Halo! Indi di sini! Penulis dari "Waktu Aku sama Mika", "Karena Cinta itu Sempurna", "Guruku Berbulu dan Berekor", "Conversation for Preschoolers" dan Indi nyata dari Film Mika. Welcome to "DUNIA KECIL INDI"! Salam kenal :)
Jadi akhirnya aku mendapatnya. Sebuah ukulele
sungguhan berwarna pink yang lebih bagus daripada yang pernah kubayangkan.
Hari itu, di malam hari Ibu berkata besok aku harus menemani Bapak ke bank dan
pulangnya akan ada kejutan untukku. Benar saja, aku diajak ke sebuah toko
musik dan diizinkan untuk memilih ukulele yang paling kusuka. Dan aku melihatnya, jatuh cinta pada pandangan pertama. Aku menunjuknya sambil
tersenyum ke arah Bapak. Beliau bertanya berapa harganya, sedikit ragu tapi
lalu berkata bahwa aku pantas mendapatkannya. Hampir tak percaya, tapi hari itu
aku membawa pulang sebuah ukulele ---yang menurut penjualnya, kualitas terbaik
di kelas pemula.
Ini dia si ukulele pink Mahalo dari Arts series (Hearts, for girls)
Seperti yang pernah aku ceritakan sebelumnya
(baca di sini). Aku memang nggak pernah meminta ukulele pada Ibu dan Bapak. Keinginanku untuk belajar masuk ke dalam resolusi tahun 2015 dan setiap hari aku selalu
rutin berlatih meskipun hanya lewat internet dan tanpa ukulele. Awalnya mereka
sama sekali nggak memperhatikan, tapi lama-lama penasaran dengan apa yang aku lakukan ketika duduk berlama-lama di depan komputer (---aku diam saja waktu Ibu
bilang ada cemilan di meja makan, dari sanalah beliau tahu ada ‘sesuatu’ yang
terjadi padaku, lol). Bapak lebih menunjukan rasa penasarannya dibandingkan Ibu,
beliau bertanya mengapa aku tertarik dengan ukulele. Waktu aku ceritakan
alasannya (baca di sini) beliau tertawa, katanya “Kenapa nggak main gitar saja
supaya lebih keren?” Aku ikut tertawa karena tahu bahwa beliau hanya bergurau.
Lagipula, aku hapal sekali dengan watak Bapak; Apapun asalkan benar-benar aku suka beliau pasti mendukung.
Aku bertahan untuk nggak meminta ukulele dari
Ibu dan Bapak agar mereka melihat keseriusanku belajar, biar mereka yang
memutuskan apakah aku pantas untuk mendapatkan alat musik Hawaii tersebut atau
nggak. Untuk mendukung proses belajar aku membeli cuklele alias kentrung
---gitar mini yang serig digunakan oleh pengamen. Aku bahkan sempat meminta
tutorial singkat dari seorang pengamen yang aku temui. Ternyata itu sangat membantu,
seenggaknya aku jadi tahu beberapa chords dasar dan cara merawat ukuleleku kelak. Berlatih dengan kentrung juga konon membuat jari-jariku semakin kuat karena memakai string untuk gitar, hahaha :D
Kadang sambil berlatih aku melihat-lihat
gambar ukulele di internet. Aku punya merk impian, punya warna impian juga.
Tapi aku berjanji jika suatu hari punya, aku akan senang dengan apapun yang kelak kumiliki. Aku memang sengaja nggak meminta, juga nggak membeli sendiri. Aku ingin
ukulele pertamaku istimewa, diberi dari orang-orang yang paling kusayang.
Sempat terpikir juga sih, jangan-jangan Ibu dan Bapak nggak ngeh kalau aku ingin dihadiahi ukulele. Sejak kuliah aku memang jarang sekali meminta.
Meskipun aku masih tinggal bersama mereka tapi selalu diusahakan untuk mandiri
secara finansial. Untuk kebutuhan sehari-hari aku menggunakan uang sendiri,
begitu juga untuk kesehatan seperti waktu aku operasi tumor payudara dan
operasi impaksi. Untuk kendaraan pun, thank God aku sudah punya sendiri (si
mobil Hello Kitty ---yang masih dicicil, hihihi). Jadi untuk ukulele yang
termasuk ‘sepele’ mungkin saja Ibu dan Bapak mengira aku juga akan membelinya
sendiri.
Semalam setelah mendapatkan hadiah istimewa langsung dipakai untuk bermain, hihihi :)
Tapi bersungguh-sungguh ternyata memang selalu
ada hasilnya, dan aksi juga bisa powerful seperti kata-kata. Ibu dan Bapak
akhirnya melihat keseriusanku selama ini dan mereka memutuskan untuk memberiku hadiah terindah. Bapak bilang aku konyol, dengan sebuah ukulele yang
harganya gak seberapa sudah bisa membuatku berteriak-teriak kegirangan di
toko musik dan tersenyum senang seharian. Hahaha, mudah-mudahan saja meski
tanpa kata-kata ---hanya dengan reaksi silly ku, Ibu dan Bapak tahu betapa aku merasa beruntung, bersyukur, blessed dan super duper beyond bahagia! :)
Nb: Video ini dibuat setelah 1 minggu berlatih
ukulele. Well, ya masih banyak kesalahan, tapi aku ingin membawakan lagu ini
sejak lama. “Teenager in Love” yang originalnya dibawakan oleh Dion and The
Belmots lalu di-cover oleh Red Hot Chili Peppers, sekarang dibawakan juga oleh
Indi Sugar, hihihi.
mini frusciante, lol,
Indi
___________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469
Howdy do, bloggies! Wah, nggak terasa sekarang
sudah weekend dan aku belum update apa-apa di dunia kecilku ini (kecuali
repost dari channelku di YouTube). Padahal cukup banyak yang ingin aku ceritakan, lho. Terutama tentang keseharian dan hobi baruku yang super fun.
Tapi kalau ditulis semua sekarang sepertinya jari-jariku nggak akan sanggup,
deh. Soalnya ceritanya bakal panjang, hehehe. Untuk sekarang aku mau bercerita
tentang pengalaman memakai SpineCor, atau soft brace untuk scoliosis. Kalau teman-teman
sering mampir ke sini pasti sudah tahu kalau aku mengidap scoliosis sejak
berusia 13 tahun :)
Nah, sama nggak terasanya seperti update blog
ini yang tersendat (hihihi), persahabatanku dengan SpineCor juga tahu-tahu
sudah berjalan lebih dari 6 bulan. Mungkin karena begitu nyamannya brace yang
satu ini (---dibandingkan dengan boston brace) sampai-sampai aku nggak ingat
waktu :D Kalau mendengar kata ‘brace’ tadinya aku sudah malas duluan, karena
ingat pengalaman memakai boston brace selama 5 tahun tanpa pengurangan kurva
sedikitpun (malah bertambah ketika dilepas). Apalagi di usiaku yang sudah
mature semakin pesimis lah aku dengan fungsi brace untuk scoliosisku. Tapi
rupanya SpineCor ini beda, setelah pengurangan kurva yang membuatku merasa ada
harapan, hasil review bulan lalu membuatku YAKIN bahwa SpineCor memang
memberikan bukti, bukan cuma harapan. Selain keluhan ‘khas’ scoliosisku semakin berkurang, kurvaku juga ikut berkurang. Aku belum tahu berapa derajat
(---rencananya x ray akan dilakukan segera), tapi yang pasti aku membaik :)
Punukku memang masih ada, tapi sekarang nggak terlalu jelas terlihat.
