Kamis, 26 Maret 2015

Shooting Penuh Kejutan ala Inspira TV :)

Howdy do, bloggies? Aaaah, kangen rasanya untuk berbagi cerita di dunia kecilku ini. Belakangan aku sedang agak sibuk jadi nggak sempat untuk menulis di sini, bahkan untu blog walking sekalipun :( Iya, aku nggak salah ketik, kok, memang “agak sibuk” bukan sibuk banget. Tapi aku memang belum punya kekuatan seperti super blogger yang bisa menyempatkan untuk mampir di sela-sela kesibukan yang banyak, hihihi. Ya, yang pasti aku selalu usahakan untuk nggak ‘asal menulis’ atau ‘asal post yang penting update’. Aku sungguh-sungguh senang berbagi di sini, jadi diusahakan sebaik mungkin ---sesedikit apapun pengunjung di blog ini. Oh, iya sekalian aku mau ucapkan terima kasih banyak banyak banyak untuk teman-teman yang mengikuti cerita-ceritaku di sini. Barusan aku habis terharu-biru, soalnya baru sadar kalau followers “Dunia Kecil Indi” sudah ribuan. Padahal rasanya terakhir aku lihat masih ratusan. Sekali lagi, thank you so much, guys :’)

Aku sekarang mau cerita tentang kemarin malam, hari rabu tanggal 25 Maret 2015. Aku menjadi bintang tamu di acara “Saling Sharing” nya Inspira TV. Setiap kali aku menghadiri undangan, pasti ada warna-warninya, begitu juga kali ini. Jadi berbeda seperti stasiun TV-stasiun TV yang lain, Inspira ini semuanya serba super dadakan! Hihihi, waktu ngetik ini saja bikin jantung gue dag-dig-dug. Jadi hanya 2 hari sebelumnya Ray dihubungi oleh pihak Inspira TV untuk menanyakan kesediaanku menjadi bintang tamu. Setelah setuju, skrip baru dikirim keesokan harinya dan hanya beberapa jam saja sebelum shooting aku diberitahu bahwa dress code nya harus baju panjang! Ya, Tuhan... sampai bengong aku baca whatsapp nya, huhuhu :’) Mungkin bagi kebanyakan orang itu bukan big deal, tapi bagiku yang selalu menyiapkan outfit 1 hari sebelum acara, pengumuman mendadak bisa bikin pusing luar biasa. Apalagi karena jarak antara lokasi dan rumah yang cukup jauh (plus macet) aku sudah siap rapi-jali waktu membaca pesannya. Jadilah aku kembali ke kamar dan menghabiskan 10 menit ekstra untuk menatap lemari pakaian, huhuhu.
[Btw, sampai aku menulis ini pun masih belum tahu alasan kenapa harus pakai outfit berlengan dan menutupi kaki. Karena biasanya aku hanya diberitahu harus memakai casual atau formal. Dan dress-dress yang biasa kupakai nggak ada yang terlalu terbuka, bahkan banyak di antaranya yang aman digunakan untuk menghadiri acara Ramadan di TV. Tapi setiap stasiun TV pasti punya aturannya masing-masing and I’m totally okay with that. Hanya saja diberitahu lebih awal pasti akan lebih baik *smile* ]

 

Last minute outfit. Kata Bapak nggak matching, and I know it :p


Shooting dijadwalkan pukul 19:00 WIB di lantai 2 Rockstar Music Cafe Bandung. Tapi ternyata diundur menjadi sekitar pukul 20:00 WIB karena ada trouble dengan peralatan mereka. Sambil menunggu, aku yang diantar oleh Bapak melihat-lihat poster yang tersebar di dinding cafe. Kami fans berat musik rock, jadi datang ke tempat seperti ini selalu menyenangkan. Bapak bertaruh kalau di sini pasti nggak ada poster Aerosmith, band idolaku sejak kecil. Benar saja, menurut ownernya pun (atau manager? Maaf kalau salah) di sini memang nggak dipasang poster mereka karena lagu-lagunya jarang diputar di sini. Aww, itu jawaban yang lumayan bikin aku manyun, tapi sukses bikin Bapak tertawa puas. Maklum, kami suka aliran musik yang sama tapi beda idola. Bapak bilang kalau sudah banyak poster The Rolling Stones buat apa ada Aerosmith, hahaha. That’s rude, Dad! :p


