Tampilkan postingan dengan label Daily Outfit. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Daily Outfit. Tampilkan semua postingan

Jumat, 13 Januari 2012

Review: Hanake Shop, and a Very Nice Surprise :)

What I wore? Headband:CandyButton | Dress: Toko Kecil Indi | Necklace: Hanake | Shoes: Kreasi CantiQ



Wow, ini sudah weekend lagi, ya? Ya, ampun aku sepertinya cukup lama nggak menulis di sini, hihihi. Tapi, sudahlah, nice to meet you again, bloggies :D
Kemarin aku dapat paket dari Karina, owner dari Hanake Shop. Isinya dua buah kalung yang lucu-lucuuuu banget. Yang pertama kalung panjang dengan hiasan bandul dan bunga, di bawahnya ada bandul-bandul kecil yang menjuntai. So girly! Dan yang kedua adalah kalung pendek berliontin batu unik. Not so girly but I still love it ;)
Meskipun aku bukan perempuan yang senang dengan aksesoris (kecuali bando), tapi melihat bentuknya yang unik jadi semangat untuk memakainya. Apalagi, meskipun terbuat dari kayu yang biasanya mengesankan etnik, ternyata tetap cocok lho dipadukan dengan dressku yang colorful seperti permen loli, hihihi...


Favoritku dan Bapak :)

Cute design, ya? :D

Aku pun langsung minta bantuan Bapak untuk ambil foto-fotoku yang memakai kalung-kalung baru itu. And guess what, My dad loves my new necklaces too! Katanya kesukaannya adalah yang kalung panjang (You have good taste, Dad! ;) ). Jadi terima kasih pada Hanake Shop yang sudah kasih aku paket manis ini. Akhirnya aku bisa pakai aksesoris tanpa terlihat too much. Oh, by the way, aku lupa bilang. Kalung-kalung keren ini ternyata handmade alias buatan tangan, lho! Salut :)




  
Love my new necklaces?
Visit Hanake Shop HERE and HERE :)






Selain kejutan dari Hanake Shop, minggu ini aku juga dapat kejutan lain. Masih ingat kan kalau aku sangat sangat sangat nge-fans dengan Jo Frost si pengasuh super dari acara Super Nanny dan Nanny 911? Nah, setelah melamar ke dua taman bermain, akhirnya aku dapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan guru playgroup dimulai minggu depan selama 3 bulan kedepan! Yaiy! I'm so soooo HAPPY! :D I'm gonna be the next Jo Frost, hihihi (amen!). Sebenarnya aku hampir meninggalkan cita-citaku yang satu ini dan sudah cukup puas menjadi penulis dan fashion designer yang juga menjadi cita-citaku sejak kecil. Tapi lalu aku ingat bahwa tujuan dari cita-cita itu untuk dicapai, bukan untuk ditinggalkan. Dengan semangat dan dukungan dari keluarga (terutama Bapak, thanks a lot, hero!) akhirnya aku bisa menutup telinga dari komentar-komentar negatif yang bilang aku nggak bisa atau memandang rendah cita-citaku. I know I can. Setiap aku berusaha, berdoa dan bersungguh-sungguh, aku tahu Tuhan pasti bersamaku :)

So what was your childhood dream? Share me! :)


happy-blessed-girl,

Indi


________________________________________
Contact Me? HERE. Sponsorship? HERE.


Sabtu, 15 Oktober 2011

The Diary of... Impacted Wisdom Teeth?? :p


Halooo... haloooo, haloooo... Hahaha, semangat sekali aku malam ini :D Akhirnya gue aku post panjang lagi (iya, iya, aku dengar banyak dari kalian bilang, "Oh, no, Indi!!", lol). Jam 8 malam tadi jahitan bekas operasi impaksi pertamaku resmi dilepas, dan sekarang aku memutuskan untuk menulis pengalaman sejak operasi, pasca operasi sampai hari ini. Ya, semacam jurnalku selama 1 minggu ini :)
Well, okay... ayo kita mulai (yang mau ikut baca saja maksudnya, hihihi), semoga kalian menikmati ya ;)

***

7 Oktober 2011: Toko Es Krim nya sudah tutup, lho Indi...

Aku dan bapak pergi ke klinik untuk bertemu drg. Franky, spesialis bedah mulut. Perasaanku takut sekali meskipun sudah tahu jauh-jauh hari kalau gigiku yang impaksi ada 4 dan harus dioperasi. Sebelum hari ini datang aku sudah rontgen sebanyak 3 kali dan berkonsultasi dengan banyak dokter, berharap ada alternatif lain. Tapi semuanya hasilnya sama: aku harus dioperasi karena wisdom tooth (—-teeth karena ada 4) ku tumbuh melintang, hampir mengenai syaraf dan sudah menyebabkan lock jaw. Beruntung drg. Franky ternyata orangnya kocak dan ramah, dia menyemangati dan meyakinkan kalau aku pasti bisa melewati 2 jam waktu operasi. Dia juga mengizinkanku dan Bapak bertanya banyak hal supaya hatiku lebih tenang. Dari penjelasannya aku tahu bahwa operasi ini nggak mudah, gigiku terhalang tulang dan mungkin ada 'sedikit' tulang yang harus diambil supaya akar gigi tercabut semua. Aku juga harus siap kalau nanti akan ada syaraf yang nggak berfungsi pasca operasi mengingat 'lokasi' gigi-gigiku tersembunyi sekali.

Duh, aku jadi semakin menciut dengar penjelasannya... Pengen nangis rasanya, tapi malu soalnya muka dokternya datar-datar saja, hahaha. Untunglah dia kembali menenangkan, katanya biasanya pasien 'hanya' beresiko mati rasa sebelah wajah saja, tapi masih bisa berfungsi. Hmm, well, okay dokter, buatku itu tetap mengerikan, hahahaha. Tahu resikonya seperti ini, bius lokal rasanya jadi pilihan terbaik. At least aku masih dalam keadaan sadar kalau ada apa-apa. Apalagi aku disarankan untuk menginap 1 malam kalau memilih bius total. Uh, aku nggak suka makanan Rumah Sakit :p
Setelah deal dengan segala resikonya, drg. Franky memastikan aku sudah berani untuk operasi. Aku langsung mengangguk, tapi ternyata malah Bapak yang menyela dan bertanya, "Dok, apa betul anak saya harus makan es krim banyak-banyak setelah operasi?". Bukannya menjawab dokter malah menuduhku, katanya, "Pasti anak Bapak ya yang bilang?". Dituduh seperti itu cepat-cepat aku jawab, "Aku tahu dari internet, bukan aku yang bilang". Oh, my God memalukan... hahahaha...

