nggak rela kalau harus dilewatkan. Aku pikir biar nanti saja tidur di mobil, berhubung perjalanan cukup memakan waktu. Jadi rencananya setengah perjalanan untuk tidur dan setengah lagi untuk berlatih. Tapi rupanya rencana tinggal rencana. Kami nyasar sampai berkali-kali dan sempat hampir menyerah karena meski dibantu Google map tetap saja berputar di tempat yang sama :( Syukurlah titik cerah akhirnya justru datang dari Alfamart, hahaha. Bukan dari Alfamart nya sih, tapi kami punya ide konyol untuk berhenti di setiap cabang yang ditemui dan bertanya dengan siapapun yang kami temui di sana. Hasilnya rupanya lebih akurat dari Google map. Bahkan ibu-ibu yang terakhir kami temui memberi arahannya detaiiiiiiil sekali, sampai kami takjub! :D

Kami tiba tepat waktu dan langsung disambut oleh matahari yang sangat terik meskipun masih pagi. Lokasinya di area terbuka, di tepi danau buatan yang dikelilingi wisata outdoor semacam outbound dan trampolin. Dari pintu masuk ke lokasi cukup jauh tapi bisa terdengar sayup-sayup suara MC dan musik. Oh iya, aku bukan MC utama di sana, tapi mendampingi seorang MC bernama Sandi. Awalnya aku dipasangkan dengan Gaung, tapi di detik-detik terakhir diganti karena dia harus mengurus komunitas reptilnya. Meski aku diberitahu apa-apa saja yang harus dilakukan tapi Mas Wiweko bilang sebagian besar aku harus improvisasi. Lagu yang dibawakan pun nggak bisa dipastikan harus berapa banyak karena tergantung berapa lama jeda dari satu segmen ke lainnya. Dan di sana juga sebenarnya ada home band, tapi aku diundang sebagai tamu. Aku sudah bilang sama Shane jika lagu yang kami siapkan kurang, langsung "hajar" saja dengan lagu apapun yang kami tahu. Yang penting nggak sepi, hahaha.

Dan terbukti, belum juga mulai cuap-suap sebagai MC, aku langsung diminta membawakan lagu. Aku dan Shane pun naik panggung lalu langsung diperkenalkan oleh Sandi sambil sedikit diwawancara. Sudah aku duga sih bakal ada sedikit kendala, Shane mau ditanya apapun nggak akan menjawab. Bukan karena dia jutek, tapi memang belum bisa berbahasa Indonesia, hahaha :D Untung saja Sandi sangat kocak dan luwes, suasana jadi santai. Setelah dipersilakan kami bawakan 3 buah lagu; "And I Love" nya The Beatles, "If I" nya Indi Sugar (lol) alias lagu ciptaanku, dan "One Day" yang juga ciptaanku. Eh, aku agak-agak terharu lho waktu bawakan "One Day". Pasalnya, ehm, tahun lalu di bulan yang sama aku dan Shane merekam lagu itu jauh-jauhan. Aku di Indonesia dan dia di Amerika. Siapa sangka satu tahun kemudian kami bawakan lagunya berdekatan, ---sebelahan, dan dia jadi pacarku pula :'p

Aku nggak selalu main ukulele. Ada beberapa lagu yang hanya dibawakan dengan iringan gitar Shane.



Momen bersejarah tertangkap video. Pertama kalinya aku dan Shane membawakan lagu "One Day" berdekatan, lol.

***


Konsep Pet Festival ini mengenalkan dan mengedukasi masyarakat tentang hewan. Jadi sebenarnya nggak berpusat pada hewan peliharaan saja. Di sini juga ada burung-burung yang dilindungi dari Taman Mini Indonesia Indah agar bisa dilihat lebih dekat oleh pengunjung. Komunitas yang terlibat antara lain; Animals Lovers, Expose, Paspamres, Koi, PSGB, ACI, Ahay Bird Sanctuary dan IBA. Mereka membawa hewan kesayangan dan koleksi masing-masing agar bisa berinteraksi. Pokoknya di area yang luas ini mereka tersebar, termasuk di "taman sentuh" alias di mini petting zoo. Tugasku sebagai MC (---yang masih ngos-ngosan habis nyanyi karena bukan penyanyi betulan, lol) adalah menggiring pengunjung agar nggak malu-malu. Maklum, banyak yang mengira kalau harus membeli tiket lagi untuk masuk ke area ini. Padahal gratis, cukup membeli tiket masuk South Lake Park saja dan mereka bebas berada di Pet Festival sampai acara selesai.

Burung Julang Emas. Oh my! Cantik sekali! :D

Kebanyakan pengunjung yang hadir adalah keluarga dengan anak yang masih kecil-kecil. Mereka-mereka inilah yang paling kelihatan antusias. Agar semakin menarik aku dan Sandi juga membuat kuis yang pertanyaannya gampang-gampang. Seperti nama-nama hewan dan karakternya. Yang bisa menjawab benar tentu dapat hadiah, yaitu goodie bag berisi snacks. Anak-anak sangat bersemangat, malah ada yang sampai nangis karena ingin hadiah tapi malu menjawab, hahaha. Meski kesannya sepele tapi cara ini efektif untuk mengenal karakter berbagai hewan. Jadi jika lain kali bertemu akan paham bagaimana cara menghadapinya. Terutama untuk hewan berbahaya seperti ular dan biawak. By the way, "bahaya" yang dimaksud adalah kalau kita nggak tahu cara menghandlenya, ya. Karena pada dasarnya hewan itu mempunyai insting dan meski sudah jinak kita tetap harus berhati-hati.

Di area Taman Sentuh atau Petting Zoo.


Aku, Sandi dan Gaung (yang awalnya akan menjadi partnerku).


