Minggu, 08 November 2015

Kulit Halus dengan Produk Cow Style (Milky Body Wash dan Skin Life Review) :)


Aku agak bingung waktu diberi tahu ada kiriman paket untukku, pasalnya sedang nggak menunggu apa-apa, ---atau membeli sesuatu dari online shop. Tapi di nama penerimanya memang betul tertulis namaku. Ukuran paketnya sedang, kira-kira seukuran dengan novel Harry Potter yang ke tujuh, ---lebih tebal sedikit. Di sana tertulis nama pengirimnya, dari Cow Brand Soap Kyoshinsha Co, Ltd. Wah, sabun kah? Tapi kok berat, ya? Tanpa menunggu lama aku langsung membuka paketnya yang ternyata berisi satu buah Milky Body Wash dan 1 buah Skin Life. Pas sekali sabun mandiku tinggal sedikit lagi, jadi senang deh rasanya. Eh, tapi kok aku dapat paket ini, ya? Dalam rangka apa? Jangan-jangan ada yang memberi tahu kalau aku sedang perlu sabun mandi, hihihi.


Waktu aku membolak-balik brosur yang ada di dalam paket, somehow aku merasa familiar dengan logo sapinya. Di sana tertulis "Cow Style for your Wellness Since 1909". Kalau memakai produk ini sih yakin belum pernah, tapi gambar sapinya aku pernah lihat di mana, ya?... Nah, waktu aku menyimpan sabun ini di kamar tanpa sengaja pandanganku menyorot ke meja rias dan menemukan sesuatu. Itu dia! Rupanya logo yang sama pernah aku lihat di sabun Cherrybelle! Hihihi,  ini memang super random. Suatu hari aku dan seorang teman jalan-jalan ke toko musik dan melihat produknya dipajang di rak paling depan. Waktu itu aku pikir, "Oh, my God so cute," dan langsung membawanya ke kasir tanpa benar-benar tahu apa yang aku beli :D Syukurlah sabun ala chibi-chibi itu ternyata cocok untuk kulitku, malah sebenarnya agak surprise karena awalnya aku pikir ini hanya produk merchandising yang mengandalkan faktor cute. Aku pun jadi penasaran untuk mencoba Milky Body Wash dan Skin Life yang baru aku terima. Apakah sebagus yang seri Cherrybelle? Hmm, let's see...

Yang pertama aku coba adalah sabunnya, alias Milky Body Wash. Begitu aku busakan dengan air teksturnya langsung lembuuuuut sekali. Nggak terlalu berbuih tapi tetap creamy. Kalau dibandingkan dengan si chibi-chibi yang ini aromanya lebih lembut dan tanpa butiran scrub. Cocok sekali dengan kulitku yang cenderung kering. Setelah dibilas dan beberapa jam setelah mandi rasa lembapnya tetap terasa, bikin efek fresh-nya awet! :D Setelah itu aku mencoba facial wash nya, atau Skin Life. Yang pertama aku notice adalah aromanya yang soft begitu keluar dari tube nya. Dan sama seperti sabunnya, teksturnya super lembut. Bikin terharu, soalnya bikin wajahku sehalus kulit bayi, hahaha. Hebatnya setelah beberapa jam pun wajahku nggak berminyak, berbeda dengan facial wash yang biasa kupakai, ---yang efeknya bikin wajah kering tapi lalu kembali mengkilap beberapa saat kemudian. 



Secara keseluruhan aku menyukai Milky Body Wash dan Skin Life. Waktu menulis ini aku sudah 3 kali memakai produk-produknya dan sama sekali nggak ada reaksi alergi di kulit sensitifku. Mungkin karena Cow Brand menggunakan bahan baku alami dan berkualitas ya, makanya aman dipakai. Atau istilahnya "Kamadaki", begitu yang tertulis di brosurnya :) Kemungkinan besar sih setelah paket yang aku terima ini habis, aku akan melanjutkan memakai produk-produknya. Selain karena cocok di kulit ada faktor-faktor lain yang membuatku jatuh cinta. Packagingnya super simple, tapi cute. Tahu dong kalau aku paling nggak tahan lihat sesuatu yang girly, hihihi. Dan aromanya yang nggak artificial, ---nggak wangi berlebih tapi nyaman dicium. Bikin segar waktu memakainya :)

Aku pun jadi ingin tahu lebih banyak tentang Cow Style. Lewat halaman Facebook officialnya, COWSTYLEID aku jadi tahu bahwa mereka mengeluarkan macam-macam produk dan jadi tahu kenapa aku mendapatkan kiriman paket! Hihihi, ternyata aku adalah salah satu dari 300 orang yang mereka pilih. Thank God :) Untuk teman-teman yang mau coba produk Cow Style kalian bisa mendapatkannya di outlet-outlet ini: Guardian, Century, Watsons, Papaya, Grand Lucky, Hypermart, AEON, Yogya Super, Setiabudi Super dan Food Mart. Dan untuk pemesanan online bisa ke www.sukamart.com, www.nihonmartbeauty.com, www.perfectbeautyshop.com, www.totoro.com dan www.bilna.com/kewpie. Sudah ada di mana-mana, jadi semakin mudah deh dapatnya. Atau mungkin kalian sudah pernah mencobanya? Kalau sudah, bagaimana pendapat kalian? :)


yang jadi rajin mandi,

Indi

***

Di hari yang sama akun YouTube ku mencapai 1.500 subscribers. What a big surprise mengingat tujuan awal membuat akun hanya untuk memberi komentar di video-video idola :) Dan ini sebuah video yang aku dedikasikan untuk para subscribers dan semua yang selalu men-supportku; Secret Admirer (Mocca) ukulele cover by Indi Sugar:

________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Senin, 02 November 2015

Why I Love Halloween: Corpse Bride, Treats, Kostum dan Apa yang Orangtuaku Bilang.



“Sudah siap?” tanya Bapak.
“Sudah, sih... Tapi kalau di film Emily punya bekas luka di sini,” jawabku sambil menunjuk ke arah pipi.
“Kalau begitu bikin dulu dong bekas lukanya,” sahut Bapak santai.
Aku bengong, menebak-nebak apa Bapak serius atau sedang menggodaku. “Bikin pakai apa? Aku kan gak punya face painting.”
“Pensil alis kan bisa...”

Begitulah kira-kira percakapanku dan Bapak tanggal 30 Oktober lalu, ---di malam Halloween. Berbeda dengan tahun lalu yang dihabiskan di theme park, tahun ini aku ber-Halloween di rumah saja. Untukku di mana pun Halloween sama fun-nya, karena of course, ---ini adalah salah satu hari favoritku :D Sehari sebelumnya aku menyiapkan dekorasi untuk ditempel di tembok; kelalawar dan sarang laba-laba yang dibuat dari kertas. Sederhana, because I’m not a crafty person, hihihi, ---yang penting suasana spookynya terasa :) Untuk kostum ini adalah tahun pertama di mana aku nggak dressed up sebagai cute character. Setelah pernah menjadi Dorothy Wizard of Oz dan Tinker Bell yang sangat fairy tale, akhirnya aku berdandan (mudah-mudahan...) seram juga! Aku menjadi Emily dari film Corpse Bride nya Tim Burton. Ini agak di luar dugaan, karena sebelum memutuskan untuk memakai kostum ini keinginanku sempat berubah-ubah. Mulai dari ingin menjadi Rapuntzel, Glinda, Snow White (again, lol) sampai Annie Little Orphan, ---yang semuanya nggak ada seram-seramnya. Keinginan untuk menjadi Emily ini muncul tiba-tiba ketika aku menonton ulang film Corpse Bride. Emily was strangely adorable, lalu  kupikir, “Oh, I want to be her,” hahaha. 