Waktu dibius aku nggak rasakan apa-apa, cuma sedikit ngilu dan perasaan sedikit tertekan. Tapi aku betul-betul nggak tahan dengan semua suara di sekitarku. Suara gusiku disobek adalah yang paling buruk, apalagi tiba-tiba mulutku penuh darah dan rasanya aneh banget. Aku coba pejamkan mata dan pura-pura tidur, tapi dokter malah minta aku bangun karena katanya itu bahaya. (Ya ampun, kenapa aku itu hobi banget improvisasi, ya? Lol). Setelah gusi selesai disobek gigiku ternyata masih belum terlihat seluruhnya. Posisinya ada di ujung dan sebagian terhalang tulang. Gigi yang terlihat berhasil dipecahkan jadi 4 bagian dan berhasil membuat Bapak ke luar ruangan karena ngilu dengar suaranya, hahaha. Aku masih nggak rasakan apa-apa selain perih di lidah dan ujung bibir.
Satu jam berlalu, dokter mencungkil tulangku sedikit demi sedikit. Obat bius rasanya sudah nggak terlalu bekerja, aku bisa merasa ngilu dan sedikit sakit. Tapi aku coba tetap tenang sampai 40 menit kemudian sisa gigi dan 2 buah akar gigi berhasil keluar. Spontan aku langsung tepuk tangan dan tertawa sampai-sampai darahku netes-netes ke dagu (ada pembuluh darah yang ikut terpotong, tapi tenang ini aman). Mbak asisten dokter sampai ikutan tepuk tangan, lho, dia bilang, "Akhirnya selesai juga...", hehehe. Tinggal tahap terakhir, gusiku yang terbuka selebar-lebarnya dijahit. Begitu jarum nusuk gusi, aku langsung teriak sampai semua kaget. (Apalagi bapak yang baru masuk kembali setelah trauma melihat anaknya operasi, hahaha). Ternyata oh ternyata, efek obat biusku habis. Aku pun harus rela dibius kembali dan menunggu 5 menit ekstra supaya obatnya bekerja.

Dan, operasipun selesai. Setelah mulut dan pipiku dibersihkan, aku langsung bangun dan ingin melihat gigi yang sudah dioperasi. Eww... ternyata hasilnya acak-acaknya. Gigiku dipecah entah jadi berapa bagian dan memang ada serpihan tulang-tulang kecil. Ya Tuhan, seram sekali :S
Aku yang masih dalam pengaruh obat bius, ceria dan betul-betul bebas rasa sakit malah tertawa-tawa dan minta dokter pindahkan gigiku ke atas kertas bersih supaya bisa difoto. Tapi dokter hanya memindahkan 4 potongan gigi tanpa tulang dan meminta aku memfoto yang itu saja. Katanya kalau semuanya kelihatan nanti orang ketakutan melihatnya, hehehe, betul juga ya? :p

Aku dan bapak langsung pamit pulang begitu dapat resep obat. Waktu kami sampai di pintu keluar dokter memanggil aku kembali dan berkata, "Toko es krimnya sudah tutup, Indi!". Aku langsung kecewa tapi Bapak bilang dokter cuma bercanda. Dan ternyata betul diperjalanan pulang aku langsung dibelikan 2 cup es krim dan 1 kotak jus. Oh, ya, soal es krim ini bukan sekedar keinginanku, dr. Franky ini memang suka bercanda, tapi pada akhirnya dia tetap mengiyakan kalau aku memang butuh es krim. Fungsinya supaya jahitan sembuh dan darah cepat membeku. Kompres air dingin dari luar memang membantu, tapi es krim juga terbukti efektif.


Sebagian gigiku yang sudah dokter pindahkan ke tempat bersih. Tadinya penuh darah dan ada pecahan tulang. Eww... :S


8 Oktober 2011: Daddy, I'm in pain... I don't care about your birthday :(

Beberapa jam setelah operasi rahangku sakit sekali. Dan di gusiku rasanya seperti ada luka terbuka yang terkena pasir: perih sekali! Aku sama sekali nggak bisa tertidur bahkan beristirahat. Puncaknya jam 5 subuh waktu aku tiba-tiba merasakan leher dan pipiku membengkak. Badanku juga panas sampai terus-terusan menggigil. Ya, dokter memang sudah memperingatkan soal ini, tapi aku nggak menyangka bengkaknya akan sebesar ini. Aku juga kaget waktu sadar kalau rahangku nggak bisa dibuka maksimal. Dengan panik aku bangunkan Bapak dan menangis. Aku hidup dengan scoliosis nyaris seumur hidup, tapi aku nggak pernah merasakan kesakitan yang seperti ini. Setiap kali aku baca artikel tentang operasi impaksi di internet kupikir rasa sakit yang diungkapkan terlalu dilebih-lebihkan. Tapi ternyata kenyataannya memang sesakit itu... sakit sekali...