Sandi sangat membantuku, tanpa dia mungkin suasana nggak akan ramai. Kalau aku blank dengan cepat dia mengisi kekosongan dengan jokesnya. Aku bersyukur baik Mas Wiweko maupun Sandi memaklumi karena ini adalah pengalaman pertamaku. Bahkan mereka berbaik hati mengizinkanku untuk "watch and learn", jadi nggak perlu menggintil Sandi kemana-mana tapi cukup melihat dan mempelajari untuk lain kesempatan. Cara ini cukup efektif sih, semakin lama aku jadi semakin PD dan mulai berani mengeluarkan inisiatif jokes. Nggak lucu juga nggak apa-apa deh, yang penting usaha, hahaha :p 

Sebelum acara selesai aku dan Shane membawakan 2 lagu lagi; "Here, There and Everywhere" nya The Beatles dan "The Will to Death" nya John Frusciante. Duh, akhirnya kesampaian juga impianku bawain lagunya John sang idola di depan umum, hahaha. 
Biar badan rasanya capek maksimal (---efek cuaca panas sepertinya) tapi aku lega karena saat meeting akhir penyelenggara puas dengan kesuksesan acara di hari pertama ini. Tentu aku juga menyadari belum ada apa-apanya dibanding Sandi, tapi aku janji di hari kedua akan lebih maksimal lagi :) Berhubung aku satu-satunya pengisi acara yang berasal dari luar kota jadi diizinkan untuk ke hotel duluan. Aku, Shane dan Bapak pun pamit. Hotel sudah dibooking oleh penyelenggara jadi kami (harusnya) sudah tinggal istirahat saja. Asyik! :D

Tapi Tuhan rupanya ingin kami berpetualang dulu. Lagi-lagi Google map nggak banyak membantu dan malah bikin kami berputar di tempat yang sama sampai 4 kali! Jarak South Lake Park ke Hotel Amaris cukup jauh dan ternyata di daerah sini banyak hotel dengan nama yang mirip. Jadi kalau nanya sama orang mereka kebanyakan bingung dan malah memberi arahan ke hotel yang lain :'D Waktu akhirnya tiba aku sudah nggak berbentuk, deh. Semua tas dan ukulele Shane yang gotong (padahal dia sendiri bawaannya banyak) karena buat jalan saja rasanya berat untuk menyeret kaki, hahaha. Kami langsung pesan extra bed karena di kamar hanya ada 2 tempat tidur. Tapi... ehm... ternyata mereka nggak punya extra bed, saudara-saudara!!! :')

Akhirnya diputuskan Bapak tidur di satu tempat tidur sementara aku dan Shane berjejalan di tempat tidur yang lain. Gimana caranya? Nah, ini yang bikin aku takjub sama Shane karena bisa tidur dengan posisi nggak biasa. Dia berbaring melintang dengan kaki ditekuk, hahaha (---iyes, kakiku nindihin perut dia). Kebayang nggak sih ukuran tempat tidur yang harusnya buat sendiri itu ditempati berdua? Shane bahkan sesekali tiduran di lantai untuk sekedar meluruskan kaki. Pokoknya kalau ditotal kami berdua hanya tidur 2 jam karena selain posisi nggak nyaman, kami juga kelaparan dan harus menunggu abang Gojek sampai jam 3 pagi karena restoran hotel sudah tutup. Kalau Bapak? Well, beliau sih nyenyak. Ngoroknya saja terasa getarannya sampai tempat tidur kami :D


24 Juni 2018
Meski bangun pas-pasan tapi aku dan Shane nggak ribet ataupun terburu-buru karena sudah mandi sebelum tidur. Jadi kami langsung ganti baju, sarapan dan berangkat. Latihannya sama seperti kemarin kami lakukan di perjalanan saja. Ada 2 lagu lain yang kami siapkan dan keduanya dari John Frusciante (---mimpi apa aku bisa bawain lagu idola 2 hari berturut-turut, uhuhu...). "Chances" dan "Interior Two" adalah lagu-lagu yang pernah aku bawakan sebelumnya di channel YouTube ku, jadi perfect untuk dijadikan back up songs kalau-kalau mendadak diminta. Aku merasa lebih relax sih, mungkin karena sudah lebih mengenal rutenya jadi nggak perlu ribet dengan Google map lagi. Sepanjang jalan aku, Shane dan Bapak banyak tertawa dan ini sangat aku syukuri :)

Bapak yang setia menemani dan mengabadikan momen.


Si pacar siaga, hahaha.


Kami tiba tepat waktu, susunan acara hampir sama seperti kemarin. Bedanya aku dan Shane tampil di tengah acara, bukan di awal. Ada beberapa kejutan menyenangkan yang hadir di hari kedua ini. Pertama, pengunjungnya lebih ramai dibanding sebelumnya. Kedua, sepupu dan dua keponakanku datang untuk melihatku tampil (hahaha, malu!). Dan ketiga, aku bertemu dengan beberapa teman pembaca. Aku senang sekali bisa menyapa dan berfoto bersama dengan mereka. Cuma sayangnya ada beberapa orang yang memperlakukan Shane seperti "objek wisata". Mereka mengajak berfoto bahkan tanpa bertanya siapa dia dan langsung pergi setelahnya. Aku sampai malu :( Out of topic, nih. Indonesia kan dikenal ramah, aku jadi sedih kalau ada yang asal jawil dan cekrak-cekrek saja... (maaf curhat, hiks).