Emily di film.

Emily ala aku :p


Ide Bapak untuk menambahkan bekas luka di pipi sebenarnya menyelamatkan penampilanku, karena kalau tanpa itu sepertinya nggak terlihat menyeramkan, hihihi. Beruntungnya waktu sedang mencari ide kostum aku teringat dengan dress putih yang Nenek beri beberapa tahun lalu. Dressnya sama sekali belum pernah dipakai karena modelnya sangat pas dengan tubuh, ---yang mana aku kurang nyaman untuk memakainya sehari-hari. Somehow di mataku dress ini terlihat seperti gaun pengantin, jadi cocok dengan yang aku butuhkan untuk menjadi Emily. Dan karena Emily memakai kerudung yang dihiasi dengan bunga-bunga, aku pun memakai flower wreath DIY project dari beberapa tahun lalu. Oh, iya aku juga memakai sepatu yang sedikit ber-heels supaya kesannya formal. Bisa ditebak dong kalau ini pasti bukan sepatuku (flat shoes ruleeees!), aku pinjam sepatunya dari rak sepatu Ibu, hihihi. Kalau tahun kemarin aku mengeluarkan sedikit uang untuk membeli glitter dan lem kain, tahun ini aku mengeluarkan Rp. 0 untuk kostum! Yay! Hihihi. Meski aku selalu ingin dressed up untuk Halloween, tapi bukan berarti boleh menghamburkan uang. Be wise. Usahakan mendapatkan hasil yang maksimal dengan budget sesedikit mungkin. Karena di situlah letak serunya, untuk menguji seberapa jauh kekreatifitasanku, hihihi. 





Di malam Halloween ini Bapak lebih banyak terlibat dibandingkan Ibu. Jika tahun lalu beliau yang membantuku membuat dressnya, tahun ini beliau hanya meminjamkan sepatunya karena sedang di luar kota. Selesai dressed up Bapak langsung bersiap untuk mengambil fotoku. Hihihi, kalau soal ini sepertinya sudah banyak yang tahu, ya, Bapak memang senang sekali mengambil gambar little girlnya ini :D Untuk gaya, setting, dll aku serahkan semuanya pada beliau. Aku sih cuma menempel sarang laba-laba dan kelalawar yang sudah kubuat sebagai background. Rupanya Bapak masih betah dengan tema cermin. Mungkin beliau puas dengan hasil photoshot “Poltergeist” ku beberapa waktu lalu jadi ingin mengulangnya lagi. Banyak foto yang diambil dari pantulan cermin, padahal aku sudah menghias tembok. Awalnya aku sempat protes, tapi setelah melihat hasilnya ternyata keren juga, hihihi. Meski tanpa darah-darah atau dekor macam-macam kesan spooky nya tetap terasa. Hmm, sepertinya aku akan pakai mirror trick ini untuk beberapa waktu ke depan, deh :p




Karena bertepatan dengan waktu dinner, aku pun membuat Halloween dinner dari bahan-bahan yang sudah ada di rumah. Dari hasil membuka-buka kotak penyimpanan ternyata masih ada spageti dan bakso ikan yang jumlahnya lumayan banyak. Langsung saja aku menusuk-nusukkan spageti ke bakso ikan sampai membentuk kaki. Oh, my God aku sudah lama sekali ingin membuat laba-laba dari spageti! Dan akhirnya tercapai juga :D Dari resep yang kulihat online biasanya sosis yang digunakan sebagai tubuhnya, tapi berhubung aku pesco-vegetarian jadi nggak makan itu. Menggunakan bakso ikan sebagai pengganti ternyata hasilnya lumayan. Memang warnanya jadi nggak kontras, tapi yang penting.... rasanya enak, hahaha. Untuk alasnya aku membuat sarang laba-laba dari kertas nasi. Lagi-lagi kurang kontras, tapi aku sengaja karena bahannya aman jika bersentuhan langsung dengan makanan. Nah, bukan Halloween namanya kalau tanpa sweet treats. Biasanya aku cukup membeli banyak permen dan cokelat lalu dimakan bersama, tapi tahun ini aku ingin sesuatu yang berbeda. Aku bentuk treats yang sudah kubeli di minimarket menjadi bertema Halloween. Aku ingin membuatnya menjadi sedikit menyeramkan tanpa terlihat menjijikan, hihihi. Well, aku tahu Halloween treats itu rasanya enak meski bentuknya kadang bikin perut melilit. Tapi aku adalah tipe orang yang lidahnya kadang dipengaruhi oleh bentuk makanan :p Jadi aku membuat laba-laba colorful dari Oreo, Pocky dan chocolate chips. Semua bahannya adalah kesukaanku yang sudah tentu cocok dengan lidahku. Nah, yang tricky aku mau membuat pudding “Bangkit dari Kubur”. Puddingnya sih mudah, aku menggunakan pudding yang sudah ada cup’nya. Untuk tanahnya aku menggunakan bubuk Oreo dan ditambahkan cokelat berbentuk kepala manusia. Tapi untuk nisannya, aku sampai membuat Bapak keliling-keliling mini market untuk mencari biskuit yang bukan saja berbentuk nisan, tapi juga yang rasanya manis. Kebanyakan biskuit yang bentuknya pas adalah biskuit asin yang rasanya sudah pasti nggak cocok dengan puddingnya. Untung saja akhirnya Bapak menemukan biskuit kentang yang rasanya cocok dipadukan dengan pasta cokelat untuk tulisan “RIP” nya, hihihi. Ibu pulang bertepatan ketika aku selesai membuat treats. Beliau ternyata cukup terkesan lho dengan hasil kreasiku.  Tapi juga jengkel ketika melihat dapur yang super berantakan, hihihi :p







Halloween night ku benar-benar menyenangkan, rasanya gembira sekali bisa berkreasi dengan dibantu Bapak. Di hari biasa belum tentu aku ingat untuk “bermain-main” dulu dengan makanan dan membuat to do list yang super panjang. Saking panjangnya aku sampai nggak sempat untuk melakukan semuanya, lho. Rencananya aku mau marathon film seram sebelum tidur tapi malah ketiduran dengan lampu menyela sampai pagi. Still a good sleep though, karena moodku sangat bagus, hihihi :D Waktu bangun tidur perasaan excited ku jadi bertambah karena of course... It’s HALLOWEEN!! Ray yang bekerja di hari sabtu berencana untuk pulang cepat agar bisa menghabiskan waktu Halloween denganku dan orangtuaku di rumah. Ray masih belum ada clue tentang apa yang akan kami lakukan, jadi aku kirimi ia list apa saja yang harus dibawa, hihihi. Setelah Ibu memberikan izin untuk menggunakan dapur, aku dan Ray langsung beraksi dengan bahan-bahan yang telah dibawa. Aku melihat treats ini beberapa waktu lalu di internet, namanya Frankenstein pudding yang sebenarnya kurang tepat karena Frankenstein adalah nama dokternya sedangkan monsternya bernama Adam, atau cukup dipanggil The Monster saja (yup, aku tahu itu semua, lol). Nggak ada cara membuat atau bahan-bahannya, tapi dari gambarnya aku sudah bisa mengira-ngira apa saja yang digunakan untuk membuatnya. Aku menggunakan pudding pandan sebagai wajahnya dan my trusted Oreo “dirt” untuk rambutnya. Agar lebih mirip, aku gambar mata, mulut dan bekas jahitan di cup puddingnya dengan marker. Hasilnya ternyata sangat mirip. Bahkan dari warnanya saja sudah cukup dikenali sebagai The Monster (ingat ya, bukan Frankenstein, hihihi). Lucunya aku dan Ray sempat beragrumen tentang kapan waktu yang tepat untuk memasukan puddingnya ke lemari es. Ray bilang harus tunggu dingin, sementara aku percaya asal bagian atasnya sudah mengeras dan nggak terlalu panas itu sudah aman. Karena kami nggak menemukan kata sepakat akhirnya bertanya pada Ibu yang ternyata setuju denganku, hahaha. Yes :p





