Rabu, 25 Februari 2015

My Instant Happiness :)

Hai bloggies, apa kabar? Semoga semuanya dalam keadaan baik, ya. Dan untuk yang merayakan, Go Xi Fa Cai! Selamat tahun baru! Semoga tahun ini menjadi lebih baik dan penuh berkah, amen...
Kabarku sendiri sedang kurang baik, belakangan sering pusing dan lemas. Well, sebenarnya salahku sendiri, sih. Jadwal istirahat yang berantakan pasti membuat kesehatanku semakin turun. Padahal salah satu resolusi tahun 2015 kan ingin jadwal tidur dan bangunku semakin teratur. Harus semakin semangat untuk berusaha nih,  karena ini sudah mau masuk bulan Maret,  uhuhuhu :’) Tapi aku juga patut bersyukur karena ada resolusi lain yang sudah direalisasikan. Meskipun pelan-pelan tapi perkembangannya pasti, yaitu bermain ukulele! ;)

Aku sempat share keinginanku untuk belajar di blog ini (baca ceritanya di sini). Meskipun nggak ada yang mengajari dan belum punya ukulele sendiri, aku sangat ingin untuk belajar alat musik lagi setelah sempat belajar drum dan piano lalu berhenti di tengah jalan. Pada pertengahan bulan Januari akhirnya sebuah ukulele impian berwarna pink menjadi milikku. Semenjak saat itu hampir setiap hari aku berlatih lewat internet. Beruntung sekali di YouTube banyak ‘master’ ukulele yang memiliki channel pribadi dan rajin membagi ilmu, aku jadi bisa belajar dengan biaya yang nyaris gratis ---hanya perlu niat, listrik dan wifi saja, hihihi.


My instant happiness :)


Alat musik baru ini membuat hidupku ikut berubah. I barely touched my phone! Ternyata selain Eris ada juga hal lain yang bisa membuatku menjauh dari HP untuk waktu yang cukup lama. Kalau di rumah tanganku hampir selalu menggenggam ukulele. Kalau sebelumnya aku selalu bingung kalau mati lampu (apalagi di luar hujan jadi nggak bisa main sama Eris), sekarang tinggal mainkan ukulele dan aku akan asyik bahkan sampai lampu kembali menyala. Ukulele benar-benar  instant happiness. Lagu apapun akan terdengar riang dan menyenangkan, ---dan karena suaranya yang merdu aku pun jadi merasa bisa bernyanyi, hihihi. Pernah waktu aku ke Jakarta iseng-iseng membawa ukulele di kursi belakang mobil. Ternyata aku nggak menyesal, saat macet aku bisa memainkannya sambil sing along dengan lagu-lagu rock dari idolaku. Karena bentuknya kecil, jadi handy untuk dibawa kemana-mana, tapi tetap bisa diajak ber-rock and roll bahkan untuk mengiringi Steven Tyler sekalipun :D


"The Show" salah satu lagu termudah, tapi favoritku karena catchy :) 


Reaksi teman-teman beragam waktu tahu aku bermain ukulele. Ada yang nggak menyangka, karena aku selalu dikenal sebagai “penikmat” musik bukan pemain musik. Ada juga yang menganggapnya lucu karena mereka hanya tahu ukulele sebagai alat musik ‘milik’ pengamen, jadi menganggapku mempelajarinya karena nggak mampu membeli gitar, bukan karena pilihan (well ukulele and guitar has different chords and strings, so this is obviously a choice). Tapi ada juga teman-teman yang mengaku ikut senang dan sangat mendukungku. Mereka nggak menyangka dalam waktu yang singkat aku sudah (lumayan) menguasai alat musik imut ini. Lewat internet mereka mengikuti perkembanganku dan memberi semangat agar membagi video-videonya jika aku belajar lagu baru. Seperti Dara, temanku sejak kecil yang juga owner dari The Dream’s Cake. Beberapa waktu yang lalu saat kami bertemu, ia berkata bahwa sudah mengikuti videoku bahkan saat aku masih kesulitan untuk memainkan chords sederhana seperti G dan F, sampai sekarang sudah bisa memainkan banyak lagu. Hihihi, jadi malu :D