Aku memakai SpineCor, brace scoliosis yang sangat support untuk beraktivitas dan ber-fashionable ria, hihihi :D
Dengan kabar baik ini tentu saja aku semakin
bersemangat memakai SpineCor. Meski nggak sabar untuk melihat hasil akhirnya,
tapi aku memilih untuk menikmati proses selama program 18 bulan ini. Supaya
nanti ketika sudah boleh dilepas aku bisa mengenang-ngenang suka duka bersama
si kulit kedua ini, hihihi. Menurutku sih “duka” memakai SpineCor itu sedikit
sekali. Ada perasaan ketat dan tertarik (mirip seperti ketika kita memakai baju
renang/senam), tapi semakin lama semakin terbiasa, dan seperti yang aku sebutkan sebelumnya; SpineCor nyaman untuk digunakan dalam sehari-hari.
Kalaupun disiplinku dalam pemakaian SpineCor melonggar biasanya alasannya
bukan karena kenyamanan tapi karena malas! Iya, kadang aku ingin cepat-cepat
berpiyama sehabis mandi sore, padahal proses memakai SpineCor itu nggak lebih dari 1
menit, lho. Untung saja aku punya beberapa hal yang selalu diingat agar disiplinku kembali lagi ;)
1. Movies!
Pengidap scoliosis itu banyak, lho. Dan yang
menggunakan brace juga banyak, termasuk di dalam film. Meskipun hanya acting,
tapi melihat mereka juga rasanya seperti melihat diri sendiri! Ingat film
Forrest Gump? Meskipun di film nggak disebutkan bahwa Forrest mengidap
scoliosis tapi dari perkataan dokter yang menyebutkan bahwa "his back is as crooked as a politician," membuat banyak penonton berasumsi bahwa ia
seorang scolioser. Kita memang nggak melihat ia memakai brace untuk punggung,
tapi Forrest memakai brace untuk kakinya yang lemah. Masa aku masih malas
setelah melihat Forrest yang begitu semangat? :) Selain itu ada juga film-film
lain yang tokohnya seorang scolioser dan memakai brace di sepanjang film. Tokoh
Joanne (Rumer Willis) di film The House Bunny, atau tokoh Indi(hehehe, iya maksudnya aku yang
diperankan oleh Velove Vexia) di film Mika dan masih banyak yang lainnya.
Film yang diinspirasi oleh kisah nyataku "Mika", "The House Bunny" dan "Sixteen Candles". Harusnya lebih banyak film lagi yang menceritakan tentang scolioser untuk mengedukasi masyarakat, ya :)
2. Idols
Idolaku, mendiang Kurt Cobain juga mengidap
scoliosis. Interview-interviewnya yang menceritakan tentang perjalanannya
dengan scoliosis mengingatkan bahwa sudah seharusnya aku mengusahakan kesehatanku sendiri. Tuhan memang maha ajaib, tapi kalau tanpa usaha itu namanya silly.
Orang sekeran Kurt Cobain saja masih mau berlelah-lelah ambil sesi
chiropractic, masa sekedar brace yang tinggal dipakai dan nggak harus
ke mana-mana saja masih malas :p
(note: googling dengan kata kunci Celebrity
with scoliosis. Mungkin teman-teman akan surprise dengan nama-nama yang muncul)
Kurt Cobain, Shailene Woodley, Sarah Michelle Michelle Gellar dan banyak orang hebat lainnya juga scoliosis, lho!
3. Ingat tujuan
Kalau sudah diingatkan oleh idola aku masih
membandel, maka yang terakhir ini dijamin sangat ampuh. Memang paling tepat
untuk memotivasi ya diri sendiri, nggak perlu bergantung dengan orang lain :)
Kalau rasa malas menyerang aku akan sempatkan untuk mengingat-ingat apa tujuan
dari pemakaian SpineCor; Aku ingin membaik. Jangan sampai suatu hari aku menyesal
karena kalah oleh rasa malas. Beruntung aku berkesempatan untuk memakai
SpineCor, brace yang banyak diidamkan oleh para scolioser karena nyaman dan
lebih efektif daripada boston brace. Sudah semestinya aku nggak menyia-nyiakan
kesempatan ini ;)
Di balik dress ini aku pakai SpineCor, lho. Nggak terlihat, kan? Dulu waktu pakai boston kelihatan banget apalagi kalau bajunya pas badan :D
Minggu depan jadwal gue review bersama Dr.
Natalie di Spine Body Center. Semoga saja hasilnya memuaskan. Scoliosis adalah
kelaianan tulang belakang yang membutuhkan kerjasama antara dokter dan pasien.
Dokter memberikan terapi yang tepat dan tugas pasien untuk melakukannya. Jadi
percuma kalau rajin ke dokter tapi nggak ada usaha dari pasien, hihihi. Mungkin
ada di antara teman-teman yang membaca blogku yang juga seorang scolioser.
Semoga apa yang aku bagi di sini bisa membantu, at least membuat teman-teman
ingat kalau kalian nggak sendirian :) Pesanku untuk scolioser yang kebetulan
sedang mampir ke sini, don’t let scoliosis make you down. Khawatir boleh, tapi
jangan takut ---nggak bisa disembuhkan bukan berarti nggak bisa dikoreksi, kok.
Dan jangan lupa ‘trust’ your feeling. Kalau merasa nggak sreg dengan satu
dokter, lebih baik kunjungi dokter lain untuk opini kedua. Kadang-kadang kalau
merasa cocok dengan dokternya membuat proses ‘koreksi’ kita lebih cepat, lho.
Kalau teman-teman mau bertanya seputar SpineCor dan fisioterapi untuk
scoliosis, bisa kunjungi Spine Body Center di APL Tower lantai 25 (samping
Central Park Mall) Jakarta atau bisa telepon ke (021) 2933 9295. Siapa tahu kita
bisa bertemu di sana dan sharing langsung, hihihi ;)
bukan kurt cobain, lol,
Indi
___________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469
Empat hari yang lalu ukulele pertamaku akhirnya tiba! Aku bersemangat sekali dan secara otodidak belajar lagu pertamaku dalam waktu 3 hari. (Thanks to YouTube!)
Hari ini aku merekam sesi latihanku sepulang dari acara pernikahan keluarga (itu menjelaskan kenapa seputar mataku hitam karena makeup yang luntur, hehe). Mungkin membosankan untuk didengar karena aku memainkan 2 bait dari "You Are my Sunshine" berulang-ulang. Aku harus belajar menjaga tempo dan melatih agar tangan kananku terbiasa. Masih agak kaku karena dalam sehari-hari aku terbiasa menggunakan tangan kiri :)
xx, Indi Sugar
Keywords: ukulele pertama, belajar bermain ukulele, youtuber.
_____________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469
Jika teman-teman mengikuti tulisan gue di blog ini, mungkin ada yang masih ingat bahwa beberapa lalu gue menulis tentang betapa powerfulnya internet (baca di sini). Waktu kita memposting sesuatu dan memutuskan untuk membuat akun "public" itu artinya kita harus siap jika tulisan kita dibaca oleh siapa saja. Termasuk oleh orang-orang yang sebelumnya sama sekali nggak kita sangka.