Sebenarnya Ibu sudah memasak dinner untuk kami, tapi aku ingin sekali merasakan stuffed Doritos. Itu lho, keju goreng yang berbalut bubuk Doritos. Meski sudah ada keju dan Doritos-nya sejak beberapa waktu lalu, tapi baru sekarang aku punya keberanian untuk mencobanya. Mumpung ditemani Ray, jadi kalau dapur berantakan yang ditegur bukan cuma aku saja, hihihi, ups :p Meski sedikit deg-degan tapi aku tetap berusaha PD untuk mencobanya. Kami berbagi tugas, aku yang memotong-motong keju dan membalutnya dengan telur dan dorito, sedangkan Ray yang menggorengnya. Aku khawatir keju yang meleleh akan membuat penggorengan lengkat, tapi ternyata ajaibnya bubuk Doritos bisa menahan keju tetap di dalam! Woooow, hasilnya bahkan lebih bagus dari video yang kulihat di YouTube, hahaha. Dan rasanya pun ternyata super enak. Ibu bahkan sudah nggak sabar mencobanya sebelum aku mengambil fotonya. Aku pikir rasanya akan salty karena keju dan Doritos sama-sama asin. Tapi ternyata nggak, rasanya seperti keju goreng yang dijual di restoran pizza hanya saja lebih renyah. Sisa telur untuk menggoreng Ray jadikan omelet untuk kami berdua. Ditambah masakan Ibu makan malam kami pun jadi super mengeyangkan. Selesai makan kami baru ingat kalau puddingnya belum dikeluarkan dari lemari es. Karena bentuknya agak mengerikan, jadi aku minta Bapak dan Ray yang terlebih dulu mencobanya. Cacing-cacing yang keluar dari tanah kelihatan sangat nyata. Untung saja mereka bilang rasanya enak, hihihi. Dan aku setuju, begitu juga Ibu. Ah, senangnya Halloween dinner ini berjalan sukses :D





Aku senang Bapak memuji kostum Halloweenku, katanya beliau belum pernah melihat dress itu sebelumnya (well, of course, hihihi). Dan aku juga senang karena Ibu menyukai stuffed Doritos yang aku dan Ray buat. Lain kali beliau akan membuatnya juga katanya :D Setelah Ray pulang aku membereskan dekorasi sederhana yang menempel di tembok. Hari yang melelahkan tapi aku sama sekali nggak menyesal karena hatiku berbunga-bunga (lol, nggak ada seram-seramnya). Halloween selalu jadi saat yang istimewa karena bisa memaksaku untuk kreatif dan melakukan sesuatu yang kadang bahkan belum pernah terpikir sebelumnya. Begitu juga bagi Ibu, Bapak dan Ray, mereka pun merasakan hal yang sama. Karena Halloween aku dan Ibu pernah berkeliling toko kain untuk mencari kain yang harganya paling terjangkau untuk kostumku. Bapak juga pernah membuat sayap Tinker Bell dari gantungan baju bekas yang caranya beliau lihat dari YouTube. Kalau hari-hari biasa mana pernah beliau menonton YouTube dan mau menghabiskan waktu berjam-jam untuk membengkokkan kawat gantungan baju, hihihi. Ray juga jadi pintar mix and match berkat Halloween. Tahun lalu ia datang ke rumah dengan kostum Peter Pan kreasinya sendiri! Padahal katanya sebelum mengenalku ia belum pernah lho excited dengan Halloween, hihihi. 

Setiap aku upload foto-foto Halloweenku di media sosial, teman-teman dan pembaca pasti mengomentari. Ada yang memberi pujian, tapi ada juga yang heran kenapa aku melakukannya. Rupanya banyak yang nggak percaya bahwa Ibu dan Bapak totally okay dengan apa yang kulakukan, ---bahkan begitu mendukung. Aku sendiri sebenarnya justru bingung jika ada orangtua yang melarang anaknya melakukan hal yang sama sepertiku. Ini hanya untuk bersenang-senang dan aktivitas yang dilakukan di hari Halloween bisa semakin mempererat hubunganku dengan orangtua, ---dengan bonus menjadi semakin kreatif. Bapak bilang aku boleh melakukan apapun yang diinginkan selama itu nggak merugikan orang lain dan menyakiti diri sendiri. Dan Bapak melihat Halloween sebagai sesuatu yang positif, meskipun waktu beliau kecil belum mengenal hari ‘menakut-nakuti’ ini. Aku bersyukur mempunyai orangtua yang sangat open minded, nggak melarang sesuatu sebelum mencari tahu dan selalu ikut bersenang-senang denganku. Menutup diri nggak akan menghasilkan apa-apa, malah mungkin akan menjauhkanku dengan orangtua. Hal yang baru bukan berarti buruk, dan hal yang lama bukan berarti lebih baik. Ibu dan Bapak setuju jika “budaya” ini seharusnya lebih acceptable daripada “budaya” bullying, lempar telur saat ulang tahun, corat-coret seragam ketika kelulusan sekolah dan berbagai macam hal “buang-buang” lainnya. Ini  hanya Halloween, dan ini di Indonesia bukan di Irlandia. Menjadi kreatif nggak akan menyakiti siapapun, dan mempunyai moment untuk melakukannya dengan orang-orang tersayang nggak ternilai harganya. So, why not? Aku lega Ibu dan Bapak melarangku untuk mencorat-coret seragam saat kelulusan dan bukannya melarangku untuk ber-Halloween. Thank you so much for your super awesome parenting style, Ibu dan Bapak. I love you both :)


yang setiap tahun dibuatkan kostum halloween oleh ibu dan bapak,

Indi 


___________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Sabtu, 31 Oktober 2015

"Guruku Berbulu dan Berekor" goes to Pamulang Pet Festival! :)


Hai bloggies! Tulisanku kali ini akan singkat saja. Beberapa waktu lalu aku dihubungi oleh admin dari grup Animals Lovers yang memberi kabar bahwa akan diadakah sebuah event yang bernama "Pamulang Pet Festival". Mereka memintaku untuk mengisi talk show edukatif mengenai hewan, khususnya anjing dan menitipkan novel "Guruku Berbulu dan Berekor" untuk dijual di sana. Too bad karena jarak yang jauh dan adanya keperluan di Bandung, aku batal menjadi speaker dan hanya menitipkan novel saja. Sedikit mengenai event ini, Pamulang Pet Festival adalah sebuah acara outdoor yang menyenangkan dan juga bernilai edukatif. Di sana pengunjung bisa bermain, berbelanja serta belajar tentang alam dan hewan peliharaan. Sangat cocok untuk mengajak seluruh keluarga, termasuk hewan peliharaan! :)

Aku mau mengajak teman-teman semua untuk menghadiri Pamulang Pet Festival yang diadakan pada tanggal 31 Oktober sampai 1 November 2015 di Pacuan Kuda, Jl. Pajajaran Tangerang-Banten. Jangan lupa kunjungi booth Animals Lovers untuk mendapatkan novel "Guruku Berbulu dan Berekor" yang berisi kisah-kisah nyata menginspirasi tentang manusia dan hewan peliharaannya. Royalti dari penjualan novel ini digunakan untuk membantu hewan-hewan terlantar, lho. Harga tiket masuk Rp. 20.000, sedangkan biaya pendaftaran untuk kontes anjing RP. 100.000. Itu berlaku untuk satu hari kunjungan, jadi artinya kalian bisa bersenang-senang sepuasnya :D

Jangan sampai ketinggalan, ya. Yuk manfaatkan kegiatan menyenangkan ini sambil berdonasi. Tapi jika teman-teman nggak bisa hadir dan tetap ingin memiliki novel "Guruku Berbulu dan Berekor", jangan khawatir, kalian bisa mendapatkannya di www.homerianshop.com :)

cheers!

