Kamis, 28 Juli 2011

I welcome Sponsorship on My Blog! :D










I welcome sponsorship on my blog!





Bentuk sponsor ada dua pilihan:

1. Sponsored Item/Review

Jika anda memiliki toko, produk atau jasa dan ingin saya mengiklankannya di blog saya, anda dapat mengirimkan produk anda dan saya akan mereview'nya di blog saya. Review akan bertahan di post selama 1 minggu sebelum post berikutnya.


2. Sponsored Giveaway

Saya akan membuat giveway (kuis) dengan produk anda sebagai hadiahnya.


(Saya menerima produk makanan plant based, kecantikan/kosmetik/salon cruelty free, gadgets dan semua produk fashion KECUALI pakaian yang serupa/sejenis dengan Toko Kecil Indi).


Kelebihan menjadi sponsor di blog saya:

- Blog saya dikunjungi oleh ribuan pengunjung.

- Blog saya memiliki +500 followers hanya dalam hitungan bulan.

- Blog saya sering mendapatkan award dan direview oleh blogger lain.

- Blog saya sering dipromosikan di acara TV, majalah, fans page (dengan jumlah +20.000 orang fans) dan twitter (dengan jumlah +1.000 orang followers)

- IT'S AFFORDABLE AND EFFECTIVE!


Tarif:

Anda memberikan produk atau jasa kepada saya termasuk akomodasi (jika ada tempat yang harus dikunjungi).
Jika produk tidak memungkinkan untuk dikirim/tempat tidak memungkinkan untuk dikunjungi, anda dikenakan tarif Rp.50.000 untuk satu minggu penuh.


Jika tertarik silakan email saya di namaku_indikecil@yahoo.com.


Indi

Selasa, 26 Juli 2011

Dork is a New Cool (and "Hello Stranger" Photoshoot with My Brother) :D

Waktu kecil sampai awal remaja, aku sering dipanggil si kutu-buku, geek, nerd bahkan dork. Semua panggilan itu datang berkat penampilanku yang berkaca mata tebal dan berback-brace. Bayangkan saja sejak masih SD mataku sudah minus dan semakin bertambah parah beberapa tahun kemudian (sampai sekarang). Dan di waktu aku SMP "aksesoris" ku nambah lagi karena aku divonis scoliosis. I wore a back brace throughout my teenage years. Am I a nerd?


Nerd. n Slang: unattractive person (Free Dictionary by Farlex).


Dengan penampilan seperti itu (dulu) aku sering dianggap lemah. Berteman denganku dianggap "kurang keren" dan nggak asyik untuk diajak hangout. Gue ingat waktu SMP ada sekelompok anak perempuan yang berpendapat bahwa aku nggak menarik. Salah satu dari mereka pernah bilang kalau aku mungkin nggak akan pernah punya pacar. Laki-laki suka perempuan yang seksi dan menarik. Bukan yang wajahnya hampir nggak kelihatan karena terlalu banyak "aksesoris". Begitu.
Waktu itu aku pikir, bagaimana mereka mengerti soal seksi dan apa yang disukai laki-laki? Seriously, they're only 13...

Bukannya aku nggak peduli, aku juga terkadang nangis dan mengadu sama Ibu. Tapi nggak sering karena meski Ibu pernah remaja (of course! Hehe), aku yakin situasi sekarang pasti berbeda dengan dulu. Aku lebih nyaman cerita sama buku harian dan sometimes I cried until I fell asleep, berharap besok lebih baik.
I don't know what's wrong with me. I love myself, aku nggak pernah membenci apapun dari diriku. Aku bahkan suka kaca mata dan braceku. Aku baru tahu artinya "minder" setelah ada yang mengejek habis-habisan. Di luar itu, ya aku nyaman.

Aku terus berkaca mata sampai kelas 3 SMA. Semakin tebal tetapi semakin percaya diri. Aku duduk satu bangku dengan Dhian, perempuan yang juga berkaca mata ---note this--- tebal. Tanpa sadar kami membuat satu sama lain lebih kuat. Waktu SMP aku selalu takut untuk pergi ke perpustakaan meski sebetulnya itu tempat kesukaanku. Tapi di SMA aku nggak perlu takut diganggu kakak kelas "seksi" (yes, seksi dalam tanda kutip dalam artian minim --pakaian dan cara berpikirnya--, they're shallow, sorry) karena Dhian selalu bersamaku. Kami, dua kutu buku pun akhirnya bertambah menjadi 3, lalu 4 orang dan seterusnya, karena rupanya ada beberapa murid yang hampir sama dengan kami: berpenampilan "berbeda", lebih suka ke perpustakaan daripada ke kantin tapi sayangnya takut untuk menunjukan siapa diri sendiri.


