Tampilkan postingan dengan label ODHA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ODHA. Tampilkan semua postingan

Rabu, 17 Desember 2014

Ketika Hal Kecil Menjadi Besar: Nonton Bareng Mika bareng Indi dan D-1OO Community :)

Outfit hari ini tanpa sepatu. Soalnya gak boleh pakai alas kaki di rumput sintetis, hihi.

Ide ini berawal dari obrolan random di grup BBM bersama teman-teman D-100 Community. Kami ingin berkumpul secara langsung alias berkopi darat sekaligus memperingati Hari AIDS Sedunia. Setelah keluar beberapa ide, akhirnya dipilihlah untuk nonton bareng alias nobar. Tema film yang dipilih tentu saja isu HIV/AIDS, tapi untuk judul film kami punya beberapa pilihan. Ada yang menyarankan Normal Heart, dan gue menyarankan The Cure. Kami terus berunding lewat chatting tentang film mana yang dipilih. Lalu, hey! Kami teringat sesuatu; Film gue sendiri kan bertema HIV/AIDS. Jadi kenapa nggak nonton bareng film Mika saja?! :)

Perkenalan gue dengan D-100 Community ini bisa dibilang tanpa sengaja. Gue mengenal mereka waktu diundang ke acara Piknik bareng ODHA Berhak Sehat di Cibeunying Park beberapa waktu lalu. Salah satu dari mereka lalu mengundang gue untuk bergabung di grup BBM komunitas ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) dari RS. Borromeus ini. Semenjak itulah gue selalu keep in touch dengan mereka dan segera berteman dekat dengan beberapa dari mereka di luar grup (hihihi, teman bergosip tepatnya). Event nonton bareng yang kami rencanakan bersama-sama ini merupakan event pertama D-100 Community, makanya tujuannya pun nggak muluk-muluk. Kami hanya ingin saling mempererat hubungan antar anggota agar menjadi komunitas yang lebih solid.

Berhubung di Bandung banyak sekali taman bertema tematik (yes, kami warga Bandung beruntung sekali), jadi kami memilih Taman Film sebagai tempat kami berkumpul nanti. Setelah bertanya-tanya tentang prosedurnya, akhirnya gue dengan ditemani Hendra (dari D-100 Community) menyerahkan surat permohonan ke Dinas Pertamanan dan Pemakaman. Hanya dalam waktu 2 hari semua urusannya beres dan kami tinggal datang ke Taman Film di hari H. Gue sangat bersyukur karena kemudahan yang kami dapatkan. Ini berkat bantuan dari Feby, suami Ayu yang mengundang gue ke event ODHA Berhak Sehat beberapa waktu lalu. Punya banyak teman ternyata memang membawa banyak berkah, ya :)

Tanggal 7 Desember 2014 kami pun berkumpul di Taman Film. Ini adalah pengalaman pertama gue menonton film di ruang terbuka, tepatnya di bawah jalan layang alias flyover. Sebelum filmnya diputar saja gue sudah amaze dengan layarnya yang super besar. Diameternya 4x8 meter! Seperti bioskop tapi outdoor, keren :) Hati gue sangat senang karena sebagian besar teman-teman D-100 Community bisa hadir. Bahkan hampir semuanya membawa makanan untuk dimakan bersama. Ada pizza, pisang goreng, soda, keripik... Wah, benar-benar seperti pesta dadakan, hihihi. Meskipun gue baru bertemu dengan sebagian dari mereka untuk kali pertama, tapi kami langsung akrab :D

Piknik! Makanannya banyaaaak xD

Surprise, Angie teman gue ketika di Preschool datang untuk ikutan nobar! :)

