Tampilkan postingan dengan label peduli. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label peduli. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 17 Januari 2015

Kejutan dari Keluarga Irwin :)

Jika teman-teman mengikuti tulisan gue di blog ini, mungkin ada yang masih ingat bahwa beberapa lalu gue menulis tentang betapa powerfulnya internet (baca di sini). Waktu kita memposting sesuatu dan memutuskan untuk membuat akun "public" itu artinya kita harus siap jika tulisan kita dibaca oleh siapa saja. Termasuk oleh orang-orang yang sebelumnya sama sekali nggak kita sangka.

Di awal tahun ini gue kembali mendapatkan buah dari kekuatan internet. Tahun lalu ketika keluarga Irwin datang ke Indonesia gue nggak bertemu dengan mereka karena ketinggalan info. Padahal mereka adalah idola gue sejak kecil, terutama alm. Steve Irwin si Crocodile Hunter yang sangat pemberani. Gue sangat menunggu-nunggu kedatangan mereka ke Indonesia, karena gue ingin sekali menyampaikan rasa kagum dan mengucapkan terima kasih atas dedikasi Terri (isti alm. Steve Irwin), Bindi dan Robert (anak-anak alm. Steve Irwin) pada lingkungan hidup, terutama pada dunia fauna. Kedatangan mereka membuat memory masa kecil gue bangkit. Gue masih ingat bagaimana dulu setiap sore selalu duduk di depan TV menunggu-nunggu sapaan khas Steve Irwin yang lantang ---Lalu gue putuskan untuk membagi kisah nostalgia gue di sini.

Keluarga Irwin, waktu Steve masih ada. What a beautiful family :)

Setelah menulis kenangan tentang pahlawan masa kecil, perasaan gue menjadi lega. Meskipun gue belum berkesempatan untuk memberitahu Terri, Bindi dan Robert secara langsung tapi seenggaknya gue bisa berbagi dengan teman-teman pembaca tentang betapa hebatnya idola gue itu :)
Satu bulan kemudian, Ray (yang merangkap sebagai manager gue) mengabari bahwa ia dihubungi oleh seseorang bernama Mas Danar. Katanya ia adalah EO yang mendatangkan keluarga Irwin ke Indonesia. Dan alasan mengapa ia menghubungi gue karena ia membaca tulisan gue di blog dan ingin membantu menyampaikan pesan gue kepada keluarga Irwin LANGSUNG! Ya, ampun gue terkejut sekali :'D

Gue nggak mau bohong, waktu Ray memberi kabar gue langsung menangis haru. Meski Mas Danar hanya akan membantu menyampaikan ---nggak ada jaminan bahwa pesan gue akan dibalas, tapi gue sangat senang karena akhirnya mendapatkan kesempatan untuk mengutarakan perasaan gue setelah selama12 tahun hanya bisa melihat mereka di TV. Di hari yang sama gue langsung menulis surat yang ditujukan kepada Terri, Bindi dan Robert, dan dikirimkan kepada Mas Danar untuk diteruskan kepada mereka. Mas Danar berkata bahwa kalau saja seandainya ia tahu gue sejak lama, pasti waktu itu ia mempertemukan gue langsung dengan para wildlife warrior idola gue itu. Ah... tapi sudahlah, gue sudah sangat bersyukur bisa mendapatkan kesempatan ini :)

Meskipun kadang bertanya-tanya dalam hati tentang nasib surat gue (apakah sampai, apakah dibaca, dan apakah-apakah yang lainnya), tapi gue selalu menahan diri untuk nggak bertanya pada Mas Danar tentang hal ini. Gue sudah sangat beruntung, nggak perlu meminta lebih :) Lalu sesuatu yang sampai hari ini pun masih membuat gue tersenyum lebar terjadi; Terri Irwin me-mention gue di twitter. Ia mengucapkan terima kasih karena gue telah menjadi Wildlife Warrior yang baik, dan berharap semoga suatu hari gue bisa ke Australia Zoo. Waaaaah, ternyata surat gue benar-benar sampai! Bahkan lebih baik dari itu, Terri membalasnya langsung ---ditambah retweet dari Bindi juga. Gue benar-benar nggak menyangka, apalagi link blog ini yang gue sertakan di surat pun benar-benar dibuka. Yep, mereka membaca blog yang followernya masih jauuuh sekali dari akun mereka ini :'D