Terkadang mereka harus pura-pura menjadi sama supaya aman dari ejekan dan "label-label" dangkal dari teman-teman sekolah. Mereka bahkan harus menolak "ranking" karena nggak mau itu jadi "masalah"...


Aku rasa kata "berbeda" artinya tergantung dari sudut pandang orang yang mengatakan. Bagi seorang yang besar dari keluarga yang mempunyai kebiasaan makan di meja, makan di lantai atau lesehan akan dikatakan berbeda. Padahal begitu pula bagi yang terbiasa lesehan: orang yang terbiasa makan di meja itu berbeda.
Aku nggak suka kalau harus membenci sesuatu/sesorang dengan alasan "berbeda", malah deep inside aku juga berharap orang-orang yang mengganggapku berbeda dan mempermasalahkannya akan berhenti dan sadar bahwa kami bisa berteman.

Menjadi bangga itu kan hak semua orang. Bangga dengan pakaian seksi dan kemampuan hangout 24 jam boleh saja, nggak perlu menghina yang nggak "begitu". Begitu juga menjadi kutu buku, atau yang biasa kakak kelas-kakak kelas gue sebut dengan geek, dork atau nerd (meski sebetulnya ketiga kata itu mempunyai perbedaan arti. I read the dictionary, lol), tentu saja boleh bangga dan "berbaur" dengan seluruh penghuni dunia.
Love your self, nggak ada salahnya menjadi diri sendiri selama itu nggak menyakiti.

Hari ini aku nggak berkaca mata karena digantikan lensa kontak. Aku juga sudah 3 kali diundang ke acara fashion di TV untuk menjadi pembicara. Aku sekarang jadi fashion designer. Ya, I‘m so proud :) Tapi aku masih orang yang sama dengan yang dulu dipanggil... "you know what" (terlalu banyak pengulangan kalau disebutkan satu persatu lagi, hehe). Aku bangga menjadi diriku apa adanya. Aku nggak menyesal ataupun 'malu' karena dulu aku nggak populer dan sering jadi korban "ejekan". This is me, and I think “they” should also be proud to be themselves, so they can stop making fun of other people :)

Sekarang banyak yang nggak percaya kalau aku dulu berkaca mata dan berback brace. Well, the scoliosis is still here (sampai selamanya), tapi tulangku berhenti tumbuh jadi kemungkinan kalian nggak akan lihat aku pakai brace lagi (amen...). Tapi aku masih berkaca mata untuk beberapa kesempatan, seperti hari ini. Aku dan Puja (my brother) do some silly photoshoot dengan tema "Hello Stranger". These glasses are real. Aku minus 4 dan Puja minus 1 (ya, kami beruntung bisa dapat kaca mata yang stylish, lol). Ini dia, I hope you enjoy it! :)

Red roses dress by Toko Kecil Indi.



Versi “cover” dari poster filmnya, lol.




Gesture yang sering nampak di Hello Stranger. Di sana diceritakan kalau yang begini itu alay, bukan sweet, lol.



Patung ini ternyata ada betulan, heran, hahahaha.





Dork: someone who does things that are kinda silly and not neccessarily cool but always cute (Urban Dictionary.






Hello Stranger quick review: Dua orang asing bertemu waktu menjadi turis di Korea. Film ini banyak sindiran mengenai betapa "meng-Korea"nya manusia sekarang sampai-sampai lupa dengan budaya sendiri. Padahal budaya Korea juga belum tentu pantas dengan negara lain. Malah akan terasa "silly" seperti foto-foto diatas. (movie, 2010).