Lagunya Oasis pun jadi riang dibawakan dengan ukulele, hihihi :)


Ukulele juga membantuku berkenalan dengan idola-idolaku. Layaknya menulis yang mengantarkanku untuk bertemu Aerosmith dan mendapatkan sapaan langsung dari keluarga Irwin (alm. Steve Irwin si Crocodile Hunter), si mungil ini membuatku berkesempatan untuk bicara dengan orang-orang yang nggak pernah aku bayangkan sebelumnya! Yang pertama adalah band Walk Off the Earth, aku memberanikan diri untuk menyapa mereka di fans page dan secara kebetulan dua orang favoritku, Gianni dan Taylor sedang online. Aku ceritakan bahwa musik mereka membuat ketertarikan dengan ukulele semakin bertambah dan menginspirasiku untuk terus berkarya. Guess what?!! Taylor memberikanku alamatnya dan dengan senang hati ingin melihat karya-karyaku! Whoooaaa, the coolness level on that conversation is too daaaaarn high! Aku senang luar biasa, dan ---of course, terharu :’)

Dan yang baru saja kemarin terjadi aku berkenalan dengan Richard Hefner. Ia adalah pemain banjo dan ukulele senior yang sangat aku kagumi. Video-videonya sangat membantu perkembangan permainan ukuleleku. (Lagi-lagi) aku beranikan diri untuk menyapanya dan apa yang terjadi selanjutnya membuatku senyum-senyum bahkan saat mengetik tulisan ini. Richard membalas pesanku dengan hangat; “You sound great! I subscribe to your channel and I’ll be sure to watch all of your uke videos. You sound like you’ve been playing a long time!” Kata-katanya membuatku semakin bersemangat. Well, mungkin saja ia memang berkata seperti itu untuk membesarkan hatiku, but it doesn't matter, yang penting efeknya sangat positif. Aku jadi ingin belajar lagi dan lagi, agar suatu hari bisa sehebat Richard :) Dan ternyata bukan itu saja, barusan waktu aku mengecek instagram, ada namanya sebagai follower terbaruku! Ini beyond awesome...


 Video terbaruku, membawakan lagu "DoReMi, I'm Yours dan The Show" sekaligus :)


Ibu sempat kaget melihat jari-jari tangan kiriku yang rusak akibat terlalu sering menekan strings. Tapi pada akhirnya ia berkata bahwa kebahagiaanku lebih penting. Waktu pertama kali menemukan bahwa menulis adalah passionku, Ibu dan Bapak membiarkanku menulis sebanyak yang aku mau, tanpa bertanya akan dijadikan apa kesukaaniu ini nantinya. Aku hanya perlu mengerjakan apa yang disukai dengan hati riang dan tanpa keterpaksaan. Jika sekarang aku menjadi penulis, anggap itu sebagai bonus dan itu bukan karena aku ‘beruntung’ tapi  karena hasil dari kesungguhan saat gue mengerjakannya. Begitu juga dengan ukulele, aku memainkannya karena itu membuat hatiku gembira. Nggak ada seorang pun yang berhak untuk menjudge apa yang aku lakukan itu keren atau nggak keren. Passion = happiness. Dan kebahagiaan itu selalu benar (mana ada orang yang bahagia karena berbuat salah). So, follow your passion, guys ---apapun itu. Karena itu adalah jalan kalian menuju ke kebahagiaan :)



Uke girl,

Indi

Video-videoku yang lain bisa dilihat di sini :)
Keywords: belajar ukulele, belajar alat musik, pemain ukulele perempuan Bandung.



