Sabtu, 27 November 2010

Man's Best Friend...






Hari ini aku berencana buat diem di rumah. Mandi larut dan di tempat tidur seharian. Tapi baru aja jam 11 pagi, waktu aku lagi menikmati tempat tidur, tau-tau aja nyokap minta aku bangun dan pergi ke rumah Uak. Yah, setelah nego sana-sini, akhirnya pergi juga aku ke sana meski tanpa mandi dan gosok gigi (cuma ganti baju doang, hihihi).

Begitu sampai di rumah Uak ternyata aku berubah semangat. Pasalnya Uak minta bantuan untuk mengurusi anjing dan mengantar dia ke pet shop. Ya, maklum aja, soalnya Uak baru beberapa hari adopsi anjing. Katanya dia udah lupa "caranya" karena terakhir kali punya anjing ya waktu remaja dulu, namanya Cupy yang mati karena tua.
Setiap kali ada yang minta bantuan sama aku, kalau itu menyangkut anjing, pasti aku "iya-kan". Malah aku sering dianggap geek tentang anjing karena hampir hapal isi 1 ensikopedia tentang anjing, hehehe.
Jadilah hari ini aku melatih Doggy (nama anjing Uak) untuk shake hand (dan hal-hal basic lainnya) ditemani Eris anjing golden retriever ku :)



Bersama Eris di seberang rumah Uak.



Oya, sebelumnya harus aku ceritakan juga kalau asal-usul Doggy sebetulnya nggak terlalu jelas. Jadi suatu hari Uak yang lagi butuh anjing penjaga tiba-tiba aja "dihadiahi" bayi anjing oleh pengurus rumahnya. Katanya ini anjing liar yang ditinggalkan induknya. Nggak tau jelas induknya anjing jenis apa dan ada di mana, tapi si pengurus rumah yakin dia pernah lihat bapaknya. Waktu ditanya jenis anjingnya, dia cuma bilang, "Anjingnya besar, coklat". Begitu.
Uak sebenarnya nggak terlalu yakin mau pakai anjing nggak jelas ini sebagai penjaga, tapi berhubung belum menemukan anjing lain yang "tepat", jadi Uak putuskan untuk memelihara Doggy dulu sementara.


Setelah "bermain-main" (baca: berlatih) sedikit dengan Doggy, Uak dan aku langsung pergi ke pet shop. Di sepanjang perjalanan, Uak terus-terusan minta aku telepon atau SMS teman-teman yang berternak anjing penjaga. Ya, Uak mau mengadopsi anjing untuk menggantikan Doggy segera.
Ada beberapa kandidat anjing yang dirasa cocok. Uak berencana mau menemuinya sepulang dari pet shop.

Di pet shop Uak langsung melihat-lihat rantai untuk anjing Doberman. Dengan serius dia berdiskusi dengan penjaga toko tentang rantai yang paling tepat. Aku sendiri cuma mendengar sekilas pembicaraan mereka dan melihat-lihat makanan untuk bayi anjing.
Waktu aku lagi lengah tiba-tiba aja Uak muncul disampingku sambil bawa tali kecil untuk kucing.

"Ini bagus, nggak?" tanya Uak.
"Loh, itu apa?" bingung kan aku...
"Ini untuk si Doggy, kan lehernya masih kecil,"
"Oh...(??)"

Meski bingung aku nggak bertanya apa-apa. Otakku langsung menyimpulkan sendiri kalau Uak pasti mau beri talinya untuk Doggy setelah nggak dirawatnya lagi (Doggy rencananya akan diurus kembali oleh pengurus rumah Uak).

Sesuai rencana kami menuju rumah teman yang menjual macam-macam anjing penjaga. Di perjalanan Uak nggak banyak bicara. Dia cuma bilang kalau Doggy itu lucu, ukuran matanya kecil sebelah. Aku cuma senyum aja menanggapi kata-katanya.
Akhirnya kami sampai dan mobil diparkir agak jauh dari rumah temanku. Nggak ada salah satu dari kami yang keluar dari mobil. Bicarapun nggak. Cuma diam sampai kira-kira 15 menit...

"Sudah, lah kita pulang aja. Tolong jangan beritahu Uak kalau ada yang jual anjing, ya. Soalnya Uak mau pelihara Doggy. Selamanya!"