Seharian aku habiskan dengan mengompres pipi dan mencoba istirahat, tapi tetap aku nggak bisa. Makanan yang masuk pun cuma 1 cup es krim dan Tipco rasa kiwi. Bapak betul-betul merawatku, beliau meyakinkan kalau aku pasti bisa lalui ini semua. Katanya aku akan sembuh lebih cepat daripada orang-orang yang pernah dioperasi impaksi. Beliau bahkan sepertinya lupa dengan ulang tahunnya sendiri, padahal biasanya setiap tahun selalu ada acara potong kue dan tiup lilin. Aku sebetulnya ingat Bapak ulang tahun, tapi entah kenapa aku selalu lupa untuk mengucapkan selamat. Oh, I'm sorry Daddy... :'(



Tipco dan es krim. I'm a HUGE fan of Tipco, btw :p


9 Oktober 2011: Oh, I want to EAT that Picture!

Aku putuskan untuk libur bekerja sampai jahitan bekas operasi benar-benar sembuh. Aku cuma ingin istirahat dan cepat sembuh. Ini baru hari kedua tapi bengkakku terus semakin membesar, padahal dokter bilang puncak bengkak akan terjadi di hari ke 3 dan ke 4 karena darah sudah mulai membeku dan harus diberi kompres panas supaya mengempis. Aku terus menerapkan kompres dingin karena darah terkadang masih keluar kalau aku berkumur. Pokoknya aku memcoba sedisipilin mungkin menerapkan nasihat dokter. Tapi waktu aku melihat-lihat majalah kesukaan, aku melihat halaman menu masakan yang membuat perutku berbunyi (padahal di hari sebelumnya aku nggak nafsu makan, lol). Aku langsung ke dapur dan mempraktekannya: roti bakar, telor ceplok, tomat panggang dan lelehan keju nikmat. Umm, yummy, aku langsung berdecak-decak begitu masakannya siap. Tanpa pikir panjang aku langsung buka mulutku lebar-lebar dan 'tuk', roti langsung beradu dengan gigiku. Ternyata rahangku masih terlalu sempit untuk dimasuki roti. Setelah aku cek, rahangku ternyata cuma bisa terbuka selebar 1 jari. Ah, too bad, padahal aku sudah susah payah memasak...

Meski di jam-jam tertentu sakitnya masih menjadi seperti kemarin, tapi di malam hari darahku betul-betul berhenti. Aku sudah bisa menggosok gigi meski cuma gigi di barisan depan.


Menu enak yang salah, hahaha...


10 Oktober 2011: Still the Same

Nggak ada perubahan yang berarti. Aku masih sering kesakitan di jam-jam tertentu. Tapi aku sudah bisa belajar makan dengan menu yang pas dan nggak perlu membuka rahang lebar-lebar. Aku nggak makan es krim, sebagai gantinya aku minum jus banyak-banyak karena meski dipaksakan tetap saja makanan yang masuk ke perutku nggak semaksimal hari-hari biasa.


11 Oktober 2011: Big Girl Appetite

Pipiku masih bengkak tapi sudah mulai bisa disentuh. Cuci muka memang masih terasa sakit, tapi aku sudah bisa menerima spons untuk membersihkan muka. Darah sudah sepenuhnya membeku, itu ada enaknya karena sehabis mencuci muka aku bisa mengoleskan minyak telon di pipi dan leher untuk mengurasi rasa ngilu. Tapi sayangnya karena kulitku sensitif mulai muncul bintik-bintik merah di daerah pipi kanan dan leher atas. Memang serba salah, tanpa minyak telon aku susah istirahat sedangkan kalau aku memakai kompres kain/kantung, pipiku masih terlalu sensitif dan akan terasa sakit. Akhirnya aku usahakan untuk memakai minyak telon sesedikit mungkin dan ketika malam hari aku coba untuk tidur di bawah tenda yang terbuat dari bedcover, jadi pipiku nggak kena kain secara langsung tapi tetap hangat. Brilian, ya? :p

Nafsu makanku juga meningkat pesat. Lihat acara kuliner di TV langsung pengen ikut makan, lihat majalah segala gambar makanan ditunjuk. Wah, pokoknya repot, hahaha. Untunglah Bapak banyak akal, beliau membuatkan aku kentang tumbuk dan tuna. Rasanya enak dan hampir sama dengan makanan 'normal' ku sehari-hari. Syukurlah aku pesco-vegetarian, kalau bukan mungkin aku sudah repot minta daging ayam dan sapi ya? Lol.


Kentang tumbuk, tuna dan tomat panggang. Yumm! :D


12 Oktober 2011: Awww, Eris yang malang :(

Aku merasa hampir normal, badanku semakin jarang demam (sebelumnya setiap malam memang agak hangat) dan bengkakku mengempis. Pipiku sudah terlihat hampir normal dan leher bagian atas bengkaknya tinggal sebesar kacang merah. Tapi tetap cuma sebatas 1 jari rahangku bisa terbuka. Aku nggak ada masalah dengan menggosok gigi, hanya saja aku nggak bisa pakai sikat gigi orang dewasa, ujungnya nggak masuk ke rahangku yang menyempit. Meski dokter minta aku beristirahat selama satu minggu tapi aku sudah mulai beres-beres kamar dan latihan lip sinc dengan lagu Aaron Carter, hahahahaha (get a life, Indi! Lol). Aku juga sudah kangen dengan Eris, biasanya setiap siang aku dan Eris suka berjalan-jalan di halaman sambil makan siang dan terkadang aku potong bulunya. Jadi aku putuskan untuk memulainya lagi sekarang, aku hampiri Eris dan memberinya 1 mangkuk dog food. Tapi lalu aku perhatikan sesuatu, mata kanan Eris memerah dan kelopaknya membengkak. Memang kecil sekali, tapi kalau dia melihat ke arah atas aku bisa melihatnya dengan cukup jelas. Aku langsung menghubungi Tina, teman onlineku yang memelihara banyak anjing. She's so nice dan banyak membantuku sejak Eris belum lahir dan Veggie masih hidup. Dia menyarankanku membasuh mata Eris dengan boorwater, katanya Eris sepertinya cuma iritasi atau panas dalam. Nasihatnya menenangkanku, aku langsung basuh mata Eris dan memotong bulunya lebih pendek. Dari buku yang aku baca iritasi mata pada anjing sering kali terjadi karena tertusuk bulunya sendiri dan lingkungan bermainnya, jadi aku mencoba meminimalisir pemacunya. Syukurlah di waktu malam mata Eris sudah membaik.

