Senin, 31 Oktober 2011

It's in Your Heart, Not Your Face :)


Halo, pals! Akhirnya aku punya kesempatan buat post lagi setelah sebelumnya diculik sama monster selimut, hehehe. Kidding :p Di kotaku hujan datang terus-terusan, dalam sehari bisa sampai 4 kali hujan, tapi cuaca tetap kering dan panas. Nah, di tiap kesempatan hujan itu aku pasti selimutan meski gerah, kangen suasana "kemping selimut" yang suka aku lakukan waktu kecil. Sekarang paling cuma sesekali saja, sih. Itu juga bukan ditemani sama cahaya senter sambil baca dongeng di bawah selimut, tapi sama cahaya handphone buat texting, hihihi.
Jadi bagaimana minggu kalian? Who was busy? Raise your hand, hehehe. Aku cukup sibuk, selain lengket dengan selimut, aku juga lagi lengket dengan naskah novel ketigaku. Setiap malam aku mengerjakan satu chapter. Melelahkan tapi semangat. Apalagi kegiatan blogging di setiap weekend selalu berhasil me-refresh kepenatanku :)

Dan ngomong-ngomong soal semangat dan blogging, aku menemukan sesuatu yang mau aku bahas, nih. Beberapa waktu lalu, waktu kegiatan menulis naskah novelku belum terlalu padat (sekarang harus lebih ngebut, tahun depan makin dekat, hore! Lol), aku menikmati blog walking sampai sejauh-jauhnya. Saking jauhnya kalau aku jalan beneran sudah sampai Cina deh kayanya, hehehe. Nah, tanpa sengaja aku menemukan sebuah blog yang bikin aku kaget dan marah. Blog ini milik seorang laki-laki yang sepertinya nggak punya kegiatan selain memperhatikan foto-foto perempuan di dunia maya, stealed it, posted it dan menilai berapa persen kecantikan mereka. Lebih parahnya lagi, dia menilai kecantikan seseorang berdasarkan wajah, pakaian dan cara ia berpose!

Mungkin bagi sebagian orang itu bukan masalah besar dan bagi pemilik blog itu apa yang ia tulis bukan masalahku, tapi apa ia pernah berpikir bahwa mungkin saja ada yang terpengaruh dengan tulisannya?
Let's talk about beauty. Sejak kecil sampai sekarang aku sudah dengar macam-macam tentang pengertian cantik, dari yang dangkal sampai yang benar sekalipun. Pengertian kecantikan yang dangkal (menurut) ku adalah seperti yang ada di blog Mr. Shallow ---okay, kita panggil saja dia begitu mulai sekarang---, ia mengartikan cantik hanya sebatas fisik dan apa yang dipakai (pakaian, aksesoris, etc). Ia bahkan lebih dangkal daripada tag line iklan yang bilang kalau kecantikan itu terpancar dari kulit yang putih! Oh, God...

Aku tumbuh sebagai 'Disney Generation', alias remaja yang tumbuh bersama serial-serial remaja Disney. Kesukaanku waktu itu adalah Lizzie Mcguire. Lizzie just remind me of my self, childish, naive, cheerful and clumsy sometimes. Lalu ada Kate, sahabat Lizzie di masa kecil yang menjadi 'musuh-bebuyutan' di masa remaja. Mulanya Lizzie merasa nggak masalah dengan dirinya. Ia cukup percaya diri dan merasa menarik, sampai Kate 'memaksa' nya setuju bahwa kecantikan adalah seperti dirinya: tall, blonde, skinny and owning fancy stuff. Lizzie yang chubby dan bertinggi rata-rata mulai berdandan seperti Kate, dia belajar memakai hak tinggi dan memakai pakaian agak 'berbeda' untuk ke sekolah. Lizzie bahkan mengecat kuku kakinya, yang mana pada saat itu aku anggap lucu (Hillary was so hilarious! Superb!! Lol).
Semenjak saat itu aku jadi sadar bahwa dengan melihat saja sudah bisa mempengaruhi pikiran seseorang ---bahkan yang setangguh Lizzie sekalipun---. Teenagers always be a teenagers, sekuat apapun mereka tetap masih muda dan butuh role model. Apa kita butuh lebih banyak role model lagi yang seperti Kate? I don't think so :)

Kembali lagi ke blog Mr. Shallow, ada satu fakta lagi yang mengejutkan darinya. Ia ternyata bukan remaja, tapi sudah lebih tua dariku! Aku nggak tahu apa ia pernah pernah punya trauma karena diintimidasi oleh "Kate versi laki-laki", tapi yang pasti ia tetap nggak punya hak untuk men-judge seseorang dari luarnya. Mr. Shallow juga membantah ungkapan "beauty is in the eye of the beholder", baginya kecantikan adalah seperti yang ia sudah sebutkan dan perempuan yang jelek itu adalah jelek.
Sebagai perempuan aku merasa sakit hati dengan pernyataannya karena sejak kecil aku diberi tahu bahwa baik itu perempuan atau laki-laki keduanya terlahir dengan otak yang bisa dipakai semaksimal mungkin dan bukan sekedar menjadi objek. Aku juga diberi tahu oleh Ibu bahwa kecantikan nggak ada standarnya, semua perempuan berkulit hitam maupun putih, kuning maupun coklat sama menariknya dan sama derajatnya. Dan cantik itu adalah perempuan, bukan bagaimana fisik perempuan itu terlihat, karena kami memang dilahirkan seperti itu.

Mr. Shallow juga bilang bahwa hanya perempuan yang jelek yang setuju dengan ungkapan "beauty is in the eye of the beholder". (Well, aku setuju dengan ungkapan itu, jadi silakan panggil aku jelek, Mr. Shallow :p )
Semakin lama aku jelajahi blog nya, semakin ketahuan juga bahwa ia nampaknya lupa dengan sesuatu yang disebut 'cerdas'. Aku jadi berandai-andai, bagaimana seandainya jika ia bertemu dengan perempuan yang nggak termasuk standar cantiknya (ya, boleh dicontohkan itu aku, lol) tapi perempuan itu cerdas? Apa ia akan tetap menganggap perempuan itu jelek dan nggak menarik? Atau bagaimana dengan hati? Apa perempuan yang baginya jelek akan tetap jelek meski perempuan itu mempunyai hati yang baik? Kalau ternyata jawabannya tetap sama dan nggak mau mengubah standar cantiknya... well... aku rasa ia yang akan rugi sendiri, dan aku cuma bisa mengucapkan turut berduka cita untuk itu :)

Mungkin sekarang kalian akan bertanya apa aku nggak peduli dengan 'penampilan luar' (atau mungkin Mr. Shallow yang membaca diam-diam juga bertanya hal yang sama? Lol). Tentu saja aku peduli, tapi aku anggap semua hal yang terlihat di luar adalah treat untuk yang aku lakukan di dalam. Tubuh butuh keseimbangan, setelah aku berkerja 7 hari perminggu dan menghabiskan waktu berjam-jam di balik komputer, tubuhku punya hak untuk mendapatkan apa yang harus ia dapatkan: perawatan. Ini aku lakukan supaya tubuhku tetap terjaga, seperti ketika Tuhan menciptakanku (terkecuali suatu perubahan yang disebut penuaan). Seperti minggu kemarin, aku bekerja lebih padat daripada biasanya sampai-sampai aku nggak sadar kalau bawah mataku sudah hitam. Aku kaget sekali, tapi bukan karena aku tiba-tiba merasa jelek atau nggak menarik, aku kaget karena aku lupa dan nggak memperhatikan alarm tubuhku: aku harus istirahat karena peredaran darah di sekitar mata mulai nggak lancar. Dan saat aku bisa meng-handle tubuhku, baik dari dalam maupun dari luar, itu juga bisa diartikan sebagai ungkapan bersyukur pada Tuhan yang telah memberikan aku otak dan tubuh---bagaimanapun bentuknya---.