Senin, 18 Juli 2011

"Inspiration Award" and Show Me Your Room! :D


Waaah, senang rasanya selama 2 bulan ini aku dapat banyak award :D Lebih senang lagi award'nya macam-macam, nggak melulu soal fashion. Seperti kali ini aku dapat "Inspiration award" dari Dina dan Dici (punya Dici desain awardnya sendiri, lho. Cute ya?). Betul-betul nggak nyangka, soalnya aku masih "segini-segini" saja, belum bisa memberikan banyak hal untuk diri sendiri apalagi teman-teman disini (apalagi sama dunia coba. Nah, lho! Lol). Makanya aku bingung, sebelah mana menginspirasinya, ya?... Meski begitu aku ucapkan terima kasih banyak-banyak untuk Dina dan Dici yang berbaik hati memberikan award ini. It means so much to me, girls! Semoga saja award kalian ini "doa" supaya aku bisa berkarya lebih baik lagi ya. Amen...

Nah, berhubung awardnya soalnya menginspirasi (haduh selalu nggak enak setiap mengucapkan --ngetik-- kata ini T__T ), aku mau tunjukin kamarku yang siapa tahu (mudah-mudahan, ya... Hehehe) bisa menginspirasi teman-teman blogger. Aku mungkin nggak punya prestasi yang hebat, tapi rasanya ada yang patut dibanggakan dari aku: I'm a tidy girl! Iya, meski kamarku sempit dan nggak punya perabot bagus, aku selalu mengusahakan supaya rapi dan bersih. Soalnya kamar itu tempatku beristirahat setelah seharian berkegiatan. Bukan itu saja, karena aku masih tinggal sama ortu, kamar itu kadang terasa seperti "rumah kecil" :)

Tempat aku menonton film.


Dua foot warmer favorit untuk di kamar :)


















So, what do you think guys, am I tidy enough? :D Mudah-mudahan ini bisa menginspirasi kalian untuk beres-beres kamar setiap hari ya, hihihihi.
Oh, iya hampir lupa. Inspiration award ini juga mau aku kasih sama teman-teman yang sudah menginspirasiku, yaitu: Amel, Gaphe, Grace, Fitria. Pajang award'nya di blog masing-masing yaaa. Terserah mau ambil award yang dari Dina atau Dici, hihihi. Dan jangan lupa.... SHOW ME YOUR ROOM, guys! :D



hugskisses,
INDI



Special thanks untuk Dita, thanks sudah kasih "keberanian" untuk ubah "award rules", lol. *kiss-kiss*


Jumat, 15 Juli 2011

Pelajaran Baru :)

It's weekend already? Ya, ampuuun... Nggak terasa ya teman-teman blogger sekarang sudah akhir minggu lagi! :D So how's your weekdays going? Aku harap fun and fine, ya... Aku sendiri berjalan seperti biasa, masih dengan kerjaan yang sama, kesibukan yang sama, kesantaian (ini betul nggak sih dalam Bahasa Indonesia? Lol) yang sama, juga ke'asyik'an yang sama. So far so good :)

Sekarang aku mau cerita soal kemarin, tepatnya hari Kamis tanggal 14 Juli lalu. Jadi sejak 2 bulan lalu aku ganti tempat terapi (aku mengidap scoliosis 55 derajat). Yang tadinya di Canadian Chiropractic jadi di Japanese Chiropractic. Alasannya sih sederhana, aku ingin terapi yang lebih ringan (It was so tiring, badly...) tapi dengan hasil yang optimal. Akhirnya setelah googling sana-sini dan dapet rekomendasi dari salah satu acara TV, aku memutuskan untuk mencoba Japanese Chiropractic. Dan seperti biasa, aku kemarin diantar Bapak untuk terapi. Di perjalanan aku mau dengar CD, tapi tanpa sengaja yang menyala malah DVD player. Heran, siapa yang masukin DVD kesini, apalagi ini DVD film "Hachiko"... Waktu aku tanya Bapak, katanya tadi pagi ada yang servis DVD player mobil, nah waktu Bapak diminta cobain sudah betul atau belum, secara random Bapak ambil DVD "Hachiko"! Duh, duh... padahal aku mencoba hindari film ini, soalnya meski sudah 3 kali nonton tetap saja nangisnya sampai banjir, huhuhu...