Gue bahagia, luar biasa bahagia. Sulit rasanya menuliskan bagaimana perasaan gue karena rasanya nggak ada kata-kata yang tepat buat menggambarkannya. Akhirnya pesan gue untuk keluarga Irwin sampai. Meskipun Steve sudah nggak ada, tapi buat gue Terri dan anak-anaknya pun sama hebatnya karena sampai sekarang (dan gue yakin selamanya) mereka meneruskan legacy Steve Irwin. Ah, it couldn't be better, ini bahkan lebih baik dari mimpi. Gue hanya ingin surat gue sampai, tapi malah dapat balasan langsung dari istri mendiang si Crocodile Hunter! :)

Ternyata gue salah. Gue pikir ini nggak bisa lebih baik lagi, tapi ternyata BISA! Satu hari setelah tahun baru, waktu gue baru saja bangun tidur ada sebuah paket yang sudah menunggu gue di depan pintu kamar. Kata Bapak itu untuk gue, tapi beliau nggak tahu itu dari siapa. Rupanya Ibu dan Bapak sudah menunggu-nunggu gue bangun karena penasaran dengan isinya. Apalagi gue, karena yakin sekali belakangan nggak memesan apa-apa dari toko online. Waktu gue baca pengirimnya ternyata Discovery Kids. Langsung saja gue teringat kalau si kecil Robert (well, he's 11, not so little, sih, tapi kan lebih muda dari gue, hehehe) punya acara baru di sana dengan judul Wild But True. Gue langsung deg-degan... Jangan-jangan ini ada hubungannya dengan kelurga Irwin.


Benar saja, isinya ternyata merchandise dari Discovery Kids dan sebuah buku Robert Irwin! Gue mendapat tas ransel berwarna biru, topi khaki (yang langsung ditaksir Ibu), flash disc imut berbentuk robot dan buku Big Book of Dinosaurs. Gue langsung bersorak girang, lebih girang dari saat gue menerima gaji pertama, hehehe. Ini luar biasa, kado tahun baru terbaik yang gue terima :') Apalagi bukunya Robert itu memang sudah lama gue inginkan, tapi belum sempat beli meskipun sudah beberapa kali mengecek ke web Australia Zoo. Senang sekali (ya, ampun sudah ada berapa kata "senang" di tulisan ini? Hehehe) gue mendapatkan buku ini sebagai hadiah. Gue langsung membacanya dan di hari yang sama menyelesaikan 11 halaman pertama. Gue nggak pernah tertarik sama dinosaurus sebelumnya, tapi sekarang gue jadi pengen tahu lebih banyak. Apalagi setelah tahu kalau "Jurassic" itu ternyata cuma salah satu periode. Gue pikir itu kata lain dari dinosaurus, seperti di film, lol :p




Gue bersyukur sekali menyempatkan beberapa menit dari hidup gue untuk menulis perasaan gue di blog. Kalau saja gue hanya menggerutu karena nggak bertemu dengan keluarga Irwin, hal luar biasa ini mungkin nggak akan terjadi. Sekarang rasa kagum gue pada mereka bertambah. Bukan hanya karena pemberani, menjadi real hero yang melakukan sesuatu untuk perubahan yang lebih baik, mereka juga menghargai penggemarnya. Terri, Bindi dan Robert adalah inspirasi untuk gue, luar biasa rasanya mereka menyempatkan untuk 'mendengarkan' apa yang gue rasakan dan memberikan feed back. Gue harap suatu hari bisa menjadi pribadi yang sehebat mereka, yang melakukan aksi nyata dan tetap humble :)