My current reads, to feed my brain :)

My current treat for my body :)


Hmm, aku jadi ingat sebuah lirik lagu yang bilang bahwa semua orang itu cantik dan pendapat seseorang nggak boleh jadi alasan untuk feel down. Iya, memang idealnya begitu. Tapi apa dengan semua majalah sampah, pengaruh iklan buruk TV dan blog-blog dangkal seperti milik Mr. Shallow semuanya jadi mudah? Aku rasa nggak, karena sekali lagi sekuat apapun seseorang kalau diberi pengaruh terus-terusan sedikit banyak akan mendengar/melihat dan (bukan nggak mungkin) percaya dengan apa yang didengar/dilihatnya. So, Mr. Shallow, aku harap anda nggak lupa ada hal yang disebut otak dan hati. Sekalipun anda super model berwajah perpaduan Zack Efron dan Johnny Depp, anda tetap nggak punya hak untuk men-judge perempuan dari fisiknya saja. We are all beautiful. Nggak ada seorang pun yang jelek, yang ada cuma keragaman. Seriously, "Beauty is in the eye of the beholder" memang benar, nggak ada yang salah dari ungkapan itu. Mungkin anda pikir blog anda suka-suka anda, well same reason here then :) Hanya saja tulisan ini lebih masuk akal daripada men-jugde seseorang dari fisik ;)

So, my dear blogger pals, sepertinya aku harus sudahi dulu tulisanku. Karena hujan memanggil dan selimut sudah menanti, hihihi. Ini sepertinya jadi post pertamaku yang penuh emosi, jadi aku mohon maaf kalau ada kata-kata yang terlalu kasar. Semua ini murni pendapatku dan kalian, of course dengan senang aku terima kalau mau menambahkan sesuatu dari tulisan ini :) Ah, iya, satu hal lagi, gue bukan fans-nya Khahlil Gibran. Tapi ada satu quote yang sangat gue suka,
"Beauty is not in the face; beauty is a light in the heart".

Have a nice Monday!


A smiling face is a beautiful face :)


Headband: BIP | Butter leaf dress by Toko Kecil Indi | Shoes: Stevvano


Much love, smile and happiness,

INDI


-------------------------------------------------------------------------
Contact me? HERE. Sponsorship? HERE.



Senin, 24 Oktober 2011

Review: Hanake Shop, and Happy Birthday to Our Two Lovely Men :D


Yaiy, it's Monday already! Jujur saja, kemarin itu rasanya jadi weekend yang supeeeeer cepat! Aku nggak bilang ini jelek. Karena dengan segala kebahagiaan yang aku dapat, rasa lelah, sedikit pusing dan kurang tidur rasanya nggak tepat untuk dijadikan komplain ;)

Oktober selalu jadi bulan yang sibuk. Dua laki-laki di keluargaku berulang tahun, dan kami sekeluarga selalu bersemangat dengan ulang tahun, hehehe. Jadi bisa dibayangkan dua kali memberi ucapan selamat, dua kali memberi kado dan dua kali makan kue tart. So excited.... and busy!
Tapi tahun ini agak berbeda, dua laki-laki kesayangan kami ---Bapak dan Puja--- harus puas dengan perayaan yang super cepat dan sangat sangat sangat sederhana. Well, sebetulnya setiap tahun kami memang selalu rayakan dengan sederhana (hanya berkumpul di depan kue tart dan tiup lilin), tapi tahun ini kami nyaris melupakan ulang tahun Bapak...

Seperti yang aku ceritakan di dua post sebelumnya, operasi impaksiku bikin seluruh penghuni rumah repot (Eris bahkan jadi 'korban' karena tanpaku nggak ada yang menyisir bulunya, lol) dan gawatnya nggak ada seorangpun yang ingat kalau 1 hari setelah operasi adalah ulang tahun Bapak! Well... sebetulnya aku ingat, tapi nggak tahu kenapa selalu lupa untuk mengucapkan selamat. Rasanya aku nggak pantas lagi dipanggil "daddy's little girl" yang selalu perhatian dengan ulang tahun Bapak :(
Untunglah tanggal 22 kemarin aku berkesempatan untuk menebus kecerobohanku. Aku dan Ray punya ide memberikan sedikit surprise untuk ulang tahun Bapak yang terlambat dan ulang tahun Puja yang jatuh tepat di tanggal 22. Sepulang dari kantor Ray membeli kue tart untuk mereka berdua. Nggak besar dan hanya satu, tapi aku rasa bisa memberikan simbol "ulang tahun" di bulan Oktober ini :)

Benar saja, Bapak dan Puja senang sekali. Apalagi Puja, karena dia nggak menyangka ada kue tart di rumah. Tadinya sepulang dari latihan Muay Thai Puja akan langsung tidur, tapi karena ada kue tart, kami sekeluarga bangun sampai larut untuk makan kue bersama, hihihi. Termasuk Ibu yang biasanya menolak kalau diajak makan larut malam. What a beautiful night :)

Kue tart yang dibelikan Ray untuk Bapak dan Puja :)

Daddy and the cake!! :D

Cool T shirt, kado untuk Puja dari Iie :)


Meskipun yang berulang tahun adalah Bapak dan Puja, dua laki-laki jagoan di rumah, tapi yang dapat hadiah justru aku. Sepulang latihan Muay Thai Puja membelikan aku Milo Dinosaurus yang ternyata ada kisah lucu di baliknya. Jadi Puja bilang kalau di dalam gelas Milo seharusnya diberi buah leci, tapi karena kehabisan penjualnya mengganti dengan buah lengkeng (yang menurutku jauh banget dari leci ke lengkeng, hehehe). Harganya cukup mahal, untuk 1 gelas standar dihargai Rp. 11.000. Nah, karena penasaran dengan rasanya langsung saja aku sedot banyak-banyak tanpa icip-icip dulu. Setelah menghabiskan setengah gelas aku baru sadar kalau belum menemukan satupun buah leci atau lengkeng. Yang ada cuma setumpuk es batu berbentuk abstrak. Langsung saja aku ajak Puja untuk 'menggali' sampai dasar gelas. Dan ternyata hasilnya memang nggak ada apa-apa di sana! Ya, Tuhan Puja tertipu! Dia membayar Rp. 11.000 untuk satu gelas Milo polos, hahahaha...

