Tampilkan postingan dengan label Kartini Next Generation Award. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kartini Next Generation Award. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 06 Februari 2016

Dan Bulan Februari Dimulai Dengan...

Hi bloggieeeees! It's me again Indi! Hihihi, tumben ya baru 2 hari aku langsung bikin post baru. Padahal kan biasanya 2 minggu sekali saja sudah hebat :p Sebenarnya aku nggak sedang dikejar deadline (yaiyalah), tapi karena koneksi internet di rumah sedang up and down, ---kebanyakan down nya---, jadi aku putuskan untuk menulis sesuatu di sini. Mumpung sekarang koneksi sedang lancar. Well, bukan menulis sesuatu yang panjang, sih. Hanya ingin share apa yang terjadi belakangan. Bulan Februari memang baru dimulai, tapi aku sudah menerima beberapa surprise. Mau tahu apa saja? :)

1. Menerima Buku Profile Kartini Next Generation Award 2015
Yay, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Tahun 2015 lalu aku menjadi salah satu finalis dari 22 perempuan di Kartini Next Generation Award. Ini adalah ajang untuk perempuan-perempuan tangguh (aduh, aku tangguh gitu? Hihi) yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Di ajang yang diadakan oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika ini aku menjadi finalis di bidang kesehatan dan lingkungan. Para finalis diminta untuk menulis essay untuk dibukukan yang nantinya akan dibagikan pada peserta (atau finalis) KNG berikutnya. Jadi bisa saling berbagi dan menginspirasi :) Essayku yang berjudul "Scoliosis dan AIDS, Aku Tidak Takut" berada di halaman 21 sampai 28 (iya, lumayan panjang, lol). Di sana aku bercerita tentang awal mula mengapa bisa tertarik dengan isu scoliosis dan HIV/AIDS, juga bagaimana awal tertarik dengan dunia tulis menulis. Aku senang dan bangga sekali bisa menjadi bagian dari Kartini Next Generation. Memang aku belum ada apa-apanya dibandingkan finalis yang lain, tapi bisa sampai sejauh ini membuatku semakin bersemangat untuk berkarya dan berbagi! :)






2. Terpilih Menjadi Pengajar di Kelas Inspirasi Bandung 4
Aku sudah beberapa kali diajak oleh teman-teman pembaca untuk mendaftar, tapi entah kenapa keberanianku belum muncul. Sampai akhirnya Ray yang mengajak dan kubilang "Iya". Surprise, ternyata kami berdua terpilih meskipun di bidang yang berbeda. Kami senang, bangga dan excited sekali, apalagi ketika tahu bahwa ada lebih dari 1.000 orang yang mendaftar! Well, sebenarnya aku agak nervous juga, sih, hihihi. Soalnya selama ini aku hanya pernah mengajar anak-anak balita. Tapi nggak apa-apa, yang penting aku akan berusaha sebaik mungkin. Pengalaman baru=pelajaran baru :)



3. Film MIKA Tayang Kembali di SCTV
Dalam rangka liburan SCTV kembali menayangkan film MIKA! Meskipun film ini sudah ditayangkan berkali-kali di SCTV, ---dan First Media tapi aku selalu merasa senang. Setiap menonton kembali film ini selalu mengingatkan akan masa-masa yang aku pikir "mustahil" untuk dilalui, tapi nyatanya aku survive bahkan untuk menuliskannya kembali di novel "Waktu Aku sama Mika" dan dijadikan film. Menontonnya kembali juga membuatku teringat bahwa apa yang dicapai sejauh ini adalah berkat Ibu, Bapak dan tentu saja Mika, petarung AIDS sejatiku. Kalau teman-teman belum pernah menontonnya atau kangen dengan film Mika, saksikan malam ini 6 Februari 2016 pukul 24.00 WIB di SCTV. Semoga kalian juga merasakan hal yang sama denganku ketika menontonnya :)



Perjalananku di tahun 2016 ini masih sangaaaaaat panjang. Ini baru awalnya saja. Semoga apapun yang aku lakukan ke depan akan lebih baik dari hari ini, dan aku nggak takut dengan hal-hal baru. Amen. Doa yang sama untuk kalian! Let's rock this year :)

yang di film digendong vino bastian, lol,

Indi

__________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Sabtu, 28 November 2015

Berkenalan dengan Mbak Tri Wahyuni Zuhri yang Inspiratif :)


Hai bloggies, tulisanku kali ini agak berbeda dari biasanya, nih. Kali ini aku akan melakukan wawancara dengan seseorang yang sangat inspiratif, Tri Wahyuni Zuhri atau aku biasa memanggilnya Mbak Tri :) Kami berkenalan di ajang Kartini Next Generation Award 2015 karena sama-sama menjadi finalis di sana. Setelah acaranya selesai kami nggak lost contact, tapi tetap rutin mengobrol via whatsapp juga Facebook. Teman-teman mungkin mengenalnya sebagai penulis buku "Kanker Bukan Akhir Dunia". Tapi ternyata banyak hal menarik lain lho tentang Mbak Tri. Mau tahu apa saja? Simak wawancaranya berikut, ya :)


Saat penjurian tahap akhir Kartini Next Generation Award, aku dan Mbak Tri berdiri bersebelahan :)




***





~ Sekarang kesibukan Mbak Tri apa saja? Bisa diceritakan pada Indi's Friends?

Kesibukan saya sekarang masih berkutat dalam dunia penulisan saja. Trus juga masih aktif mengedukasi mengenai kanker. Berhubung saya masih terus pengobatan kanker dan agak sulit untuk mobile kemana-mana, jadi saya memanfaatkan media online untuk edukasi kanker. Selain itu ya saya lebih asyik menikmati waktu berkumpul dengan keluarga :)


~ Sebelumnya aku dan Mbak Tri kan pernah bertemu di Kartini Next Generation Awards 2015 karena sama-sama menjadi finalis. Nah, di sana aku jadi tahu bahwa Mbak adalah sosok yang istimewa :) Boleh diceritakan sebenarnya apa sih hubungan Mbak Tri dan kanker?

Jujur nih, saya tuh tidak menyangka sekaligus bahagia banget bisa jadi salah satu finalis Kartini Next Generation Award 2015. Apalagi saya bisa bertemu dengan Indi dan para perempuan luar biasa lainnya.

Saya sendiri memang seorang survivor kanker tiroid. Kanker tiroid yang saya derita sudah masuk stadium lanjut yaitu telah menyebar ke tulang belakang dan paru paru. Saya akui, memang saya telat mendeteksi kanker dalam tubuh saya. Sehingga begitu tahu vonis kanker, ternyata kankernya sudah menyebar. Saya bersyukur kondisi saya semakin banyak kemajuan setelah melakukan berbagai pengobatan.

