Tampilkan postingan dengan label Sahabat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sahabat. Tampilkan semua postingan

Senin, 28 Juli 2014

Accidently Date! :p


Gue dan Ray punya pekerjaan yang semakin sibuk jika liburan hampir tiba. Well, sebagian besar pekerjaan memang sepertinya seperti itu, tapi tetap saja kami kami nggak pernah terbiasa dengan frekuensi bertemu kami yang menjadi berkurang. Gue dan Ray sama-sama nggak libur sebelum lebaran, preschool gue
nggak seperti sekolah lain yang punya libur di bulan puasa, begitu juga Ray yang tetap bekerja full day. Beruntunglah pada tanggal 24 Juli lalu kami mempunyai kesempatan untuk punya waktu berkualitas berdua, ---eh, ramai-ramai sih sebenarnya, lol--- teman-teman preschool gue mengadakan acara buka puasa bersama dan gue memutuskan untuk mengajak Ray. Keputusan ini lumayan mendadak, soalnya awalnya gue nggak berniat untuk ikut, apalagi meski judulnya "buka puasa" tapi yang berpuasa hanya sedikit, hehehe. Tapi setelah dipikir-pikir dan mengingat akan sulit untuk mengatur waktu karena Ray harus mudik, akhirnya kami pergi ke acara buka puasa yang lebih mirip dinner itu, hehehe.

Waktu gue beritahu Ray lokasi dimana kami akan bertemu dengan teman-teman gue, dia langsung khawatir karena bisa dipastikan tempatnya akan penuh, terutama menjelang buka puasa. Jadi kami berangkat dari rumah sekitar pukul 4 sore dan berharap bisa tiba sebelum adzan magrib. Dua teman gue yang sudah menikah, Ima dan Liliek meminta gue untuk reservasi satu meja untuk para suami agar bisa hang out bersama. Ray memang belum menjadi suami gue, tapi gue pikir akan lebih nyaman jika "para pasangan" punya meja sendiri agar bisa mengobrol atau 'do man stuff' ---apapun itu--- dan nggak bosan karena menunggu :p

Ketika kami sampai dan langsung reservasi meja, ternyata suami Liliek dan Ima nggak jadi ikut. Well, suaminya Ima sih sebenarnya ikut, tapi dunno why ia memilih untuk menunggu di luar. Meja yang sudah dipesan pun jadi hanya ditempat oleh gue dan Ray. Acara "buka puasa bersama" ini pun malah jadi date untuk kami, hehehe :D Karena teman-teman gue duduk di meja terpisah kadang gue bolak-balik dari meja mereka ke meja Ray. Senang sekali bisa mengenalkan Ray pada teman-teman gue. Berhubung gue jarang bercerita tentang kehidupan pribadi gue, jadi banyak diantara mereka yang belum tahu bahwa gue punya pasangan. Mereka juga terkejut waktu gue beritahu bahwa kami sudah bersama selama 6 tahun. Menurut mereka kami terlihat hangat dan romantis seperti baru pacaran. Wah, mereka nggak tahu bahwa kami nggak ada romantis-romantisnya, kalau sudah ribut gue bisa lebih galak dari Eris (my dog), lho, hahaha :p Tapi gue anggap itu sebagai pujian, apalagi teman-teman gue memberikan doa untuk kami. Salah satu teman gue, Miss. Nita berkata bahwa ia berharap agar Ray tetap romantis meskipun kami sudah menikah nanti. Ia berkata begitu setalah melihat Ray membawakan tas gue. Well, gue nggak tahu kalau itu terhitung perbuatan romantis, buat gue he's just being helpful, lol. Tapi amen untuk semua doa baiknya :)


Meja yang sudah dipesan pun jadi milik berdua :p

Cheers, jus sayuran ini enak, lho :)

Judulnya "buka puasa" tapi banyakan yang nggak puasanya, hihihi. Yang penting kebersamaan, ya ;)

Sekitar jam 7 malam kami pamit duluan. Maklum gue ingin memanfaatkan waktu semaksimal mungkin. Tujuan kami selanjutnya ke Trans Studio Mall untuk membeli kado lebaran untuk orang tua, sepupu-sepupu dan keponakan-keponakan gue. Sebenarnya agak pesimis kami bisa mencari kado yang tepat untuk saudara-saudara gue yang jumlahnya banyak itu dengan waktu yang pendek. Tapi berhubung kami sudah nggak punya waktu libur lagi, jadi ya harus dibuat optimis, hehehe. Gue memang lebih suka memberi kado daripada angpao. Mungkin teman-teman yang sering membaca blog ini tahu betapa sukanya gue dengan Christmas, salah satu alasannya adalah kado! Memberikan kado pada orang-orang yang kita cintai, menghabiskan waktu khusus untuk mencari dan memilih rasanya lebih personal daripada uang di dalam amplop. Eh, tapi makna lebaran dan natal lebih dari itu, lho, bukan hanya tentang kado :)

