Tampilkan postingan dengan label Braga Citywalk. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Braga Citywalk. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 15 Juni 2019

Ulang Tahun yang "Kejepit".

Gimana sih rasanya punya hari lahir yang selalu "kejepit"? Aku tahu rasanya! Waktu lahir aku lebih cepat dari tanggal perkiraan dokter. Alhasil aku lahir di malam Lebaran, waktu Ibu mau beli baju baru. Malah waktu mau mendarat di dunia pun aku literally kejepit, alias terlilit tali pusat, hahaha. 
Setelah dewasa aku jadi terbiasa kalau ulang tahunku jatuh di bulan puasa atau Lebaran (dan somehow libur nasional lain). Nggak selalu, of course karena kalender masehi dan hijriah nggak selalu match. Tapi cukup sering sampai aku jadi semakin ahli bikin bukber atau makan-makan lain dalam rangka perayaan ulang tahun :p

Punya hari ulang tahun di saat orang-orang sibuk dengan keluarga masing-masing, termasuk bersiap mudik memang cenderung membuat hari jadiku terlupakan. Biasanya teman-teman hanya mengucapkan selamat lewat chat dan hanya 1 atau 2 orang yang benar-benar bisa hadir. Kalau mau agak banyakan ya itu dia, aku pakai modus ngajak makan-makan, hahaha. TBH, aku nggak pernah anggap perayaan ultah sebagai sesuatu yang wajib. Yang terpenting sih hanya bisa berkumpul dengan keluarga, ---atau istilah kami mengenang betapa bersyukurnya atas kelahiran anggota keluarga baru (aku)

Tahun ini ulang tahunku kejepit lagi. Kalau 3 tahun kemarin berturut-turut di bulan puasa, tahun ini pas banget di libur Lebaran yang terjepit! Tanggal 8 Juni, tepat di saat orang-orang bersiap untuk kembali ke kampung halaman masing-masing dan anak-anak sekolah (at least di daerahku) sudah mau kembali ke sekolah. Rencanaku tadinya ingin tiup lilin saja di rumah bersama keluarga, suami plus 1 atau 2 teman dekatku. Tapi setelah dipikir-pikir kok mustahil ya karena mereka kan masih belum di Bandung, hahaha. Shane, alias sang suami memberi ide untuk staycation saja, sekalian mengabiskan waktu berdua karena pas Lebaran rumah ramai terus, lol. Aku setuju, karena setelah dipikir mungkin 'tradisi' ulang tahunku harus sedikit berubah karena sudah punya suami. Jadi aku menghargai ide-ide dia, nggak selalu tentang aku :) By the way, rupanya Shane ini sudah ada rencana buat memberi surprise liburan jauh sebelum hari ulang tahunku. Tapi karena aku sudah harus masuk kerja di hari senin, rencana untuk stay di luar Bandung jadi batal. Katanya nanti saja menunggu break sekolah di akhir Juni.

Sehari sebelum hari H di rumah sudah terasa vibes ulang tahunku. Maksudnya Ibu dan Bapak mulai bertanya apa kado yang aku mau, hahaha, bocah banget ya. Tapi ini memang kebiasaan dan buat seru-seruan saja. Aku nggak pernah meminta apa-apa, kok :) Sebalnya, Shane nampak lurus-lurus saja. Nggak ikutan heboh membicarakan ulang tahunku. Dia malah sibuk dengan laptopnya, mencoba booking hotel di sana dan sini karena sedang peak season (resiko ultah kejepit, hahaha). Ada beberapa hotel yang jadi kandidat, tapi sayang yang aku taksir tenyata sudah fully booked. Malamnya Shane bilang mau ke mini market buat beli obat sakit kepala. Pulangnya dia langsung masuk dapur dan lama banget nggak nongol-nongol. Eh, rupanya dia beli bahan-bahan cake dan dia baking cake ulang tahun buatku! Hahaha, nggak jadi sebal deh. Aku malah terharu... :') Meski nggak bisa-bisa amat urusan dapur tapi dia tetap berusaha dan hasilnya enak. Nggak ada foto yang proper di moment tiup lilin karena aku dan Shane sudah berpiyama, tapi kenangan ini sudah pasti nggak akan aku lupakan :)


Berpose dengan kue ulang tahun yang Shane buat. Kejutan! :D

Kado dari Ibu dan Bapak. Isinya ada dua karena ultahku dan Shane hanya selisih 10 hari :)

Pagi-pagi sebelum kami berangkat untuk staycation ternyata ada insiden kecil. Eris, anjing kami telinganya infeksi sampai mengeluarkan nanah. Cepat-cepat aku dan Shane bawa dia ke dokter hewan terdekat. Bersyukur sekali kliniknya sudah buka, karena di hari yang kejepit ini kebanyakan dokter hewan masih tutup. Menurut dokter luka Eris akibat dari keteledoran groomer yang memandikannya menggunakan sampo terlalu keras, dan kurang bersih saat membilasnya. Karena lukanya cukup besar, aku jadi ketar-ketir dan hampir membatalkan rencana menginap. Tapi dokter menenangkan, katanya luka seperti ini sangat cureable meski perlu waktu cukup lama, dan kalau ada apa-apa Eris bisa dirawat inapkan. Akhirnya setelah aku ceramah panjang lebar pada Ibu-Bapak tentang bagaimana cara merawat luka Eris, berangkatlah aku dan Shane dengan hati yang lebih tenang. 