Berawal dari pengalaman saya pribadi tersebut, saya jadi aktif memberikan informasi dan edukasi kanker kepada masyarakat. Saya sangat menganjurkan masyarakat khususnya para perempuan untuk lebih care terhadap kesehatan. Selain itu melakukan deteksi dini kanker agar tidak terlambat seperti yang terjadi dalam diri saya.

Saya berharap, di sisa sisa usia ini,saya bisa banyak melakukan berbagai kebaikan. Salah satunya dengan berbagi informasi dan edukasi mengenai kanker.  Selain itu bisa saling mendukung dan menguatkan kepada sesama survivor kanker.


~ Bagaimana perasaan Mbak ketika mendengar vonis dokter dan apa yang membuat Mbak bangkit seperti sekarang?

Waktu awal mendengar vonis kanker, tentu saja syok, stress, sedih, kecewa, takut. Pokoknya rasa gado gado deh perasaan ini. Saya tidak menyangka bisa menerima vonis kanker, apalagi kanker saya sudah menyebar ke tulang belakang waktu itu. Saat itu saya sempat merasa menjadi perempuan paling sedih sedunia hehehheeh..  Kayanya memang lebay banget ya... tapi itulah perasaan saya saat awal kena kanker.

Alhamdulillah, seiring berjalannya waktu saya menjadi sadar untuk segera bangkit berjuang melawan kanker.  Saya beruntung di kelilingi oleh banyak orang yang benar benar mencintai dan peduli sama saya.  Keluarga, sahabat dan teman teman memberikan support dukungan luar biasa yang membantu saya untuk bangkit berjuang melawan kanker.


~ Mengenai buku yang Mbak tulis, "Kanker Bukan Akhir Dunia," bagaimana kisah awalnya memutuskan untuk menuangkan kisah Mbak dalam sebuah buku?

Jadi sebenarnya buku Kanker Bukan Akhir Dunia ini saya tulis saat saya awal berjuang melawan kanker. Saya ingat sekali menuliskan buku ini pun butuh perjuangan luar biasa. Waktu itu saya lebih banyak baring di tempat tidur karena rasa nyeri hebat akibat penyebaran kanker di rulang belakang. Saya menuliskan draf buku itu lebih banyak dalam posisi berbaring hehehe.

Inspirasi menulis buku itu sebenarnya lebih pada terapi diri dan niat untuk berbagi informasi pengalaman dan edukasi mengenai kanker kepada masyarakat.  Menulis saya anggap sebagai salah satu terapi diri saya untuk bisa bangkit dan berjuang melawan kanker. Dengan menulis, saya merasakan kekuatan dan semangat luar biasa.

Selain itu, saya ingin  buku Kanker Bukan Akhir Dunia akan bisa bermanfaat bagi masyarakat, walaupun kelak saya sudah tidak ada di dunia ini. Semuanya ini pun bisa terwujud dari para sahabat yang terus mendukung saya untuk menyelesaikan buku ini.


 ~ Selain "Kanker Bukan Akhir Dunia" adakah karya-karya Mbak yang lain?

Ya, selain buku Kanker Bukan Akhir Dunia, saya sudah menghasilkan beberapa karya buku dan masih aktif menulis di berbagai media cetak.  Dua buku terakhir yang baru terbit yaitu buku tentang bisnis, judulnya Pantangan dalam Bisnis terbitan PT. Gramedia Pustaka Utama serta Buku Cerita Anak yang berjudul Kiki si Kijang Kuning terbitan Andi Publisher.


~ Sebagai orang awam aku hanya tahu kanker dari film dan cerita di buku. Apakah menurut Mbak apa yang digambarkan di sana cukup realistis atau malah melenceng dari fakta? Dan jika ada yang nggak sesuai, stereotype apa sih yang ingin Mbak ubah dari penggambaran kanker di film dan buku fiksi?

Kalau berbicara mengenai gambaran kanker di film atau buku, sebenarnya kurang lebih begitu lah. Hanya saja, ada beberapa film atau buku yang menggambarkan tokoh yang kena kanker itu terlihat sedih ataupun kesakitan terus. Mungkin hal ini yang menjadi salah satu pandangan sebagian masyarakat menjadi takut untuk mengenal lebih dalam  masalah kanker.

Contoh sederhana, mengenai pengobatan kanker. Saya sering sekali bertemu dengan sesama survivor atau keluarganya yang terlambat menjalani pengobatan kanker karena takut. Bayangan mereka pengobatan kanker itu sangat menakutkan karena pernah melihat cerita di televisi atau dengar informasi dari orang lain. Sehingga ada saja yang tidak berani lebih lanjut untuk berobat. Nah, biasanya kalau begini, saya akan coba membantu menjelaskan bagaimana pengobatan kanker itu. Atau saya biasanya menyarankan mereka untuk bertanya lebih detail mengenai pengobatan kanker kepada dokter yang menangani mereka. Biar tidak menebak nebak dan bingung sendiri.


~ Sebagai seorang scolioser aku tahu betul bahwa masih banyak orang yang percaya dengan mitos seputar kelainan tulang belakangku ini. Nah, apakah dalam kanker juga berlaku? Jika iya, mitos apa sih yang biasa beredar dan bagaimana fakta yang sebenarnya?

Wah sama dong.. pada penyakit kanker juga banyak mitos mitos kanker yang beredar di masyarakat. Dalam buku Kanker Bukan Akhir Dunia, saya jelaskan pula mengenai mitos-mitos penyakit kanker.
Mitos-mitos mengenai kanker itu antara lain tidak ada harapan hidup untuk pasien kanker. Dalam mitos ini, seakan akan orang yang tervonis kanker tidak punya harapan hidup. Padahal banyak lho, pasien kanker yang bisa sehat sampai lama sejak tervonis kanker.

Selain itu ada pula mitos yang berpandangan kalau kanker itu penyakit menular dan akibat banyak dosa. Nah, karena mitos begini, akhirnya banyak pasien kanker yang enggan berobat karena malu atau sedih dianggap banyak dosa.  Padahal untuk urusan dosa itu sudah masuk antara hubungan manusia dengan Allah saja. Kita sebagai sesama manusia tidak baik memvonis orang lain mengenai dosa dosanya.

Kalau saya pribadi menganggap kanker ini sebagai hikmah dan intropeksi diri saja.  Allah memberikan saya kesempatan berbenah diri melalui penyakit ini. Jadi saya berusaha lebih mendekatkan diri kepada Allah.


~ Apa yang ingin Mbak sampaikan tentang kanker dan apa pesan-pesan Mbak untuk Indi's friends?