At least ada Janis Joplin, idolaku. Kalau punya anak wajib deh dikasih nama Janis, hahaha :D

Ditemani oleh Bapak :)


Akhirnya aku dipanggil untuk shooting. Another surprise ternyata ada perubahan bintang tamu, jadi list pertanyaan untukku pun berubah. Episode ini berjudul “Dari Buku ke Film”  dan akan membahas novelku, “Waktu Aku sama Mika” yang menginspirasi sebuah film layar lebar berjudul MIKA. Karena menceritakan tentang kisahku yang mengidap scoliosis, maka (rencananya) akan ada bintang tamu lain yaitu dokter dari rumah sakit tulang di Bandung yang akan memberikan berbagi tentang fakta-fakta scoliosis. Tapi karena beliau berhalangan, jadi diganti dengan 2 orang ilustrator untuk cover buku. Meskipun ter-surprise-surprise,  aku lega karena bintang tamunya masih di dunia buku jadi pasti bisa saling bertukar pengalaman :)


Sempat nolak dimakeup, tapi akhirnya nyerah juga :p

Hasil makeup nya lucu :) Ini outfitku sebelum pakai bolero :')


Aku menjadi bintang tamu yang muncul di segmen pertama. Dimasta, host program “Saling Sharing” (sekaligus penyiar radio dan penulis) berhasil membuatku semakin semangat. Ia sangat ramah dan kocak, hihihi. Seperti biasanya aku menceritakan awal mula pembuatan novel  “Waktu Aku sama Mika” sampai bisa diterbitkan. Lalu setelah itu tentang proses pembuatan film sampai (thank God) menjadi salah satu film yang paling banyak ditonton sepanjang tahun 2013 dan berkesempatan diputar di Australia. Waktu membahas tentang Vino Bastian yang memerankan Mika, Dimasta berkata bahwa tadinya ia yang mendapatkan peran tersebut, tapi nggak jadi karena dulu rambutnya panjang sampai kaki. Hahaha, somehow itu ngingetin aku sama lagu “Just Push Play” nya Aerosmith :D Dan ngomong-ngomong soal Aerosmith, waktu aku bercerita tentang (calon) novel baru yang berkisah mengenai perjalanan seorang anak perempuan yang ingin bertemu dengan band rock idolanya, Dimasta memanggilku dengan nama “Indi-Smith”. Lucunya teman-temanku pun dulu memanggil dengan nama “Smith” untuk membedakanku dengan “Indi-Indi” yang lain :D








Setelah 2 kali jeda iklan (kalau aku nggak salah ingat, ya), Hari dan Dwi, bintang tamu selanjutnya dipanggil. Sama sepertiku mereka pun bercerita tentang profesinya, termasuk karya-karya apa saja yang sudah pernah dihasilkan. Dan sama juga seperti menulis, membuat ilustrasi harus memiliki idealisme tapi juga harus tetap mendengarkan keinginan klien. Melihat hasil kerja mereka yang keren-keren rasanya ingin juga jika suatu hari bekerja sama dengan mereka, hihihi. Oh, iya Hari sudah membuat lebih dari 500 ilustrasi cover buku, lho. Wow! Hebatnya... Jangan dibandingkan denganku yang bikin gambar lingkaran saja butuh waktu 1 menit, ---dan itu pun masih lebih mirip dengan awan, lol.



Bersama Dimasta :)


Setelah mendapatkan banyak (bangeeet) ‘kejutan’ aku bersyukur karena shooting berjalan lancar dan menyenangkan. Kru nya bekerja dengan kompak dan cekatan, bahkan nggak kalah rapi dengan stasiun TV-stasiun TV yang sudah lebih lama berdiri. Aku percaya dalam waktu yang nggak terlalu lama mereka pasti akan lebih baik lagi :) Aku juga nggak pulang dengan percuma karena berkenalan dengan orang-orang hebat dan mendapatkan ilmu-ilmu baru ---yang mana paling kutunggu-tunggu setiap kali menghadiri sebuah undangan. Sebuah pengalaman berharga terjadi lagi di dunia kecilku kemarin malam. I feel blessed karena jatuh cinta dengan apa yang aku tekuni sekarang. Mungkin ada yang bilang kalau yang aku lakukan “hanya” menulis. Tapi menurutku there’s no such thing as “hanya”. Semua  profesi itu hebat, semua profesi itu ada hasilnya. Dan kita selalu bisa berkembang selama punya passion untuk belajar termasuk dari orang-orang yang baru kita ditemui ;)

Smiley girl,


Indi


Keywords: Pengalaman shooting, pengalaman masuk TV.