Oh ya, ada 2 kejadian lucu yang cukup menyebalkan. Yang pertama ada seorang petugas jasa pengiriman paket yang dengan nggak sopannya melemparkan paket ke garasi rumah orangtuaku. Waktu aku tegur dia bilang bahwa dia pikir di rumah nggak ada orang, padahal lucunya, dia masuk lewat pintu depan yang terbuka lebar. Bagaimana bisa dia pikir di sini nggak ada orang? Lol. Paketnya ternyata berisi majalah Aplaus the Lifestyle yang di dalamnya ada review novel keduaku: "Karena Cinta itu Sempurna" (Yippy, it's a good review!). Dan yang kedua aku dapat kejutan manis dari Puja, my brother. Dia memberiku es krim rasa stroberi kesukaanku. Tapi di malam hari dia meminta uang Rp. 5.000, katanya untuk membayar es krim yang aku makan! Hahahaha, aku akan balas nanti, little rascal!



Eris malang yang belum disisir 4 hari dan peralatan Eris. Eris suka sekali dengan sisirnya:)

Majalah Aplaus yang memuat review novel Karena Cinta itu Sempurna karyaku :)

Kado es krim yang ternyata ditagih uangnya setelah es krimnya habis -___-'


13 Oktober 2011: Kembali Menjadi Dog Keeper

Well, aku memang berjanji sama diri sendiri untuk libur bekerja selama sakit, tapi aku nggak bisa menolak kalau ada yang butuh bantuan soal anjing. I'm not a professional dog keeper, by the way, tapi aku terkadang diminta Uak untuk menjaga anjingnya. Dan hari ini, tadinya aku cuma mau membawa Eris ke dokter hewan untuk vaksin ulang dan memastikan matanya nggak apa-apa, tapi lalu aku teringat Doggy, anjing Uak yang belum pernah divaksin padahal usianya sudah 10 bulan. Ya, bukan salah siapa-siapa, Doggy ini anjing yang ditemukan di jalan dan Uak memutuskan untuk memeliharanya. Tapi berhubung beliau tinggal di luar kota, aku lah yang bertugas mengurus keperluan nya terkadang.
Membawa Doggy ke dokter hewan bukan perkara mudah, dia belum pernah naik mobil dan disimpan di dalam kandang sebelumnya. Sepanjang jalan dia terus menangis dan stres sampai-sampai dia pup. Aku betul-betul nggak tega, but what can I do, then? Aku cuma bisa mengelus kepalanya dan berjanji kalau setelah ini dia bisa pulang.

Sampai di dokter hewan Doggy semakin panik, banyak orang asing dan dia terpaksa diikat di pohon supaya nggak kemana-mana. Doggy juga nggak mau aku tinggalkan, setiap aku menjauh beberapa langkah saja dia pasti menangis dan mencari-cariku. Aku betul-betul kerepotan karena giliran Doggy diperiksa masih lama, masih menunggu 8 pasien lagi! Untung lah ada 2 pasien yang cancel dan kami bisa masuk lebih cepat. Hasilnya Doggy nggak apa-apa, dia cuma stres karena masih puppy dan nggak terbiasa sama suasana baru. Dokter dan aku juga membuatkan tanggal ulang tahun untuk Doggy karena dia anjing yatim piatu (poor Doggy...). Kami putuskan Doggy ulang tahun di tanggal 2 Desember karena keluarga Uak banyak lahir di tanggal 2. Haha, selamat ya Doggy, sekarang kamu bisa ulang tahun! :D Sedangkan Eris, she's fine. Dokter bilang dia anjing yang lucu meski penakut. Eris masih harus menambah berat badan kalau dia mau hamil, tapi intinya dia baik-baik saja dan matanya cuma iritasi karena tanah :)

Aku banyak tertawa dan rahangku rasanya sudah bisa terbuka lebar, sampai aku putuskan untuk membeli roti di dokter hewan. Aku baru sadar bahwa rahangku masih tetap sempit. Aku bahkan nggak bisa memasukan roti kecil ke dalam mulut dan harus menyerah untuk makan bubur di rumah...



Eris ceria di dokter hewan. Bulunya bersinar dan rapi | Doggy setelah sedikit tenang dan diberi roti | Buku vaksin Doggy dan Eris | Obat pencernaan dan cacing (rutin) untuk Eris supaya lebih gemuk :)
 
Bertemu bubur di rumah setelah gagal makan roti :'(


14 Oktober 2011: Sudah Selesai :) (at least for now)

Badanku terasa lelah karena aktivitasku kemarin, tapi kabar baiknya rahangku sedikit bisa terbuka. Memang masih sakit, tapi at least sekarang sudah seukuran 2 jari. Masih susah untuk menggosok gigi dengan sikat gigi orang dewasa, tapi firasatku sepertinya sebentar lagi akan bisa, hehehe.
Aku betul-betul semangat untuk melepas jahitan di gusiku, rasanya nggak sabar untuk ke klinik dan menghilangkan rasa aneh di mulutku (benangnya terasa pahit dan asam setiap kali tergigit, hehehe). Apalagi aku merasa kalau aku menelan salah satu benang di gusiku. Tapi kata Bapak itu nggak mungkin karena dokter pasti sudah mengikatnya dengan kuat :p
Sambil menunggu aku mengecat kukuku dengan warna pink. Cat kuku ini dari Ray, jarang kupakai karena waktu itu dia menghadiahiku dengan banyak warna, hahaha.

Jam 8 malam aku ke klinik, syukurlah aku nggak perlu menunggu lama. Ada yang bilang melepas benang itu perih dan agak sakit, tapi ternyata aku hampir nggak rasakan apa-apa. Rasanya begitu cepat dan langsung membuat gusi terasa ringan :) Berhubung drg. Franky lagi nggak kurang sehat, aku berkonsultasi dengan istrinya, drg. Susiana. Dia bilang bekas jahitanku bagus sekali, bersih dan nggak ada komplikasi, bahkan sama sekali nggak meninggalkan lubang. Untuk masa penyembuhan jugaku lebih cepat dibanding pasien lain meski kasusku termasuk berat. Wah, berarti Bapak betul bahwa aku ternyata memang cepat sembuh! :) Soal rahangku yang cuma bisa terbuka dua jari katanya itu wajar. Malah itu termasuk bagus karena biasanya setelah lewat 1 minggu banyak pasien cuma bisa membuka rahangnya seukuran 1 jari! Wah, senang sekali, ternyata aku bisa melewati masa pasca operasi dengan lancar.

