Sabtu, 31 Desember 2011

Movie Marathon for Family Holiday :D


Film dan segelas susu hangat :)


Howdy-do, bloggies? Akhir Desember makin dekat dan sepertinya semuanya sudah liburan, ya? Well, kecuali untuk beberapa pekerjaan, ya. Misalnya saja pekerjaan Ray yang di bidang travel. Phew! Dia malah lagi sibuk-sibuknya sekarang. Atau malah seperti Ibu dan Bapak yang mengelola butik, mereka baru libur tepat di tanggal 1 dan langsung bekerja kembali dua hari kemudian. Tapi setiap profesi punya waktu liburnya masing-masing, kan? Sepertiku, sejak hari natal aku libur, lho. Ya, meskipun masih mengerjakan beberapa desain untuk toko kecilku, tapi anggap saja libur karena nggak terlalu menyita waktu :)

Liburanku menyenangkan, dan tanpa sengaja diisi oleh marathon film-film keluarga. Apalagi timingnya tepat banget. Liburanku bertepatan dengan hari libur kampusnya Puja, my brother. Malah, kalau dipikir-pikir sepertinya ide marathon film ini dimulai oleh Puja, deh. Jadi sejak malam natal dia memutar film Sister Act selama tiga hari berturut-turut. Iya! Film yang sama dalam 3 hari! Hahahaha... Mungkin karena bosan, akhirnya Ibu memintaku mencari film-film lain untuk ditonton bersama. Bukan film baru, sih. Beberapa sudah kami tonton beberapa kali, malah. Tapi karena bersama keluarga, semuanya terasa asyik. Malah, film sesederhana apapun rasanya jadi punya pesan moral. Senang rasanya bisa "kembali" ke masa-masa di mana Ibu dan Bapak hanya menginzinkanku dan Puja menonton film harmless atau rating "G" untuk general audiences, hehehe :p




OOTD: Headband: BIP | Dress:Toko Kecil Indi | Shoes: Michellle




Dari film-film yang kami nonton, ada beberapa yang akan aku share di sini (karena kami anggap paling menarik untuk ditonton berulang-ulang). Mungkin kalian sudah pernah menontonnya, atau malah pernah melihat poster film nya di bioskop beberapa tahun kebelakang. Tapi nggak ada salahnya kan kalau aku ceritakan dari sudut pandangku sendiri? Ya, anggap saja ini review ala Indi, hehehe.


1. Facing the Giants
Ini film produksi tahun 2006 dan sejak keluar aku ingiiiiiin sekali menontonnya. Tapi sayangnya setiap kali mencari ke toko DVD, aku nggak pernah nemu. Dan pada saat filmnya diputar di TV, aku malah melewatkannya dan baru ingat beberapa hari kemudian :(
Akhirnya, waktu tanggal 23 Desember lalu aku dapat DVD ini waktu jalan-jalan sama Bapak ke Carrefour. Adanya di rak DVD diskon (meski menurutku harganya yang rp. 79.000 masih cukup tinggi) dan baru ketemu setelah aku jongkok-jongkok untuk lihat jajaran paling bawah!
Oke, langsung saja ke inti cerita dari film ini, Grant Taylor selama 6 tahun menjadi pelatih football di SMA. Selama 6 tahun pula dia nggak memberi prestasi apapun pada tim sekolahnya sehingga banyak murid yang memutuskan untuk pindah sekolah supaya bisa masuk tim lain. Grant hampir putus asa, apalagi ketika tahu teman baikknya akan menggantikan posisi dirinya sebagai pelatih football. Di saat dia sedang terpuruk, datang kabar buruk lainnya. Dokter yang memeriksanya bilang bahwa dia mandul dan nggak punya harapan untuk punya anak sendiri, padahal Grant dan istrinya sudah mengharapkan kehadiran anak selama bertahun-tahun.
Grant benar-benar kecewa pada Tuhan, dia merasa sudah memberikan yang terbaik untuk tim football dan keluarganya. Untung saja dia sadar bahwa selama ini dia 'lupa' untuk berdoa pada Tuhan dan berserah diri. Dengan semangat istrinya dan seorang murid anggota tim football baru (anak dari seorang penderita lumpuh), Grant akhirnya mendekatkan diri pada Tuhan dan perlahan-lahan kehidupannya membaik.

Film ini sangat inspiring, bahkan untuk semua ras dan agama meski film ini bersetting di Amerika dan bercerita dari sudut pandang keluarga yang beragama Kristen. Pesan yang disampaikan sangat universal dan sepertinya setiap orang pernah mengalami saat-saat yang dialami Grant: merasa melakukan segalanya tapi masih belum berhasil sesuai harapan. Aku salut dengan film ini, sinematografi pertandingan football nya terasa begitu nyata dan bikin aku terbawa suasana. Aku nggak terlalu bermasalah dengan beberapa pemain yang actingnya sedikit kaku, soalnya mereka memang bukan artis dan mereka nggak dibayar. Mungkin Indonesia harus meniru ini, film untuk pesan-pesan kebaikan dan tanpa komersialisasi, why not? :)


Rak DVD di kamar tidur


2. Dolphin Tale
Wow, ini film yang indah. Sinematografi dan acting pemainnya benar-benar 'memanjakan'. Aku tahu film ini dari iklan sebuah DVD yang aku beli (sorry, aku lupa judulnya, lol). Ceritanya tentang seekor lumba-lumba yang siripnya terjebak di jaring untuk menangkap kepiting. Sawyer, seorang anak laki-laki yang kebetulan melihatnya memutuskan untuk menemaninya setiap saat, bahkan rela bolos sekolah untuk melihatnya sembuh kembali. Sayang, meski sudah dirawat di rumah sakit hewan, lumba-lumba yang diberi nama Winter ini nggak menunjukan kemajuan. Bahkan ekornya harus diamputasi karena lukanya terlalu parah. Winter mulanya seperti nggak punya semangat hidup, maklum saja ekor merupakan bagian penting untuk lumba-lumba. Bukan hanya untuk berenang tapi juga berkomunikasi. Tapi berkat dukungan Sawyer, Winter bisa kembali berenang meski dengan bersusah-payah. Sawyer sadar Winter nggak bisa selamanya bertahan dengan kondisinya yang seperti ini. Dia pun mempunyai ide untuk memberikan sebuah ekor 'robot' untuk membantunya bergerak. Mungkinkah? Kalian harus menonton sisanya sendiri :)

Mungkin bagi yang belum pernah mendengar tentang film ini akan berkomentar kalau ceritanya nggak masuk akal. Tapi coba kalian sempatkan untuk googling dengan kata kunci "Winter the Dolphin". Yup, Winter itu memang benar ada, meski kisah hidupnya nggak sama persis dengan yang di film. Tapi yang terpenting dia memang bisa bertahan meski nggak punya ekor! Hebat sekali, kan? Dia adalah binantang yang inspiring karena mampu bertahan dengan kondisinya yang terbatas. Menurutku, film ini lebih layak daripada film Free Willy karena Keiko (maaf kalau gue salah eja namanya) pemeran Willy si paus di kehidupan nyatanya masih terkurung di tangki besar dan baru bebas bertahun-tahun setelah filmnya rilis. So sad, kan? Sedangkan Winter, she's real dan benar-benar punya ekor buatan, meski sesungguhnya dari bahan sintetis. Glad to know it :) Kehebatan dari film ini juga ada di para pemainnya, kalian pasti sudah tahu Morgan Freeman dan Ashley Judd, kan? Tapi pernahkan kalian mendengan Nathan Gamble? He's an amazing child actor. Pertama kali aku melihat dia di film The Hole (meski sebelumnya dia juga ada di film Babel, but I didn't notice him, lol), actingnya bagus sekali dan aku rasa bisa menyamai Josh Hutcherson, seniornya yang entah dari segi apa ada kemiripan, hehehe. Pokoknya, trust me. Tontonlah film ini bersama keluarga dan aku bisa jamin kalian dan keluarga menikmati film ini :)


Rak DVD di bawah TV di kamar tidur.