 _______________________________

Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Senin, 16 Maret 2015

Film MIKA Ditayangkan Kembali MALAM INI di SCTV! :)



Yay! So excited! Malam ini (16 Maret 2015) pukul 23.00 WIB film Mika akan ditayangkan kembali di SCTV!
Film ini diinspirasi oleh novelku yang berjudul "Waktu Aku sama Mika" (best seller, published by Homerian Pustaka)

Film yang disutradarai oleh Lasja Susatyo ini menceritakan tentang aku (Indi, diperankan oleh Velove Vexia) yang mengidap scoliosis sehingga harus memakai brace (penyangga) selama 23 jam setiap hari. Suatu hari aku bertemu dengan Mika (diperankan oleh Vino Bastian), seorang pemuda baik hati yang juga ODHA (Orang dengan HIV/AIDS). Ia mengubah hari-hariku menjadi lebih positif dan berwarna :)

Selain di Indonesia film Mika pernah diputar di IFF, Melbourne Australia, lho. Di sana film ini mendapatkan sambutan yang positif. Jadi teman-teman di sini jangan sampai ketinggalan, ya, hihihi. Support terus perfilman Indonesia :)


trailer film MIKA




***********************************************
Update 17 Maret 2015



"MIKA" menjadi trending topic world wide di Twitter. Aku bangga dan terharu sekali, karena setiap diputar ulang selalu menjadi trending meskipun tayangnya larut malam :') Tapi terlebih dari itu, aku bahagia karena semua mention yang masuk memberi komentar positif tentang film Mika. Lega rasanya pesan yang ingin aku (dan Mika) sampaikan diterima dengan baik oleh teman-teman penonton. TERIMA KASIH BANYAK telah menyempatkan untuk menyaksikan film Mika. Aku nggak bisa lihat Mika sekarang, tapi aku yakin ia sedang tersenyum di surga sana karena sekarang semakin banyak yang mengerti bahwa AIDS bukan kutukan Tuhan :)


sugarpie kecilnya Mika yang sudah besar,

Indi


Keywords: Penulis novel perempuan, novel romance remaja, novel yang difilmkan.

 ___________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Sabtu, 14 Maret 2015

Indi Goes to Mexico! :)

Dua bulan yang lalu aku ingin belajar bermain ukulele karena kupikir itu adalah alat musik yang menyenangkan. Waktu mulai menguasainya, aku selalu bermain karena membuat hatiku bahagia, bukan untuk mengesankan orang lain apalagi menjadi terkenal.

Siapa sangka sebuah video permainan ukulele yang kuupload di YouTube untuk kalangan teman-teman ternyata ditonton oleh sebuah media! Seorang penyiar menemukan videoku dan memutuskan untuk memutarnya di radio Desorden Comun. Itu sebuah radio di Mexico! Iya, aku gak salah ketik... MEXICO! :D




Waktu itu tanggal 13 Maret, lewat tengah malam. Sambil mengedit naskah aku mendengarkan radio tersebut secara streaming. Sedang ada segmen "Red Hot Chili Peppers and John Frusciante Special", para idolaku. Lalu aku mendapatkan pesan dari radio tersebut yang isinya, "Indi, I have a surprise for you." Terkejut dan penasaran karena aku nggak mengenal mereka, buru-buru aku mengetik balasannya untuk bertanya. Tapi sebelum pesanku terkirim terdengarlah suara yang sangat familiar di telingaku... tentu saja, karena itu suaraku sendiri yang sedang bernyanyi dan bermain ukulele! 

