Tampilkan postingan dengan label Novel baru Indi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Novel baru Indi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 21 September 2011

Curious Incident of the Dog in the Night Time


Eris bermain dengan Ny. Kelinci :)


Tengah malam, sudah hampir subuh. Aku sebetulnya sudah piyamaan sejak sore, niat istirahat juga sudah sejak jam 11 malam tadi. Tapi karena suatu hal aku jadi masih terjaga sampai selarut ini.
Ah, aku jadi ingat kejadian beberapa waktu lalu. Waktu itu kira-kira jam 2 pagi di bulan Agustus lalu, orangtua dan adikku sudah tidur. Situasinya mirip seperti sekarang, tinggal aku yang terjaga dan lagi asyik di depan komputer mengerjakan buku ketiga---rasanya begitu kalau aku nggak salah ingat---. Tiba-tiba aku dengar Eris, anjing keluargaku yang berumur 2 tahun menangis. Awalnya nggak aku nggak hiraukan karena Eris memang manja dan suka menangis untuk cari perhatian. Tapi semakin lama tangisannya semakin berbeda, seperti kesakitan dan takut. Khawatir terjadi sesuatu aku langsung keluar kamar, terburu-buru, bahkan lupa memakai sandal meskipun cuaca sangat dingin. Aku membuka pintu garasi dan... Eris ada di sana, baik-baik saja, berdiri tegak seperti beruang dengan kaki depan 'berpegangan' ke lemari sepatu. Tangisannya berhenti tapi nafasnya cepat sekali. Waktu aku coba untuk memeluknya ia malah menghindar dan 'menuntun' ku ke pintu garasi.

Mulanya aku nggak mengerti, tapi setelah mencoba mengintip lewat celah garasi dan membiarkan seluruh suara malam masuk ke dalam telinga, samar-samar aku mendengar suara tangisan anjing. Pelan dan lirih. Jelas sekali bukan Eris karena ia sudah duduk patuh di sampingku dengan telinga yang tegak---posisi telinga waspada---.
Aku nggak tahu itu anjing siapa, bisa saja liar atau milik seseorang. Tapi yang pasti ia butuh bantuan...


OOTD: Headband by BIP, Dress by Toko Kecil Indi, Shoes by Fillmore.




Dengan kaki yang masih telanjang aku mencari-cari kunci garasi. Eris berlari ke sana-ke mari dengan ekor yang terus berkibas. Mungkin ia senang karena 'tangisan minta tolongnya' didengar dan aku akan memberikan bantuan. Tapi aku bahkan nggak tahu apa yang terjadi dengan anjing itu. Aku cuma berharap semoga situasinya nggak terlalu parah.
Akhirnya aku menemukan serangkaian kunci di atas meja kopi. Mencobanya satu persatu dan... terbuka!

Di sebrang rumah aku melihat situasi yang sangat memilukan. Aku mengenalnya. Eris apalagi... Anjing itu sering disapa "Si Kaos Kaki" karena bulu kakinya yang belang dua. Kepalanya terjepit pagar besi. Lehernya terkoyak karena ia terus berusaha meloloskan diri. Kakinya hanya sedikit menapak pada tanah. Aku hampir nggak percaya bahwa anjing yang sedang sekarat ini adalah si Kaos Kaki ---andai aku nggak melihat kakinya---. Aku panik, sangat sangat panik. Sepertinya orang-orang sekitar sudah terlelap semua, bukan cuma keluargaku. Aku tahu nggak akan bisa menyelamatkan anjing ini sendirian. Aku butuh bantuan, at least untuk membangunkan pemiliknya karena jarak rumahnya dengan pagar depan (tempat si Kaos Kaki terjepit) cukup jauh.

