Tampilkan postingan dengan label Rumah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rumah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 27 Juni 2024

Ketika Aku Menjadi Penyihir, Shane Menjadi Preman, dan Ali Menjadi Anak Cool! (Cerita Halloween Kami)

Aku mengetik ini tengah malam sambil menunggu makanan yang kupesan datang. Shane dan Kitty sudah tidur sejak beberapa jam yang lalu, lampu-lampu pun sudah dimatikan sehingga sumber cahaya hanya dari laptop dan sesekali layar handphone yang menyala menandakan ada notifikasi masuk. Aku belum mengantuk, kalau sedang menstruasi jadwal tidurku (dan makan, ehm, hehe) selalu berantakan. Memang kurang baik tapi jujur saja aku sangat menikmati saat terjaga sendirian seperti ini. Udara terasa dingin, sisa hujan di sore hari. Seharusnya sekarang musim kering tapi cuaca Bandung memang seringnya nggak bisa ditebak, bisa hujan kapan saja. Dan suasana seperti ini mengingatkanku dengan Halloween, ---musim favoritku, yang selalu bertepatan dengan musim hujan di bulan Oktober. Ya, aku tahu, sekarang masih bulan Juni, tapi suasana ini membuat mood Halloweenku bangkit. Apalagi tungku lilin di samping laptopku sedang melehkan lilin beraroma labu yang manis :)

Rasanya sekarang waktu yang sangat tepat untuk bercerita tentang Halloween-ku (well, kami) di bulan Oktober 2023 lalu. Aku sangat suka dengan Halloween (---eh, barusan aku sudah bilang ya, hehe), perpaduan hujan, film-film seram lama yang diputar di TV, dan rumah hantu-rumah hantu dadakan yang bermunculan membawaku ke perasaan nostalgic. Entahlah, somehow mengingatkanku dengan masa kecil yang hangat meskipun sebenarnya di Indonesia Halloween bukan "hal yang besar". Dulu aku selalu menghabiskan Halloween dengan memakai kostum buatan Ibu dan menonton film seram dengan Bapak hingga larut. Setelah dewasa rupanya aku menikahi seorang Halloween enthusiast! Yup, Shane juga sangat menyukai Halloween, ---jujur saja ia satu-satunya orang yang menyamai energiku :D Setiap tahun, jauh-jauh hari, bahkan sejauh satu malam setelah Halloween selesai saja kami langsung membicarakan rencana tahun depan. Tahun kemarin Halloween kami bertema "Hocus Pocus" yang tentu saja sudah kami bicarakan sejak tahun 2022! :D



Aku punya banyak film favorit yang bertema Halloween, salah satunya "Hocus Pocus" yang entah sudah berapa kali kutonton ulang. Ali, adikku (yang sebenarnya dalam silsilah keluarga adalah keponakanku) sedang dalam fase terobsesi dengan film yang sama. Ia selalu amazed setiap melihat Max, salah satu tokoh utama di film. "Max itu keren sekali, sepatunya bagus," begitu katanya. Dari sanalah ide tema Halloween tahun lalu muncul. Aku memutuskan untuk memberi Ali sedikit kejutan dengan mewujudkan impiannya menjadi "Max Kecil". Shane setuju, ia pun lalu menyebut nama "Billy" ketika aku bertanya tokoh “Hocus Pocus” mana yang akan ia pakai kostumnya. Jawabannya membuatku tertawa, Billy adalah zombie bertubuh kurus yang menurut Shane mirip dengannya tanpa harus memakai kostum, hahaha. Selera humor Shane kadang terlalu "liar", sampai penampilan fisik sendiri pun dijadikan candaan :D 


Sementara aku, awalnya ingin memakai kostum Mary, salah satu penyihir dari Sanderson Sisters. Tapi setelah dipikir aku memutuskan untuk menjadi Dani saja, adik dari Max. Rasanya jadi lebih pas karena jika aku menjadi Mary harus ada yang menjadi Winny dan Sarah alias "sisters yang lain", ---yang mana nggak mungkin karena Shane dan Ali kan laki-laki :D Seperti yang sudah-sudah untuk kostum sebisa mungkin kami memanfaatkan apa yang sudah ada. Dan kalaupun harus membeli yang baru jangan sampai nantinya hanya jadi terlupakan di tumpukan lemari :') Untuk menjadi Dani aku memakai dress hitam buatan Ibu yang outernya kulepas digantikan dengan cape merah yang kubeli di marketplace. Karena di film cape merah Dani bermotif matahari, jadi aku menempel beberapa gambar matahari dengan menggunakan double tape! Hihihi, supaya bisa dilepas kembali dan nantinya ditempel di tempat lain :) Aku juga menambahkan topi penyihir dan ember permen yang sudah kumiliki sejak tahun 2021 untuk melengkapi kostumku. Di film diceritakan kalau Dani memakai kostum penyihir untuk Halloween, btw. ---Hasilnya? Aku puas dengan usaha mix and match-ku ;)


Ali sepertinya memang ditakdirkan untuk menjadi Max. Setelah ia tahu aku membelikannya kaus tie dye, ia langsung video call untuk memberitahu kalau ia sudah siap "melengkapi" kostum dariku. Di film Max memakai dua outfit, kaus tie dye di adegan-adegan awal dan jaket tebal saat ia melakukan trick or treat bersama Dani. Aku merasa outfit yang pertama lebih cocok untuk Ali, lagipula kaus rasanya akan lebih "bisa dipakai" di iklim Bandung yang kadang saat hujan pun terasa lembap. Aku sempat khawatir karena nggak bisa menemukan warna kaus tie dye yang tepat, tapi ternyata Ali dengan pandai memadukan kausnya dengan kaus hitam berlengan panjang dan sepatu keds yang ia miliki! Yup, seperti yang kubilang barusan, Ali sepertinya ditakdirkan menjadi Max :) Dengan budget yang minim ia berhasil "menangkap" style ala Max dengan cerdas.