Di awal tahun ini gue kembali mendapatkan buah dari kekuatan internet. Tahun lalu ketika keluarga Irwin datang ke Indonesia gue nggak bertemu dengan mereka karena ketinggalan info. Padahal mereka adalah idola gue sejak kecil, terutama alm. Steve Irwin si Crocodile Hunter yang sangat pemberani. Gue sangat menunggu-nunggu kedatangan mereka ke Indonesia, karena gue ingin sekali menyampaikan rasa kagum dan mengucapkan terima kasih atas dedikasi Terri (isti alm. Steve Irwin), Bindi dan Robert (anak-anak alm. Steve Irwin) pada lingkungan hidup, terutama pada dunia fauna. Kedatangan mereka membuat memory masa kecil gue bangkit. Gue masih ingat bagaimana dulu setiap sore selalu duduk di depan TV menunggu-nunggu sapaan khas Steve Irwin yang lantang ---Lalu gue putuskan untuk membagi kisah nostalgia gue di sini.
Keluarga Irwin, waktu Steve masih ada. What a beautiful family :)
Setelah menulis kenangan tentang pahlawan masa kecil, perasaan gue menjadi lega. Meskipun gue belum berkesempatan untuk memberitahu Terri, Bindi dan Robert secara langsung tapi seenggaknya gue bisa berbagi dengan teman-teman pembaca tentang betapa hebatnya idola gue itu :)
Satu bulan kemudian, Ray (yang merangkap sebagai manager gue) mengabari bahwa ia dihubungi oleh seseorang bernama Mas Danar. Katanya ia adalah EO yang mendatangkan keluarga Irwin ke Indonesia. Dan alasan mengapa ia menghubungi gue karena ia membaca tulisan gue di blog dan ingin membantu menyampaikan pesan gue kepada keluarga Irwin LANGSUNG! Ya, ampun gue terkejut sekali :'D
Gue nggak mau bohong, waktu Ray memberi kabar gue langsung menangis haru. Meski Mas Danar hanya akan membantu menyampaikan ---nggak ada jaminan bahwa pesan gue akan dibalas, tapi gue sangat senang karena akhirnya mendapatkan kesempatan untuk mengutarakan perasaan gue setelah selama12 tahun hanya bisa melihat mereka di TV. Di hari yang sama gue langsung menulis surat yang ditujukan kepada Terri, Bindi dan Robert, dan dikirimkan kepada Mas Danar untuk diteruskan kepada mereka. Mas Danar berkata bahwa kalau saja seandainya ia tahu gue sejak lama, pasti waktu itu ia mempertemukan gue langsung dengan para wildlife warrior idola gue itu. Ah... tapi sudahlah, gue sudah sangat bersyukur bisa mendapatkan kesempatan ini :)
Meskipun kadang bertanya-tanya dalam hati tentang nasib surat gue (apakah sampai, apakah dibaca, dan apakah-apakah yang lainnya), tapi gue selalu menahan diri untuk nggak bertanya pada Mas Danar tentang hal ini. Gue sudah sangat beruntung, nggak perlu meminta lebih :) Lalu sesuatu yang sampai hari ini pun masih membuat gue tersenyum lebar terjadi; Terri Irwin me-mention gue di twitter. Ia mengucapkan terima kasih karena gue telah menjadi Wildlife Warrior yang baik, dan berharap semoga suatu hari gue bisa ke Australia Zoo. Waaaaah, ternyata surat gue benar-benar sampai! Bahkan lebih baik dari itu, Terri membalasnya langsung ---ditambah retweet dari Bindi juga. Gue benar-benar nggak menyangka, apalagi link blog ini yang gue sertakan di surat pun benar-benar dibuka. Yep, mereka membaca blog yang followernya masih jauuuh sekali dari akun mereka ini :'D
Gue bahagia, luar biasa bahagia. Sulit rasanya menuliskan bagaimana perasaan gue karena rasanya nggak ada kata-kata yang tepat buat menggambarkannya. Akhirnya pesan gue untuk keluarga Irwin sampai. Meskipun Steve sudah nggak ada, tapi buat gue Terri dan anak-anaknya pun sama hebatnya karena sampai sekarang (dan gue yakin selamanya) mereka meneruskan legacy Steve Irwin. Ah, it couldn't be better, ini bahkan lebih baik dari mimpi. Gue hanya ingin surat gue sampai, tapi malah dapat balasan langsung dari istri mendiang si Crocodile Hunter! :)
Ternyata gue salah. Gue pikir ini nggak bisa lebih baik lagi, tapi ternyata BISA! Satu hari setelah tahun baru, waktu gue baru saja bangun tidur ada sebuah paket yang sudah menunggu gue di depan pintu kamar. Kata Bapak itu untuk gue, tapi beliau nggak tahu itu dari siapa. Rupanya Ibu dan Bapak sudah menunggu-nunggu gue bangun karena penasaran dengan isinya. Apalagi gue, karena yakin sekali belakangan nggak memesan apa-apa dari toko online. Waktu gue baca pengirimnya ternyata Discovery Kids. Langsung saja gue teringat kalau si kecil Robert (well, he's 11, not so little, sih, tapi kan lebih muda dari gue, hehehe) punya acara baru di sana dengan judul Wild But True. Gue langsung deg-degan... Jangan-jangan ini ada hubungannya dengan kelurga Irwin.
Benar saja, isinya ternyata merchandise dari Discovery Kids dan sebuah buku Robert Irwin! Gue mendapat tas ransel berwarna biru, topi khaki (yang langsung ditaksir Ibu), flash disc imut berbentuk robot dan buku Big Book of Dinosaurs. Gue langsung bersorak girang, lebih girang dari saat gue menerima gaji pertama, hehehe. Ini luar biasa, kado tahun baru terbaik yang gue terima :') Apalagi bukunya Robert itu memang sudah lama gue inginkan, tapi belum sempat beli meskipun sudah beberapa kali mengecek ke web Australia Zoo. Senang sekali (ya, ampun sudah ada berapa kata "senang" di tulisan ini? Hehehe) gue mendapatkan buku ini sebagai hadiah. Gue langsung membacanya dan di hari yang sama menyelesaikan 11 halaman pertama. Gue nggak pernah tertarik sama dinosaurus sebelumnya, tapi sekarang gue jadi pengen tahu lebih banyak. Apalagi setelah tahu kalau "Jurassic" itu ternyata cuma salah satu periode. Gue pikir itu kata lain dari dinosaurus, seperti di film, lol :p
Gue bersyukur sekali menyempatkan beberapa menit dari hidup gue untuk menulis perasaan gue di blog. Kalau saja gue hanya menggerutu karena nggak bertemu dengan keluarga Irwin, hal luar biasa ini mungkin nggak akan terjadi. Sekarang rasa kagum gue pada mereka bertambah. Bukan hanya karena pemberani, menjadi real hero yang melakukan sesuatu untuk perubahan yang lebih baik, mereka juga menghargai penggemarnya. Terri, Bindi dan Robert adalah inspirasi untuk gue, luar biasa rasanya mereka menyempatkan untuk 'mendengarkan' apa yang gue rasakan dan memberikan feed back. Gue harap suatu hari bisa menjadi pribadi yang sehebat mereka, yang melakukan aksi nyata dan tetap humble :)
Oh iya, waktu membaca buku "Big Book of Dinosaurs" gue tahu di halaman depannya ada tulisan berwarna hitam. Gue pikir tulisan itu memang tercetak di bukunya. Tapi keesokan harinya gue baru sadar sesuatu. Ada jejak spidol di balik halamannya. Ya, ampun! Itu ternyata tulisan tangan Robert! Tulisan tangan Robert khusus untuk gue!