Drg. Susiana bilang supaya aku memberi waktu pada bekas operasiku untuk sembuh total sebelum operasi berikutnya. Yup, aku masih harus menjalani 3 operasi lagi karena masih ada 3 wisdom teeth yang tertinggal. Di hari pertama setelah operasi aku sempat menangis dan bilang kalau aku nggak akan sanggup untuk menjalani operasi lain. Waktu itu aku pikir 1 saja sudah sakit sekali apalagi harus 3 kali lagi. Tapi setelah hari ini kurasa aku sudah semakin kuat :) Apalagi aku juga masih harus berjuang melawan lock jaw. Tulang rahang kanan aku lebih menonjol daripada yang kiri, jadi operasi-operasi ini membantu meringankan 'beban' rahangku sebelum operasi perbaikan rahang (okay, ralat kalau gitu, aku masih harus menjalani 4 operasi lagi). I’ll be just fine, aku percaya itu :)

Pulangnya aku mampir ke mini market untuk membeli sikat gigi anak-anak. Aku mungkin akan memakainya sampai 1 minggu ke depan. Sengaja aku pilih yang ada bonus pasta gigi nya supaya bisa Eris pakai, hihihi, harus berhemat, masih banyak pengeluaran sebelum masalah rahang ini selesai :) Meski begitu aku menghadiahi diri sendiri dengan membeli 1 cup lulur Bali ;)

Jadi, begitulah jurnalku pasca operasi impaksi. Aku tahu ini panjang, tapi semoga ada yang tahan untuk mengikuti ceritaku sampai akhir, lol. Sekarang aku harus istirahat karena nanti siang hari pekerjaanku dimulai kembali, hehehe. So have a nice weekend dear pals!



Bermain dengan cat kuku dan cincin Iie sambil menunggu waktu (aku cuma pakai cincin itu khusus difoto saja, lol)

Sikat gigi anak yang kubeli dan lulur bali untuk hadiah diri sendiri :)

Penampakan terakhirku, lol. Kinda skinny :( And I need a haircut ASAP.


















nb: Ah, iya aku sampai lupa. Ternyata aku betul-betul menelan benang jahitan di gusiku secara nggak sengaja. Aku lupa tepatnya hari apa, tapi waktu dokter melepas benangnya yang tertinggal memang 2 jahitan, padahal seharusnya ada 3, hahahaha.




salam senyum lebar,

INDI
twitter? HERE



Post serupa dari teman blogger yang juga baru operasi impaksi. Buka di sini dan di sini.

Rabu, 21 September 2011

Curious Incident of the Dog in the Night Time


Eris bermain dengan Ny. Kelinci :)


Tengah malam, sudah hampir subuh. Aku sebetulnya sudah piyamaan sejak sore, niat istirahat juga sudah sejak jam 11 malam tadi. Tapi karena suatu hal aku jadi masih terjaga sampai selarut ini.
Ah, aku jadi ingat kejadian beberapa waktu lalu. Waktu itu kira-kira jam 2 pagi di bulan Agustus lalu, orangtua dan adikku sudah tidur. Situasinya mirip seperti sekarang, tinggal aku yang terjaga dan lagi asyik di depan komputer mengerjakan buku ketiga---rasanya begitu kalau aku nggak salah ingat---. Tiba-tiba aku dengar Eris, anjing keluargaku yang berumur 2 tahun menangis. Awalnya nggak aku nggak hiraukan karena Eris memang manja dan suka menangis untuk cari perhatian. Tapi semakin lama tangisannya semakin berbeda, seperti kesakitan dan takut. Khawatir terjadi sesuatu aku langsung keluar kamar, terburu-buru, bahkan lupa memakai sandal meskipun cuaca sangat dingin. Aku membuka pintu garasi dan... Eris ada di sana, baik-baik saja, berdiri tegak seperti beruang dengan kaki depan 'berpegangan' ke lemari sepatu. Tangisannya berhenti tapi nafasnya cepat sekali. Waktu aku coba untuk memeluknya ia malah menghindar dan 'menuntun' ku ke pintu garasi.

Mulanya aku nggak mengerti, tapi setelah mencoba mengintip lewat celah garasi dan membiarkan seluruh suara malam masuk ke dalam telinga, samar-samar aku mendengar suara tangisan anjing. Pelan dan lirih. Jelas sekali bukan Eris karena ia sudah duduk patuh di sampingku dengan telinga yang tegak---posisi telinga waspada---.
Aku nggak tahu itu anjing siapa, bisa saja liar atau milik seseorang. Tapi yang pasti ia butuh bantuan...


OOTD: Headband by BIP, Dress by Toko Kecil Indi, Shoes by Fillmore.




Dengan kaki yang masih telanjang aku mencari-cari kunci garasi. Eris berlari ke sana-ke mari dengan ekor yang terus berkibas. Mungkin ia senang karena 'tangisan minta tolongnya' didengar dan aku akan memberikan bantuan. Tapi aku bahkan nggak tahu apa yang terjadi dengan anjing itu. Aku cuma berharap semoga situasinya nggak terlalu parah.
Akhirnya aku menemukan serangkaian kunci di atas meja kopi. Mencobanya satu persatu dan... terbuka!

Di sebrang rumah aku melihat situasi yang sangat memilukan. Aku mengenalnya. Eris apalagi... Anjing itu sering disapa "Si Kaos Kaki" karena bulu kakinya yang belang dua. Kepalanya terjepit pagar besi. Lehernya terkoyak karena ia terus berusaha meloloskan diri. Kakinya hanya sedikit menapak pada tanah. Aku hampir nggak percaya bahwa anjing yang sedang sekarat ini adalah si Kaos Kaki ---andai aku nggak melihat kakinya---. Aku panik, sangat sangat panik. Sepertinya orang-orang sekitar sudah terlelap semua, bukan cuma keluargaku. Aku tahu nggak akan bisa menyelamatkan anjing ini sendirian. Aku butuh bantuan, at least untuk membangunkan pemiliknya karena jarak rumahnya dengan pagar depan (tempat si Kaos Kaki terjepit) cukup jauh.