Surprise, mall nya ternyata nggak terlalu padat. Kami mendapatkan spot parkir dengan mudah dan suasana yang cukup nyaman. Langsung saja kami mulai mencari kado. Sebenarnya perut lumayan lapar sih karena sebelumnya hanya sempat minum (menu yang kami pilih selalu HABIS. Aneh, lol), tapi demi mengejar waktu kami tunda dulu perasaan laparnya, hehehe. Gue sama sekali belum ada rencana kado apa yang akan gue berikan pada keluarga gue. Jadi gue dan Ray mengelilingi mall sampai menemukan apa yang dirasa tepat, hehe. Prioritas utama sudah pasti keluarga inti gue: Ibu, Bapak dan Puja. Selanjutnya baru sepupu-sepupu dan keponakan-keponakan, termasuk untuk Bi Ade juga Eris, anjing kesayangan gue. Kaki rasanya sudah minta direndam air hangat, tapi gue puas karena sudah berusaha memberika sesuatu yang istimewa untuk orang-orang yang juga istimewa :)

What I wore? Hair bow: Dunia Baru | Brooch: Hello Kitty | Dress: Toko Kecil Indi (my design) | Bag: Thailand | Watch: Sanrio | Shoes and socks: Gosh




Kado-kado untuk keluarga :)

Ternyata bukan cuma keluarga gue saja yang dapat kado. Ray memberikan gue hadiah sepasang sepatu yang sudah lama gue impikan! Ini nih asyiknya jadi gue, dalam satu tahun ulang tahun dirayakan dua kali. Sekali di tanggal 8 Juni dan sekali lagi sehari sebelum lebaran, karena waktu lahir gue bertepatan dengan malam takbiran :D Senang sekali rasanya karena awalnya hanya akan fokus pada kado keluarga, tapi ternyata dapat sepatu baru. Terima kasih, Ray! :) 
Nggak terasa mall sudah hampir tutup dan kami belum makan malam. Daripada harus makan terburu-buru kami putuskan untuk mencari makanan sambil perjalanan pulang saja.






Ray menyetir dengan lambat-lambat, mencoba mencari restoran yang masih buka. Kami sempat melewati restoran fast food 24 jam tapi urung berhenti karena Ray yakin masih ada tempat lain. Kami semakin dekat dengan rumah dan waktu sudah menunjukan pukul 10 malam lebih, semakin deg-degan dan pesimis rasanya. Untung saja kami menemukan sebuah tenda kaki lima sea food yang masih buka. Tanpa berlama-lama kami langsung berhenti dan menikmati makan malam yang super terlambat, hehehe. Rasanya nikmat sekali, apalagi tempatnya bersih. Gue dan Ray sangat bersyukur. Tuhan sepertinya sudah menyiapkan skenario yang cute untuk kami berdua. Dari mulai suami-suami teman-teman gue yang batal ikut yang membuat kami punya meja untuk berdua saja, sampai dinner romantis ditemani oleh kucing-kucing lucu yang lalu-lalang di bawah meja kami, hehehe. Thank God :)


Kemarin malam Ray sudah mudik dan sepertinya nggak lama setelah lebaran ia akan kembali bekerja. Senang dan bersyukur sekali kami sempat mendapatkan waktu berkualitas sebelum kembali ke aktivitas 'normal' :) Meski Ray nggak bisa hadir untuk merayakan ulang tahun gue, tapi ia tetap membelikan gue kue tart dan sebuah kado. Oh, iya meskipun gue ulang tahun setahun dua kali tapi dua-duanya sama istimewanya, lho. Makanya selalu ada acara tiup lilin bersama keluarga ---dan akan lebih menyenangkan kalau Ray juga ada---. Blessed to have him, semoga di tengah-tengah kesibukan kami akan selalu ada kesempatan (atau curi-curi kesempatan, lol) untuk quality time. Amen...
Dan untuk teman-teman yang merayakan, selamat hari raya Lebaran dari aku, keluarga dan Ray. Mohon maaf lahir dan batin! :)



ps: Untuk teman-teman yang belum tahu kenapa ulang tahun gue dirayakan setahun dua kali, bisa baca ceritanya di sini.


blessed girl,

Indi

_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Senin, 22 Juli 2013

Best Friend :)

Best friend. Gue ingin menceritakan tentang teman baik gue. Bukan, ini bukan Dhian yang gue ceritakan di novel "Karena Cinta itu Sempurna" dan film Mika. Tapi ini tentang teman baik yang gue kenal sekitar 4 tahun lalu. Waktu itu dia masih berusia 9 bulan, tapi bukan berarti sekarang dia masih balita. Dia sudah dewasa. Karena dalam hitungan usianya, teman baik gue ini menua 7 kali lebih cepat dari kita. Dalam hitungan usia manusia dia sudah 28 tahun. Namanya Eris. Dan dia adalah seekor anjing.