Dan aku pun tersenyum. Kalimat "Man's best friend" terbukti benar. Seekor anjing, jenis apapun itu, ras murni, campuran atau yang biasa disebut anjing kampung seperti Doggy selalu bisa menjadi sahabat manusia. Karena anjing nggak mengenal jenis, mereka semua sama: percaya dan akan menjaga tuannya selamanya.
Dalam hati aku langsung berjanji akan melatih Doggy dan membawanya ke dokter hewan untuk vaksin pertamanya. 

Selamat datang di keluarga kami, Doggy!



Doggy!





nb: Nama "Doggy" diambil dari kata "Dog". Karena Doggy sebelumnya memang nggak mempunyai nama, jadi hanya dipanggil seperti dirinya sendiri. Yaitu... anjing ;)

Jumat, 12 November 2010

Gaun Pengiring Pengantin di Hari Wisuda :)


Halo semua, apa kabar? Semoga baik-baik saja, ya. Soalnya cuaca yang sering berubah-rubah belakangan ini bikin rawan flu (termasuk aku yang juga kena, hehehe) :) Hari ini aku mau cerita tentang wisudaku yang serba mendadak (Ya, aku AKHIRNYA wisuda, lol).

Tanggal 10 November kemarin, disaat semua orang memperingati hari pahlawan, aku malah wisuda! Sebetulnya aku sudah nolak buat ikutan sejak bulan Juli lalu. Ya, sejak jauh-jauh bulan! (bukan jauh-jauh hari lagi). Alesannya karena aku sudah lulus, tau IPK ku, sudah salaman sama semua dosen juga, hehehe. Jadi apa lagi?
Tapi Nenek ku berpendapat lain. Baginya wisuda adalah suatu "kebanggaan". Lulus saja belum cukup, beliau pengen punya kenang-kenangan untuk dipajang di rumahnya: Fotoku yang lagi pakai toga dan kebaya.
Waaaah, andai Nenek tau... Sebetulnya pakai toga, kebaya dan konde'lah yang aku hindari. Soalnya terlalu ketat, gerah dan kondenya bikin pusing. Kalau harus pakai ini semua, gimana aku bisa menikmati prosesi wisuda yang berjam-jam? Bisa-bisa aku udah pingsan duluan...

Orangtuaku bisa mengerti. Mereka setuju lebih baik kami syukuran di rumah saja. Sesuatu yang sifatnya simbolis nggak terlalu penting. Toh, semua anak yang sekolah asalkan rajin belajar (dan fasilitas mendukung) pasti bisa lulus. Itu kan proses, jadi nggak perlu dibesar-besarkan.
Tapi akhirnya di detik-detik terakhir orangtuaku minta aku ikut wisuda. Alasannya bisa ditebak, mereka nggak mau mengecewakan Nenek. Ibu bilang, Nenek sudah tua, kadang sulit untuk diberi penjelasan kalau wisuda itu nggak penting. Lebih baik aku menurut daripada jadi kekecewaan berkepanjangan.

Jujur, beberapa hari sebelum wisuda aku sempat ngambek. Nolak pakai kebaya dan parno banget rambutku yang cuma segini-segini harus ditempeli konde (soalnya kalau hanya dicepol, paling cuma dapet sejempol, hehehe). Orangtuaku akhirnya kasih kebebasan apa yang akan aku pakai nanti. Syaratnya asalkan rapi dan formal. Dikejar waktu yang sudah sangat dekat, hal pertama yang aku inget cuma buku baju pengiring pengantin yang dikasih sama Mrs. Patty, hahaha. Akhirnya aku pilih long dress tercantik yang ada di sana. Dengan sedikit corat-coret (ya, aku suka sekali mendesain baju), aku minta Ibu untuk jahit long dress yang sudah dimodifikasi itu. Ibu agak nggak percaya aku mau pakai baju pengiring pengantin. Tapi setelah aku tunjukin desainnya, beliau setuju ;)

Waktu hari wisuda datang, aku putuskan buat nggak ambil pusing. Aku inget cerita sepupu dan teman-temanku yang harus bangun jam 4 subuh untuk persiapkan kebaya, make up dan konde. Tapi ceritaku ternyata nggak seperti itu (terima kasih Tuhan...). Aku bangun jam 7 pagi (hampir seperti biasa) dan cukup cuci muka (aku mandi 2 hari sekali, btw, lol). Setelah itu aku pakai long dress'nya. Almost no makeup. Aku cuma pakai bedak tipis, lip gloss dan blush on. Untuk rambut aku biarkan terurai, cuma aku kasih hiasan bunga-bunga kecil.