I'm blessed.... :')
ps: Acara Robert Irwin, Wild But True tayang di Discovery Kids setiap hari selasa. Jika belum sempat mengenal Steve Irwin, kalian harus mengenal Robert. He's as aweseom as his dad!
Gue terbangun dengan posisi tangan kanan berada di atas perut ---masih sedikit naik turun seperti gerakan strumming alias genjrang-genjeng.
Setelah sepenuhnya sadar gue segera terkikik geli dan turun dari tempat tidur, mengambil cuk lele dan memainkannya. Itu tadi mimpi yang sangat konyol... :)
***
Gue sudah bilang pada Bapak kalau gue ingin belajar bermain ukulele. Juga pada Ibu, pada Ray... bahkan pada Eris. Tapi mereka bilang (kecuali Eris, karena ia seekor anjing, hihihi) gue lebih baik belajar bermain gitar saja dulu, karena lebih mudah dan ada Bapak yang bisa mengajarkan. Bapak bahkan mengira kalau keinginan gue ini hanya main-main. Beliau bilang, "Katanya mau jadi rockstar seperti Aerosmith, masa mainnya ukulele? Gitar dong biar keren."
Ya, meskipun sama-sama dipetik, mungkin karena ukulele ukurannya mungil di mata Bapak jadi kurang garang... Eh, lagian gue perempuan ngapain juga garang-garang? Begini deh kalau punya Bapak yang terobsesi sama rock and roll, hehehe.
Tapi gue memang sungguh-sungguh ingin belajar alat musik Hawaii ini. Setiap hari gue berguru pada master-master ukulele lewat internet. Mempelajari chord-chordnya dan fingering di invisible ukulele gue. Ya, gue memang belum punya ukulele sendiri, tapi it wont stop me. Setiap kali melihat idola-idola gue bermain ukulele, rasa semangat gue menjadi semakin tinggi. Mungkin akan butuh waktu yang nggak sebentar, tapi gue percaya akan bisa seperti mereka.
Perkenalan gue dengan ukulele sendiri justru terjadi dengan nggak sengaja, tapi malah membuat terkenang-kenang. Waktu itu gue baru saja dipertemukan dengan Aerosmith, band yang sangat gue kagumi sejak kecil. Karena ingin segera 'mengulang moment' gue mencari video mereka ketika konser di Singapore. Alih-alih mendapat videonya, gue malah menemukan video Steven Tyler(the vocalist, member favorit gue) sedang mengucapkan happy birthday pada Willie Nelson, rekan sesama musisinya. Di sana Steven Tyler bernyanyi sambil memainkan alat musik yang sekarang menjadi obsesi gue; ukulele.
Untuk persiapan bermain ukulele yang sesungguhnya, gue membeli cuk lele ---atau biasa disebut gitar mini, kentrung, kencrung alias gitar kecil yang biasa digunakan pengamen. Well, sebenarnya ukelele dan cuk lele (seharusnya) sama saja, cuma entah kenapa banyak musisi jalanan yang menyebutnya 'gitar cuk'. Katanya sih (iya, gue sempat mengobrol dengan pengamen yang mampir ke toko alat musik) yang mereka pakai ini versi rip off dari ukulele. Jadi bentuk boleh sama, tapi bahan yang digunakan beda. Bahkan senarnya pun bukan nilon khusus ukulele (nylgut), tapi dari tali bekas raket tenis."Lebih irit, bisa minta dari toko olah raga, tuh," begitu katanya. Selain itu konon suaranya lebih nyaring daripada ukulele biasa, jadi cocok untuk dipakai mengamen di jalanan atau di dalam kendaraan umum.
Sebelum punya ukulele sungguhan, gue berlatih dengan si rip off ini dulu :)
Jadilah setiap hari gue berlatih menggunakan ukulele versi rip off ini. Begitu bangun tidur, bahkan sebelum sarapan gue langsung berlatih. Sebelum tidur gue juga berlatih lagi. Adik gue yang kamarnya tepat di atas kamar gue kadang protes, katanya kalau malam gue berisik, mana fals lagi, hahaha. Kebiasaan baru ini juga sedikit merubah penampilan gue. Yang biasanya kuku super rapi dengan cat warna-warni sekarang mulai chipped, lengkap dengan kapalan di ujung jari. Tapi gue nggak menyesal, karena bahkan sebelum gue bisa bermain ukulele pun sudah ada sisi positifnya; gue jadi jarang pegang handphone, hihihi.
Meski dengan semangat menggebu-gebu (lol, beneran ini), bukan berarti tanpa hambatan. Kadang kalau jari-jari mulai terasa sakit (resiko pakai rip off ya begini, hehehe), mood gue jadi turun. Apalagi kalau telapak tangan gue mulai keringetan, pasti jadi semakin susah untuk menjaga jari agar tetap stabil. Kalau sudah begitu, gue langsung ingat-ingat lagi tujuan gue; Ingin bisa bermain ukulele! Sesulit apapun gue harus konsisten, meskipun belajar otodidak. Menonton video-video musik juga membantu untuk menaikan mood gue, salah satunya dari Walk of the Earth, karena Sarah, satu-satunya perempuan di grup itu juga bermain ukulele :)
Harapan gue sih ada yang memberi hadiah ukulele sungguhan... Gue nggak perlu merk tertentu, dengan kualitas begini-begitu atau dengan model yang super keren. Yang terpenting bisa dipakai untuk mensupport passion gue. Ukulele juga bukan alat musik yang langka di Indonesia. Selain ada merk-merk buatan luar negeri, di sini juga sudah banyak pengrajin yang membuat ukulele. Misalnya di Salatiga, Solo atau Bali. Kalau di Bandung sendiri, sih gue belum dengar ada pengrajinnya. Tapi itu kan bukan masalah, zaman sekarang mau dari kota manapun juga bisa dikirim melalui jasa pengiriman barang. Apalagi dengar-dengar sekarang untuk barang fragile macam ukulele pun dijamin aman karena bisa pakai packaging kayu. Pasti memudahkan sekali untuk yang ingin memberi gue hadiah, ya, hehehe.
Mungkin teman-teman bertanya-tanya, kenapa gue nggak membeli ukulele dengan uang sendiri saja. Apalagi harganya nggak terlalu mahal. Untuk yang kualitasnya cukup bagus saja harganya hanya setara dengan 3 hari uang saku anak SMA zaman sekarang (gue anak zaman dulu, lol). Well, iya sih kalau dilihat dari harga mungkin nggak seberapa. Tapi gue ingin ini menjadi hadiah agar rasanya istimewa. Apalagi jika didapat dari orang-orang yang gue sayang, pasti akan berkesan sekali. Makanya sekarang gue ingin tunjukan pada Ibu, Bapak dan Ray (juga Eris, hehehe) bahwa gue memang sungguh-sungguh belajar ---bahwa gue nggak main-main dengan apa yang ingin gue capai. Jadi jika suatu hari gue mendapatkan kado yang sudah gue impikan ini, mereka nggak akan kecewa! :)
Menulis sesuatu di internet itu layaknya memajang poster di depan rumah. Well, at least menurut gue begitu. Siapapun bisa membaca tulisan kita, bisa memberi komentar, atau malah menggandakan posternya untuk disebar luaskan.