Lalu bagaimana dengan rencana Shane yang ingin menjadi Billy? Beberapa hari saja sebelum Halloween kami sepakat untuk membatalkannya karena mendadak dapat ide yang dirasa lebih bagus :D Ada tokoh di "Hocus Pocus" bernama Jay yang kemunculannya selalu membuat kami tertawa meskipun sebenarnya ia pemeran pendukung. ---Jay adalah seorang pembully alias preman kampung! Hahaha. Jika Shane menjadi Jay tentu saja akan lebih cocok dibandingkan menjadi Billy, karena di film ia diceritakan selalu mengganggu Max dan Dani. Kostumnya pun sangat gampang, Shane nggak perlu didandani macam-macam karena dari segi postur tubuh dan rambut sudah mirip (bisa-bisanya ia pikir lebih mirip dengan Billy, lol). Dengan memakai jaket kulit imitasi dan kalung tengkorak yang harganya beberapa ribu saja, Shane sudah bisa menjadi Jay versi yang nggak tengil-tengil amat kalau dibandingkan dengan aslinya :p


In case kalian belum pernah menonton "Hocus Pocus", beginilah penampilan Jay, Dani dan Max yang asli :D


Selain kostum dan vibesnya, yang membuatku excited dengan Halloween tentu saja dekorasinya. Nggak banyak yang berubah, aku dan Shane hanya memakai dekorasi yang sudah ada bahkan dari sebelum kami menikah. Beberapa ada juga yang dari project DIY isengku, kondisinya masih bagus karena hanya dipakai setahun sekali :D Yang berbeda hanya karena ini kali pertama kami ber-Halloween di rumah tapak (sebelumnya kami tinggal di apartemen) jadi dekorasinya bisa sampai di luar rumah juga! :') Akhirnya kami kesampaian memajang labu-labu palsu di halaman rumah dan perapian halaman belakang. Kami juga menghiasi jendela yang menghadap ke jalan dengan stiker-stiker seram supaya orang yang lalu-lalang ikut bisa merasakan vibes musim seram, hihi. Sebenarnya rumah kami belum 100% selesai, bagian belakangnya masih berantakan. Tapi nggak apa, malah cocok dengan dekorasi Halloween kan :D


Dekorasi tampak depan rumah kami yang sederhana.

Perapian di halaman belakang masih berantakan tapi tetap kami beri dekorasi Halloween :)


Salah satu project DIY yang kubuat waktu masih tinggal di rumah orangtua.


Halloween tiba, aku dan Shane siap dengan kostum kami. ---Begitu juga Kitty dengan kostum Mike Wazowski-nya yang dibeli secara dadakan. Sebenarnya Kitty nggak perlu memakai kostum karena di film "Hocus Pocus" ada tokoh kucing bernama Thackery Binx. Tapi aku nggak mau kucing kesayangan kami ini merasa ditinggalkan, jadi kuputuskan untuk membelikannya kostum juga :) Meski berasal dari dua judul film yang berbeda tapi Mike sama-sama dari film yang diproduksi Disney, "Monster Inc". Dan kalau dipikir-pikir ceritanya nggak jauh sama "Hocus Pocus" ya, tentang menakuti anak-anak. Cuma bedanya Mike mengambil suara bukan nyawa mereka (---lho kok seram ya kalau dibayangkan, hiii...). Sambil menunggu Ali datang Shane mengambil videoku untuk cover lagu "Come Little Children" yang sudah kurekam semalam sebelumnya. Lagu ini aslinya dinyanyikan Sarah di film untuk menghipnotis anak-anak supaya mereka menghampiri Sanderson Sisters. Karena Ali sangat suka dengan Sarah (ya, selain dengan Max tentu saja), jadi beberapa minggu sebelum Halloween aku merekam Ali yang sedang beracting untuk kemudian digabungkan dengan videoku. 


Kitty dengan kostum Mike Wazowski-nya yang kedodoran :D


Videoku membawakan lagu "Come Little Children". Aku dan Shane bermain ukulele di sini.


Waktu Ali datang aku dan Shane langsung amaze dengan penampilannya. Wow, ia benar-benar seperti Max! :D Ali diantar oleh Ibu dan Bapak, dan Ibu bilang Ali sangat serius sekali dengan kostumnya. Nggak cuma penampilan luarnya, Ali juga pandai sekali meniru gaya Max yang cool. Kami sampai tertawa dibuatnya :) Karena langit sudah mulai gelap tanda hujan akan datang, Bapak meminta kami untuk mengambil foto sebelum melakukan hal lain. Seperti biasa, untuk kenang-kenangan. Hanya Ali yang memakai sepatu, sementara aku dan Shane betah dengan kaus kaki dan sandal kami karena udara terasa dingin. Nggak banyak foto yang diambil karena angin bertiup semakin kencang dan rintik hujan mulai turun. Tapi nggak mengapa karena foto-foto yang sedikit ini sudah cukup menangkap keseruan Halloween kami, yang nantinya akan mengundang senyum ketika kami melihatnya di masa depan ;)


Bagaimana, apa kami sudah cukup mirip dengan Jay, Dani dan Max? :D

Dani dan Max. Di film mereka diceritakan sebagai kakak-adik yang sering berselisih, lho.

Ali dengan gaya ala Max-nya :D

Temanku bilang Shane nggak diapa-apain juga mirip Jay, ahahahaha xD

Skit Hocus Pocus kami.