Gagal dengan Milo Dinosaurus aku masih punya kado lain, Bapak ternyata lagi dalam mood untuk ambil foto-fotoku :) Beliau bertanya apa aku mau difoto. Nah, kebetulan aku baru selesai mandi sore, jadi langsung saja aku iya-kan, hihihihi. Oya, beberapa hari sebelumnya aku menerima paket dari Karina, owner dari Hanake Shop. Isinya dua buah cincin yang super cute. Love them, cocok sekali untuk dipadukan dengan outfit formal atau semi formal. Untuk teman-teman yang mau melihat-lihat koleksinya bisa langsung kontak Karina DI SINI atau DI SINI :)


Dua buah cincin yang super cute dari Hanake Shop! :)

 


OOTD: Hairband: BIP | Dress: Thai Princess from Toko Kecil Indi | Rings: Hanake Shop | Shoes: Giovanni




Begitulah, akhirnya Oktober tetap menjadi 'Oktober kami' meskipun sedikit berbeda. Aku bersyukur selalu bisa merayakan (atau sebut saja memperingati) moment-moment kecil di keluarga kami dengan sederhana namun berkesan. Really blessed to have them in my life, my lovely Daddy, my brother and also my wonderful Mom.
"Selamat ulang tahun Bapak dan Puja, semoga kalian selalu sehat dan bahagia. Please, please, be there for me forever. Amen...".


proud daughter and sister,

Indi

Kamis, 20 Oktober 2011

Meet my Friend, Harry Potter :)






Howdy-do, teman-teman!
Tadinya aku mau post tentang Halloween, tapi berhubung masih terlalu awal dan malah jadi spoiler aku bakal pakai kostum apa (hihihi, sebetulnya sudah pasti pada bisa tebak, sih, lol), akhirnya aku putuskan untuk post tentang sesuatu yang lain, tentang idola masa kecilku.

Aku punya banyak idola. Yang terlama adalah Aerosmith. Aku mengagumi mereka sejak aku masih 7 tahun. Tapi sebetulnya ada satu idola yang muncul di masa pra remajaku, tanpa sengaja... Ah, biar aku ceritakan dari awal ya...

11 tahun yang lalu, satu hari sebelum hari ulang tahunku, aku diminta Ibu dan Bapak untuk memilih hadiah yang aku inginkan di sebuah mall. Seperti biasa ---sejak dulu dan sekarang--- aku langsung memilih untuk masuk ke toko buku. Di sana aku terus memilih, memilih dan memilih... Mengambil setiap buku dengan hati-hati, membaca resensi-nya lalu meletakannya kembali ke rak buku. Sampai aku menemukan buku yang 'tepat'. Buku itu bersampul coklat, bergambar seorang anak laki-laki berkacamata, bersepatu keds dan sedang mencoba menangkap bola. "Harry Potter? Aku belum pernah dengar...", itu yang aku pikir. Tanpa menunggu lama aku langsung tunjukan buku itu pada Ibu dan Bapak dan mereka segera membawanya ke kasir. Di rumah aku langsung membaca buku itu sampai habis. Aku bergadang sampai pagi di hari sekolah...

Meskipun bukunya sudah habis dibaca dalam satu malam, tapi aku terus memikirkan isinya sampai berbulan-bulan kemudian (bahkan mempengaruhi hidupku sampai sekarang). Bagaimana nggak, aku bisa merasakan ikatan yang kuat dengan Harry Potter. Kami sama-sama berkacamata tebal (yup, sampai sekarang setiap kali aku berfoto pakai kaca mata, itu artinya real glasses, kacamata minus 4 dan 5), berbadan kurus dan sering diejek di sekolah. Not to mention that we had the same haircut, ya :)
Aku jadi merasa punya teman, punya seseorang yang mengerti dan tahu bagaimana rasanya jadi aku. Tanpa disadari aku semakin percaya diri dan berhenti meributkan hal-hal kecil dengan keluarga.
Aku ingat waktu itu aku masih satu kamar dengan Adik. Aku sering ribut di malam hari karena adik melewati 'batas teritori' aku. Tapi semenjak aku mengenal Harry Potter aku nggak meributkan hal itu lagi. Harry tinggal di lemari kecil dan sering diganggu oleh saudara tiri nya, remember?
Bahkan Harry membantuku untuk menjadi lebih bersyukur. Aku nggak pernah lagi malas makan dan menyisakan makanan di piring, karena aku tahu Harry sering kelaparan dan tidur dalam keadaan perut kosong...

Ibu dan Bapak menyambut idola baruku dengan senang hati (lebih senang hati dibanding ketika aku pertama kali mengaku "jatuh cinta" dengan Steven Tyler, lol). Mereka setuju kalau Harry Potter membantuku menghadapi masa pra remaja. Sayangnya, di waktu itu Harry Potter belum sepopuler sekarang. Aku harus menunggu munculnya buku kedua dengan sunyi-senyap, tanpa gembar-gembor di media seperti sekarang. Syukurlah, berkat seorang penjaga perpustakaan yang baik aku nggak ketinggalan edisi kedua Harry Potter. Aku bahkan membaca cetakan yang pertama :)

Lalu tiba-tiba saja demam Harry Potter di mana-mana. Teman-teman satu kelas yang sebelumnya memanggilku 'dork' karena aku membawa buku Harry Potter ke dalam kelas pun ikut terserang 'Potter Fever'. Rupanya Harry Potter diadaptasi menjadi sebuah film dan akan diputar segera di Indonesia. "Aku harus nonton... Aku harus nonton!", aku terus-terusan menggumamkan itu. Buatku (waktu itu) rasanya nggak adil kalau aku yang lebih dulu mengenal Harry tapi malah teman-temanku yang menonton duluan. Aku bilang pada Bapak bahwa aku ingin jadi penonton pertama dan aku harus mengantri tiket lebih awal dari siapapun di dunia ini. Dan Bapak setuju...

Aku sampai di bioskop 2 jam lebih awal. Aku memakai sweater hitam, syal kuning merah (seperti punya Harry), lengkap dengan tanda petir di jidatku yang aku lukis pakai pensil alis milik Ibu. Bapak terus-terusan memegang tanganku erat-erat karena aku terus-terusan berusaha lari supaya bisa melihat kalau aku adalah yang pertama di antrian.
Tapi ternyata salah... Puluhan anak-anak dan orang dewasa sudah menunggu di sana sambil berselonjor kaki. Hatiku tiba-tiba mencelos, Harry bukan lagi milikku seorang, tapi milik banyak anak dan orang dewasa lainnya. Dengan ogah-ogahan aku berselonjor di ujung antrian sementara Bapak menghitung jumlah orang yang mengantri di depan gue. "Supaya bisa dibandingkan dengan jumlah kursi bioskop", itu katanya. Aku sedikit tenang waktu Bapak bilang bahwa kami masih kebagian kursi. Dengan harapan baru aku langsung berdiri waktu pintu loket dibuka. Aku menunggu, menunggu dan menunggu. Tapi giliranku nggak pernah datang. Tiket sudah habis di tengah antrian...
Aku hampir menangis. Bapak ikut kecewa karena ia juga sudah menunggu selama 2 jam tanpa hasil. Bapak menghampiri loket yang sudah ditutup dan bertanya mengapa bisa kehabisan padahal menurut jumlah antrian seharusnya masih cukup sampai untuk beberapa orang di belakang kami. Petugas loket nggak bisa menjawab, ia hanya meminta maaf. Sampai hari ini aku masih bertanya-tanya tentang berapa banyak tiket yang boleh dibeli saat kita mengantri tiket bioskop. Bukannya ada batas maksimal? Ah, membingungkan!