Membayangkan bahwa ada (banyak) orang dari belahan dunia lain, dari tempat yang bahkan belum pernah aku kunjungi, membuatku merinding ---bahkan hampir menangis. Ini luar biasa, kejutan menyenangkan yang bahkan belum pernah kuimpikan. Sepanjang 2 jam acara mereka memutarkan lagu-lagu dari RHCP dan John, ---dan cover dariku tiba-tiba muncul di antara karya-karya hebat mereka. Sungguh suatu kehormatan... meski sampai sekarang pun aku nggak tahu kenapa bisa ada di sana :')

Tapi aku bersyukur, sangat bersyukur dan berterima kasih. Karena sekali lagi diingatkan Tuhan bahwa aku nggak perlu jadi ahli, nggak perlu jadi yang paling pandai. Asalkan mengerjakan sesuatu dengan suka cita dan bersungguh-sungguh pasti ada hasil! :)


Ini coverku yang mereka putarkan di radio :)


the 5th member of RHCP, lol,

Indi


Keywords: John Frusciante, Red Hot Chili Peppers, pemain ukulele perempuan, pengalaman masuk radio, Meksiko.


 __________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Selasa, 10 Maret 2015

Tentang SpineCor (Q&A) :)


Yay, finally aku bisa cerita-cerita lagi di sini, setelah kemarin-kemarin nggak bisa tidur gara-gara memory card camera digitalku kena virus. Video-video dan foto-foto pada kehapus dong, hahaha :'D Sudahlah, yang penting memory-ku tentang moment-moment tersebut nggak ikut hilang, ya :p So, apa kabar bloggies? Semoga semuanya dalam keadaan baik-baik saja, ya. Aku sendiri juga baik, hanya kurang tidur dan kurang sinar matahari karena Bandung hujan terus (kangen jalan-jalan sore sama Eris, nih, hihihi).

Sekarang aku mau cerita tentang sesuatu yang belakangan sering direquest sama teman-teman pembaca, nih. Terutama teman-teman yang juga scolioser (pengidap scoliosis; kelainan tulang belakang yang bengkok ke arah samping) sepertiku :) Mereka memintaku untuk sharing lebih banyak lagi tentang SpineCor, soft brace yang 7 bulan belakangan kupakai untuk mengoreksi scoliosisku. Supaya tulisanku bisa sesuai dengan permintaan mereka, beberapa hari yang lalu aku membuat post di Facebook dan memberikan kesempatan kepada teman-teman untuk menyebutkan tentang apa saja yang mereka ingin tahu. Ternyata macam-macam, dan sekarang aku akan mencoba menjawabnya satu-persatu. Eh, tapi aku hanya akan menjawab berdasarkan pengalamannya. Karena untuk masalah medis bertanya pada dokter pasti lebih baik ;)




1) "SpineCor itu apa, sih?" (Sofia)
SpineCor itu salah satu jenis brace (penyangga) seperti halnya Boston atau Milwaukee. Bedanya, kalau yang aku sebutkan sebelumnya adalah tipe hard brace (keras), SpineCor ini bertipe soft brace atau lembut/fleksibel. Fungsinya untuk merawat kelainan tulang belakang bagi anak-anak dan dewasa (yup, jadi bisa dipakai juga untuk yang usianya sudah mature) dengan menstabilkan, mengoreksi, meringankan rasa sakit, memperbaiki bentuk postur tubuh, dan meminimalkan agar scoliosis nggak berkembang menjadi lebih buruk.


SpineCor itu pas di badan. Maaf patungnya kurus, hihihi :)


2) "Cara pakainya bagaimana? Kok kelihatannya ribet?" (dari beberapa penanya, maaf aku lupa siapa saja, hehehe)
Awalnya kupikir juga begitu karena jika dipakai terlihat melilit-lilit. Tapi setelah melihat langsung ternyata sama sekali nggak ribet.
SpineCor terbagi menjadi 2 bagian, yaitu short (celana pendek) dan bolero (rompi). Cara pakainya seperti memakai rompi dan celana pendek biasa. Yang berbeda di rompinya menempel 4 buah tali dengan velcro di ujung-ujungnya. Nah, velcro ini lalu direkatkan ke celana. Merekatkannya pun nggak perlu bingung, karena ada label angkanya. Kita tinggal merekatkannya sesuai urutan, dari 1 sampai 4. Setelah itu selesai! Mau pakai jeans, dress, kemeja, dll nggak masalah karena SpineCor ini discreet  ;)


Step by step pemasangan SpineCor. Tinggal rekatkan sesuai angka yang tertera :)