Oh iya, waktu membaca buku "Big Book of Dinosaurs" gue tahu di halaman depannya ada tulisan berwarna hitam. Gue pikir tulisan itu memang tercetak di bukunya. Tapi keesokan harinya gue baru sadar sesuatu. Ada jejak spidol di balik halamannya. Ya, ampun! Itu ternyata tulisan tangan Robert! Tulisan tangan Robert khusus untuk gue!
I'm blessed.... :')



ps: Acara Robert Irwin, Wild But True tayang di Discovery Kids setiap hari selasa. Jika belum sempat mengenal Steve Irwin, kalian harus mengenal Robert. He's as aweseom as his dad!


wildlife warrior,

Indi

_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Rabu, 17 Desember 2014

Ketika Hal Kecil Menjadi Besar: Nonton Bareng Mika bareng Indi dan D-1OO Community :)

Outfit hari ini tanpa sepatu. Soalnya gak boleh pakai alas kaki di rumput sintetis, hihi.

Ide ini berawal dari obrolan random di grup BBM bersama teman-teman D-100 Community. Kami ingin berkumpul secara langsung alias berkopi darat sekaligus memperingati Hari AIDS Sedunia. Setelah keluar beberapa ide, akhirnya dipilihlah untuk nonton bareng alias nobar. Tema film yang dipilih tentu saja isu HIV/AIDS, tapi untuk judul film kami punya beberapa pilihan. Ada yang menyarankan Normal Heart, dan gue menyarankan The Cure. Kami terus berunding lewat chatting tentang film mana yang dipilih. Lalu, hey! Kami teringat sesuatu; Film gue sendiri kan bertema HIV/AIDS. Jadi kenapa nggak nonton bareng film Mika saja?! :)

Perkenalan gue dengan D-100 Community ini bisa dibilang tanpa sengaja. Gue mengenal mereka waktu diundang ke acara Piknik bareng ODHA Berhak Sehat di Cibeunying Park beberapa waktu lalu. Salah satu dari mereka lalu mengundang gue untuk bergabung di grup BBM komunitas ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) dari RS. Borromeus ini. Semenjak itulah gue selalu keep in touch dengan mereka dan segera berteman dekat dengan beberapa dari mereka di luar grup (hihihi, teman bergosip tepatnya). Event nonton bareng yang kami rencanakan bersama-sama ini merupakan event pertama D-100 Community, makanya tujuannya pun nggak muluk-muluk. Kami hanya ingin saling mempererat hubungan antar anggota agar menjadi komunitas yang lebih solid.

Berhubung di Bandung banyak sekali taman bertema tematik (yes, kami warga Bandung beruntung sekali), jadi kami memilih Taman Film sebagai tempat kami berkumpul nanti. Setelah bertanya-tanya tentang prosedurnya, akhirnya gue dengan ditemani Hendra (dari D-100 Community) menyerahkan surat permohonan ke Dinas Pertamanan dan Pemakaman. Hanya dalam waktu 2 hari semua urusannya beres dan kami tinggal datang ke Taman Film di hari H. Gue sangat bersyukur karena kemudahan yang kami dapatkan. Ini berkat bantuan dari Feby, suami Ayu yang mengundang gue ke event ODHA Berhak Sehat beberapa waktu lalu. Punya banyak teman ternyata memang membawa banyak berkah, ya :)

Tanggal 7 Desember 2014 kami pun berkumpul di Taman Film. Ini adalah pengalaman pertama gue menonton film di ruang terbuka, tepatnya di bawah jalan layang alias flyover. Sebelum filmnya diputar saja gue sudah amaze dengan layarnya yang super besar. Diameternya 4x8 meter! Seperti bioskop tapi outdoor, keren :) Hati gue sangat senang karena sebagian besar teman-teman D-100 Community bisa hadir. Bahkan hampir semuanya membawa makanan untuk dimakan bersama. Ada pizza, pisang goreng, soda, keripik... Wah, benar-benar seperti pesta dadakan, hihihi. Meskipun gue baru bertemu dengan sebagian dari mereka untuk kali pertama, tapi kami langsung akrab :D

Piknik! Makanannya banyaaaak xD

Surprise, Angie teman gue ketika di Preschool datang untuk ikutan nobar! :)