3. Homeward Bound, the Incredible Journey
Cutest movie ever. Aku dan keluarga sudah sering nonton film ini sebelumnya di RCTI, dan baru pada tahun 2004 kami memutuskan untuk beli VCD nya (double package, supaya lebih murah, hehehe). Film ini menceritakan tentang Shadow, seekor anjing golden retriever, Chance, seokor anjing campuran dan Sassy seekor kucing himalaya yang terpaksa tinggal di peternakan karena pemiliknya pindah rumah ke San Francisco. Karena mereka nggak mengerti, mereka mencoba pulang dan memastikan para pemilik mereka baik-baik saja. Hampir seluruh film ini berisi adegan 3 ekor binatang yang mencari jalan pulang, seolah nggak ada ujungnya dan menegangkan. Film ini benar-benar lucu, mengharukan dan menegangkan di waktu bersamaan.

Bisa dibilang ini film kesayangan keluarga setelah film Mrs. Doubtfire. Kami menontonnya berulang-ulang dan tetap menangis melihat endingnya. Kami punya dua anjing golden retriever dan tahu betul bagaimana karakter mereka. Shadow sepertinya gambaran tepat tentang anjing golden retriever: wise, tender tapi juga playful. Aku selalu berkaca-kaca setiap kali Shadow bilang bahwa kewajibannya sebagai seekor anjing untuk menjaga manusia. Bahkan sejak jaman dahulu, ketika anjing belum dijadikan binatang peliharaan tapi sudah punya naluri untuk menjaga manusia yang tinggal di sekitarnya. Film ini sangat patut di tonton, bahkan untuk yang bukan pecinta binatang. Aku nggak tahu apa film ini keluar dalam format DVD, tapi VCD nya masih bisa dicari, satu paket dengan sekuelnya "Lost in San Francisco" yang mana nggak sebagus pendahulunya.


Rak DVD (acak-acakan) di ruang TV.


Masih banyak film-film yang kami tonton selama liburan, tapi 3 film yang kureview itu adalah yang paling harmless menurut aku dan keluarga. Film lainnya ada Mr. Poppers Penguin, Sister Act, Back in the Habit, Snow Dogs dan Cheaper by the Dozen. Karena movie marathon ini aku jadi sempatkan untuk mengecek koleksi VCD dan DVD ku. Kalian tahu, shame on me, masih banyak yang bajakan :( Aku sering merasa menyesal untuk ini, rasanya nggak benar saja berusaha nggak mencuri barang seseorang tapi untuk film tetap membeli yang bajakan. Yah, mau berlindung di balik alasan yang orginal mahal atau yang bajakan lebih cepat keluar film barunya, tetap saja itu salah. Iya, salah, seperti mencuri. Sekarang aku berusaha untuk berhenti membeli yang bajakan. Lebih baik menabung untuk beli yang original dan bersabar sebentar untuk mendapat film-film yang aku mau. Aku harus bisa berhenti, amu itu penulis dan bakal marah kalau ada yang download naskahku secara gratisan padahal aku sudah bekerja keras untuk itu. Sebuah karya patut dihargai. Jadi, ayo kita menonton film tanpa 'menyakiti' orang lain :)

Selamat berlibur, dan apa film kesukaan kalian untuk liburan bloggies?


Smile and grin,

INDI


_____________________________________________
Contact me? HERE. Sponsorship? HERE.

Minggu, 25 Desember 2011

Menjadi Pembicara di Event Student Care dan Super Sweet Christmas Eve Dinner :))

Ho ho ho! Merry Christmas, everybody! :D
Nggak terasa ya sudah dipenghujung tahun, tinggal beberapa hari lagi tahun berganti dan tinggal beberapa bulan lagi aku berulang tahun (ah, nggak penting, lol). So, how's your Christmas and holiday, guys? Fun? Mine was super fun and unforgettable. Soalnya di malam natal (24 Desember 2011) aku diundang oleh Student Care untuk jadi narasumber/pembicara di event yang bertema 'Student Movement'. Mungkin beberapa dari kalian belum pernah mendengar apa itu Student Care. Termasuk aku sih pada awalnya... Tapi setelah diberitahu tentang visi dan misinya aku langsung sangat sangat-sangat tertarik. Jadi ini adalah organisasi non profit yang bergerak di kegiatan sosial untuk membantu anak-anak yatim, dhuafa dan berkebutuhan khusus. Tujuannya agar meningkatkan kepedulian pelajar terhadap sesama. Keren, kan? :)

Acaranya dimulai sejak pagi, tapi aku sendiri dijadwalkan jam 1 siang bersama 2 narasumber lainnya. Ada Bonang dari Rumah Cemara dan ada Sinta seorang perempuan yang mengajarkan aksara Sunda pada para pelajar. Sayangnya Sinta nggak bisa datang, jadi tinggal aku dan Bonang. Meski begitu aku senang sekali, pasalnya Bonang adalah temanku  sejak zaman berjayanya Friendster! Hahahaha, yes, he was my virtual friend :)
Acaranya berjalan lancar, aku nggak merasa bosan sama sekali. Paling yang sedikit mengganggu karena kemunduran jam yang nggak diberitahukan terlebih dahulu. Sekitar 40 menit aku harus menunggu sebelum akhirnya naik ke stage. Tapi sisanya semua baik-baik saja. Penontonnya antusias dan komunikatif, juga para krunya sangat ramah.

Karena acaranya mengenai berbagi, jadi aku dan Bonang membagikan cerita tentang perjalanan hidup kami. Terutama dari mulai remaja hingga sekarang. Ceritaku dimulai ketika berusia 13 tahun, mendapat vonis scoliosis, harus memakai brace, kecewa hingga akhirnya bangkit. Sedangkan Bonang, he's so inspiring. Dia dulu seorang pemakai narkoba ketika remaja dan sudah melakukan hubungan seks bebas sejak dia masih SMA. Tapi sekarang dia memiliki keluarga kecil bahagia, meskipun dirinya positif HIV.
Sesi berbagi ini terasa santai dan akrab. Mungkin karena aku dan Bonang sudah kenal sebelumnya, jadi kami terkadang saling mengganggu dan menyela saat salah satu dari kami bercerita. Tapi yang paling sering jadi korban sudah pasti aku. Karena meskipun gue senang bergurau, tapi sedikit pemalu, hehehe (eh, aku serius lho!). Setiap kali aku bercerita tentang novel, Bonang pasti menggangu dengan berkata, "Novelnya bagus lho. Saya saja bacanya sampai nangis. Nge-fans lah sama Indi".
Apakah itu betul? Of course nop, dia memang senang membuat aku nggak konsentrasi, hahaha.