Aku masuk kembali ke dalam rumah, membangunkan Ibu dan Bapak. Butuh waktu sekitar 3 menit untuk menjelaskan situasinya dan membuat mereka percaya kalau ini gawat darurat. Aku memakai sandal dan sweater sementara orang tuague ke tempat si Kaos Kaki. Aneh, udara dingin justru baru terasa waktu aku mamakai sweater. Padahal tadinya aku cuma memakai atasan piyama dan celana pendek, mungkin karena aku panik, entahlah.
Waktu aku ke luar rumah Ibu dan Bapak sedang berdiri di dekat si Kaos Kaki, nggak melakukan apa-apa, cuma diam. Mereka bilang mereka nggak bisa melakukan apapun, salah gerakan sedikit saja bisa membuat si Kaos Kaki terluka lebih parah. Atau malah si Kaos Kaki  bisa menggigit ketika berhasil lepas. Ah, iya betul juga... si Kaos Kaki ini memang terkenal "jagoan" di lingkungan ini. Itulah kenapa Eris ---dan beberapa betina lain--- selalu berlomba menarik perhatiannya...

Aku mencoba mencari bantuan lain. Di samping rumah pemilik si Kaos Kaki terdapat warung nasi. Setiap tengah malam penghuninya selalu memasak untuk mempersiapkan sahur. Aku memanggil "Mang Ujang" yang biasanya lebih dulu terjaga. Nggak ada jawaban. Aku terus memanggil nama-nama random yang aku ingat tapi tetap nggak ada jawaban, at least untukku karena sepertinya ada yang mendengar tapi malah tertawa-tawa karena menyangka permintaan tolongku cuma sebuah lelucon. Ibu bilang lebih baik aku menyerah dan berdoa semoga si Kaos Kaki bertahan sampai nanti pagi, sampai waktu pemiliknya berangkat kerja. Tapi aku nggak mau. Aku sudah terlanjur melihat si Kaos Kaki di sini, terjepit dan kesulitan bernafas. Aku akan merasa sangat bersalah kalau aku nggak bisa membantunya, atau seenggaknya ada di sampingnya sampai pagi meski ia mungkin nggak bertahan...


Puja, Eris and Me :)


Aku masuk ke dalam rumah, mengambil sarung tangan karet milik Ibu dan kembali ke tempat si Kaos Kaki. Aku berjongkok di sampingnya, berusaha membebaskan kepala kecilnya dari pagar. Tapi ia malah menangis semakin lirih. Suaranya betul-betul membuat hatiku hancur, karena usahaku untuk membebaskannya ternyata malah menyakitinya. Aku putuskan untuk duduk di sampingnya dan membelainya sambil terus bilang, "Sebentar lagi pagi, pasti kamu nggak apa-apa". Aku hampir menangis melihat lidahnya terkulai dari rahangnya, mengeluarkan liur terus-menerus sementara lehernya semakin terkoyak...

Lalu Bapak mendengar suara keajaiban, katanya ia mendengar suara dari arah garasi sewa Om Miming. Jarak rumah ke pintu pagar sangat jauh, halaman rumah Om Miming itu sangat luas, gue agak sangsi waktu Bapak bilang Om Miming mungkin saja terbangun. Tapi ternyata Bapak betul! Ia keluar dari rumahnya dan bertanya apa yang terjadi pada kami. Bapak langsung menjelaskan situasinya dan nggak lama kemudian anggota "Tim Penyelamat si Kaos Kaki" bertambah. Aku langsung merasa ada harapan baru waktu Om Miming bawa tongkat besi dari rumahnya, katanya pagarnya mungkin bisa diangkat sedikit supaya bisa memberi celah untuk membebaskan si Kaos Kaki. Bapak dan Om Miming berusaha membuat celah, tapi sebentar kemudian mereka behenti. Si Kaos Kaki semakin kesakitan dan Bapak memutuskan untuk membuka paksa pagar alih-alih membuat celah.