Untuk Indi's friends, saya ingin menyampaikan untuk terus menjaga kesehatan. Seandainya tubuh sudah memberikan sinyal sinyal tidak nyaman, ada baiknya segera di periksakan ke dokter.
Selain itu, bisa juga melakukan deteksi dini dari awal.  Misalnya bila menemukan.gejala gejala yang aneh contohnya benjolan yang tumbuh tiba tiba, pendarahan yang tidak biasanya, dan lain.lain, maka segera  di periksakan saja

Oh ya, bagi teman teman.perempuan, jangan lupa rajin untuk SADARI atau pemeriksaan payudara sendiri. Ini untuk mencegah kanker payudara. Atau juga melakukan papsmear bagi perempuan yang sudah pernah aktif melakukan melakukan hubungan seksual, ini terkait untuk pencegahan kanker servix.


~ Jika ada yang mau berkenalan dengan Mbak Tri, kemana Indi's Friends bisa menghubungi? (blog, twitter, dll) Dan di mana bisa mendapatkan karya-karya Mbak?


Oke, terima kasih banyak ya Mbak atas waktunya. Aku yakin kisah Mbak akan menginspirasi siapapun yang membacanya :) Dan semoga kolaborasi kita menjadi langkah kecil untuk mengenalkan kanker dan scoliosis. Amen. Sampai bertemu lagi di lain kesempatan, Mbak Tri! :)  

***

Begitulah wawancara santai kaya manfaat antara aku dengan Mbak Tri. Semoga ini juga bisa menginspirasi teman-teman untuk terus semangat, ya. Oya, Mbak Tri juga mewawancaraiku untuk blognya, lho. Kalian bisa membacanya di sini :)

baca di sini



Update: Mbak Tri meninggal dunia pada bulan Juni 2017. Banyak yang merasa kehilangan dengan kepergiannya, termasuk aku. Semoga Mbak Yuni mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan YME. Dan keluarga yang ditinggalkannya diberikan kekuatan. Mbak Yuni adalah sosok yang sangat menginspirasi, semoga legacynya terus berjalan <3 


_________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Jumat, 12 Juni 2015

Quick Update: Indi Sugar on TV :)

Hi bloggies, apa kabar? Wah, nggak terasa sudah mau weekend lagi :D Kalian ada rencana apa, nih? Kalau aku sepertinya akan di rumah saja karena ada beberapa PR tulisan yang harus dikerjakan, ---termasuk menulis di blog ini, hihihi. Meski belakangan lumayan jarang update bukan berarti aku cuek, lho, ini murni karena belum sempat, huhuhu :'D Nah, sekarang di sela-sela waktu makan siang aku ingin bercerita sedikit, nih tentang aktivitas terakhirku di TV :)


1. Halo Indonesia (Daai TV)


Bulan April lalu aku menjadi finalis "Kartini Next Generation Award 2015" dalam bidang Kesehatan dan Lingkungan hidup. Di malam penobatan ada beberapa stasiun TV yang meliput, salah satunya Daai TV. Aku nggak menontonnya langsung karena stasiun TV tersebut nggak bisa ditonton dari Bandung. Beruntung videonya sudah ada di YouTube jadi aku bisa menontonnya bersama keluarga, deh, hihihi.


2. Majalah Pagi (TV One)


Shootingnya sih sudah dari sebelum KNG, tapi ternyata baru ditayangkan. Lagi-lagi aku nggak menontonnya di TV karena entah kenapa pihak TV One nggak memberitahuku. Padahal biasanya saat aku menjadi narasumber/bintang tamu bukan hanya diberitahu, tapi juga diberikan copy acaranya oleh pihak TV :( Untung saja followersku di Instagram dan Facebook rajin-rajin, mereka mengambil fotonya untukku, hehehe. Salah satu dari mereka juga memberitahu bahwa aku bisa menontonnya dari Usee TV, dan dari sanalah aku mendapatkan rekaman ini :) Kinda disappointed karena konsep acara ternyata berbeda sekali dengan yang dijanjikan. Ada juga beberapa kesalahan dalam penyebutan istilah scoliosis yang menurutku lumayan fatal karena seharusnya TV membantu memasyarakatkan scoliosis. But well, aku tetap share videonya karena di kolom "deskripsi" aku cantumkan informasi yang tepat. Aku harap teman-teman yang menonton juga nggak malas untuk membaca terlebih dahulu, ya :)

Sekian update singkatku, hihihi. Semoga aku bisa cepat kembali nge-blog di sini, dan yang juga nggak kalah aku kangenin; semoga bisa cepat kembali jalan-jalan ke blog teman-teman :p See yaaaa! :)


dora with ukulele,

Indi

 _______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Minggu, 24 Mei 2015

Cerita Malam Penobatan Kartini Next Generation Award 2015 :)

Hehehe, aku ingat sudah janji untuk menceritakan soal malam penobatan “Kartini Next Generation Award 2015” berabad-abad lalu, tapi rupanya baru sempat sekarang :’D Mungkin teman-teman sudah ada yang tahu bahwa 2 minggu lalu aku terkena demam berdarah dan gejala tipus. Itulah yang membuat update-ku terhambat belakangan. Ditambah segera setelah aku pulih banyak kegiatan yang menanti. Cukup membuat energiku terkuras, bahkan untuk sekedar blog walking. Tapi aku juga bersyukur karena Tuhan masih (dan semoga selalu) memberikan kesehatan dan semangat untuk bekerja dan berkarya :)

Jadi setelah menjalani proses penjurian (baca cerita lengkapnya di sini), dua hari kemudian di tanggal 22 April 2015 aku dan para finalis diundang untuk menghadiri malam penobatan yang dilaksanakan di auditorium Gedung BPTT Jakarta. Aku berangkat pagi-pagi sekali dari Bandung dengan diantar Ibu dan Bapak, sama seperti ketika proses penjurian. Tapi ada yang berbeda kali ini, nenekku, yang biasa dipanggil Emah oleh cucu-cucunya juga ikut mendampingi. Senang rasanya, karena moment yang istimewa ini terasa semakin istimewa dengan dihadiri oleh orang-orang tercinta :) Meski cuaca sangat terik (sangat, sampai ketika berhenti di rest area aku ingin minuman dingin meskipun masih pagi, hehehe) tapi perjalanan terbilang lancar. Macet karena KAA hanya terasa sebentar dan dalam waktu beberapa jam saja kami sudah tiba di Jakarta.