Terpaksa aku dan Bapak nonton Hachiko sepanjang perjalanan yang lumayan jauh (baca: Bapak curi-curi nonton karena sambil nyetir, hahaha), soalnya kotak CD tertinggal di garasi dan film ini cuma satu-satunya yang ada di mobil. Lama-lama kami menikmati juga, ya kami coba lihat sisi baiknya saja, seenggaknya versi Richard Gere ini nggak se "menyiksa" versi Jepang (aku trauma 3 hari 3 malam gara-gara film itu, inget terus sama si Veggie anjingku yang ada di surga, hiks...), lol. Bapak bilang, beliau kagum sekali dengan si Hachi, soalnya selain bisa melindungi tuannya dia juga anjing yang loyal. Aku sih cuma manggut-manggut saja. Setuju, juga nahan senyum teringat Eris, adiknya Veggie yang loyal tapi sayangnya penakut, hihihi.


Hachi lagi tiduran gara-gara ditinggal tuannya pergi, hiks.


Japanese Chiropractic di Jl. Cihampelas Bandung.



Nggak terasa perjalanan satu jam selesai juga, kami sampai di tempat terapi dengan tepat waktu (terlambat 10 menit, sih, tapi nggak apa, lol). Aku keluar mobil dengan sedikit malu-malu, pasalnya ini percobaan pertama aku pakai dress dipadukan dengan kaos kaki, hihihi. Sebetulnya aku nggak maksud eksperimen, sih. Tapi di tempat terapi ini memang diwajibkan pakai kaos kaki supaya mempermudah sesi terapi. Aku sempat ngaca sebentar di spion mobil, dress Greeny  Day dipadukan dengan kaos kaki hadiah dari Ray (khusus dalam rangka "selamat terapi di tempat baru", lho) ternyata OK juga. Ini juga didukung dengan komentar Bapak yang bilang, "Bagus, kok" begitu melihat wajah pede nggak pedeku, hehehe :D


Dress Greeny Day dari Toko Kecil Indi.





Terapisku ini orang Indonesia, btw. Iya, lokal nggak seperti kebanyakan chiropractor yang biasanya "impor", lol. Tapi tetap dia kuliah chiropractic di Jepang, bukan abal-abal karena di ruang prakteknya tergantung ijasah diploma, hehehe.
Kali ini sesi terapi nggak berjalan seperti biasanya, kami banyak sekali mengobrol. Aku bercerita kalau di perjalanan kami menonton "Hachiko" lagi untuk keempat kalinya. Dari situ dengan cepat cerita berkembang, terapisku menceritakan pengalamannya selama bertahun-tahun di Jepang. Di sana, dia hidup sangat sederhana karena menjadi satu-satunya mahasiswa yang berasal dari Indonesia. Jangankan keluarga, teman satu negarapun nggak ada yang bisa "membantunya" di sana. Suatu hari, terapisku bertemu dengan anjing Akita yang sangat besar (Akita itu jenis anjing seperti Hachiko), meski dia tahu bahwa Akita adalah anjing yang bertempramen nggak begitu baik (they’re not a family dog seperti Golden Retriever, dll), tapi dia penasaran dan mencoba memanggilnya. Ternyata seiring berjalannya waktu mereka mulai bersahabat, malah pemilik anjing Akita tersebut mengizinkan terapisku untuk membawanya pulang dan memeliharanya. Sayang, karena keterbatasan tempat dan biaya untuk makan (anjing sebesar itu butuh 4 cup dog food perhari sepertinya, hehehe) dia pun menolak untuk mengadopsinya.

Aku selama ini nggak pernah tertarik dengan Jepang, menurutku, aku belum terlalu mengenal negara sendiri jadi buat apa aku mempelajari negara lain? Aku sudah cukup puas menjadi warga negara Indonesia meskipun nggak tulen-tulen amat (yes, my grandma has Chinese blood, that’s why my skin is so pale and my eyes are so small, lol). Pengetahuanku tentang Jepang cuma satu: disana ada sekelompok orang yang suka cosplay dan aku BENCI kalau terus-terusan ditanya, "Kamu suka cosplay, ya?" cuma gara-gara aku sering pakai dress+stocking (baru tahu aku kalau Ksatria Baja Hitam suka pakai kostum kayak aku, hahaha).
Tapi ternyata dengan mengenal aku bisa belajar. Contoh sederhananya saja Hachiko, aku jadi bisa belajar soal kesetiaan. Well, mungkin kalian pikir setiap anjing itu loyal, they will do anything for her/his man, gitu kan? Eits, ini Akita lho! Ada yang tahu tempramennya? Please googling dulu dan kalian akan surprise betapa "manis"nya si Hachiko ini dibanding teman-teman satu rasnya. Ternyata Akita yang sebegitu kerasnya juga bisa turunin egonya demi tuan tersayang. Kenapa kita yang manusia nggak bisa seperti dia? :)