Bapak dan Om Miming berhasil masuk ke halaman rumah pemilik si Kaos Kaki. Aku nggak tahu siapa namanya karena kami jarang bertemu. Kalaupun sore-sore berpapasan aku hanya menyapa dengan panggilan "Om".
Ternyata di rumah Om nggak ada bel'nya. Bapak dan Om Miming terpaksa mengetuk jendela dan berteriak memanggilnya. Rasanya lama sekali sampai Om membuka pintu. Bapak langsung menjelaskan bahwa anjingnya terjepit di pagar. Om langsung menghampiri si Kaos Kaki yang luar biasanya mendadak sadar setelah sebelumnya cuma bisa terkulai lemas dan menangis. Ekornya bergoyang cepat dan tangisannya berhenti. Ketika Om berusaha membebaskan si Kaos Kaki, ia sudah lebih tenang. Ia hanya merintih setiap kali Om menggeser kepalanya ke arah yang salah. Gue berdoa, berdoa, berdoa, berdoa dan terus berdoa... berharap si Kaos Kaki bisa bebas.

"Krak", aku mendengar suara patahan. Sekitar 5 detik aku menahan nafas dan baru bisa lega waktu tahu itu bukan suara leher si Kaos Kaki. Itu ternyata suara pagar yang dibengkokan paksa dan patahannya mengenai engsel. Bagaikan mimpi, si Kaos Kaki terbebas dan berdiri tertatih-tatih. Kaki depannya pincang dan lehernya koyak. Seluruh wajahnya basah oleh liur bercampur darah. Tapi ajaibnya ia ceria. Ekornya terus bergoyang dan dengan patuh mengikuti perintah Om untuk masuk ke dalam rumah. Ia nggak berusaha menyerang siapapun, bahkan nggak menggonggong.
Om mengucapkan terima kasih pada kami dan menyusul si Kaos Kaki. Begitu juga aku, orangtua dan Om Miming kembali masuk ke rumah masing-masing.
Badanku letih dan sedikit mengantuk, tapi aku lega si Kaos Kaki terselamatkan. Di garasi Eris sudah menyambut. Ekornya bergoyang cepat dan langsung menjilati lututku begitu aku mendekat. Sepertinya ia berterima kasih karena anjing jantan yang sangat dipujanya telah selamat.



Beberapa hari kemudian keadaan si Kaos Kaki membaik. Ia mulai menggoda Eris ---dan beberapa betina lain tentu saja--- dan membuat mereka salah tingkah. Sepertinya bekas luka di lehernya justru membuat para betina menganggapnya semakin keren, hehe.
Insiden anjing di tengah malam (sama dengan judul buku kesukaanku, actually, lol) itu membuat kami menjadi semakin waspada. Om sekarang memastikan si Kaos Kaki nggak kabur di waktu malam, dan aku selalu memastikan nggak ada celah di pagar rumah. Aku nggak ingin insiden serupa menimpa Eris atau binatang-binatang lain yang nggak sengaja mampir ke pagar rumahku.

Memang disayangkan harus ada korban dulu sebelum kami (iya, termasuk aku) sadar bahwa seharusnya setiap orang bertanggung jawab terhadap binatang peliharaan dan rumahnya sendiri. Sebaiknya pastikan nggak ada celah yang berbahaya, tanaman beracun atau benda mengancam lainnya sebelum memelihara binatang, terutama jika binatang itu nggak dipelihara di dalam kandang. Begitu juga meski kita nggak memelihara binatang, nggak ada salahnya menutup celak-celah di pagar atau tembok yang sekiranya berbahaya. Mereka, binatang ---terutama kucing, anjing atau kelinci--- meskipun liar tetap saja memiliki hak untuk hidup. Just remember, they're only have instincts, kitalah yang memiliki akal. Si Kaos Kaki bahkan nggak (bisa) menuntut tuannya, padahal secara nggak langsung ia sudah dicelakakan.  Tugas kitalah untuk melindungi mereka. Kita nggak mau membunuh makhluk hidup untuk kesia-siaan, kan? :)



    Lotta smile,

 
Indi (and Eris, "Woof!")