Indi

____________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Jumat, 23 Oktober 2015

Cerita dari Premiere Film Goosebumps, Review dan Halloween Costumes! :)

Boo! Yay, Halloween hampir tiba! :D
Kalau teman-teman sering membaca blog ini pasti tahu betapa terobsesinya aku dengan Halloween. Well, untuk yang baru tahu dan malas untuk membuka tulisan-tulisan yang lalu, aku ceritaan lagi deh sedikit, hihihi. Halloween ala aku adalah waktu istimewa yang nggak ada hubungannya dengan tradisi asalnya di Irlandia. Bagiku (dan Ray, dan orang-orang di rumah), Halloween adalah saat untuk bersenang-senang, bermain kostum, menonton film seram, menghias rumah dan tentu saja banyak permen! :D Jadi meskipun “Halloween party” bertebaran di mana-mana, belum tentu konsepnya akan cocok denganku. Bahkan beberapa waktu lalu, ketika masih bekerja di preschool yang berbasis kurikulum British aku nggak cocok dengan Halloween di sana karena berkiblat ke Irlandia. Sementara yang lain memakai kostum seram, aku malah ngotot ingin pakai outfit colorful, hahaha. Tapi sisi baiknya aku jadi ada alasan untuk punya dua buah kostum sekaligus :p Dan tahun ini rasa excited ku ternyata jadi berkali-kali lipat! Karena selain kostum baru, stok film Halloween juga bertambah. It’s Goosebumps the movie! :D

Kalau soal fakta yang ini mungkin hanya sedikit yang tahu (keluarga, Ray dan teman-teman dekat), aku adalah penggemar Goosebumps! Dan bukan hanya penggemar biasa, aku adalah die hard fans alias penggemar super berat, hihihi :D Kalau anak-anak seusiaku dulu hanya membaca buku-bukunya, nah aku sekalian buka lapak, ---alias menyewakan buku-bukunya karena koleksiku lengkap (plus bonus-bonusnya). Lalu beberapa tahun kemudian, tingkat jatuh cintaku pada Goosebumps semakin bertambah karena ada serialnya diputar di TV. Setiap pulang sekolah pasti deh aku duduk manis (eh, asem ding, belum mandi sore, hiiiii) lalu menatap layar Trans TV. Too bad, serialnya nggak diputar sampai habis dan aku pun harus beralih ke internet lalu mulai berlangganan TV kabel. Meski sampai pindah 3 kali, ---dan channelnya pun berganti-ganti, tapi hampir seluruh episode Goosebumps sudah aku tonton. Sebagai bonus, aku malah sudah menonton semua episode The Haunting Hour, serial “versi remaja” ala Goosebumps yang juga ditulis oleh R. L Stine.  Mungkin dibandingkan R. L Stine sendiri aku malah lebih hapal dengan cerita-ceritanya, hahaha.

Aku masih punya bonus stiker glow in the dark dan pembatas bukunya, lho :)

Waktu rumor Goosebumps akan dijadikan film layar lebar beredar aku langsung jingkrak-jingkrak nggak karuan. Gimana nggak, bukunya sudah terbit 21 tahun lalu dan aku yakin banyak penggemar di seluruh dunia yang berharap buku dan serial keren ini dijadikan film. Hampir setiap online aku cek diskusinya di IMDB (situs ini semacam ‘kitab’ ku kalau kata Ray, lol), dan begitu trailernya keluar aku sampai nonton berulang-ulang dan selalu terpekik excited bahkan di kali keseratus aku menontonnya. Satu hari sebelum filmnya diputar jantungku sepertinya hampir meledak karena over excited. Semalaman aku nggak bisa tidur karena nggak sabar ingin cepat-cepat menyaksikan monster-monster seram yang setia menakutiku semasa kecil, hihihi. Untuk meredakan ‘ketegangan’ yang cukup untuk mengganggu seisi rumah, aku menyiapkan outfit untuk dipakai di pemutaran film. Aku ingin apa yang dipakai nanti Halloween-ish, tapi tetap pantas untuk dipakai ke bioskop :D

Tengah malam aku membuka lemari baju dan menemukan sebuah dress orange yang mengingatkanku dengan pumpkin, ---dan juga cerita Goosebumps yang berjudul “Attack of the Jack O’-Lanterns”. Si Pumpkinhead ini menyeramkan, apalagi visualisasinya di serial The Haunting Hour. Tapi tentu di Halloween ala aku semuanya harus tetap colorful dan cheerful, jadi aku padukan dressnya dengan sneakers Converses warna hijau, ---yang mengingatkanku dengan style anak-anak tahun 90’an (Goosebumps rules! Lol). Aku juga mengganti casing handphone dengan model kamera agar mirip dengan tokoh di “Say Cheese and Die”, lengkap dengan gantungan cacingnya untuk memberikan sedikit sentuhan dari “Go Eat Worms”. Kuku-kukuku juga nggak mau ketinggalan “berkostum”, aku mengecatnya dengan warna hijau-ungu sesuai dengan cover buku Goosebumps yang iconic, hihihi (aku dapat ide ini dari blogger lain, btw). Karena rencananya aku akan nonton bersama Ray, jadi aku minta ia untuk berdandan seperti R. L Stine. Awalnya sih ia bilang nggak punya kemeja warna hitam, tapi akhirnya Ray punya jalan keluarnya ;) Mungkin teman-teman bingung, untuk apa aku dan Ray berdandan ala Goosebumps sementara orang yang melihat mungkin nggak akan ngeh dengan detail yang kami pakai. Well, kami lakukan ini untuk diri sendiri kok. Aku merasa happy karena we put effort for our costumes, kami membuat Halloween kami sendiri, iya, kan? ;)

Ray sebagai R. L Stine dan aku sebagai Pumpkin Head.