Tapi di luar itu semuanya menyenangkan. Aku juga mulai berani memulai duluan untuk berbicara di depan pengunjung meski dagi dig dug, hahaha. Mungkin karena sudah lebih relax, aku juga jadi bisa lebih menikmati isi acara. Jadi nggak cuma sekedar mengenalkan komunitas yang akan tampil lalu langsung cari-cari bahan nge-MC lagi. Bagian favoritku adalah waktu ada komunitas yang menjelaskan bagaimana apa yang harus dilakukan jika berhadapan dengan ular. Dari mulai cara membedakan mana yang berbisa dan mana yang nggak, sampai cara menangani jika sampai tergigit ular berbisa. Sayang baik Bapak ataupun Shane nggak ada yang merekam part ini jadi aku nggak bisa share banyak. Tapi aku ingat jelas bahwa selama ini banyak yang salah kaprah dengan penanganan pertama saat terkena gigitan ular. Instead dihisap atau malah diikat lebih baik perlakukan seperti korban patah tulang. Misalnya bagian lengan yang tergigit, maka usahakan agar bagian itu nggak banyak digerakan (bisa disangga dengan kayu, etc) lalu segera bawa ke Rumah Sakit. 

Sini Dek, ikut naik panggung :D


Di hari kedua foto lebih sedikit karena kamera mati. Untung saja saat turun panggung Shane sempat ambil video dengan handphone nya :)


Selain itu aku juga melihat aksi burung-burung cerdas. Sumpah kocak banget, kalau nggak ingat lagi "tugas" mungkin aku bakal konsen menonton bersama parah bocah yang memenuhi sekitar panggung, hahaha. Pokoknya aku merasa di hari kedua ini lebih maksimal segala-galanya. Microphone yang sempat mati dan aku yang sempat lupa lirik (lol) rasanya nggak terlalu penting. Antusias pengunjung dan pengisi acara bikin moodku super baik :) Dan rupanya bukan hanya aku yang merasa bahwa hari kedua ini sangat maksimal. Di meeting sebelum kami pulang pihak penyelenggara pun sangat puas, bahkan rencananya akan diadakan rutin setiap bulan! Wah, meski keterlibatanku di acara ini cuma secuil, tapi aku ikut senang! Mas Wiweko bilang kepadaku dan Shane agar kami jangan kapok untuk diundang kembali. Karena rencananya di akhir bulan Agustus mereka ingin kami hadir kembali.

Di perjalanan pulang kebahagiaan kami masih terbawa. Apaaaa saja dibahas, termasuk sedikit memberi "catatan" tentang apa saja yang harus diperbaiki jika ada kesempatan di lain waktu. Selebihnya... aku dan Shane terlelap! Kami lelah bukan main karena sehabis acara sama sekali nggak kembali ke hotel dan langsung menuju Bandung. Tubuhku rasanya rindu dengan tempat tidur di kamar yang meski sempit tapi nggak harus dibagi dengan Shane, hihihi. Meski begitu aku merasa lelah ini sangat sepadan. Banyak yang bilang Indonesia kurang peduli dengan keberadaan hewan, baik pets ataupun hewan dilindungi. Tapi Pet Festival ini membuktikan sebaliknya, banyak orang-orang yang peduli dan benar-benar "do something" untuk menyebarkan awareness. Aku bangga menjadi bagian mereka :)
Yang aku harapkan sekarang semoga acara seperti ini bukan hanya di Bekasi, tapi diseluruh wilayah Indonesia! Boleh aku dapat "amin" nya, teman-teman? ;)

Vlog. Yang mudah-mudahan bisa menangkap keseruan Pet Festival :)


yang main ukulele tapi suka malu-malu kucing,

Indi


_______________________________________

Flash news:


Teman-teman, aku dibantu oleh para relawan menulis sebuah buku yang berjudul "Guruku Berbulu dan Berekor" (bagian dua). Buku ini berisi kumpulan kisah nyata mengenai manusia dan hewan peliharaannya. Hasil penjualan dari buku digunakan untuk membantu hewan-hewan di penampungan (royalti cetakan pertama sudah disalurkan ke Shelter Pak Johan). Jika teman-teman ingin memiliki bukunya sekaligus berdonasi, silakan kontak aku. Harga buku Rp. 60.000 dan bisa dikirim ke seluruh wilayah Indonesia. Trims! :)


_________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact: namaku_indikecil@yahoo.com

Jumat, 23 Desember 2016

Bercerita Tentang Mika di Malang :)

Howdy-do, peeps! Ah, selalu senang kalau bisa kembali ke sini. Rasanya seperti pulang ke rumah, ---rumah di dunia maya maksudnya, hihihi. Kalau ada di antara kalian yang membaca post-postku sebelumnya (atau mengikutiku di Facebook dan Instagram) pasti tahu kalau tanggal 2 Desember lalu aku mengisi sebuah acara Hari AIDS Sedunia di kota Malang. Nah, sekarang aku mau cerita soal pengalaman selama di sana. Dan apa kabar cerita Halloween ku yang ditunda-tunda terus untuk di post? Hehehe, untuk sekarang nonton dulu vlog nya di sini saja, ya. Soalnya karena sebuah alasan (---yang cheessy dan konyol) aku belum bisa menulis ceritanya :p

Di bulan November lalu aku dihubungi oleh Dina, salah satu anggota tim dari Indonesian Future Leaders chapter Malang untuk menjadi pembicara di event peringatan Hari AIDS Sedunia. Aku belum pernah mendengar apa itu IFL, tapi dengan quick search di internet aku jadi tahu kalau itu adalah organisasi non profit yang berfokus pada kegiatan youth empowerment dan social voluntarism. Aku langsung tertarik, ---tapi nggak langsung memutuskan untuk mengiyakan. Alasannya selain tempatnya jauh (tahun lalu aku jadi pembicara di Surabaya dalam keadaan sakit, uhuhu), juga karena sudah jauh-jauh hari ada kelompok dukungan sebaya (group support ODHA dan OHIDA) yang memintaku membantu acaranya di Bandung. Aku meminta waktu untuk berunding dulu dengan Bapak, tapi sebelum kami membuat keputusan dapat kabar kalau acara yang di Bandung batal. Hehehe, tahun ini rupanya aku ditakdirkan untuk memperingati Hari AIDS Sedunia jauh dari rumah :) 