Gue ingat waktu pertama kali mengenal internet. Waktu itu gue masih SMP, dan untuk online harus menyambungkan kabel telepon rumah ke komputer. Namanya sih Telkomnet Instan, tapi caranya nggak seinstan sekarang. Gue harus menunggu beberapa menit untuk tersambung, bahkan terkadang terputus di tengah jalan, hehehe.
Yang pertama gue lakukan di dunia maya adalah bikin akun email dan akun blog. Hehe, agak nggak biasa untuk anak seumuran gue waktu itu, karena media sosial macam My Space dan Friendster sedang populer-populernya. Tapi dulu berhubung untuk online saja waktunya sangat terbatas (dan mahal) jadi hanya gue gunakan untuk keep in touch dengan keluarga gue yang berada di luar negeri dan berbagi tulisan gue di blog. Meskipun gak punya akun, kadang-kadang gue mengintip profile teman-teman gue untuk melihat-lihat isinya. Sama seperti di blog mereka juga memajang foto dan bertukar komentar. Bedanya tulisan yang di share nggak bisa sepanjang di blog.
Kalau ingat saat-saat itu, rasanya kaya sudah berabad-abad lalu (lol), soalnya beda sekali dengan sekarang. Padahal kalau dipikir-pikir jaraknya nggak terlalu lama juga, ya, tapi sudah banyak yang berubah. Kalau dulu status di My Space atau Friendster (dulu namanya shoutbox kalau nggak salah) isinya sekedar menyapa atau memberikan informasi umum, sekarang status layaknya buku harian mini. Isinya (terkadang) panjang dan beragam, dari mulai sharing keseharian, sedang makan apa, dimana, sedang senang, sedang sedih, sampai sedang marah tingkat tinggi pun ada. Sebagai pengguna Facebook dan Twitter, gue cukup rajin membaca timeline meskipun sedang nggak meng-update apa-apa. Dari sana gue bisa mendapatkan banyak informasi yang berguna, misalnya saja dari link-link yang ditautkan oleh teman-teman gue di status mereka. Sering lho gue membaca artikel seru yang sepertinya nggak akan pernah gue temukan kalau teman gue nggak share. Tapi ada juga post yang membuat gue sakit mata dan hati. Yang isinya sepertinya nggak disaring terlebih dahulu, apa yang terpikir langsung diketik dan klik "post"...
Timeline itu seperti halaman rumah, siapa saja yang berada di daftar teman dan follower bisa melihat. Well, we can simply click "block" atau "unfriend" kalau ada sesuatu yang nggak suka kita baca, tapi memutuskan pertemanan karena status yang bikin sepet juga nggak begitu bijak. Sama seperti di kehidupan nyata, di dunia maya pun meskipun teman bisa saja berbeda pendapat. Cuma bedanya di internet kita punya waktu ekstra untuk memutuskan apakah 'opini' kita layak untuk dibagi atau disimpan saja sendiri. 'Waktu' yang gue maksud adalah jeda setelah kita selesai mengetik tulisan dan sebelum kita klik "post". Membaca ulang paling hanya perlu beberapa detik saja, tapi sayangnya masih saja ada yang menyepelekan langkah tersebut.
Kadang gue suka shock sendiri kalau ada yang menulis tentang pendapat atau kritik dengan kata-kata kasar di timeline. Meskipun bukan ditujukan untuk gue, tapi itu sudah cukup membuat gue meringis. Temanya bisa apa saja, dari mulai yang ringan seperti film atau selebriti sampai yang menyinggung SARA. Gue heran, jika ingin menyampaikan sesuatu pada seseorang atau lembaga, kenapa harus ditulis di status? Padahal di zaman sekarang hampir semua punya website atau minimal email official. Sampaikan saja di sana, langsung pada pihak yang terkait, nggak perlu seluruh tetangga tahu. Dan apa sulitnya menggunakan bahasa yang sopan? Gue tahu jika sedang emosi memang segala rasanya panas, maunya meledak-ledak. Itulah kenapa lebih baik tenangkan diri sejenak, baca ulang. Karena kita nggak pernah tahu apa efek dari tulisan kita pada orang yang membaca, kan?
Gue punya idola, ia seorang musisi berbakat yang kebetulan mengidap masalah mental. Jika sedang menikmati video-video musiknya gue selalu menyempatkan untuk membaca kolom komentar. Diantara komentar-komentar positif kadang gue menemukan komentar-komentar yang isinya keterlaluan. Well, jika kritik baik-baik tentu saja itu nggak dihitung, karena setiap manusia tentu nggak ada yang sempurna dan memang 'tugas' penggemar untuk mengingatkan jika ada yang salah dengan idolanya. Tapi komentar yang menghina fisik, melontarkan kata-kata kasar dan menjatuhkan menurut gue itu sangat nggak pantas. Karena selain irrelevant dengan musiknya atau apapun yang sedang ia tampilkan, itu juga nggak sopan.
Mungkin orang-orang yang menulis komentar negatif (maksud gue komentar kasar, ya, bukan dalam artian kritik membangun) pikir jika seseorang yang sudah terkenal nggak akan peduli dengan hal-hal seperti itu atau bahkan nggak punya waktu untuk membaca ratusan bahkan ribuan komentar yang masuk. Tapi siapa yang tahu? Dibalik penampilan tangguhnya dengan rambut yang nampak lebih powerful daripada Samson, idola juga seorang manusia, sama seperti kita. Mungkin saja di waktu luangnya mereka membaca komentar-komentar dari kita. Adakah yang mempunyai kebiasaan sama seperti gue, sebelum tidur jempol scroll up and down di handphone untuk membaca timeline? Well, mungkin idola kita juga membaca tulisan kita. Sekali lagi, siapa tahu.
Gue jadi ingat kejadian beberapa waktu yang lalu. Timeline gue isinya beragam, dari yang inspiratif sampai yang isinya penuh keluh kesah. Salah satu penghuni yang inspiratif adalah Nuno Bettencourt. Yup, that Nuno, yang gitaris dari band Extreme, yang pernah menjadi partner Rihanna dan yang baru-baru ini berkolaborasi dengan Steven Tyler di tur King of Chaos :) Menurut gue ia inspiring karena selain mempunyai sense of humor yang bagus, ia juga sangat humble. Gue suka karena Nuno bertanggung jawab sekali dengan yang ia tulis. Despite bahwa ia seorang rockstar ya, sebagai manusia (sama seperti kita) ia sadar betul bahwa tulisannya bisa dibaca banyak orang. Dan believe it or not, ternyata juga sebaliknya! Di timeline nya Nuno repost sebuah foto dari penggemarnya, lengkap dengan komentar betapa tersanjungnya ia. Padahal penggemarnya itu sama sekali nggak tag Nuno. So, yup, the scroll up and down thingy sebelum tidur bukan hanya kita saja yang melakukannya.