Oh iya aku lupa bilang. Kami staycation di hotel Prama Grand Preanger Bandung, nggak jauh-jauh dari rumah, hahaha. Meski begitu, ketika tiba di hotel aku langsung merasakan suasana yang berbeda. Lebih relax dan happy, ---pokoknya vibes birthday girl nya terasa, lol. Kamar yang Shane booking adalah tipe Naripan suite. Ruangannya cukup luas, lengkap dengan 2 buah unit TV dan bathup. Cocok banget buatku yang hobinya nggak jauh-jauh dari nonton film horor dan berendam lama-lama. Tumben banget, biasanya kalau menginap di hotel begitu tiba kami langsung selonjoran, tapi kali ini kami langsung main ukulele, haha. Idenya Shane buat bawa 2 ukulele (biasanya satu) supaya kami bisa jamming. Pas banget karena aku punya lagu baru yang belum ada video clipnya, judulnya "Love Tofu", jadi kami juga bisa shooting di sini. Puas bermain ukulele kami mulai lapar. Setelah melihat-lihat menu restoran hotel ternyata nggak ada yang cocok bagi kami yang vegan. Untung saja lokasi hotel nggak terlalu jauh dari Jl. Braga, jadi kami bisa mencari makan di sana. Sebenarnya kalau saja nggak hujan kami bisa jalan kaki, dan waktu tempuhnya lebih cepat daripada menggunakan mobil. Tapi mau bagaimana lagi, hujannya nggak nyantai lengkap dengan angin kencang yang siap menerbangkan rokku.


Lagu baru ciptaanku (Shane bermain gitar di sini, dan aku bermain ukulele). Love Tofu.


Pojok kamar hotel yang dekat jendela. Ada TV, sofa dan kursi  untuk bersantai.

Bisa makan-makan sambil nonton TV di sini.

Di area tempat tidurnya ada TV lagi, jadi bisa nonton sambil rebahan :p

Onci bonekaku sudah istirahat duluan :p Eh iya, ini salah satu hotel yang menyediakan guling, lho.

Cuma bisa foto berdua kalau pakai timer :D

Batik ultah kami dari Shane. Bukan dari koleksi yang sama tapi match ya :D

Kami parkir di mall Braga City Walk, setelah itu menyebrang ke restoran Braga Permai karena di sana nggak ada spot parkir. Kehujanan sedikit karena payung kami terlalu kecil, tapi nggak apa-apa sih kami belum mandi ini :p Restoran ini selalu jadi favorit, menunya akrab di lidah dan suasananya nyaman. Bahkan waktu ibu mertuaku datang ke Indonesia, kami juga makan di sini. Menu favoritku adalah pizza sayur dan lumpia goreng. Sayangnya lumpianya habis, jadi diganti dengan pisang goreng. Pas kan hujan-hujan makan pisang goreng sambil minum teh hangat, hahaha. Shane juga tampak menikmati makanannya, dan itu membuat aku tambah happy. Meskipun ini ulang tahunku, tapi aku nggak mau happy-happy sendiri saja. The more the merrier, ---makin ramai makin seru. Dan rupanya dua keponakanku ingin membuat suasana makin seru juga. Iparku kirim pesan, katanya dia, suami dan anak-anak sudah menunggu di lobby untuk memberi kado. Tuh, kan ramai betulan! :D Jadilah sisa pisang goreng kami bungkus dan kami bergegas ke hotel karena nggak mau mereka menunggu terlalu lama.

Benar saja begitu kami tiba di hotel, Ali, keponakanku yang usianya 3 tahun langsung menyambut sambil bilang, "Happy birthday". Suasana kamar yang tadinya sunyi langsung ramai dengan kehadiran mereka. Apalagi para bayi ini ingin berendam di bathup. Banjir kemana-mana. Tapi karena mereka senang, aku juga senang (---cuma nggak senang bagian mengepel lantainya saja sih, hahaha). Lucunya, Ali pikir kamar hotel ini apartemen baruku dan Shane. Dia menolak pulang dan ingin menginap. Setelah dibujuk untuk datang lagi besok pagi, akhirnya dia menurut. Waktu quality time berdua pun akhirnya datang juga, hahaha. Kami berencana untuk menonton film horror. Tapi sebelumnya aku mandi dan makan malam dulu. Nggak ke mana-mana, kami memesan dari kamar hotel. Sayang menu yang kami mau nggak ada, jadi terpaksa diganti dengan nasi goreng yang rasanya hambar dan kurang sepadan dengan harga. Sempat bingung juga film apa yang akan kami tonton. Aku merasa TV yang di depan tempat tidur jaraknya terlalu jauh (maklum, mataku minus hampir 6, lol), sedangkan kalau menonton dari sofa rasanya kurang nyantai. Akhirnya kami memilih "The House with a Clock in its Walls" dan menontonnya dari laptop di tempat tidur! Kurang berasa gregetnya sih, tapi yang penting santai dan suaranya maksimal karena... guess what... Shane memutuskan untuk membawa speakers dari rumah, hahaha.

Kekenyangan di Braga Permai.

The babies yang merecoki kami dan kadonya, hahahaha.