Gue ingat pernah berjanji akan menceritakan tentang Eris di blog ini. Tapi setelah memeriksa seluruh entri ternyata gue hanya pernah menceritakannya secara singkat. Padahal kehadiran Eris begitu berarti untuk gue, dan gue sudah tahu dia akan menjadi anjing yang istimewa sejak pertama kali melihatnya. Eris hadir ditengah keluarga gue dengan cara yang nggak diduga-duga. Beberapa bulan sebelumnya keluarga kami baru saja kehilangan Veggie, anjing golden retriever yang sudah kami pelihara sejak usia 1 setengah bulan. Kami nggak berencana untuk memelihara anjing lagi dalam waktu dekat karena masih dalam suasana kehilangan. Veggie adalah anjing bertubuh besar dengan banyak cinta. Sangat playful, cerdas dan menyenangkan. Memelihara anjing lain rasanya akan membuat kami bersedih karena mengingatkan padanya dan ada perasaan nggak rela untuk "menggantikannya". Tapi ada seorang ibu yang baik hati. Beliau mendengar cerita tentang gue dan Veggie lalu memutuskan untuk memberikan salah satu anak anjingnya untuk gue. Gue ragu pada awalnya, tapi beliau berkata bahwa memiliki seekor anjing akan menjadi terapi yang baik bagi jiwa yang bersedih. Maka gue putuskan untuk memberi anjing ini kesempatan, dan segera pergi untuk menjemputnya.

Ditemani Ibu dan Bi Yati gue menjemput Eris di Jakarta. Perjalanan yang melelahkan tapi gue sangat nggak sabar untuk menemuinya. Gue sama sekali belum tahu seperti apa dia terlihat. Pemilik Eris nggak pernah memberikan foto atau menceritakan seperti apa ciri-cirinya. Lucunya gue selalu membayangkan dia sebagai anjing kecil kecil berbulu coklat, entah kenapa sangat berbeda dengan Veggie yang bertubuh besar dan berbulu terang. Ketika sampai, gue langsung mendapatkan kejutan menyenangkan dari Eris. Ada 4 ekor anjing golden retriever di sana, dan salah satunya persis seperti bayangan gue tentang Eris. Tanpa sadar gue langsung berteriak memanggilnya, "Eris... Eris!" dan anjing itu pun berlari menghampiri gue dengan ekor yang berkibas kencang lalu segera menjilati pipi gue dengan antusias. Gue sangat terkejut karena apa yang gue bayangkan menjadi kenyataan. Bukan hanya gue yang terkejut, ibu pemilik Eris pun berkata, "Kok kamu bisa tahu dia yang bernama Eris? Eris juga sepertinya sudah tahu kalau kamu calon tuannya. Ajaib..."
Memang ajaib. Eris seperti menawarkan dirinya untuk menjadi teman baik gue. Sungguh salam perkenalan yang manis.

Eris ternyata sebelumnya sudah akan ada yang membeli. Dia sudah ditawar seharga 4 juta rupiah. Tapi di saat-saat akhir pemilik Eris menolaknya dan merasa bahwa calon pembeli itu bukan rumah yang tepat. Di hari yang sama gue langsung dihubungi karena dianggap sebagai orang yang tepat meskipun belum pernah bertemu sebelumnya. Keyakinan bahwa gue akan menyayangi Eris lah yang membuat pemiliknya menyerahkan dia secara cuma-cuma. Gue benar-benar speechless dan terharu. Berkali-kali gue ucapkan terima kasih, dan 2 jam setelah perpisahan yang penuh haru gue membawa Eris untuk pulang ke rumah barunya.


Segera Eris dan gue menjadi teman baik. Karakternya begitu berbeda dengan Veggie. Dia cenderung kalem, sabar dan menyukai perintah. Tapi justru itulah yang membuatnya istimewa, membuat gue sadar bahwa Eris bukan menggantikan Veggie, tapi menjadi teman dan anggota keluarga baru di rumah. Apapun yang gue lakukan Eris selalu memperhatikan gue dengan penuh minat. Bahkan sekedar menyapu halaman pun terasa luar biasa untuknya. Dia senang mengikuti langkah gue seolah ingin membantu gue menyapu. Lucu sekali. Hanya saja jika sedang mengepel jadi lain cerita karena lantai akan penuh dengan jejak kakinya, hahaha. Sungguh kehadirannya membuat gue merasa hebat, merasa dinanti-nanti dan merasa dibutuhkan setiap hari. Eris sepertinya bisa membaca pikiran gue. Saat gue lelah dia akan duduk disamping gue dan meletakan kepalanya di antara kaki gue dan terus begitu sampai gue memutuskan untuk bergerak. Saat gue berbicara pasti Eris mengangkat kepalanya dan (terlihat) mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Gue nggak yakin apa dia benar-benar mengerti, tapi didengarkan adalah perasaan yang paling baik sedunia.