Setiap kali melihat ke belakang aku selalu takjub dan nggak menyangka dengan apa saja yang sudah dilalui... Masih jelas rasanya hari dimana Mika, my forgetful angel, meninggalkanku untuk mengambil sayapnya di surga. Waktu itu rasanya aku sangat terpuruk dan nggak berdaya. Mungkin kesannya berlebihan, tapi memang itulah yang aku rasakan. Aku terlalu terbiasa ada Mika. Selama 3 tahun dengannya aku berubah dari Indi yang pemalu dan nggak nyaman dengan kondisi fisik menjadi Indi yang dengan bangga memakai brace scoliosisnya di luar baju dan merasa 'nggak kurang' dibandingkan remaja-remaja lain. Dengannya aku merasa aman dan percaya kalau aku bisa melakukan 'apapun'. Dan Mika juga lah yang membangkitkan keterpurukanku setelah ia meninggal. Semangatnya membuatku sadar kalau ia nggak akan suka aku terus-terusan murung. Dan berhenti 'membicarakannya' justru membuatku menjadi denial, ---sulit mengiklaskan. Keberanian untuk menghadapi kepergiannya justru malah membuat Mika seolah selalu ada. I face my fears, ---aku berbagi kisah tentang Mika. Dan aku lakukan ini bukan hanya untuknya, tapi juga untukku. 

Jadi pada tanggal 2 Desember lalu, pagi-pagi sekali aku dan Bapak sudah berada di Bandara untuk menuju Surabaya. Penerbangan dari Bandung belum ada yang langsung tiba di Malang, jadi kami harus berangkat sedini mungkin untuk mengejar sesiku yang akan berlangsung pada pukul 14.00 WIB. Aku sebenarnya ditawari untuk berangkat 1 hari sebelumnya, tapi karena aku sedang sedikit demam jadi kupikir lebih baik sedekat mungkin dengan waktu acara. Aku baru tidur 2 jam karena sebelumnya sedang menyelesaikan interview dengan Hunter Kelch (perbedaan waktu 2 negara membuatku harus begadang, hehehe). Aku pikir akan bisa tidur di pesawat, tapi ternyata aku tetap terjaga sampai tiba di Surabaya. Penerbangannya super lancar, dan kami mendapatkan pesawat yang nyaman dan lega. Tapi di sampingku ada perempuan yang "mengkahwatirkan". Ia terus-terusan facetime dengan pacarnya (---atau siapapun itu) sampai ditegur 3 kali oleh pramugari dan sepanjang perjalanan terus-terusan mengecek makeup nya. Ugh, why oh why?!! :p

Waktu tiba di Bandara Juanda.

Meski begitu mood ku dan Bapak tetap super bagus. Kami hanya menunggu sebentar ketika tiba di Bandara Juanda karena Eko dan Rizki dari IFL sudah menjemput dan siap untuk mengantarkan ke Malang. Rasanya seperti de javu, begitu menginjakkan kaki di Surabaya udara langsung terasa hangat (---panas, hehe). Biasanya aku prefer cuaca dingin, tapi rasanya aku rindu Surabaya, teringat keramahan teman-teman di sana, huhuhu, ---jadi mellow :p Tapi 2 teman baru dari Malang ini pun nggak kalah ramah. Sepanjang perjalanan mereka terus bercerita tentang tempat-tempat yang kami lewati. Seperti tour guide, hehe. Dan itu membantuku dan Bapak untuk tetap terhibur di perjalanan yang super macet dan didera hujan deras karena kami banyak tertawa. Sebagai penutup perjalanan sebelum tiba di guesthouse kami juga diajak mampir ke restoran pecel "Kawi". Di sana rasa pecelnya super nikmat! Sayang untuk lidahku terlalu pedas jadi nggak sanggup untuk menghabiskan 1 porsi :p

Pecel “Kawi” yang nikmat tapi pedas :p

Seperti kata Mika, selalu ada yang pertama kali untuk segalanya. Begitu juga dengan pengalaman sebagai speaker kali ini. Kalau biasanya disediakan hotel, kali ini panitia menyediakan sebuah kamar di guesthouse. Ternyata tempatnya nyaman sekali dan homie, ---ada teras untuk bersantai dan kolam ikannya. Lucunya, nama guesthouse nya Bandoeng, cocok sekali dengan kota asalku, hahaha. Yang pertama terpikir olehku ketika tiba adalah tidur, tapi lagi-lagi aku betah terjaga. Mungkin saking lelahnya, plus harus menyiapkan speech ku nanti. Kalau Bapak sih, 5 menit nempel di bantal suara ngoroknya langsung terdengar :p Ya, sudah aku hanya sekedar rebahan sambil memeluk Onci, boneka kelinciku. Sekitar pukul setengah 2 siang handphoneku berdering, rupanya Salsa dan Ferdy dari IFL sudah menunggu di lobby untuk menjemput kami. So excited! Rasanya lelahku langsung hilang seketika :)

Di guesthouse “Bandoeng” setelah berganti baju.

Malang masih diguyur hujan, dan ini membuat perjalanan (lagi-lagi) sedikit terhambat. Butuh waktu lumayan lama untuk tiba di lokasi, padahal jaraknya dekat, lho. Tapi asyiknya aku jadi bisa lihat kiri-kanan dan melihat-lihat taman di kota Malang. By the way, dari sekian banyak tempat yang kukunjungi rasanya di sinilah yang suasana dan udaranya mirip di Bandung. Sejuk dan banyak taman kotanya. Sampai-sampai Bapak bilang kalau difoto dan nggak bilang dimana lokasinya, orang Bandung pasti mengira kami sedang di alun-alun, hihihi. Akhirnya kami tiba juga di Cafe Gembira, lokasi dari event Close the Gap. Sebelum dimulai aku sempat mengobrol dengan Dina dan briefing secara singkat. Berhubung segmenku kebagian sore, jadi aku nggak sempat melihat pengisi acara sebelumnya. Katanya sih ada pameran karya teman-teman ODHA, dan sebagian masih ada di display. Sayang karena lumayan sibuk hanya Bapak yang sempat melihat-lihat.