Perbandingan kami dengan tokoh-tokoh asli di film “Hocus Pocus”. Kami berusaha untuk memakai apa yang sudah ada di rumah :D


Ibu membawakan kami mi goreng dan capcay untuk makan siang, juga sebuah labu untuk diukir. Jadi segera setelah kami masuk ke rumah, hal pertama yang dilakukan adalah makan! Hanya aku, Shane dan Ali saja tepatnya, karena Ibu dan Bapak ingin duduk-duduk di garasi sambil menikmati hujan. Ibu membeli makanan untuk kami dari restoran Chinese Food langganan yang rasanya selalu kami sukai (langganan sejak aku kecil, lho). Mereka punya pilihan vegetarian dan vegan, tapi somehow salah membuat pesanan mi goreng ibuku. Yang seharusnya vegan jadi vegetarian karena bertabur telur orak-arik, huhu :') Aku dan Shane tetap berusaha memakannya dengan cara memilah mi-nya saja karena buang-buang makanan itu sangat BIG NO untuk kami. Tapi lama-lama menyerah juga... Syukurlah Bapak mau menghabiskannya karena Ali mendadak ikut-ikutan vegan dan menolak untuk menghabiskan mi gorengnya :D


Selesai makan hujan turun semakin lebat. Kami putuskan menjadi waktu yang tepat untuk mengukir labu yang Ibu bawa. Labunya berukuran mungil dan terlihat cute. Kata Ibu beliau pilihkan yang paling bagus dari sekian banyak labu di supermarket. ---Iya, kami selalu beli labu dari supermarket untuk Halloween, tepatnya dari Superindo karena di kota Bandung nggak ada pumpkin patch xD Aku dan Ali mencari inspirasi desain pumpkin carving dari internet sementara Shane sudah siap dengan pisau dan sendoknya. Setelah mendapat desain yang paling kami sukai, Shane mulai menggambar pola desainnya dengan menggunakan spidol di permukaan labu. Aku dan Ali mengamati Shane dengan seksama, nggak berani untuk menyentuh pisau mengingat cerobohnya aku dan Ali yang masih terlalu muda. Nggak membutuhkan waktu lama Shane selesai mengukir labu dan melengkapinya dengan lilin elektrik. Bagus sekali, "mata" labunya seperti menyala dan berekspresi. Aku dan Ali pun bertepuk tangan karena kagum. Kami meletakkan labunya di atas pemutar piringan hitam dan akan dikeluarkan keesokan harinya saat hujan sudah reda.


Proses pumpkin carving. ---Kok kebetulan mirip dengan kaus Shane ya? :D

Hasilnya seperti ini. Seram atau imut, nih?


Aktivitas selain mengukir labu yang selalu dilakukan setiap tahun tapi nggak pernah bosan tentu saja memanggang cake "kuburan". Aku sudah melakukannya sebelum ada Ali dan dilanjutkan sampai sekarang. Dulu aku menyebutnya mud cake atau kue lumpur, tapi semenjak ada Ali berganti nama menjadi "kuburan" karena ia selalu menambahkan hiasan batu nisan yang terbuat dari sepotong biskuit :D Sayangnya ketika aku akan menyiapkan bahan-bahan membuat cake, Ibu mengingatkan kalau di pagi hari Ali harus bersekolah :') Ali kecewa, tentu saja. (---Well, aku dan Shane juga begitu). Tapi terobati setelah aku memberinya bahan-bahan membuat cake agar ia bisa melakukannya sendiri (dengan diawasi Bapak) sebelum tidur. Nggak lupa aku menuliskan step by step-nya agar mudah diikuti Ali. Ibu, Bapak dan Ali pun berpamitan untuk pulang, meninggalkan aku dan Shane yang segera memanggang cake kami. Bagaimana dengan Kitty? Oh, ia bergelung di tempat tidurnya dan terlindung dari udara dingin karena masih memakai kostumnya ;)


Cake kuburan buatan aku dan Shane. Ukurannya kecil karena bahannya dibagi dua dengan Ali.

Cake buatan Ali yang bikin bangga! :')


Aku dan Shane menghabiskan sisa hari dengan berkumpul di ruang TV. Shane sudah terkantuk-kantuk sementara aku mencari film seram seru yang bisa kutonton sebagai pengantar tidur. Sebelum aku menemukan tontonan yang kuinginkan HP ku bergetar, ---ada pesan dari Ibu. Isinya membuatku tersenyum dan sedikit terharu. Beliau mengirimkan gambar cake buatan Ali yang berbentuk abstrak :') Katanya Ali bersemangat sekali dan ia bangga dengan cake buatannya. Saking bangganya ia nggak menghabiskannya dan akan membawa sisanya ke sekolah! Aku harap Halloween berikutnya aku bisa kembali memanggang cake bersama Ali, tapi melihatnya bisa melakukan sendiri membuatku merasa bangga :') Akhirnya aku menemukan film yang akan kutonton, judulnya "The Devil on Trial" di Netflix. Lampu ruang TV kugelapkan dan Shane sudah setengah tidur di atas matras lantainya. Meski film dokumenter yang kuntonton bergenre horor tapi suasana malam terasa damai. Sungguh Halloween yang menyenangkan dan membuat hatiku hangat :)


Udara dingin membuat Kitty cepat mengantuk, hihi.


Sehari setelah Halloween aku membuat pizza sayur dan tahu berbentuk pumpkin :)


Vlog Halloween kami :)


Well... begitulah cerita Halloween kami. Aku begitu terlarut saat menulis cerita ini sampai-sampai hampir lupa kalau sekarang masih bulan Juni. ---Kalau saja aku nggak melihat pojok bawah monitorku yang menunjukkan bulan apa sekarang :D Makananku sudah datang (jamur dan kale, yum).  Setelah menutup laptop aku akan makan sambil menonton video-video Halloween lamaku (thanks to Bapak yang selalu rajin mengabadikan moment). Setelah itu tentu aku akan menyusul Shane dan Kitty yang sudah tertidur nyenyak. ---Apakah mereka sedang bermimpi tentang Halloween? Ah, siapa yang tahu! :p


boo,

Indi



Catatan: Senang sekali bisa kembali menulis di sini. Sejak bulan April kesehatanku menurun. Hasil tes darahku baik, nggak ada yang perlu dikhawatirkan tapi dokter masih ingin melakukan beberapa tes lagi untuk tahu sumber rasa sakitku. Aku berencana untuk berkonsultasi dengan dokter lain karena merasa dokter yang sebelumnya kurang "mendengarkan". Tapi kabar baiknya aku sudah bisa lebih mengontrol rasa sakitku dengan yoga. So, aku sudah bisa sering-sering di sini dan berkunjung ke blog kalian. See you soon! ;)

Oya, Halloween juga membawa rezeki untuk Kitty. Aku mendaftarkannya ke kontes kostum Halloween yang diselenggarakan oleh Monsabel Pet Clinic dan ia menjadi salah satu pemenangnya! <3


Keywords: Pengalaman merayakan Halloween di Indonesia, kostum Halloween, tema Halloween Hocus Pocus.









