Menulis sesuatu di internet itu layaknya memajang poster di depan rumah. Well, at least menurut gue begitu. Siapapun bisa membaca tulisan kita, bisa memberi komentar, atau malah menggandakan posternya untuk disebar luaskan.
Gue ingat waktu pertama kali mengenal internet. Waktu itu gue masih SMP, dan untuk online harus menyambungkan kabel telepon rumah ke komputer. Namanya sih Telkomnet Instan, tapi caranya nggak seinstan sekarang. Gue harus menunggu beberapa menit untuk tersambung, bahkan terkadang terputus di tengah jalan, hehehe.
Yang pertama gue lakukan di dunia maya adalah bikin akun email dan akun blog. Hehe, agak nggak biasa untuk anak seumuran gue waktu itu, karena media sosial macam My Space dan Friendster sedang populer-populernya. Tapi dulu berhubung untuk online saja waktunya sangat terbatas (dan mahal) jadi hanya gue gunakan untuk keep in touch dengan keluarga gue yang berada di luar negeri dan berbagi tulisan gue di blog. Meskipun gak punya akun, kadang-kadang gue mengintip profile teman-teman gue untuk melihat-lihat isinya. Sama seperti di blog mereka juga memajang foto dan bertukar komentar. Bedanya tulisan yang di share nggak bisa sepanjang di blog.
Kalau ingat saat-saat itu, rasanya kaya sudah berabad-abad lalu (lol), soalnya beda sekali dengan sekarang. Padahal kalau dipikir-pikir jaraknya nggak terlalu lama juga, ya, tapi sudah banyak yang berubah. Kalau dulu status di My Space atau Friendster (dulu namanya shoutbox kalau nggak salah) isinya sekedar menyapa atau memberikan informasi umum, sekarang status layaknya buku harian mini. Isinya (terkadang) panjang dan beragam, dari mulai sharing keseharian, sedang makan apa, dimana, sedang senang, sedang sedih, sampai sedang marah tingkat tinggi pun ada. Sebagai pengguna Facebook dan Twitter, gue cukup rajin membaca timeline meskipun sedang nggak meng-update apa-apa. Dari sana gue bisa mendapatkan banyak informasi yang berguna, misalnya saja dari link-link yang ditautkan oleh teman-teman gue di status mereka. Sering lho gue membaca artikel seru yang sepertinya nggak akan pernah gue temukan kalau teman gue nggak share. Tapi ada juga post yang membuat gue sakit mata dan hati. Yang isinya sepertinya nggak disaring terlebih dahulu, apa yang terpikir langsung diketik dan klik "post"...
Timeline itu seperti halaman rumah, siapa saja yang berada di daftar teman dan follower bisa melihat. Well, we can simply click "block" atau "unfriend" kalau ada sesuatu yang nggak suka kita baca, tapi memutuskan pertemanan karena status yang bikin sepet juga nggak begitu bijak. Sama seperti di kehidupan nyata, di dunia maya pun meskipun teman bisa saja berbeda pendapat. Cuma bedanya di internet kita punya waktu ekstra untuk memutuskan apakah 'opini' kita layak untuk dibagi atau disimpan saja sendiri. 'Waktu' yang gue maksud adalah jeda setelah kita selesai mengetik tulisan dan sebelum kita klik "post". Membaca ulang paling hanya perlu beberapa detik saja, tapi sayangnya masih saja ada yang menyepelekan langkah tersebut.
Kadang gue suka shock sendiri kalau ada yang menulis tentang pendapat atau kritik dengan kata-kata kasar di timeline. Meskipun bukan ditujukan untuk gue, tapi itu sudah cukup membuat gue meringis. Temanya bisa apa saja, dari mulai yang ringan seperti film atau selebriti sampai yang menyinggung SARA. Gue heran, jika ingin menyampaikan sesuatu pada seseorang atau lembaga, kenapa harus ditulis di status? Padahal di zaman sekarang hampir semua punya website atau minimal email official. Sampaikan saja di sana, langsung pada pihak yang terkait, nggak perlu seluruh tetangga tahu. Dan apa sulitnya menggunakan bahasa yang sopan? Gue tahu jika sedang emosi memang segala rasanya panas, maunya meledak-ledak. Itulah kenapa lebih baik tenangkan diri sejenak, baca ulang. Karena kita nggak pernah tahu apa efek dari tulisan kita pada orang yang membaca, kan?
Gue punya idola, ia seorang musisi berbakat yang kebetulan mengidap masalah mental. Jika sedang menikmati video-video musiknya gue selalu menyempatkan untuk membaca kolom komentar. Diantara komentar-komentar positif kadang gue menemukan komentar-komentar yang isinya keterlaluan. Well, jika kritik baik-baik tentu saja itu nggak dihitung, karena setiap manusia tentu nggak ada yang sempurna dan memang 'tugas' penggemar untuk mengingatkan jika ada yang salah dengan idolanya. Tapi komentar yang menghina fisik, melontarkan kata-kata kasar dan menjatuhkan menurut gue itu sangat nggak pantas. Karena selain irrelevant dengan musiknya atau apapun yang sedang ia tampilkan, itu juga nggak sopan.