Nenek agak kaget dengan penampilanku. Beliau bilang, "Mana kondenya? Nggak pakai kebaya?". Tapi aku cuma senyum menanggapinya.




***


Aku diantar Bapak, Ibu dan Nenek. Sabuga, tempatku wisuda sudah penuh sepenuh-penuhnya. Agak heran juga kenapa banyak wisudawan/wati yang bawa rombongan sampai 2 mobil. Padahal sudah jelas undangan yang boleh masuk hanya 2 orang. Alhasil banyak wisudawan/wati yang mau masuk gedung malah terhalang sama tamu-tamu tanpa undangan. Untungnya, sejak tahun 2004 aku sering mengisi choir di sini, jadi sudah tau harus lewat mana supaya cepat, hihihi...

Di dalam gedung aku sering sekali dapat pertanyaan-pertanyaan heran seperti, "Indi, nggak pakai konde?" atau "Indi, nggak pakai kebaya? Padahal kan supaya cantik seperti yang lain", dll.
Aku sih tetap cuek aja, soalnya yang tau batas nyaman kan cuma diri sendiri. Soal cantik itu belakangan. Kalau teman-teman lain bisa tahan pakai baju daerah lengkap dan heels, nah nggak begitu denganku. Lagipula suasana nampaknya nggak mendukung untuk pakai baju yang agak ribet. Bayangkan aja, ada seribu lebih wisudawan/wati disana. Belum lagi jumlah security yang berlebihan bikin ruangan makin terasa sempit. Itu belum termasuk tamu tanpa undangan yang berhasil masuk. Bisa kebayang kan gimana suasananya? Sudah mirip nonton konser rock pakai konde aja, hihihihi :)

Akhirnya prosesi wisuda selesai. Beberapa teman dan dosen yang tadinya bilang aku "kurang cantik" berbalik memuji karena sampai akhir acara cuma aku lah yang wajahnya nggak belepotan karena makeup campur keringat. Tapi buatku yang paling lucu adalah pendapat Nenek. Beliau bilang,
"Bagus juga ternyata pakai baju santai. Emah (panggilan Nenek) mah kasian liat yang sebelumnya pada cantik malah pada selonjoran di lantai gara-gara pegel pakai sepatu tinggi".

Hihihi :)
Aku nggak mengecilkan teman-teman yang berpakaian ribet, tentu aja. Menurutku usaha mereka memang sepadan, kok. Di mataku mereka tampil sangat cantik. Tapi rasanya nggak masalah kalau aku berpendapat bahwa kebaya, konde dan high heels kurang tepat untuk dipakai di suasana ramai dan gedung yang kurang memadai. Wisuda sarjana itu satu kali seumur hidup, aku mau menikmati setiap detik moment'nya tanpa terganggu pakaianku. Sekali lagi, aku nggak mengecilkan teman-teman yang lain, lho. Aku cuma mau menekankan bahwa kenyamanan adalah yang utama. Dan yang terpenting cantik itu kan in the eye of the beholder ;)




Kamis, 11 November 2010

Ayo Menulis untuk Buku Keduaku! :)



Wah leganya novel keduaku hampir siap! :D

Setelah tahun lalu novel pertamaku terbit (Waktu aku Sama Mika), tahun ini novel keduaku akan menyusul. Masih dari penerbit yang sama, Homerian Pustaka, konsep kali ini adalah memoir. Ya, semacam buku harianku dari kecil sampai sekarang, deh, hihihihi. Di sana selain ada kisah-kisahku juga akan ada testimoni dari pembaca "Waktu aku Sama Mika". Awalnya, sih testimoni-testimoni itu berasal dari public figure dari macam-macam bidang. Ada dari bidang musik, novelis, televisi dan lain-lain. Tapi kemarin penerbit punya ide supaya teman-teman pembaca juga ikut menymbang testimoni di novelku.
Wah ide bagus! Sangat-sangat setuju :)

Kalian mau berpartisipasi? Dengan senang hati aku terima.

Caranya, kirim komentar singkat kalian tentang novel "Waktu aku Sama Mika" ke email namaku_indiankecil@yahoo.com
Atau, untuk pengguna Facebook bisa kirim pesan ke pageku, Indi Sugar. Sertakan nama, usia dan profesi kalian, ya. Cukup kirim ke salah satu account/email saja. Supaya aku lebih mudah bacanya :)

Untuk komentar yang terpilih akan dimuat di cover belakang novelku.