Cerita berlanjut ke soalnya lain, masih inget aku sempat (sering, ding! Lol) mengeluhkan tentang minimnya fasilitas difabel di Indonesia? Nah, terapisku cerita kalau di Jepang banyak sekali aturan "nggak tertulis" yang memudahkan para difabel (different ability people, iya, termasuk gue). Jadi di stasiun kereta (asik amat ya di Shibuya ada patung Hachiko, mau dong difotoooo) di sana ada banyak eskalator, nah secara nggak tertulis masyarakat di sana sudah bikin aturan kalau pegangan sebelah kiri berlaku untuk orang-orang yang lagi nggak terburu-buru (hanya berdiri diam di atas eskalator), nah pegangan yang kanan khusus untuk orang-orang yang memang memutuskan berjalan meski di atas eskalator. Keren, kan? Jadi nggak akan ada lagi yang "tabrakan" dan yang nggak bisa jalan cepat nggak perlu merasa "diteror" dari belakang (pengalaman pribadi aku ini mah, hahaha). Sederhana, tapi efektif. Padahal kalau Indonesia niat, mudah banget kan menirunya? Ayok ditiru (dimulai dari aku, semoga nggak ada yang protes dan teriak "Woi, minggir-minggir" dari belakang).
Hebatnya lagi, eskalator tangganya bisa berubah jadi flat, lho (itu kayak yang di mall-mall, hehehe). Jadi kalau ada berkursi roda mau lewat situ, operator tinggal pencet 1 tombol dan tadaaaa, eskalator seketika bisa jadi wheelchair access! :D Kalau sudah gitu, konon katanya orang lain yang kakinya masih sehat pasti langsung pindah ke tangga tanpa dikomando. Waw, hebat! Disiplin dan toleransi sekali ya :)

Keasyikan cerita, sesi terapi yang harusnya memakan waktu 2 jam ini pun melar jadi 3 jam, hihihi. Tapi ini nggak masalah karena aku pasien terakhir. Masih banyak sebetulnya cerita yang terapisku bagi soal Jepang (soal pasar tradisionalnya, tempat potong rambutnya, kampusnya, dll), tapi dua cerita ini saja aku rasa sudah cukup "menjelaskan" kenapa aku bisa belajar sesuatu dari mengenal. Aku rasa inilah yang disebut open minded. 

Kita jangan menjudge sesuatu sebelum mengenal terlebih dahulu. Kita harus coba meluangkan waktu sebentaaaar saja untuk berkenalan dengan sesuatu atau at least mengintip karena dari situ kita dapat belajar.

Seperti sesi terapi kali ini, siapa yang sangka dari terapi rutin ini aku bisa mendapat ilmu baru? *wink*



nb: Ada yang pernah perhatikan nggak kalau snack Tao Kae Noi (nori alias rumput laut) ini unik banget? Dari namanya memang Hokkien abis, tapi bahan-bahannya dari Jepang (nori kan ada di hampir semua masakan Jepang) tapi produksinya di Thailand! Hahaha, just found out. Ternyata selama ini aku sering makan tanpa baca kemasannya :D

sweetest smile,

INDI



do not copy any design by toko kecil indi. thanks :)

Senin, 11 Juli 2011

Go to Bed Early. Good Night, Pals :)







Hari ini aku masuk ke dalam 'Neverland' lebih awal.
Neverland, itu adalah nama untuk kamar tidurku.

Biasanya aku baru naik ke atas tempat tidur di atas jam 11 malam, tapi malam ini berbeda, aku mau istirahat lebih awal supaya bisa bangun lebih awal.

Besok aku akan masuk kelas bahasa Inggris lagi setelah 1,5 bulan cuti. Aku nggak punya clue siapa saja teman sekelasku sekarang.
Bit nervous, tapi aku percaya istirahat lebih awal membuat aku lebih tenang :)






So... wish me luck, guys! Good night...





nb: aku suka lihat langit-langit kamarku sampai terlelap. They're glow in the dark dan punya keajaiban mengantarkanku ke mimpi indah. Ke Neverland sesungguhnya...

sweetest lullaby,
INDI

Jumat, 08 Juli 2011

Cerita Liburan yang terlambat: TRANS STUDIO! :D

Halooo, haloooo... Berjumpa lagi dengan Indi di sini (yang berharap ketemu Meysi, maaf ya ini bukan blog'nya, hihihi).

