![]() |
OOTD: Hairband: Old Stuff | Dress: Toko Kecil Indi | Shoes: Crocs Leopard |
![]() |
Aku pernah dengar, anak perempuan itu seringnya dekat dengan Bapak, karena bisa belajar logis ketika menghadapi masalah. Aku juga pernah dengar, kalau anak perempuan itu butuh sosok seorang Bapak, untuk meredam cengengnya dan mengetahui bagaimana sosok seorang gantleman yang sebenar-benarnya...
Dan apa yang aku dengar itu benar... Karena aku sangat.... sangat, sangat, sangat membutuhkan Bapak.
Aku punya Bapak yang paling keren sedunia. He's so good looking with Billy Idol-ish smile, open minded, smart dan punya selera humor yang bagus. Teman-teman sekolah sering iri karena aku memiliki beliau. Awalnya aku nggak mengerti, he's just… my dad. What's so special about that? Rasanya hampir semua anak memiliki Bapak. Tapi ternyata bukan karena status-nya lah beliau istimewa, tapi karena caranya membesarkan aku dan adik semata wayangku, Puja.
Sejak kecil aku sangat dekat dengan Bapak. Malah ada fase dimana aku meng-klaim sebagai "anak Bapak saja" bukan anak Ibu. Pasalnya aku sempat cemburu karena Ibu lebih perhatian dengan adik yang baru lahir, hehehe (don't get me wrong, aku dan Ibu juga saling menyayangi). Kedekatanku dengan Bapak pun semakin berkembang seiring dengan bertambahnya usiaku. Dari sekedar tempat mengadu dan mencari pembenaran atas sifat ajaibku di masa kecil (lol) sampai dengan diskusi serius tentang masa depan. Aku juga sangat terbiasa dengan 'kehadiran' beliau, saat teman-temanku sudah ogah untuk dijemput orangtua, aku masih nyaman-nyaman saja dijemput Bapak sepulang sekolah. Jangan salah, Bapak sama sekali nggak menghalangiku. Beliau membebaskanku untuk berteman dengan siapa saja, bahkan untuk berkencan sekalipun. He trusted me very much, hanya beliau selalu mengingatkan bahwa dia selalu berhak untuk mengetahui apa yang aku lakukan selama masih tinggal satu rumah dengannya dan Ibu. Dan, believe or not, sampai sekarang aku sangat suka konsep itu. Very fair! :)
Dan apa yang aku dengar itu benar... Karena aku sangat.... sangat, sangat, sangat membutuhkan Bapak.
Aku punya Bapak yang paling keren sedunia. He's so good looking with Billy Idol-ish smile, open minded, smart dan punya selera humor yang bagus. Teman-teman sekolah sering iri karena aku memiliki beliau. Awalnya aku nggak mengerti, he's just… my dad. What's so special about that? Rasanya hampir semua anak memiliki Bapak. Tapi ternyata bukan karena status-nya lah beliau istimewa, tapi karena caranya membesarkan aku dan adik semata wayangku, Puja.
Sejak kecil aku sangat dekat dengan Bapak. Malah ada fase dimana aku meng-klaim sebagai "anak Bapak saja" bukan anak Ibu. Pasalnya aku sempat cemburu karena Ibu lebih perhatian dengan adik yang baru lahir, hehehe (don't get me wrong, aku dan Ibu juga saling menyayangi). Kedekatanku dengan Bapak pun semakin berkembang seiring dengan bertambahnya usiaku. Dari sekedar tempat mengadu dan mencari pembenaran atas sifat ajaibku di masa kecil (lol) sampai dengan diskusi serius tentang masa depan. Aku juga sangat terbiasa dengan 'kehadiran' beliau, saat teman-temanku sudah ogah untuk dijemput orangtua, aku masih nyaman-nyaman saja dijemput Bapak sepulang sekolah. Jangan salah, Bapak sama sekali nggak menghalangiku. Beliau membebaskanku untuk berteman dengan siapa saja, bahkan untuk berkencan sekalipun. He trusted me very much, hanya beliau selalu mengingatkan bahwa dia selalu berhak untuk mengetahui apa yang aku lakukan selama masih tinggal satu rumah dengannya dan Ibu. Dan, believe or not, sampai sekarang aku sangat suka konsep itu. Very fair! :)
Aku masih ingat waktu itu kelas masih kelas 5 SD, dan sedang di fase 'really into rock and roll'. Aku pikir piercings itu keren dan aku mau punya di puncak cuping telinga kiri. Menghadapi obsesi aneh putrinya, Bapak tenang-tenang saja, malah aku segera diajak ke toko perhiasan. Di sana Bapak bertanya apa aku benar-benar ingin mempunyai piercings ke 4 (sebelumnya aku sudah punya 3 yang dibuat ketika bayi). Aku bilang 'iya' dan segera meminta petugas toko melubangi cuping telingaku. Tapi alih-alih di cuping atas, Bapak malah meminta agar aku ditindik di cuping bagian bawah dan.... 'BAM!', tiba-tiba saja alat tindik sudah menembus telingaku yang lembek. Jantungku rasanya berhenti sejenak dan kedua mataku terasa panas. Rasanya sakit sekali dan aku hampir menangis. Lalu Bapak berkata,
"Kalau di cuping atas rasanya jauh lebih sakit dari itu. Nanti saja kalau kamu sudah besar".