Go Eat Worms VS Say Cheese and Die. Dua-duanya seri favoritku :)

Purple and green, 2 warna iconic Goosebumps! :)

Beruntungnya aku (--dan Ray) karena bisa menonton Goosebumps di tanggal 14 Oktober 2015 sementara pemutaran serentaknya di seluruh dunia baru 2 hari kemudian. Di perjalanan sengaja aku merekam ke-excited-an kami untuk vlog di YouTube, siapa tahu nanti bisa ditonton sama anakku kelak. Hahaha, just kidding, ditonton sama sepupu-sepupu kecilku maksudnya, karena mereka suka sekali menonton video-video kakaknya ini :) Kami tiba right on time, waktu opening title nya baru muncul di layar. Segera setelah aku duduk di seat urutan ketiga, jiwaku pun langsung tenggelam di keajaiban film Goosebumps. Aku benar-benar terbawa dengan ceritanya, terpukau dengan visualisasinya dan nggak terhitung berapa kali mataku berkaca-kaca karena haru. It was a perfect day, ---bahkan super perfect seandainya laki-laki di sebelahku (---bukan Ray) nggak berisik dan jorok. Ia makan dengan mulut terbuka dan lidah mengecap lalu menjilatinya dengan berisik. Herannya pacarnya mau-mau saja dikiss tangannya sambil dipeluk-peluk. Eww, gross! Pemandangan seperti itu kasih aku goosebumps yang sesungguhnya, hahaha :’’’D

Bersama poster Goosebumps. Mata berkaca-kaca karena ini diambil setelah film selesai :p

Goosebumps the movie ini menceritakan tentang Zach, remaja yang baru saja pindah ke lingkungan baru yang membosankan bersama ibunya. Di sana ia berkenalan dengan Hannah, seorang remaja perempuan yang tinggal di sebelah rumahnya. Hannah menyenangkan, humoris dan juga cerdas, tapi Zach merasa ayah Hannah bukan ayah yang baik karena di malam hari ia mendengar suara mereka sedang berargumen. Lalu suatu hari Zach dan Champ, teman barunya di sekolah (he’s my favorite) memutuskan untuk menyelinap ke rumah Hannah dan menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi. Sebelum mendapatkan jawabannya mereka menemukan rak buku yang berisi naskah-naskah cerita Goosebumps! Karena penasaran mereka membuka salah satu bukunya, ---yang anehnya sengaja digembok, dan... BOOM! Monster pun keluar dari sana! Ternyata ayah Hannah adalah seorang penulis horror yang sangat Champ kagumi; R. L Stine!! :O

Aku nggak mau spoiler soal cerita lanjutnya karena akan lebih seru jika ditonton sendiri, tapi aku akan berbagi hal-hal menarik dari film ini dari sudut pandangku yang seorang penggemar berat Goosebumps, ---bukan kritikus film, hihihi. Film ini mewujudkan impian para die hard fans nya Goosebumps, baik buku ataupun serial TV. Kenapa? Karena Slappy menjadi “monster” utamanya! Sebelum muncul di film ini, aku sudah mengenal Slappy sebagai tokoh dari cerita “Night of the Living Dummy”, sebuah boneka yang bisa hidup ketika dibacakan kartu mantra yang terselip di saku jasnya. Yup, mirip seperti Chucky, hanya saja lebih seram dan aku percaya setelah Child's Play yang original banyak sekuelnya yang terinspirasi dari cerita Slappy, termasuk yang terbaru, “Chucky the Return”. Di sini Slappy seolah menjadi ketua gang yang merencanakan pembalasan dendam dari para monster. Pssst, kita bakal tahu gimana perasaannya selama ia menjadi ‘anaknya’ R. L Stine, lho. Untuk yang terbiasa menonton serial TV nya mungkin penampilan Slappy di sini terasa agak berbeda. Wajahnya lebih halus dan rambutnya gelap, bukan orange menyala yang membuat senyum sinisnya semakin menyeramkan. Awalnya aku juga heran, tapi setelah diingat-ingat di sampul buku “Night of the Living Dummy” pun sebenarnya Slappy digambarkan seperti itu, kok :) Dan untuk versi film tentu saja disesuaikan dengan Jack Black pengisi suaranya, yang surprisingly bagus meskipun style nya berbeda dengan Ron Stefaniuk, dubber versi TV :)

Di trailernya aku melihat banyak CGI untuk menciptakan efek monster. Not a bad thing, hanya saja di serial TV aku nggak banyak menemukan ini. Tapi ternyata aku salah karena menilai keseluruhan film hanya dari trailer. CGI ternyata hanya berlaku untuk monster-monster besar seperti Warewolf dan Snowman, sementara Jack si kepala labu, kadal dari “Calling All Creeps”, zombie dan teman-temannya masih menggunakan efek make up sama seperti di serial TV nya! Ah, what a memory. Banyak hal di film ini yang membawa the good old memory of Goosebumps series. Lelucon-lelucon yang diselipkan di adegan-adegan seram, camera work yang nggak terlalu too much dan style pemerannya yang sederhana. Suka sekali dengan style pemeran Hannah yang mirip dengan penampilannya di serial TV (ups, maaf nggak bermaksud spoiler, hehehe). Dengan kata lain, film ini cukup faithful dengan buku dan serialnya, dengan moderinisasi yang nggak membuat ciri khasnya hilang. Meski kalau boleh ada 1 yang ditambahkan, aku ingin film ini juga memiliki intro lama Goosebumps. Itu lho, yang ada seekor anjing duduk di beranda dengan mata menyala dan barking dengan nada soundtrack’nya, “woof woof woof woof woof,” hahaha :D

Tiap lihat intro Goosebumps aku selalu ingat Eris. Mereka mirip, apalagi kalau lagi cemberut. Setuju? :p

Awalnya aku dan Ray agak meragukan penampilan Jack Black sebagai R. L Stine. Meski aku nggak mengenal R. L Stine secara personal, tapi aku sering melihatnya di opening dan closing serial TV nya, jadi sedikit banyak tahu gesture tubuh dan cara bicaranya. Jack Black aktor yang baik (aku menyukainya dari film “School of Rock” dan “Envy”), tapi ia lebih sering berperan di film-film komedi, terutama belakangan. Surprise, surprise... actingnya membuat kami terkesan. Ia punya tatapan dingin yang bikin merinding tapi juga bisa melontarkan lelucon yang membuat tertawa. Penampilannya sebagai dubber Slappy dan Invisible Boy juga patut diacungi jempol. Aku merasa ia punya banyak potensi, sepertinya bisa jadi the next Robin Williams :D Pemeran Zach tentu saja lebih “terformula” alias jadi tipikal pemeran utama yang good looking dan lucky dalam berbagai situasi. Tapi justru itu yang aku suka karena “sangat Goosebumps”, hehehe. Sedangkan Hannah membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama, she’s beautiful dan karakternya kuat. Nggak tahu kenapa, mungkin karena terlalu banyak membaca Goosebumps aku jadi punya “weird hint” dengan perannya di sana, ---yang ternyata benar. Lagi-lagi aku nggak mau spoiler tapi aku akan beri clue’nya; Hannah adalah Hannah yang sama dengan yang ada di salah satu judul Goosebumps! (tissue, mana tissue? Hiks). Tapi tokoh favoritku justru Champ, teman Zach yang super kocak. Melihat wajahnya rasanya familiar tapi sampai filmnya selesai aku tetap nggak ingat pernah melihatnya dimana. Ketika di rumah gue baru sadar bahwa ia adalah Ryan Lee, aktor yang waktu kecil pernah bermain di serial The Haunting Hour episode “My Imaginary Friend”! Oh, my God... bagaimana aku bisa lupa, padahal itu salah satu episode terbaik! Well, mungkin karena waktu kecil ia lebih chubby dan rambutnya agak panjang, ya :) Btw, berdasarkan halaman IMDB nya, ini adalah film layar lebar perdananya. Aku harap ia akan berperan di lebih banyak film lagi karena actingnya bagus. Di The Haunting Hour ia berhasil membuatku menangis, sedangkan di Goosebumps ia begitu menghibur. Hebat, kan? ;)