Setelah itu acara ditutup dengan sesi tanya jawab. Luar biasa, meski jumlah audience nggak sampai memenuhi satu gedung, tapi mereka antusias sekali. Pertanyaan yang diajukan juga cerdas-cerdas. Favoritku adalah ketika ada yang bertanya tentang bagaimana caranya menyakinkan sekitar jika mereka nggak percaya dengan kemampuan diri kita. Waktu mendengar pertanyaan ini rasanya aku seperti flashback ke masa lalu, soalnya dulu nggak ada yang 'percaya' bahwa aku bisa menulis. Nilai bahasa Indonesiaku pun jarang bagus, apalagi tulisan tanganku nggak rapi. Tapi aku tetap menulis karena itu hal yang aku sukai, dan terus belajar meskipun orang bilang aku nggak berbakat. Aku rasa cara menghargai diri sendiri yang baik adalah dengan nggak meng-underestimate kemampuan diri. Yakin lah bisa, berusaha sebaiknya dan biarkan Tuhan kerjakan sisanya :) Aku harap gadis yang mengajukan pertanyaan itu nggak berhenti melakukan apapun cita-citanya dan mendengarkan dirinya terlebih dahulu sebelum orang lain :)

Aku dan Bonang langsung pamit setelah sesi tanya jawab meskipun acara sebenarnya berlangsung sampai sore. Sekali lagi, aku benar-benar suka dengan acara ini dan berharap banyak remaja-remaja lain yang mengadakan event serupa. Penting agar mereka tahu bahwa mereka nggak sendirian dan mengerti bahwa nggak semua remaja itu harus sama. Ada yang berasal dari keluarga utuh maupun tinggal di panti asuhan. Ada yang berasal dari keluarga berkecukupan dan apa pula yang nggak. Bahkan ada juga beberapa dari mereka yang berkebutuhan khusus (sepertiku). Tapi itu nggak masalah, karena setiap remaja tetap remaja. Tetap punya kebebasan untuk memlilih apa yang mereka sukai untuk ditekuni dan bertanggung jawab dengan pilihannya itu. Remaja selalu menjadi masa yang paling indah asalkan nggak disia-siakan :)
(Well, apa aku terdengar tua? Hahahaha).


Suasana acara :)






Suasananya akrab dan penuh tawa :D


The audiences :)


Berfoto di depan Gedung Indonesia Menggugat


Selesai acara, aku langsung dinner dengan Ray yang terjebak macet jadi nggak sempat melihatku di event Student Care :(( Meski begitu moodku tetap baik karena dapat 'sogokan' pancake yang sangat sangat yummy, hihihi. It was a nice, warm and sweet Christmas eve dinner. Apalagi di Mr. Pancake ada perapian (palsu) yang bikin suasana makin mirip dengan Christmas di musim dingin. Kami dinner sampai jam 8 malam, tapi baru tiba di rumah hampir jam setengah 10 malam! Macet di mana-mana, apalagi kami harus mengantri bersama 20 orang lainnya untuk mendapatkan taksi. Tapi seperti Ray bilang, it's Christmas eve, jadi nggak ada salahnya dinikmati saja karena semua orang memang seharusnya bergembira :D

So, merry Christmas my friends. Wishing you have a sparkling and blessed Christmas! Ho ho ho! :D


Our Christmas eve dinner: Potato wedges and blueberry pancake :)


Dekorasi di Mr. Pancake bikin suasana jadi hangat.




Silly self portrait, hihihi...




Harusnya minum hot chocolate ya, bukan coke, hahaha :D


OOTD: Hairband: Toko Kecil Indi  | Coat-dress: Toko Kecil Indi | Shoes: Gift











cookies and milk,
Indi

----------------------------------------------------------------
Contact Me? HERE. Sponsorship? HERE.


Jumat, 23 Desember 2011

Liburan di Rumah yang Menyenangkan dan Penuh Kejutan! :D

What a great relief, ladies and gents, hahaha :D

Hari selasa lalu naskah novel ke tigaku akhirnya selesai! Huray, huray! Aku senang banget meskipun artinya aku harus siap dengan keputusan publisher kelak. Tapi sudah lah, aku mau memberi diri sendiri libur sejenak dulu. Soal keputusan kapan novelku terbit lebih baik dipikirkan nanti, yang penting satu hal sudah selesai dan patut aku syukuri :D
Jadilah aku berlibur selama 3 hari penuh (di hari jumat sudah ada pekerjaan menunggu) :D Tempatnya sih nggak jauh-jauh, cuma di ruang TV, hihihi. Tapi aku senang dan relax banget, apalagi orangtua dan adik juga menemani.

Luar biasa sekali rasanya aku bisa bebas dari komputer dan nonton film bareng keluarga, terutama Ibu. Biasanya sampai tengah malam aku masih sibuk ketik-ketik sampai jari mati rasa (berlebihan, lol), tapi sekarang aku bisa duduk di depan TV sambil sibuk mengomentari film dan ketawa-ketawa bareng keluarga. Nop, nop, kami nggak nonton DVD kok, tapi benar-benar nonton apa yang disediakan sama channel gratisan, hahaha. Meskipun film yang diputar semuanya sudah lama dan (rata-rata) sudah aku tonton sebanyak 5 kali, tapi kalau bareng keluarga rasanya 'beda' :D Paling berkesan waktu kami nonton 17 Again sambil snuglling di sofa. Bapak sih menikmati filmnya, sedangkan Ibu malah protes kenapa Matthew Perry cuma tampil sebentar. Dan waktu aki bilang kalau Zack Efron sebenarnya manis juga, beliau nggak terima, hahaha.

Ada juga kejadian lucu yang di 'sebabkan' oleh ke sok tahuan Bapak. Seorang kerabat baru saja pulang dari Cina dan memberi kami oleh-oleh sebuah... hmm... we didn't know what it was. Waktu aku perhatikan kemasannya, sepertinya rempah-rempah instan yang tinggal direbus untuk dicampurkan makanan. Tapi Bapak bilang ini makanan ringan, yang cukup direbus 3-5 menit siap dimakan dan rasanya enak. Waktu kutanya beliau tahu dari mana, Bapak langsung menjawab dengan PD nya, "Ya, baca dari kemasannya, dong! Kan ada petunjuknya".
Tanpa menunggu lama Bapak langsung menyiapkan mangkuk dan panci untuk merebus. Aku sih nggak protes meskipun jelas betul di kemasannya nggak ada tulisan berbahasa Inggris sama sekali. Dan kira-kira 5 menit kemudian aku mencium bau yang sangat menyengat. Ternyata itu dari 'makanan ringan' yang direbus Bapak. Saking baunya Bapak juga ragu-ragu untuk mencicipinya. Setelah memberanikan diri dan didukung oleh rasa penasaran aku (dan juga Ibu) beliau akhirnya meminum kuahnya sebanyak 1 sendok makan. Dan tahukah bagaimana rasanya? PAHIT! Pahit sekali! Ternyata itu jamu! Hahahaha... Bapak pun jadi bahan ledekan karena sok tahu. Dan waktu kutanya kenapa Bapak yakin bisa membaca kemasannya, ternyata beliau cuma bisa membaca angka 3 dan 5 yang diartikan sebagai "Rebus selama 3 sampai 5 menit". Hahahahaha, Bapak lucu sekali :D


Jamu yang kemasannya imut :p


Dan karena tanggal 22 Desember bertepatan dengan hari Ibu, aku dan Puja (adik) juga melakukan sesuatu yang spesial lho buat Ibu. Tebak apa yang kami lakukan! We do nothing :p Hehehehe, iya kami nggak ngapai-ngapain dan membiarkan Ibu dan Bapak pergi keluar untuk nge-date berdua saja. Meski begitu mereka nggak lupa lho dengan aku dan Puja. Kami dibelikan sushi dan es krim. Senangnya. Selamat hari Ibu, ya Ibu. You're so wonderful, kind, pretty, smart and my everything. I love you, Mommy *kiss*


Sushi di hari Ibu :)


Dan, yang terakhir dan paling menyenangkan, liburanku dimeriahkan oleh freebies dari Kreasi CantiQ! Wah, senangnya waktu Bunda Dien (owner Kreasi CantiQ) kasih kabar bahwa aku menang giveaway nya :D Waktu paketnya datang aku agak kaget lho soalnya kok besar sekali, sedangkan di blog nya Bunda Dien disebutkan kalau aku dapat 3 lembar kain flanel. Ternyata oh ternyata aku dapat syal, 4 buah jepit rambut lucu-lucu dan gantungan kunci juga! Waaaaah, banyak sekali :D Saking senangnya aku langsung pamerkan sama seisi rumah yang langsung memuji. Katanya Bunda Dien kreatif banget, bisa membuat banyak aksesoris imut dari rajutan. Dan ternyata kejutannya nggak hanya sampai di situ, masih ada kiriman susulan! Kemarin siang aku menerima satu paket lagi yang ukurannya lebih kecil, isinya sepatu untuk di rumah! Waaaaaah, senang sekali... Mungkin teman-teman yang sering mampir ke sini tahu kalau gue suka sekali pakai sepatu rumah, ya, karena setiap kali aku berfoto di kamar pasti kakiku terbungkus, hihihi. Nah, sepatu dari Bunda Dien ini manis sekali, sampai-sampai Ibu pengen nyobain pakai. Untung saja nggak diminta ya? Soalnya bisa-bisa jadi rebutan, hihihi.