Pada pukul 4 sore film dimulai. Spontan kami bertepuk tangan, hihihi. Tapi lalu dalam beberapa detik gue menyadari ada masalah di audionya. Suaranya sama sekali nggak terdengar! Awalnya gue biarkan saja, tapi setelah film berjalan beberapa menit akhirnya gue dan beberapa teman D-100 Community berinisiatif untuk mencari operatornya. Dengan berbekal sandal jepit pinjaman gue menuju ke lapangan parkir, sementara yang lain mencari di ujung lain taman. Anehnya nggak ada seorangpun yang melihat kemana operatornya pergi. Setelah hampir putus asa (lol) salah satu dari kami menemukan bahwa ternyata sedari tadi operatornya berada di balik layar! Hahaha... Kok bisa ya dia nggak melihat kami mondar-mandir kebingungan? Tapi yang penting akhirnya audio diperbaiki dan film pun diulang dari awal karena (tanpa terasa) rupanya kami sudah mencari operatornya selama 30 menit.

Film sempat nggak ada suaranya :(

Bertepatan dengan dimulainya film (lagi), Ray datang dan langsung bergabung dengan kami. Suasana akrab pun semakin terasa, candaaan teman-teman tentang film Mika segera terdengar. Terutama saat tokoh Mika dan Indi muncul di dalam 1 scene. Tentu saja karena di kehidupan nyata Indi yang diperankan oleh Velove Vexia adalah gue, dan Mika yang diperankan oleh Vino Bastian adalah pacar gue semasa SMA. Jadi melihat apa yang diputar di film seperti nostalgia gue yang bisa ditonton beramai-ramai dan layak untuk mendapatkan “ciee.. cieee”, hihihi. Untuk yang belum pernah menonton mungkin bingung, kenapa film yang berkisah tentang cinta monyet ini bisa diputar di Hari AIDS Sedunia. Well, kebetulan Mika adalah ODHA. Selain menceritakan tentang kisah cinta kami berdua, film ini juga meyorot kehidupan Mika, segala tantangan yang ia hadapi dan juga bagaimana imbasnya pada gue.


Film diulang kembali. Dan adegan ini sangat 'ciee... ciee-able', hahaha :)

Waktu proses pembuatan film Mika yang diinspirasi oleh novel “Waktu Aku sama Mika” ini, gue memang sempat dilema. Memberanikan diri untuk menceritakan kisah gue dan Mika pada banyak orang bukanlah hal yang mudah. Isu HIV/AIDS masih terlalu sensitif, apalagi Mika memang (pernah) ada dan keluarganya juga masih ada. Tapi waktu itu produser dan tim yang membuat film Mika meyakinkan gue bahwa tujuan dari film ini baik. Dengan menjadikan kisah kami film layar lebar maka akan semakin banyak orang yang tahu seperti apa HIV/AIDS yang sesungguhnya. Dan karena gue mengidap scoliosis (kelainan tulang belakang yang miring ke arah samping), penonton juga akan semakin aware dengan kesehatan tulang belakang. Dengan kata lain, film ini diharapkan menjadi campaign dalam bentuk yang bisa diterima dengan mudah oleh masyarakat luas.

Di tengah-tengah film Ray berbisik pada gue. Katanya di belakang banyak sekali yang ikut menonton film Mika. Waktu gue menoleh, ternyata benar saja di belakang sudah banyak sekali yang duduk-duduk bergerombol. Usia mereka pun beragam; ada ibu-ibu, bapak-bapak, remaja, bahkan anak-anak yang datang bersama orang tua mereka. Film belum sampai ke adegan yang mengharukan, tapi air mata gue sudah mau keluar, hihihi. Luar biasa sekali, jumlah kami yang hanya berdua belas (termasuk Ray) tiba-tiba bertambah menjadi berkali-kali lipat. Mengharukan :’)

Tempatnya luaaaas. Dan ini pemandangan yang gue lihat waktu nengok ke belakang :)

Di samping taman juga banyak yang berkumpul :)

Dan lama-lama jadi segerombol! Wah, terharu :')

Tepuk tangan terdengar ketika film selesai diputar. Gue senang sekali acara nonton bareng ini berjalan dengan lancar. Siapa yang menyangka, rencana kecil yang kami buat ini tiba-tiba menjadi besar. Tujuan awalnya kami hanya ingin mempererat hubungan antara anggota D-100 Community. Gue dan Hendra bahkan sempat khawatir jika hanya ada sedikit anggota yang datang. Tapi ternyata sebagian besar dari kami hadir, dan lihat ada berapa banyak orang yang ikut bergabung dengan kami sekarang? :) Bukan hanya kami yang menikmati film Mika, tapi juga puluhan bahkan ratusan masyarakat Bandung lainnya.