Pada pukul 4 sore film dimulai. Spontan kami bertepuk tangan, hihihi. Tapi lalu dalam beberapa detik gue menyadari ada masalah di audionya. Suaranya sama sekali nggak terdengar! Awalnya gue biarkan saja, tapi setelah film berjalan beberapa menit akhirnya gue dan beberapa teman D-100 Community berinisiatif untuk mencari operatornya. Dengan berbekal sandal jepit pinjaman gue menuju ke lapangan parkir, sementara yang lain mencari di ujung lain taman. Anehnya nggak ada seorangpun yang melihat kemana operatornya pergi. Setelah hampir putus asa (lol) salah satu dari kami menemukan bahwa ternyata sedari tadi operatornya berada di balik layar! Hahaha... Kok bisa ya dia nggak melihat kami mondar-mandir kebingungan? Tapi yang penting akhirnya audio diperbaiki dan film pun diulang dari awal karena (tanpa terasa) rupanya kami sudah mencari operatornya selama 30 menit.

Film sempat nggak ada suaranya :(

Bertepatan dengan dimulainya film (lagi), Ray datang dan langsung bergabung dengan kami. Suasana akrab pun semakin terasa, candaaan teman-teman tentang film Mika segera terdengar. Terutama saat tokoh Mika dan Indi muncul di dalam 1 scene. Tentu saja karena di kehidupan nyata Indi yang diperankan oleh Velove Vexia adalah gue, dan Mika yang diperankan oleh Vino Bastian adalah pacar gue semasa SMA. Jadi melihat apa yang diputar di film seperti nostalgia gue yang bisa ditonton beramai-ramai dan layak untuk mendapatkan “ciee.. cieee”, hihihi. Untuk yang belum pernah menonton mungkin bingung, kenapa film yang berkisah tentang cinta monyet ini bisa diputar di Hari AIDS Sedunia. Well, kebetulan Mika adalah ODHA. Selain menceritakan tentang kisah cinta kami berdua, film ini juga meyorot kehidupan Mika, segala tantangan yang ia hadapi dan juga bagaimana imbasnya pada gue.


Film diulang kembali. Dan adegan ini sangat 'ciee... ciee-able', hahaha :)

Waktu proses pembuatan film Mika yang diinspirasi oleh novel “Waktu Aku sama Mika” ini, gue memang sempat dilema. Memberanikan diri untuk menceritakan kisah gue dan Mika pada banyak orang bukanlah hal yang mudah. Isu HIV/AIDS masih terlalu sensitif, apalagi Mika memang (pernah) ada dan keluarganya juga masih ada. Tapi waktu itu produser dan tim yang membuat film Mika meyakinkan gue bahwa tujuan dari film ini baik. Dengan menjadikan kisah kami film layar lebar maka akan semakin banyak orang yang tahu seperti apa HIV/AIDS yang sesungguhnya. Dan karena gue mengidap scoliosis (kelainan tulang belakang yang miring ke arah samping), penonton juga akan semakin aware dengan kesehatan tulang belakang. Dengan kata lain, film ini diharapkan menjadi campaign dalam bentuk yang bisa diterima dengan mudah oleh masyarakat luas.

Di tengah-tengah film Ray berbisik pada gue. Katanya di belakang banyak sekali yang ikut menonton film Mika. Waktu gue menoleh, ternyata benar saja di belakang sudah banyak sekali yang duduk-duduk bergerombol. Usia mereka pun beragam; ada ibu-ibu, bapak-bapak, remaja, bahkan anak-anak yang datang bersama orang tua mereka. Film belum sampai ke adegan yang mengharukan, tapi air mata gue sudah mau keluar, hihihi. Luar biasa sekali, jumlah kami yang hanya berdua belas (termasuk Ray) tiba-tiba bertambah menjadi berkali-kali lipat. Mengharukan :’)

Tempatnya luaaaas. Dan ini pemandangan yang gue lihat waktu nengok ke belakang :)

Di samping taman juga banyak yang berkumpul :)

Dan lama-lama jadi segerombol! Wah, terharu :')