Tiba di Cafe Gembira untuk event “Close the Gap”.

Nggak menunggu lama, sebelum teh manis hangat yang disediakan habis aku sudah naik ke lantai 2 untuk nonton bareng film Mika. Secara singkat aku mengenalkan diri kepada audiences yang sudah hadir. Kursi-kursi yang disediakan nggak semuanya terisi, tapi menurutku jumlah audiences bukan yang utama tapi antusiasme merekalah yang aku harapkan :) Aku nggak bisa cerita tentang detailnya, ya. Yang pasti menonton kembali "diary" ku bersama Mika selalu membuat perasaan campur aduk. Ada yang bikin tertawa, tapi ada juga yang membuat air mataku jatuh. Ada saat-saat di mana aku merasa nggak sanggup untuk menontonnya kembali, tapi ada juga saat di mana aku merasa "okay". Dan kali ini perasaan gue adalah yang kedua, ---meskipun malam sebelumnya aku baru saja menonton film "Mika" di TV. Ya, air mataku memang sedikit keluar, tapi lebih banyak tersenyumnya. Thank God :)

Film “Mika” diputar di layar besar.

Sepanjang pengalamanku nonton bareng film "Mika", baru kali ini dapat audiences yang 'adem' (baca: sepi). Biasanya, saat adegan lucu mereka tertawa, dan saat adegan sedih ada isak tangis. Minimal ada celetukan-celetukan komentar. Sempat bertanya-tanya juga dalam hati, apakah filmnya kurang seru bagi mereka? Atau apakah mereka bosan? ---padahal kabarnya banyak di antara mereka yang belum pernah menontonnya, lho. Makanya waktu film berakhir dan terdengar tepuk tangan yang riuh aku lega sekali. Rupanya mereka hanya pemalu. Terbukti saat sesi tanya-jawab mereka hapal dan paham betul dengan ceritanya, ---bahkan mendetail! Ternyata diam-diam mereka memperhatikan, ya, hehehe. Pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan pun cukup smart. Dengan senang hati aku menjawabnya karena nggak ada satupun yang menyinggu privacy ku dan jauh dari kesan kepo. Yay, good job Malang :))

Suasana waktu nobar film “Mika”.

Setelah nggak ada lagi pertanyaan yang ingin mereka ajukan, aku sharing tentang isu kesenjangan yang (sayangnya) masih terjadi di keseharian kita. Meski event ini dalam rangka Hari AIDS Sedunia, tapi apa yang terjadi pada ODHA sebenarnya bisa terjadi juga pada kita. Bayangkan bagaimana rasanya dibedakan hanya karena kondisi kita, padahal di balik itu kita adalah manusia yang "sama". I mean, ---well, iya manusia memang berbeda-beda tapi bukan berarti harus dibeda-bedakan, kan? Dengan memahami dulu kondisi yang terjadi aku yakin akan menumbuhkan empati dan menghilangkan 'kebiasaaan' untuk judging. Lagipula, apa gunanya menghakimi? Kita bisa membenci seseorang mati-matian dan itu cuma membuat semuanya lebih buruk. Lebih baik perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan, be nice. Kita nggak pernah tahu apa yang seseorang bisa lakukan atau apa pengaruh mereka di masa depan. Dulu banyak orang yang berkata buruk tentang Mika. But look at him now...

Sesi sharing.

Aku berbicara tentang kesenjangan yang sering terjadi di keseharian kita.


Aku pernah membaca komentar di blog ini (atau di media sosialkuyang lain? Maaf lupa, hehe) yang isinya kurang lebih bahwa yang terpenting justru edukasi soal pencegahan penularan virus HIV, bukan soal masalah kesenjangannya. Tapi menurutku keduanya sama pentingnya. Bahkan edukasi mengenai kesetaraan bisa jadi lebih mudah diterima karena bisa dimengerti oleh anak-anak sekalipun. Contohnya saja sepupuku yang berusia 10 tahun bertanya tentang alasan mengapa Mika dikucilkan, bukan bertanya tentang asal usul virusnya ketika menonton "Mika". Ini sih mengenai perspektif, ---mana yang efektif mana yang nggak tergantung kepada siapa kita 'berbicara'. Aku percaya nggak ada cara 'kampanye' yang salah atau buruk. Kapan-kapan aku akan bahas lebih jauh lagi, tapi sekarang balik lagi ke event Close the Gap yang keren dulu, ya :)

Setelah sharing, sesiku ditutup dengan foto bersama dan interview. --Well, nggak benar-benar selesai, sih, hehehe. Setelah 'turun panggung' justru audiences lebih akrab untuk bertanya dan mengajak selfie. Meski agak crowded tapi aku happy sekali dengan reaksi mereka. Aku selalu terbuka untuk menjawab pertanyaan asalkan itu bukan hal-hal yang terlalu pribadi (---kurasa aku sudah cukup banyak berbagi kisah tentang Mika, kan). Satu pertanyaan yang banyak ditanyakan adalah soal pendapatku mengenai sukses atau nggak nya acara ini. Dan, ya menurutku acara ini sukses! Nggak ada acara yang sempurna, tapi menurutku "Close the Gap" ini berhasil mengcaptured apa pesan yang ingin disampaikan. Aku suka dengan konsep semua orang duduk bersama untuk menonton film dan berbincang, ---tanpa harus disebut 'kamu ODHA dan aku bukan'. Karena honestly acara yang dibuat seperti itu malah berkesan seperti freak show. Itu lho show yang isinya orang-orang diberi label "si A", si B" atau "si C". Barbar sekali (---meminjam istilah Robin Williams), dan justru malah membuat kesenjangan semakin terasa.

