Tampilkan postingan dengan label Trizara resort. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Trizara resort. Tampilkan semua postingan

Kamis, 13 Desember 2018

Glamorous Camping? Indi Happy atau Nelangsa? :p

Kayanya bukan lagi rahasia bagi orang-orang dekatku, kalau aku itu lebih suka aktivitas indoor daripada outdoor! :p Eh, bukan berarti aku nggak suka alam atau nature, lho. Aku suka, ---bahkan paling hobi lihat pemandangan. Tapi kalau boleh memilih aku pasti akan prefer menghabiskan waktu di dalam ruangan setelah berjalan-jalan di alam. Bisa menginap di hotel, villa, atau di rumah teman. Pokoknya asalkan nggak tidur di luar aku nggak masalah. Well, IDK, menurutku tidur di bawah bintang hanya terdengar indah di film atau di novel saja. Aku terlalu "takut" dengan udara dingin dan gigitan nyamuk. Jadi jalan-jalannya cukup siang sampai sore saja deh, sisanya di kamar, hehehe. Nah, beruntungnya aku punya suami yang (hampir) sepemikiran. Dia juga suka alam, tapi kalau istirahat pilihnya ya di ruangan meski dia suka kegiatan outdoor macam mengendarai dirt bike, main skateboard dan lain sebagainya (---aku mah nggak, lol).

Makanya waktu Om Reza, adiknya ibuku menawari kami untuk menginap, aku nggak pakai ragu bilang kalau kami pengen tempat yang damai (jauh dari hiruk pikuk kota, bosan aku sebagai orang Kota Bandung, hehehe) dan nyaman. Mau di gunung pun nggak masalah, tapi kalau bisa ---ehm, menginapnya di hotel. Biar sehabis lelah jalan-jalan aku bisa nonton film, berendam air panas atau malah dipijitin. Itulah kenapa aku selalu menolak kalau jalan-jalannya bareng orang lain alias grup, karena aku pasti (dianggap) ngerepotin minta ini-itu. Tapi ya mau gimana lagi aku itu orangnya seimbang, suka alam tapi juga suka moderenisasi :p *ngeles*
Om bilang dia minta tolong temannya, orang travel buat cari hotel yang lokasinya di alam buat kami. Setelah dapat aku langsung dapat kiriman video lewat whatsapp yang isinya kondisi tempat menginap dan pemandangan sekitarnya. Waktu menonton aku dan Shane langsung curiga, kok nggak seperti hotel. Tapi pemandangannya sih bagus, menghadap danau dan sunyiiiii banget. Ternyata benar saja, setelah googling tempat yang dicarikan temannya Om itu ternyata villa. Tadinya aku mau nawar, minta menginap di hotel saja. Tapi setelah dipikir berkali-kali plus diskusi mondar-mandir sama ortu dan suami, akhirnya aku deal. Di video pemandangannya bagus, nggak apalah tanpa room service yang penting sepadan dengan apa yang kami lihat nanti :)

Lokasinya di Pangalengan-Jawa Barat. Aku nggak akan bilang di mana tepatnya (kalian akan tahu alasannya nanti), tapi yang pasti cukup populer dan reviewnya banyak di Google. Karena sudah tahu bakal menginap di villa, aku dan Shane bawa perlengkapan lengkap. Dari mulai makanan (instan dan sayuran, dasar vegan! Lol), selimut, losion anti nyamuk, gitar dan ukulele untuk anti bosan, sampai obat-obatan. Perjalanan cukup jauh dari rumah kami di Bandung Kota. Berkelok-keloknya bikin pusing tapi pemandangannya memanjakan mata, hijau di mana-mana! Shane sampai sering ambil video dari dalam mobil karena kagum. Mood kami juga bagus, bawaannya cekikikan terus, mungkin karena excited :) Sayangnya ketika tiba tempatnya ternyata nggak seindah yang video... Begitu turun kami langsung mencium bau amis dan banyaaaak sekali lalat. Aku nggak lebay, ini lalat banyaknya sampai masuk ke dalam villa dan nempel-nempel di jendela DALAM kamar! Speechless, waktu barang-barang diturunkan dari mobil aku nggak rela. Tapi mau gimana lagi, kami sudah deal dan akhirnya ditinggal berdua saja di sana. Then the nightmare begin... Waktu kami mulai beres-beres aku mulai notice kalau dapurnya kotor banget. Di peralatan makannya masih ada kecap ---or whatever lah nempel-nempel. Aku dan Shane langsung berinisiatif cuci semuanya dan begitu rak diangkat... ADA KECOA, SAUDARA-SAUDARA! Aku coba nggak panik dan minta Shane lap meja, dll dengan tisu basah antiseptik milikku (lap yang di sana sudah compang-camping dan bau, hiks), sementara aku hidupkan anti nyamuk elektrik yang rupanya nggak mempan untuk mengusir lalat. 