 ________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Kamis, 19 Februari 2015

Satisfied My Sweet Tooth: The Dream's Cake :)

Yay! Akhirnya aku bisa update lagi di sini. Belakangan kayanya gue sering baca blogger yang lagi ikutan tantangan untuk post 1 tulisan setiap hari. Rasanya langsung bikin cengar-cengir, soalnya kalau aku bisa post satu tulisan saja perminggu itu sudah masuk kategori rajin ---menurut standar sendiri, hehehe :D Sebenarnya aku juga ingin lebih sering berbagi cerita di sini, apalagi belakangan dapat banyak pengalaman baru. Tapi aku ternyata memang nggak ‘segesit’ blogger-blogger yang bisa bikin blog post sambil melakukan aktivitas lain. Jadi sepertinya aku akan tetap dengan ‘ritme berantakan’ seperti sekarang dan berusaha menceritakan pengalaman-pengalaman saat ada waktu luang saja meskipun jadinya sudah nggak baru lagi, hihihi. Daripada memaksakan dan tulisanku yang sering sekenanya ini jadi semakin berantakan, kan ;)

Salah satu pengalaman yang ingin aku ceritakan adalah ketika aku ke (kinda late) opening cabang barunya The Dream’s Cake. Jadi minggu ada kabar, katanya aku diundang Dara (owner The Dream’s Cake) untuk mampir ke tempatnya dan mencicipi menu-menu barunya. As a sweet tooth, tentu saja aku langsung mengiyakan untuk datang di hari minggu (15 Februari 2015 lalu). Rupanya cabang baru ini sudah dibuka sekitar 10 hari yang lalu, tapi karena Dara kehilangan kontakku jadi ia baru bisa mengundangku belakangan. Padahal saat grand opening kabarnya banyak food blogger yang diundang, lho. Wah, bisa sekalian kenalan dan berbagi pengalaman, tuh. Tapi nggak apa-apa, deh soalnya kalau waktunya terpisah malah leluasa, hihihi.

Aku mengenal The Dream’s Cake sudah lumayan lama, bahkan sejak mereka belum memiliki toko/cafe sendiri. 100 thumbs up untuk kemajuan mereka, bukan hanya karena sudah menambah cabang baru saja (yang terdahulu ada di Jl. Trunojoyo dan Jl. BKR), tapi juga karena mereka sangat inovatif. Aku biasanya nggak pernah ketinggalan untuk mencicipi menu-menu baru The Dream’s Cake, tapi berhubung di akhir tahun kemarin cukup banyak kesibukan jadi hanya bisa melihat foto-fotonya di media sosial. Pokoknya setiap aku intip Twitter atau Instagramnya The Dream’s Cake, aku pasti kedip-kedip. Sudah nggak sabar pengen mencicipi, hihihi.

Di sore hari aku tiba di cabang baru The Dream’s Cake yang letaknya di Dipa Junction Jl. Aria Jipang no. 1-3 Bandung. Kesan pertamaku waktu masuk ke cafenya, clean dan cute ---tapi nggak over cute jadi cocok juga untuk hangout sama keluarga dan guy friends. Minimalis dengan dekorasi yang bikin betah foto-foto (aku ini mah, hehehe). Untuk mejanya ada beberapa pilihan, di pintu masuk ada meja dengan 2 buah tempat duduk, pas buat yang lagi ngedate dan di dalamnya lagi ada meja-meja yang lebih besar, cocok untuk teman-teman se-gang, keluarga atau couple yang kalau makanannya banyak banget sampai nggak muat di meja kecil ---seperti aku ini, hehehe.





Aku memilih untuk menempati meja yang paling pojok, supaya kalau Dara datang kami bisa langsung melihatnya. Beberapa saat kemudian aku menerima pesan dari Dara agar aku langsung order karena ia masih on the way. Setelah aku melihat daftar menunya, ternyata benar banyak yang baru. Malah sepertinya sebagian besar belum pernah aku coba, hihihi. Langsung saja aku memilih ‘Dessert Tower’ dengan es krim vanila chip, risoles keju dan veggies, dan ‘Cococi’. Oh, iya meskipun The Dream’s Cake terkenal dengan dessert atau makanan manisnya, tapi untuk yang ingin comfort food juga tersedia menu seperti mac and cheese, fried fries dan lain-lain, lho :)


Holly molly! Check out my Dessert Tower! :O

Rissole nya ada banyak varian, kalau mau tanpa daging bisa pesan yang cheese. Enak bangeeeet T_T