Beberapa orang menganggap Eris "hanya anjing". Mereka heran mengapa gue mau menghabiskan waktu merawatnya: memberinya makan, menyisir bulunya, membawanya ke dokter jika sakit, membersihkan kotorannya, dan lain-lain padahal pada akhirnya dia akan mati jika waktunya tiba. Well, gue rasa itu komentar yang kasar. Iya, betul, Eris memang "hanya anjing" tapi anjing atau binatang apapun bukan berarti nggak bisa dijadikan teman. Gue nggak pernah memanusiakan Eris. Dia tidur terpisah dengan gue dan makan makanan khusus anjing, tapi dengan menjadi dirinya sendiri justru membuatnya menjadi teman yang sempurna. Apa yang gue lakukan untuknya dibalas dengan cinta tanpa syarat yang akan terus tumbuh sepanjang usianya. Waktu yang gue habiskan nggak ada apa-apanya dibandingkan seluruh keceriaan yang dia bawa untuk gue dan keluarga. Dan gue nggak pernah merasa telah "menghabiskan waktu" untuk merawatnya, gue menikmati setiap detik saat menyisir bulunya malah bahkan saat membersihkan kotorannya.

Jika pemilik lama Eris berkata bahwa anjing adalah terapi yang baik untuk jiwa yang bersedih, menurut gue memiliki Eris lebih dari itu. Eris menjadi terapis yang baik untuk kemampuan bersosialisasi gue. Nggak terhitung berapa banyaknya teman baru yang gue dapatkan karena kehadirannya. Terkadang, jika gue bingung untuk membuka percakapan, gue akan bercerita tentang Eris dan hebatnya selalu berlanjut menjadi percapakan panjang yang seru. Tapi gue rasa setiap pemilik binatang peliharaan akan merasakan hal yang sama dengan gue. Baik itu pemilik kucing, ikan, hamster, burung dan lainnya pasti pernah mengalami diselamatkan dari kecanggungan percakapan oleh mereka, hehehe. Ketika menunggu lama di dokter hewan misalnya, dimulai dengan pertanyaan "berapa usianya?" atau "siapa namanya?" pasti berakhir dengan perkenalan yang manis :) 



Eris sungguh mencintai gue tanpa syarat. Ekornya selalu berkibas dengan apapun yang gue berikan kepadanya. Sebuah tempat tidur sederhana, peralatan mandi yang diturunkan dari Veggie, makanan yang gue sajikan setiap hari... Eris menerima semuanya dengan penuh suka cita, dengan penuh kepercayaan terhadap tuannya, yaitu gue. Meskipun gue menganggapnya sebagai teman baik tapi Eris sangat menghormati gue. Dia nggak pernah mengonggong meskipun gue terlambat memberinya makan karena dia percaya gue pasti nggak akan mengecewakannya. Eris juga mempunyai toleransi yang besar terhadap gue. Beberapa waktu lalu di keningnya ditemukan caplak dan ketika dokter mencoba melepasnya dia marah dan terlihat kesakitan. Tapi dia langsung menerima ketika gue yang mencabutnya dan tetap tenang meskipun rasanya pasti sakit. Cinta Eris yang begitu besar membuat gue belajar untuk membalas cintanya yang tanpa syarat. Eris itu anjing yang istimewa, giginya gingsul dan tubuhnya kecil. Awalnya karena masih berusia 9 bulan gue nggak begitu memperhatikannya, tapi seiring waktu berlalu gue sadar bahwa ukuran badan Eris nggak berubah. Dokter berkata bahwa dia mengalami gangguan penyerapan yang membuat tubuhnya selalu kecil. Bahkan di usianya yang sudah 4 tahun Eris sering disangka anak anjing oleh orang-orang yang pertama kali melihatnya. Awalnya gue sedikit sedih karena dokter berkata lemak di tubuh Eris kurang untuk membuatnya aman mempunyai bayi. Tapi lalu gue mengingat apa yang Eris berikan pada gue. Memilikinya sudah lebih dari cukup, dan anjing yang sehat dan gembira adalah semua yang ingin gue lihat. Bukan anjing yang bertubuh besar atau yang mempunyai bayi. Hanya Eris.