Gue benar-benar nggak bisa berhenti bersyukur... Gue dihampiri oleh seorang ibu dan kedua anak perempuannya. Beliau berkata bahwa salah satu putrinya (namanya Anissya) juga scoliosis sama seperti gue. Dan melihat gue memakai brace di film (penyangga tulang belakang) membuat Anissya juga semakin semangat untuk membaik. Ketika tiba di rumah gue juga masih mendapatkan kejutan. Ada beberapa pesan yang masuk ke halaman Facebook gue dari orang-orang yang tanpa sengaja ikut menonton film Mika di Taman Film (iya, tanpa sengaja). Mereka berkata bahwa filmnya membuat pandangan mereka tentang ODHA menjadi berubah. Bahkan salah satu dari mereka berkata bahwa ia menyesal sebelumnya selalu berprasangka buruk, padahal seseorang nggak bisa dinilai dari luarnya saja atau apa yang ia idap.

With D-100 Community family. Senang! :)

Ginan dari Rumah Cemara juga mampir, soalnya acara nobar ini bersamaan dengan event futsal RC di taman sebelah :)

Kalau seumuran kita sudah jadi BFF kayanya, lol.

Rasanya boleh jika gue bilang event pertama D-100 Community ini berjalan sukses. Tujuan utama untuk berkumpul sudah jelas tercapai. Dan sebagai bonusnya kami (tanpa sengaja) mengajak masyarakat untuk lebih mengenal apa itu HIVAIDS dan scoliosis. Sungguh hadiah yang manis untuk Word AIDS Day dan juga International Day of People with Disability yang jatuh pada tanggal 3 Desember :) Akhir kata gue hanya berharap agar suatu hari nanti nggak ada lagi diskriminasi dan prasangka pada orang-orang yang seperti Mika. Dan jika hal yang terjadi pada Mika juga terjadi pada orang lain, semoga jangan ada kata menyerah seperti teman-teman D-100 Community ini. Gue percaya setiap orang sudah diciptakan Tuhan dengan fungsinya masing-masing. Keep strong! :)


Satu hari setelah nobar gue menerima ini :)

Dari instagram Ayu. Setuju! Tamannya nyaman! :)


Note:
*Terima kasih banyak kepada Vino Bastian (dan fans club), Marsha Timothy, Kak Theo, ODHA Berhak Sehat, Rumah Cemara, Indi Sugar Official Store dan semua pihak yang membantu sounding dan mendukung terlaksananya acara ini.
* Masih ada saja pembaca yang bertemu gue tapi nggak menyapa (tapi mengirimi gue pesan setelahnya), termasuk ketika acara nobar ini. Kira-kira kenapa, ya? Apakah wajah gue galak? Huhuhu :(



sugar kecilnya Mika yang sudah besar,

Indi


  _______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Rabu, 16 Juli 2014

AIDS Time: Yayasan AIDS Indonesia Roadshow to School-SMPN 178 Jakarta :)




Hai bloggies! Nggak seperti biasanya ya gue post di luar weekend, hehehe. Kebetulan hari ini gue sedang izin bekerja karena diundang sebagai bintang tamu di event nya Yayasan AIDS Indonesia, jadi sebelum tidur gue putuskan untuk share cerita singkatnya :)
Mungkin teman-teman sudah ada yang tahu bahwa sejak tahun 2007 (atau 2006, ya? Lupa, lol) gue terdaftar sebagai relawan di Yayasan AIDS Indonesia. Meskipun cukup rutin keep in touch dengan teman-teman di sana, tapi kehadiran gue semakin jarang karena kesibukan belakangan ini dan tentu saja karena jarak Bandung-Jakarta yang lumayan jauh. Jadi waktu mereka mengundang gue sebagai bintang tamu di event AIDS Time tadi siang, gue langsung mengiyakan meskipun sebenarnya gue sedang nggak libur, hehehe.