Kekecewaanku berubah menjadi kemarahan. Di perjalanan pulang aku menjadi rewel dan hampir menangis betulan. Lalu Bapak punya ide untuk membawaku ke bioskop lain. Katanya ada sebuah bioskop lama yang sudah ditinggalkan penggemar, mungkin di sana antriannya nggak terlalu panjang. Aku setuju, terlebih Bapak juga semangat. Mungkin karena ia ikut penasaran dengan Harry Potter, hehehe. Dan benar saja, di sana antriannya nggak terlalu panjang, malah waktu kami sudah di dalam ruangan, ada 1 barisan yang kosong.
Film dimulai, aku segera bersiap untuk kembali larut dengan kisahnya. Wah, Christopher Columbus! Itu kan orang yang sama dengan yang membuat dua film kesukaanku: Mrs. Doubtfire dan Home Alone. Pasti aku juga akan suka dengan film nya yang ini. Tapi hey! Siapa itu?? Apa itu Harry Potter? Kenapa tanda petirnya agak miring ke sebelah kanan? Di buku kan ada di tengah... Dan itu siapa? Bibi Petunia? Kenapa ia terlalu 'normal'? Dibuku kan ia kurus dan berwajah seperti kuda...
Gue nggak bisa berhenti bertanya pada Bapak kenapa semuanya terlihat berbeda. Bapak bilang terkadang sutradara menyesuaikan naskahnya supaya sesuai dengan tampilan visual. Ah, tapi aku nggak puas. Satu-satunya tokoh yang terlihat sama cuma Ron Weasley...


OOTD: Hair clip: CandyButton | Glasses: Braga | Top: Harry Potter | Skirt: Simple Chic | Legging: Simple Chic | Shoes: Kameli.





Ternyata aku nggak terlalu tertarik dengan filmnya, apalagi semakin lama ke-nggak miripan film dengan buku semakin besar. Aku cuma mengikuti film Harry Potter sampai seri ke 3 di bioskop. Semuanya aku tonton ditemani Bapak dan di seri ketiga Bapak malah ketiduran! Hahahaha... Tapi aku tetap mengikuti bukunya dan menyukainya seperti pertama kali aku membacanya.
Aku ingat waktu buku seri ketiganya keluar. Ada promo di sebuah toko buku yang menyebutkan bahwa pembeli pertama berhak atas buku Harry Potter edisi spesial (hard cover) dan sebuah mug bergambar Harry Potter. Nggak mau keduluan, aku menyimpan dulu uang muka sebesar 50% di toko buku. Ibu bilang aku konyol banget, karena bahkan bukunya belum sampai di Indonesia. Tapi aku tetap bersikeras bahwa harus jadi orang pertama dan nggak mau kejadian di bioskop terulang lagi. Gawatnya 3 hari sebelum bukunya datang aku terserang alergi parah. Seluruh tubuhku gatal-gatal dan membengkak. Aku sudah ke dokter dan memohon supaya bengkakku berkurang, tapi dokter nggak bisa apa-apa dan memintaku menunggu selama satu minggu. Setiap hari aku berdoa dan berdoa supaya alergiku membaik, tapi ternyata di hari ketiga keadaanku masih tetap sama. Bapak menawarkan supaya ia saja yang mengambil bukunya, toh secara teknis aku sudah jadi pemilik buku itu dan nggak perlu takut bukunya diambil orang. Tapi aku tetap bersikeras untuk mengambil bukunya sendiri. Aku ingin jadi orang pertama yang menyentuh buku itu setelah petugas toko buku (iya, petugas percetakan dan pengiriman buku nggak dihitung, lol). Akhirnya aku pergi ke toko buku dengan memakai jaket tebal, topi, sarung tangan dan masker untuk menutupi kulitku yang merah dan bengkak. Dan aku pun berhasil menjadi pembeli buku pertama yang menakut-nakuti seluruh pengunjung toko buku, hahaha. Silly Indi!

Seiiring berjalannya waktu dan habisnya masa remajaku, ketertarikan dengan Harry Potter semakin berkurang. Aku tetap menganggapnya 'teman', pasti. Tapi aku nggak lagi rela melakukan apa saja untuk mendapatkan bukunya. Aku jadi lebih bersabar dan nggak menganggapnya masalah besar kalau aku terlambat membeli bukunya selama satu atau dua bulan. Dan dengan film nya, aku semakin nggak tertarik. Aku hanya menonton ketika DVD nya rilis atau diputar di TV. Kenangan terakhirku menonton Harry Potter (setelah yang seri ke 3) di bioskop adalah menonton seri yang ke 7, seri terakhir. Aku menonton dengan Ray dan kami nggak bisa berhenti tertawa karena Daniel pemeran Harry Potter, tampak begitu pendek dan berisi, semakin jauh dengan gambaran Harry Potter di buku, hihihi. Meski begitu, sama sekali nggak mengurangi kecintaanku dengan kisah Harry Potter yang sederhana tapi mengagumkan :)







Tadi siang Bapak bertanya di mana aku menyimpan semua koleksi pernak-pernik Harry Potterku. Aku bilang mungkin ada di kamar dan sebagian ada di rumah kami yang lama. Tiba-tiba saja aku ingin mengenang kembali masa kecil dan pra remajaku, sebelas tahun yang lalu ketika berkenalan dengan seorang anak laki-laki bernama Harry Potter. Dengan sedikit mencari-cari aku menemukan beberapa, memang nggak banyak tapi cukup membuat aku dan Bapak tersenyum lucu.
Hari ini dan selamanya aku akan mengenang Harry Potter sebagai anak laki-laki bertubuh kurus yang memiliki bekas luka di tengah jidatnya, bukan di agak ke kanan seperti di film. Harry Potter yang membuatku lebih bersyukur, berani dan membantu melewati masa pra-remajaku yang sulit.
Terima kasih, Harry... my friend ;)






salam,
INDI


Sabtu, 15 Oktober 2011

The Diary of... Impacted Wisdom Teeth?? :p


Halooo... haloooo, haloooo... Hahaha, semangat sekali aku malam ini :D Akhirnya gue aku post panjang lagi (iya, iya, aku dengar banyak dari kalian bilang, "Oh, no, Indi!!", lol). Jam 8 malam tadi jahitan bekas operasi impaksi pertamaku resmi dilepas, dan sekarang aku memutuskan untuk menulis pengalaman sejak operasi, pasca operasi sampai hari ini. Ya, semacam jurnalku selama 1 minggu ini :)
Well, okay... ayo kita mulai (yang mau ikut baca saja maksudnya, hihihi), semoga kalian menikmati ya ;)