Gue benar-benar menganggap Eris teman yang baik. Dia adalah bagian dari gue dan keluarga, jadi gue heran kenapa ada orang-orang yang memperlakukan anjing dengan semena-mena. Anak anjing memang lucu, tapi itu bukan alasan untuk meninggalkan mereka ketika tumbuh dewasa, menjadikannya anjing liar dan mungkin saja terluka. Memelihara anjing memerlukan komitmen dan gue sedih jika ada yang memelihara mereka hanya dengan alasan "karena mereka lucu" lalu membuangnya begitu saja ketika bosan. Anjing juga makhluk hidup dan tentu saja punya perasaan seperti kita. Iya, memang ---sekali lagi--- gue nggak pernah memanusiakan anjing, tapi jika nggak siap untuk berkomitmen lebih baik jangan putuskan untuk memilikinya. Jika nggak bisa merawatnya dengan baik seenggaknya jangan menyakiti binatang (bukan hanya anjing). Gue sama sekali nggak mendukung anjing yang dipelihara hanya untuk diadu (well, ya ini mengerikan, tapi gue pernah melihatnya sendiri) atau diambil tenaganya saja seperti misalnya menjaga rumah tapi hanya diikat seharian. Anjing adalah binatang yang aktif, mereka butuh aktivitas fisik dan mengikatnya hanya membuat mereka stress dan agresif. Gue heran kenapa pemiliknya nggak mau meluangkan waktu sebentar saja untuk mengajak anjingnya bermain atau berjalan-jalan setelah jasa besar telah mereka berikan. Bukankah rasa aman yang didapatkan jauh lebih berharga daripada apa yang harus pemiliknya lakukan untuk anjingnya?

Gue berusaha melakukan yang terbaik untuk Eris. Merawatnya semampu gue dan membuat sepanjang hidupnya penuh arti. Eris mungkin nggak bisa menjaga rumah, memenangkan dog show atau memberikan gue bayi-bayi yang mungil. Tapi gue menyukai Eris just the way she is seperti dia yang menyukai gue apa adanya. 
Kemarin Eris baru saja grooming sekaligus terapi untuk menghilangkan caplaknya di rumah. Hasilnya memuaskan, satu kali terapi lagi di bulan depan sudah bisa membuatnya benar-benar bersih. Tapi tadi gue putuskan untuk memeriksanya sendiri agar lebih yakin. Eris nampaknya mengerti bahwa hari gue sedang berjalan nggak begitu baik, badan gue sakit dan perut gue terasa mual. Eris menurut dan tetap terdiam berdiri di tempat yang sama, meski gue nggak mengikatnya sementara tangan gue sibuk memeriksa di sela-sela bulunya. Lalu bel berbunyi. Gue langsung bergegas memeriksa siapa yang datang dan meninggalkan Eris dengan sisir dan kotak peralatan yang tergeletak di lantai. Gue pikir, pastilah Eris akan mengacak-acaknya. Tapi ketika gue kembali beberapa menit kemudian, gue terkejut dengan apa yang gue lihat. Gue mulai tertawa geli dan nggak bisa berhenti bilang, "good girl". Karena Eris masih diam di tempat yang sama seperti ketika gue meninggalkannya. Bedanya, posisinya kini menghadap ke pintu seperti menunggu gue datang! Hahaha, ternyata memang betul ya, teman yang baik selalu bisa mencerahkan hari tersuram sekalipun! Woof you Eris girl! :D


blessed girl,

Indi


nb: Novel ke tiga gue berjudul "Guruku Berbulu dan Berekor" berisi tentang kumpulan kisah-kisah manusia dengan binatang peliharaannya. Royalti dari novel ini digunakan untuk membantu binatang-binatang terlantar. Salah satunya disumbangkan ke ARAC (Animal Rescue and Adoption Center) atau AdopsiAnjing.com. Jika teman-teman ingin ikut membantu, silakan beli novel tersebut di Gramedia, Togamas atau melalui Starbooks (SMS/call/WA: 088801889305 atau BBM: 31452D96). Terima kasih :)


Facebook: here | Twitter: here | Contact person: 081322339469

Kamis, 05 Januari 2012

Thank you, Internet :)

Berapa kali kalian mengakses internet dalam 1 minggu? Aku setiap hari, atau seenggaknya hampir. Dalam situasi apapun, selama aku bisa menghandle dan nggak ada hubungannya dengan kesehatan, bisa dipastikan aku berusaha terus connect dengan internet, baik melalui PC atau HP. Aku sangat terbantu dengan keberadaan internet, karena tanpanya mungkin aku sekarang jobless, ketinggalan berita dan cuma punya sedikit teman. Terdengar berlebihan? Ah, biar aku ceritakan dari awal supaya kalian mengerti...

Aku mengenal internet waktu di awal-awal masa SMP, usia 12 tahun hampir 13. Waktu itu HP belum musim, cuma beberapa anak saja yang punya dan belum bisa koneksi internet. Bisa SMS saja termasuk hebat, karena harga pulsa masih mahaaaal sekali, perdananya saja (kala itu) mencapai Rp. 350.000. Jadi intinya penggunaan HP masih ekslusif sekali, sampai-sampai kalau ada yang pakai HP di sekolah dilihatin "wow" gimana gitu, hehehe. Karena aku diingatkan orangtua untuk hanya memakai HP ketika darurat saja (eg: minta dijemput), jadi aku cari alternatif lain untuk berkomunikasi dengan teman-teman, dengan tarif yang lebih murah tentu saja.