Ketika tiba di Gedung BPPT rasanya seperti Deja vu. Meski diadakan di ruangan yang berbeda, tapi rupanya aku dan keluarga lagi-lagi menjadi finalis yang paling awal tiba (baca: kepagian), hehehe. Mungkin karena finalis lain kebanyakan masih menginap di Hotel dan ada yang tinggal di Jakarta jadi mereka tiba tepat waktu. Sambil menunggu aku berganti baju dengan kebaya yang sudah disiapkan dari rumah. Karena aku hanya punya satu kebaya dan jahitannya sudah mulai lepas, jadi aku dan Ibu mendesain kebaya baru dan segera menjahitnya dalam waktu yang sangat singkat (kami hanya punya waktu 3 hari sebelum penjurian!). Kain yang digunakan pun seadanya, yang sudah tersedia di rumah. Untuk kain kebaya menggunakan stok kain Ibu, dan untuk roknya menggunakan kain batik rangrang oleh-oleh dari adik yang pulang honeymoon di Bali. Sempat khawatir warna dan motifnya “nabrak”, tapi setelah finalis lain mulai berdatangan mereka ternyata menyukai “kebaya last minute” ku, hehehe. Thank God :D


Dari kain-kain yang ada di rumah, jadilah kebaya ini :)

Bersama finalis KNG 2015 :)

Kompakan pakai batik rangrang. Lucu, ya :D


Selain Ibu, Bapak dan Emah, kehadiran Iin dan mamanya pun semakin membuat perasaanku bertambah gembira. Iin adalah seorang teman yang aku kenal dari audisi X Factor karena sama-sama mengidap scoliosis dan sama-sama tertarik dengan dunia seni. Meski ini adalah pertemuan yang pertama kali dengan mamanya Iin, tapi kami langsung duduk di satu meja dan berbincang akrab tentang banyak hal (baca cerita seru kami di sini). Kehadiran mereka membuat mejaku jadi yang paling ramai. Pasalnya finalis lain hanya ditemani dengan 2 orang pendamping, sedangkan aku oleh 5 orang yang semuanya senang mengobrol, hehehe. Eh, tapi aku sudah izin pada panitia dulu kok sebelumnya. Kebetulan ada salah satu finalis yang nggak membawa pendamping, jadi aku bisa mengajak Emah, Iin dan mamanya :) 


Kedatangan suporter cantik, nih. Iin :*


Tepat setelah acara pembukaan selesai Iin dan mamanya pamit karena ada keperluan lain. Oh, iya waktu nama dan foto finalis ditampilkan di layar sepertinya cuma mejaku saja yang heboh, soalnya waktu wajah konyolku muncul, Iin dan orangtuaku kompak bertepuk tangan sambil bersorak. Hahaha, kalau panitianya membaca tulisan ini aku minta maaf ya :p
Aku berpisah dari Ibu, Bapak dan Emah untuk duduk bersama finalis yang lainnya. Jaraknya cukup jauh dari mejaku sebelumnya, di pojok dekat speaker raksasa sementara keluargaku di tengah ruangan dengan posisi yang menghadap langsung ke panggung. Well, lebih strategis dan nyaman, sih... tapi masa aku mau nempel terus sama mereka seperti anak kecil, hehehe. Lagipula mengobrol dengan teman-teman baruku itu seru sekali, lho. Dan tentu saja bisa membuat “lupa” dengan suara berisik dari speaker raksasa yang ada di sebelah kiri kami :D

Selain kata sambutan dan doa dari para mentri, acara juga diisi dengan talk show yang sesuai dengan tema Kartini Next Generation Award tahun ini, yaitu Woman as Drivers of Progress. Sidrotun Naim dan Maizidah Salas, finalis tahun ini menjadi salah dua (istilah apaan ini? Lol) dari narasumber talk show. Kisah mereka sangat menginspirasi, bahkan sempat membuatku hampir meneteskan air mata. Sungguh membuktikan bahwa “Kartini” bisa menjelma dari berbagai latar belakang dan profesi. Awesome! Selain itu juga ada drama musikal singkat yang menceritakan tentang keragaman perempuan. Aku suka sekali karena perempuan digambarkan dengan nggak seragam. Ada yang bekerja di luar, ibu rumah tangga dan lain sebagainya, ---tapi semuanya HEBAT! :)


Talk show.

Drama musikal tentang perempuan :)


Setelah penantian yang panjang (banget, ---sampai sore lho) akhirnya ke 22 orang finalis dipanggil untuk naik ke atas panggung. Mereka adalah (aku termasuk, ya, hehehe) Yunia Muji Utami (Sidoarjo), Siti Rohayah (Banyuasin), Julie Nava (USA, berhalangan hadir), Diana Anggraini (Bandung), Annisa Wibi (Bandung), Abys Wigati (Malang), Vanda Yulianti (Jakarta), Laurencia Ika (Surabaya), Maizidah Salas (Wonosobo), Alia Noor (Jakarta), Nadhira Vidya (Bandung), Nariana Pardede (Yogyakarta), Wahyuning Widiowati (Jakarta), Sidrotun Naim (Tanggerang), Indi Taufik (dari antah berantah, mungkin dari Disney channel atau Nickelodeon, hahaha), Qori Sulaeman (Karawang), Aretha Aprilia (Tanggerang), Tri Wahyuni (Samarinda), Vania Santoso (Surabaya), Yayuk Sri (Nganjuk), Anazkia (Malang) dan Talita Asagi (Papua). Hal pertama yang aku lakukan ketika berdiri di sana adalah “dadah-dadah” ke arah keluargaku, hehehe. I know it’s kinda childish. Tapi aku happy sekali, ---dan menyapa keluarga adalah caraku mengekspresikannya :)


22 orang finalis :)

Ayo luruskan barisannya! :p

Ada 2 stasiun TV yang meliput acara ini, yaitu TVRI dan Daai TV :)


Ada perasaan haru yang susah sekali dijelaskan dengan kata-kata ketika melihat keluargaku dari atas panggung. Bapak berdiri di dekat panggung, bahkan lebih depan daripada para wartawan untuk mengambil fotoku. Sementara Ibu keluar dari mejanya dan berdiri agar bisa melihatku dengan jelas. Dan Emah... Well, beliau yang paling membuat hatiku tersentuh... Emah sama sekali nggak beranjak dari kursinya, tapi air matanya terus keluar sambil menatapku bangga. Kalau saja kamera nggak menyorotku dari segala arah, mungkin aku sudah menangis seperti bayi, hehehe. Setelah beberapa sambutan dibacakan 6 orang yang terpilih untuk mewakili 6 bidang/kategori yang berbeda. Mereka adalah Siti Rohayah (ekonomi), Laurencia Ika (pendidikan), Alia Noor (sosial budaya), Vania Santoso (kesehatan dan lingkungan hidup, ---kategori yang sama denganku), Sidrotun Naim (riset perikanan) dan Maizidah Salas (pemberdayaan perempuan)


Bersalam-salaman :D

Penyerahan trophy dan sertifikat pada 6 perempuan dari 6 kategori yang berbeda.

Gue menerima sertifikat.

Lalu cengengesan karena tertukar dengan finalis lain, hahaha. 