***

7 Oktober 2011: Toko Es Krim nya sudah tutup, lho Indi...

Aku dan bapak pergi ke klinik untuk bertemu drg. Franky, spesialis bedah mulut. Perasaanku takut sekali meskipun sudah tahu jauh-jauh hari kalau gigiku yang impaksi ada 4 dan harus dioperasi. Sebelum hari ini datang aku sudah rontgen sebanyak 3 kali dan berkonsultasi dengan banyak dokter, berharap ada alternatif lain. Tapi semuanya hasilnya sama: aku harus dioperasi karena wisdom tooth (—-teeth karena ada 4) ku tumbuh melintang, hampir mengenai syaraf dan sudah menyebabkan lock jaw. Beruntung drg. Franky ternyata orangnya kocak dan ramah, dia menyemangati dan meyakinkan kalau aku pasti bisa melewati 2 jam waktu operasi. Dia juga mengizinkanku dan Bapak bertanya banyak hal supaya hatiku lebih tenang. Dari penjelasannya aku tahu bahwa operasi ini nggak mudah, gigiku terhalang tulang dan mungkin ada 'sedikit' tulang yang harus diambil supaya akar gigi tercabut semua. Aku juga harus siap kalau nanti akan ada syaraf yang nggak berfungsi pasca operasi mengingat 'lokasi' gigi-gigiku tersembunyi sekali.

Duh, aku jadi semakin menciut dengar penjelasannya... Pengen nangis rasanya, tapi malu soalnya muka dokternya datar-datar saja, hahaha. Untunglah dia kembali menenangkan, katanya biasanya pasien 'hanya' beresiko mati rasa sebelah wajah saja, tapi masih bisa berfungsi. Hmm, well, okay dokter, buatku itu tetap mengerikan, hahahaha. Tahu resikonya seperti ini, bius lokal rasanya jadi pilihan terbaik. At least aku masih dalam keadaan sadar kalau ada apa-apa. Apalagi aku disarankan untuk menginap 1 malam kalau memilih bius total. Uh, aku nggak suka makanan Rumah Sakit :p
Setelah deal dengan segala resikonya, drg. Franky memastikan aku sudah berani untuk operasi. Aku langsung mengangguk, tapi ternyata malah Bapak yang menyela dan bertanya, "Dok, apa betul anak saya harus makan es krim banyak-banyak setelah operasi?". Bukannya menjawab dokter malah menuduhku, katanya, "Pasti anak Bapak ya yang bilang?". Dituduh seperti itu cepat-cepat aku jawab, "Aku tahu dari internet, bukan aku yang bilang". Oh, my God memalukan... hahahaha...

Waktu dibius aku nggak rasakan apa-apa, cuma sedikit ngilu dan perasaan sedikit tertekan. Tapi aku betul-betul nggak tahan dengan semua suara di sekitarku. Suara gusiku disobek adalah yang paling buruk, apalagi tiba-tiba mulutku penuh darah dan rasanya aneh banget. Aku coba pejamkan mata dan pura-pura tidur, tapi dokter malah minta aku bangun karena katanya itu bahaya. (Ya ampun, kenapa aku itu hobi banget improvisasi, ya? Lol). Setelah gusi selesai disobek gigiku ternyata masih belum terlihat seluruhnya. Posisinya ada di ujung dan sebagian terhalang tulang. Gigi yang terlihat berhasil dipecahkan jadi 4 bagian dan berhasil membuat Bapak ke luar ruangan karena ngilu dengar suaranya, hahaha. Aku masih nggak rasakan apa-apa selain perih di lidah dan ujung bibir.
Satu jam berlalu, dokter mencungkil tulangku sedikit demi sedikit. Obat bius rasanya sudah nggak terlalu bekerja, aku bisa merasa ngilu dan sedikit sakit. Tapi aku coba tetap tenang sampai 40 menit kemudian sisa gigi dan 2 buah akar gigi berhasil keluar. Spontan aku langsung tepuk tangan dan tertawa sampai-sampai darahku netes-netes ke dagu (ada pembuluh darah yang ikut terpotong, tapi tenang ini aman). Mbak asisten dokter sampai ikutan tepuk tangan, lho, dia bilang, "Akhirnya selesai juga...", hehehe. Tinggal tahap terakhir, gusiku yang terbuka selebar-lebarnya dijahit. Begitu jarum nusuk gusi, aku langsung teriak sampai semua kaget. (Apalagi bapak yang baru masuk kembali setelah trauma melihat anaknya operasi, hahaha). Ternyata oh ternyata, efek obat biusku habis. Aku pun harus rela dibius kembali dan menunggu 5 menit ekstra supaya obatnya bekerja.

Dan, operasipun selesai. Setelah mulut dan pipiku dibersihkan, aku langsung bangun dan ingin melihat gigi yang sudah dioperasi. Eww... ternyata hasilnya acak-acaknya. Gigiku dipecah entah jadi berapa bagian dan memang ada serpihan tulang-tulang kecil. Ya Tuhan, seram sekali :S
Aku yang masih dalam pengaruh obat bius, ceria dan betul-betul bebas rasa sakit malah tertawa-tawa dan minta dokter pindahkan gigiku ke atas kertas bersih supaya bisa difoto. Tapi dokter hanya memindahkan 4 potongan gigi tanpa tulang dan meminta aku memfoto yang itu saja. Katanya kalau semuanya kelihatan nanti orang ketakutan melihatnya, hehehe, betul juga ya? :p

Aku dan bapak langsung pamit pulang begitu dapat resep obat. Waktu kami sampai di pintu keluar dokter memanggil aku kembali dan berkata, "Toko es krimnya sudah tutup, Indi!". Aku langsung kecewa tapi Bapak bilang dokter cuma bercanda. Dan ternyata betul diperjalanan pulang aku langsung dibelikan 2 cup es krim dan 1 kotak jus. Oh, ya, soal es krim ini bukan sekedar keinginanku, dr. Franky ini memang suka bercanda, tapi pada akhirnya dia tetap mengiyakan kalau aku memang butuh es krim. Fungsinya supaya jahitan sembuh dan darah cepat membeku. Kompres air dingin dari luar memang membantu, tapi es krim juga terbukti efektif.


Sebagian gigiku yang sudah dokter pindahkan ke tempat bersih. Tadinya penuh darah dan ada pecahan tulang. Eww... :S


8 Oktober 2011: Daddy, I'm in pain... I don't care about your birthday :(

Beberapa jam setelah operasi rahangku sakit sekali. Dan di gusiku rasanya seperti ada luka terbuka yang terkena pasir: perih sekali! Aku sama sekali nggak bisa tertidur bahkan beristirahat. Puncaknya jam 5 subuh waktu aku tiba-tiba merasakan leher dan pipiku membengkak. Badanku juga panas sampai terus-terusan menggigil. Ya, dokter memang sudah memperingatkan soal ini, tapi aku nggak menyangka bengkaknya akan sebesar ini. Aku juga kaget waktu sadar kalau rahangku nggak bisa dibuka maksimal. Dengan panik aku bangunkan Bapak dan menangis. Aku hidup dengan scoliosis nyaris seumur hidup, tapi aku nggak pernah merasakan kesakitan yang seperti ini. Setiap kali aku baca artikel tentang operasi impaksi di internet kupikir rasa sakit yang diungkapkan terlalu dilebih-lebihkan. Tapi ternyata kenyataannya memang sesakit itu... sakit sekali...