Cococi dan air kelapanya yang tertutup cotton candy! :D


Nggak menunggu lama pesananku pun datang. Akhirnya aku bisa melihat langsung foto-foto yang sering adminnya The Dream’s Cake retweet di Twitter :p Dessert Tower ku ternyata benar-benar seperti tower, tinggi! :D Kalau ada yang pernah melihat cotton candy tower, nah bentuknya mirip seperti itu. Bedanya Dessert Tower lebih puffy karena di dalamnya ada 2 scoop es krim, cake and cream cheese! Yang bikin makin segar di dasar gelasnya diisi oleh lemon sparkling. Nggak perlu bingung dengan bagaimana cara menikmati Dessert Tower ini, free style saja. Mau pakai sendok boleh, mau pakai tangan boleh... atau seperti aku yang menikmati cotton candy nya dengan langsung di-hap juga boleh, hehehe. Tapi hati-hati saja nanti rambut ikutan lengket. Oops :D Cococi juga kucicipi. Sepertinya The Dream’s Cake membawa ‘es campur’ to the another level. Mochi isi cake (I Mochi You), es krim dan toppingnya disajikan di mangkuk yang terbuat dari kelapa bangkok, sementara air kelapanya disajikan terpisah. Rasanya unik, rasa manisnya cocok banget dengan daging kepalanya yang gurih dan lembut. Yummy! Risolesnya pun nggak kalah menarik, lho. Meskipun menu ini ada di mana-mana, tapi penyajiannya yang dilengkapi mayo membuat rasanya lebih nikmat. Apalagi dengan varian isian yang macam-macam. Paling happy kalau menemukan menu kesukaan yang biasanya mengandung daging divariasikan dengan isian yang lain (curhatan pesco-vegetarian, lol).


Siapa yang perlu sendok? Lol.


Dara datang ketika aku masih makan, katanya ia sedang sibuk karena hari ini bertepatan dengan hari terakhir food festival di Paris Van Java. Mumpung bisa bertemu langsung dengan ownernya, aku jadi bisa sekalian tanya-tanya, deh ;) Dari ceritanya aku jadi tahu kalau cafe ini konsepnya ‘semi resto’, maksudnya costumer bisa memesan langsung di kasir atau bisa juga dari meja langsung seperti yang aku lakukan. Jadi tergantung kita mau pilih mana yang lebih nyaman buat kita. Hihi, asyik ya ;) Karena menu utamanya dessert, The Dream’s Cake ini selalu ramai di siang hari. Menurutku sih mau datang siang atau sore sama asyiknya, cuma kalau takut kehabisan lebih baik memang siang-siang, apalagi weekend. Soalnya aku pun mau pesan es krim green tea tapi sudah habis, huhuhu :’)




Lho aku salah kostum? XD


Nggak terasa waktu sudah semakin larut, aku pun pamit pulang. Secara keseluruhan buatku The Dream’s Cake ini keren banget. Selain menunya enak-enak, pelayanannya juga cukup cepat. Recomended banget untuk yang suka dessert tapi bosan dengan rasa yang itu-itu saja (di sini variannya banyak pilihan). So, thanks a lot ya The Dream’s Cake, especially buat Dara yang sudah memuskan sweet tooth-ku, hihihi. Kapan-kapan mau mampir lagi sambil ajak keluarga, ah ;)

The Dream’s Cake
Dipa Junction, Jl. Aria Jipang no. 1-3
Bandung
Kontak: 081286250907 (SMS dan whatsapp) thedreamscake (line)

sweet tooth girl,


Indi 

  ___________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Selasa, 17 Februari 2015

So I Stayed Up and I Wrote This...

Katanya sih supaya benar-benar mengerti perasaan seseorang kita harus berada di posisi yang sama dengan orang tersebut dulu. Atau istilahnya “you should walk a mile in their shoes.” Tapi saking nggak enaknya apa yang terjadi padaku, aku sih berharap orang lain nggak perlu mengalami hal yang sama. Aku cuma mau orang-orang lebih open minded dan mencoba berempati dengan orang-orang yang sepertiku.