Paket pertama. Besaaaar :D

Paket ke dua. Benar-benar kejutan! :D


OOTD: Hair pin, shawl, shoes: Kreasi CantiQ | Dress: Gretel dress by Toko Kecil Indi




Isi paket pertama. Kain-kain flanelnya mau  kubikin bando :)

Sepatunya BAGUUUS sekali :D


 Kreasi CantiQ, blog click here.
Facebook, click here.










Begitulah, liburan 3 hariku yang sangat sangat sangat menyenangkan. I feel so blessed to born in this beautiful family, punya pasangan yang menyenangkan dan tentu saja punya teman-teman yang begitu baik (aku harap suatu hari bisa bertemu dengan Bunda Dien dan teman-teman blogger lainnya) :) Terkadang, kalau aku terlalu sibuk, aku lupa dengan nikmatnya menonton TV bersama keluarga. Atau malah aku lupa bahwa makan malam bersama lebih dari sekedar rutinitas. Menyenangkan rasanya bisa mengobrol sampai larut atau sekedar duduk bersama di sofa tanpa harus buru-buru masuk ke kamar untuk menyelesaikan pekerjaan. Ah, la vitta e bella, life is beautiful, hidup itu memang indah :) Sekarang aku harus beristirahat karena liburanku sudah selesai. Besok aku harus mulai bekerja lagi dan memenuhi undangan Student Care untuk jadi pembicara. Untuk yang sedang berada di Bandung, silakan, come... come, acaranya diadakan di Gedung Indonesia menggugat :)
Well, okay my dear bloggies, tempat tidurku sudah siap dan piyama bergambar beruangku sudah mengajakku ke balik selimut, hehehe. Have a nice week, bloggies, good night :))

senyum selalu,
Indi



----------------------------------------------------------------
Contact Me? HERE. Sponsorship? HERE.

Jumat, 16 Desember 2011

Review: Red Cherry and "I'm a Super Nanny!" :p

Blogging lagi! Yaiy, paling senang rasanya kalau pekerjaan sudah beres, berpiyama dan bisa mengetik di komputer kesayanganku :D Seperti yang aku ceritakan di post sebelumnya, hari-hari kemarin aku cukup sibuk (takut dibilang berlebihan ah kalau bilang sibuk banget, lol). Kondisiku kurang fit, harus menyelesaikan satu desain custom made, menyusun novel dan... babysit anak umur 3 tahun yang super aktif! Ya, ampun... sungguh pengalaman yang nggak terlupakan. Nah, di post ini aku akan menceritakan bagaimana lengkapnya aku bisa sampai jadi baby sitter dadakan dan pengalamanku selama 3 hari itu. Tapi sebelumnya, izinkan aku sedikit "pamer" rok kuning baruku yang cute. Red Cherry dengan baik hatinya mengirimiku paket (lagi!) yang lagi-lagi bikin aku senang :D Rok kuningnya pas banget di pinggangku dan nyaman dipakai. Ibu dan Bapak juga memuji, katanya modelnya lucu banget dan unik. Terima kasih banyak ya, Red Cherry, jangan bosan-bosan kirim paket buatku, hihihi.



 RED CHERRY. Klik di sini untuk melihat koleksinya.
atau
Buka facebook nya di sini :)



OOTD: Headband: BIP | Cape: Marni | Skirt: Red Cherry | Shoes: Giovanni




Dan, okay, soal babysit thing itu begini ceritanya... Kakak sepupuku dan istrinya bekerja 6 hari per minggu, nah di hari-hari biasa putra kecilnya selalu dititipkan ke neneknya. Tapi berhubung neneknya pergi ke Yogyakarta selama 3 hari, aku menawarkan diri untuk merawat Bian, sang putra kecil yang sekarang dipanggil Koko Bian karena akan mempunyai adik :)
Aku dan Bian sebenarnya cukup sering bertemu karena rumah orangtuaku dan neneknya nggak terlalu jauh, tapi kami juga nggak bisa dibilang akrab karena nggak pernah bersama dalam waktu yang lama (hanya beberapa jam saja). Bian itu anak yang manis. Pipinya bulat seperti tomat, badannya kurus dan hidungnya mungil sekali. Meski sudah berusia 3 tahun tapi kosakatanya masih terbatas dan kata-kata yang diucapkannya belum jelas. Mungkin karena dia jarang bicara dengan orang lain. Tapi soal cerewet, jangan ditanya... dia senang sekali berbicara waktu ada iklan diputar di TV, hihihi. Sayangnya karena terbiasa sendirian Bian sering cari perhatian dengan cara yang salah, misalnya berteriak-teriak atau melempar barang, dan kalau sampai ada yang rusak dia akan bilang, "Rusak sendiri"...

Hari pertama Bian datang keadaannya sedang rewel. Bundanya bilang Bian habis diambil darah untuk tes kesehatan. Karena nggak tega, akhirnya diputuskan supaya dia sebentar saja bersamaku, sisanya bersama bundanya yang cuti dulu dari pekerjaannya. Keesokan harinya Bian datang kembali dengan keadaan yang lebih baik pagi-pagi sekali. Masih berpiyama dan di lengan kanannya ada bekas jarum yang ditandai dengan spidol. "Bekas disuntik, sakit", begitu kata Bian. Salut sama usianya yang masih muda tapi bisa ditinggal sendirian. Kalau aku, sampai sekarang pun pasti nggak betah kalau sampai tinggal di rumah orang lain, dan nggak sama keluarga pula, hehehe. Karena baru datang, aku pun 'mengakrabkan diri' dulu dengan Bian. Aku tanya beberapa pertanyaan sama dia seperti, "Sudah makan belum?", "Suka bobo siang jam berapa?". "Sukanya main apa?" dan lainnya. Jawaban Bian ada yang singkat, padat dan jelas, tapi ada juga yang dilanjutkan dengan bercerita ke sana-ke mari. Kesukaannya adalah tentang handphone mainannya yang nggak boleh tertinggal satu haripun. Manisnya :)

Semuanya lancar sampai aku harus ngobrol sebentar sama Bapak, di tengah obrolan kami Bian terus-terusan menyela. Aku minta dia untuk menunggu sebentar, tapi dia malah teriak-teriak dan memaksa sambil menghalangi wajahku. Satu kali lagi aku ingatkan supaya Bian menunggu dulu dan aku janji akan ngobrol lagi sama dia setelah selesai berbicara dengan Bapak. Tapi apa yang terjadi selanjutnya? Bukannya menuruti perkataanku tapi Bian malah mencari perhatian dengan cara yang ekstrim... Dia menjatuhkan tubuh mungilnya ke meja kaca setebal 5 mm! Untung saja kacanya nggak pecah karena cukup kuat untuk menahan berat badannya. Langsung saja aku tarik Bian dan bertanya apa ada yang sakit. Setelah yakin dia baik-baik saja, aku lalu memegang badannya sambil menatap matanya dan memberi tahunya bahwa itu cara yang salah, "Lain kali tunggu sebentar ya. Kalau Koko jatuhin diri ke meja aku malah nggak mau ngobrol sama Koko, tapi harus nunggu. Ngerti?". Bian pun mengangguk sambil menahan tangis. Sebenarnya aku nggak tega karena sepertinya dia jadi ketakutan, tapi bukan maksudku untuk menakutinya. Aku yakin dia sudah cukup besar untuk mengerti aturan sederhana. Dan itu dibuktikan nggak lama kemudian...