Dan sesuai dengan nasehatnya, aku baru punya piercing di cuping telinga atas setelah berusia 18...
![]() |
My ears :) |
Bukan cuma aku, Puja juga pernah diantar Bapak untuk piercing di usianya yang ke 13 tahun. Waktu itu Puja lulus SD dengan nilai baik dan Bapak memutuskan untuk memberinya hadiah. Aku dan Puja bahagia sekali karena bisa kompakan membeli aksesoris. Karena diameter piecing Puja lebih besar (fyi, Puja itu laki-laki, ya, hehehe), maka aku selalu beli anting dengan versi yang lebih kecil. What a cute moment :)
Sayangnya cara didik Bapak sering dianggap 'aneh' oleh anggota keluarga besar kami. Beliau dianggap terlalu membebaskan dan membuat anak-anaknya idealis. Untung saja aku punya keluarga solid dan suportif, nggak perlu-repot-repot menjelaskan bahwa penilaian mereka salah, kami lebih suka untuk terus melakukan apa yang kami anggap benar.
Aku tahu Bapak selalu memikirkan baik-baik apa yang beliau lakukan terhadap anak-anaknya. Mungkin sekilas tampak spontan dan serba mendadak, tapi bahkan saat Bapak membawaku dan Puja untuk piecings pun beliau sudah tahu bahwa nggak akan ada yang mencelakakan kami. Bapak sudah memastikan jarum yang dipakai steril dan orang yang menindik kami memang ahlinya.
Seperti yang aku bilang, Bapak dianggap membuat anak-anaknya menjadi idealis. Sampai hari ini aku masih nggak mengerti, apa yang salah dengan menjadi idealis selama masih rasional? Bapak bilang menjadi idealis itu bukan masalah, karena bisa membuat aku konsisten dan punya 'goal' dalam hidup. Sadar akan kemampuan diri memang penting, tapi bukan berarti harus menyerah setelah gagal. Coba lagi dan jangan menyerah. Beliau selalu mendukung cita-citaku, sekecil apapun itu. He's my biggest fans! Bapak orang pertama yang membaca novel-novelku dan membeli cetakan pertamanya. Ketika ada orang yang 'mengecilkan' kepercayaan diriku, mengatakan bahwa profesiku nggak menjanjikan dan aku nggak mungkin berhasil, Bapak selalu mendorongku agar tetap semangat. Beliau selalu bilang bahwa aku nggak seharusnya membiarkan komentar-komentar negatif membuat gue down, tapi sebaliknya harus dijadikan pemacu agar lebih baik.
Suatu kali aku berkata pada Bapak bahwa gue ingin menjadi guru preschool. Tahu apa yang Bapak bilang?
"Segeralah melamar, siapkan kemampuan dan jangan bersedih kalau ditolak. Kesempatan itu selalu ada asal kamu berdoa dan berusaha".
He always encourages me :)
Beliau tahu caranya bersenang-senang, bersyukur dan menikmati hidup. Waktu aku lulus, aku nggak langsung diminta cari pekerjaan. Beliau bilang aku punya hak untuk menikmati waktu dan memanjakan diri sendiri setelah bersusah payah mengerjakan skripsi. Sampai sekarang, di saat aku sudah bekerja pun Bapak selalu meminta aku seperti itu: bersenang-senang dengan hasil kerja keras sendiri, karena aku ber-ak untuk itu. (Tentu saja jangan lupakan untuk mengucap syukur dan nggak berfoya-foya) ;)
Seperti hari ini (19 November), tanpa rencana Bapak mengajakku ke mall. Kebetulan, aku ingin membeli shower cap dan spons sabun karena yang lama sudah rusak. Tapi setelah aku dapat barang-barang yang aku butuh, Bapak malah mengajak berkeliling dan memaksa aku membeli barang-barang lain. Katanya aku ber-hak untuk membelanjakan sedikit dari royalti buku yang baru aku terima satu hari lalu. Awalnya aku menolak karena memang sedang nggak butuh apa-apa dan lebih senang kalau uangnya ditabung saja. Tapi beliau bilang bahwa ini bukan tentang apa yang aku butuh, tapi tentang bersenang-senang karena aku sudah cukup lama nggak memanjakan diri sendiri.