Kenapa gue menjadikan Nuno sebagai contoh? Ya, karena ia seorang selebriti. Jika ia saja masih punya waktu untuk melihat timeline, bagaimana dengan teman kita, keluarga atau bahkan orang asing? Respon Nuno yang merepost penggemarnya jelas sekali sebagai reaksi bahwa simple post bisa membuat perasaannya menjadi lebih baik. His fans just made his day, begitu juga sebaliknya, Nuno telah membuat hati penggemarnya berbunga-bunga karena ia meluangkan waktunya untuk mengklik 'share'. Sekarang coba bayangkan jika yang hal yang sama terjadi pada kita. Pasti menyenangkan, kan? :) Tapi bagaimana jika yang terjadi adalah hal sebaliknya? Gue rasa siapapun nggak akan suka. Mungkin kesannya sepele, hanya tulisan dan sebuah klik. Tapi jika 2 hal kecil itu sangat powerful maka hasilnya ada 2; bisa membuat seseorang bahagia atau... down.
Di dunia maya saat kita mengatur akun media sosial dengan setting 'public' itu artinya curhatan, komentar dan segala macam yang kita post sudah kita aminkan untuk dibaca siapa saja. Keluarga, teman, pasangan, rekan kerja bahkan pihak-pihak yang kita pikir impossible untuk melihat akun kita. Teman-teman sudah tahu tentang novel pertama gue, "Waktu Aku sama Mika"? Sampai sekarang novel itu sudah dicetak belasan kali dan bahkan sudah difilmkan dengan judul "Mika". Jika saja gue nggak menulis status tentang Mika, mungkin novel itu nggak akan pernah ada. Yup, novel best seller gue diawali dari status pendek yang sama sekali nggak disangka akan dibaca oleh siapapun selain teman gue. Tapi ternyata sebuah penerbit membacanya dan langsung menawari gue kontrak. Lalu ketika gue terbang ke Singapore untuk meet and greet ekslusif bersama Aerosmith, siapa yang menyangka bahwa itu karena tulisan di blog ini? Gue menulis tentang Aerosmith yang menginspirasi gue sejak berusia 7 tahun dan sebuah promotor membacanya! Bagaimana cara mereka menemukan blog ini? Sampai sekarang masih jadi misteri. Tapi ini internet, siapa saja bisa membacanya, dan kadang hanya butuh beberapa klik "share" sebelum ditemukan orang yang tepat.
Berkat status yang gue tulis jadilah novel "Waktu Aku sama Mika" dan film "Mika" :)
Siapa sangka tulisan gue di blog mengantarkan ke Singapore untuk bertemu secara langsung dengan Aerosmith? :)
Jadi teman-teman, kira-kira siapa saja yang sudah membaca timeline atau blog post kalian selama ini? Siapa tahu di suatu tempat, seseorang yang sama sekali nggak kalian kenal sedang melihat-lihat poster yang di pajang di depan rumah kalian. Terpengaruh dengan isinya, terinspirasi dan merubah harinya menjadi lebih cerah. Atau mungkin ada seorang sutradara sedang membaca cerita yang kalian tulis di blog dan berniat menjadikannya film layar lebar. Siapa yang tahu? Yang pasti pengaruh apapun yang kita sebarkan, positif atau negatif, semuanya tergantung pada keputusan kita buat sebelum mengklik "post"! :)
Gue ingat pernah menulis di sini tentang resolusi di tahun 2014, Eh, tahu-tahu sekarang sudah tahun 2015 :D Kata Ibu sih itu artinya gue sangat menikmati hari-hari gue, makanya waktu jadi terasa cepat, hihihi. Untuk gue 2014 merupakan tahun yang berwarna-warni. Gue banyak belajar hal-hal baru, bertemu orang-orang baru dan tentunya belajar untuk tumbuh menjadi semakin dewasa. Tapi menikmati bukan berarti tanpa hambatan, lho. Gue juga mengalami saat-saat "turun" di tahun 2014. Di awal tahun buku terbaru gue terbit dan berniat langsung melanjutkan dengan buku kelima. Tapi pada kenyataanya sampai hari ini buku baru gue masih dalam tahap penulisan. Gue juga berhenti bekerja di preschool yang cukup membuat gue bersedih. Tapi well, gue berhenti demi kebaikan, agar bisa lebih fokus dengan kesehatan dan project-project gue. Setiap pilihan yang diambil memang selalu ada resikonya, dan itu juga merupakan salah satu cara agar gue semakin dewasa. Makanya gue sebut "turun" dalam tanda kutip, karena gue percaya dalam perjalanan hidup semua yang dialami pasti ada maksudnya :)
Sekarang gue akan menuliskan apa saja yang sudah terjadi pada gue di tahun 2014. Well, of course nggak semua, hihihi. Tapi gue akan menuliskan beberapa yang berkesan ---atau yang gue sebut sebagai "pencapaian". Menulisnya di sini membuat gue senantiasa untuk ingat dan bersyukur dengan hidup gue yang penuh berkah. Juga membuat gue semakin bersemangat untuk melakukan banyak hal dan membuat rencana di tahun 2015 :) Sebenarnya setiap hari, ketika bangun tidur gue anggap sebagai kesempatan baru dari Tuhan untuk membuat hari yang lebih baik, nggak perlu menunggu tahun baru. Tapi 1 tahun merupakan jarak waktu yang tepat untuk "mengukur" sejauh mana yang sudah gue capai :)
1. Menulis buku "Conversation for Preschoolers"
Setelah menulis 3 buah novel akhirnya gue menulis buku dengan genre lain. Super excited, karena meskipun pengetahuan gue masih belum seberapa di bidang pendidikan, tapi gue sangat mencintai dunia anak-anak. Buku "Conversation for Preschoolers" berisi pelajaran Bahasa Inggris sederhana untuk anak-anak usia pra sekolah. Diterbitkan di bulan Januari oleh Idea World Kidz, buku ini menjadi pembuka tahun 2014 :)
2. Eris, anjing kesayangan gue menjadi bintang!
Setelah menemukan tumor di payudara kiri gue pada bulan November 2013, kisah Eris mulai tercium oleh beberapa media. Yang pertama kisahnya diliput oleh Vemale.com pada bulan Maret dengan judul "Nyawaku Selamat, Anjing Kesayanganku Mendeteksi Tumor Payudara di Tubuhku", dan yang kedua diliput oleh program Spotlite Trans 7 dengan judul segmen "Aksi Hebat Manusia dan Hewan". Ini benar-benar mengejutkan karena waktu acaranya tayang gue sedang bekerja dan baru nonton justru setelah ada yang mengupload videonya ke YouTube! Sejak pertama kali bertemu dengan Eris gue tahu bahwa ia sayang sekali sama gue, tapi nggak menyangka ia bisa sampai menyelamatkan nyawa gue :)
3. Muncul di majalah GoGirl lagi
Gue ingat kemunculan pertama gue di media adalah di majalah GoGirl lewat tulisan singkat di rubrik "You Say So" pada tahun 2007. Lalu 1 tahun kemudian gue diinterview untuk edisi ulang tahun mereka untuk edisi ulang tahun GoGirl. Nah, di bulan Maret 2014 gue kembali mucul di rubrik "Post Anything". Di sana gue membuat list dengan judul "5 2D Cartoon Movie". Rata-rata judul yang gue masukan film Disney, hihihi.