----------------------------------------------------------------

Instagram: @indisugarmika | Youtube: Indi Sugar Taufik | Novelku, Waktu Aku sama Mika: di sini (Shira Media) dan di sini (Gramedia)


Minggu, 14 April 2024

Kenangan Puasa dan Lebaran Tahun lalu, ---Kami Bisa Melewatinya! :)

Ramadan dan Idul Fitri tahun 2023 kemarin adalah puasa dan Lebaran pertamaku dan Shane di rumah baru kami. Meski sudah lewat tapi aku putuskan untuk menulisnya di sini supaya bisa dibaca-baca kembali. ---Karena banyak pelajaran yang bisa aku dan Shane ambil dari pengalaman kami :) 




Waktu masih pacaran dan tahun pertama menikah kami menjalankan puasa di rumah orangtua. Shane masih clueless sekali dengan apa itu Ramadan dan segala tradisinya, hehe. Tahun berikutnya kami pindah ke apartemen sendiri dan di sanalah kami mulai memiliki "ritme"  sendiri, ---punya restoran langganan untuk berbuka dan sahur, punya tontonan yang selalu menemani saat sahur, sampai punya tempat favorit buat ngabuburit. Pokoknya Ramadan saat tinggal di apartemen itu sangat mudah, segalanya tersedia 24 jam. Nggak ada tuh pengalaman kesiangan sahur karena belum dapat makanan, ---anytime kami perlu semuanya ada :)





Puasa 2023: Sempat nangis, sempat sahur di waktu "semaunya".


Semenjak kami pindah, tentu adaptasi harus dimulai kembali. Kami sekarang tinggal di perumahan tapak yang kalau malam datang terasa banget "malamnya", beda dengan di apartemen yang di lobby nya selalu ada yang jaga dan lingkungan sekitarnya nggak pernah tidur. Meski tepat di samping rumah kami ada cafe yang bisa dijadikan alternatif kalau nggak masak atau saat susah dapat ojol untuk delivery order, tapi itu hanya untuk waktu berbuka puasa saja karena mereka tutup di malam hari.


Supaya kami "siap", aku bilang sama Shane kalau kami harus berbelanja bahan makanan banyak-banyak, ---makanan kaleng kalau perlu supaya nggak perlu khawatir kalau subuh-subuh susah cari makanan. Dulu kami selalu berbelanja di supermarket Yogya via delivery, dan syukurlah di tempat kami yang sekarang juga ada supermarket yang sama. Eh tapi ternyata... di cabang sini produk makanannya nggak lengkap, hanya ada sayuran, buah, dan makanan instan dengan merk-merk yang di mini market pun ada (jadi ngapain pesan dari supermarket coba, huhu). Jangankan merk-merk vegan seperti di tempat kami dulu yang punya rak besar khusus, sekedar sereal dan susu alternatif dairy free saja nggak ada x"D Padahal dari segi jarak, rumah kami yang sekarang hanya 40 menit saja lho dari rumah orangtua dan aparteman lama kami :')


"Drama" pun dimulai saat sahur. Di jam-jam segitu kami nggak punya energi untuk masak jadi selalu memilih untuk delivery order saja. Kalau dulu kami bisa santai-santai baru pesan makanan waktu mendekati imsak, sekarang jam 2 subuh sudah harus mencari restoran yang buka dan driver ojol yang mau mengambil pesanan kami. Somehow di sini kalau subuh driver yang tersedia nggak sebanyak di tempat lama. Ada kalanya kami baru dapat saat sudah mepet atau bahkan setelah adzan. Dan nggak jarang pula dapat restoran "ngaco" yang antara status di aplikasi dan kenyataan berbeda. Maksudnya waktu drivernya tiba di restoran ternyata sudah tutup atau sudah lama nggak berjualan T_T 

Alasan kenapa kami nggak pesan sekaligus banyak makanan di waktu berbuka, karena kami prefer makanan yang baru dimasak daripada yang dihangatkan. ---Mungkin karena kebiasaan sejak kecil, dulu Bapak selalu masak untuk sahur alias nggak pernah menyajikan leftover :')


Minggu pertama rasanya stres karena seumur hidup baru merasakan "susahnya" dapat makanan untuk sahur :( Sampai-sampai kadang aku makan sambil menangis karena waktu sahur sudah terlewat tapi kalau nggak makan takut lapar seharian, huhu. Untuk yang membaca tulisan ini mungkin menganggapku lebay dan manja. Tapi percayalah saat kamu mengalami sesuatu untuk pertama kali, rasa sulitnya memang real! 



Puasa 2023: Para Pencari Tuhan menjaga kami tetap waras :p


Waktu aku masih kuliah sampai sebelum menikah, sahur adalah waktu yang kutunggu-tunggu karena artinya quality time dengan Bapak. Puasa nggak puasa, aku akan tetap bangun dan menemani beliau. Menikmati masakan Bapak sambil mengobrol dan menonton TV selalu terasa sangat hangat. ---Hanya kami berdua, karena Ibu dan Adik nggak pernah sahur, hehehe xD Kami selalu menonton "Para Pencari Tuhan" di SCTV. Ya, bisa dibilang aku tumbuh bersama serial itu, dari mulai ceritanya masih jelas sampai jadi ke mana-mana aku dan Bapak tetap setia menontonnya. Setelah menikah dengan Shane, gang sahur pun bertambah. Yang tadinya hanya berdua jadi bertiga tapi tetap dengan rutinitas yang sama, termasuk menonton serial "PPT". 