***

Aku ingat waktu pertama kali ‘Kota Kembang’, tempat penjualan CD/DVD bajakan terbesar di Bandung dibuka. It was a heaven for me ---and my friends. Setiap beberapa minggu sekali aku dan teman-teman mampir ke sana untuk membeli CD/DVD musik dan film favorit. Jika sedang beruntung kami bahkan bisa menemukan album dan judul film yang belum dirilis di Indonesia! Saking senangnya aku bisa berjam-jam memilih judul di tumpukan plastik DVD dan tanpa ragu menghabiskan uang saku yang diberi oleh Ibu dan Bapak. Aku merasa di atas angin, dengan cepat bisa mengumpulkan album idola-idolaku tanpa harus bersusah payah menunggu kabar tentang pre-order dari toko CD dan membayar dengan harga yang mahal. Aku juga bisa bebas menukar CD/DVD sebanyak yang aku mau jika ada kerusakan atau bahkan jika aku nggak suka dengan isinya. Rasanya benar-benar seperti surga untukku. Tapi ternyata tanpa sadar aku sudah menciptakan neraka untuk orang lain...

Aku nggak merasa berbuat jahat, kupikir yang aku lakukan legal. Selain karena usiaku yang masih muda (I was 13 or 14), aku juga melihat ‘iklan’ Kota Kembang di Yellow Pages, berdampingan dengan toko-toko resmi di Bandung. Jadi kupikir apanya yang salah? Apalagi menurutku (waktu itu) sesuatu yang ilegal nggak mungkin dijual secara terang-terangan karena polisi bisa dengan mudah menemukan tempat itu. Tapi seiring berjalannya waktu aku tahu bahwa yang kulakukan salah. Membeli barang bajakan itu melanggar hukum, dan aku nggak bisa dengan egois bilang bahwa, “aku beli karena ada yang menjual.” That’s silly, karena sebenarnya mereka juga ada karena ada aku yang terus-terusan beli.

Aku belum pernah (dan semoga jangan) kecanduan rokok, drugs atau hal-hal lainnya. Tapi membeli CD/DVD bajakan juga rasanya seperti candu. Sehabis membeli satu pasti timbul keinginan untuk membeli yang lainnya. Merasa mendapat excuse karena teman-teman juga membelinya dan they’re totally okay with that. Belum lagi tempat dijualnya yang di mana-mana dan sama sekali nggak tertutup, membuat pembelinya ‘percaya’ bahwa mereka nggak sedang melakukan hal yang salah. Bahkan di beberapa mall pun ada yang menjual dengan label “semi original” yang dilengkapi dengan stiker hologram dan casing plastik transparan. Bapak bilang bajakan tetap bajakan, nggak ada yang namanya semi, alias setengah asli setengah palsu. CD/DVD bajakan itu artinya menggandakan sesuatu tanpa izin, dan mengambil sesuatu tanpa izin itu = mencuri. Beliau benar, sekali pun aku telah membelinya dengan uang, tetap saja aku mencuri.

Setelah mengobrol dengan Bapak aku jadi sadar bahwa ini lebih besar dari yang aku pikirkan sebelumnya. Bapak memberi contoh dengan idolaku, Aerosmith. Aku pernah menonton film dokumenter mereka yang berjudul PUMP. Di sana diceritakan bagaimana kerja keras mereka saat membuat sebuah album. Untuk satu lagu yang durasinya hanya 5 menit mereka bisa menghabiskan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan saat membuatnya. Mereka berlatih, berdiskusi, berselisih karena masing-masing ingin memberikan yang terbaik, dan lain sebagainya. Dari film itu juga aku jadi tahu bahwa meski foto yang tercetak di cover album mereka hanya Steven, Joe, Joey, Tom dan Brad, sebenarnya ada puluhan orang lainnya yang ikut membantu proses kerja mereka! Dan setelah album yang penuh perjuangan itu dirilis seseorang ‘mencurinya’, menggandakannya dan dijual secara besar-besaran. Padahal salah satu cara kita menghargai karya mereka ya dengan membeli albumnya. Bapak bilang harga sebuah CD original sama sekali nggak mahal jika dibandingkan dengan kerja keras mereka. Well, sepertinya ini hal yang sama seperti ketika aku di sekolah. Aku sudah bersusah payah belajar untuk ujian, tapi ada yang mencontek dan ia mendapatkan nilai yang sama denganku. Apakah itu adil? Nop. Karena ia mendapatkan keuntungan dari mencontek.