3) "Pakai SpineCor apa masih bebas gerak-gerak? Bisa dipakai buat dance juga?" (Eiia Novita Sari)
Well, menurutku perbedaan yang paling besar antara saat aku masih memakai Boston brace dan sekarang memakai SpineCor adalah aktivitas yang menjadi lebih lancar. SpineCor sama sekali nggak menghalangi gerak tubuh karena fleksibel. Aku bisa memakainya saat sedang berjalan-jalan dengan Eris anjingku, ke sana-ke mari mengejar anak-anak di preschool, juga saat menulis seperti sekarang ini. Kebetulan Asa, seorang teman scolioser juga memakai SpineCor. Tanpa masalah ia bisa mendaki gunung seperti teman-temannya yang lain. Dan di YouTube aku melihat ada seorang balerina yang balet sambil memakai SpineCor. Jadi tentu saja sama bisa dipakai sambil dance.




4) "Kalau mau pakai SpineCor harus datang langsung atau cukup pesan?" (Zalfa Putry)
Sama seperti brace pada umumnya, sebelum memakai SpineCor harus melalui proses x ray dan fitting dulu. Menurut pengalamanku fittingnya jauh lebih sebentar dibandingkan waktu membuat Boston brace dulu. Ini hanya memakai waktu beberapa jam saja :)

5) "Kalau mau pakai SpineCor harus kemana?" (Angie Deviyanti, Iwan Kal Sel, Vinna Canny)
Penyedia SpineCor yang resmi ada di Spine Body Center. Alamatnya di APL Tower, Lt. 25, Jakarta Barat (samping Central Park Mall). No teleponnya (021) 2933 9295. Aku ditangani oleh Dr. Natalie Liem, MSc, PhD :)


Sebenarnya masih ada pertanyaan-pertanyaan lain yang belum kujawab di sini. Tapi apa daya, panjang halamanlah yang memisahkan kita, hehehe. Lain kali akan aku coba untuk jawab sisanya. Dan jika ada teman-teman yang juga ingin bertanya tentang pengalamanku dengan SpineCor atau scoliosis (pada umumnya), silakan tulis di kolom komentar atau email aku di namaku_indikecil@yahoo.com. Semoga apa yang aku bagi di sini bisa membantu, atau at least saling mengingatkan bahwa kita nggak pernah sendirian. Cheers! ;)

proud scolioser,

Indi

Keywords: terapi skoliosis, pengobatan skoliosis, back up clinic jakarta, indo sehat utama, bandung.


 _________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Kamis, 05 Maret 2015

Obat dari Kehilangan.

Setiap aku dan Eris berjalan-jalan sore, pasti ada saja yang menyapa kami. Well, tepatnya Eris, karena ia yang selalu menjadi pusat perhatian, hehehe. Anak-anak yang baru pulang sekolah, ibu-ibu yang menemani balitanya belajar jalan, penjual gorengan sampai petugas di kantor kelurahan. Mereka biasanya akan menghentikan aktivitasnya sejenak untuk sekedar menyapa “Halo” pada golden retriever betina kecil yang berjalan di sampingku. Tapi ada ada satu orang yang berbeda. Setiap kali ia melihat Eris ia akan memeluknya seolah takut Eris akan pergi. Matanya berkaca-kaca, dan sambil sedikit terisak ia berkata, “Kalau Miki masih ada tiap sore biasanya ramai, lari kesana-kemari. Eris kangen Miki nggak?”
Iya, ia berbicara pada Eris, bukan padaku.



My OOTD: Dress: Toko Kecil Indi | Headband: TSM | Handbag: Claire's | Shoes: Crocs


Aku memanggilnya ‘Tante’. Ia adalah seorang tetangga yang tinggal di rumah yang terletak di belokan dekat rumah orangtuaku. Anak dan menantunya tinggal tepat di depan rumah kami, yang merangkap dengan garasi umum yang merupakan usaha keluarga Tante. Awalnya aku dan Tante jarang mengobrol, paling hanya sekedar berbasa-basi karena kadang mobilku dititipkan di garasinya. Tapi setelah Eris mulai besar dan mengalami puppy love, aku dan Tante jadi harus sering bicara. Pasalnya Eris naksir dengan seekor anjing bernama Kaos Kaki ---karena warna kakinya yang berbeda dengan badannya--- yang bersahabat dengan Miki, anjingnya Tante! Eris yang jealous sering menggonggongi Miki setiap kali ia melintas di depan rumah. Padahal Miki (dan juga si Kaos Kaki) cuek-cuek saja dengan Eris, hehehe (aww, poor baby). Semenjak saat itu jika aku dan Eris bertemu Tante, ia pasti menggoda Eris dengan bertanya, “Eris mana Miki nya?”