Seperti ini kira-kira gambar dan video yang dikirimkan orang travel (foto dari Google). Jauh banget sama kenyataannya yang kotor. Bahkan danaunya pun sedang surut :(


Waktu dicek, kamar mandi rupanya nggak ada air. Pusing tujuh kelilinglah kami, sudah datang jauh-jauh maunya istirahat malah "harus" beres-beres. Kami sampai nggak berani menginjakan kaki di kamar karena selain jendela, tempat tidur juga dilalerin. Aku sampai pengen nangis mikir gimana cara lewatin malem kalau kondisinya kaya gini. Shane lalu ajak aku melihat-lihat keluar villa sambil mencari orang yang bisa dimintai tolong. Bad idea! Lalat semakin banyak, bahkan beberapa langkah saja dari villa kami aku baru ngeh kalau ada seonggok (maaf) pup. Ya Tuhaaaan, fix aku mau minta pulang saja *cry emoji* 
Tapi ternyata nggak semudah itu. Handphoneku nggak ada sinyalnya dan wifi juga mati. Petugas villa entah di mana dan hari juga sudah mulai gelap. Sumpah dah aku lebih baik diserang zombie daripada diserang lalat, hahaha. Kami pun jalan ke luar wilayah villa dengan harapan dapat sinyal. Lumayan jauh, tapi akhirnya dapat. Saking leganya aku sampai nggak mau balik lagi ke villa, biar deh aku berdiri di sana dilalerin asal bisa telepon. Dan akhirnya, setelah 2 jam kami dijemput!

Di mobil kami sudah siap-siap terlelap, ---lelah fisik dan batin :p Tapi malah ditawari untuk menginap di tempat lain. Langsung saja kami tolak, waktu semakin larut dan yang aku pengen waktu itu cuma mandi terus salin pakai piyama :( Om ku yang lagi OTW ke luar kota whatsapp bilang supaya minta dicarikan hotel. Dia bersikeras agar aku dan Shane tetap jadi menginap di tempat yang nyaman. Bimbang deh aku, hati sebenarnya pengen pulang tapi nggak enak kalau menolak permintaan Om yang notabene cuma ingin menyenangkanku. Karena semua kekacauan ini bukan salahnya, murni dari pihak travel DAN villanya. Akhirnya setelah diskusi sedikit dengan Shane yang mulai tampak seperti zombie, kami setuju untuk menginap di tempat lain dengan syarat harus BERSIH dan aku bisa mandi. Orang travelnya setuju, dan dia merekomendasikan resort yang katanya nyaman dan pasti aku suka. Waktu dia tunjukan fotonya aku dan Shane lihat-lihatan. Not again... Lagi-lagi bukan hotel. Bahkan tempatnya semi outdoor karena konsepnya glamping, alias camping yang "glamour". Di kepalaku langsung keluar naskah panjang kesewotanku tentang kenapa ini travel nggak mau kasih kami hotel saja. Terserah deh mau hotel bintang satu juga asalkan kami bisa tidur di dalam kamar. Tapi di kenyataan aku cuma ngangguk saja. ---Akika lelah, bo :(