Aku bersyukur di tengah proses beradaptasi di lingkungan baru yang nggak mudah ini serial "Para Pencari Tuhan" masih tetap ada. Seenggaknya ada sesuatu yang familiar bagiku dan Shane. ---Sesuatu yang selalu diingat sebagai perasaan comfort ketika berpuasa di rumah orangtuaku dan di apartemen dulu. Terkadang sambil menontonnya dan menunggu dapat driver untuk makan sahur aku bertukar pesan dengan Bapak. Kami berada di tempat yang berbeda tapi sedang menonton acara yang sama :) Shane pun merasa lebih termotivasi untuk makan sahur karena ada yang ia tunggu. Terkadang di siang hari ia random bertanya-tanya tentang kelanjutan ceritanya :D "Nanti King akan menikah dengan siapa, ya?", "Dobleh akhirnya akan bahagia nggak ya?", dan banyak pertanyaan lain yang membuatku tersenyum, ---membuat moodku jadi lebih baik :)


Tentu kualitasnya sudah berbeda dengan musim tayang awal, tapi sungguh menenangkan hati melihat wajah-wajah yang familiar di saat "asing" seperti ini.


Berkat serial itu juga kami jadi mulai lebih longgar dengan diri sendiri. Saat sulit mendapatkan makanan hangat yang kami inginkan untuk sahur, sesekali kami memesan makanan dari Rumah Makan Padang 24 jam yang... entahlah dimasak kapan karena semuanya sudah dingin. Di serial "Para Pencari Tuhan" diceritakan kalau tokoh-tokohnya suka dengan masakan Padang dan menganggap makanan itu istimewa. Aku dan Shane jadi ikut-ikutan dan ternyata rasanya sama sekali nggak buruk! Hehehe. Terkadang Shane bahkan menggeser meja makan dari dapur ke depan TV supaya terasa seperti sedang "makan bersama". Terkesan konyol memang, tapi faktanya serial itu menjaga kami tetap waras.


Demi makan sahur di depan TV, Shane menggeser meja makan dari dapur. Kalau aku sih memang punya meja khusus karena memang seringnya makan di ruang TV :p


Oya, aku sempat mendapat kejutan dari Ibu. Beliau mengirimiku pesan di waktu sahur, katanya beliau juga menonton serial "Para Pencari Tuhan" karena merindukanku. Padahal Ibu nggak tahu lho ceritanya tentang apa karena memang sebelumnya nggak pernah ikutan sahur sambil nonton :')))



Puasa 2023: Sudah menemukan "ritme" dan kembali ke musik.


Stres akibat sahur (well, cari makan sahur maksudnya, hehe) membuatku terlupa dengan hobi dan berbagai rutinitas yang biasanya dilakukan bersama dengan Shane. Ukulele hampir nggak sempat disentuh dan TV pun hanya menyala saat menonton "Para Pencari Tuhan". Padahal biasanya kami hobi nonton film lho... Tapi di pertengahan puasa aku putuskan untuk lebih "bodo amat". Aku stres pun nggak bikin situasi membaik, nggak bikin driver ojol jadi selalu ada 24 jam, dsb :p Kalau bisa dapat makan sahur "yang diinginkan" tepat waktu ya syukur, tapi kalau nggak ya sudah masih bisa makan makanan instan, masak sendiri (Shane sih biasanya, aku malas), makan masakan Padang 24 jam, atau yang nggak pernah kami inginkan sebelumnya; membeli makanan sekaligus empat porsi saat berbuka puasa. Disyukuri saja, jalani daripada akhirnya aku malah "nggak bergerak ke mana-mana". Aku mulai bisa menyentuh ukulele, bahkan sambil menunggu sahur aku dan Shane bermain musik bersama :)


Aku punya beberapa lagu ciptaan sendiri yang belum dikerjakan alias masih mentah tersimpan di memory handphone, tapi aku putuskan untuk memulai "come back" ku ini dengan bermain lagu orang lain saja. Ya, bikin cover version gitu tapi tetap dengan style sendiri. Hitung-hitung pemanasan karena semenjak pindah aku dan Shane memang belum kembali rekaman. Aku memilih lagu "My Stupid Heart" dari Walk Off the Earth, salah satu band yang dulu menginspirasiku untuk memulai belajar ukulele :) Musik mereka bukan tipe musik yang Shane akan dengarkan kalau saja aku nggak minta, btw, hehehe. Tapi ia setuju untuk membantu mengisi gitar dan proses mixing di cover laguku! Yay!


Rekaman dilakukan sebelum makan sahur dan sempat diulang tiga kali karena suara ukuleleku terlalu kencang. Syukurlah di percobaan yang ketiga aku dan Shane puas dengan hasilnya. Sepertinya sih karena di percobaan pertama aku merekamnya pakai handphone dan tanpa microphone jadi suaranya kurang balance. Untung saja Shane menyarankan aku memakai Tascam digital yang dulu ia kirimkan untukku waktu kami masih jadi "teman internet" (hihi). Oya, soal selera kami memang memang berbeda, Shane selalu prefer musiknya terdengar raw makanya ia lebih sering menggunakan Tascam analog. Sedangkan aku lebih suka hasil rekaman yang clear, seperti handphone (iPhone) atau Tascam digital. Untuk cover kali ini pun Shane merekam gitarnya terpisah dari ukuleleku dengan cara analog lalu digabungkan dengan cara digital. Aku sih malah senang karena artinya kami tetap memberikan sentuhan style masing-masing di lagu yang sama :)


Akhirnya menyentuh ukulele kembali :')


Shane bermain gitar untuk lagu "My Stupid Heart".


Setelah lagu selesai kami merekam video klipnya di keesokan harinya, ---lagi-lagi sebelum kami makan sahur. Kuputusan untuk "bodo amat" membuat jadi lebih relax, sepanjang rekaman video kami jadi terus-terusan tertawa. Nggak ada konsep, nggak ada outfit istimewa. Shane bahkan memakai kaus piama hadiah dari Wonderful Indonesia, hahaha. Kitty, kucing kami juga muncul di video meski nggak ada hubungannya sama lagunya. Kami cuma happy ritme kami akhirnya kembali :)





Puasa 2023: Menghias rumah.