Bukan Goosebumps namanya (---atau bukan R. L Stine? Lol) kalau ceritanya nggak punya twist ending. Begitu juga dengan  film ini. Meski aku menonton serialnya ribuan kali, ---literally---, tapi aku masih surprise, apalagi puncak dari film ini ada 2 kali. Mau tahu apa? Nonton sendiri, ya, hihihi. Dan aku suka karena di film ini juga diselipkan “inside joke” yang hanya akan dimengerti oleh penggemar Goosebumps. Misalnya saja dengan menyebut nama Mr. Shivers yang sebenarnya versi rip off dari buku Goosebumps. Well, aku belum pernah membacanya karena bukunya nggak beredar di sini (bahkan katanya hanya dijual di tempat semacam dollar store atau dollar tree, hihihi). Tapi menyebut Shivers di film Goosebumps jadi terdengar seperti menyebut Ganteng-Ganteng Srigala di film Twilight, hahaha :D Para orangtua yang mengantar anaknya menonton film ini juga dijamin nggak bosan, karena ada lelucon yang mungkin nggak akan dimengerti oleh anak-anak, ---tentang seorang penulis horror senior yang karyanya sering dibuat film layar lebar. Well, aku nggak mau spoiler (again and again), tapi mungkin “The Shining” akan mengingatkan pada sesuatu? ;) 

Aku beri film ini nilai 9 dari 10. Ceritanya sempurna, benar-benar dreams come true. Tapi ya itu dia... aku rindu dengan intro Goosebumps yang klasik (OMG, anjingnya mirip seperti Eris! Hahaha). Oh, iya untuk yang bukan penggemar Goosebumps pun nggak akan kebingungan kalau menonton film ini. Memang mungkin akan bingung dengan inside jokesnya, tapi ceritanya ringan dan menghibur. Cocok untuk ditonton seluruh keluarga, bahkan anak-anak sekalipun. Karena versi yang ini sengaja dibuat nggak terlalu seram. Dulu, waktu serialnya diputar di TV saking seramnya menurut polling penggemarnya malah orang dewasa usia 20-30 tahunan. Padahal target serialnya untuk anak di atas usia 7 tahun, lho! Hihihi, Pak R. L Stine memang terlalu pintar menakut-nakuti, ya :p Jadi kalau teman-teman sedang mencari film bertema Halloween, Goosebumps bisa jadi pilihan yang seru. Jarang-jarang kan ada film horror yang aman untuk mengajak sepupu atau keponakan kecil kita ikut nonton? Hihihi.

Di perjalanan pulang aku nggak bisa berhenti membicarakan film yang baru saja ditonton itu. Meski Ray bukan fans berat Goosebumps (ia hanya membaca buku-bukunya saja), tapi ia juga setuju kalau filmnya sangat bagus. Menurut Ray ada 3 hal yang bisa menggambarkan film ini, yaitu; Lucu, twisted dan banyak unexpected thing happen. Yup, aku juga setuju ;) Sepertinya film ini akan membuatku excited sepanjang bulan Oktober. Sekarang saja aku sudah nggak sabar menunggu DVD nya rilis, padahal baru saja 10 hari yang lalu aku menontonnya :D Halloween baru akan dimulai, tapi aku sudah bisa bilang bahwa ini adalah best Halloween ever! Apa? Setiap tahun aku bilang begitu? Well, memang, sih :p Okay, sebaiknya aku sudahi dulu tulisan ini, jangan sampai aku malah nggak tahan untuk spoiler karena over excited, hihihi. Sekarang aku mau menikmati Halloween morningku dengan marathon serial Goosebumps dan menikmati gummy worms hadiah dari Ray. Celebrating or not, aku harap bulan Oktober kalian menyenangkan. Dan happy Halloween, however. Don’t take it too serious, karena ini Halloween ala aku! Boo! :D



treat OR treat,

Indi


__________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Sabtu, 17 Oktober 2015

Scoliosis? Jangan Sampai Diabaikan! ;)

Teman-teman, sudah tahu belum scoliosis itu apa? Nah, hari ini aku akan mengenalkan kalian dengan sesuatu yang sudah menemaniku selama bertahun-tahun. Yup, aku sudah bersama scoliosis sejak berusia 13 tahun :) Scoliosis adalah kondisi kesehatan tulang belakang yang memiliki kelainan 3 dimensi dengan struktur yang nggak simetris. Meskipun 3 dimensinya rumit, tapi ketika dirontgen kelainan tulang belakang yang berbentuk S atau C ini akan terlihat lurus, lho!

Ada 3 etiologi scoliosis (penyebab), yang pertama adalah idopatik, atau nggak diketahui penyebabnya. Ini terjadi sebanyak 80-85% dari kasus scoliosis yang ditemukan, termasuk scoliosis yang aku idap. Yang kedua adalah kongenital, atau kelainan dalam pertumbuhan. Dan yang ketiga adalah neoromuskeletal, atau kondisi syaraf dan otot yang bisa menyebabkan scoliosis. Secara umum ada 2 jenis pengobatan untuk scoliosis, yaitu bedah dan intervensi non bedah, juga perawatan non bedah seperti latihan, rehabilitasi dan beberapa teknik konservatif lainnya.

Tapi tahukah kalian, sejak tahun 2007 (sesuai J. Paed Ortho) SpineCor ditemukan sebagai pengobatan non bedah yang paling efektif untuk scoliosis! :D Cara kerja soft brace (penyangga) yaitu dengan "mengajarkan" tubuh kita untuk kembali ke biomekanik normal. Keren, kan? ;) 
Mungkin kalian bertanya-tanya, karena baru ada 8 tahun kira-kira banyak nggak sih yang sudah memakai SpineCor? Jawabannya, tentu saja! Selain aku yang sudah memakainya selama 11 bulan belakangan, di bawah ini aku share foto-foto before dan after pengidap scoliosis yang juga menggunakan SpineCor.

Hasil rontgen pasien berusia 21 tahun setelah memakai SpineCor :)

Hasil rontgen pasien besusia 14 tahun setelah memakai SpineCor :)

Meskipun sama-sama melengkung, setiap jenis scoliosis itu unik lho, teman-teman. Tindakan yang diambil pun tentu harus berbeda-beda. Hasil riset membuktukan bahwa SpineCor terbukti efektif 89% untuk menstabilisasi dan memperbaiki scoliosis. Dan hasil riset terhadap 400 pengidap scoliosis selama 10 tahun, SpineCor ternyata hasilnya konsisten! Cool! Aku makin semangat deh untuk memakai brace yang super keren ini ;)

Di balik dress merah ini aku memakai SpineCor, lho. Nggak terlihat, kan? ;)

Adakah di antara teman-teman yang mengidap scoliosis? Jika kalian sudah mencoba bermacam-macam terapi dan pengobatan tapi hasilnya kurang berkenan (---well, seperti aku dulu), SpineCor ini sangat pantas untuk dicoba. Aku dan banyak scolioser lain sudah banyak terbantu, dan aku harap semakin banyak yang merasakan "keajaiban" SpineCor, hihihi. Kalau ingin tahu lebih banyak tentang SpineCor, kalian bisa membuka situs Spine Body Center di www.spinebodycenter.com. Alamatnya di APL Tower, Lt. 25 Jakarta, atau hubungi langsung ke 021 29339295. Dr. Anthony Fong konsultan mereka, pasti dengan senang hati membantu kalian.