4. Menjadi bintang tamu di workshop "Dari Menulis Menjadi Buku"
Selain ini adalah pengalaman pertama gue mengisi acara workshop, ini juga jadi acara pertama dari event organizer nya Ray. Selalu senang kalau Ray bisa menjadi MC untuk acara gue, bikin suasana jadi lebih relax. Banyak pelajaran berharga yang gue ambil dari event ini, dan bonusnya banyak bertemu dengan teman baru yang ber-passion sama seperti gue! :)
5. Jadi Puteri Salju (hihihi)
Lagi-lagi ini juga jadi moment pertama, di tahun-tahun sebelumnya gue belum pernah menulis naskah drama :D Kebetulan Starbright, preschool tempat gue mengajar akan ada acara school leavers' alias kelulusan. Gue dipercaya sebagai scrip writer sekaligus menjadi pemeran utama! Wah, rasanya sungguh nggak terlupakan. Setelah begadang bikin naskah gue juga harus latihan ekstra karena dapat part lebih banyak dari pemain lain. Karena bekerja dengan para balita gue juga merangkap sebagai "pemberi clue" waktu di atas panggung supaya mereka tahu kapan harus turun dan naik panggung. Priceless! :)
6. Menjadi bintang tamu di Yayasan AIDS Indonesia Roadshow to School
Gue terdaftar sebagai relawan di Yayasan AIDS Indonesia sejak tahun 2007. Alasan gue mendaftar karena pacar gue semasa SMA adalah ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) dan gue ingin membagikan informasi yang benar pada anak-anak usia sekolah tentang HIV/AIDS. Gue menjadi bintang tamu di SMPN 179 Jakarta dan ditemani oleh Sheryl Sheinafia(penyanyi). Selain talk show juga diputar film MIKA, yang diinspirasi oleh novel pertama gue yang berjudul "Waktu Aku sama Mika".
7. Bintang tamu di acara kopi darat ODHA Berhak Sehat di Cibeunying Park
Baru kali ini gue diundang ke acara yang konsepnya piknik, hihihi. Ternyata seru juga karena bisa lebih santai akrab :) ODHA Berkah Sehat adalah komunitas yang mengajak anak muda untuk memahami isu HIV/AIDS dengan cara yang fun. Di acara ini gue berbagi pengalaman ketika berpacaran dengan Mika yang juga seorang ODHA. Pesertanya beragam, ada anak sekolah, guru, ibu rumah tangga sampai pengusaha. Semuanya sangat antusias untuk mendapatkan dan berbagi ilmu. Di acara ini pula gue pertama kali berkenalan dengan D-100 Community :)
8. Pembicara di HIV/AIDS Awareness
Mendekati bulan Desember yang diperingati sebagai hari AIDS sedunia semakin banyak event yang berkaitan dengan isu HIV/AIDS. Gue juga mendapat kesempatan untuk menjadi pembicara di Politeknik Bandung pada bulan November terkait isu tersebut :) Di sini gue ditemani oleh Kak Taufik dari Rumah Cemara yang menjadi narasumber. It was super fun, semenjak hari itu gue berteman dengan Kak Taufik dan mendapatkan banyak ilmu baru. Mahasiswa di Polban juga diajak untuk menonton film Mika. Sejauh sejarah nobar, di sinilah yang sambutannya paling "meriah". Suara mereka yang sedang menonton di dalam ruangan sampai terdengar keluar meskipun pintu ditutup rapat! :D
9. Live interview di I-Radio Jakarta
Aww, this is the sweetest interview so far :))) Andrew, produser I-Radio yang mengundang gue ternyata adalah pembaca dari novel-novel gue. Pertanyaan yang diajukan oleh penyiar Kamal dan Feli sangat santun dan ramah. Isu yang diangkat adalah HIV/AIDS dan mereka sama sekali nggak memberikan pertanyaan "kepo" seperti kebanyakan yang sudah-sudah, hihihi. Interview nya berlangsung selama 1 jam lebih dan selama itu gue harus menahan kedinginan. Ya, ampun ternyata AC studionya dingiiiiin sekali. Menurut Bapak yang mengantar gue saat itu, ini adalah salah satu dari radio yang berkesan selain Global radio yang mewawancara kami tentang Aerosmith di tahun 2013 lalu, hihihi.
10. Nonton Bareng film Mika bersama D-100 Community
Seperti yang gue sebutkan sebelumnya, gue mengenal sebagian dari anggota D-100 Community saat gue diundang ke acara Kopi darat ODHA Berhak Sehat. Setelah itu gue mulai berkenalan dengan seluruh anggotanya dan membantu mereka mengadakan event gathering. D-100 Community adalah komunitas ODHA dari RS. Borromeus, mereka ingin berkumpul sekaligus mengajak masyarakat agar mengenal apa itu HIV/AIDS. Dipilihlah film Mika untuk diputar di Taman Film Bandung pada tanggal 7 Desember. Hasilnya sangat nggak diduga, ternyata ratusan warga Bandung banyak yang ikut menonton bersama kami! Benar-benar pengalaman nggak terlupakan yang menutup tahun 2014 :D
Wah, serius lho, gue menulis 10 moment di atas sambil agak berkaca-kaca, hihihi. Gue benar-benar menikmati tahun 2014 rupanya sampai-sampai semuanya terasa masih fresh dalam ingatan. Gue ingat menulis resolusi tahun 2014 di sini seperti ini; Gue ingin bisa bermain cup song dan belajar American Sign Language alias bahasa isyarat Amerika! Ternyata gue benar-benar mewujudkannya, bahkan sempat merekam aksi keduanya dan diupload ke YouTube :D Well, untuk bahasa isyaratnya memang masih perlu banyak latihan, but I want to congrats my self (lol) karena sudah berani mencoba. Beneran deh, memulai itu jauh lebih sulit daripada menjalaninya, lho, hihihi.
Berhasil bermain "cup song" dan belajar bahasa isyarat Amerika :)
Masih ada beberapa hal berkesan lain yang mungkin akan gue tulis di post terpisah. Kalau di sini semua takutnya teman-teman bosan membacanya, hehehe. Ada yang bilang, buat apa kita membuat resolusi karena yang terpenting jalani saja setiap hari sebaik mungkin. Well, itu memang nggak ada salahnya, dan dulu gue juga begitu. Tapi mempunyai resolusi justru membuat gue bangun setiap hari dengan perasaan lebih semangat. Begitu membuka mata rasanya nggak sabar untuk melakukan hal-hal yang sudah gue rencanakan. Di akhir tahun ketika sadar resolusi yang sudah gue buat tercapai, rasanya priceless... Waktu membuat mungkin ada perasaan nggak yakin, tapi setelah dijalani rasanya akan semakin mudah. Kalau pun sampai akhir tahu masih belum tercapai atau kurang sempurna, at least sudah mencoba. And you should congrats your self for that! :D
So, selamat datang tahun 2015, semoga gue bisa menjadi pribadi yang lebih baik! :)
Wah, hari pertama di tahun 2015! Teman-teman bagaimana tahun barunya? Semoga menyenangkan dan bisa bertemu dengan orang-orang yang disayangi, ya :) Hari pertama di tahun baru ini diisi dengan main hujan-hujanan bareng Eris (anjing gue), hihihi. Tadinya sih kami mau jalan-jalan santai saja, mumpung jalanan sepi karena kebanyakan orang beristirahat setelah semalaman begadang. Tapi ternyata baru saja beberapa langkah dari luar rumah hujan sudah mengguyur kota Bandung! Sempat mau membatalkan acara jalan-jalannya, tapi melihat wajah Eris yang super excited gue jadi nggak tega. Ya, sudah gue putuskan untuk berjalan-jalan di bawah hujan. Eris girang bukan main, karena ini pengalaman pertamanya. Gue juga jadi ikut "lupa diri" dan ajak Eris lompat-lompat di kubangan air. Pokoknya seru sekali sampai-sampai nggak peduli sepatu gue yang berwarna putih berubah warna jadi hitam, hihihi. Gue bersyukur tahun baru ini dibuka dengan sesuatu yang menyenangkan :)
Sekitar 1 minggu sebelum tahun baru, kira-kira 1 hari sebelum natal ada kejadian yang kurang mengenakan di daerah gue. Di malam natal seperti biasa gue duduk di depan komputer untuk mengucapkan selamat ada teman-teman yang merayakan. Tapi setelah menunggu beberapa menit koneksi internet ternyata terputus. Awalnya gue pikir karena traffic, di malam natal pasti banyak orang yang ingin menyapa kerabat atau keluarganya yang tinggal berjauhan, jadi gue anggap sebagai error yang wajar. Mendekati tengah malam ternyata masih belum juga ada koneksi internet, malah yang gue baru sadar kalau telepon rumah juga mati. Gue dan keluarga di rumah bergantung dengan wifi, jadi baik di PC, laptop dan gadget lainnya sama sekali nggak ada koneksi internet. Rasanya nggak nyaman karena kami nggak bisa berkomunikasi dengan keluarga dan kerabat yang tinggal berjauhan. Tapi mau bagaimana lagi, kami cuma bisa bersabar dan menunggu pagi datang.