Kami baru menonton setengah jalan tapi kelopak mata sudah semakin berat. Jadi kami putuskan untuk tidur dan melanjutkannya di pagi hari. Nggak tahu gimana dengan Shane, tapi aku tidur nyenyak sekali. Sampai alarm berbunyi pun aku masih setengah tidur, hahaha. Meski mengantuk aku paksakan untuk bangun, mandi cepat (semi mandi, nggak keramas, lol) dan berganti pakaian karena sarapan hanya disediakan sampai jam 10 pagi saja. Untuk vegan kaya kami, menu yang disediakan sangat terbatas. Tapi yang penting perut kenyang saja, deh, banyakin karbo :p Shane makan bubur kacang, kentang goreng, bala-bala dan sayur nangka. Aku juga sama, hanya minus bubur kacang dan diganti kwetiau beranjau daging sapi. Supaya nggak mubazir aku coba pilih-pilih sebelum dipindahkan ke piring. Kan meski nggak makan daging bukan berarti boleh buang-buang daging, dong ;) Sampai kamar hotel kami hanya ngopi-ngopi saja lalu melanjutkan nonton film semalam, sisanya cuma selonjoran karena barang-barang sudah masuk ke dalam tas semua supaya waktu check out nggak ribet. 

Bersantai di dekat kolam renang sehabis sarapan.

Ini kursi konsepnya gimana, mau nyandar susah xD Oya, batik ini juga kembaran dengan Shane tapi gak ada fotonya. Kalau mau lihat bisa nonton vlog kami. Shane lho yang milih :p


Link video vlog ulang tahun. Kalau bosan lihat mukaku di sini, di vlog banyak muka Shane tuh, hahaha.


Akhirnya selesai juga waktu staycation kami. Singkat, tapi lebih dari cukup untuk membuatku happy sehappy-happynya :) Ini ulang tahun yang sangat istimewa karena untuk pertama kalinya kami rayakan sebagai pasangan suami-istri. Rasanya seperti kemarin padahal sudah 2 tahun yang lalu, aku dan Shane baru saling kenal di internet dan membuat lagu bersama bertepatan dengan hari ulang tahunku waktu itu. Pertemanan jarak jauh, Amerika-Indonesia, dan siapa yang tahu kami sekarang hidup di satu negara dan menikah. Di moment ini juga aku rasanya jadi lebih mengenal karakter Shane. Inisiatifnya untuk membuat kue ulang tahun sendiri really touched my heart... Ternyata deep inside dia laki-laki yang manis despite dari luar terlihat cuek. Nggak pernah sebelumnya aku merasa seperti ini. I'm blessed. Aku berdoa semoga masih banyak ulang tahun-ulang tahun berikutnya yang aku habiskan bersamanya, amin :)


birthday girl,

Indi


-----------------------------------------------------------------------
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact: namaku_indikecil@yahoo.com

Jumat, 23 Oktober 2015

Cerita dari Premiere Film Goosebumps, Review dan Halloween Costumes! :)

Boo! Yay, Halloween hampir tiba! :D
Kalau teman-teman sering membaca blog ini pasti tahu betapa terobsesinya aku dengan Halloween. Well, untuk yang baru tahu dan malas untuk membuka tulisan-tulisan yang lalu, aku ceritaan lagi deh sedikit, hihihi. Halloween ala aku adalah waktu istimewa yang nggak ada hubungannya dengan tradisi asalnya di Irlandia. Bagiku (dan Ray, dan orang-orang di rumah), Halloween adalah saat untuk bersenang-senang, bermain kostum, menonton film seram, menghias rumah dan tentu saja banyak permen! :D Jadi meskipun “Halloween party” bertebaran di mana-mana, belum tentu konsepnya akan cocok denganku. Bahkan beberapa waktu lalu, ketika masih bekerja di preschool yang berbasis kurikulum British aku nggak cocok dengan Halloween di sana karena berkiblat ke Irlandia. Sementara yang lain memakai kostum seram, aku malah ngotot ingin pakai outfit colorful, hahaha. Tapi sisi baiknya aku jadi ada alasan untuk punya dua buah kostum sekaligus :p Dan tahun ini rasa excited ku ternyata jadi berkali-kali lipat! Karena selain kostum baru, stok film Halloween juga bertambah. It’s Goosebumps the movie! :D

Kalau soal fakta yang ini mungkin hanya sedikit yang tahu (keluarga, Ray dan teman-teman dekat), aku adalah penggemar Goosebumps! Dan bukan hanya penggemar biasa, aku adalah die hard fans alias penggemar super berat, hihihi :D Kalau anak-anak seusiaku dulu hanya membaca buku-bukunya, nah aku sekalian buka lapak, ---alias menyewakan buku-bukunya karena koleksiku lengkap (plus bonus-bonusnya). Lalu beberapa tahun kemudian, tingkat jatuh cintaku pada Goosebumps semakin bertambah karena ada serialnya diputar di TV. Setiap pulang sekolah pasti deh aku duduk manis (eh, asem ding, belum mandi sore, hiiiii) lalu menatap layar Trans TV. Too bad, serialnya nggak diputar sampai habis dan aku pun harus beralih ke internet lalu mulai berlangganan TV kabel. Meski sampai pindah 3 kali, ---dan channelnya pun berganti-ganti, tapi hampir seluruh episode Goosebumps sudah aku tonton. Sebagai bonus, aku malah sudah menonton semua episode The Haunting Hour, serial “versi remaja” ala Goosebumps yang juga ditulis oleh R. L Stine.  Mungkin dibandingkan R. L Stine sendiri aku malah lebih hapal dengan cerita-ceritanya, hahaha.