Foto bersama. —-Iya, bapakku juga ikutan :D

Aku dan Bapak nggak langsung diantarkan kembali ke guesthouse. Tapi kami makan siang (super late, hehe) dulu sambil masih berbincang dengan beberapa kru IFL. Thumbs up lho buat chef dari Cafe Gembira yang secara khusus membuatkanku masakan vegan meskipun itu nggak ada di menu. Meski kesannya 'biasa' tapi saat penyelenggara acara memperhatikan hal-hal kecil yang sifatnya personal, bisa membuatku lebih nyaman, lho! :) Aku dan Bapak lalu diantar oleh Salsa dan Ferdy untuk melihat-lihat kota Malang setelah kami sedikit rapi-rapi (hehe) di guesthouse. Meski waktunya singkat karena sudah malam tapi kesampaian juga untuk melihat Tugu Malang dan mobil odong-odong yang super ramai, hehehe. Aku juga membeli sedikit oleh-oleh untuk keluarga di rumah. Ada dompet batik berwarna pink yang cuteee sekali. Sayangnya cuma 1, jadi aku berikan sama iparku deh (---karena gue baik, lol).

Berfoto bersama Bapak. Maunya sih Tugu Malangnya kelihatan, tapi ternyata gelap :p

Keesokan paginya setelah tidur beberapa jam (---tradisiku dan Bapak kalau nggak ada Ibu pasti ngobrol sampai pagi), kami diantarkan ke Bandara Juanda untuk pulang menuju Bandung. Aku kembali bertemu dengan Dina dan ia mengantarkan kami sampai gate untuk mengucapkan sampai jumpa. Pertemuanku dengan teman-teman baru di Malang memang singkat tapi begitu berkesan. Aku harap bisa kembali lagi suatu hari, ---dan tentu aku juga berharap telah meninggalkan sesuatu yang bermanfaat bagi mereka. Apa yang aku lakukan memang nggak banyak, tapi aku berusaha berbagi apa yang kumiliki. Aku berbicara, agar Mika selalu ada, ---agar semangat Mika selalu ada di hati orang-orang yang mendengarkan kisahnya :)

vlog perjalanan, sesi sharing dan jalan-jalan

smile,

Indi

________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact: namaku_indikecil@yahoo.com

Kamis, 24 November 2016

Malang! Aku Akan Hadir di Sana untuk Hari AIDS Sedunia :)



Hai bloggies! Nggak terasa ya sekarang sudah memasuki akhir bulan November (---dan aku masih juga belum menulis tentang acara Halloweenku di rumah, hehe). Kalau sudah masuk tanggal-tanggal segini biasanya aku jadi (semakin sering) teringat dengan Mika. Kenapa? Tentu saja karena tanggal 1 Desember yang diperingati sebagai hari AIDS sedunia sudah semakin dekat. Mungkin ada di antara kalian yang masih asing dengan Mika. Siapa ia? Mika adalah laki-laki yang aku kenal ketika baru saja lulus SMP. Kami lalu mengalami masa berpacaran yang sangaaat menyenangkan dan penuh kenangan sampai akhirnya Mika meninggal 3 tahun kemudian. Mika adalah pacar pertamaku, ---dan ia juga seorang AIDS fighter. Hari AIDS sedunia selalu mengingatkan aku padanya. Bukan hanya karena ia meninggal di bulan yang sama, tapi juga karena 'perjuangannya' melawan stigma dan diskiminasi... Mika sekarang memang sudah di surga, tapi aku nggak ingin perjuangannya berhenti, ---aku ingin melanjutkannya.

Aku lakukan sebisanya. Awalnya aku menulis kisah Mika di blog agar bisa berbagi apa yang kutahu tentangnya. ---Iya, tentang Mika, bukan tentang HIV/AIDS, karena aku ingin Mika "dinilai" dari kepribadiannya, bukan dari apa yang ia idap. Nggak disangka tulisan-tulisanku tentang Mika pun diangkat menjadi buku dengan judul "Waktu Aku sama Mika" pada tahun 2009 oleh Homerian Pustaka, dan pada tahun 2013 lalu difilmkan dengan judul "MIKA" oleh Investasi Film Indonesia. Jalanku untuk menyebarkan awareness lewat kisah Mika pun semakin terbuka. Meski pelan tapi pasti. Semakin banyak pembaca atau penonton film yang menghubungiku untuk sekedar berbagi kisah karena merasa terwakili atau malah mengucapkan terima kasih karena sebelumnya selalu "berprasangka buruk" terhadap ODHA (Orang dengan HIV/AIDS). Itu membuatku senang dan lega, karena artinya Mika tetap 'hidup' untuk terus berjuang :)

Selain melalui tulisan dan film aku juga melanjutkan perjuangan Mika melalui suara. Dengan senang hati aku selalu berusaha bisa untuk menghadiri undangan sebagai pembicara atau narasumber jika ada yang meminta. Media tulisan dan visual memang bagus, tapi kehadiran secara langsung tentu lebih memudahkanku untuk menyampaikan secara lebih personal. Dan tahun ini kesempatanku untuk menjadi pembiacara datang dari IFL Chapter Malang atau Indonesia Future Leaders dalam program Close the Gap, sebagai salah satu bagian dari Global Change Maker yang ingin membantu terwujudnya Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya pada point ke-3 (Good Health and Well-being). Dan juga visi dari UNAIDS (zero new HIV infections, zero discrimination, and zero AIDS-related deaths). Program ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang cara penularan dan pencegahan virus HIV, juga tentang permasalahan sosial antara ODHA dan non-ODHA yang tanpa disadari ada di lingkungan sekitar kita.