Tebak aku lagi cerita apa. Pokoknya yang berdiri di dekatku pasti susah jaim. Maaf, yaaa :)

Horeeee, dapat hadiah banyak :D

Emah menangis haru ketika aku di atas panggung :')

Bersama Talita (aku sudah pegal maksimal dan keberatan membawa sertifikat dan hadiah) xD


Setelah penyerahan sertifikat, trophy, hadiah dan foto bersama, kami turun dari panggung untuk menemui pendamping/keluarga masing-masing. Ibu dan Bapak sudah menyambutku di tepi panggung sambil terus-terusan berkata tentang betapa bangganya mereka padaku. Emah, yang masih belum juga beranjak dari kursinya mencium dan memelukku erat. Air matanya semakin deras seiring dengan doa dan kata-kata pujian yang beliau lontarkan untuk cucu perempuan pertamanya ini. Pertahananku pun roboh, air mataku mulai keluar dan menangis haru. Sungguh ini hari yang membahagiakan karena bisa berdiri di antara perempuan-perempuan hebat dari seluruh Indonesia. Tapi mendengar Ibu, Bapak dan Emah bangga denganku melebihi segalanya. Aku beyond bahagia...

Di malam penobatan Kartini Next Generation award ini juga ada kejadian nggak terduga yang menyenangkan. Menurut cerita Ibu, waktu aku pindah meja untuk duduk bersama finalis lain ada seorang perempuan yang menghampiri untuk duduk di kursi kosong yang tadinya aku tempati. Ketika mengenalkan diri ternyata ia adalah Erlinda, sekjen dari KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia). Tahu bahwa Ibu, Bapak dan Emah adalah keluarga finalis, ia ingin berkenalan denganku. Ternyata Erlinda ini baiiiik sekali (plus cantik). Ia menyebut dirinya “Tante”, tapi aku lalu memanggilnya “Kakak” karena terlihat sangat muda. Setelah saling mengenalkan diri (nggak lupa aku bercerita tentang passion-passionku) kami pun bertukar nomor telepon dan alamat email. Ketika aku selesai mengobrol dengan Ibu, Bapak dan Emah, Kak Erlinda mengucapkan selamat dan memberikan pesan padaku. Katanya sudah waktunya aku meneruskan perjuangan generasi terdahulu. “Yang masih muda seperti Indi ini harus diberi kesempatan untuk melakukan perubahan,” begitu katanya. Aduh, aku jadi semakin terharu.
Rupanya Emah punya request istimewa pada Kak Erlinda sebelum aku turun panggung. Katanya beliau ingin aku berfoto dengan para mentri. Hehehe, Emah ada-ada saja... Tapi ternyata Kak Erlinda mengabulkannya. Dengan mengenalkanku sebagai keponakannya, aku pun berfoto dengan para mentri. Ah, terima kasih banyak Kak Erlinda... Baik sekali hatimu padahal kita baru kenal beberapa jam saja :)


Ibu, Emah dan Kak Erlinda KPAI :)

Sempat berbincang di sela acara :)

Requestnya Emah, aku berfoto dengan Puspita Zorawar (ketua KNG 2015) dan Imam Nahrawi (Menpora RI).

Bersama Rudiantara (Menkominfo RI). Terima kasih banyak Kak Erlinda! :D


Setelah acara selesai rupanya masih ada kejutan lain. Para juri rupanya masih mengingatku, ---tepatnya mengingat presentasiku yang dalam bentuk dongeng, hehehe. Yang mengesankan, salah satu juri yang juga pimpinan redaksi majalah Noor, Ibu Jetti R. Hadi, memanggilku ketika kami akan pulang. “Sebentar... sebentar, saya mau difoto sama Indi,” katanya sambil memelukku. Beliau berkata bahwa sejak mendengar ceritaku, beliau ingin bertemu dengan orangtuaku. Katanya aku pasti dibesarkan oleh orangtua yang hebat. Wah, Ibu dan Bapak sampai penasaran dengan isi presentasiku, katanya kenapa mereka sampai dianggap “hebat”. Hehehe, rahasia dong! :p



Bersama Ibu Jetti pimred majalah Noor :)

Thank God.... :)


Di perjalanan pulang kami nggak henti-hentinya membahas tentang apa yang baru saja kami alami. Aku bilang ini salah satu hari yang paling membahagiakan di hidupku. Tapi ternyata Ibu, Bapak dan Emah pun merasakan hal yang sama. Emah bangga sekali sama Kakak. Lihat Kakak di atas panggung, berdiri sama banyak orang hebat. Kalau bukan karena Kakak mana bisa Emah mengalami hari seperti ini?” Diam-diam aku menghapus air mata yang pelan-pelan turun. Aku berjanji akan terus belajar, terus mencari pengalaman dan nggak mudah menyerah. Aku ingin membuat mereka bahagia dan bangga... selalu :)) 


Simak tayangan Penobatan KNG 2015 oleh DAAI TV di sini: 


anaknya ibu dan bapak,

Indi


 _______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Rabu, 29 April 2015

Another Scoliosis Talk with Iin :)

Kalau ngobrol sama teman pasti bisa ke mana-mana. Yang tadinya lagi ngobrolin "ini" bisa nyambung ke "itu". Tapi justru bikin seru, seperti yang aku alami tanggal 22 April kemarin.

What a nice surprise, Iin temanku datang ke acara penobatan Kartini Next Generation Award 2015 di Jakarta. Aku yang dari Bandung lumayan kesepian karena hanya ditemani Ibu, Bapak dan Nenek. Teman-temanku nggak ada yang bisa datang, termasuk Ray karena sedang hari kerja. Beruntung sekali Iin bisa datang, dan bahkan ditemani mamanya sehingga membuat mejaku jadi ramai, hehehe. Perkenalanku dan Iin ini cukup unik, kami berkenalan lewat twitter dan berlanjut ke dunia nyata karena memiliki kesamaan, yaitu: sama-sama scolioser!

Suatu hari di tahun 2013 banyak follower twitter yang mention aku tentang penampilan Iin di audisi X Factor. Katanya ada penyanyi bersuara bagus yang juga mengidap scoliosis sama sepertiku. Aku yang sedang di luar buru-buru pulang ke rumah dan mencari videonya di YouTube. Ternyata benar saja, suaranya baguuuus sekali! Berkat salah satu komentar di videonya aku menemukan akun twitter Iin. Langsung saja aku mengontaknya dan memperkenalkan diri. Nah, kebetulannya hanya selang beberapa hari Iin menonton "Mika", film yang diinspirasi dari novelku, "Waktu Aku sama Mika".