Sekarang, setelah dewasa aku menjadi semakin mengerti bahwa apa yang aku lakukan dulu adalah perbuatan yang salah. Ketika novel pertamaku, “Waktu Aku sama Mika” menjadi best seller hanya butuh beberapa bulan untuk seseorang mencurinya dariku. E book ilegal dijual dengan harga yang nggak wajar (padahal jika membeli novelku di toko buku pun paling mahal hanya Rp. 25.000). Itu membuatku sedih karena kisah-kisah yang aku kumpulkan untuk menjadi sebuah novel itu merupakan diary ku selama beberapa tahun (iya, hitungannya tahun). Mungkin ada yang akan meminta aku untuk melihat sisi cerahnya, bahwa itu artinya karyaku banyak yang menyukai. Hehe, tentu saja aku bangga, tapi seperti yang Ray pernah bilang; Memuji karya yang dibaca/dinikmati dari hasil membajak itu sama saja ketika ada orang memuji masakan kita padahal ia memakannya dari hasil mencuri. Apakah kita masih bisa tersanjung jika ada yang bermulut manis tapi sebenarnya menusuk dari belakang? I don’t think so.


Book signing di tanggal 8 Februari lalu untuk teman-teman pembaca :)


Pembajak dan pembeli itu layaknya Robin Hood. Pembeli tahu bahwa yang mereka beli adalah hasil mencuri, tapi tetap saja menganggap pembajak itu pahlawan. Saat ada film yan belum tayang di bioskop dan seseorang meng-uploadnya ke internet maka ia akan dipuji-puji, diucapkan terima kasih berkali-kali. Tapi saat orang yang mempunyai hak dari film tersebut melaporkan perbuatan ilegal si pembajak, (anehnya) malah ia yang terkena caci-maki. Ingat waktu pihak Jepang kecewa karena film Stand by Me (Doraemon) sudah lebih dulu beredar bajakannya sebelum filmnya resmi dirilis di Indonesia? Waktu ada pihak yang  menutup situs yang mengedarkan link film tersebut justru merekalah yang terkena sumpah serampah. Aku memang nggak bisa memberikan bukti screenshot nya, tapi ingat betul bahwa ada seorang Facebook user yang menyumpahi agar siapapun yang menutup situsnya agar cepat MATI. Itu komentar yang mengejutkan, sepantas itukah pembajak dibela? Sementara yang mereka curi adalah seseuatu yang sifatnya hiburan, bukan hal urgent atau kebutuhan yang utama, yang jika nggak ada akan membuat hilangnya nyawa seseorang...


Novel "Waktu Aku sama Mika" dan DVD "Mika" :)


Filmku sendiri, “MIKA” juga mengalami hal yang sama. Bajakannya beredar dimana-mana, baik dalam bentuk keping DVD atau link-link di berbagai situs. Dan aku nyaris nggak berdaya, nggak bisa melakukan apa-apa karena malah ‘diserang’ oleh pihak-pihak yang mengaku sebagai penggemar (ya, kalian nggak salah baca). Sudah beberapa kali aku malah mendapatkan komentar yang menyakitkan ketika me-report account-account yang mengedarkan film MIKA secara ilegal. Mereka beralasan bahwa di daerahnya nggak ada bioskop, harga DVD original mahal, dan lain sebagainya. Padahal aku sudah mencoba menjelaskan kenapa mereka lebih baik menonton secara legal. Aku bahkan memberikan saran alternatif untuk menonton film MIKA dengan cara yang lebih hemat yaitu lewat VCD, atau malah menonton gratis di TV karena filmnya memang dikontrak untuk tayang di salah satu stasiun TV sampai bertahun-tahun ke dapan.