 
Bian beraksi dengan rol rambut Ibu (pakai sendiri), peralatan Bian dan Bian waktu mau beres-beres :)


Bian terus bermain sama aku sampai siang. Energinya sepertinya nggak pernah habis, loncat ke sana, loncat ke sini. Aku sampai kelelahan, tapi juga senang karena dia sudah ada kemajuan. Waktu aku mau makan siang aku bilang, "Tunggu sebentar nanti kita main lagi" dan Bian pun mengerti. Dia menungguku dengan sabar sambil sesekali bertanya, "Sudah?", hehehe, anak pintar. Setelah bermain sebentar tantangan selanjutnya adalah tidur siang. Kata neneknya Bian waktu masih 1-2 tahun suka tidur siang. Nggak susah, tinggal digendong, dinyanyikan nina bobo pasti langsung lelap. Tapi sekarang Bian punya aturan sendiri, suka nggak mau tidur dan memilih nonton TV. Aku juga pesimis bisa menidurkan dia, tapi kata Ibu anak-anak biasanya ikut tidur kalau orang di sekitarnya tidur. Dan aku pun mencoba cara itu. Ya, ampun ternyata susah sekali pura-pura tidur itu, soalnya Bian terus-terusan mengajak aku ngobrol supaya terbangun. Akhirnya aku membelakanginya padahal mataku melek, dan 10 menit kemudian, thank God, Bian tidur dengan lelapnya! :) Dia bangun jam 3 sore. Cukup lama, jadi aku bisa bekerja sedikit dan mengurus Eris, anjingku dulu, hehehe.

Sebenernya aku cukup dekat dengan anak-anak ---maksudnya, anak-anak memang mudah dekat denganku. Padahal aku sendiri kadang canggung lho berhadapan dengan mereka. I love them, tapi karena aku nggak bisa berlari dan berkegiatan yang terlalu melibatkan fisik kadang mereka mengira aku nggak mau bermain. Selain itu, meski belum punya anak sendiri aku selalu tegas sama anak-anak, dan aku takut disalah artikan sebagai orang dewasa yang galak (sama orangtua mereka maksudnya, hahaha). Mungkin karena Ibu membesarkanku dengan cara seperti itu, ya, makanya selalu terbawa setiap kali aku berhadapan dengan anak-anak manapun. Aku bangga sama Ibu dan Bapak yang dengan baik membesarkanku dan Puja adikku. Sejak kecil kami selalu tidur sendiri dan nggak ada istilah malas makan lalu nanti jadi nggak makan. Waktunya makan ya harus makan karena kami selalu dijelaskan bahwa manusia butuh makan supaya sehat dan bisa bermain, bukan malah asal dipaksa makan :) Kami juga nggak pernah merasa kurang kasih sayang karena meskipun tegas Ibu dan Bapak selalu ada buat kami. Ibu berhenti bekerja sampai usia aku berusia 5 tahun, itu beliau lakukan supaya aku dapat ASI ekslusif dan merawatku dengan baik. Nggak ada nanny bahkan sampai detik ini pun, semuanya beliau lakukan sendiri.
Makanya waktu Ibu tahu Bian mau dititipkan di rumahnya, beliau bahagia sekali. Meski Ibu nggak selalu ada di rumah, tapi beliau percaya aku bisa. Katanya nggak perlu jadi seorang Ibu untuk merawat seorang anak, yang terpenting kasih sayang dan keinginan untuk membuat anak itu lebih baik. Hmm, jadi inget idolaku, nih! Jo Frost. Dia nanny dari acara Super Nanny. She's unmarried dan nggak punya anak sendiri, tapi dia bisa membantu banyak Ibu di Inggris dan Amerika. Saluuut! :D

Balik lagi soal Bian, aku lihat handphone mainan kesayangannya itu rusak. Waktu aku tanya siapa yang merusaknya, dia bilang, "Ayah". Tanpa banyak tanya aku langsung ambil handphone-nya dan mencoba membetulkannya dengan karet gelang. Lumayan, lah, yang penting nggak berceceran kalau dipegang, hehehe. Aku tahu bahwa Bian pasti  yang membanting mainannya, bukan 'Ayah', karena ayahnya nggak ada di sana. Tapi aku nggak mau menuduhnya karena nggak ada bukti. Akhirnya aku lihat sendiri Bian membanting mainannya. Waktu itu lagi-lagi aku sedang harus bicara sama Bapak dan Bian minta perhatian. Meski agak jengkel aku coba tetap tenang dan bertanya, "Kenapa kamu banting?". Bian langsung diam tapi sedetik kemudian mulai hiper dan meloncat-loncat. Aku tanya sekali lagi. Kali ini sambil kupegang badannya, dan dia pun menjawab, "Nggak tahu, rusak sendiri".
Aku pernah lihat di acara Nanny 911, katanya anak umur 3 tahun secara alami sudah mengerti konsep jujur dan nggak jujur. Jadi bisa dipastikan Bian sebenarnya tahu bahwa jawabannya salah, tapi dia memutuskan untuk menjawab seperti itu, mungkin karena takut dimarahi lalu mencari yang bisa disalahkan. Sebenarnya aku nggak yakin kata-kata apa yang mudah dimengerti olehnya, jadi aku bilang, "Kalau ditanya jawabannya harus jujurnya". Tapi ternyata, kata 'jujur' belum masuk ke dalam kosakatanya, jadi aku jelaskan bahwa jujur itu artinya 'nggak bohong'. Surprise-surprise Bian mengerti :) Aku yakin sekali dia anak yang cerdas. Dia cuma butuh diperhatikan dan... kesabaran ekstra (yang aku harap aku bisa punya).

Selama sisa hari itu aku habiskan dengan mengajari kata-kata baru. Karena waktunya tinggal 1 hari lagi untuk bersamaku, jadi aku ajari yang penting-penting saja. Yang pertama adalah 'bahaya', kata ini aku pakai untuk benda dan tempat yang nggak boleh Bian datangi sendiri. Misalnya dapur, tangga, halaman rumah dan benda-benda tajam seperti gunting. Lucu rasanya melihat dia mengingat-ingat kata itu. Dia ucapkan berulang-ulang, sampai waktu kami bermain ada gunting mainan bergambar Doraemon. Cepat-cepat dia berikan sama aku dengan wajah serius. Katanya, "Ini, Kakak! Bahaya!". Lucunya, hihihi :) Lalu yang kedua adalah 'dewasa', aku ajarkan kata ini sebenarnya karena terpaksa. Bian terlanjur diberikan pengertian bahwa dia 'sudah besar' sama orang tuanya. Tujuannya supaya dia mengerti bahwa sudah pantas memiliki adik. Tapi sayangnya dia jadi menganggap boleh melakukan apa saja karena bukan anak kecil lagi. Sampai-sampai dia ingin memegang pistol berpeluru karet (pajangan, milik Puja). Aku rasa kata 'bahaya' nggak tepat untuk benda ini karena toh memang nggak berisi peluru. Jadi aku bilang ini cuma boleh disentuh orang dewasa. Aku jelaskan seperti ini: Bian itu sudah besar, tapi belum dewasa. Orang dewasa itu seperti Ayahnya, Bundanya dan aku, yang sudah bisa membedakan mana mainan atau bukan. Syukurlah, meski aku nggak yakin dia mengerti atau nggak, tapi dia jadi nggak tertarik lagi dengan pistol itu. Dia malah terus bertanya, "Dede belum dewasa? Dede belum dewasa?", dan aku jawab, "Iya". Oya, meski kami memanggilnya 'Koko', tapi Bian masih menyebut dirinya 'Dede', mungkin karena belum terbiasa :)