Keesokan harinya koneksi internet masih belum tersambung, begitu juga dengan telepon rumah. Bapak pun menghubungi operator untuk bertanya tentang masalah ini, tapi ternyata nggak ada yang mengangkat. Well, namanya juga hari natal, jadi mungkin operatornya sedang libur. Karena sama sekali nggak ada perubahan sampai malam, akhirnya kami membeli modem internet untuk dipakai bergantian. Quota nya nggak banyak karena (kami pikir) hanya untuk sementara. Yang terpenting komunikasi dengan keluarga dan kerabat tersambung kembali, toh besok sudah hari kerja.
Dengan harapan baru Bapak kembali menelepon operator keesokan harinya. Perlu berkali-kali menekan tombol redial sampai akhirnya ada yang menjawab. Ketika telepon ditutup ---Bapak memakai telepon kantor Ibu--- gue langsung bertanya dengan nggak sabar tentang kapan wifi dan telepon di rumah bisa kembali berfungsi. Ternyata jawabannya mengejutkan; Belum ada kepastian kapan akan berfungsi karena kabel telepon rumah kami ada yang mencuri! What? Bagaimana bisa kabel telepon yang terkubur aman di bawah dicuri?
Dari obrolan Bapak dan operator terungkaplah bahwa yang dirugikan bukan cuma keluarga gue, tapi juga sekitar 1.000 keluarga lain karena pelakunya mencuri bermeter-meter kabel telepon. Dugaannya sih kabel segitu panjangnya akan dijual secara kiloan karena harganya lumayan, Rp. 50.000 per kilo.
Gue dan keluarga cukup shock mendengar kabar ini. Bukan hanya karena nggak tahu sampai kapan komunikasi terbatas tapi juga membayangkan bagaimana perasaan sekian banyak keluarga yang juga menjadi korban. Biasanya moment hari besar menjadi saat yang paling sering untuk berkumpul. Tapi untuk yang tinggal berjauhan internet dan teleponlah yang membantu menghubungkan. Orang-orang yang mencuri (yup, sudah pasti pelakunya berkelompok) mungkin nggak memikirkan sampai sejauh itu, mereka hanya menginginkan keuntungan (dengan cara yang salah). Padahal yang dirugikan banyak sekali. Pihak Telkom sudah jelas, tapi juga ada banyak keluarga yang seharusnya sedang menikmati hari raya.
Di malam tahun baru ternyata masih belum juga ada perubahan. Operator yang menerima telepon Bapak berkata bahwa mereka secepatnya akan bertanggung jawab. Sebenarnya nggak enak juga menelepon terus-terusan di moment liburan seperti ini. Mendengarkan complain kami memang tugas mereka, tapi ya rasanya gue dan keluarga juga harus berempati. Entah sudah berapa ratus orang yang menelepon mereka padahal ini malam tahun baru, dan musibah ini sangat nggak terduga. Gue yakin mereka juga kaget.
Jadi gue dan keluarga melewati malam tahun baru tanpa telepon dan wifi. Biasanya telepon rumah ramai oleh telepon dari keluarga kami yang tinggal di luar kota dan luar negeri, tapi kali ini sepi. BBM dan whatsapp di handphone Ibu dan adik gue pun sepi karena bergantung dengan wifi. Sebisa mungkin kami tetap berusaha tetap keep in touch dengan keluarga dan kerabat menggunakan handphone dan SMS. Kami agak kesal karena merasa terbatas, tapi it's new year's eve, kami seharusnya bergembira, bukan malah mengeluh :)
Ibu, Bapak, gue, Puja (my brother), Eris dan Ray pun menikmati malam tahun bersama. Ibu memasak sejak sore dan Bapak sibuk sekali menjadi "juru bakar" alias operator tempat pembakaran :D Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, sederhana namun menyenangkan karena bisa bersama dengan orang-orang yang gue sayangi. Obrolan random ringan, kado kecil, tawa, makan-makan, membuat kami merasa hangat. Nggak lupa ditutup dengan doa yang berisi harapan di tahun yang baru.
Hasil karya juru masak dan juru bakar, hihihi. Gue lho yang meracik bumbu jagung bakarnya :D
Ibu sudah ngantuk sebelum jam 12 malam :D Thank God semuanya senang dengan hadiah tahun barunya :)
Ekspresi Eris waktu dapat kado tahun baru; Priceless! Dia senang banget dan langsung "kiss" gue :'D
Selain keluarga dan Eris, Ray juga datang :)
Mengingat rasa kesal gue dengan kabel yang dicuri membuat gue nggak enak. Ya, sure itu menyebalkan, tapi di suatu tempat mungkin ada keluarga yang melewati malam tahun baru tanpa makanan atau tempat tinggal. Kehilangan akses telepon dan internet mungkin juga sebagai sapaan dari Tuhan agar gue lebih sering main di luar rumah. Harus kembali mengunjungi warnet sesekali, mungkin, ---seperti sebelum ada wifi supaya gue bisa berkenalan dengan teman baru, hehehe. Yang gue butuhkan di tahun baru ini semuanya sudah ada dan lengkap. Gue punya orang tua, adik dan Ray yang sangat menyayangi gue. Juga Eris, anjing kecil yang begitu setia menemani gue. Musibah yang menimpa keluarga gue (dan sekitar 999 keluarga lain) sepertinya untuk mengingatkan bahwa meskipun ada yang diambil, Tuhan tetap memberikan berkah ---dalam bentuk yang lain ;)
Selamat Tahun baru, teman-teman! Semoga kita semua menjadi pribadi yang lebih baik. Amen :)
cheers,
Indi
Note:
My heart goes out to the families of the Air Asia victims. Gue tahu tim yang mengevakuasi sudah berusaha keras dan doa-doa yang tulus sudah dipanjatkan, tapi pada akhirnya kita hanya bisa berserah pada Tuhan. Turut berduka cita sedalam-dalamnya pada keluarga yang ditinggalkan, semoga semuanya diberikan keikhlasan dan ketabahan, amen...