Supaya kalian nggak kebingungan, aku akan post beberapa testimoni yang sudah masuk ke Facebookku:

"Waktu aku Sama Mika ditulis dengan penuh cinta karena aku merasakan cinta ditiap tulisannya".
(Angela Febriani Tobing,19 tahun, Mahasiswi)

"Sempurna itu ada di semua orang, tergantung gimana cara kamu lihatnya. Touchy!".
(Inchan pratiwi, 18 tahun, Graphic design student)

"Jujur, tulus dan apa adanya. Tidak dilebih-lebihkan hanya supaya bisa menggunakan kata-kata yang terdengar hebat, melainkan sederhana dan mudah dimengerti oleh hati".
(Alice Ayu, 20 tahun, Penulis merangkap calon auditor)



Begitu :)
Aku tunggu email dari kalian, ya. Terima kasih banyak.



xo,
Indi "Sugar pie"


Kamis, 04 November 2010

Walking with "Giant" :p


Mau nulis nggak ya? Mau? Nggak? Mau? Nggak? Nggak mau? Mau!
Hahahaha, mulai ngaco deh aku. Hmm, sebenernya sih hari ini aku lelah banget. Tapi berhubung tidur nggak bisa dan kalau bengong malah mikir yang nggak-nggak, lebih baik aku nulis aja, deh, lol.

Kali ini aku mau cerita tentang Richard, temenku yang biasa dipanggil Om Bule (meski sebetulnya aku lebih tua sedikit dari dia, hehehe).
Aku mengenal si Om ini lewat dunia blog. Awalnya sih nggak sengaja, waktu aku lagi visit blog teman, di sana ada link ke suatu blog yang namanya aneh: Bule Juga Manusia. Iseng-iseng, aku klik dan mulai baca blog'nya. Wah, ternyata isinya lebih aneh daripada judulnya. Banyak cerita nggak penting dan foto-foto "mengerikan", lol. Tapi, entah aku mulai terhipnotis atau memang jatuh cinta, aku jadi ogah ninggalin blog itu dan malah betah baca postingannya satu persatu! Ckckckck... :p
Meskipun begitu, aku sama sekali nggak ninggalin komentar. Alasannya sederhana: Aku nggak mau dianggap sebagai orang asing yang nimbrungin cerita-cerita pribadi dia. (Seriously, it feels like reading a dude's diary, lol).

Sampai suatu hari (yang mana sangat jarang terjadi), aku melakukan random add di Facebook. Dan tanpa sengaja yang aku add itu account'nya Om Bule! Ternyata oh ternyata... dunia ini sempit sekali... (iya, lah. Namanya juga internet, lol). Langsung aja aku kasih link blogku dan bilang kalau aku suka sama blog'nya.
Entah berapa lama kemudian (yang pasti cukup lama sampai aku lupa pernah ninggalin link di wall'nya), waktu aku on line tengah malem, aku terima pesan di inbox FB dari si Om Bule. Isinya cukup panjang. Tapi intinya dia merasa nggak enak karena baru sempat baca blogku setelah sebelumnya dia dikejar deadline novel perdananya. Dia bilang tulisanku beautiful (ah, jadi malu, lol) dan punya ide untuk barter 1 kopi bukuku dengan traktiran wisata kuliner kalau dia berkunjung ke Bandung nanti.
Wah, jelas aja aku mau :)


***

2 November 2010
Dan inilah kami,
Aku langsung menyalami Om Bule dan nona manisnya (namanya Bian :) ) begitu sampai di BIP. Agak konyol juga karena tanpa basa-basi aku langsung bilang kalau aku lapar dan pengen langsung makan, hehehe. Alhasil, sebelum sempat ngobrol-ngobrol, kami langsung sibuk cari tempat makan, dan sudah bisa ditebak, aku pasti ngerepotin karena aku vegetarian, lol. Akhirnya supaya semua bisa makan, kami pilih untuk ke food court (yang ternyata percuma karena cuma aku doang yang makan, hahaha). Di sana barulah kami mulai ngobrol-ngobrol selayaknya teman on line yang baru ketemu.