Aku dan Shane menghias beberapa sudut rumah dengan ornamen Ramadan dan Idul Fitri. Sederhana saja, hanya hal-hal kecil agar terlihat festive dan menjadi penanda rasa syukur kami. Ya, meski diawali dengan penuh kekhawatiran dan stres tapi kami bersyukur, semua bisa dilewati dan turned out kami memang baik-baik saja kan ;) Aku mengganti sarung bantal sofa dengan tema Eid, menempel bendera-bendera mungil di perapian dan pintu dapur, juga menambah balon-balon dan lampu kelap-kelip di meja mainanku agar lebih meriah. Kami nggak membeli kue atau camilan karena berencana berlebaran di rumah orangtua. Lagipula kami memang kurang suka kue dan nggak ada tamu yang akan berkunjung, jadi khawatirnya malah mubazir. Sebagai gantinya kami membeli beberapa cat treats untuk diberikan ke kucing-kucing liar karena kebahagiaan Ramadan dan Idul Fitri itu untuk semuanya, termasuk untuk para hewan <3


Cukup kelihatan festive, kan? :)

Bantal-bantal bertema Lebaran bersanding dengan bantal-bantal bertema Toy Story, ---karena hanya itu yang kami punya :p


Sudut yang kadang terlupakan (area charging HP, lol) ini juga dihias supaya lebih hangat.


Bendera-bendera mungil (bunting flag) ini juga ada di pintu dapur, tapi aku lupa foto.




Puasa 2023: Mengajak Ibu, Bapak dan Ali berbuka puasa bersama.


Di akhir bulan puasa aku dan Shane membuat rencana untuk mengajak Ibu dan Bapak berbuka puasa bersama kami. Setiap tahun kami selalu menyempatkan, semacam tradisi nggak tertulis gitu, hehe. Tempatnya bisa di mana saja dari mulai rumah orangtua sampai restoran di mall, yang penting berkumpul. Aku mencari rekomendasi tempat berbuka di Instagram dan menemukan hotel yang sepertinya cocok untuk kami. Nama hotelnya "Sutan Raja", ---yang ternyata setelah kubuka akun Instagramnya baru ketahuan lokasinya cukup jauh dari Bandung Kota :"D Tepatnya di Jalan Raya Soreang, harus lewat tol Soroja kalau dari rumah orangtuaku. Tadinya mau kubatalkan, tapi karena belum menemukan hotel atau restoran lain yang punya menu beragam akhirnya aku jadi booking meja di sana. Nggak lupa sekalian bertanya patokan hotelnya supaya nggak nyasar, hehe. 


Waktu kukabari Ibu dan Bapak mereka setuju dengan tempat pilihanku. Apalagi ternyata hotelnya family friendly jadi kami bisa mengajak Ali. Kami berlima tiba di hotel beberapa menit saja setelah waktu berbuka dan langsung disambut dengan suasana ramai musik dan para tamu. Setelah menemukan meja kami, kami langsung melihat-lihat makanan yang disajikan. Lega banget, ternyata sesuai dengan yang diiklankan di Instagram! Ada pilihan menu untuk vegan seperti urap sayur, tempe orek, cilok saus kacang, gorengan sayur, jus buah dan lain-lain. Aku dan Shane pun jadi nggak khawatir kenyangnya bakal "kentang" seperti pengalaman kami beberapa tahun yang lalu. Waktu itu kami berbuka di Hotel Harris yang pilihan menu vegannya sangat sedikit sampai-sampai pulangnya kami makan lagi di restoran T_T


Kami kebagian meja di sisi kiri gedung, jadi hampir mojok gitu nggak terganggu lalu-lalang tamu lain.

Bingung harus lihat kamera HP Ibu atau Bapak T_T Cuma Ali saja yang sadar kamera, hahaha.

Aku bahagia karena mereka juga bahagia <3


Dibuang sayang. Daripada terhapus, aku upload di sini saja foto-fotonya :p


Sambil makan kami juga menikmati musik dari home band yang bermain di panggung. Lagu yang mereka bawakan genrenya bermacam-macam, tapi mostly dangdut tentu saja xD Ibu dan Ali sangat menikmatinya, sampai-sampai setiap ada lagu yang ngebeat dikit saja mereka langsung berdiri dan berjoget meskipun nggak tahu judul lagunya, hahaha. Aku, Shane dan Bapak sih bagian menonton saja sambil sesekali merekam aksi mereka. Kalau waktu remaja aku mungkin malu melihat Ibu berjoget, tapi sekarang aku malah senang karena artinya Ibu sedang bahagia :) <3  Meski asyik berjoget rupanya Ibu nggak mau asyik sendiri (eh, berdua dengan Ali sih). Beliau memanggil vokalis bandnya dan bilang kalau aku ingin request lagu! Huaaa, sampai kaget aku, soalnya aku nggak kepikiran ke situ, ahahaha. Tapi karena Ibu terus membujuk akhirnya aku minta mereka membawakan lagunya Aerosmith atau Red Hot Chili Peppers saja, soalnya kalau lagu Dangdut aku tahunya cuma "Kopi Dangdut" xD Dan mereka pun membawakan lagu "I Don't Want to Miss a Thing", ---sesuai tebakan Bapak yang selalu bilang kalau itu lagu "wajib" dari Aerosmith di acara Ibu-Ibu x"D


Setelah lagu request dariku (well, dipaksa Ibu tepatnya, hehe) dibawakan, kami pulang ke rumah masing-masing dengan perut kenyang dan hati senang. Aku nggak sabar untuk bertemu Ibu, Bapak dan Ali lagi di hari Lebaran.





Lebaran hari pertama 2023: Sakit, kejutan dari tetangga dan berkumpul dengan keluarga.