Aku lalu melihat beberapa barang, tapi selalu menaruhnya kembali. Lalu Bapak memilihkan kotak penyimpanan bergambar Strawberry Shortcake untukku. Terang saja aku menolak, karena gue sudah punya kaleng bergambar Toy Story untuk penyimpanan. Tapi Bapak memaksaku membelinya, katanya nggak apa-apa kalau aku memanjakan diri dengan benda warna pink ini, karena beliau tahu aku lebih suka warna pink daripada gambar Buzz Lightyear yang tercetak di lapisan kaleng, hehehe. Nggak berapa lama kemudian aku semakin menikmati "shopping time" dengan Bapak. Di keranjang belanjaan sudah ada kotak sabun Minnie Mouse, kuas Hello Kitty, dental care snack untuk Eris, kotak penyimpanan Strawberry Shortcake, shower cap dan spons mandi. Aku pikir sudah cukup, tapi Bapak menunjuk sebatang sapu berwarna pink bermotif bunga. Aku bilang di rumah sudah ada sapu dan sapu itu bukan benda koleksi yang bisa sekedar dipajang. Kan aneh saja kalau seseorang membeli sapu dengan alasan "it just looks cute", hehehe. Tapi Bapak bertanya apa aku suka sapunya? Well, kalau soal suka tentu saja iya, hihihi. Langsung saja sapu super imut itu menjadi benda terakhir yang dibawa sebelum kami ke kasir :)
![]() |
Strawberry Shortcake box dan cute broom :) |
![]() |
Super cute haul pilihan Bapak :) |
![]() |
Oleh-oleh buat Eris :) |
Tiga jam kemudian kami memutuskan pulang, tapi ternyata di luar hujan. Karena nggak mau kehujanan, kami tanya satpam dimana toko yang menjual payung. Dan ternyata ada di lantai 3! Ya, ampun... padahal kami baru saja dari sana *tepok jidat*. Bapak menyarankan aku untuk membeli payung bergambar anjing karena aku suka binatang. Lucunya waktu kami keluar mall hujannya sudah berhenti. Mungkin karena kami terlalu lama memilih payung dan... dua 2 pasang sepatu plus 1 pasang sandal. Iya, Bapak bilang sepatu dan sandal yang biasa aku pakai sol-nya sudah terlalu tipis :D
Begitulah, kami pulang ke rumah disambut rasa terkejut Ibu. Beliau kaget kenapa kami begitu lama pergi dan kembali dengan banyak belanjaan. Setelah dijelaskan Ibu mengerti dan bergurau tentang barang-barang yang aku beli. Katanya, seandainya tadi beliau ikut, pasti sudah memintaku untuk membeli warna-warna lain selain pink, hehehe. But she loved my leopard shoes so much :)
Sebenarnya tujuan Bapak memintaku bersenang-senang bukan sekedar untuk menikmati jerih payahku, tapi juga untuk penghiburan karena besok beliau pergi ke Jakarta untuk operasi sinus. Rencananya beliau akan menginap 5 hari di sana, dan selama itu pula aku harus rela berjauhan darinya. Ini berat, sudah pasti. Karena aku sangat jarang untuk berjauhan darinya. Aku pasti akan sangat-sangat-sangat kangen sama Bapak. Aku cuma bisa berdoa semoga operasinya lancar dan Bapak bisa cepat pulang, amen...
Oya, aku sering dapat pertanyaan tentang siapa yang mengambil foto-fotoku untuk blog. It's my Daddy, of course. Bapak selalu senang hati untuk mengambil fotoku hampir setiap saat. Bahkan sering dengan inisiatifnya sendiri, seperti foto-foto di post kali ini. Sudah aku bilang kan bahwa beliau sangat suportif, begitu tahu bahwa aku suka blogging beliau langsung bilang,
"Kalau foto-foto itu bisa mendukung hobi blogging'mu, Bapak senang sekali membantumu".
![]() |
Me and Daddy :) |
Oh, my! He's the coolest Daddy on earth!!! :D
salam,
INDI
Dedicated to my hero, my superstar: Bapak. "Semoga cepat sembuh, belum apa-apa aku sudah kangen..."