Seharian aku habiskan dengan mengompres pipi dan mencoba istirahat, tapi tetap aku nggak bisa. Makanan yang masuk pun cuma 1 cup es krim dan Tipco rasa kiwi. Bapak betul-betul merawatku, beliau meyakinkan kalau aku pasti bisa lalui ini semua. Katanya aku akan sembuh lebih cepat daripada orang-orang yang pernah dioperasi impaksi. Beliau bahkan sepertinya lupa dengan ulang tahunnya sendiri, padahal biasanya setiap tahun selalu ada acara potong kue dan tiup lilin. Aku sebetulnya ingat Bapak ulang tahun, tapi entah kenapa aku selalu lupa untuk mengucapkan selamat. Oh, I'm sorry Daddy... :'(



Tipco dan es krim. I'm a HUGE fan of Tipco, btw :p


9 Oktober 2011: Oh, I want to EAT that Picture!

Aku putuskan untuk libur bekerja sampai jahitan bekas operasi benar-benar sembuh. Aku cuma ingin istirahat dan cepat sembuh. Ini baru hari kedua tapi bengkakku terus semakin membesar, padahal dokter bilang puncak bengkak akan terjadi di hari ke 3 dan ke 4 karena darah sudah mulai membeku dan harus diberi kompres panas supaya mengempis. Aku terus menerapkan kompres dingin karena darah terkadang masih keluar kalau aku berkumur. Pokoknya aku memcoba sedisipilin mungkin menerapkan nasihat dokter. Tapi waktu aku melihat-lihat majalah kesukaan, aku melihat halaman menu masakan yang membuat perutku berbunyi (padahal di hari sebelumnya aku nggak nafsu makan, lol). Aku langsung ke dapur dan mempraktekannya: roti bakar, telor ceplok, tomat panggang dan lelehan keju nikmat. Umm, yummy, aku langsung berdecak-decak begitu masakannya siap. Tanpa pikir panjang aku langsung buka mulutku lebar-lebar dan 'tuk', roti langsung beradu dengan gigiku. Ternyata rahangku masih terlalu sempit untuk dimasuki roti. Setelah aku cek, rahangku ternyata cuma bisa terbuka selebar 1 jari. Ah, too bad, padahal aku sudah susah payah memasak...

Meski di jam-jam tertentu sakitnya masih menjadi seperti kemarin, tapi di malam hari darahku betul-betul berhenti. Aku sudah bisa menggosok gigi meski cuma gigi di barisan depan.


Menu enak yang salah, hahaha...


10 Oktober 2011: Still the Same

Nggak ada perubahan yang berarti. Aku masih sering kesakitan di jam-jam tertentu. Tapi aku sudah bisa belajar makan dengan menu yang pas dan nggak perlu membuka rahang lebar-lebar. Aku nggak makan es krim, sebagai gantinya aku minum jus banyak-banyak karena meski dipaksakan tetap saja makanan yang masuk ke perutku nggak semaksimal hari-hari biasa.


11 Oktober 2011: Big Girl Appetite

Pipiku masih bengkak tapi sudah mulai bisa disentuh. Cuci muka memang masih terasa sakit, tapi aku sudah bisa menerima spons untuk membersihkan muka. Darah sudah sepenuhnya membeku, itu ada enaknya karena sehabis mencuci muka aku bisa mengoleskan minyak telon di pipi dan leher untuk mengurasi rasa ngilu. Tapi sayangnya karena kulitku sensitif mulai muncul bintik-bintik merah di daerah pipi kanan dan leher atas. Memang serba salah, tanpa minyak telon aku susah istirahat sedangkan kalau aku memakai kompres kain/kantung, pipiku masih terlalu sensitif dan akan terasa sakit. Akhirnya aku usahakan untuk memakai minyak telon sesedikit mungkin dan ketika malam hari aku coba untuk tidur di bawah tenda yang terbuat dari bedcover, jadi pipiku nggak kena kain secara langsung tapi tetap hangat. Brilian, ya? :p

Nafsu makanku juga meningkat pesat. Lihat acara kuliner di TV langsung pengen ikut makan, lihat majalah segala gambar makanan ditunjuk. Wah, pokoknya repot, hahaha. Untunglah Bapak banyak akal, beliau membuatkan aku kentang tumbuk dan tuna. Rasanya enak dan hampir sama dengan makanan 'normal' ku sehari-hari. Syukurlah aku pesco-vegetarian, kalau bukan mungkin aku sudah repot minta daging ayam dan sapi ya? Lol.


Kentang tumbuk, tuna dan tomat panggang. Yumm! :D


12 Oktober 2011: Awww, Eris yang malang :(

Aku merasa hampir normal, badanku semakin jarang demam (sebelumnya setiap malam memang agak hangat) dan bengkakku mengempis. Pipiku sudah terlihat hampir normal dan leher bagian atas bengkaknya tinggal sebesar kacang merah. Tapi tetap cuma sebatas 1 jari rahangku bisa terbuka. Aku nggak ada masalah dengan menggosok gigi, hanya saja aku nggak bisa pakai sikat gigi orang dewasa, ujungnya nggak masuk ke rahangku yang menyempit. Meski dokter minta aku beristirahat selama satu minggu tapi aku sudah mulai beres-beres kamar dan latihan lip sinc dengan lagu Aaron Carter, hahahahaha (get a life, Indi! Lol). Aku juga sudah kangen dengan Eris, biasanya setiap siang aku dan Eris suka berjalan-jalan di halaman sambil makan siang dan terkadang aku potong bulunya. Jadi aku putuskan untuk memulainya lagi sekarang, aku hampiri Eris dan memberinya 1 mangkuk dog food. Tapi lalu aku perhatikan sesuatu, mata kanan Eris memerah dan kelopaknya membengkak. Memang kecil sekali, tapi kalau dia melihat ke arah atas aku bisa melihatnya dengan cukup jelas. Aku langsung menghubungi Tina, teman onlineku yang memelihara banyak anjing. She's so nice dan banyak membantuku sejak Eris belum lahir dan Veggie masih hidup. Dia menyarankanku membasuh mata Eris dengan boorwater, katanya Eris sepertinya cuma iritasi atau panas dalam. Nasihatnya menenangkanku, aku langsung basuh mata Eris dan memotong bulunya lebih pendek. Dari buku yang aku baca iritasi mata pada anjing sering kali terjadi karena tertusuk bulunya sendiri dan lingkungan bermainnya, jadi aku mencoba meminimalisir pemacunya. Syukurlah di waktu malam mata Eris sudah membaik.