Tentang Glamping

Malam, lupa jam berapa, akhirnya kami tiba di lokasi resort glamping di Lembang, namanya Trizara. Kata orang travelnya begini, "Lihat saja dulu, kalau nggak suka boleh pulang." Aku nggak becanda, aku masuk ke lobby pakai sarung di kepala, sudah kaya ninja saja. Kesanku dan Shane waktu menginjakan kaki di sana; looks nice (waaaaay nicer daripada tempat sebelumnya), mirip lobby hotel "normal" dan kekinian. Aku sih cuma bisa membatin saja kenapa kami nggak dibawa ke sini dari awal. Memang belum lihat bagaimana suasana area glampingnya sih, tapi at least dari lobbynya saja sudah terlihat bersih. Herannya waktu aku setuju buat menginap di sini, pihak resort butuh waktu cukup lama untuk mengantarkan kami ke "kamar" (---pakai tanda kutip karena bukan kamar konvensional ya, hehehe). Lobbynya semi outdoor dan Lembang sedang hujan, jadi terbayang dong gimana dinginnya kami. Untung saja di sini sepi banget, jadi nggak banyak orang yang lihat aku jadi ninja. Well, sebenernya sih bodo amat, yang penting anti masuk angin :p

Pemandangan malam hari, waktu kami tiba.


Akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba. Kami diantarkan ke "kamar" yang (kupikir) berupa tenda camping. Tapi ternyata itu hanya dari luarnya saja. Begitu petugas membuka resleting tenda terlihatlah isinya yang terlihat seperti kamar pada umumnya. Tempat tidur luas, kotak penyimpanan, kamar mandi lengkap dengan air panasnya, juga termos elektrik untuk memanaskan air! Waktu aku perhatikan ternyata rangkanya permanen dan lantainya juga terbuat dari semen, bukan tanah. Langsunglah aku membuang napas lega *fiuh* Dibandingkan tempat yang sebelumnya, yang ngakunya villa ternyata malah lebih hommy di sini (lebih dekat dengan rumahku juga. Asyem, buang-buang waktu saja di jalan). Petugasnya nanya apa aku dan Shane mau pindah lokasi atau tetap di kamar yang ditawarkan saja. Kami langsung sepakat kalau nggak mau lihat-lihat lagi meskipun kiri-kanan-bawah kamar kami kosong. Setelah itu kami diberi kunci dan gemboknya, juga diingatkan kalau sampai jam 10 malam ada bonfire yang bisa dinikmati bersama pengunjung resort lainnya.

Meski ngarepnya ada bathup buat berendam, tapi adanya shower dengan air panas juga good enough. Sementara Shane beres-beres barang bawaan kami, aku mandi lalu berganti dengan piyama. Padahal paginya aku sudah mandi, tapi mungkin karena di mobil berjam-jam plus dilalerin rasanya badanku kotor banget, ---banget! Eh, aku surprise lho dengan kamar mandinya, selain air panasnya stabil, perlengkapannya juga lengkap. Ada shower cap segala yang biasanya cuma aku temui di hotel yang "bagus". Kesannya memang sepele, tapi dengan mandi rupanya bisa mereset moodku, hehehe :p Kami sempat kepikiran mau ikutan bonfire, tapi setelah dipikir-pikir rasanya lebih nyaman di kamar saja. Tawaran genjrang-genjreng gitar sambil membakar marshmallow pun nggak terlalu menggiurkan bagi kami. Alasannya karena kami vegan (masa mau bakar kapas? Lol), juga karena kami membawa gitar dan ukulele sendiri dari rumah. Di dalam kamar kami merasa lebih bebas bermain musik sekeras apapun karena kebetulan kami satu-satunya yang mengisi kamar di jajaran atas. Kalau di depan orang lain kan gawat, kami suka nggak kira-kira kalau nyanyi :p


Tenda alias kamar kami tampak depan. Kiri-kanan sama bawah nggak berpenghuni, hehehe.


Kamar mandinya tanpa bathup, tapi air panasnya stabil, bikin betah. Dari sabun sampai losion juga sudah tersedia.


Itu selimut Shane yang bawa sendiri dari rumah, soalnya kami suka agak "gimanaaa" gitu pakai selimut orang lain :'D Oh, btw itu si Onci, boneka kelinciku juga ikut.