Film MIKA durasinya hanya satu jam lebih. Tapi perlu bertahun-tahun untuk mewujudkannya. Sejak aku setuju untuk bertemu dengan pihak IFI, baru 2 tahun kemudian film tersebut akhirnya tayang. Film MIKA melibatkan banyak sekali pihak, dan mereka bekerja keras untuk film ini. Selain ingin hasilnya bagus, mereka (termasuk aku) juga ingin film ini agar bisa dipertanggung jawabkan karena terinspirasi dari kisah nyataku dan alm. Mika. Aku ingat tim IFI datang ke rumah untuk berdiskusi dan melalukan survey. Mereka bekerja dengan mendetail dan berhati-hati. Naskah pun sempat berubah beberapa kali. Jam berapapun aku menerima email pasti aku langsung membukanya untuk ikut memberi saran sesuai dengan sudut pandangku yang mengalami langsung kejadian di film. Sutradara, produser, para aktor, bagian kostum, camera person, driver... banyak sekali terlibat untuk mewujudkan film ini, dan semuanya bersungguh-sungguh. Hatiku juga sangat senang ketika mendapatkan email dari anak salah satu penyandang dana yang berkata bahwa keuntungan dari film ini akan disumbangkan untuk Mika-Mika yang lain ---orang dengan HIV/AIDS. Jadi jika ada yang berpendapat bahwa aku nggak menyukai pembajakan dengan alasan uang, itu salah. Aku melakukan ini karena merasa bertanggung jawab dengan banyaknya pihak yang terlibat, dengan niat baik yang berada di balik film ini. Dan jika aku menerima uang tentu saja karena itu memang sudah hakku. Pekerjaan, apapun itu prinsipnya sama saja. Kita mendapatkan reward dari apa yang sudah kita lakukan. Jika kita bisa melaporkan seseorang yang mencuri gaji dari seorang karyawan pada pihak yang berwajib, kenapa nggak melakukan hal yang sama dengan hal pembajakan?

Tapi di tengah kesedihanku dengan pesan-pesan dari ‘penggemar’ yang merasa benar dengan menikmati karya dengan cara ilegal, kemarin aku mendapatkan email yang isinya membuatku tersenyum. Aku nggak akan menulis ulang keseluruhan emailnya di sini, tapi sebagian saja karena aku hanya ingin membagi intinya;

“...tapi sekarang aku sadar, Kak... Kalau apa yang aku lakuin degan mengupload video (film Mika) di YouTube itu salah banget. Aku sangat menyesal, Kak.”

Aku membaca emailnya dengan mata berkaca-kaca, akhirnya setelah belasan email yang isinya ‘merasa benar’ ada seseorang yang berani menyadari kesalahannya. Aku sama sekali nggak pernah menegurnya, email ini datang begitu saja ---makanya aku yakin bahwa ia bersungguh-sungguh. Kadang komentar, “pasrahkan saja”, “namanya juga Indonesia”, “kamu nggak akan bisa lawan pembajakan”, membuatku merasa menciut. Tapi email ini membuatku yakin bahwa masih ada harapan :)

Yang juga bekerja, sama seperti kamu,

Indi


  ___________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Minggu, 08 Februari 2015

Belajar dari Kemenangan Eris :)



4 Februari 2015

Pagi-pagi sekali aku sudah menelepon kantor jasa pengiriman barang 2 kali. Memastikan bahwa paket yang dikirim ke alamatku nggak nyangkut di suatu tempat. Petugas yang menjawab telepon mengatakan bahwa paketnya sudah ada di kantor mereka dan baru akan dikirim nanti siang. Aku lega karena paketnya tiba dengan selamat, tapi juga nggak sabar untuk segera menerimanya. Well, sebenarnya bukan hanya aku yang nggak sabar, tapi juga Ibu dan Bapak ---meskipun paket ini bukan untuk kami berdua.  Tapi untuk Eris, anjing golden retriever kesayanganku.

Si mungil Eris. Mungkin ada di antara teman-teman yang mengenalnya dari blog ini. Aku cukup sering bercerita tentang betapa berartinya Eris untuk hidupku. Ia datang di saat aku kehilangan Veggie, anjing kesayanganku yang mati karena epilepsi. Menjadi menyembuh dengan sifatnya yang lucu dan loyal, membuatku menempatkannya di tempat yang istmewa berdampingan dengan Veggie di hatiku. Terlebih, Eris juga pernah menyelamatkan nyawaku. Di akhir tahun 2013 lalu ia menemukan tumor di payudara kiriku sebelum berubah menjadi lebih buruk. She’s a my hero. Tentu saja apa yang sudah ia lakukan untukku nggak akan bisa terganti oleh apapun, aku hanya bisa berusaha membuat hidupnya bahagia sampai sisa hidupnya kelak :)