Ini pertemuan kami yang kedua. Yang pertama kami bertemu di Central Park Jakarta. Dalam rangka apa? Dalam rangka... pengen ketemu saja pokoknya, hehehe. Aku tahu Iin sedang di Jakarta saat itu, jadi aku menemuinya sebelum ia pulang ke Makassar. Nah, tanggal 22 lalu giliran Iin yang menemuiku, di saat yang istimewa pula! Ini kali pertama aku bertemu dengan mamanya Iin. Aku memanggilnya 'Tante'. Ternyata Tante ini persis seperti putrinya, ramai dan gampang akrab, hehehe. Belum apa-apa kami langsung ngobrol ke sana-ke mari seperti sudah sering bertemu. Bahkan ada salah seorang finalis yang menyangka bahwa aku dan Iin kakak-adik :D

Dari macam-macam obrolan yang paling seru tentu saja soal scoliosis. Aku dan Iin sama-sama mempunyai kurva yang berat, yaitu diatas 50 derajat. Kami juga sama-sama sempat memakai boston brace dalam jangka waktu yang cukup lama. Ternyata sama sepertiku, kurva Iin pun nggak berkurang dengan pemakaian brace tipe itu. Salut dengan Tante yang rajiiiiin banget searching soal scoliosis, baik itu source nya dari luar atau dari dalam negeri, termasuk dari (ehm...) blog ini, hehehe. Sampai-sampai Tante juga tahu nama-nama selebritis yang juga scolioser. Cool!





Waktu pertemuan pertamaku dan Iin, kami berbicara tentang SpineCor, soft brace yang kabarnya sudah banyak membantu scolioser di luar negeri. Waktu itu kami berandai-andai suatu hari bisa memakai SpineCor dan beraktivitas dengan lebih nyaman. Eh, siapa sangka beberapa bulan semenjak pertemuan itu aku benar-benar memakai SpineCor karena ternyata sudah tersedia di Indonesia! Makanya waktu ketemu lagi aku langsung excited cerita bagaimana pengalamanku dengan brace yang super soft ini. 

Rupanya Iin pun sudah mampir ke Spine Body Center, tempat di mana aku membuat SpineCor beberapa minggu sebelumnya. Tapi Iin belum belum mulai fitting, "Nabung dulu, Isyaallah tahun ini," begitu katanya. Amen, aku dan keluarga doakan semoga cepat terkabul, ya :) 
Setelah merasakan banyak perubahan positif semenjak memakai SpineCor aku berharap kalau scolioser lain juga merasakan hal yang sama. Scoliosis kadang menyakitkan, dan hard brace malah membuat gerak tubuh terbatas juga menimbulkan pegal-pegal. Tapi dengan SpineCor 'koreksi' pun jadi nggak terasa, seolah tubuhku sedang memakai baju biasa saja.

Tante juga nggak sabar agar Iin cepat pakai SpineCor. Rupanya beliau tahu kalau Lourdes, anaknya Madonna juga pakai. Wah, benar-benar mama yang cool, nih! :D Btw, selain karena "dipakai seleb" ada alasan-alasan lain yang lebih penting lho kenapa aku (dan juga teman-teman yang sudah pakai) memilih SpineCor,
1. SpineCor terbukti lebih efektif 3,7 kali daripada hard brace (seperti boston brace yang dulu kupakai) untuk mencegah operasi. Karena lebih baik dalam menstabilkan dan mengendalikan scoliosis. 
2. SpineCor secara klinis sudah terbukti memiliki 89% keefektifan terhadap pasien. Ini menurut penelitan selama 10 tahun terhadap lebih dari 40 pasien, lho. Jadi meskipun sekali scoliosis tetap scoliosis, dengan SpineCor kesempatan aku untuk membaik lebih besar.
3. Meski bentuk badan berubah, misalnya tambah gemuk atau tambah kurus, SpineCor bisa disesuaikan kembali (re-adjustment). Itu juga artinya biaya yang dikeluarkan lebih sedikit karena bisa dipakai untuk jangka waktu lama ;)
4. SpineCor bisa dicuci, jadi tentu kebersihannya lebih terjaga. Aku gampang sekali terkena biang keringat, tapi sampai sekarang kulit yang terkena SpineCor tetap sehat, karena setiap minggu aku seolah memakai brace yang baru, hehehe.
5. Dengan SpineCor gerak tubuh yang dulunya mustahil dilakukan ketika memakai hard brace bisa dilakukan dengan nyaman. Karena elastis aku bisa membungkuk, duduk di lantai, dll tanpa masalah.
6. Dan yang terakhir adalah yang paling aku suka. Saking tipisnya (dibanding brace tipe lain) yang tahu kalau aku sedang memakai SpineCor ya hanya aku sendiri, kecuali kalau aku bilang-bilang, hehehe. Mau pakai outfit apapun nggak masalah, karena SpineCor bisa bersembunyi dengan sempurna ;)





Selain ngobrolin tentang SpineCor, aku, keluaga, Iin dan Tante juga setuju kalau banyak pengidap scoliosis yang nggak sadar bahwa ia seorang scolioser. Mungkin karena kurang disosialisasikan jadi orang banyak yang berasumsi bahwa scoliosis hanya masalah "kosmetik" alias tampilan luar. Padahal dengan tulang yang bengkok tentu mempengaruhu organ dalam kita, lho. Misalnya jantung, paru-paru, pencernaan dan lain-lain. Atau ada juga scolioser yang malah menutup diri atau malu. Padahal berbagi itu salah satu cara untuk melegakan perasaan, lho. Asalkan pada porsinya saja, bukannya malah minta dikasihani.






Aku bersyukur Iin berkata dengan bangga bahwa ia seorang scolioser saat audisi X Factor. Tanpa sadar ia sudah menginspirasi orang lain untuk bangga dengan dirinya sendiri dengan kondisi apapun yang Tuhan berikan. Iin juga membuktikan bahwa semua orang pasti punya bakat dan tetap bisa dinilai utuh meskipun ada bagian tubuh yang 'berbeda'. Dan tentu saja berkat keberaniannya kami bisa berteman. Tante sampai bergurau kalau saja Iin nggak menyebut "scoliosis" saat audisi mungkin kami nggak akan saling mengenal. Hehehe, betul juga, ya :D 

Pertemuanku dengan Iin dan mamanya kali itu sangat berkesan sekali. Aku senang karena ada teman yang hadir saat moment terpentingku. Juga aku senang karena di pertemuan santai pun kami bisa saling menguatkan. Waktu aku pulang ke rumah, aku dan Iin sama-sama meng-upload foto kami di Instagram. Ada komentar dari Iin di sana;
"Aku seneng banget bisa datang!!! Bangga banget sama Kak Indi! Hell yeah, scolioser dari X Factor dan penulis cantik yang tulisannya udah difilmin di "Waktu Aku sama Mika" bertemu. Terus menginspirasi semua scolioser ya Kak Indi, NEVER LOSE HOPE. Percaya diri dan kejar mimpi bareng-bareng."