Dan solusi pun datang dari kakak sepupuku yang sudah SMA. Dia mengenalkanku dengan internet. Katanya, aku bisa mengirim pesan lebih banyak dan murah daripada melalui SMS. Mulanya aku bingung, karena di rumahku nggak punya internet, cuma sebuah PC tua yang sering dipakai main game. Tapi sepupuku mengajak gue ke warnet dan di sanalah aku mulai mengerti dengan istilah chatting dan email :) Ternyata memang betul, tarifnya murah sekali karena aku cukup membayar per jam. Belum lagi dengan "bonus" di sana-sini. Aku bisa mencari apa saja yang aku mau dan mencetaknya dengan cepat! Aku ingat gambar pertama yang aku print adalah cover album "Get a Grip" dari band Aerosmith yang keesokan harinya langsung kupamerkan sama teman-teman sekelas. Waktu itu teman-teman bingung darimana aku bisa mendapatkannya. Perasaanku, wuiiiih bangga-bangga gimana gitu, maklum lah termasuk jadi anak pertama yang mengenal internet di sekolah, hehehe.




Lama kelamaan aku minta Bapak untuk mengganti PC dengan yang lebih "muda" dan bisa men-support koneksi internet. Waktu itu namanya 'Telkomnet Instan', jadi untuk connect dengan internet aku harus telepon dulu ke 080989999 (wah, aku masih hapal nomornya, hahaha!!), menunggu sebentar baru bisa ber-surfing ria di dunia maya. Aku mulai menggunakan internet untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah. Karena situs lokal masih jarang, jadi aku terjemahkan dulu tulisan-tulisan berbahasa Inggris, lalu yang kira-kira terpakai aku copy, print dan ditulis ulang secara manual. Hihihi, waktu itu belum boleh lho bikin tugas diketik, tulisan tangan yang rapi juga dinilai :D Senang rasanya bisa menghemat waktu, apalagi teman-teman satu kelas juga mulai tertular untuk menggunakan internet, jadi kirim-kiriman email nggak sebatas sama Om atau Tante yang tinggal di lain negara saja :)






 OOTD
Headband: Heartwarmer
Dress: Toko Kecil Indi
Black Stocking: KasKus
Batik's Bag: Carrefour
Bracelet: Tia
Shoes: Leonardo Vinni


Beranjak SMA, aku agak bandel. Kegiatan surfing (dulu betulan begini lho istilahnya, lol) nggak melulu soal pelajaran, tapi terkadang diselingin tentang film-film baru dan mencari foto-foto idola. Norak banget kalau diingat, tapi waktu itu aku suka banget cari foto Steven Tyler, Freddie Mercury dan idola-idolaku lainnya, yang malu rasanya kalau kutulis semua di sini (hehe) lalu diprint pakai kertas foto :p Setelah itu kususun rapi di agenda berwarna hitam yang selalu kubawa kemana-mana, termasuk ke sekolah. Suatu hari agenda itu menghilang dan aku panik setengah mati. Sepanjang lorong sekolah aku telusuri tapi hasilnya nihil. Akhirnya aku buat sayembara yang isinya menjanjikan hadiah bagi siapa saja yang bisa menemukan agendaku. Dua hari penuh air mata akhirnya ada seorang adik kelas bernama Denise yang menemukan agendaku di kolong bangku kelasnya. Ya, ampun... ternyata aku lupa menaruhnya di sana waktu pergantian kelas, hihihi. Dan Denise pun dapat hadiah coklat yang dibungkus sama kertas mengkilap warna merah :D 
Oya, 'bandel' nggak sengaja pun pernah, lho. Berhubung aku ngefans banget sama Michael Jackson, jadi kalau ada iklan pop up di internet tentang dia pasti aku klik. Nah, sekali waktu aku tertipu. Itu ternyata virus yang mengganti seluruh icon di PC ku menjadi gambar-gambar berkonten dewasa (porno). Ewww... :'( Akupun langsung dimarahi Bapak dan dinasehati untuk nggak membuka pop up sembarangan. Dan semenjak saat itu internet di rumah dipasangi anti virus. Kapok...