Di hari ke tiga Bian benar-benar menjadi anak manis. Dia sudah mengerti bahwa dirinya butuh makan, dia makan 3 kali sehari dan menghabiskan 3 botol susu karena dia nggak mau kalau nanti jadi anak yang lemas dan nggak bisa bermain lagi. Dia juga nggak pernah membanting mainan lagi, sudah mengerti betul artinya 'tunggu' dan 'jujur'. Malah Bian sudah bisa rapi-rapi sendiri. Aku selalu izinkan dia untuk bermain sesukanya dengan syarat dia harus membereskan sendiri. Mulanya dia sempat nggak percaya, lho, katanya, "Boleh acak-acak?" dan aku bilang boleh asal dibereskan lagi. Jadilah Bian senang dengan beres-beres, kamarku pun ikut dia bereskan (padahal sudah rapi, hahaha) dan tempat air mineral di ruang tamu dia rapikan dan di lap dengan piyamanya. Aduh Bian! Hihihi *gemas*

Waktu Bian dijemput ayahnya dia sempat nggak mau pulang. Jaketnya dia sembunyikan di bawah sofa dan setiap kali diajak keluar rumah pasti langsung memeluk kakiku erat-erat. Dia juga sudah dekat dengan Bapak (dia panggil 'Abah') sampai nggak canggung lagi untuk minta dipeluk. Akhirnya setelah diberi pengertian bahwa dia bisa ke rumah orangtuaku lagi kapan-kapan, Bian mau pulang. Tapi sebelum pulang ada kata-kata lucu yang dia keluarkan dari mulutnya. Katanya,

"Abah sudah dewasa, sama kaya Kakak".


Ya, ampun! Ternyata Bian mengerti arti kata 'dewasa'! Anak pintar! :D
Sampai ketemu lagi, Koko Bian. Kakak missing you already *peluk*

 

senyum manis,

INDI

Minggu, 11 Desember 2011

Have a Deep Sleep, Indi :)




Halo teman-teman blogger, apa kabar? Ya, ampun rasanya been a zillion years aku nggak posting, padahal baru 1 minggu, hehehe. Pasalnya aku nyaris nggak menyentuh PC selama 1 minggu terakhir. Kalau pun ada kegiatan online, seringnya aku lakukan lewat handphone. Selama 3 hari ke belakang sampai kemarin malam, sepupuku, Gina menginap di rumah orangtuaku. Nah, berhubung dia tidur 1 kamar denganku, otomatis kegiatan yang melibatkan PC di malam hari harus ditunda. Selain pekerjaan, tentu saja blog walking pun terhenti dulu. Dan di waktu bersamaan Ibu memintaku mengantarnya membeli ini-itu untuk kepentingan pekerjaannya. Meski lelah tentu saja menyenangkan. Aku senang banget bisa dapat girls time sama Ibu dan Gina :D Sayangnya karena kelelahan aku malah drop: badanku agak demam, pencernaanku bermasalah dan kulitku pun lebih rentan terhadap alergi.

Sempat bingung karena pekerjaanku sudah lumayan menumpuk. Ada 1 buah dress custom made yang belum rampung aku kerjakan dan naskah novel ketiga masih harus aku cek ulang sebelum ditambah sentuhan terakhir. Padahal sebelumnya aku sudah tempel pengumuman di depan pintu kamar yang isinya mengingatkan orang rumah bahwa aku sedang sibuk-sibuknya (pakai tinta pink mencolok pula, lol). Tapi yah aku sudah terlanjur sakit dan nggak punya waktu untuk bingung-bingung lagi. Salah-salah aku malah makin drop dan semakin lama juga pekerjaanku pending. And here I am now, berpiyama dengan bedak anti alergi coreng-moreng di pipi dan lengan. Meski seharusnya aku menyelesaikan perkejaan sejak awal, tapi aku anggap ini sebagai cuti kejutan, atau cara Tuhan untuk memintaku slow down... take a break karena aku memang pantas mendapatkannya :)


OOTD: Hair clip: CandyButtons | Sheep pajama: Carrefour | Owl doll: Kreasi CantiQ | Pink foot warmer: Pasar Baru


Berdiam seharian tanpa memikirkan pekerjaan memang menyenangkan. Rasanya lucu setiap kali aku tersentak kaget dan teringat belum mengerjakan sesuatu tapi sedetik kemudian lega karena ternyata aku nggak perlu ngapa-ngapain, hehehe. Meski badan lemas, nggak bisa dibawa beraktivitas tapi aku bisa melakukan sesuatu yang di hari-hari biasanya nggak bisa. Misalnya saja aku bangun sangat terlambat. Jam 12 siang aku baru 'sarapan' dan langsung dilanjutkan nonton TV. Aku bisa menonton semua acara, dari mulai berita sampai gosip! Aku bahkan nggak perlu kepikiran "aku belum ini" atau "aku belum itu", just enjoy the day dan biarkan tubuhku menyembuhkan diri.

Menonton TV memang menyenangkan, tapi berdiam diri di kamar lah yang paling super-duper menyenangkan. Mungkin beberapa dari kalian sudah tahu bahwa aku menyebut kamarku 'Neverland' karena isinya seperti pulau kecil yang menyenangkan. Well, at least menyenangkan bagiku :) Karena di saat-saat normal selain untuk beristirahat kamarku menjadi tempat bekerja dan melakukan hobi-hobiku seperti membaca dan menonton DVD. Aku juga selalu paling bisa 'menjadi diri sendiri' di kamar. Bukan, bukan berarti ketika di luar aku fake. Tapi di kamar aku bisa melakukan suatu tanpa takut merasa malu jika ada orang yang melihat. Aku paling suka lip sinc sambil berjoged konyol atau ber-makeup lalu menghapusnya kembali sampai wajahku terlihat aneh ---yang mana nggak bisa aku lakukan di tempat lain--- hehehe :D








Saat paling menenangkan adalah ketika aku terbaring di atas tempat tidur sambil memandangi bintang-bintang di langit-langit kamar yang menyala dalam gelap. Rasanya seperti reward sehabis aku bekerja seharian dan bisa diakhiri dengan kenyamanan yang nggak ada tandingannya. Bahkan di saat drop seperti ini kenyamanan tempat tidurku masih nggak tergantikan. It was comforting and warm :)
Tapi bukan berarti saat-saat menjelang istirahat selalu berjalan lancar ya, terkadang aku juga restless, bahkan untuk memejamkan mata saja sulit. Kalau sudah begitu aku melakukan jurus-jurus menaklukan restless, hehehe. Kalau diurutkan kira-kira seperti ini:

1. Sebelum beristirahat pasti berdoa dulu pada Tuhan, kan. Nah, terkadang setelah berdoa pikiranku masih ada di pekerjaan, atau kalau pun nggak pikiranku malah di tempat lain dan lupa bahwa aku harus beristirahat. Untuk mengatasinya aku akan berdoa ulang, lebih panjang dan memanfaatkan keadaan tubuhku yang nggak ingin istirahat untuk 'bercerita' pada Tuhan sebanyak-banyaknya dan sepuas-puasnya karena di saat terlalu mengantuk justru aku nggak akan bisa seperti ini. Prayer is always a medicine for everything, including when you can't rest :)

2. Kalau sudah coba istirahat lebih dari 1 jam dan aku masih gelisah di atas tempat tidur, artinya aku lapar! Hahaha, iya, segelas susu hangat atau cemilan sebelum tidur selalu ampuh membuat gue merasa hangat dan nyaman.

3. Tapi kalau restless-nya sudah akut, aku akan mengulang 'manuver' yang biasa aku lalukan sebelum naik ke atas tempat tidur: cuci muka, tangan dan kaki. Pokoknya pastikan tubuh bersih, lalu berganti piyama. Iya, taruh saja piyama yang sebelumnya di keranjang cucian dan pakai piyama lain. Mungkin ini sifatnya sugesti, tapi sebenarnya tanpa aku sadar saat sedang restless aku kadang mengelurkan keringat dan berganti piyama membuat tubuhku lebih nyaman.