Hari ini aku post baru lagi bukan gara-gara lagi doyan (ya, I love writing, tapi biasanya aku membatasi diri untuk post 1 cerita saja perminggu. Maksudnya supaya memberi kesempatan teman-teman untuk membaca), tapi ini gara-gara dikejar utang. Hiiii, serem banget istilahnya. Tenang aja bukan uang kok, tapi utang post! Beberapa waktu lalu aku sempat 'menghilang' dari dunia blog dan waktu aku mulai ngeblog lagi, aku jadi bingung mana yang harus aku ceritakan duluan. Banyak yang dialami, tapi sudah terlewat lama karena waktu berjalan terus (yaiyalah). Keteteran! T___T

Tadi siang, sebelum aku memutuskan untuk menulis ini, aku sempat pilah-pilah pengalaman mana yang bakal  kutulis duluan. Sempat kepikiran buat nulis tentang nikahannya si Pipit-Cuit sahabatku sampai nulis tentang perkembangan novelku (cetak ulang lagi, thank God). Tapi setelah dipikir-pikir kayaknya lebih asyik untuk menulis request dari teman-teman blogger dulu deh. Di postinganku tanggal 30 Juni lalu Gaphe dan Ria minta aku untuk ceritain pengalaman ke Trans Studio. So... Inilah aku, sudah berpiyama oranye dan rambut disisir rapi, duduk di depan komputer akan bercerita kepada kalian. Enjoy! :)

Jadi, tanggal 24 Juni lalu secara mendadak aku kepengen pergi ke Trans Studio. Apa penyebabnya jangan ditanya, karena aku juga nggak tahu. Padahal waktu sudah nunjukin jam 7 malam, lho. Langsung saja aku BBM Puja, adikku yang lagi futsal untuk segera pulang dan nemenin aku. Puja kaget sih, tapi yang namanya main gratis, dia nggak nolak, hehehe...

Langsung saja aku yang sudah piyamaan ganti kostum dengan dress Dancing Lollipop hasil rancanganku. Nggak lupa ditambah stocking supaya leluasa main nanti. Perfect! I'm ready to have fun! :D





Begitu sampai aku dan Puja langsung beli Mega Card. Kartu inilah yang akan dipakai untuk main nanti. Satu kartu ini bisa dipakai sama aku dan Puja sekaligus, harganya cuma 10 ribu, ditambah "tiket" kami bermain totalnya jadi rp. 310.000 (untuk weekday perorang hanya rp. 150.000, ditambah harga kartu yang setelahnya bisa ditop up).
Nah, kartu sudah di tangan, kami tinggal naik ke eskalator dan siap bermain.

Ternyata oh tenyata, begitu sampai di Trans Studio kami nggak langsung lihat wahana permainannya, tapi kami justru serasa berada di dalam kota mini! Aku sama Puja sampai takjub, gimana bisa area 4 hektar ini jadi tampak begitu besar (Universal Studio lewat, seriously!) dan seperti betul-betul di luar ruangan padahal seluruh area ini di dalam ruangan. Setelah ber "Oh, wow" selama 5 menit, Puja beranikan diri untuk bertanya tentang letak wahana permainan sama salah satu petugas. Nggak jauh-jauh, ternyata wahana permainannya ada di sebelah kanan dari posisi kami masuk tadi, hihihi...




Di arena permainan kami langsung ber "Oh, wow" lagi. Gimana nggak, ternyata di sini lebih "luar biasa" daripada tempat sebelumnya. Kami seperti berada di Hollywood tahun 60'an! Wooo, Hollywood here we come! :p
Arsitekturnya betul-betul indah, sepanjang mata memandang penuh dengan bangunan-bangunan kuno lengkap dengan Corvette Diner'nya. Waduh, kalau nggak ingat main pengennya foto-foto terus, deh! Hihihi...