Tapi manfaat internet baru sangat-sangat-sangat terasa waktu aku mulai masuk kuliah. HP sudah jauh lebih canggih dari masa-sama SMP dulu. Jejaring sosial juga semakin banyak. Dari mulai Friendster lalu pamornya digantikan Facebook, sampai pada waktu aku mengenal dunia blog. Sudah jelas, mengerjakan tugas juga semakin mudah dan bisa di mana saja karena sudah ada fasilitas Wifi (tapi aku nggak pernah bandel nyontek lewat HP waktu ujian, lho, hehehe). Yang paling aku sukai waktu itu adalah Friendster. Aku jadi punya banyak teman baru dari berbagai kota dan negara. Dari yang tinggalnya berdekatan juga ada.
Dan blog yang kupakai juga awalnya dari fasilitas Friendster, lho. Aku mulai menulis puisi-puisi bersambung di sana. Nggak peduli apakah ada yang membaca atau nggak. I just love to writing, dan senang ada 'lahan' untuk menulis kapanpun. Nggak disangka ada publisher yang membaca dan menawariku kontrak novel. Maka jadilah untuk pertama kalinya setelah selama seumur hidup menjadi pelajar, aku mendapatkan pekerjaan pertama: menjadi penulis! Dan itu berlangsung sampai hari ini, aku sudah menulis dua buah novel best seller "Waktu Aku sama Mika" dan "Karena Cinta itu Sempurna". Thanks to internet :))








Banyak orang bilang internet itu dunia yang penuh kepalsuan, setiap orang bisa jadi siapa saja, mengaku apa saja dan menulis apa saja. Itu memang benar karena di internet kita bisa bertemu dengan seseorang tanpa pernah tahu apakah kepribadiannya memang seperti itu, atau he/she just making it up. Tapi aku juga percaya dan tahu bahwa internet bisa menjadi dunia yang menyenangkan dan 'real'. Apa yang kita tulis, apa yang yang kita upload di internet akan menjadi image kita di kalangan teman virtual kita. So just be real dan teman-teman yang juga real pun akan mendatangi kita dengan sendirinya. Aku sudah membuktikan dengan bertemu banyak teman baik dari jejaring sosial dan blog, beberapa malah ada yang menjadi sahabat atau bahasa gaulnya BFF (nah, just kidding :p). Aku percaya bahwa filter itu berasa dari pribadi masing-masing, aku selalu sempatkan membaca profile seseorang baik-baik sebelum memutuskan untuk meng-approve nya atau memulai percakapan. Buatku internet sama hal nya dengan dunia nyata, beberapa ada yang baik beberapa ada yang nggak baik. Be nice, bukan menjadi polos, maka hal baik akan menghampiri.






Buku-buku kiriman my virtual friends:
Tinta Cinta Sitti Hawa: Della
Kelemahanku adalah Kekuatanku:Habibie Afsyah
Barbore si Cabe Rawit: Vindy Putri
Surga buat Habibie: Endang Setyani
You're in my Heart: Monica Petra



 



Dan di sini, di blog "Dunia Kecil Indi", sebuah 'dunia' kecil yang kuciptakan sendiri selalu membuatku merasa nyaman setiap kali membukanya. Membaca komentar-komentar positif, bertukar pengalaman, bertukar solusi atau bahkan bertukar hadiah seperti pada sahabat yang sudah sering bertemu. Malah ada juga yang mengirimiku hadiah meskipun hanya mengenalku dari blog ini. Sungguh persahabatan yang indah :) Sering aku ditanya Ibu dari mana aku bisa mendapat paket-paket hadiah yang sering berdatangan ke rumah. Aku pun akan menjawab bahwa paket-paket itu datang dari para sahabat blogger. Dan Ibu, yang sudah nggak muda lagi pun jadi nggak menutup mata tentang internet. Beliau mulai mencobanya dan medapatkan manfaat yang positif. Memang nggak pernah ada kata terlambat untuk mengenal internet :)

Jadi begitulah mengapa aku sangat berterima kasih pada internet. Nggak semua orang punya fisik kuat untuk beraktivitas di luar dan internet telah mempermudahku, dan juga banyak lainnya asalkan dipergunakan secara positif. Banyak hal yang aku dapatkan, yang mungkin akan ada yang terlewat jika aku coba sebutkan satu persatu. Bisa punya Toko Kecil Indi sendiri (yup, hampir semua baju yang  kupakai di sini adalah hasil desainku sendiri), bisa didatangi Indra Herlambang ke rumah (beserta antek-anteknya), bisa dapat banyak novel terbaru, bisa diwawancari sama banyak majalah, bisa masuk TV... dan bisa-bisa yang lain, yang aku nggak bisa ingat satu per satu :) 

Aku yakin di antara kalian pun pasti ada yang mempunyai pengalaman serupa atau seenggaknya mirip denganku. So, don't be hesitate, please share it, karena dengan berbagi cerita akan membuat pribadi kita bertumbuh, dan siapa tahu dapat inspirasi untuk melakukan hal baru yang positif di dunia maya ini.
Happy surfing, folks! ;)

super sweet sugar,
Indi


_______________________________________
Contact Me? HERE. Sponsorship? HERE.

Sabtu, 27 November 2010

Man's Best Friend...