Beberapa hari sebelum Lebaran aku sakit, badanku panas disertai batuk dan pilek. Aku sudah deg-degan banget khawatir nggak bisa berlebaran di rumah orangtua karena sampai hari H batuk dan pileknya masih belum sembuh :( Pagi-pagi biasanya aku dan Shane sudah berangkat, tapi kali ini aku kembali lagi ke tempat tidur sehabis sarapan karena badan sangat lemas. Setiap hari besar kami punya "tradisi" bersih-bersih rumah, tapi berhubung aku sakit jadi semuanya dilakukan oleh Shane. Ketika Shane membersihkah halaman tetangga kami menyapanya dan bilang kalau keluarganya memasak makanan Lebaran untuk kami! Mereka tahu kami vegan, jadi katanya semua dipastikan tanpa hewani. Benar saja, ada sambal goreng kentang, buncis, ketupat dan kerupuk di bungkusan yang Shane terima. Aku sampai terharu sekali karena kupikir kami baru akan menyicipi makanan khas Lebaran ketika di rumah orangtua :') Tetangga kami (yang juga pemilik cafe) memang baik sekali, Ketika kami baru pindah ia, istri, Ibu dan anaknya memastikan kami merasa di rumah. Nggak jarang mereka sengaja melewati rumah kami saat kami sedang di luar untuk make sure semua aman :') Seingatku anaknya berkuliah di Amerika, mungkin karena alasan itu mereka jadi merasa related dengan Shane. ---Mereka tahu rasanya jadi orang asing di lingkungan baru :)


Di siang hari aku memantapkan diri untuk tetap ke rumah orangtua meskipun sedang sakit. Ibu terus-terusan mengingatkanku kalau aku nggak perlu ke mana-mana karena beliau dan Bapak akan ke rumah kami setelah selesai menerima tamu. Tapi rasanya ada yang mengganjal karena seumur hidup aku selalu berlebaran di rumah orangtua, ---rumahku :') Aku pun segera mandi sekenanya dan berganti dengan dress batik yang sebelumnya sudah dihandwash oleh Shane. Kami nggak memakai outfit khusus, yang penting rapi dan bersih. Kemeja batik Shane pun berasal dari beberapa tahun lalu (kalau nggak salah dibeli waktu zaman Covid, hehe) dan masih bagus, kok ;)


Maafkan pose Kitty yang "nggak sopan" T_T


My OOTD di hari pertama Lebaran.

Hair by Shane. Yes, ia yang mengecat rambutku. Bagus juga ya hasilnya :D


Begitu tiba di rumah Ibu dan Bapak kami langsung disambut dengan masakan Lebaran vegan ala Ibu. Ada kari nangka, acar timun, ase cabe, sambal, sambal goreng kentang dan ketupat. Semuanya Ibu masak khusus untukku dan Shane karena hanya kami yang vegan di keluarga :')) Seketika aku merasa membaik, nafsu makanku bagus sekali sampai menambah beberapa kali. Ya nggak heran karena masakan Ibu enak semua. Shane sampai bilang ia berharap Gordon Ramsay suatu hari berkesampatan mencicipi masakan beliau, hahaha, ada-ada saja. Ibu juga sudah menyiapkan kamar untuk kami beristirahat tapi ternyata aku jarang sekali ke kamar dan lebih memilih menghabiskan waktu dengan Ibu dan Bapak. Sayangnya Ali sedang nggak ada, jadi terasa kurang lengkap. Kalau nggak salah ia sedang diajak main oleh sepupunya. Padahal aku dan Shane sudah membeli banyak (banget!) cokelat untuknya lho, huhu :')


Menu vegan khusus untukku dan Shane.


Cokelat-cokelat untuk Ali. Begitu diterima, ia langsung mengirimkan fotonya padaku. Katanya tulisannya lucu-lucu xD

Hampir lupa berfoto berempat saking asyiknya mengobrol dan makan-makan :D


Sorenya Bapak akan ke supermarket untuk membeli bahan makanan yang kurang. Karena ditawari untuk ikut aku dan Shane pun nggak menolak dan bertanya apa boleh sekalian diantar ke Informa untuk membeli gorden (I know, sangat random, lol). Bapak setuju dan kami pun ke Informa cabang IBCC yang amazingnya buka seperti hari-hari biasa. Kami melihat-lihat beberapa saat dan menemukan gorden yang kami sukai, warnanya cokelat muda dengan corak daun (lebih bagus dari gorden kami yang sebelumnya, yang kata Shane mirip tirai kamar mandi, lol). Lucunya waktu akan membayar kupikir aku salah mendengar harga yang disebutkan oleh petugas kasir. Aku menyodorkan tiga lembar uang seratus ribu tapi ia menolaknya lalu menunjuk lembaran lima ribuan yang ikut menyembul dari dompetku. Dengan kebingungan aku menyerahkan uang tersebut dan ternyata MASIH dapat kembalian! Hahaha, rupanya aku punya banyak poin dari membership Informa. Aku nggak menyadarinya karena nggak pernah mengecek aplikasinya dan nggak tahu kalau poin yang didapat bisa dipakai belanja. Rezeki yang nggak disangka, ya, aku bisa membeli gorden dengan uang receh  :D


Setelah dari Informa kami ke supermarket Griya Batununggal, ---yang sebenarnya tujuan awal Bapak. Aku dan Shane membeli buah apel untuk Nenek sebagai oleh-oleh yang nantinya akan dititipkan ke Ibu yang akan ke rumah Nenek. Lebaran kali ini aku dan Shane nggak menginap, jadi nggak mampir-mampir ke mana-mana dulu termasuk ke rumah Nenek. Sedih sih, tapi berhubung dokter hewan yang biasa dititipi Kitty sedang libur Lebaran jadi kami memilih pulang saja daripada meninggalkan Kitty sendirian semalaman. 


Kalau ke sini selalu borong mi instan vegan :p


Sementara Bapak membeli bahan makanan di lantai satu, aku dan Shane ke lantai dua untuk mencari keperluan hewan peliharaan. Selain Kitty, banyak kucing-kucing liar yang sering mampir ke rumah kami jadi harus sering-sering restock cat food dan cat treat, apalagi saat Lebaran gini kami ingin memberi yang istimewa untuk mereka. Setelah mendapatkan stock yang cukup perhatianku teralih ke rak baju hewan, ternyata ada produk Pomapoo dijual di sini. Langsung saja aku dan Shane memilih dress untuk Kitty, ---untuk baju Lebaran! Hahaha.