Aku masih punya bonus stiker glow in the dark dan pembatas bukunya, lho :)

Waktu rumor Goosebumps akan dijadikan film layar lebar beredar aku langsung jingkrak-jingkrak nggak karuan. Gimana nggak, bukunya sudah terbit 21 tahun lalu dan aku yakin banyak penggemar di seluruh dunia yang berharap buku dan serial keren ini dijadikan film. Hampir setiap online aku cek diskusinya di IMDB (situs ini semacam ‘kitab’ ku kalau kata Ray, lol), dan begitu trailernya keluar aku sampai nonton berulang-ulang dan selalu terpekik excited bahkan di kali keseratus aku menontonnya. Satu hari sebelum filmnya diputar jantungku sepertinya hampir meledak karena over excited. Semalaman aku nggak bisa tidur karena nggak sabar ingin cepat-cepat menyaksikan monster-monster seram yang setia menakutiku semasa kecil, hihihi. Untuk meredakan ‘ketegangan’ yang cukup untuk mengganggu seisi rumah, aku menyiapkan outfit untuk dipakai di pemutaran film. Aku ingin apa yang dipakai nanti Halloween-ish, tapi tetap pantas untuk dipakai ke bioskop :D

Tengah malam aku membuka lemari baju dan menemukan sebuah dress orange yang mengingatkanku dengan pumpkin, ---dan juga cerita Goosebumps yang berjudul “Attack of the Jack O’-Lanterns”. Si Pumpkinhead ini menyeramkan, apalagi visualisasinya di serial The Haunting Hour. Tapi tentu di Halloween ala aku semuanya harus tetap colorful dan cheerful, jadi aku padukan dressnya dengan sneakers Converses warna hijau, ---yang mengingatkanku dengan style anak-anak tahun 90’an (Goosebumps rules! Lol). Aku juga mengganti casing handphone dengan model kamera agar mirip dengan tokoh di “Say Cheese and Die”, lengkap dengan gantungan cacingnya untuk memberikan sedikit sentuhan dari “Go Eat Worms”. Kuku-kukuku juga nggak mau ketinggalan “berkostum”, aku mengecatnya dengan warna hijau-ungu sesuai dengan cover buku Goosebumps yang iconic, hihihi (aku dapat ide ini dari blogger lain, btw). Karena rencananya aku akan nonton bersama Ray, jadi aku minta ia untuk berdandan seperti R. L Stine. Awalnya sih ia bilang nggak punya kemeja warna hitam, tapi akhirnya Ray punya jalan keluarnya ;) Mungkin teman-teman bingung, untuk apa aku dan Ray berdandan ala Goosebumps sementara orang yang melihat mungkin nggak akan ngeh dengan detail yang kami pakai. Well, kami lakukan ini untuk diri sendiri kok. Aku merasa happy karena we put effort for our costumes, kami membuat Halloween kami sendiri, iya, kan? ;)

Ray sebagai R. L Stine dan aku sebagai Pumpkin Head.

Go Eat Worms VS Say Cheese and Die. Dua-duanya seri favoritku :)

Purple and green, 2 warna iconic Goosebumps! :)

Beruntungnya aku (--dan Ray) karena bisa menonton Goosebumps di tanggal 14 Oktober 2015 sementara pemutaran serentaknya di seluruh dunia baru 2 hari kemudian. Di perjalanan sengaja aku merekam ke-excited-an kami untuk vlog di YouTube, siapa tahu nanti bisa ditonton sama anakku kelak. Hahaha, just kidding, ditonton sama sepupu-sepupu kecilku maksudnya, karena mereka suka sekali menonton video-video kakaknya ini :) Kami tiba right on time, waktu opening title nya baru muncul di layar. Segera setelah aku duduk di seat urutan ketiga, jiwaku pun langsung tenggelam di keajaiban film Goosebumps. Aku benar-benar terbawa dengan ceritanya, terpukau dengan visualisasinya dan nggak terhitung berapa kali mataku berkaca-kaca karena haru. It was a perfect day, ---bahkan super perfect seandainya laki-laki di sebelahku (---bukan Ray) nggak berisik dan jorok. Ia makan dengan mulut terbuka dan lidah mengecap lalu menjilatinya dengan berisik. Herannya pacarnya mau-mau saja dikiss tangannya sambil dipeluk-peluk. Eww, gross! Pemandangan seperti itu kasih aku goosebumps yang sesungguhnya, hahaha :’’’D

Bersama poster Goosebumps. Mata berkaca-kaca karena ini diambil setelah film selesai :p

Goosebumps the movie ini menceritakan tentang Zach, remaja yang baru saja pindah ke lingkungan baru yang membosankan bersama ibunya. Di sana ia berkenalan dengan Hannah, seorang remaja perempuan yang tinggal di sebelah rumahnya. Hannah menyenangkan, humoris dan juga cerdas, tapi Zach merasa ayah Hannah bukan ayah yang baik karena di malam hari ia mendengar suara mereka sedang berargumen. Lalu suatu hari Zach dan Champ, teman barunya di sekolah (he’s my favorite) memutuskan untuk menyelinap ke rumah Hannah dan menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi. Sebelum mendapatkan jawabannya mereka menemukan rak buku yang berisi naskah-naskah cerita Goosebumps! Karena penasaran mereka membuka salah satu bukunya, ---yang anehnya sengaja digembok, dan... BOOM! Monster pun keluar dari sana! Ternyata ayah Hannah adalah seorang penulis horror yang sangat Champ kagumi; R. L Stine!! :O