Oh ya, ada 2 kejadian lucu yang cukup menyebalkan. Yang pertama ada seorang petugas jasa pengiriman paket yang dengan nggak sopannya melemparkan paket ke garasi rumah orangtuaku. Waktu aku tegur dia bilang bahwa dia pikir di rumah nggak ada orang, padahal lucunya, dia masuk lewat pintu depan yang terbuka lebar. Bagaimana bisa dia pikir di sini nggak ada orang? Lol. Paketnya ternyata berisi majalah Aplaus the Lifestyle yang di dalamnya ada review novel keduaku: "Karena Cinta itu Sempurna" (Yippy, it's a good review!). Dan yang kedua aku dapat kejutan manis dari Puja, my brother. Dia memberiku es krim rasa stroberi kesukaanku. Tapi di malam hari dia meminta uang Rp. 5.000, katanya untuk membayar es krim yang aku makan! Hahahaha, aku akan balas nanti, little rascal!



Eris malang yang belum disisir 4 hari dan peralatan Eris. Eris suka sekali dengan sisirnya:)

Majalah Aplaus yang memuat review novel Karena Cinta itu Sempurna karyaku :)

Kado es krim yang ternyata ditagih uangnya setelah es krimnya habis -___-'


13 Oktober 2011: Kembali Menjadi Dog Keeper

Well, aku memang berjanji sama diri sendiri untuk libur bekerja selama sakit, tapi aku nggak bisa menolak kalau ada yang butuh bantuan soal anjing. I'm not a professional dog keeper, by the way, tapi aku terkadang diminta Uak untuk menjaga anjingnya. Dan hari ini, tadinya aku cuma mau membawa Eris ke dokter hewan untuk vaksin ulang dan memastikan matanya nggak apa-apa, tapi lalu aku teringat Doggy, anjing Uak yang belum pernah divaksin padahal usianya sudah 10 bulan. Ya, bukan salah siapa-siapa, Doggy ini anjing yang ditemukan di jalan dan Uak memutuskan untuk memeliharanya. Tapi berhubung beliau tinggal di luar kota, aku lah yang bertugas mengurus keperluan nya terkadang.
Membawa Doggy ke dokter hewan bukan perkara mudah, dia belum pernah naik mobil dan disimpan di dalam kandang sebelumnya. Sepanjang jalan dia terus menangis dan stres sampai-sampai dia pup. Aku betul-betul nggak tega, but what can I do, then? Aku cuma bisa mengelus kepalanya dan berjanji kalau setelah ini dia bisa pulang.

Sampai di dokter hewan Doggy semakin panik, banyak orang asing dan dia terpaksa diikat di pohon supaya nggak kemana-mana. Doggy juga nggak mau aku tinggalkan, setiap aku menjauh beberapa langkah saja dia pasti menangis dan mencari-cariku. Aku betul-betul kerepotan karena giliran Doggy diperiksa masih lama, masih menunggu 8 pasien lagi! Untung lah ada 2 pasien yang cancel dan kami bisa masuk lebih cepat. Hasilnya Doggy nggak apa-apa, dia cuma stres karena masih puppy dan nggak terbiasa sama suasana baru. Dokter dan aku juga membuatkan tanggal ulang tahun untuk Doggy karena dia anjing yatim piatu (poor Doggy...). Kami putuskan Doggy ulang tahun di tanggal 2 Desember karena keluarga Uak banyak lahir di tanggal 2. Haha, selamat ya Doggy, sekarang kamu bisa ulang tahun! :D Sedangkan Eris, she's fine. Dokter bilang dia anjing yang lucu meski penakut. Eris masih harus menambah berat badan kalau dia mau hamil, tapi intinya dia baik-baik saja dan matanya cuma iritasi karena tanah :)

Aku banyak tertawa dan rahangku rasanya sudah bisa terbuka lebar, sampai aku putuskan untuk membeli roti di dokter hewan. Aku baru sadar bahwa rahangku masih tetap sempit. Aku bahkan nggak bisa memasukan roti kecil ke dalam mulut dan harus menyerah untuk makan bubur di rumah...



Eris ceria di dokter hewan. Bulunya bersinar dan rapi | Doggy setelah sedikit tenang dan diberi roti | Buku vaksin Doggy dan Eris | Obat pencernaan dan cacing (rutin) untuk Eris supaya lebih gemuk :)
 
Bertemu bubur di rumah setelah gagal makan roti :'(


14 Oktober 2011: Sudah Selesai :) (at least for now)

Badanku terasa lelah karena aktivitasku kemarin, tapi kabar baiknya rahangku sedikit bisa terbuka. Memang masih sakit, tapi at least sekarang sudah seukuran 2 jari. Masih susah untuk menggosok gigi dengan sikat gigi orang dewasa, tapi firasatku sepertinya sebentar lagi akan bisa, hehehe.
Aku betul-betul semangat untuk melepas jahitan di gusiku, rasanya nggak sabar untuk ke klinik dan menghilangkan rasa aneh di mulutku (benangnya terasa pahit dan asam setiap kali tergigit, hehehe). Apalagi aku merasa kalau aku menelan salah satu benang di gusiku. Tapi kata Bapak itu nggak mungkin karena dokter pasti sudah mengikatnya dengan kuat :p
Sambil menunggu aku mengecat kukuku dengan warna pink. Cat kuku ini dari Ray, jarang kupakai karena waktu itu dia menghadiahiku dengan banyak warna, hahaha.

Jam 8 malam aku ke klinik, syukurlah aku nggak perlu menunggu lama. Ada yang bilang melepas benang itu perih dan agak sakit, tapi ternyata aku hampir nggak rasakan apa-apa. Rasanya begitu cepat dan langsung membuat gusi terasa ringan :) Berhubung drg. Franky lagi nggak kurang sehat, aku berkonsultasi dengan istrinya, drg. Susiana. Dia bilang bekas jahitanku bagus sekali, bersih dan nggak ada komplikasi, bahkan sama sekali nggak meninggalkan lubang. Untuk masa penyembuhan jugaku lebih cepat dibanding pasien lain meski kasusku termasuk berat. Wah, berarti Bapak betul bahwa aku ternyata memang cepat sembuh! :) Soal rahangku yang cuma bisa terbuka dua jari katanya itu wajar. Malah itu termasuk bagus karena biasanya setelah lewat 1 minggu banyak pasien cuma bisa membuka rahangnya seukuran 1 jari! Wah, senang sekali, ternyata aku bisa melewati masa pasca operasi dengan lancar.