Saranku, jika merasa ada yang "salah" dengan tulang belakang kalian, segera periksakan ya. Karena mencegah itu tentu lebih baik daripada mengobati. Tapi jika sudah terlanjur terkena scoliosis, don't be sad... yuk kita lawan sama-sama dengan SpineCor! ;)

cheers,

Indi

__________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Sabtu, 03 Oktober 2015

Support Indi Sugar di Gogirl! Passion Pitch 2015 :)


Teman-teman! Aku mengikuti "Gogirl! Passion Pitch 2015", nih. Ini adalah bagian dari rangkaian acara tahunannya Gogirl!, Gogirl! Expo. Kalau kamu perempuan, ---atau punya adik perempuan kemungkinan besar tahu dengan majalah yang super stylish dan inspiring ini. Di ajang ini Gogirl! bakal mewujudkan passion pembacanya dengan memberi mentor untuk membimbing sesuai dengan bidang yang dipilih. Passionku sendiri, (---sudah tahu, dong, hihihi) adalah di bidang menulis. Sejak kecil aku terbiasa menulis di buku harian setiap hari. Awalnya aku nggak tahu bahwa itu adalah yang dinamakan passion sampai akhirnya aku kecanduan! Satu hari saja nggak menulis rasanya ada yang kurang. Kebiasaan itu terbawa sampai dewasa dan sampai aku berhasil menerbitkan 4 buah buku best seller yang salah satunya menjadi film layar lebar. Dari menulis juga aku mendapatkan beberapa penghargaan, termasuk menjadi salah satu finalis di Kartini Next Generation Award 2015 dari Kominfo :)

Mungkin teman-teman bertanya-tanya, kenapa dengan pencapaian yang sudah diraih aku masih ingin ikutan Gogirl! Passion Pitch, ya? Alasannya karena selama ini aku hanya menulis mengandalkan feeling dan pengalaman, sama sekali belum pernah belajar secara formal. Jadi betapa menyenangkannya jika aku mempunyai tutor untuk menggali passionku sekaligus menambah pengalaman. 

Aku berharap Gogirl! memilihku sebagai salah satu finalis dari kontes ini, dan I'm gonna show my best jika diberi kesempatan :) Nah, teman-teman juga bisa membantu agar juri mempertimbangkanku untuk terpilih, lho. Caranya dengan menonton video profileku di sini, like dan tinggalkan komentar postiif. Satu buah feedback postitif dari kalian berarti sekali untukku karena itu dihitung sebagai bentuk dukungan.
Jadi please, please, please, support aku di Gogirl! Passion Pitch 2015 dan doakan agar aku berhasil, ya! :)

like dan tinggalkan komentar di video ini

cheers,

Indi

___________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Minggu, 27 September 2015

(Bukan) Piknik Impian Kami yang Berkesan :)

Kapan terakhir kali kalian piknik? Kalau ada yang jawab, “Sudah lama”, atau malah “Nggak ingat,” aku nggak kaget. Soalnya untukku sendiri ide piknik ini sempat terasa mustahil. Bayangkan saja di awal aku dan Ray berkenalan kami sering berencana untuk piknik berdua, tapi baru terealisasi 8 tahun kemudian! Hahaha :D 

Waktu kecil aku sangat akrab dengan piknik. Hampir ke mana pun, ---terutama jika bersama Nenek,--- kami membawa tikar dan bekal makanan. Di taman asyik, di kebun binatang jadi, malah di pinggir jalan ketika macet pun oke-oke saja. Tapi setelah beranjak dewasa aktivitas piknik semakin berkurang hingga akhirnya menghilang sama sekali. Alasannya selain semakin sibuk, tempat nyaman untuk piknik pun semakin berkurang. Polusi di mana-mana dan... uh, piknik di taman komplek rumah bukan lagi ide bagus karena semakin gersang dan penuh dengan pedagang kaki lima :( Karena hal-hal inilah aku dan Ray hanya bisa berencana sambil mengkhayal tempat ideal untuk piknik kami. Well, sebenarnya kami sempat terpikir untuk piknik di museum, tapi ternyata dilarang membawa makanan dari luar, hahaha :p

Di zaman sekarang ini tempat nge-date ada di mana-mana. Mall ada di tiap belokan (eh, itu mah mini market, lol), bioskop besar sampai bioskop mini juga ada di hampir semua daerah. Belum lagi tempat-tempat yang bikin betah untuk berlama-lama nongkrong sambil menikmati wifi macam restoran atau foodcourt juga bukan lagi tempat yang ekslusif. Tapi tetap, aku dan Ray pengen banget bisa mengalami yang namanya piknik berdua. Selain waktu yang dihabiskan jadi lebih berkualitas, kami juga ingin bertukar masakan masing-masing. Kebetulan Ray suka sekali masak, dan aku... suka sekali bikin dapur berantakan alias bereksperimen. Belum lagi kalau kami bisa menikmati hari gadget free sambil melihat matahari terbenam, pasti keren banget tuh, hahaha :D

Makanya waktu Bandung, ---kota tempat di mana aku dan Ray tumbuh,--- sekarang menjadi kota yang memiliki banyak taman tematik, kami excited sekali. Nggak sabar rasanya mencoba piknik di salah satunya. Aku sendiri pernah ke taman film dan taman Cibeunying, tapi dalam rangka mengisi acara bersama ODHA Berhak Sehat dan D-100, bukan untuk ngedate, hehehe. Tempatnya sih nyaman-nyaman, tapi menurutku nggak pas untuk dipakai piknik atau makan-makan, ---jadi 2 taman itu kami keluarkan dari list. Akhirnya atas saran Ayu, ---temanku, kami memilih taman Masjid Agung Bandung. Katanya di sana cocok untuk piknik karena tempatnya luas dan jadi favorit para keluarga. Setelah tempatnya fix kami tinggal tentukan waktunya. Masih atas saran Ayu, kami putuskan untuk piknik di sore hari karena kalau siang (katanya) taman terbuka itu cukup terik.

Sekitar jam setengah 5 sore kami berangkat ke Masjid Agung. Di perjalanan kami super super super excited. Bayangkan saja penantian selama 8 tahun akhirnya hampir jadi nyata, hahaha. Kami sudah super siap dengan perbekalan kami. Aku membawa macaroni tuna, jus strawberry dan tentu my trusty friend... si ukulele pink, lol. Sedangkan Ray membawa tortilla chips dan saus keju buatannya. Nggak lupa aku juga sudah menyiapkan alas untuk kami duduk-duduk di rumput sintetis nanti (yup, bukan rumput sungguhan, sih... tapi better than nothing, kan). Pokoknya super siap, seolah disiapkan selama 8 tahun, hahaha. Waktu kami tiba di parkiran ternyata penuuuuh sekali. Mobil Hello Kitty kesayanganku sampai harus memutar beberapa kali. Tapi karena kami sedang super happy jadi itu bukan masalah ;)

Dari tempat parkir di basement kami harus melewati banyak penjual makanan dan mainan. Pokoknya ramai, mirip seperti suasana sebelum masuk ke Kebun Binatang Bandung. What a memory :D Butuh waktu sekitar 30 menit sampai kami bisa masuk ke area taman dan kami pun langsung disambut dengan... Lautan manusia! Hahaha... Aku sampai nggak mengenali taman Masjid Agung ini karena terlihat berbeda dengan yang dilihat di internet. Tempatnya indah, tentu. Tapi maksudku suasananya ramai sekali, sampai-sampai kami nggak bisa melangkah tanpa melewati seseorang yang sedang duduk. Aku dan Ray sempat kebingungan karena seluruh tempat nampaknya sudah terisi. Tapi akhirnya kami ‘menyempil’ di antara banyak pengunjung lain, hanya beberapa meter saja dari batas taman karena kami nggak bisa masuk lebih jauh lagi :p