Yes, Iin, let's catch our dreams and never lose hope. Tapi kamu harus tahu kalau kamu juga menginspirasi! :)


proud scolioser,

Indi


nb: Mohon maaf jika pertanyaan seputar SpineCor di post sebelumnya ada yang nggak terbalas. Aku berusaha sebaik mungkin untuk membalas satu persatu. Silakan tinggalkan alamat email saja di kolom komentar. Untuk pertanyaan mengenai medis, dll lebih baik hubungi langsung Spine Body Center di APL Tower, Lt. 25, Jakarta Barat (samping Central Park Mall) atau telepon ke (021) 2933 9295. Aku ditangani oleh Dr. Natalie Liem, MSc, PhD. Tapi jika ingin mengetahui pengalamanku dengan SpineCor, dengan senang hati aku share :)




 ______________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Minggu, 26 April 2015

Menjadi Salah Satu dari 22 Perempuan Hebat di Kartini Next Generation Awards 2015. Boleh pingsan?? :D

Semuanya terasa begitu cepaaaaaat. Saking cepatnya aku jadi nggak punya waktu untuk shock dan harus mulai mempersiapkan semuanya...

Ketika baru bangun tidur aku mendapatkan mention di Twitter dari Ayu. Isinya begini; "kamu ada di urutan nomer 16 seleksi tahap awal @KartiniNextGen kah???"
Oh, wait... WAIT! Mataku yang masih lengket seketika mendadak segar. Otakku pun langsung berputar. Kartini Next Generation? Apa itu? Memangnya kapan aku daftar?? Satu menit... dua menit... Astaga!! Rupanya aku pernah mendaftarkan diri tahun lalu tapi nggak lolos. Dan aku sudah lupa karena nggak berharap untuk masuk sebagai finalis. Ya, Tuhan... segera aku bangkit dari tempat tidur untuk keluar dari kamar dan mau mengabari Ibu dan Bapak. Tapi belum juga membuka pintu, HP ku berbunyi. "Halo?" tanyaku karena nomornya nggak dikenal.
"Selamat siang Indi, saya dari Kartini Next Generation. Selamat ya, Mbak masuk sebagai finalis. Penjurian tahap akhirnya tanggal 20 April di Jakarta... bla bla bla... blaaa."
Tanggal 20? Itu sih cuma 2 hari lagi! Ya, ampun.... *pingsan*

***


19 April 2014
Aku, Ibu dan Bapak berangkat ke Jakarta. Sengaja kami memilih malam-malam agar nggak terlalu macet. Panitia sudah menyediakan kamar hotel di Grand Cemara untuk kami supaya aku nggak terlambat untuk penjurian besok pagi. Sepanjang perjalanan Bapak dan Ibu penasaran berat kenapa aku bisa jadi finalis KNG. "Kapan daftarnya?", "Kok nggak bilang-bilang?" daaaan seterusnya. Padahal aku juga sama bingungnya dengan mereka. Aku happy dan bersyukur, of course. Tapi juga deg-degan karena ketika membaca profile finalis lain, semuanya sudah hebat-hebat :'D

Kartini Next Genaration Award ini adalah event bergengsi tahunan yang diadakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika yang diselenggarakan bersama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Ini adalah sebagai bentuk apresiasi pemerintah kepada kaum perempuan di Indonesia yang telah berhasil memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di berbagai bidang baik untuk peningkatan kapasitas, pengetahuan, e-literasi maupun kesejahteraan di masyarakat. 
Dan tema tahun ini adalah "Woman as a Driver of Progress”, yaitu penghargaan untuk perempuan-perempuan Indonesia yang telah memberikan kontribusi nyata berupa kepemimpinan, keteladanan serta upaya tertentu yang mendorong terjadinya perbaikan kualitas dan kemajuan di lingkungannya secara konsisten serta memberikan dampak positif bagi banyak orang dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Wow banget, kan? Aku sampai nggak mau ingat-ingat selama di mobil. Takutnya malah nervous terus nangis, hahaha.

Perjalanan terbilang sangat lancar. Kami hanya berhenti 1 kali di rest area untuk makan dan peregangan sana-sini supaya nggak pegal, lalu dilanjutkan kembali. Yang lucu justru ketika hampir sampai, kami salah masuk hotel karena namanya mirip. Harusnya Grand Cemara, tapi malah ke Hotel Cemara. Padahal kami sudah menunggu beberapa menit lho karena mbak resepsionisnya sedang sibuk. Rupanya sebelum kami sudah ada beberapa finalis yang juga salah hotel, hahaha.


Sebelum makan malam :)

Sudah pakai outfit nyaman untuk tidur di mobil, hihihi.


Syukurlah jaraknya ternyata nggak terlalu jauh. Kurang dari 10 menit kami sudah tiba di hotel yang benar. Finalis dan panitia lain nampaknya sudah beristirahat. Jadi tinggal aku dan orangtuaku lah yang berlalu-lalang di lobby. Karena sudah larut kami langsung ganti baju dan naik ke atas tempat tidur. Tapi aku dan Bapak nggak langsung istirahat lho, kami berlatih dulu untuk presentasi di penjurian besok paginya. Aku sampai tertawa-tawa kencang (mudah-mudahan nggak mengganggu tamu lain, ya, lol) karena Bapak berpura-pura menjadi juri. Tapi tentu saja pertanyaannya banyak yang nggak serius, hahaha.


Syukurlah kami dapat twin bed room, jadi aku bisa tidur sendirian :D

Ini Onci, boneka yang selalu ikut sama aku sejak usia 8 tahun :)

Haish si Bapak, hahaha.

Berlatih presentasi menggunakan flash cards. Thank you so much untuk Irfan yang bantuin bikin ini 1 malam sebelumnya:'D




20 April 2015

Pakai dress batik rangrang desainku dan buatan Ibu :)


Rupanya aku jadi salah satu finalis yang datangnya paling cepat, hahaha. Waktu aku dan orangtua tiba di Gedung BPTT Thamrin suasana masih sepi. Kami 1 lift dengan Ibu Dewi Motik yang juga kebingungan dengan senyapnya suasana (hiiiiiii...). Beliau rupanya sebagai juri untuk kelompok A, sedangkan aku sendiri berada di kelompok B. Karena sepinya gedung kami sempat beberapa kali salah masuk, syukurlah di lantai 3 tanda-tanda kehidupan mulai muncul. Ada beberapa panitia yang sedang mempersiapkan acara penjurian. 