Tepuk tangan terdengar ketika film selesai diputar. Gue senang sekali acara nonton bareng ini berjalan dengan lancar. Siapa yang menyangka, rencana kecil yang kami buat ini tiba-tiba menjadi besar. Tujuan awalnya kami hanya ingin mempererat hubungan antara anggota D-100 Community. Gue dan Hendra bahkan sempat khawatir jika hanya ada sedikit anggota yang datang. Tapi ternyata sebagian besar dari kami hadir, dan lihat ada berapa banyak orang yang ikut bergabung dengan kami sekarang? :) Bukan hanya kami yang menikmati film Mika, tapi juga puluhan bahkan ratusan masyarakat Bandung lainnya.

Gue benar-benar nggak bisa berhenti bersyukur... Gue dihampiri oleh seorang ibu dan kedua anak perempuannya. Beliau berkata bahwa salah satu putrinya (namanya Anissya) juga scoliosis sama seperti gue. Dan melihat gue memakai brace di film (penyangga tulang belakang) membuat Anissya juga semakin semangat untuk membaik. Ketika tiba di rumah gue juga masih mendapatkan kejutan. Ada beberapa pesan yang masuk ke halaman Facebook gue dari orang-orang yang tanpa sengaja ikut menonton film Mika di Taman Film (iya, tanpa sengaja). Mereka berkata bahwa filmnya membuat pandangan mereka tentang ODHA menjadi berubah. Bahkan salah satu dari mereka berkata bahwa ia menyesal sebelumnya selalu berprasangka buruk, padahal seseorang nggak bisa dinilai dari luarnya saja atau apa yang ia idap.

With D-100 Community family. Senang! :)

Ginan dari Rumah Cemara juga mampir, soalnya acara nobar ini bersamaan dengan event futsal RC di taman sebelah :)

Kalau seumuran kita sudah jadi BFF kayanya, lol.

Rasanya boleh jika gue bilang event pertama D-100 Community ini berjalan sukses. Tujuan utama untuk berkumpul sudah jelas tercapai. Dan sebagai bonusnya kami (tanpa sengaja) mengajak masyarakat untuk lebih mengenal apa itu HIVAIDS dan scoliosis. Sungguh hadiah yang manis untuk Word AIDS Day dan juga International Day of People with Disability yang jatuh pada tanggal 3 Desember :) Akhir kata gue hanya berharap agar suatu hari nanti nggak ada lagi diskriminasi dan prasangka pada orang-orang yang seperti Mika. Dan jika hal yang terjadi pada Mika juga terjadi pada orang lain, semoga jangan ada kata menyerah seperti teman-teman D-100 Community ini. Gue percaya setiap orang sudah diciptakan Tuhan dengan fungsinya masing-masing. Keep strong! :)


Satu hari setelah nobar gue menerima ini :)

Dari instagram Ayu. Setuju! Tamannya nyaman! :)


Note:
*Terima kasih banyak kepada Vino Bastian (dan fans club), Marsha Timothy, Kak Theo, ODHA Berhak Sehat, Rumah Cemara, Indi Sugar Official Store dan semua pihak yang membantu sounding dan mendukung terlaksananya acara ini.
* Masih ada saja pembaca yang bertemu gue tapi nggak menyapa (tapi mengirimi gue pesan setelahnya), termasuk ketika acara nobar ini. Kira-kira kenapa, ya? Apakah wajah gue galak? Huhuhu :(



sugar kecilnya Mika yang sudah besar,

Indi


  _______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Sabtu, 15 November 2014

Tentang Steve Irwin; Obsesi Masa Kecil yang Menjadi Inspirasi :)

The Irwin's Family.