Tadinya mau beli yang bertema Harry Potter, tapi ternyata nggak ada model dress. 

Aku dan Shane segera berpamitan setelah tiba di rumah orangtua sepulang dari supermarket, ---badanku baru terasa lemasnya. Meski singkat tapi aku senang sekali bisa berlebaran bersama Ibu dan Bapak. Nggak terbayang kalau aku nggak "memaksakan" untuk pulang, mungkin aku bakal kepikiran dan menyesal :') Oya, waktu aku dan Shane pergi dengan Bapak, kami sempat berhenti di toko obat dan membeli obat demam dan batuk untukku. Bapak meminta rekomendasi obat yang paling bagus, katanya supaya aku cepat sembuh, hehehe :') Untuk Lebaran hari kedua dst aku berencana full istirahat saja, supaya obatnya bisa bekerja dengan maksimal. Lebih baik terlambat menikmati Lebaran daripada sakitnya nggak sembuh-sembuh, kan.


Kitty lagi mencoba baju Lebaran :D



Satu minggu setelah Lebaran 2023: Baru berasa Lebaran hari kedua :p


Lambat tapi pasti akhirnya aku sembuh juga. Obat yang direkomendasikan ternyata beneran manjur, tiga hari saja napasku terasa plong. Memang totalnya satu minggu untuk benar-benar fit, tapi menurutku sih normal karena batuk dan pilek itu memang penyakit yang somehow selalu betah di badan T_T Beruntung sekali selama sakit aku dan Shane nggak kesulitan untuk mendapatkan makanan. Selain kiriman tetangga (yang masih bersisa setelah beberapa hari!), Ibu juga membekali kami dengan makanan Lebaran vegan versi frozen yang tinggal kami hangatkan saja (peluk Ibuuuuu). Lalu tepat setelah makanan dari Ibu habis, restoran-restoran pun mulai buka jadi masa recovery ku nggak terganggu dengan bingung mau makan apa, hahaha. I'm blessed :')


Aman selama beberapa hari setelah Lebaran. Nggak perlu masak atau delivery order karena ada makanan dari Ibu dan tetangga :')

John Perry, kucing liar yang sering mampir ke teras dapur kami lagi menikmati hadiah Lebarannya :)


Eh, ternyata ada foto bendera di pintu dapur xD Ini foto Shane dan Kitty sedang berjemur. Aktivitas kami selama masa penyembuhanku ya begini, kalau nggak baringan, berjemur. Jangan salfok sama kardus ya, itu "istananya" Kitty :p


Meski sudah lewat tapi di rumah vibes Lebaran malah baru terasa karena sebelumnya dipakai total beristirahat. Dekorasi belum ada yang diturunkan, dress baru Kitty juga belum sempat benar-benar dipakai (hanya dicoba sebentar saja). Lalu aku punya ide untuk berlebaran "hari kedua" yang terlambat supaya kami nggak missing out akibat sakitku, hehe. Jadi Kitty tetap bisa memakai dress barunya dan kami bisa merasakan kehangatan Lebaran kembali yang sebelumnya hanya dirasakan satu hari saja di rumah orangtua :') Waktu aku sampaikan sama Shane ternyata ia semangat sekali dan langsung mengambil kemeja kokonya. ---Bukan, bukan kemeja baru kok, hanya Kitty yang memakai baju baru karena aku ingin Lebaran pertamanya istimewa. Aku dan Shane memakai baju yang ada saja, toh masih bagus dan muat, hehehe. Kami lalu berfoto di halaman belakang dengan bantuan tripod supaya semuanya bisa masuk di satu frame. Kami juga menikmati makanan Lebaran lagi tapi kali ini delivery order dari restoran "Kehidupan Tidak Pernah Berakhir" dan "Meja Hijau". Dan thanks to technology, dengan siaran on demand kami jadi bisa nonton tayangan Lebaran yang sudah terlewat di TV. ---Ehm, maksudnya film-film Warkop karena di Indonesia liburan apapun yang diputar ya film mereka, haha. 


OOTD seminggu setelah Lebaran yang terasa seperti hari kedua Lebaran :D


Nggak perlu baju baru untuk OOTD kompakan, cukup buka-buka lemari saja :p


Sop buntut vegan dari "Kehidupan Tidak Pernah Berakhir". ---Iya, ini bukan daging sungguhan ;)


Yah, begitulah cerita kami di Ramadan dan Idul Fitri tahun 2023 lalu. Diawali dengan penuh kekhawatiran dan stres tapi berakhir dengan baik, ---kami baik-baik saja :)

Aku dan Shane jadi lebih menghargai detail-detail kecil, bahwa sebanyak apapun yang berubah akan selalu ada yang tetap tinggal. Sekonyol serial "Para Pencari Tuhan" yang ternyata bisa menjadi tontonan comfort kami di tengah kebingungan di lingkungan baru, tetangga yang memastikan kami merasa "di rumah" meskipun kami (sempat) merasa asing. Juga cinta Ibu dan Bapak yang sama hangatnya meski kami nggak bisa berlama-lama bersama mereka. Pertemuan itu selalu sama berharganya, baik sebentar mau pun lama. Kami ternyata sangat diberkahi... kami sangat bersyukur.

Well... anyway karena masih suasana Lebaran 2024, aku, Shane dan Kitty (hehe) ucapkan selamat Lebaran ya untuk kalian. Maafkan semua kesalahanku, jikalau pernah ada tulisanku yang menyakiti. Percayalah aku nggak pernah bermaksud begitu :)


yang akhirnya settled down di rumah baru,


Indi


------------------------------------------------------------------

Instagram: @indisugarmika | Youtube: Indi Sugar Taufik | Novelku, Waktu Aku sama Mika: di sini (Shira Media) dan di sini (Gramedia)