Kejadian itu sudah lama, beberapa tahun yang lalu. Meskipun Kaos Kaki sudah pindah rumah, Eris masih tetap sebal dengan Miki. Setiap berjalan-jalan sore, aku selalu menghindari untuk melewati rumah Tante, karena Eris bisa mendadak histeris dan menjadi drama queen, hehehe. Miki ukurannya lebih kecil dari Eris, kira-kira tingginya setengah betisku dengan tubuh yang gemuk sehat. Dari anak dan menantunya aku tahu bahwa Tante merawat Miki dengan sangat baik. Untuk makanannya ia memasak sendiri, begitu juga dengan perawatannya. Tante lebih memilih memandikannya sendiri daripada membawanya ke salon. Sama seperti perasaanku pada Eris, Miki adalah kesayangan Tante. Miki selalu membuat tante bahagia, begitu juga sebaliknya. Terlihat jelas dari semangat Miki yang meskipun sudah tua tapi nggak pernah sekalipun sakit atau murung.

Lalu beberapa bulan yang lalu ada kabar yang sangat menyedihkan; Miki menghilang! Nggak ada yang tahu pasti bagaimana kejadiannya karena Miki selalu di dalam rumah, kecuali di sore dan malam hari, itu pun pasti ditemani oleh Tante atau anggota keluarganya yang lain. Mungkin ada yang lupa menutup pagar, jadi Miki keluar. Atau mungkin Miki mencari Tante karena waktu itu Tante memang sedang ada keperluan. Atau... mungkin juga Miki diculik, karena Miki anjing yang cerdas jadi nggak mungkin lupa jalan pulang. Mencoba melupakan kemungkinan terburuk, Tante dan keluarganya mencari Miki. Dari mulai bertanya pada tetangga-tetangga sampai menyusuri tempat-tempat yang diduga menjual anjing-anjing curian. Setiap kali aku baru pulang dari suatu tempat Tante selalu bertanya, “Lihat Miki nggak?” karena aku berjanji akan mencari Miki di perjalanan. Tapi sayangnya jawabanku selalu, “belum,” dan itu membuat hatiku mencelos, apalagi jika di sore hari aku mendengar suara Tante sedang memanggil, “Miki... Miki...”

Semenjak saat itulah Tante selalu berkaca-kaca jika bertemu dengan Eris. Sudah berbulan-bulan berlalu semenjak Miki menghilang tapi hati Tante tetap hancur. Yang dibicarakan selalu Miki, Miki dan Miki. Pernah dengan sangat hati-hati aku bertanya padanya mengapa nggak memelihara anjing lain ---atau seenggaknya binatang lain agar hatinya terobati sedikit-sedikit. Tante menggeleng, katanya sudah pernah ada yang akan memberikannya seekor anak anjing tapi ia menolak karena teringat Miki. Mungkin aku terdengar nggak sensitif karena malah memberi saran untuk another pet di saat Tante berduka, tapi aku berkata begitu karena sebenarnya mengerti betul dengan apa yang dialami Tante. Karena aku juga pernah kehilangan seekor anjing dengan cara yang tragis...


Si kecil Eris sehabis jalan-jalan sore :)