Hari ini aku berencana buat diem di rumah. Mandi larut dan di tempat tidur seharian. Tapi baru aja jam 11 pagi, waktu aku lagi menikmati tempat tidur, tau-tau aja nyokap minta aku bangun dan pergi ke rumah Uak. Yah, setelah nego sana-sini, akhirnya pergi juga aku ke sana meski tanpa mandi dan gosok gigi (cuma ganti baju doang, hihihi).

Begitu sampai di rumah Uak ternyata aku berubah semangat. Pasalnya Uak minta bantuan untuk mengurusi anjing dan mengantar dia ke pet shop. Ya, maklum aja, soalnya Uak baru beberapa hari adopsi anjing. Katanya dia udah lupa "caranya" karena terakhir kali punya anjing ya waktu remaja dulu, namanya Cupy yang mati karena tua.
Setiap kali ada yang minta bantuan sama aku, kalau itu menyangkut anjing, pasti aku "iya-kan". Malah aku sering dianggap geek tentang anjing karena hampir hapal isi 1 ensikopedia tentang anjing, hehehe.
Jadilah hari ini aku melatih Doggy (nama anjing Uak) untuk shake hand (dan hal-hal basic lainnya) ditemani Eris anjing golden retriever ku :)



Bersama Eris di seberang rumah Uak.



Oya, sebelumnya harus aku ceritakan juga kalau asal-usul Doggy sebetulnya nggak terlalu jelas. Jadi suatu hari Uak yang lagi butuh anjing penjaga tiba-tiba aja "dihadiahi" bayi anjing oleh pengurus rumahnya. Katanya ini anjing liar yang ditinggalkan induknya. Nggak tau jelas induknya anjing jenis apa dan ada di mana, tapi si pengurus rumah yakin dia pernah lihat bapaknya. Waktu ditanya jenis anjingnya, dia cuma bilang, "Anjingnya besar, coklat". Begitu.
Uak sebenarnya nggak terlalu yakin mau pakai anjing nggak jelas ini sebagai penjaga, tapi berhubung belum menemukan anjing lain yang "tepat", jadi Uak putuskan untuk memelihara Doggy dulu sementara.


Setelah "bermain-main" (baca: berlatih) sedikit dengan Doggy, Uak dan aku langsung pergi ke pet shop. Di sepanjang perjalanan, Uak terus-terusan minta aku telepon atau SMS teman-teman yang berternak anjing penjaga. Ya, Uak mau mengadopsi anjing untuk menggantikan Doggy segera.
Ada beberapa kandidat anjing yang dirasa cocok. Uak berencana mau menemuinya sepulang dari pet shop.

Di pet shop Uak langsung melihat-lihat rantai untuk anjing Doberman. Dengan serius dia berdiskusi dengan penjaga toko tentang rantai yang paling tepat. Aku sendiri cuma mendengar sekilas pembicaraan mereka dan melihat-lihat makanan untuk bayi anjing.
Waktu aku lagi lengah tiba-tiba aja Uak muncul disampingku sambil bawa tali kecil untuk kucing.

"Ini bagus, nggak?" tanya Uak.
"Loh, itu apa?" bingung kan aku...
"Ini untuk si Doggy, kan lehernya masih kecil,"
"Oh...(??)"

Meski bingung aku nggak bertanya apa-apa. Otakku langsung menyimpulkan sendiri kalau Uak pasti mau beri talinya untuk Doggy setelah nggak dirawatnya lagi (Doggy rencananya akan diurus kembali oleh pengurus rumah Uak).

Sesuai rencana kami menuju rumah teman yang menjual macam-macam anjing penjaga. Di perjalanan Uak nggak banyak bicara. Dia cuma bilang kalau Doggy itu lucu, ukuran matanya kecil sebelah. Aku cuma senyum aja menanggapi kata-katanya.
Akhirnya kami sampai dan mobil diparkir agak jauh dari rumah temanku. Nggak ada salah satu dari kami yang keluar dari mobil. Bicarapun nggak. Cuma diam sampai kira-kira 15 menit...

"Sudah, lah kita pulang aja. Tolong jangan beritahu Uak kalau ada yang jual anjing, ya. Soalnya Uak mau pelihara Doggy. Selamanya!"

Dan aku pun tersenyum. Kalimat "Man's best friend" terbukti benar. Seekor anjing, jenis apapun itu, ras murni, campuran atau yang biasa disebut anjing kampung seperti Doggy selalu bisa menjadi sahabat manusia. Karena anjing nggak mengenal jenis, mereka semua sama: percaya dan akan menjaga tuannya selamanya.
Dalam hati aku langsung berjanji akan melatih Doggy dan membawanya ke dokter hewan untuk vaksin pertamanya. 

Selamat datang di keluarga kami, Doggy!



Doggy!





nb: Nama "Doggy" diambil dari kata "Dog". Karena Doggy sebelumnya memang nggak mempunyai nama, jadi hanya dipanggil seperti dirinya sendiri. Yaitu... anjing ;)