4. Membaca sesuatu dalam keadaan benar-benar bangun (bukan sambil tidur-tiduran di kasur), duduk di atas kursi dan badan tegap biasanya membuat aku lelah dan akhirnya... ingin beristirahat, hehehe. Ini juga sekalian membiasakan diri supaya aku selalu membaca atau menulis dengan sikap yang benar. Ya, sambil menyelam minum air istilahnya :p

5. Kalau semua langkah sudah dilakukan dan aku masih tetap terjaga, yang aku lakukan terakhir adalah berdoa. Yep, aku kembali lagi ke langkah awal dan menyerahkan semua sama Tuhan. Kalau sampai pagi tetap terjaga, minimal tubuhku relax dan bukan terjaga gara-gara stress, tapi cuma karena nggak mengantuk saja ;)

Sebelum mempraktekkan jurus-jurus di atas aku selalu memastikan lampu kamar mati atau seenggaknya redup. Handphone juga harus disimpan di luar jangkauan tanganku, soalnya itu salah satu godaan terbesar untuk bikin aku stay awake, hehehe. Dan kayaknya sekarang aku harus segera mempraktekkan jurus ke dua, nih (bilang saja rakus, lol). Soalnya besok aku sudah mulai beraktifitas dan harus babysit  a super-active 3 years old boy! Phew! Mudah-mudahan saja semua lancar ya, dan 'hari tanpa beraktifitas seharian ini' benar-benar efektif buat menyimpan energiku. Good night everyone, don't let the bed bug bite you! :D


xoxo,
INDI





_________________________________________________
Contact Me? HERE. Sponsorship? HERE.


Minggu, 04 Desember 2011

Lebih Dari Itu: Tentang HIV/AIDS dan Stigma Yang Masih Ada




Halo bloggies! It's me again, Indi, hehehe :) How's your week? Semoga menyenangkan, ya. Mine was fun and fine, di awal minggu sampai jumat masih berkutat dengan novel dan beberapa desain untuk pesanan customers, sedangkan sisanya aku habisin dengan having quality time sama Ray. Kami sempat main game racing car, karaoke dan dinner. Don't ask about our voice ya, lebih terdengar seperti teriak sambil ketawa-ketawa daripada nyanyi :p
Hal menyenangkan lainnya datang dari Queen Bee shop, mereka mengirimiku paket yang berhasil bikin aku 'kyaaaaaa' sambil angkat satu kaki kaya di film-film kartun (well, okay part terakhir berlebihan, lol). Aku dapat 4 item cute yaitu tank top hitam, bolero polkadot oranye, short ungu dan kalung mutiara dengan liontin bow! :D Tadinya sempat khawatir celananya kedodoran, tapi ternyata ukurannya pas banget, dipakainya pun nyaman karena ada karet dan tali yang bisa disesuaikan. Meski tetep bikin aku jalannya jadi agak-agak aneh, soalnya... sudah tahu kan kalau terakhir aku pakai celana itu 1 milyar tahun yang lalu? :p So, how do I look in pants? Sepertinya pantas juga ya, hihihi... Pokoknya terima kasih banyak untuk Queen Bee shop. Minggu depan kalau aku jalan-jalan bisa pakai baju baru, deh ;)

OOTD: Bow headband: Toko Kecil Indi | bolero, tank top, short and pearl necklace: Queen Bee Shop | Shoes: Fillmore


Untuk melihat-lihat koleksinya dan pemesanan, klik DI SINI :)

 
details? click here.



Tentang Mika, HIV/AIDS, Stigma dan Diskriminasi.

Masih di minggu yang sama, ada hari AIDS sedunia, tanggal 1 Desember lalu tepatnya. Ini sudah tahun ke 7 aku tanpa Mika. Eh, ralat, tapi keluarga dan teman-temannya juga, sudah ditinggal Mika ke surga. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, perasaanku selalu campur aduk: rindu, khawatir, bangga, sedih... pokoknya banyak. Kalau sudah begini aku suka terkenang-kenang lagi dengan masa-masa SMA ku... Masa di mana Mika masih ada dan kami berpacaran :) Dia utuh sebagaimana Tuhan menciptakan manusia sesuai fungsinya, dia juga pemberani, serius, terkadang lucu dan selalu bisa membesarkan hatiku. Mika mencintai aku apa adanya dan nggak pernah memandangku 'sebelah mata' seperti banyak laki-laki lain sebelumnya. Itulah yang membuat dia berbeda: sifatnya, bukan karena AIDS yang dia idap.
Aku rasa teman-temanku pun akan menyukai Mika andai saja mereka nggak tahu bahwa Mika itu ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Sejak saat itulah aku mengenal apa yang namanya stigma, diskriminasi dan image negatif. Mika sering dibilang nakal dan nggak bermasa depan. Bahkan beberapa temanku (well, dengan sifat seperti itu mereka nggak pantas dibilang 'teman', sih...) berani bertaruh bahwa Mika itu pecandu drugs atau pelaku seks bebas. Lalu apa itu benar? I don't know, and I don't even wanna know! Waktu itu aku pikir, kenapa orang nggak bisa menyukainya karena kepribadiannya?

Intinya, waktu itu hubungan kami nggak mudah. Tapi bukan berarti nggak bahagia, karena seperti yang sudah aku sebutkan Mika mempunyai kepribadian yang menyenangkan. he's a real entertainer, selalu punya cara untuk membuatku tersenyum, hehehe, he's my hero :)
Sampai Mika meninggal dunia. Entah apa alasannya stigma negatif malah ikut melekat padaku. Aku sering dibilang 'bekas pacar pengidap AIDS', dan laki-laki yang mendekatiku bakal kena aib-nya. Aib? Ho'oh, aneh kan? Padahal apa bedanya dengan 'bekas pacar pengidap flu', 'bekas pacar pengidap panu', atau 'bekas pacar pengidap sariawan'? Itu cuma penyakit, sickness, illness. Nggak lebih! Aku nyaris nggak mendapatkan empati dari sekitar, seolah aku nggak punya hak untuk bersedih karena yang meninggalkan aku adalah seorang pengidap AIDS...

Dua tahun setelah kepergian Mika aku pun memutuskan untuk menghapuskan stigma negatif pada Mika-Mika lainnya. Iya aku tahu memang nggak mudah. Tapi aku pikir kalau semakin banyak yang menyebarkan informasi benar soal HIV/AIDS, akan semakin banyak pula yang mengerti. Aku bergabung di Yayasan AIDS Indonesia yang letaknya di Jakarta (I live in Bandung, but Mika was born and grew up there :) ), dan nggak lama setelah itu menerbitkan novel "Waktu Aku sama Mika". Menjadi volunteer dan menulis novel tujuannya tetap sama, aku ingin lebih banyak orang setuju bahwa manusia hanya bisa dinilai dari kepribadiannya, bukan penyakitnya.

Lambat laun aku mulai merasakan hasilnya. Aku memang nggak mengubah seluruh dunia, tapi seenggak aku mulai mendengar komentar positif soal Mika. Aku masih ingat, pengen menangis rasanya waktu membaca blog seorang ibu yang bilang bahwa dia ingin putranya menjadi orang sebaik Mika, santun dan sopan terhadap perempuan. Dan sungguh kebetulan yang manis, nama putra Ibu itu juga Mika :) Semakin lama semakin banyak komentar positif yang aku dapat. Aku sering mendapatkan email dari perempuan-perempuan muda yang tiba-tiba 'mengidolakan' Mika. Mereka berharap mendapatkan pasangan yang seperti Mika kelak, yang mencintai secara utuh dan tanpa syarat. Luar biasa, aku bahkan disebut sebagai perempuan yang beruntung karena pernah mengenal Mika. Bukan lagi sebagai aib karena pernah berpacaran dengan ODHA. Mika dinilai lebih dari itu, orang-orang mulai bisa melihat jiwanya sebagai manusia yang utuh di luar penyakitnya dan... mempunyai kepribadian menarik seperti yang aku rasakan semenjak pertama kali mengenalnya :)


Bersama novel 'Karena Cinta itu Sempurna' dan 'Waktu Aku sama Mika'. Karya-karyaku untuk mendiang Mika :)


Cerita dari “Dunia Nyata”.