ps: Jika ada teman-teman blogger yang suka menulis, menyayangi binatang dan berminat untuk membantu project novel ketigaku, silakan kirim email ke namaku_indikecil@yahoo.com atau twit aku  DI SINI
Juga jangan lupa saksikan aku di program Warna episode Jumat, 23 September jam 10.45 pagi di Trans 7. Have a nice day! :D

Selasa, 09 Agustus 2011

Never Too Old to Learn New Tricks ;)

Halo teman-teman blogger, sudah bangun?? It's been a while ya, dan tiba-tiba saja aku post di pagi buta begini. Semoga nggak merusak pagi kalian, hehehe. Well, daripada waktu restless ini dipakai untuk bengong-bengong, kayaknya lebih baik kalau aku menulis di sini dan share sesuatu yang mungkin berguna, atau at least nyaman untuk dibaca :) 


Agustus baru berjalan beberapa hari, still fresh dan ternyata datang berbarengan dengan hal-hal baru yang aku sedang coba. Di usiaku yang nanggung (sudah bukan remaja tapi terlalu "berlebihan" kalau dibilang dewasa karena aku masih tinggal di rumah orangtua), aku sering mendapat komentar dengan apa-apa yang aku lakukan selama ini. Beberapa bulan lalu aku memulai belajar bahasa Inggris. Some people thod I was too old, tapi aku tetap belajar dan bisa buktikan bahwa aku bisa menyerap pelajaran (hampir) secepat anak-anak yang lebih muda. Buatku belajar adalah belajar, dan istilah 'dogs never too old to learn new tricky ' juga berlaku untuk untukku, manusia.

Aku sudah dewasa dan memutuskan untuk sekolah mengemudi.
Iya, aku belum bisa mengendarai mobil. Begitu juga Ray, he's 28 this year. Banyak orang bilang kami sudah terlambat dan seharusnya sudah dapat SIM bertahun-tahun lalu. Tapi aku tetap memutuskan untuk belajar, karena mengemudi mobil pasti akan menjadi kebutuhan kami di tahun-tahun mendatang. Kalau kami terpengaruh komentar negatif, aku rasa itu nggak akan pernah membuat kami bisa mengemudi mobil dan akan bergantung dengan taksi seumur hidup!
Jadi tanggal 6 Agustus lalu menjadi hari pertama aku dan Ray belajar mengemudi. Sengaja aku minta supaya waktu belajar kami di hari yang sama dan bergantian supaya kami bisa saling menyemangati dan mendukung. It was a very nervous day! Tiga jam waktu latihan kami rasanya lama sekali habis. Ray bilang dia mungkin nggak berbakat mengemudi mobil dan sering melakukan kesalahan. Begitu juga aku, rasanya nggak terbayangkan kalau suatu hari harus keliling kota dengan aku di balik kemudi. Tapi inilah kami di hari kedua latihan, the instructor said that I'm a very fast learner, dan Ray, he's even better, dia sudah bisa mengemudi ke ATM sendiri!
Hihihi, sekarang memang terlalu dini untuk bilang kalau kami siap mengemudi mobil tanpa pengawasan, tapi setidaknya aku --kami-- bisa buktikan bahwa kami sedang dalam perjalanan menjemput kartu kecil bernama SIM! :)


Mobil yang kami pakai untuk berlatih.


Waktu orang bicara, disadarai atau nggak, meski kita bilang "cuek" atau pura-pura nggak dengar tetap akan masuk ke otak dan hati kita akan bereaksi. Kata-kata itu kuat, bisa mempengaruhi seseorang untuk berbuat/berpikir sesuatu yang buruk tapi bisa juga menjadi hal baik. Kalau seseorang bilang aku bodoh aku pasti langsung kepikiran, bertanya-tanya apa aku memang betul bodoh. Kalau sudah begini kata-kata jugalah yang bisa bikin aku 'bangkit' lagi. Aku akan bilang sama diri sendiri kalau aku nggak bodoh, aku cuma perlu belajar lebih keras dan itu berhasil! Terlebih aku beruntung dikelilingi keluarga, Ray dan teman-teman yang selalu ada untuk menyemangati :)