Sebelum ada Eris, aku mempunyai seekor sahabat yang sangat hebat. Ia seekor golden retriever cantik bernama Veggie. Kami nggak terpisahkan, bahkan saat aku dan keluarga berlibur keluar kota pun Veggie pasti ikut di kursi belakang mobil kami. Veggie juga bagian dari tulisan-tulisanku di blog, di buku diary, di novel... di manapun! Nggak pernah terlintas sedikitpun di kepalaku bahwa suatu hari Veggie akan meninggalkanku selama-lamanya... Veggie mengidap epilepsi yang cukup parah. Seiring bertambahnya usia frekuensi kambuhnya menjadi lebih sering, tapi Veggie selalu bisa bangkit kembali dan mengibas-ngibaskan ekornya dengan penuh semangat seolah memberi tahu bahwa ia baik-baik saja. Tapi pada suatu malam, beberapa bulan saja sebelum ulang tahunnya yang ke tujuh Veggie meninggal di pangkuanku karena serangan epilepsi yang bertubi-tubi. Waktu itu duniaku rasanya hancur. Hampir setiap hari aku menangis dan berdiam diri di kamar, takut akan melihat sesuatu yang mengingatkan padanya. Setiap ada yang menawarkan seekor anjing atau binatang lain untuk menjadi teman baru, aku langsung menolak dengan emosi yang meluap-luap. Aku nggak mau menghianati Veggie.


Si cantik Veggie waktu ikut berlibur ke Purwakarta :)

Lalu ada seeorang ibu yang anjing golden retriever nya melahirkan 4 ekor puppy yang lucu-lucu. Ia menawarkan seekor puppy bungsunya kepadaku. Jelas saja aku menolak, karena di hatiku hanya ada Veggie dan aku ingin tetap seperti itu. Tapi ibu itu berkata bahwa obat dari kehilangan adalah membuka diri untuk seekor teman baru. Entah mengapa ia yakin bahwa si puppy bungsu itu berjodoh denganku. Padahal sudah ada yang menawarnya dengan harga tinggi tapi ibu itu tetap bersikeras untuk memberikannya secara cuma-cuma padaku. Setelah kebingungan panjang yang mengganggu aku dan Ibu memutuskan menjemput si puppy untuk tinggal bersama kami. Awalnya terasa sangat canggung. Setiap melihatnya bermain mataku pasti berkaca-kaca, dulu bola yang dimainkannya adalah kesayangan Veggie. Begitu juga tempat tidur dan sisirnya, semuanya milik Veggie. Tapi lama-lama hatiku terasa hangat. Dan jika saja aku menolak pemberian si ibu baik hati itu, mungkin aku nggak akan pernah mengalami hal-hal hebat yang terjadi padaku sekarang. Aku akan kehilangan kesempatan memiliki sahabat sehebat Eris!




Memiliki Eris bukan berarti menggantikan Veggie. Si cantik itu tetap nggak terganti karena setiap anjing dan mahluk hidup pasti istimewa. Hatiku sembuh pun bukan karena menjadikan Eris ‘pengalih perhatian’, tapi karena terobati. Aku belajar untuk nggak egois dan ikhlas. Dengan membiarkan seekor anjing lain untuk masuk ke dalam hidupku, seluruh rasa sayang ---yang tadinya hanya tersimpan di hati pun menjadi nggak sia-sia karena aku mencurahkannya pada Eris. Dan yang terpenting, apa gunanya aku menutup diri? Itu sama saja dengan menghalangi diri dari berbuat baik. Bayangkan jika ada anjing terlantar dan butuh rumah, tapi aku menolaknya dengan alasan takut “menghianati” Veggie. Itu konyol sekali.

Sudah beberapa hari belakangan aku nggak mengobrol dengan Tante. Cuaca yang terus-terusan hujan membuatku dan Eris nggak berjalan-jalan sore untuk sementara. Pertemuan kami hanya sebatas “Hai” singkat jika aku pulang dari suatu tempat atau akan pergi ke warung. Aku merasa ada yang berubah dari Tante, senyumnya kini kembali mengembang dan tampak lebih bersemangat. Mungkin ia sudah menerima kepergian Miki, dan itu membuatku turut senang.
Dan barusan, sebelum makan malam Bapak bercerita padaku. “Bapak tadi pagi ketemu si Tante. Dia semangat sekali manggil-manggil. Eh, rupanya mau cerita kalau sekarang di rumahnya ada anggota baru, anjing cihuahua yang masih kecil. Katanya anjingnya masih suka ketakutan kalau ketemu orang baru, tapi lucu dan pintar juga, seperti Miki.”
Ah, pantas saja! Tuh, memang betul kan, kalau obat dari kehilangan adalah membuka diri :)





sahabatnya Eris dan Veggie,

Indi


Keywords: Pengalaman memelihara anjing, hewan peliharaan, menghadapi kematian hewan/binatang kesayangan.

 _________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469