Kesanku tentang Om Bule sedikit berbeda dari yang aku tangkap di blog'nya. Ternyata dia nggak se'ngehe yang dikira, hehehe. Aku pikir dia bakalan cerewet dan bersuara besar (sebesar badannya, lol), tapi ternyata dia bicara dengan volume dan kecepatan yang normal, kok, lol. Tapi kalau soal kocak, dia memang sekocak di blog'nya. Buktinya waktu kami foto-foto dia bisa bergaya aneh-aneh sampai aku puas ketawa lihat gayanya, hahaha. Sayang aku nggak punya gambarnya, soalnya fotonya diambil dari kamera Om Bule dan aku cuma dapet satu foto malu-malu yang diambil sama Bian, huhuhu. Aku jadi nggak sabar Om Bule upload foto-foto kami, nih. Soalnya selain fotoku dan Om Bule, ada juga fotoku dan Bian yang ala AL4Y :p



Foto malu-malu kami, hihihihi.



Aku yang baru sembuh dari sakit jadi nggak punya waktu cukup buat bawain kedua teman baruku ini hadiah. Aku cuma bawa 1 novel "Waktu Aku Sama Mika" yang nggak dibungkus pula, hihihihi... agak memalukan, ya? :p Tapi semoga aja mereka suka bukunya.
Ternyata Om Bule bawain aku oleh-oleh dari Australia. I'ts a cute Koala stuffed doll! Wah, aku seneng banget, soalnya bisa nambahin koleksi bonekaku :) Makasih ya Om Bule....
Oya, ada kejadian lucu lho pas acara "tuker kado", Bian bilang sama aku kalau dia pernah dikasih boneka koala sama Richard tapi buatan Cina, padahal belinya di Australia. Langsung aja aku masukin bonekaku ke dalem tas, takutnya Om Bule langsung berubah pikiran dan kasih bonekanya ke Bian, hahahaha.



Boneka koalanya sekarang jadi penghuni baru di atas tempat tidurku. Liat match banget kan sama wallpaper di kamarku? :)



Selesai (aku) makan kami ke bioskop. Entah ide dari mana (ehmm, sebenernya dari aku, sih, lol), kami putusin buat nonton "Setan Facebook". Wah posternya bikin penasaran banget, soalnya dari semua cast yang disebutin nggak ada satupun yang kami kenal. Tebakan kami, sih, ini pasti tipikal film Indonesia yang "konyol", alias baru 5 menit film diputar langsung ada adegan sun-sun'an, hehehe. Tapi ternyata kami nggak bisa langsung nonton (padahal udah nggak sabar, lol), soalnya film baru dimulai 1 jam lagi.

Sambil nunggu kami main dulu di Timezone. Ya, niatnya sih cuma mau have fun aja sambil habisin waktu. Tapi ternyata kami malah dirampok! Untuk yang berniat main ke Timezone, lebih baik baca dulu pengalamanku dan teman-teman tadi sore:
Tau kan mesin permainan boneka alias catcher doll machine yang menarik hati itu? Dengan mata berbinar, aku dan Bian pengen banget dapetin salah satu boneka di mesin itu. Om Bule yang baik hati ternyata mau dapetin bonekanya buat kami (hore... hore...). Setelah beli 1 kartu game, Om Bule mulai berjuang untuk dapetin boneka beruang warna biru. Awalnya sih dia cuma asal nangkep aja, cuma lama-lama gemes juga sampai-sampai dia mulai ukur "sudut ketepatan antara kait dengan boneka", hehehe. Boneka beruang incaran itu beberapa kali nyangkut di kaitnya, tapi anehnya malah terlepas waktu udah deket ke kotak keluar. Sampai akhirnya Om Bule yakin banget bidikannya kali ini bakal tepat. Dan... terbukti, bonekanya nyangkut, swinging berkali-kali... oops, ternyata meleset LAGI! Hfff...
Nggak tahu sudah berapa kali kartu digesekan ke mesin itu sampai tau-tau aja empty. Tadinya sih kami pikir sudah cukup, cuma musik yang keluar dari mesinnya itu lhooooo, kayaknya manas-manasin kami banget! Akhirnya diisi ulang lagi kartu game'nya si Om Bule. Kali ini kami mau coba mesin dengan boneka yang lebih besar, soalnya kami pikir peluang dapet bonekanya pasti lebih besar. Ternyata SALAH BESAR! Tekanan di mesin ini jauh lebih besar. Boneka-boneka besar yang asik nyengir ke arah kami ternyata cuma kasih harapan palsu. Mereka selalu jatuh TEPAT di samping kotak keluar! Hmm, mulai curiga kaitnya dirancang khusus untuk melonggar di waktu-waktu tertentu... Sniff, akhirnya kami keluar dari Timezone dengan tangan kosong. Bener-bener kosong, karena kartu game yang kedua juga isinya sudah habis, hahahaha (ketawa sedih).