Aku nggak mau spoiler soal cerita lanjutnya karena akan lebih seru jika ditonton sendiri, tapi aku akan berbagi hal-hal menarik dari film ini dari sudut pandangku yang seorang penggemar berat Goosebumps, ---bukan kritikus film, hihihi. Film ini mewujudkan impian para die hard fans nya Goosebumps, baik buku ataupun serial TV. Kenapa? Karena Slappy menjadi “monster” utamanya! Sebelum muncul di film ini, aku sudah mengenal Slappy sebagai tokoh dari cerita “Night of the Living Dummy”, sebuah boneka yang bisa hidup ketika dibacakan kartu mantra yang terselip di saku jasnya. Yup, mirip seperti Chucky, hanya saja lebih seram dan aku percaya setelah Child's Play yang original banyak sekuelnya yang terinspirasi dari cerita Slappy, termasuk yang terbaru, “Chucky the Return”. Di sini Slappy seolah menjadi ketua gang yang merencanakan pembalasan dendam dari para monster. Pssst, kita bakal tahu gimana perasaannya selama ia menjadi ‘anaknya’ R. L Stine, lho. Untuk yang terbiasa menonton serial TV nya mungkin penampilan Slappy di sini terasa agak berbeda. Wajahnya lebih halus dan rambutnya gelap, bukan orange menyala yang membuat senyum sinisnya semakin menyeramkan. Awalnya aku juga heran, tapi setelah diingat-ingat di sampul buku “Night of the Living Dummy” pun sebenarnya Slappy digambarkan seperti itu, kok :) Dan untuk versi film tentu saja disesuaikan dengan Jack Black pengisi suaranya, yang surprisingly bagus meskipun style nya berbeda dengan Ron Stefaniuk, dubber versi TV :)

Di trailernya aku melihat banyak CGI untuk menciptakan efek monster. Not a bad thing, hanya saja di serial TV aku nggak banyak menemukan ini. Tapi ternyata aku salah karena menilai keseluruhan film hanya dari trailer. CGI ternyata hanya berlaku untuk monster-monster besar seperti Warewolf dan Snowman, sementara Jack si kepala labu, kadal dari “Calling All Creeps”, zombie dan teman-temannya masih menggunakan efek make up sama seperti di serial TV nya! Ah, what a memory. Banyak hal di film ini yang membawa the good old memory of Goosebumps series. Lelucon-lelucon yang diselipkan di adegan-adegan seram, camera work yang nggak terlalu too much dan style pemerannya yang sederhana. Suka sekali dengan style pemeran Hannah yang mirip dengan penampilannya di serial TV (ups, maaf nggak bermaksud spoiler, hehehe). Dengan kata lain, film ini cukup faithful dengan buku dan serialnya, dengan moderinisasi yang nggak membuat ciri khasnya hilang. Meski kalau boleh ada 1 yang ditambahkan, aku ingin film ini juga memiliki intro lama Goosebumps. Itu lho, yang ada seekor anjing duduk di beranda dengan mata menyala dan barking dengan nada soundtrack’nya, “woof woof woof woof woof,” hahaha :D

Tiap lihat intro Goosebumps aku selalu ingat Eris. Mereka mirip, apalagi kalau lagi cemberut. Setuju? :p

Awalnya aku dan Ray agak meragukan penampilan Jack Black sebagai R. L Stine. Meski aku nggak mengenal R. L Stine secara personal, tapi aku sering melihatnya di opening dan closing serial TV nya, jadi sedikit banyak tahu gesture tubuh dan cara bicaranya. Jack Black aktor yang baik (aku menyukainya dari film “School of Rock” dan “Envy”), tapi ia lebih sering berperan di film-film komedi, terutama belakangan. Surprise, surprise... actingnya membuat kami terkesan. Ia punya tatapan dingin yang bikin merinding tapi juga bisa melontarkan lelucon yang membuat tertawa. Penampilannya sebagai dubber Slappy dan Invisible Boy juga patut diacungi jempol. Aku merasa ia punya banyak potensi, sepertinya bisa jadi the next Robin Williams :D Pemeran Zach tentu saja lebih “terformula” alias jadi tipikal pemeran utama yang good looking dan lucky dalam berbagai situasi. Tapi justru itu yang aku suka karena “sangat Goosebumps”, hehehe. Sedangkan Hannah membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama, she’s beautiful dan karakternya kuat. Nggak tahu kenapa, mungkin karena terlalu banyak membaca Goosebumps aku jadi punya “weird hint” dengan perannya di sana, ---yang ternyata benar. Lagi-lagi aku nggak mau spoiler tapi aku akan beri clue’nya; Hannah adalah Hannah yang sama dengan yang ada di salah satu judul Goosebumps! (tissue, mana tissue? Hiks). Tapi tokoh favoritku justru Champ, teman Zach yang super kocak. Melihat wajahnya rasanya familiar tapi sampai filmnya selesai aku tetap nggak ingat pernah melihatnya dimana. Ketika di rumah gue baru sadar bahwa ia adalah Ryan Lee, aktor yang waktu kecil pernah bermain di serial The Haunting Hour episode “My Imaginary Friend”! Oh, my God... bagaimana aku bisa lupa, padahal itu salah satu episode terbaik! Well, mungkin karena waktu kecil ia lebih chubby dan rambutnya agak panjang, ya :) Btw, berdasarkan halaman IMDB nya, ini adalah film layar lebar perdananya. Aku harap ia akan berperan di lebih banyak film lagi karena actingnya bagus. Di The Haunting Hour ia berhasil membuatku menangis, sedangkan di Goosebumps ia begitu menghibur. Hebat, kan? ;)