Hal baru lain yang aku lakukan adalah berjualan. Waktu kecil aku sering dibilang nggak punya bakat dagang. Pernah buka perpustakaan di rumah lengkap dengan toko permennya dan dalam waktu 3 hari sudah bangkrut karena malah dijadikan anak-anak sekitar rumah untuk baca sambil ngemil permen gratis! Hahahaha. Seiring berjalannya waktu aku mulai 'mensugesti' diri sendiri bahwa aku bisa dagang, hanya perlu berlatih, begitu. Dan ide ini datang dari Ray secara nggak sengaja. Ray bilang dia mulai berjualan cokelat untuk menambah penghasilan, kecil-kecilan saja sekaligus mengambil moment bulan puasa di mana banyak orang-orang yang mencari makanan manis buat berbuka. Aku pun menawarkan diri untuk membantu, ya sekalian berlatih dan mengembalikan rasa percaya diriku dalam hal berjualan (trauma masa kecil nih ceritanya, hihihi). Ternyata Ray setuju dan aku pun dipercaya untuk menawarkan cokelat-cokelatnya sementara Ray mengantarkan cokelat-cokelat pesanan sepulang dia bekerja di kantor. Hasilnya dalam waktu singkat semua cokelat terjual habis! Aku nggak menyangka tapi juga senang bisa menambah uang saku dari hasil "belajar" ini :D
Mungkin bagi sebagian orang ini hal sepele, tapi buatku ini adalah prestasi dan sebuah kebanggan bisa mengalahkan pendapat orang yang bilang aku nggak bisa. I'm glad that I decided to learn new "tricks" ---bagaimanapun hasilnya---, yang terpenting mencoba karena yang paling sulit itu justru untuk memutuskan dan memulai.



Cokelat-cokelat yang kami jual :)


Ah, iya aku jadi ingat kejadian kemarin. Aku dan Ray sempat sedikit bersitegang karena aku minta dia ambil foto-fotoku. Biasanya Bapak yang jadi 'fotografer' sekaligus pengatur gayaku. Just for fun, memang hanya untuk iseng. Tapi aku suka dan bahagia everytime my Dad taking my pics.
Ray bilang kalau dia benci di saat dia nggak menguasai sesuatu. Salah satunya adalah kamera. Dia nggak suka difoto apalagi mengambil foto seseorang karena dia nggak bisa. Berkali-kali dia bilang "nggak bisa" dan berkali-kali juga aku bilang kalau dia bisa dan harus mencoba belajar. Ray ternyata nggak begitu saja percaya kata-kataku, dia lebih percaya kata-katanya sendiri yang bilang "nggak bisa" daripada kepercayaanku atas kemampuan fotografinya. Aku sempat cemberut dan sedikit menangis karena mood jadi naik-turun dan sedikit frustasi.
Tapi sekali lagi, kata-kata memang kuat efeknya, setelah kesekian kali aku bilang kalau Ray pasti bisa, akhirnya dia mulai belajar dan nggak berhenti ambil fotoku sampai larut! Malah dia juga belajar atur-atur gayaku, lho, hihihi. Meski di beberapa foto kelihatan sekali kalau mataku masih sembab tapi hasilnya cukup bagus buat seorang pemula :)











Begitulah, rasanya aku semakin mantap untuk belajar hal-hal baru setiap hari. It's never too old to start something. It's never too late to learn new tricks :)
Setelah belajar mengemudi aku dan Ray berencana untuk sekolah memasak. Setelah berjualan cokelat kami juga berencana untuk berjualan kue. Selanjutnya entah apalagi, aku nggak perlu membatasi ataupun sengaja mencari-cari, katika hal baru ada di depan mata, aku nggak akan ragu untuk mencobanya selama itu positif. Jadi hal baru apa yang sudah kalian pelajari belakangan, teman-teman? Share me! :D

smile,
INDI


(Edited: 1/3/2024. Ray and I are no longer together. I am now happily married to Shane).