Masih dalam rangka nunggu film dimulai, Om Bule beli pedang-pedangan dulu. Yes, betul pedang-pedangan pajangan gitu (Aku bantu kamu ya, Richard. Kalau nanti di bandara kamu dilarang bawa pedang ini karena dianggap senjata tajam, kamu tunjukin saja postingan aku, jadi ada bukti kalau yang kamu bawa itu memang pedang-pedangan, hahaha). Si Om Bule pilih-pilihnya lamaaaaa banget. Persis banget kalau aku masuk toko sepatu, lah, lol. Untungnya dia nggak minta pedangnya langsung dipakai, kaya kalau aku lagi belanja sepatu :p
Akhirnya pedang yang dipilih warna hitam. Keren banget, deh pokoknya. Ada tulisan Jepangnya juga, tapi aku nggak tau artinya apaan. Yang penting mah keren, hihihihi.


Waktu kita sampai di bioskop ternyata film'nya sudah dimulai. Terpaksa deh kita jongkok-jongkok takut ganggu orang-orang yang serius nonton "Setan Facebook" (aku dan Bian sih nggak apa-apa, soalnya pada imut. Nah, si Om Bule, tingginya hampir 2 meter, lol). Waktu aku jongkok-jongkok sebenernya agak mirip orang tiarap waktu perang, soalnya aku orangnya penakut abis kalau soal film hantu-hantuan, lol.
Akhirnya, setelah kami duduk dikursi sembarang, kami mulai nonton filmnya. Begini ceritanya...
*yawning* Ada hantu hobinya main Facebook, jadi dia bunuh orang-orang di friendlist'nya. Tamat.
Iya, betulan tamat. Ceritanya memang segitu-gitunya, suara pemainnya juga nggak begitu jelas, kaya orang lagi kumur-kumur gitu. Editornya juga jelek. Hantunya nggak serem. Tapi justru karena semua kekurangan itu kami jadi ribut ketawa-ketawa sepanjang film. Contohnya aja yang bikin ngakak, ada adegan bule (nggak tau siapa namanya) mau hack account'nya si hantu. Tau nggak dia ngapain? Dia cuma buka profile hantu dari account'nya sendiri, nggak ngapa-ngapain, geleng-geleng, isep rokok terus bilang, "Nggak bisa...", hahahahaha. Atau ada nenek-nenek yang mengenalkan diri, maksudnya sih misterius, tapi suaranya nggak jelas dan malah kedengeran kaya, "Panggil saya Oma POCHONG", whuahahahahaha...
Ada satu adegan yang sukses bikin Om Bule dan Bian ngakak, yang sayangnya aku nggak perhatiin. Katanya sih waktu hantunya mau nyergap pemeran utamanya yang lagi nyetir mobil, pemeran hantunya udah nongol-nongol di bangku belakang sambil nungguin aba-aba gitu! Hihihihihi, what a movie :')

Kami pun keluar bioskop sambil ketawa-ketawa heboh. Beberapa kali kami ngulang dialog-dialog konyol yang ada di film itu (dan favorit kami adalah, waktu si cowo bule bilang sama temen cewenya supaya jangan dulu bukan FB, si cewe langsung panik sambil bilang, "Sampai kapaaaan???!!!" Hahaha, seolah dia dilarang napas atau makan, lol). Rasanya kalau dipikir-pikir lagi cuma kami bertiga yang ketawa-ketawa waktu nonton. Eh, jangan-jangan penonton lain anggap film itu terlalu serius sampai-sampai berasa masuk ke setiap adegannya? Come on, you've gotta be kidding me :p

Akhirnya, kami harus berpisah. Selain waktu yang semakin larut, mall'nya juga hampir tutup, hihihihi.


Nice to meet you Om Bule, Bian. Makasih oleh-olehnya. Kapan-kapan kita main lagi, ya... Atau bikin film "Setan Blogger" sekalian, lol. Oya, ngomong-ngomong, boneka koala'nya aku kasih nama "Ribi". Tau kan singkatan dari apa? ;)




Yang paling depan itu koin dari Om Bule. Horeeee, dapet tambahan koleksi uang asing, deh :)



Blog'nya Om Bule: 
http://bulejugamanusia.blogspot.com/




(Diedit 29/04/2024. Aku dan Richard alias Om Bule masih berteman sampai sekarang. Dia sudah gak ngeblog lagi dan berprofesi sebagai polisi di Australia).