Nggak ada TV di kamar kami karena katanya sih konsepnya less gadget. Wifi tetap ada yang fungsinya untuk memanggil butler kalau lapar tengah malam. Tapi bukan Indi namanya kalau nggak segala dibawa, hahaha. Dengan menggunakan wifi aku dan Shane menonton film horror di laptop! Untung saja wifinya cukup kencang, jadi hanya 2 kali buffer dan sisanya aman. Sengaja pilih horror (Creep 2, karena sudah nonton yang pertama) karena itulah satu-satunya genre film yang kami nggak pernah bosan. Herannya setelah filmnya habis kami nggak ngantuk sama sekali, padahal sebelumnya kami terkantuk-kantuk di mobil. Pilihan aktivitas di tengah malam juga nggak banyak (ya kali, lol), kalau nggak makan ya lagi-lagi main musik. Oh iya, kami masak mie instan dan bubur kacang pakai air dari termos elektrik, lho. Karena tadinya sudah berencana buat masak-masak di villa jadi kami bawa sekantung besar makanan. Kan sayang kalau dibuang. Cukup menantang juga, tapi hasilnya enak. Apalagi aku juga sudah iris-iris sayur dari rumah, jadi kami nggak kekurangan gizi. Istri idaman banget kan aku :D *wek!*

Semenjak menikah kalau aku insomnia Shane juga ketularan. Padahal dulu dia sih cuek saja kalau aku melek, ---atau sebaliknya. Jadilah kami zombie berdua. By the way, mungkin sih ini karena suasana di sini kurang cocok dengan "style" kami beristirahat. Tendanya sih nyaman dan cukup bersih (debu-debu di sudut atap mah wajar lah, rumahku juga gitu, hehe), tapi polusi suaranya kencang bangeeet. Aku pikir karena kami di gunung jadi bakal sunyi gitu, tapi ternyata suara jalan raya terdengar banget. Apalagi suara motor yang ngebut-ngebut ngepot, bikin elus dada :'( Belum lagi karena di kamar nggak ada AC atau heater (hanya kipas di langit-langit) bikin malam yang dingin semakin terasa. Tenda pun jadi sedikit berkibar-kibar dan bikin kami rebutan selimut. Akhirnya aku dan Shane memutuskan untuk berjalan-jalan di luar saja. Biarlah kalau badan kami jadi berpeluh lagi setelah mandi, lebih baik daripada menahan dingin. Lagipula kami memang berjiwa horror, sudah lama memimpikan untuk bisa jalan-jalan tengah malam tapi di daerah kami terlalu ramai, hehehe. Ternyata seru juga, kami jadi bisa melihat suasana di sekitar resort termasuk tempat bonfire yang kami lewatkan. Tapi yang paling seru sih waktu kami sembunyi-sembunyi dari penjaga malam. Setiap cahaya senternya diarahkan ke dekat kami, kami langsung jongkok. Nggak apalah mengkhayal jadi buronan daripada bosan :p

Setelah jadi "buronan" pun kami tetap belum mengantuk. Sekitar jam 3 pagi (pokoknya menjelang subuh gitu) kami masuk kembali ke kamar dengan sepatu yang penuh lumpur karena hujan gerimis. Rasanya antara perasaan dan badanku nggak singkron. Badan sudah lelah selelah-lelahnya, tapi setiap dengar suara bising dari jalan raya aku otomatis melek dan siap siaga. Syukurlah aku masih diberi tidur sama Tuhan, menjelang pagi aku akhirnya tidur sebentar (dan katanya Shane menyusul terlelap nggak lama setelah aku) dan bangun sekitar jam 8. Aku agak-agak pusing gimana gitu, sebelum tidur Shane bungkus badanku pakai selimut ala-ala kepompong supaya aku merasa aman. Iya sih ampuh, tapi kan nggak bisa gerak, hahaha. Lagi-lagi bersyukur karena kami sudah siap obat-obatan, jadi begitu waktunya sarapan aku sudah segar kembali. Sarapannya di cafe dekat lobby yang cukup okay, tapi sayang banyak lalat. Jangan-jangan lalat dari villa sebelumnya ngikut, nih, lol. Tapi rasa makanannya cukup mengobati. Kami pesan nasi goreng (iya, sarapannya perpaket gitu, nggak all you can eat, huhu), buah-buahan, kopi dan jus mangga. Nilai plusnya mereka memasak ketika ada yang memesan, alias fresh. Terbukti karena waktu kami request nasi goreng vegan mereka menyanggupi padahal nggak ada di menu :)