Belum apa-apa kami sudah jadi pusat perhatian. Dengan canggung aku membentangkan kain untuk alas duduk kami (btw, kain ini diberi oleh salah satu pembacaku, namanya Caca. Thanks a lot, ya!) dan meletakan perbekalan di atasnya. Rupanya kami satu-satunya yang membawa perlengkapan piknik, ---pengunjung lain lebih memilih selonjoran langsung di rumput. Entah berapa kali aku mendapat pertanyaan tentang tujuan kedatangan kami, banyak yang mengira aku akan show atau semacamnya. Mungkin karena ukulele yang kubawa, hahaha. Tapi kami berusaha tetap tenang dan menikmati waktu. Di antara lautan manusia kami pun menikmati bekal dan mengobrol santai :)




Jujur saja, suasana taman Masjid Agung ini di luar dugaan kami. Piknik sunyi dan damai hanya tinggal khayalan. Bahkan untuk makan dengan tenang saja kami kesulitan. Banyak pengunjung yang kurang bisa menghormati kehadiran orang lain, mereka bermain bola sambil berlari-lari sementara ada yang sedang berusaha menikmati camilan sore. Beberapa kali aku terkena tendangan bola dan bahkan sampah kecil seperti tutup botol. Ajaibnya, kebanyakan yang bermain dengan liar bukan anak-anak, tapi justru para orangtuanya. Mungkin karena over excited mereka juga jarang yang meminta maaf. Sampai-sampai malah jadi aku yang menasehati, “Hati-hati Pak kalau main, kena kepala orang bisa bahaya,” hahaha. Dua hal lain yang mengganggu kenyaman kami, pengunjung juga banyak yang menyepelekan sampah. Bekal yang mereka bawa ada yang tercecer dan mereka enggan untuk memungutnya. Padahal tempat sampah disediakan di sudut-sudut taman, lho. Mungkin di foto juga terlihat kalau aku duduk di antara ceceran popcorn, hiks. Yang terakhir, dan yang paling membuatku sedih, saat adzan magrib berkumandang suasana riuh sama sekali nggak berubah. Yang mengobrol tetap nggak mengecilkan volume suaranya, dan yang main bola tetap sibuk menghajar kepala random citizen, lol. Well, meskipun nggak shalat, tapi at least homatilah yang sedang beribadah. Toh mereka juga pasti nggak suka kalau sedang private moment dengan Tuhan dengar suara orang yang ngobrol random tentang selfie dan Facebook, lol.



Dari pengalaman pertama kami, aku bisa membagi sedikit tips, nih. Siapa tahu saja bermanfaat untuk teman-teman yang berencana piknik ke taman Masjid Agung.
1. Sore hari memang jadi waktu yang paling sibuk, karena bertepatan dengan jam pulang kantor dan sekolah. Tapi jika ingin menghindari teriknya matahari jam 3 atau 4 sore adalah waktu yang tepat untuk menikmati suasana sore.
2. Bawa kantung plastik dari rumah. Karena sepatu dikhawatirkan mengotori rumput sintetis, ada baiknya disimpan saja di kantung plastik. Dan kantung plastik juga berguna untuk menampung sampah sementara jika kesulitan untuk mencapai tempat sampah yang berada di ujung-ujung taman. 
3. Bawa alas! Mungkin kalian akan mendapatkan tatapan yang bikin canggung, tapi trust me, alas itu bermanfaat sekali. Selain menjaga agar tubuh kita nggak terpapar langsung dengan rumput, alas juga menghindari bekal makanan kita tercecer dan meninggalkan jejak sampah saat pulang nanti. 
4. Selalu ingat bahwa ini adalah tempat umum, kita nggak pernah tahu akan bertemu dengan siapa. Aku dan Ray dihampiri oleh seorang little girl, anak dari orangtua yang berjualan di basement. Ia terus-terusan bertanya tentang bekal makanan kami, ukuleleku, bahkan tas yang aku bawa dan duduk di samping kami untuk waktu yang cukup lama. Be polite, jangan kasar. Jawab saja pertanyaannya seperti menjawab adik/keponakan sendiri karena ia juga sama-sama pengunjung di tempat ini. 
5. Bermain bola dan lempar tangkap panah karet bukan ide bagus untuk dilakukan di tempat ramai. You might hurt someone. Tapi jika suasana agak sepi, silakan.
6. Meski tamannya asyik, jangan lupa ini adalah bagian dari halaman tempat ibadah. Saat adzan hentikan dulu aktivitas, hormati orang-orang yang akan sholat di masjid.
7. Kalau kalian termasuk orang yang gampang terganggu dengan hal-hal kecil, piknik di taman Masjid Agung mungkin bukan ide yang bagus :)




Meski nggak mudah untukku dan Ray beradaptasi di sini, tapi kami tetap menikmati waktu berkualitas berdua (---di antara ratusan orang, hahaha). Bekal kami habis dan kami banyak mengobrol hal-hal seru. Kami bahkan baru ingat pulang setelah angin mulai bertiup kencang. Piknik kali ini memang nggak seperti khayalanku dan Ray 8 tahun yang lalu. Tapi nggak ada salahnya sesekali menikmati waktu di tengah-tengah suasana yang di luar comfort zone kami. Toh pada akhirnya dengan siapa aku menghabiskan waktu menjadi lebih penting daripada di mana aku menghabiskan waktu. Aku dan Ray tetap akan berusaha mewujudkan impian piknik kami, of course. Tapi piknik di taman Masjid Agung ini juga tetap akan dikenang dan tercatat sebagai piknik kami yang berkesan ;)

yang pikniknya bawa ukulele,


Indi

___________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Email: namaku_indikecil@yahoo.com

Senin, 21 September 2015

Kata Gaby; Tentang Kepergian :)

My two “little sisters”, Gaby dan Billa :)
  
Gaby (kiri) dan Billa (kanan) sangat kritis, jika ada yang mengganjal pasti akan bertanya.


Di hari pemakaman Kakek hampir seluruh keluarga besar hadir, termasuk 2 orang sepupuku, Gaby (8 tahun) dan Billa (6 tahun)

Gaby bertanya, "Kak, meninggal itu apa?"
"Meninggal itu artinya waktu tinggal di dunia sudah habis, ---sudah waktunya pulang ke tempat Tuhan," jawabku.
"Oh, ke surga ya?" tanya Billa.
Aku mengangguk, mengiyakan.

Kami bertiga duduk di ujung tangga sambil melihat keluarga dan kerabat yang saling berpelukan, melepas kepergian Kakek. 
Lalu tiba-tiba saja Gaby kembali bertanya, "Kenapa semua orang menangis? Seharusnya mereka nggak sesedih itu. Iya, kan Kak?"
Aku sedikit terkejut, tapi tetap berusaha tenang dan balik bertanya padanya, "Mereka menangis karena kangen sama Kakek... Memangnya kamu nggak kangen?"
Gaby tersenyum lebar, "Kan Kakak yang barusan bilang kalau Kakek pulang ke surga. Semua orang juga akan ke sana, kan? Jadi buat apa sedih? Nanti juga bertemu lagi."
Aku ikut tersenyum. Sepertinya aku baru saja mendapatkan pelajaran berharga dari seorang anak berusia 8 tahun... :) 


Kakek dan aku. Foto ini diambil di Villa Purwakarta. Kakek dimakamkan tepat di depan villa ini.


 Persembahan dariku untuk Kakek :)


yang suatu hari akan bertemu lagi dengan Kakek,

Indi

__________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469