Drg. Susiana bilang supaya aku memberi waktu pada bekas operasiku untuk sembuh total sebelum operasi berikutnya. Yup, aku masih harus menjalani 3 operasi lagi karena masih ada 3 wisdom teeth yang tertinggal. Di hari pertama setelah operasi aku sempat menangis dan bilang kalau aku nggak akan sanggup untuk menjalani operasi lain. Waktu itu aku pikir 1 saja sudah sakit sekali apalagi harus 3 kali lagi. Tapi setelah hari ini kurasa aku sudah semakin kuat :) Apalagi aku juga masih harus berjuang melawan lock jaw. Tulang rahang kanan aku lebih menonjol daripada yang kiri, jadi operasi-operasi ini membantu meringankan 'beban' rahangku sebelum operasi perbaikan rahang (okay, ralat kalau gitu, aku masih harus menjalani 4 operasi lagi). I’ll be just fine, aku percaya itu :)

Pulangnya aku mampir ke mini market untuk membeli sikat gigi anak-anak. Aku mungkin akan memakainya sampai 1 minggu ke depan. Sengaja aku pilih yang ada bonus pasta gigi nya supaya bisa Eris pakai, hihihi, harus berhemat, masih banyak pengeluaran sebelum masalah rahang ini selesai :) Meski begitu aku menghadiahi diri sendiri dengan membeli 1 cup lulur Bali ;)

Jadi, begitulah jurnalku pasca operasi impaksi. Aku tahu ini panjang, tapi semoga ada yang tahan untuk mengikuti ceritaku sampai akhir, lol. Sekarang aku harus istirahat karena nanti siang hari pekerjaanku dimulai kembali, hehehe. So have a nice weekend dear pals!



Bermain dengan cat kuku dan cincin Iie sambil menunggu waktu (aku cuma pakai cincin itu khusus difoto saja, lol)

Sikat gigi anak yang kubeli dan lulur bali untuk hadiah diri sendiri :)

Penampakan terakhirku, lol. Kinda skinny :( And I need a haircut ASAP.


















nb: Ah, iya aku sampai lupa. Ternyata aku betul-betul menelan benang jahitan di gusiku secara nggak sengaja. Aku lupa tepatnya hari apa, tapi waktu dokter melepas benangnya yang tertinggal memang 2 jahitan, padahal seharusnya ada 3, hahahaha.




salam senyum lebar,

INDI
twitter? HERE



Post serupa dari teman blogger yang juga baru operasi impaksi. Buka di sini dan di sini.

Selasa, 11 Oktober 2011

Featured: Global Tren

Teman-teman, apa kabar? Semoga dalam keadaan baik, ya, karena di sini hujan lebat sekali dan membuat efek "makyus" pada bekas operasi impaksiku, hehehe. Oh, ya terima kasih banyak untuk doa dan dukungannya, operasiku Jumat kemarin, thank God berjalan lancar dan sekarang sudah semakin membaik. Nanti akan aku ceritakan detailnya setelah aku lebih fit ya :)

It's gonna be a quick post (masih meriang soalnya badanku, lol). Majalah Global Tren akhirnya terbit dan aku bisa lihat fotoku di sana! Yippy! Hihihi... Aku mengisi kolom satu halaman full yang berjudul "It's Never Too Old to Start Something, It's Never Too Late to Learn a New Tricks". Ini pengalaman pertamaku menulis di majalah dengan segmen dewasa, lho (sasaran majalah ini adalah untuk usia 21 ke atas), terlebih ini majalah bisnis dan lifestyle. Makanya aku bangga betul bisa ada di sini. Apalagi fotoku nongol dua kali: satu di daftar isi dan satu di kolom itu sendiri :D



Cover Global Tren, dan ada gue di daftar isi :)


Satu halaman full di halaman 72 :)


Untuk teman-teman yang ingin baca langsung majalahnya, sayang sekali karena Global Tren hanya terbit terbatas di daerah Semarang dan disediakan free di lobby hotel, bandara dan beberapa tempat umum lainnya. Jadi untuk yang berada di kota lain, bisa klik saja gambar di post ini, nanti tulisannya akan membesar dan cukup nyaman untuk dibaca.

So, selamat hari Selasa ya teman-teman, sampai ketemu di postku selanjutnya :D


smile,
Indi

Jumat, 07 Oktober 2011

Review: Tokyo Animefashion dan Semoga Cepat Sembuh Indi! :)




What? It's weekend already? Hore :D Gimana nih hari-hari kalian selama satu minggu ini? Fun? Mudah-mudahan, ya! :) Kalau aku sendiri jujur saja nggak mengalami minggu yang mudah, Ray sakit cacar air sejak September lalu, sedangkan  aku harus bolak-balik dokter karena demam yang nggak kunjung sembuh. Meski begitu hari-hariku tetap bahagia, kok. Banyak kejutan-kejutan kecil sepanjang minggu, salah satunya dua hari lalu, Naomi dari Tokyo Animefashion. Senangnya … apalagi nggak cuma satu, tapi aku dapat dua T shirt. Satu lagi buat Ray katanya, hihihi :)

I'm not really into Japanese thing, actually, begitu juga Ray. Tapi begitu kami lihat kaosnya, waaaaa, they're super cute, jadi nggak sabar buat pakai. Lucunya, kami betul-betul nggak tahu lho apa itu K-On! (iya, nulisnya harus pakai tanda seru). Dan dari hasil googling ketahuan kalau K-On! itu ternyata manga yang serialnya dibuat di majalah sejak tahun 2007 lalu. Baca resensinya sekilas sepertinya menarik juga, soalnya aku selalu suka dengan all about girly thing, hihihi...

Oh, ya kalau kalian suka dengan manga (komik Jepang), yuk tengok koleksi Tokyo Animefashion DI SINI. Dijamin deh ngiler, hihihi. Buat yang nggak suka manga kayak aku dan Ray juga bukan berarti nggak ngiler lho, soalnya barangnya lucu-lucu :) Untuk pemesanan bisa hubungi Naomi di 085726917077 by call or text.


My OOTD: Bow: my DIY | Glasess: Italy design | T-Shirt: Tokyo Animefashion by Hikaru Mangacloth | Watch: Monol | Skirt: Simply Chic | Shoes: Gosh





Cute banget detailsnya :)


Mumpung punya baju baru (cieeee, hahahaha), tadi siang aku dan Ray memutuskan buat ke resto sushi dekat rumah. Hmm, sebetulnya bukan karena Ray lagi punya banyak uang atau apa, Ray bahkan belum ambil gajinya karena cuti sakit selama 1 minggu. Tapi ini untuk 'merayakan' kesembuhan Ray dan menyenangkan hatiku yang lagi-deg'an menunggu jadwal operasi gigi. We had a lotta fun, Ray minta aku makan yang banyak karena berat badanku turun 1 kg :( Dan as he commanded, aku berhasil makan 2 porsi sushi dan 2 porsi sup! Hihihihi :)


Our sushi! :D


Dan hari ini pun kami tutup dengan pulang ke rumah dan banyak-banyak-banyak doa agar operasiku lancar. Rencananya, kalau aku fit, operasi akan dilakukan hari Jumat jam 7 malam. Doakan aku ya teman-teman, perjalananku masih 'panjang' karena setelah ini akan ada operasi yang lain. Maklum gigiku yang impaksi ada 4, huhuhu :')

So, have a nice weekend ya, guys. Dan sekali lagi, thanks a lot untuk Tokyo Animefashion. T-shirt nya keren banget! Good night!... ;)





sweetest smile,
Indi