Mungkin orang-orang yang menulis komentar negatif (maksud gue komentar kasar, ya, bukan dalam artian kritik membangun) pikir jika seseorang yang sudah terkenal nggak akan peduli dengan hal-hal seperti itu atau bahkan nggak punya waktu untuk membaca ratusan bahkan ribuan komentar yang masuk. Tapi siapa yang tahu? Dibalik penampilan tangguhnya dengan rambut yang nampak lebih powerful daripada Samson, idola juga seorang manusia, sama seperti kita. Mungkin saja di waktu luangnya mereka membaca komentar-komentar dari kita. Adakah yang mempunyai kebiasaan sama seperti gue, sebelum tidur jempol scroll up and down di handphone untuk membaca timeline? Well, mungkin idola kita juga membaca tulisan kita. Sekali lagi, siapa tahu.
Gue jadi ingat kejadian beberapa waktu yang lalu. Timeline gue isinya beragam, dari yang inspiratif sampai yang isinya penuh keluh kesah. Salah satu penghuni yang inspiratif adalah Nuno Bettencourt. Yup, that Nuno, yang gitaris dari band Extreme, yang pernah menjadi partner Rihanna dan yang baru-baru ini berkolaborasi dengan Steven Tyler di tur King of Chaos :) Menurut gue ia inspiring karena selain mempunyai sense of humor yang bagus, ia juga sangat humble. Gue suka karena Nuno bertanggung jawab sekali dengan yang ia tulis. Despite bahwa ia seorang rockstar ya, sebagai manusia (sama seperti kita) ia sadar betul bahwa tulisannya bisa dibaca banyak orang. Dan believe it or not, ternyata juga sebaliknya! Di timeline nya Nuno repost sebuah foto dari penggemarnya, lengkap dengan komentar betapa tersanjungnya ia. Padahal penggemarnya itu sama sekali nggak tag Nuno. So, yup, the scroll up and down thingy sebelum tidur bukan hanya kita saja yang melakukannya.
Kenapa gue menjadikan Nuno sebagai contoh? Ya, karena ia seorang selebriti. Jika ia saja masih punya waktu untuk melihat timeline, bagaimana dengan teman kita, keluarga atau bahkan orang asing? Respon Nuno yang merepost penggemarnya jelas sekali sebagai reaksi bahwa simple post bisa membuat perasaannya menjadi lebih baik. His fans just made his day, begitu juga sebaliknya, Nuno telah membuat hati penggemarnya berbunga-bunga karena ia meluangkan waktunya untuk mengklik 'share'. Sekarang coba bayangkan jika yang hal yang sama terjadi pada kita. Pasti menyenangkan, kan? :) Tapi bagaimana jika yang terjadi adalah hal sebaliknya? Gue rasa siapapun nggak akan suka. Mungkin kesannya sepele, hanya tulisan dan sebuah klik. Tapi jika 2 hal kecil itu sangat powerful maka hasilnya ada 2; bisa membuat seseorang bahagia atau... down.
Di dunia maya saat kita mengatur akun media sosial dengan setting 'public' itu artinya curhatan, komentar dan segala macam yang kita post sudah kita aminkan untuk dibaca siapa saja. Keluarga, teman, pasangan, rekan kerja bahkan pihak-pihak yang kita pikir impossible untuk melihat akun kita. Teman-teman sudah tahu tentang novel pertama gue, "Waktu Aku sama Mika"? Sampai sekarang novel itu sudah dicetak belasan kali dan bahkan sudah difilmkan dengan judul "Mika". Jika saja gue nggak menulis status tentang Mika, mungkin novel itu nggak akan pernah ada. Yup, novel best seller gue diawali dari status pendek yang sama sekali nggak disangka akan dibaca oleh siapapun selain teman gue. Tapi ternyata sebuah penerbit membacanya dan langsung menawari gue kontrak. Lalu ketika gue terbang ke Singapore untuk meet and greet ekslusif bersama Aerosmith, siapa yang menyangka bahwa itu karena tulisan di blog ini? Gue menulis tentang Aerosmith yang menginspirasi gue sejak berusia 7 tahun dan sebuah promotor membacanya! Bagaimana cara mereka menemukan blog ini? Sampai sekarang masih jadi misteri. Tapi ini internet, siapa saja bisa membacanya, dan kadang hanya butuh beberapa klik "share" sebelum ditemukan orang yang tepat.
![]() |
Berkat status yang gue tulis jadilah novel "Waktu Aku sama Mika" dan film "Mika" :) |
![]() |
Siapa sangka tulisan gue di blog mengantarkan ke Singapore untuk bertemu secara langsung dengan Aerosmith? :) |
Jadi teman-teman, kira-kira siapa saja yang sudah membaca timeline atau blog post kalian selama ini? Siapa tahu di suatu tempat, seseorang yang sama sekali nggak kalian kenal sedang melihat-lihat poster yang di pajang di depan rumah kalian. Terpengaruh dengan isinya, terinspirasi dan merubah harinya menjadi lebih cerah. Atau mungkin ada seorang sutradara sedang membaca cerita yang kalian tulis di blog dan berniat menjadikannya film layar lebar. Siapa yang tahu? Yang pasti pengaruh apapun yang kita sebarkan, positif atau negatif, semuanya tergantung pada keputusan kita buat sebelum mengklik "post"! :)
the girl who's thanking internet so much,
Indi
_______________________________________________________