Bukan Goosebumps namanya (---atau bukan R. L Stine? Lol) kalau ceritanya nggak punya twist ending. Begitu juga dengan  film ini. Meski aku menonton serialnya ribuan kali, ---literally---, tapi aku masih surprise, apalagi puncak dari film ini ada 2 kali. Mau tahu apa? Nonton sendiri, ya, hihihi. Dan aku suka karena di film ini juga diselipkan “inside joke” yang hanya akan dimengerti oleh penggemar Goosebumps. Misalnya saja dengan menyebut nama Mr. Shivers yang sebenarnya versi rip off dari buku Goosebumps. Well, aku belum pernah membacanya karena bukunya nggak beredar di sini (bahkan katanya hanya dijual di tempat semacam dollar store atau dollar tree, hihihi). Tapi menyebut Shivers di film Goosebumps jadi terdengar seperti menyebut Ganteng-Ganteng Srigala di film Twilight, hahaha :D Para orangtua yang mengantar anaknya menonton film ini juga dijamin nggak bosan, karena ada lelucon yang mungkin nggak akan dimengerti oleh anak-anak, ---tentang seorang penulis horror senior yang karyanya sering dibuat film layar lebar. Well, aku nggak mau spoiler (again and again), tapi mungkin “The Shining” akan mengingatkan pada sesuatu? ;) 

Aku beri film ini nilai 9 dari 10. Ceritanya sempurna, benar-benar dreams come true. Tapi ya itu dia... aku rindu dengan intro Goosebumps yang klasik (OMG, anjingnya mirip seperti Eris! Hahaha). Oh, iya untuk yang bukan penggemar Goosebumps pun nggak akan kebingungan kalau menonton film ini. Memang mungkin akan bingung dengan inside jokesnya, tapi ceritanya ringan dan menghibur. Cocok untuk ditonton seluruh keluarga, bahkan anak-anak sekalipun. Karena versi yang ini sengaja dibuat nggak terlalu seram. Dulu, waktu serialnya diputar di TV saking seramnya menurut polling penggemarnya malah orang dewasa usia 20-30 tahunan. Padahal target serialnya untuk anak di atas usia 7 tahun, lho! Hihihi, Pak R. L Stine memang terlalu pintar menakut-nakuti, ya :p Jadi kalau teman-teman sedang mencari film bertema Halloween, Goosebumps bisa jadi pilihan yang seru. Jarang-jarang kan ada film horror yang aman untuk mengajak sepupu atau keponakan kecil kita ikut nonton? Hihihi.

Di perjalanan pulang aku nggak bisa berhenti membicarakan film yang baru saja ditonton itu. Meski Ray bukan fans berat Goosebumps (ia hanya membaca buku-bukunya saja), tapi ia juga setuju kalau filmnya sangat bagus. Menurut Ray ada 3 hal yang bisa menggambarkan film ini, yaitu; Lucu, twisted dan banyak unexpected thing happen. Yup, aku juga setuju ;) Sepertinya film ini akan membuatku excited sepanjang bulan Oktober. Sekarang saja aku sudah nggak sabar menunggu DVD nya rilis, padahal baru saja 10 hari yang lalu aku menontonnya :D Halloween baru akan dimulai, tapi aku sudah bisa bilang bahwa ini adalah best Halloween ever! Apa? Setiap tahun aku bilang begitu? Well, memang, sih :p Okay, sebaiknya aku sudahi dulu tulisan ini, jangan sampai aku malah nggak tahan untuk spoiler karena over excited, hihihi. Sekarang aku mau menikmati Halloween morningku dengan marathon serial Goosebumps dan menikmati gummy worms hadiah dari Ray. Celebrating or not, aku harap bulan Oktober kalian menyenangkan. Dan happy Halloween, however. Don’t take it too serious, karena ini Halloween ala aku! Boo! :D



treat OR treat,

Indi


__________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Selasa, 13 Maret 2012

Susah-Susah-SENANG! :D

Kios es krim favorit di Braga City Walk :D

Hi bloggies, apa kabar? Semoga semua baik, ya meski cuacanya selalu mendung dan dingin. Brrr...
Aku sendiri lagi terserang alergi yang cukup parah. Kalau biasanya sehabis minum obat beberapa jam kemudian langsung sembuh, kali ini nggak. Sudah 3 hari kulitku betah gatal-gatal dan perih, padahal akunya sih nggak betah, hihihi :p
Sejak minggu kemarin kegiatanku memang sedang full (terkecuali di hari minggu), dan itu membuat daya tahan tubuhku lumayan drop. Kalau di hari normal aku makan sesuatu yang memacu alergi reaksinya pasti nggak akan lama. Tapi berhubung hari-hari belakangan lagi "nggak normal" (lol), reaksi yang datangpun lain dari biasanya.