Covette diner. Kaya di film-film, menunya kentang goreng dan soda :p



Mengingat waktu sudah semakin larut, kami langsung cari wahana yang nggak terlalu ramai. Pilihan kami jatuh pada "Negeri Raksasa" di area "Magic Corner". Di tempat mengantri pengunjung disuguhi dongeng "Jack dan Pohon kacang", aku sama sekali nggak ada clue permainan apa yang akan kami hadapi (halah, memangnya ujian! Lol), tapi dari sini terdengar suara teriak-teriakan heboh! Wah, jangan-jangan ini semacam rumah hantu... Aku bisa pipis di celana deh kalau iya, soalnya aku paling takut sama hantu-hantuan gitu (kadang mereka lebih serem daripada aslinya lho. Hiiiii...).
Tapi ternyata tebakanku salah. Ini adalah wahana yang mengerikan tapi nggak perlu hantu-hantuan. Kami dan para pengunjung lain akan dijatuhkan dari lantai 5! Waaa, hampir saja aku mundur kalau nggak mengingat berapa lama kami antri.
Wahana ini mirip seperti "Hysteria" di Dufan, cuma bedanya ini lebih tinggi. Kalau biasanya ketinggian "cuma" 3 lantai, nah ini 5 lantai (I said it twice ya? Nggak apa-apa buat menegaskan, lol).



Sambil ngantri bisa baca dongeng “Jack dan Pohon Kacang” dulu.



Jujur saja takut di awal, tapi begitu dimulai aku cenderung menikmati. Anehnya cuma aku yang ketawa-ketawa. Aku bahkan nggak tutup muka sama sekali. Rasanya lucu, jantung seperti berhenti sejenak tapi aku tahu ini aman :) Sedangkan pengunjung lain, termasuk Puja pada teriak-teriak nggak karuan. Malah aku sempat dengar ada yang sumpah serampah segala, hahahaha...

Begitu selesai, Puja mukanya pucet banget, tapi waktu ditanya dia beralasan karena kecapean habis futsal (ah, nggak mau ngaku! Lol). Kami istirahat dulu di depan kolam air mancur yang memang disediakan untuk duduk-duduk sambil mikir-mikir wahana apa lagi yang bakal kami coba. Dan pilihanpun jatuh sama "Sky Pirates". Kalau nggak salah ini masuknya sama kategori softplay, deh, soalnya anak-anakpun boleh ikut asalkan didampingi orang dewasa.
Wahana ini cocok banget buat "ngadem" karena mirip dengan kereta gantung hanya saja terbuka di atas dan kanan-kirinya. Bentuknya pun unik, seperti balon udara milik perompak. Petugasnya berkostum bajak laut semua bikin suasana pirates'nya berasa, hihihi...

Dari atas kami bisa lihat keseluruhan Trans Studio. Kami kagum banget karena setiap area nggak ada yang terbuang sia-sia. Dan dari atas sini pula kami bisa sepenuhnya "sadar" kalau ini memang indoor karena langit-langitnya masih terang meski hari sudah malam :)


Kolam di Magic Corner.


Duduk nyaman di Sky Pirates.

Dekor di luar arena, tetep cute buat foto-foto :)



Setelah bermain dua wahana kami memutuskan untuk jalan-jalan santai, ya sekedar menikmati interiornya, apalagi belum sempat untuk ambil foto-fotonya. Yang paling menarik buat kami adalah 5th avenue dan Broadway "dipindahkan" ke Bandung. Aku belum pernah lihat aslinya, tapi at least ini mirip dengan yang di TV dan majalah! Puja sampai bilang, "Wah, ini kebagusan sampai-sampai pada niat bawa SLR. Jangan-jangan nanti dipakai pre-wedding lagi". Hihihihi...
Di area broadway juga disediakan beberapa spot khusus untuk berfoto, sayangnya Puja nggak terlalu tertarik untuk di foto di sana, dia lebih milih buat langsung cari wahana lain saja.



5th avenue.

Kami berada di “Broadway” :p

Ada pertunjukan juga tapi ada jadwal khususnya.



Berkat paksaanku, Puja mau masuk ke "Bolang Adventure". Tadinya dengan segala alasan dia pengen nunggu di luar, hihihi (mungkin malu karena ini area untuk anak-anak).
"Bolang" ini cukup menarik dan mendidik untuk anak-anak usia TK atau SD. Warna-warna interiornya catchy banget, apalagi di tiap sudut ruangan selalu terdengar sountrack Bocah Petualang, hihihi. Untuk yang pernah ke Dufan pasti kenal dengan rumah boneka, kan? Nah, si bolang ini mirip-mirip seperti itu, hanya saja semua boneka "berwajah" bolang dan semuanya digambarkan sedang bermain :)





Bolang serba colorful. Sambil mengantri disediakan big screen untuk menonton acara Bolang.