AIDS Time adalah kegiatan rutin yang diadakan oleh Yayasan AIDS Indonesia (YAI). Tempat dan temanya selalu berbeda, tapi tujuannya tetap sama yaitu mengedukasi masyarakat, terutama anak muda tentang HIV/AIDS. Kebetulan film Mika (inspired by Waktu Aku sama Mika) yang merupakan kisah hidup gue dan alm. Mika dipakai sebagai film yang diputar selama event AIDS Time, tapi baru di hari ini lah gue bisa bergabung :)

AIDS Time hari ini diadakan di SMPN 178 Jakarta. Karena macet dan sempat nyasar, gue yang diantar oleh Bapak baru datang 10 menit sebelum segmen gue dimulai. Sayang sekali, padahal sebelumnya sedang diputar film Mika, lho. Meskipun sudah puluhan kali menonton film itu, tapi rasanya selalu penasaran dengan reaksi orang-orang yang baru pertama kali menontonnya. Syukurlah rasa penasaran gue terobati, dari wajah-wajahnya teman-teman siswa SMPN 178 sepertinya menikmati film Mika. Thank God :)

Di segmen talkshow gue nggak sendirian, ada bintang tamu lain yang bernama Sheryl Sheinafia. Ia adalah seorang penyanyi yang telah mengeluarkan sebuah album yang sangat care dengan isu HIV/AIDS. Gue baru pertama kali bertemu dengannya, tapi langsung suka dengan suaranya :) 
Sebelum sesi tanya jawab gue sempat sedikit bercerita tentang latar belakang kenapa gue menulis novel "Waktu Aku sama Mika" dan kenapa gue peduli dengan isu HIV/AIDS. Waktu gue bercerita ternyata sebagian besar audience kaget karena baru tahu bahwa kisah gue dan Mika adalah nyata. Mungkin mereka terkejut karena gue sempat berpacaran dengan Mika yang ODHA sampai akhirnya ia meninggal. Tapi gue yakinkan mereka bahwa berpacaran dengan Mika bukan berarti gue kehilangan moment-moment seru. Gue tetap menilai Mika secara utuh karena menjadi ODHA bukan berarti berbeda seperti orang lain. He was the most grateful person I ever met. Semuanya mengenai kepribadian, bukan mengenai apa yang Mika idap.

Acara ditutup dengan sesi tanya jawab. Sungguh membanggakan, teman-teman SMPN 178 sudah tahu dengan apa saja yang bisa dan nggak bisa menularkan HIV/AIDS. Meski sempat malu-malu tetapi mereka cukup kritis lho ketika mengajukan pertanyaan. Thumbs up untuk Yayasan AIDS Indonesia yang sudah membuat acara fun tapi kaya manfaat. Mudah-mudahan saja event rutin ini akan tetap berlangsung sehingga lebih banyak lagi anak muda yang peduli dengan isu HIV/AIDS. Karena menurut gue ini bukan hanya tentang bagaimana caranya untuk mencegah diri sendiri supaya nggak terjangkit. Tapi juga bagaimana caranya agar menghilangkan stigma atau judgement pada ODHA. Karena gue percaya obat yang paling ampuh untuk segala hal adalah kasih sayang dan tanpa prasangka buruk :)


sugar kecilnya Mika yang sudah besar,

Indi

Lihat foto lengkap dari kegiatan ini di sini.
_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469