Aku masuk kembali ke dalam rumah, membangunkan Ibu dan Bapak. Butuh waktu sekitar 3 menit untuk menjelaskan situasinya dan membuat mereka percaya kalau ini gawat darurat. Aku memakai sandal dan sweater sementara orang tuague ke tempat si Kaos Kaki. Aneh, udara dingin justru baru terasa waktu aku mamakai sweater. Padahal tadinya aku cuma memakai atasan piyama dan celana pendek, mungkin karena aku panik, entahlah.
Waktu aku ke luar rumah Ibu dan Bapak sedang berdiri di dekat si Kaos Kaki, nggak melakukan apa-apa, cuma diam. Mereka bilang mereka nggak bisa melakukan apapun, salah gerakan sedikit saja bisa membuat si Kaos Kaki terluka lebih parah. Atau malah si Kaos Kaki  bisa menggigit ketika berhasil lepas. Ah, iya betul juga... si Kaos Kaki ini memang terkenal "jagoan" di lingkungan ini. Itulah kenapa Eris ---dan beberapa betina lain--- selalu berlomba menarik perhatiannya...

Aku mencoba mencari bantuan lain. Di samping rumah pemilik si Kaos Kaki terdapat warung nasi. Setiap tengah malam penghuninya selalu memasak untuk mempersiapkan sahur. Aku memanggil "Mang Ujang" yang biasanya lebih dulu terjaga. Nggak ada jawaban. Aku terus memanggil nama-nama random yang aku ingat tapi tetap nggak ada jawaban, at least untukku karena sepertinya ada yang mendengar tapi malah tertawa-tawa karena menyangka permintaan tolongku cuma sebuah lelucon. Ibu bilang lebih baik aku menyerah dan berdoa semoga si Kaos Kaki bertahan sampai nanti pagi, sampai waktu pemiliknya berangkat kerja. Tapi aku nggak mau. Aku sudah terlanjur melihat si Kaos Kaki di sini, terjepit dan kesulitan bernafas. Aku akan merasa sangat bersalah kalau aku nggak bisa membantunya, atau seenggaknya ada di sampingnya sampai pagi meski ia mungkin nggak bertahan...


Puja, Eris and Me :)


Aku masuk ke dalam rumah, mengambil sarung tangan karet milik Ibu dan kembali ke tempat si Kaos Kaki. Aku berjongkok di sampingnya, berusaha membebaskan kepala kecilnya dari pagar. Tapi ia malah menangis semakin lirih. Suaranya betul-betul membuat hatiku hancur, karena usahaku untuk membebaskannya ternyata malah menyakitinya. Aku putuskan untuk duduk di sampingnya dan membelainya sambil terus bilang, "Sebentar lagi pagi, pasti kamu nggak apa-apa". Aku hampir menangis melihat lidahnya terkulai dari rahangnya, mengeluarkan liur terus-menerus sementara lehernya semakin terkoyak...

Lalu Bapak mendengar suara keajaiban, katanya ia mendengar suara dari arah garasi sewa Om Miming. Jarak rumah ke pintu pagar sangat jauh, halaman rumah Om Miming itu sangat luas, gue agak sangsi waktu Bapak bilang Om Miming mungkin saja terbangun. Tapi ternyata Bapak betul! Ia keluar dari rumahnya dan bertanya apa yang terjadi pada kami. Bapak langsung menjelaskan situasinya dan nggak lama kemudian anggota "Tim Penyelamat si Kaos Kaki" bertambah. Aku langsung merasa ada harapan baru waktu Om Miming bawa tongkat besi dari rumahnya, katanya pagarnya mungkin bisa diangkat sedikit supaya bisa memberi celah untuk membebaskan si Kaos Kaki. Bapak dan Om Miming berusaha membuat celah, tapi sebentar kemudian mereka behenti. Si Kaos Kaki semakin kesakitan dan Bapak memutuskan untuk membuka paksa pagar alih-alih membuat celah.

Bapak dan Om Miming berhasil masuk ke halaman rumah pemilik si Kaos Kaki. Aku nggak tahu siapa namanya karena kami jarang bertemu. Kalaupun sore-sore berpapasan aku hanya menyapa dengan panggilan "Om".
Ternyata di rumah Om nggak ada bel'nya. Bapak dan Om Miming terpaksa mengetuk jendela dan berteriak memanggilnya. Rasanya lama sekali sampai Om membuka pintu. Bapak langsung menjelaskan bahwa anjingnya terjepit di pagar. Om langsung menghampiri si Kaos Kaki yang luar biasanya mendadak sadar setelah sebelumnya cuma bisa terkulai lemas dan menangis. Ekornya bergoyang cepat dan tangisannya berhenti. Ketika Om berusaha membebaskan si Kaos Kaki, ia sudah lebih tenang. Ia hanya merintih setiap kali Om menggeser kepalanya ke arah yang salah. Gue berdoa, berdoa, berdoa, berdoa dan terus berdoa... berharap si Kaos Kaki bisa bebas.

"Krak", aku mendengar suara patahan. Sekitar 5 detik aku menahan nafas dan baru bisa lega waktu tahu itu bukan suara leher si Kaos Kaki. Itu ternyata suara pagar yang dibengkokan paksa dan patahannya mengenai engsel. Bagaikan mimpi, si Kaos Kaki terbebas dan berdiri tertatih-tatih. Kaki depannya pincang dan lehernya koyak. Seluruh wajahnya basah oleh liur bercampur darah. Tapi ajaibnya ia ceria. Ekornya terus bergoyang dan dengan patuh mengikuti perintah Om untuk masuk ke dalam rumah. Ia nggak berusaha menyerang siapapun, bahkan nggak menggonggong.
Om mengucapkan terima kasih pada kami dan menyusul si Kaos Kaki. Begitu juga aku, orangtua dan Om Miming kembali masuk ke rumah masing-masing.
Badanku letih dan sedikit mengantuk, tapi aku lega si Kaos Kaki terselamatkan. Di garasi Eris sudah menyambut. Ekornya bergoyang cepat dan langsung menjilati lututku begitu aku mendekat. Sepertinya ia berterima kasih karena anjing jantan yang sangat dipujanya telah selamat.