Karena kegiatan yang lagi padat ini juga, aku jadi harus pintar-pintar atur waktu, supaya hiburan dan waktu dengan orang-orang tersayang nggak menghilang gitu saja. Aku mulai bangun lebih pagi untuk sarapan, dan kalau biasanya aku bermain dengan Eris di siang hari, sekarang berganti di pagi hari. Begitu juga dengan jam istirahat, kalau biasanya aku menulis tengah malam, sekarang diganti setelah makan malam atau di hari minggu. Meski awalnya sering frustasi karena nggak terbiasa, lama-lama aku mulai nyaman juga dengan pola hidup baruku :)

Nah, di hari minggu kemarin (11 Maret 2012). Ray ajak aku ke pesta pernikahan teman kuliahnya. Rencananya sih sederhana saja: sepulang dari pesta pernikahan kami akan dinner sambil menikmati waktu berdua, lalu pulang. Aku pikir setelah senin sampai jumat dinner dengan keluarga, punya waktu berdua saja dengan Ray pasti menyenangkan. Apalagi nggak akan bikin aku tambah kelelahan, toh cuma dinner :)
Tapi kenyataannya justru nggak sesederhana rencana kami. Perjalanannya sangat-sangat-sangat melelahkan! Macet di mana-mana, dan taksi yang kami tumpangi nggak pakai AC. Wah, benar-benar petualangan di tengah hari yang bikin keringatan, hehehe. Meskipun cuaca sedang mendung, rute yang kami tempuh jauh dari kata nyaman... pasar tradisional, tempat pembuangan sampah... Bayangkan saja bagaimana aroma yang kami cium sepanjang perjalanan :')

Akhirnya setelah lebih dari 1 jam kemudian kami sampai di pesta pernikahan teman Ray. Dan waktu kami masuk ke gedungnya... ternyata acara sudah selesai! Hahahaha... Syukurlah meski dekor, para tamu dan yang lainnya sudah nggak ada, pengantinnya masih ada meskipun sedang makan bersama :p Kami bergabung dengan mereka sebentar, dan dengan perasaan nggak enak harus menolak makanan yang mereka suguhkan karena menunya daging semua, hihihi (we're pesco vegetarian). Sekitar 30 menit kemudian kami pamit dan kembali ke taksi yang diminta untuk menunggu kami.

Di taksi, Ray menyerahkan padaku kemana tujuan kami berikutnya. 'Ditantang' seperti itu aku langsung jawab, "Terserah Mas saja" karena memang nggak terpikir mau pergi ke mana lagi, hehehe. Aku pikir sih ke mana saja, asalkan perjalanannya nggak macet dan kami bisa habiskan waktu berdua. Ray juga bingung sebenarnya, tapi akhirnya dia memutuskan untuk ke Braga City Walk, mall yang letaknya paling dekat dengan rumah kami. Paling dekat dengan rumah=jauh dari tempat pesta pernikahan. Artinya kami harus mengulang rute yang sama seperti perjalanan perginya. Tapi ternyata kami nggak mengulang rute yang sama, kami malah memutar karena polisi menutup beberapa jalan utama. Ya Tuhan... hahaha... :')

Setelah sekian jam kemudian (aku nggak ingat berapa lama tepatnya) kami sampai juga di daerah Braga. Di belakang gedung Braga City Walk tepatnya, karena kami melawan arah dan kalau berhenti tepat di depannya berarti melanggar peraturan. Waktu turun aku agak kaget karena dressku menempel di bagian belakang. Ternyata tanpa disadari aku sudah berkeringat banyak sekali, hahaha. Langsung saja aku minta tiga hal sama Ray: toilet, celana pendek ganti dan es krim :p
Di dalam mall kami agak bingung, eskalator naik yang biasanya ada di tengah gedung menghilang. Kami sempat jalan memutar dan baru tahu jawabannya waktu kami ke toilet. Ternyata oh ternyata mall ini sedang dalam pembangunan... Terpaksa kami harus pakai lift yang penuhnya minta ampun cuma untuk beli es krim di lantai 2. Toko-toko di dalam gedung banyak yang tutup, jadi waktu kami makan es krim pemandangan di depan kami cuma ruangan kosong bekas arena bermain, hihihi. Tapi asyiknya kami jadi nggak terganggu sama orang yang lalu-lalang dan bisa mengobrol sepuasnya. Oya, kios es krim ini favorit kami, lho. Setiap kami ke sini pasti mampir dulu meskipun harus kembali lagi ke lantai dasar untuk makan yang sebenarnya tujuan utama, hihihi.


OOTD: Headband: gift from my friend | Dress: Toko Kecil Indi | Kitten heels: Flo

Habiskan es krim-nya, Indi, sebelum Ray minta! Hihihi...


Dan begitu juga hari ini, setelah puas makan masing-masing satu cone es krim kami turun lagi ke lantai dasar. Kenapa nggak dinner dulu baru makan es krim? Entahlah, memang sudah tradisinya begitu, hihihi. Sama seperti waktu naik, lift turun juga penuh. Kami menunggu lebih lama malah. Gemas rasanya waktu menengok ke lantai bawah dari bekas eskalator yang sekarang ditutup papan-papan putih. Coba kalau bisa dipakai pasti nggak perlu antri. Dan 'unik'nya mall ini tangga yang tersedia cuma tangga darurat, jadi otomatis semua pengunjung pakai lift. Masa iya mau loncat? Hehehehe :p
Di lantai dasar kami langsung ke The Kiosk dan mengambil tempat di dalam, satu-satunya tempat yang menurut kami nyaman di sini. Aku langsung lepas sepatu begitu duduk di sofa. Perjalanan ini terasa sangat melelahkan padahal kami cuma ke sebagian kecil kota Bandung, hihi. Di bayanganku kami bisa relax di sini sambil mengobrol seru, tapi ternyata kami salah pilih tempat. Tepat di samping kami ada segerombolan remaja yang heboh foto-foto. Benar-benar heboh karena mereka sampai keluar dari meja mereka dan niat banget pakai kamera D-SLR! Ya, ampun... Langsung deh aku dan Ray saling lihat dengan tatapan heran, hahaha.