Nah, Close the Gap tahun ini mempunyai tema "Selaras Tanpa Stigma" dan mempunyai 3 rangkaian acara yang berlangsung pada tanggal 27 November, 1 dan 3 Desember 2016. Aku sendiri akan berada di acara puncak, yaitu pada tanggal 3 Desember.


Selaras Tanpa Stigma 
Talkshow, Pameran Hasil Kreativitas ODHA, Pementasan Teater dari Komunitas, Bedah Film “Mika” bersama Indi Sugar
Hari & Tanggal: Sabtu, 3 Desember 2016
Tempat: Cafe Gembira
Alamat: Jl. M.T. Haryono, Ruko Istana Dinoyo Blok E1 - E2 Dinoyo, Lowokwaru, Kota Malang
Pukul: 11.00 - 20.00 WIB


Sesiku akan berlangsung pada pukul 2 siang, tapi aku sarankan teman-teman hadir dari awal karena acaranya pasti akan seru dan bermanfaat sekali. Kalian juga bisa ikut berkontribusi lho untuk perubahan sosial dan kesehatan ini. caranya dengan cara berdonasi melalui https://kitabisa.com/closethegap2016
By the way, aku sering sekali dikira belum bisa move on dari Mika. Well, semua yang aku lakukan ini awalnya memang darinya. Tapi setelah semakin dewasa aku sadar bahwa ini lebih luas daripada yang kukira. Ini tetap untuk Mika, tapi bukan segalanya tentang Mika. Aku juga melakukan ini untuk Mika-Mika yang lain, agar kita sebagai manusia bisa hidup berdampingan tanpa prasangka hanya karena sesuatu yang kita idap. Dan aku yakin nggak sedang diam di tempat. Aku terus maju. Melanjutkan hidupku, ---tapi tanpa perlu melupakan Mika :)


smile,

Indi

_______________________________________


Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com


Rabu, 15 Juni 2016

Kamu di Jakarta? Yuk, Cicipi "Indi Sugar's Sweets" Sambil Ngabuburit! :)


Halooooo teman-teman bloggies! Siapa nih yang tinggal di Jakarta? Ayo angkat tanggannya. ---Eh, nggak usah deh, dari sini juga nggak kelihatan, hihihi :p Kita ketemuan, yuk! Tanggal 16 sampai 17 Juni 2016 nanti aku akan ada di sana, tepatnya di Gedung Direktorat Pajak. Kedatangan ku ke sana dalam rangka memperkenalkan brand makanan milikku yang bernama "Indi Sugar's Sweets". Ya, semacam launching kecil-kecilan, deh, hihihi. 

Mungkin ada yang heran, kok dari penulis aku bisa mendadak tertarik dengan dunia makanan. Well, aku juga heran. ---Lol, just kidding! :p Aku memang senaaaaaang sekali ngemil, terutama segala macam sweets dan desserts. Kalau ada yang masih ingat dengan film MIKA, di sana aku senang sekali setiap menerima lollipop dari Mika. Nah, di real life pun gitu, segala macam permen, es krim dan cokelat akan kuhabiskan tanpa menunggu lama :D Dari sanalah ide "Indi Sugar's Sweets" dibuat, agar kecintaan terhadap berbagai macam sweets bukan aku saja yang menikmati, tapi juga banyak orang ;)

"Indi Sugar's Sweets" menyediakan macam-macam cemilan manis seperti cokelat isi biskuit, cokelat isi kacang, jelly, permen dan lain sebagainya. Eits, meski banyak sweets yang beredar di pasaran, produkku beda, dong ;) Selain harganya bersaing (---betul, coba bandingkan saja, lol), rasa dan kualitasnya sangat terjaga. Saat dikemas aku pastikan agar sweets nya nggak lengket dan cacat, bahkan di kemasan yang paling kecil pun disertakan silica gel. Dan yang nggak kalah penting, packagingnya rapi dan as sweet as a sugar, dong, hihihi.


Launching diadakan di Bazar Dharma Wanita DJP, tepatnya di booth "Indi Sugar's Sweets". By the way, meski judulnya sweets, tapi untuk yang nggak suka manis aku juga disupport oleh "Mekar Sari" yang menyediakan beraneka macam kue kering (cocok nih buat persiapan lebaran) dan "Manies" yang menyediakan bola-bola susu dan jajanan khas Bandung termasuk keripik pedas dan seblak! Yumm :) Dan untuk yang mau berkunjung, nggak usah khawatir sulit untuk menemukan booth nya karena "Indi Sugar's Sweets" punya banner berwarna pink catchy dengan fotoku dan Ibu :p



Aku tunggu kedatangan teman-teman semua untuk menikmati sweets dan jajanan lainnya di;

Semarak Bazaar Ramadhan
Booth "Indi Sugar's Sweets"
Waktu: 16-17 Juni 2016, pukul 10.00-15.00
Tempat: Gedung Direktorat Pajak
Jl. Gatot Subroto 40-42 Jakarta Selatan
(Aula Gedung A Lantai 2)

Ajak teman, saudara, orangtua, pasangan, tetangga, ---dan siapapun yang kalian mau, hihihi. Sampai bertemu di sana! ;)


as sweet as a sugar and everything nice,

Indi

______________________________

Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: 081322339469

Selasa, 16 Februari 2016

Kelas Inspirasi: Briefing di Gedung Sate, Apa yang Terjadi? ;)





Howdy-do bloggies! Semoga semuanya dalam keadaan baik, ya. Nggak ada yang kelaparan menjelang pagi kaya aku, hehehe. Tubuhku sepertinya kelelahan, karena di malam hari aku ketiduran dan terbangun dalam keadaan perut keroncongan karena sebelumnya too tired to eat :p Sekarang aku sedang merebus spageti sederhana dan sambil menunggunya matang aku putuskan untuk mampir dulu ke sini untuk bercerita tentang sesuatu yang baru saja aku alami. Nggak apa-apa ya, sambil menyelam minum air, ---sambil masak sambil sharing, hehehe. 