Beberapa hari kemudian keadaan si Kaos Kaki membaik. Ia mulai menggoda Eris ---dan beberapa betina lain tentu saja--- dan membuat mereka salah tingkah. Sepertinya bekas luka di lehernya justru membuat para betina menganggapnya semakin keren, hehe.
Insiden anjing di tengah malam (sama dengan judul buku kesukaanku, actually, lol) itu membuat kami menjadi semakin waspada. Om sekarang memastikan si Kaos Kaki nggak kabur di waktu malam, dan aku selalu memastikan nggak ada celah di pagar rumah. Aku nggak ingin insiden serupa menimpa Eris atau binatang-binatang lain yang nggak sengaja mampir ke pagar rumahku.

Memang disayangkan harus ada korban dulu sebelum kami (iya, termasuk aku) sadar bahwa seharusnya setiap orang bertanggung jawab terhadap binatang peliharaan dan rumahnya sendiri. Sebaiknya pastikan nggak ada celah yang berbahaya, tanaman beracun atau benda mengancam lainnya sebelum memelihara binatang, terutama jika binatang itu nggak dipelihara di dalam kandang. Begitu juga meski kita nggak memelihara binatang, nggak ada salahnya menutup celak-celah di pagar atau tembok yang sekiranya berbahaya. Mereka, binatang ---terutama kucing, anjing atau kelinci--- meskipun liar tetap saja memiliki hak untuk hidup. Just remember, they're only have instincts, kitalah yang memiliki akal. Si Kaos Kaki bahkan nggak (bisa) menuntut tuannya, padahal secara nggak langsung ia sudah dicelakakan.  Tugas kitalah untuk melindungi mereka. Kita nggak mau membunuh makhluk hidup untuk kesia-siaan, kan? :)



    Lotta smile,

 
Indi (and Eris, "Woof!")




ps: Jika ada teman-teman blogger yang suka menulis, menyayangi binatang dan berminat untuk membantu project novel ketigaku, silakan kirim email ke namaku_indikecil@yahoo.com atau twit aku  DI SINI
Juga jangan lupa saksikan aku di program Warna episode Jumat, 23 September jam 10.45 pagi di Trans 7. Have a nice day! :D

Jumat, 09 September 2011

Liburan (sangat) Menyenangkan :)


Halo teman-teman blogger! Apa kabar? 
Hehehe, kemarin kan baru liburan ya? Biasanya kalau sudah liburan ada yang makin semangat balik lagi ke rutinitas, tapi ada juga yang masih pengen liburan :p Kalau aku sendiri sih sudah merasa cukup, liburannnya memuaskan dan berhasil me-refresh fisik dan psikisku meskipun nggak pergi ke mana-mana :)


Liburan kali ini aku habiskan bersama keluarga. Kebanyakan sih sama keluarga inti (which is including our dog, Eris) dan sepupu-sepupuku, soalnya yang lain nggak sempat datang ke Bandung. Nggak ada satu haripun kami lewatkan untuk habisin waktu sama-sama, nggak terkecuali di tanggal 5 September kemarin, alias hari terakhir liburan. Meskipun sepupu yang tersisa (maksudnya yang masih di Bandung, hehe...) tinggal Silmi dan Adhi, tapi itu nggak menghalangi kami untuk have fun. Apalagi ditambah Bapak yang setia mendampingi kami dan Doggie anjingnya Silmi yang ternyata kepengen ikut senang-senang, hihihi. Dengan catatan, ada Doggie berarti nggak boleh ada Eris, soalnya mereka nggak bisa akur. Biasa, bocah-bocah susah diatur ;)


Di hari terakhir ini Silmi menginap di rumah gue, kami banyak melakukan girls thing setelah sekian lama nggak ketemu (Silmi tinggal di Depok). Seharian kami makan junk food dan nonton DVD. Malah, saking "memanfaatkan waktu"nya, kami sampai nonton DVD horor jam 2 pagi! Untunglah kami berdua penakut, jadi sebelum filmnya selesai sudah dimatikan dan bisa tidur dengan (diusahakan...) nyenyak, hihihi. Sore harinya aku dan bapak mengantar Silmi ke rumah orangtuanya yang nggak begitu jauh dari rumah kami (mereka ada rumah juga di Bandung). Begitu sampai kami nggak turun dari mobil, tapi aku menggantikan Bapak di posisi pengemudi, hihihi. Aku ajak Bapak dan Silmi berkeliling komplek sambil menunggu Adhi datang dengan sepedanya. Hmm, sebetulnya bukan 'mengajak berkeliling', sih, tapi mereka yang menemaniku belajar menyetir! Hihihi, aku memang sudah punya SIM, tapi belum lancar. Makanya Bapak rajin-rajin dukung aku berlatih :p
Lucunya, meski masih tersendat-sendat dan sering histeris, (Itu menurut Bapak, padahal menurut istruktur "asli" ku, aku termasuk murid yang tenang, lho, lol), Silmi malah bilang kalau cara menyetirku "sangat normal", yang kurang tinggal kecepatannya saja. Hahaha, maklum, begitu kecepatan 40 saja aku langsung berasa ngebut banget :p



Adhi si bicycle boy, aku dan Silmi.


Timingnya pas banget, begitu aku turun dari mobil Adhi sudah datang dengan sepeda lipatnya. Hore, horeeee, aku memang sudah lama kepengen naik sepeda lagi. Pasalnya aku dulu sangat hobi main sepeda, tiap sore pasti izin keluar untuk sekedar keliling komplek atau cari-cari alasan pergi ke warung (apapun, asal pakai sepeda, hehehe). Tapi hobi main sepedaku harus terhenti gara-gara mendadak kehilangan mood setelah 'bel keren warna kuning' yang ditempel di stang sepedaku patah :( Aku sempat coba betulin dengan macam-macam cara. Dari mulai di lem sampai di las, tapi tetap nggak berhasil dan malah bikin tampilan sepedaku jadi "serem", sniff... Lalu nggak lama kemudian sepedaku raib waktu dipensiunkan di gudang. Aku menyesal banget karena nggak memaksimalkan apa yang aku punya. Karena sampai hari ini aku nggak dapat sepeda lagi...
Makanya, waktu aku lihat sepeda Adhi aku girang banget, apalagi waktu tahu kalau ukurannya cukup mini. Pasti pas deh dengan tinggi badanku yang nggak jauh dari Mary Kate dan Ashley Olsen ini, hihihi... (kidding, aku sekitar 14 cm lebih tinggi dari mereka, kok :) ).