Pemandangan ketika kami bangun. Indah ya, meski agak gelap karena musim hujan :)

Bangun tidur ku terus nongkrong, tidak lupa minta difoto :p

Waktu nggak bisa tidur kami jalan-jalan sampai ke bawah, lho (lihat di belakangku).


Karena masih pagi kami jadi bisa lihat pemandangan resort dengan lebih jelas. Dan ternyata indaaaaaah sekali. Sampai hampir lupa kalau semalam bisingnya sudah kaya nonton balap liar :') Karena lagi musim hujan langit jadi nggak terlalu cerah, tapi tetap saja rasanya sayang kalau nggak diabadikan. Shane langsung punya inisiatif untuk merekamku bernyanyi dan bermain ukulele sambil memperlihatkan suasana resort. Kocak juga sih, karena lagu yang  kumainkan "Twoday" belum pernah direkam. Jadi aku cuma sok-sok lipsync gitu. Terbukti waktu videonya dicocokan dengan lagunya ternyata nggak match. Untung saja kemampuan mengedit Shane lumayan. Baru kali ini videonya duluan yang direkam baru lagu, hahaha :D Aku nggak tahu dengan hari-hari lain, tapi waktu aku dan Shane stay kayanya nggak banyak yang menginap. Waktu sarapan kami hanya bertemu dengan 2 tamu lainnya. Juga waktu merekam video kami cuma bertemu dengan beberapa petugas yang berjaga. Bagus juga sih, jadi berasa shooting video clip beneran :D *boom cess!*


Ini ayunan buat anak-anak sebenarnya. Tapi aku bebas pakai sepagian, soalnya sepi, hehehe.

Nggak ada yang ambil foto kami, ya sudah selfie :p

Nah, ini malah aneh. Aku lagi selfie eh Shane ambil fotoku, hahaha.

Ada musik = bikin lebih happy :))


Jadi apakah pengalaman glamping kami menyenangkan? Shorta! Karena sebenarnya bisa lebih baik kalau saja suasana nggak bising dan di kamar ada heather. Please jangan ada yang nanya kenapa suamiku orang Amerika yang biasa kena salju masih juga kedinginan padahal cuma hujan. Ya atuh, kan mereka juga pakai heater, saudara-saudara :') Kami sih menikmati sekali pemandangannya, juga fasilitas kamarnya. Tapi kalau bisa memilih ya lebih pilih hotel yang dekat dengan alam saja. Atau seenggaknya motel, yang penting kamar berdinding sungguhan. Apa aku merekomendasikan para pembaca yang budiman untuk mencoba glamping? IYA! Saranku carilah tempat yang jauuuuuuh sejauh-jauhnya dari jalan raya supaya terasa menyatu dengan alam, bukan dengan knalpot :( Menurutku glamping ini cocok banget buat yang rindu camping tapi keadaan kurang memungkinkan. Misalnya terkendala kesehatan (nggak bisa melewati jalan terjal berliku) atau sudah berkeluarga dan ada balita (eh tapi banyak juga sih balita yang naik gunung, pokoknya you know what I mean lah ya). Mudah-mudahan sih tulisan aku ini bisa memberi ide untuk ke mana kalian mengisi liburan akhir tahun nanti. Dan juga untuk yang penasaran semoga pengalamanku memberi gambaran. Terakhir, jangan lupa kalau setiap orang punya kesukaan yang berbeda. Kalau kami nggak betah karena dingin, siapa tahu kalian malah suka. So give it a try! :)


"TWODAY". Lagu baruku dan Shane yang videonya dishoot waktu kami glamping :)


yang kemana-mana bawa sayur dan ukulele,

Indi

-----------------------------------------------------------------------
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact: namaku_indikecil@yahoo.com