Rasanya menyenangkan waktu orang-orang mengingat Mika sebagai orang baik, bukan malah menyebut nama penyakitnya dan berkata yang nggak-nggak :) Dan di hari AIDS sedunia tahun ini, ada kejutan menyenangkan, novel 'Waktu Aku sama Mika' cetak ulang untuk yang ke 9 kalinya! Malah yang lebih mengejutkan lagi novel 'Karena Cinta itu Sempurna' yang baru diterbitkan tahun ini pun sudah cetak ulang untuk ke 4 kalinya. Mungkin bagi sebagian orang ini adalah pencapaian yang biasa, tapi menurutku ini adalah prestasi yang 'luar biasa', mengingat kedua novel itu berisi tentang isu HIV/AIDS. Aku mendapatkan banyak pesan di facebook, email dan twitter dari teman-teman pembaca yang isinya menguatkan hati aku, sungguh melegakan. Rasanya pita merah benar-benar terbalik dan unvictory berubah menjadi victory :) Tapi di waktu bersamaan ada 'kejutan' nggak menyenangkan. Teman-teman di twitter banyak yang memintaku untuk membaca 'timeline' nya Kak Fajar, seorang ayah yang juga ODHA. Ternyata Immi, anak dari Kak Fajar ditolak untuk masuk SD Don Bosco setelah sebelumnya diterima. Alasannya benar-benar nggak masuk akal dan dangkal karena pihak yayasan menyatakan belum memliki kesiapan khusus memiliki murid ODHA. What the...??? Memangnya Immi sudah pasti terpapar ayahnya? Kan nggak. Dan... wait! Kesiapan khusus apa yang dibutuhkan sekolah untuk menerima murid ODHA? Haduh, yang benar saja, deh... masa mengada-ngadanya seperti mau bohongin anak TK.

Sebenarnya poin dari masalah ini bukan tentang bagaimana caranya Immi bisa masuk SD Don Bosco, tapi bagaimana caranya pihak yayasan bisa mengerti bahwa manusia mempunyai hak yang sama, apalagi untuk mengenyam pendidikan. Mau bilang 'mereka mungkin belum dapat pengetahuan yang cukup soal HIV/AIDS' tapi hatiku ini selalu bilang "masa sih?". Rasanya agak aneh saja kalau lembaga pendidikan nggak tahu bahwa flu bisa lebih mudah menular daripada HIV. Kalau nggak siap menerima murid ODHA bagaimana mereka bisa siap menerima murid-murid lain yang notabene anak-anak pasti langganan dengan flu, batuk, demam dan sebangsanya, dong? Non sense, ah! *pasang wajah kecut*

Padahal, kalau saja mereka mau pikir lebih jauh, mendiskriminasi ODHA itu membuat mereka merugi serugi-ruginya. Lebih rugi dari bangkrut lah. Coba bayangkan kalau jika ada ODHA yang berprofesi sebagai guru, petani, ilmuwan, atlet atau lainnya yang berguna bagi masa depan bangsa. Mendiskriminasikan mereka sama dengan menghambat perkembangan negara. Kalau ada guru karena status HIV diberhentikan, yang rugi siapa? Kan murid-muridnya juga a.k.a calon penerus bangsa. Sejak tahun 2010 saja ada 130 ribu orang terinfeksi HIV/AIDS di Indonesia. Bukan jumlah yang sedikit tuh. Kalau setengahnya dari mereka masih bekerja dan produktif, terus diberhentikan... well, it's our lost, then...

Aku harap nggak akan ada lagi Immi-Immi yang lain. Aku harap Kak Fajar terus semangat untuk membela hak-nya. Pasti lelah banget untuk memberitahu pihak-pihak yang telinganya disumbat (dalam arti sebenarnya), tapi percayalah hasilnya akan sepadan kalau diperjuangkan. Aku memang nggak bisa bantu apa-apa, cuma bisa bantu doa dan dukungan saja... aku harap nanti bisa lebih. Oya, tadi Kak Fajar twit aku, katanya dia mendoakan Mika. Thank you, Kak :)


Masih Ada Harapan.

Meski begitu, ada cerita-cerita positif tentang pengidap HIV/AIDS yang diterima dengan baik di masyarakat. Memang belum terlalu banyak yang open status, tapi aku punya beberapa bukti nyata (baca: orang yang gue kenal baik). Salah satunya adalah seseorang yang sudah aku anggap kakak. Well, aku nggak bisa sebut namanya karena aku belum bilang sama dia mau bikin tulisan ini, but I will tell you about this guy. Dia adalah seorang anak, suami dan ayah bagi keluarganya. Profesinya sangat luar biasanya yaitu di bidang perfilman, dan soal prestasi nggak diragukan lagi, kakakku ini sudah banyak yang mengakui kehebatannya. Sampai-sampai salah satu film buatannya berhasil bikin Bapak terharu-biru, lho, hehehe :) Dia orang yang beruntung, karena keluarganya sangat mendukung. Dia juga bukan orang yang tertutup dan nggak pernah malu sama statusnya sendiri. He's a perfect role model. I’m very proud of him, bukan karena statusnya, tapi karena prestasinya. Aku yakin jika ada orang yang menyebut nama kakakku ini, dia akan dikenal dengan profesinya :) Nanti jika dia mengizinkan aku bercerita banyak tentangnya disini, aku akan bahagia sekali karena aku yakin kisahnya akan memberikan pengaruh positif.

Bloggies, dan teman-teman yang berkenan membaca tulisan ini, aku yakin banyak di antara kalian yang mempunyai kenalan, teman bahkan keluarga yang mengidap HIV/AIDS. Let's spread to the world that our family and friends who’s living with HIV/AIDS are human too, biarkan mereka dinilai berdasarkan pribadinya dan kemampuannya. Don't play God dan men-jugde seseorang berdasarkan statusnya. Aku percaya semakin banyak orang yang mengerti, akan semakin berkurang juga soal stigma, diskriminasi dan hal nggak masuk akal lainnya.
Aku sekarang dikelilingi orang-orang, sahabat dan keluarga yang suportif. Aku bahagia karena Mika sekarang dikenang sebagai laki-laki baik, laki-laki yang menghormati aku dengan utuh dan tulus. Nggak ada yang berani mengusik itu atau pun memprotes bahwa Mika nggak begitu. Bahkan Ray, pasanganku sekarang, dia sangat menghormati Mika. Ray memandangku sebagai seorang perempuan yang pernah berpacaran dengan laki-laki hebat dan dia harus menjadi hebat juga untukku seperti yang Mika dulu lakukan. Ray bahkan nggak pernah bertanya kenapa Mika bisa terkena AIDS karena itu nggak penting. Yang dia tahu Mika adalah orang baik. That's it, hanya itu yang penting :)

Bahkan di hari Ray proposing aku, dia memasangkan cincinya di jari tengahku, bukan di jari manis. Tahu kenapa? Karena di jari manisku sudah ada cincin dari almarhum Mika. Ya, Ray's respected him that much... :)

Aku harap suatu hari seluruh orang di dunia akan bisa menghargai sesama secara utuh... Bukan dari apa yang dia idap. Bukan dari apa yang dia lakukan di masa lalu... Amen...



Update: Di tanggal 5 Desember 2011 Kak Fajar dan Immi akhirnya menang!



__________________________________________
Contact Me? HERE. Sponsorship? HERE.