Oya, untuk para orangtua hati-hati lho kalau bawa anaknya ke "Bolang", soalnya begitu permainan selesai pintu keluar paralel dengan toko permen! Iya, toko permen :O
Aku sama Puja saja yang sudah gede-gede masih ngiler buat belanja di sana, apalagi permennya lucu-lucu, sih... Kamipun top up kembali kartu dengan nominal rp. 100.000, yang ternyata dengan uang segitu cuma bisa beli beberapa permen loli. Note ya: di Trans Studio itu makanan dan cemilannya mahal-mahal, lebih baik isi perut dulu di rumah karena kita nggak boleh bawa makanan dari luar :)



Hasil “buruan” kami.



Habis emut-emut permen (yang ternyata enak banget!) kami lanjut berburu wahana seru lagi. Kami putuskan untuk main "Dragon Raiders". Di sini antriannya agak panjang, soalnya VIP access nggak berlaku, alias antrinya ramai-ramai. Tapi biar begitu kami nggak nyesel, karena kami bisa berlatih menunggangi naga ala ksatria, hihihi. Ya, sakit-sakit badan sedikit ditambah jantung deg-degan nggak apa-apalah, lol.
Sayang kami nggak sempat ambil foto di sini karena takut keburu tutup (Trans Studio tutup jam 10 malam). Jadi kami langsung menuju wahana yang paling dekat dengan pintu keluar saja, yaitu "Broadcast Museum" dan "Giant Swing". Di Broadcast Museum seru juga, lho, kita bisa belajar jadi dubber atau edit film, hihihi. Nggak usah khawatir nggak ngerti karena di sana banyak mas dan mbak baik hati yang ngajari kita. Lucunya mas-mas yang ngajarin aku ternyata Sandy, teman SMP ku! Hihihi, bisa dapet bocoran permainan mana saja yang antriannya pendek, dong ;)
(and sorry again for no picture here:( )


Nah, ini wahana terakhir yang aku naiki. Iya, AKU, sendiri nggak sama Puja yang lagi-lagi beralasan kecapean habis futsal, hihihi. Giant Swing! Ini adalah ayunan berputar raksasa pertama di Indonesia. Selain Yamaha Racing Coaster, wahana ini yang paling sering diomongin. Katanya bikin jantung berasa copot. Malah sempat ada pengunjung yang pingsan lho waktu coba wahana ini. Tapi aku maju tak gentar pengen tetep coba. Puja berkali-kali ingetin kalau aku mungkin saja pingsan/minimal muntah. Ah, aku pikir sudah terlanjur di Trans Studio, nggak berasa ke Trans dong kalau nggak main Giant Swing (ngaco! Lol).

Dan ternyata rasanyaaaaaaaa..... Wah, aku nggak mau cerita. Nanti kalian saja yang main sendiri ya. Aku nggak lagi, deh, mending naik coaster saja :')


Saking cepatnya Giant Swing susah tertangkap kamera. Udah kaya penampakan aja :p

“Pemandangan” dari eskalator turun.



Akhirnya waktunya pulang. Aku betul-betul puas bermain selama 3 jam di sana. Nggak peduli deh poniku terbang kemana dan lipstikku hinggap di baju siapa (lho??). Bahkan di eskalator turun pun kami masih nemu interior-interior unik :) Aku rekomendasiin deh buat teman-teman yang mau habisin waktu sama keluarga datang saja ke sini, nggak perlu jauh-jauh ke Singapura. Tiketnya pun jauh lebih murah, disana per orang 700 ribuan, tapi disini cukup rp. 260.000 perorang untuk hari biasa (tiket 150+kartu 10+top up minimal 100). Gue kasih 4 bintang dari 5 bintang deh buat Trans Studio. Nyaris nggak ada kekurangan kecuali satu: there is no disability access. Aku harap suatu hari Trans Studio dan arena permainan lain akan ingat dengan teman-teman yang berkebutuhan khusus ;)

Jadi gimana Gaphe dan Ria, sudah nggak penasaran lagi kan dengan Trans Studio? Atau malah makin penasaran?!! :O :D


big smile,

Indi


do not copy any design by toko kecil indi. thank u :)