14 November 2014
Jadi tadi, menjelang malam, setelah mandi sore gue bersantai di atas tempat tidur ---dengan satu mangkuk popcorn dan remote TV di tangan. Gue memang nggak keluar rumah, hujan sepanjang hari jadi aktivitas gue hanya di depan komputer dan bermain lempar tangkap di dalam garasi bersama Eris, anjing gue. Ngemil di atas tempat tidur nggak apa, hanya sesekali ini gue pikir, hihihi. Lalu saat tangan berselancar di remote, dari channel ke channel, gue melihat sesuatu yang familiar. Ada seorang penyanyi laki-laki berambut pendek sedang bernyanyi sambil bermain gitar. Bukan, bukan dia yang menarik perhatian gue. Tapi 3 orang berpakaian berwarna khaki yang sedang duduk di sofa. Setelah beberapa detik penuh keenggakyakinan, kamera mulai meng-zoom salah satu dari mereka. Segera gue bangun dari tempat tidur, berlari ke ruang TV dan merebut remote dari Bapak yang sedang menonton Harry Potter. "Pak! Pak! Lihat ada siapa di TV!" Gue tertawa girang dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Terri, Bindi dan Robert "Bob" Irwin ada di acara Hitam Putih Trans 7. Bagaimana bisa gue nggak tahu kehadiran mereka di Indonesia sementara gue memfollow twitter mereka dan bahkan twitter Australia Zoo. Acara sepertinya sudah berlangsung setengah jalan, jadi gue terlewat untuk mengetahui tujuan mereka datang ke sini. Dengan tangan gemetar gue mengambil handphone dan mengetik kata kunci "Bindi Irwin di Indonesia" di kolom google. Nggak banyak berita yang keluar, kecuali bahwa mereka sempat ke Gandaria City Jakarta untuk promo "Wild But True" nya Robert Irwin. Nggak ada informasi apakah mereka sudah kembali ke Australia atau belum. Di layar televisi pun nggak ada keterangan apakah mereka tampil live atau taping. Gue heran mengapa di twitter mereka sama nggak menyebutkan tentang rencana kehadiran ke Indonesia, padahal biasanya mereka (terutama Bindi dan Terri) selalu update pada penggemarnya. 
"Sudah, Jakarta kan dekat. Kalau mereka masih di sana hari minggu kita bisa susul," begitu kata Bapak.



Bagi teman-teman sebaya gue Irwin's Family mungkin nggak begitu populer, tapi bagi gue mereka adalah hero! Terutama Steve Irwin, ayah dari Bindi dan Robert sekaligus suami dari Terri yang telah meninggal dunia pada tahun 2006 lalu. Steve Irwin adalah bagian dari masa kecil gue, bagian dari khayalan dan obsesi yang kemudian membentuk tentang masa dewasa yang gue inginkan. Dulu, setiap sore gue selalu menonton The Crocodile Hunter, dimana Steve menunjukan kepiawaiannya dalam menangkap buaya sekaligus berbagi tentang rasa hormatnya kepada hewan buas yang cantik itu. Gue ingat ia menyebut dirinya "Steve-O" dan berbicara dengan lantang. Ketika ada buaya mendekat ia akan memelankan suaranya dengan logatnya yang sangat khas (saat mengetik ini pun rasanya gue mendengar ia berbicara di kepala gue, hihihi). Menontonnya di TV rasanya seperti mengikuti kehidupannya. Mungkin gue masih kecil tapi gue sudah bisa merasakan bahwa ia adalah pria yang baik. Gue ingat ketika ia berbicara tentang Terri istrinya. Betapa Steve sangat mencintainya sehingga Terri rela untuk meninggalkan negara asalnya. "Cinta pada pandangan pertama," begitu katanya. Juga ketika Bindi putri pertamanya lahir, lalu disusul oleh Robert putra keduanya. Ia sosok ayah yang penyanyang dan menyenangkan, membuat gue semakin mengaguminya. Gue juga ikut menangis ketika Sui anjing kesayangannya mati karena sakit dan sudah tua...

Buku harian gue, 12 tahun yang lalu.