Well, seperti yang kubilang sebelumnya, suasana seperti ini bukan seperti yang kami harapkan. Maunya kami ya tenang dan bisa bikin relax setelah 6 hari full berkegiatan, bukannya kena macet, panas, mall yang renovasi dan sekarang disambut oleh kehebohan para remaja. Tapi mau bagaimana lagi, kami sudah di sini dan yang bisa kami lakukan ya menikmati :)
Ray mulai men-dubbing mereka, hahaha, tapi tentu saja pelan-pelan dan sesedikit mungkin melakukan kontak mata. Kami juga mulai mengarang-ngarang cerita tentang beberapa pengunjung di sekitar kami. Selain para remaja heboh yang kami dubbing, di depan kami ada segerombolan perempuan dan seorang laki-laki yang sepertinya masih kuliah. Aku dan Ray mencoba menebak apa yang mereka lakukan di sini. Satu sofa untuk dua orang diduduki oleh 3 orang dan laki-laki satu-satunya tampak berada di dunia sendiri, sibuk dengan smartphone-nya. Aku tebak dia sedang update status dan curhat sama seseorang. Dia pasti kirim pesan dengan isi semacam ini, "Somebody, plese help me get out of here", hehehe.
Semakin lama kami jadi terbiasa dengan suasana bising dan mulai mengobrol seolah tempat ini tenang (padahal tiba-tiba remaja di samping kami pindah dan nyanyi "Happy Birthday" kencang sekali, lol). Kami saling bercerita tentang kegiatan kami selama satu minggu. Melegakan rasanya aku bisa langsung menatap Ray dan mengadu betapa lelahnya aku belakangan ini dan menunjukan langsung kaki lecet bekas berdiri selama berjam-jam waktu menjaga stand Taman Kanak-kanak ku, hihihi. Benar-benar waktu berkualitas berdua, senang :)



Kami juga sangat lapar karena men-skip lunch dan sudah tiba waktunya dinner. Anehnya selera lidahku maunya ikan terus. Waktu di menu nggak ada baso tahu, aku langsung minta fish steak, padahal jelas-jelas aku alergi ikan. Well, yeah, aku memang aneh, pesco vegetarian yang alergi sama ikan. Sepertinya dalam waktu dekat lebih baik jadi vegan, hahaha. Sedangkan Ray pesan ketan bakar dan tahu sekaligus sambil membujukku untuk makan yang lain. Tapi kalau sudah kepengen aku susah dicegah, jadilah satu porsi fish steak aku lahap sendiri, hihihi. Hasilnya instan banget, kulitku langsung merah-merah, gatal... dan aku lupa bawa obat alergi padahal sudah 3 hari belakangan ini sering kambuh! Untung saja belum terlalu parah, jadi masih tahan untuk nggak digaruk, hihihi.

Fish steak pesanan seorang pesco vegetarian yang alergi ikan. Dasar aneh! Lol.
Tahu dan ketan bakar pesanan Ray. Yummy! :)

Jam 8.30 malam kami putuskan untuk pulang. Kami takut alergiku makin parah dan lagipula, keesokan harinya aku dan Ray harus sudah bekerja lagi. Di perjalanan pulang, ada kejutan lagi. Taksi yang kami tumpangi memutar lagu-lagu girlband dan boyband lokal yang entah apa namanya! Hahaha, ya ampun, benar-benar hari yang super :D
Kadang sesuatu memang terjadi di luar rencana. Dulu aku adalah orang yang selalu nggak nyaman dan cenderung gloomy saat sesuatu berjalan di luar kendaliku. Tapi sekarang aku lebih memilih menikmati daripada kecewa dengan sesuatu yang sudah terjadi. Yah, nasi sudah menjadi bubur, maka jadikanlah bubur yang enak. Pakai kecap, kacang, kerupuk, tapi jangan pakai telor nanti alergiku kambuh lagi, hehehe (apaan, sih? :p ). Lagipula, aku percaya sesuatu... ehmm, mungkin terdengar cheesy, tapi saat aku bersama dengan orang yang disayangi aku pasti akan cepat beradaptasi dengan suasana apapun. Aku selalu percaya, bukan suasananya yang penting tapi dengan siapa aku saat itu.

Well, begitulah hari mingguku yang sangat berkesan. Meski rasa lelahnya sama dengan saat bekerja, tapi somehow bikin aku relax dan lebih semangat untuk menghadapi satu minggu ke depan. Alergiku masih belum pergi, tapi yang terpenting moodku bagus, hihihi. So, aku harap hari kalian menyenangkan, bloggies, dan jangan lupa luangkan waktu dengan orang-orang atau pets tersayang, ya! ;)


____________________________________________

Artikel tentangku ada di majalah CHIC nomor 110 sepanjang 3 halaman. Majalah ini terbit sejak tanggal 7 Maret 2012 dan bisa didapatkan di toko buku, tukang koran dan mini market. Semoga bermanfaat :)







blueberry ice cream smile,

Indi


Diedit 4/3/2024. Ray and I are no longer together. I am now happily married to Shane ❤️
___________________________________________
Contact Me? HERE. Sponsorship? HERE.