Bersama Nadhira, sama-sama dari Bandung dan sama-sama tahu mendadak :D

Sebagian finalis Kartini Next Generation Award 2015 :)


Nggak lama kemudian finalis lain mulai tiba satu persatu. Aku jadi satu-satunya yang didampingi orangtua, karena rupanya finalis lain nggak tahu kalau boleh ditemani oleh pendamping. Jadi para suami dan keluarga malah menunggu di luar. Bapak dan Ibu jadi agak canggung karena di ruangan hanya ada finalis, juri dan panitia, tapi aku tetap meminta mereka untuk stay supaya perasaanku lebih tenang :D Tapi lama-lama aku membiarkan Ibu dan Bapak berjalan-jalan karena suasana semakin hangat. Para finalis sudah mulai saling mengobrol seru. Aku bahkan langsung menemukan teman. Namanya Nadhira, ia juga finalis asal Bandung yang berhasil mengolah garam mentah berkualitas asli Indonesia (tuh kah hebat)


Kami dari berbagai daerah di Indonesia! Sebenarnya ada seorang finalis lagi tapi ia tinggal di Amerika.

Para juri yang baik-baik, hihihi.


Sebelum penjurian dimulai diadakan dulu doa bersama dan beberapa pidato. Rasanya hati ini jadi penuh haru... Nggak menyangka saja kalau aku ternyata menjadi salah 1 dari 22 perempuan Indonesia yang terpilih menjadi finalis. Apalagi waktu kami bernyanyi lagu Indonesia Raya, langsung semi-semi menangis (hihihi, nggak mau ngaku nangis).
Somehow hati aku lebih tenang, mungkin karena semalam telah berlatih bersama Bapak. Jadi waktu diberi tahu bahwa aku adalah peserta pertama yang dipanggil untuk penjurian (iya, PERTAMA), aku langsung melangkah dengan mantap ke depan para juri.

Setelah menyapa para juri (Septiana Tangkary, Jetti R. Hadi, Sri Safitri, Ashwin Sasongko, Sigit Widodo, Carlia Isneniwati, Gemala Hatta) aku langsung mengeluarkan setumpuk flash cards dari dalam tas. Iya, aku nggak pakai power point atau semacamnya. Meskipun judulnya memanfaatkan TIK, buatku kalau bertemu langsung lebih baik sampaikan secara konvensional, supaya lebih akrab :) Dengan senyum yang (diusahakan) percaya diri aku mulai pun memulai presentasi; "Pada suatu hari, seorang laki-laki dan perempuan saling jatuh cinta..."


Sedang mendongeng di hadapan juri :)


Yup, aku mendongeng di hadapan juri. Itu bukan karena ingin unik atau berbeda, tapi ini yang ternyaman untuk aku lakukan. Aku sempat menjadi lead teacher di preschool dan sangat menikmati story telling, jadi kenapa nggak aku gunakan sekarang? 
Ceritaku dimulai dengan Ibu dan Bapak yang saling jatuh cinta, lalu mempunyai seorang anak perempuan, yaitu aku. Ketika remaja aku divonis mengidap scoliosis oleh dokter dan aku pun merasa sedih. Tapi Ibu dan Bapak selalu mendukung dan percaya dengan kemampuanku. Ditambah aku berkenalan, seorang ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) yang sangat suportif, semakin bertambahlah percaya diriku. Di situ aku menyimpulkan bahwa kasih sayang ternyata bisa membuat seseorang menjadi kuat. Setelah Mika meninggal, aku mulai membagi kisah-kisahku di internet. Tadinya hanya untuk mencurahkan perasaan, tapi ternyata banyak pembaca yang merasa "nggak sendirian" atau "terwakili" dengan ceritaku. Kasih sayang ternyata nggak perlu langsung bertemu dengan internet pun kita bisa berbagi, dan... aku rasa teman-teman sudah tahu dengan sisa kisahku, kan :)


Karya-karyaku. Aku juga bercerita bahwa lewat internet aku bertemu dengan banyak orang hebat :)


Aku amaze karena para juri excited dengan presentasiku, sampai-sampai waktu 30 menit pun ngggak terasa. Mereka bertanya banyak hal, termasuk visi dan misi ke depanku dalam bidang kesehatan khususnya scoliosis dan HIV/AIDS. Yang menarik Ibu Gemala Hatta (beliau adalah salah satu putri Bung Hatta) memberikan aku pesan yang sangat berharga. Katanya aku harus mengajak scolioser lain untuk berkarya. Aku jangan berhenti membuat buku, ceritanya boleh apa saja tapi selipkan pesan-pesan tentang kesehatan. Katanya di Indonesia banyak pengidap scoliosis yang belum "terdaftar" karena scolioser banyak yang pengetahuannya masih minim. Aduh, aku terharu sekali... Dan yang bikin aku bahagia, seluruh juri baiknya minta ampun, mereka ramah dan bersahaja. Aku sudah lupa dengan perasaan ingin muntah, deh, hehehe. 


Begitu keluar ruangan wajahku dan orangtuaku langsung sumringah. Legaaa :D



Masih 20 April 2015, siang hari

Karena menjadi peserta pertama yang melewati proses penjurian, aku pun diizinkan untuk pulang terlebih dulu. Aku dan orangtua putuskan untuk kembali ke Bandung karena masih harus bersiap-siap untuk hari penobatan lusa.  Hatiku lega bukan main, sepanjang perjalanan pulang bibirku terus tersenyum. Bukan hanya karena bisa menjadi finaslis KNG 2015 yang membuatku bangga, tapi aku juga bangga karena bisa mengalahkan rasa takut untuk melakukan sesuatu yang baru.
Ibu dan Bapak nggak henti-hentinya memujiku, katanya mereka bangga mempunyai putri sepertiku. Uh, kalau saja aku nggak malu-malu kucing sudah nangis bombay nih pasti, hehehe.


Di perjalanan pulang aku ketiduran, waktu buka mata sudah di rest area :D

Ih, belum mandi dari kemarin, hahaha :D

Bapak dan Ibu, katanya beliau bangga sama aku. Thank God... :)


Aku masuk sebagai finalis dalam bidang "Kesehatan dan Lingkungan Hidup". Masih banyak yang harus kupelajari, pengalamanku masih imut ---seimut ukuran sepatuku, hehehe. Menjadi finalis KNG mudah-mudahan semakin memantapkan langkahku ke depan, karena hal besar tentu dimulai dari hal kecil. Terima kasih kepada Tuhan YME atas semua berkah yang telah (dan akan) Ia diberikan. Kepada Ibu, Bapak, keluarga, juga teman-teman termasuk teman-teman di blog ini. Waktu penjurian aku juga bercerita tentang kalian, lho. I'm blessed to have you, guys! Sampai bertemu di post report ku tentang hari penobatan. See ya! :)

blessed daughter,

Indi