Steve Irwin semakin menumbuhkan kecintaan gue terhadap binatang. Sejak bayi gue memang selalu dikelilingi binatang peliharaan, tetapi Steve membuat gue mempunyai tujuan. Gue mulai tertarik dengan konservasi fauna, mencari tahu kemana gue harus membantu jika ada binatang-binatang terlantar. Gue juga belajar untuk menghormati, sekecil apapun binatang yang ada di sekitar gue. Gue mulai dengan membuat "animal diary", yaitu sebuah buku harian yang memuat update tentang binatang peliharaan gue dan binatang-binatang yang terkenal. Kisah pertama yang gue tulis adalah tentang seekor Panda tua di Cina, yang sedihnya berakhir mati karena sakit :( Dengan uang jajan yang ditabung cukup lama gue juga membeli VCD-VCD Steve Irwin. Dan ketika Crocodile Hunter nggak ada lagi di TV gue semakin sering menonton ulang koleksi VCD nya.

Ketika mendengar kabar tentang kepergiannya gue sangat terkejut. Ada rasa haru yang aneh karena gue nggak pernah mengenalnya secara personal. Dunia kehilangan salah satu penghuni terbaiknya, seseorang yang (at least di mata gue) mempunyai aksi nyata untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Meski begitu kepergiannya nggak membuat gue berhenti terinspirasi. Bindi, putrinya yang mulai besar mempunyai acara sendiri dan berbagi passion yang sama dengan ayahnya. Gue ingat melihatnya di acara Oprah, ia bernyanyi lagu rap "Trouble in the Jungle" dengan lirik sederhana yang menyentuh. Ia meneruskan jejak ayahnya dengan caranya sendiri dan melakukannya karena ingin, bukan hanya karena sebuah keharusan. Bindi membuat semangat gue semakin besar. Gue bangga menjadikannya seorang inspirasi baru meski ia berusia lebih muda dari gue.

Koleksi VCD Steve Irwin "The Crocodile Hunter" hasil menabung dari uang jajan :)


Waktu kecil punya buku harian yang isinya tentang binatang.

Ide Bapak untuk menyusul keluarga Irwin ke Jakarta terpaksa batal. Mereka ternyata sudah kembali ke Australia dan entah kapan akan berkunjung kembali ke sini. Mengingat bahwa gue hanya terlambat beberapa hari dengan jarak yang cukup dekat membuat gue merasa kecolongan. Padahal ingin rasanya gue menyapa Terri, Bindi dan Robert sambil menyampaikan rasa kagum gue terhadap mereka. Gue juga ingin menunjukan koleksi VCD-VCD  dan "animal diary" gue agar Bindi dan Robert tahu betapa berpengaruhnya ayah mereka terhadap gue... Bapak menenangkan gue, beliau bilang ini mungkin bukan waktunya. Suatu hari akan ada kesempatan dengan skenario indah untuk bertemu mereka. Seperti ketika tahun lalu Aerosmith yang sudah gue tunggu sejak berusia 7 tahun batal datang ke Indonesia. Tuhan ternyata punya rencana lain untuk mempertemukan kami di Singapore dengan jalan yang bahkan nggak berani gue impikan. Mungkin suatu hari gue yang menemui mereka di Australia, siapa tahu... Yang pasti sambil menunggu hari itu datang gue akan terus menumbuhkan kecintaan gue terhadap binatang, dengan rasa hormat seperti yang diajarkan oleh keluarga Irwin.


note:
*Tanggal 15 November diperingati sebagai hari Steve Irwin (Steve Irwin Day) untuk menghormati hidup dan legacy nya. Meskipun gue selalu memakai dress colorful, gue ingin selama 1 hari saja memakai setelan khaki ala Irwin's Family :)
*Foto gue yang sedang memegang VCD-VCD Steve Irwin dilihat oleh account Australia Zoo (kebun binatang milik Irwin's Family) dan mereka berkomentar "Thanks for being a wildlife warrior!". Really made my day :)
* Gue membuat novel dengan judul "Guruku Berbulu dan Berekor" yang royaltinya didonasikan untuk penampungan-penampungan hewan di Indonesia. Meskipun hanya langkah kecil, gue harap bisa melanjutkan spirit dari Steve Irwin :)
*Dan yes, nama gue "Indi". Seperti "Bindi" tapi tanpa huruf "B", hihihi.

***

Update:
Australia Zoo akhirnya membaca postingan ini! Sungguh sebuah kehormatan! :)



Crikey!

Indi

_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469