Berpose dengan sepeda. Gak ada foto waktu aku benar-benar mengendarainya :p



Waktu mau coba naik sepeda aku agak deg-deg'an juga, soalnya sudah lumayan lama nggak mengendarai si roda dua yang bukan motor ini (apa sih, Indi?!! Lol). Untung aku masih ingat caranya: naik ke sadel, injak satu kaki di pedal, susul dengan kaki satunya lagi... Gowes, gowes....
Kyaaaaa, aku terlalu ngebut dan hampir nabrak mobil Bapak karena lupa caranya nge-rem, hahahaha...
Karena insiden ini aku jadi kurang PD buat coba lagi. Sepedanya lebih banyak kudorong (lho?) dan dinaiki seperti otoped. Biar begitu aku senang banget, banyak tertawa dan banyak candaan akrab dengan Bapak dan sepupu-sepupuku :) Apalagi waktu Bapak tiba-tiba ikut pinjam sepedanya Adhi. Aku khawatir sepedanya bakal patah karena Bapak badannya besar, tapi ternyata nggak dan malah beliau yang paling "menikmati". Aku, Silmi sama Adhi cuma bisa menonton dan berharap nggak banyak saksi mata yang lihat kejadian ini, hihihi. Tapi ternyata tujuan Bapak naik sepeda memang untuk pamer, lho. Soalnya tiba-tiba aku disuruh ambil foto Bapak sebanyak mungkin. Katanya, "Cepat foto yang banyak, siapa tahu bapak ditawari jadi bintang iklan Pocari Sweat", hahahahaha.... Aku dan dua sepupuku nggak bisa tahan untuk nggak ketawa. Kata-kata Bapak betul-betul lucu! What a precious moment :)



Bapak, mau jadi bintang iklan Pocari Sweat katanya :p





Nggak terasa waktu sudah semakin larut dan langit sudah gelap (mungkin sekitar jam 6 sore karena adzan magrib sudah terdengar), kami bergegas masuk ke halaman rumah Silmi dan memutuskan main sebentar dengan Doggie. Doggie itu anjing yang lucu, dia dipelihara ayah Silmi sejak bayi dan aku termasuk orang pertama yang mengurusnya karena Silmi, Kakak dan ibunya ada di Depok. Dulu Doggie sempat takut sama aku, ini semua gara-gara Eris yang pernah mengigit leher Doggie waktu bayi. Mungkin bau eris menempel di tubuhku, jadi setiap aku dekati Doggie selalu menghindar, hahaha. Lucu, padahal waktu menggigit Eris juga masih kecil lho, jadi giginya belum tumbuh semua. Mungkin ini namanya trauma ya? :p
Dan kali ini Doggie nggak mau lepas dari aku. Malah dia sempat "peluk" pinggangku lama. Bukan bermaksud menyerang, tapi dia bilang "jangan pergi". Kalau kalian punya anjing pasti mengerti maksudku ;)


Doggie, anjing yang cute :)
 

Ah, nggak terasa sudah waktunya berpisah. Aku harus pulang, begitu juga Adhi. Sedangkan Silmi harus bersiap packing karena besok sudah harus sekolah dan les bahasa Inggris. Sedih dan rasanya masih ingin main bersama, tapi syukurlah karena kami sepakat bahwa liburan kali ini sangat menyenangkan dan membuat kami semakin akrab :)






My OOTD: Headband-CandyButton | Shirt-Freshy | Overall Skirt-Graphic


Seperti yang kubilang sebelumnya, liburan kali ini berhasil me-refreshku, fisik dan piskis. Iya, aku merasa lebih "segar" dan siap untuk beraktivitas, bekerja seperti hari-hari sebelumnya. Beberapa waktu lalu aku sempat menerima pertanyaan dari salah satu paman: Apa kamu benar membutuhkan liburan?? Hehehe, sebetulnya bukan cuma beliau, sebelumnya banyak yang bertanya apa aku betul-betul butuh break sejenak di tengah aktivitas yang (sering dikira) santai ini. Jawabannya tentu saja "iya". Aku nggak punya atasan. Bos ku adalah diri sendiri, si Indi yang sering keras kepala dan doyan malas-malasan di atas tempat tidur. Menghadapai bos seperti ini nggak mudah, butuh disabarin tapi juga dikerasin karena peranku ganda: sebagai atasan yang harus mengesampingkan ego dan juga karyawan yang harus mengerjakan tugas-tugas tepat waktu, sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan si bos---a.k.a my self---.
Bekerja seperti ini nggak mudah (semua pekerjaan nggak ada yang mudah, anyway :) ), kadang si bos sama karyawan ini masih saja suka berantem. Tapi biar begitu aku cinta dan menikmati pekerjaanku ;)









Sehabis liburan yang menyenangkan ini aku akan mengerjakan novel ketiga, publisher menyarankan agar awal tahun depan sudah bisa diterbitkan, jadi minimal Desember aku sudah harus selesai membuat naskah full'nya. Selain itu aku juga akan membuat desain-desain baru untuk “Toko Kecil Indi” karena tanggal 12 September besok online shop ku sudah buka seperti biasa (it's getting closer, yeay!!).
"I'm ready, I'm ready!", hihihi, seperti kata SpongeBob! Aku semangat sekali memulai aktivitas besok. Menghabiskan waktu bersama keluarga memang selalu terbukti ampuh untuk menghilangkan kejenuhan, ya. Ah, beruntung sekali aku selalu bisa berbahagia dengan hal-hal sederhana yang keluargaku berikan, thank God :) 

Jadi, bagaimana dengan liburan kalian? Apakah menyenangkan dan sudah siap untuk beraktivitas? ;)




My OOTD: Strap shoes-Fillmore | Handbag-Punya Ibu











 


banyak senyuman dan salam hangat,

INDI :)





ps: Baru menerima kabar menggembirakan, novel "Waktu Aku sama Mika" karyaku akan dicetak ulang kembali yang ke 7 kalinya. Nggak sabar untuk meet and greet selanjutnya. Just wish me luck, guys :)