Beberapa waktu yang lalu aku diajak Ray untuk mendaftar ke "Kelas Inspirasi Bandung". Meski belum pernah mendaftar, tapi aku sudah cukup sering mendengar tentang Kelas Inspirasi. Pasalnya beberapa pembacaku cukup sering menyebutnya dan mendukungku untuk menjadi salah satu pengajar atau inspirator di sana. Tapi selalu saja aku tolak karena, well, ---aku merasa belum pantas disebut sebagai profesional. Meski memiliki 4 judul buku yang terbit dan sebuah film, tapi rasanya masih harus banyaaaaaaaaak belajar. Karena di tahun ini Ray ikut mendaftar jadi aku putuskan untuk lebih mempelajari tentang program ini melalui website resminya. Rupanya yang bisa menjadi inspirator adalah profesional yang sudah punya pengalaman di bidangnya masing-masing selama 2 tahun dan bersedia cuti di hari inspirasi. Sebagai penulis yang bekerja di mana dan kapan saja (nih sambil masak saja bisa, hehehe), cuti tentu bukan masalah. Tapi soal pengalaman? Novel pertamaku terbit 7 tahun lalu, tapi apakah aku profesional? Well, I don't know... Akhirnya aku putuskan biar pihak "Kelas Inspirasi" saja yang memutuskan dan akupun mengisi formulir pendaftaran dengan sungguh-sungguh :)

Waktu itu koneksi internet di rumah sedang bermasalah, jadi aku mampir ke tempat Adik dan iparku untuk menyelesailkan beberapa pekerjaan menggunakan wifi di sana. Hampir saja aku menutup laptop ketika sudut mata menangkap judul salah satu email yang baru masuk. Dengan perasaan excited dan juga nervous aku langsung klik pesan yang berada di list paling atas itu. Surprise! Isinya ternyata kabar bahwa aku terpilih sebagai salah satu pengajar/inspirator di Kelas Inspirasi! :D Dan kejutannya ternyata belum selesai karena Ray juga terpilih meskipun di bidang yang berbeda. Oh, iya sudah ada yang tahu belum ya profesinya Ray itu apa? ---Selain jadi host dan managerku tentunya, hehehe. Ray adalah Business dan Leisure Manager :)


Di hari Valentine, ---14 Februari 2016 kemarin, seluruh relawan yang terpilih, termasuk relawan dokumentasi berkumpul di Gedung Sate Bandung untuk briefing. Wah suasananya ramaiiiiiii sekali, sampai-sampai aku pikir bakal susah untuk mencari Ray karena kami berbeda kelompok, hehehe. Syukurlah meskipun pesertanya tumpah-ruah semuanya terjadwal dengan baik, ---hanya molor sedikit dari waktu yang ditentukan. Di briefing ini selain pembagian kelompok juga jadi ajang silaturahmi, termasuk tatap muka dengan panitia dan perwakilan SD tempat di mana aku akan mengajar nanti. Seluruh peserta juga diberikan tips and trick untuk membantu kesiapan di hari inspirasi nanti (aku mah tetep saja nervous, hehehe). Yang lucu ternyata aku satu kelompok dengan kakak kelas waktu di Universitas Pasundan Seni Musik. Dulu kami nggak saling kenal, tapi mengenal orang-orang yang sama. Nah, sekarang malah waktunya kami berkenalan, hehehe. Aku juga sedikit mengobrol dengan guru-guru perwakilan dari SD. Griba 13, karena nanti di sanalah aku dan teman-teman satu kelompok ditempatkan.







Sedikit tentang Kelas Inspirasi, ini adalah gerakan ketika para profesional turun ke Sekolah Dasar (SD) selama sehari untuk berbagi cerita dan pengalaman kerja, juga untuk memberikan motivasi dalam meraih cita-cita. Satu hari tersebut diharapkan menjadi bibit bagi para siswa untuk bermimpi dan merangsang tumbuhnya cita-cita tanpa batas pada diri mereka. Tujuan dari Kelas Inspirasi ini ada dua, yaitu menjadi wahana bagi sekolah dan siswa untuk belajar dari para profesional. Serta agar para profesional, ---khususnya kelas menengah secara lebih luas dapat belajar mengenai kenyataan dan fakta mengenai kondisi pendidikan di Indonesia. Kelas Inspirasi yang pertama diadakan pada 25 April 2012, bermula dari teman-teman Indonesia Mengajar dan beberapa teman profesional yang ingin berkontribusi pada pendidikan Indonesia. Di Bandung sendiri ini adalah Kelas Inspirasi kali ke empat :)






Pukul 12 lewat sedikit briefing pun selesai, aku dan Ray kembali bertemu dan langsung membicarakan tentang rencana makan siang, ---sambil sesekali diselipi obrolan tentang Kelas Inspirasi. Ini bukan hari kasih sayang yang biasa bagi kami tapi tentu salah satu yang terbaik :) Aku nggak akan bohong, I'm a bit nervous, tapi juga excited. Aku harap ketika bertemu adik-adik nanti mereka tahu bahwa di dunia ini ada banyak profesi, termasuk penulis. Tapi mereka nggak harus menjadi penulis, ---jadilah apa yang mereka inginkan karena semua profesi itu baik, semuanya KEREN. Yang aku harapkan hanya agar mereka melakukannya dengan sungguh-sungguh, apapun passion yang mereka miliki. Karena salah satu best feeling in the world adalah ketika mengerjakan sesuatu yang aku suka. Aku harap mereka juga merasakan hal yang sama :)









what's your name again?

Indi

Foto-foto: Dipo, Ray, Adjie, dokumentasi KI dan @inimahbandung

________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469