Untukku semua pets yang ada di rumah adalah sahabat. Aku memelihara mereka karena rasa sayang dan keinginan untuk hidup berdampingan dengan sesama makhluk ciptaan Tuhan. Sama seperti kita, mereka juga punya kepripadian yang berbeda-beda. Bahkan punya hobi yang berbeda pula, hihihi. Veggie dulu aktif sekali, ia suka berlari-lari dan bermain ketangkasan. Kemampuan menghapalnya pun sangat baik, banyak sekali trick yang ia kuasai meskipun aku hanya mengajarkannya sesekali. Sedangkan Eris jauh lebih kalem dari Veggie. Ia lebih suka bermanja-manja di kakiku daripada bermain lempar tangkap. Dan yang paling lucu, Eris suka sekali memakai baju dan aksesoris! Well, aku tahu ini di luar kodrat binatang, tapi seperti yang kusebutkan tadi, bahkan binatang pun mempunyai hobi yang berbeda-beda. Eris punya cara sendiri untuk minta dipakaikan baju, bahkan ia punya baju favorit yang selalu ditunggu jika sedang dijemur sehabis dicuci, hihihi. Dengan kepribadian Eris yang unik, sebuah ide pun muncul di kepalaku. Kenapa Eris nggak diikutkan kontes foto untuk anjing saja? Menang atau kalah nggak masalah, hanya untuk bersenang-senang dan memanfaatkan bakat centilnya :)

Dan ketika pemenang dalam berbagai kategori diumumkan nama Eris ternyata ada di dalam daftar. Bukan hanya ada di satu ketegori, tapi dua kategori sekaligus! Eris  mendapatkan juara 2 untuk Top Fashion dan juara 2 untuk Top Moment :D Aku benar-benar nggak menyangka dan terharu... Kecentilan Eris yang membawa berkah, hihihi. Ini adalah kemenangan pertama untuk Eris, makanya aku sangat nggak sabar menunggu paket hadiahnya tiba di rumah. Rasanya ingin cepat-cepat melihat isinya dan menunjukannya pada si mungil kesayanganku itu :)






Di malam harinya, paket akhirnya tiba setelah membuatku, Ibu dan Bapak berpikir bahwa jasa pengiriman mungkin ada keterlambatan. Tanpa menunggu lama kami langsung membukanya. Isinya banyak sekali, karena Eris juara untuk 2 kategori jadi semuanya serba double. Ada 2 kardus dog food, 2 kemasan dental stick, 6 dog treat, 2 sertifikat dan 2 piala! Saking excitednya pialanya langsung dipajang dan Ibu minta aku beli frame untuk sertifikatnya. Padahal sertifikat punyaku dari talkshow 2 bulan lalu saja belum diberi frame, hehehe. Kami benar-benar nggak bisa berhenti bicara tentang betapa bangganya kami pada Eris :)





Meski Eris pasti nggak mengerti dengan piala-piala yang ia terima, tapi aku tetap menunjukannya pada Eris. Hihi, reaksinya lucu sekali. Piala-piala itu diendus-endus dan wajahnya berubah bingung waktu sadar kalau di sana ada fotonya. Ya, piala dan sertifikat hanya untuk dokumentasiku dan keluarga, bagi Eris hadiah yang sesungguhnya tentu makanan dan camilan yang mendadak ia punya dengan jumlah yang banyak, hihihi. Eris menikmati sekali hadiah-hadiahnya, ekornya bergoyang-goyang ketika aku membawakannya dog treat rasa ayam. Melihatnya senang membuatku ikut senang :)





Aku jadi ingat, waktu kecil sempat terpikir bahwa aku satu-satunya orang di dunia yang nggak punya bakat ---bahkan minat. Aku baru menemukan bahwa passionku sesungguhnya di bidang menulis ketika remaja, itu pun secara nggak sengaja dan di saat teman-teman yang lain sudah jauh lebih dulu menemukan passion masing-masing. Tapi melihat Eris membuatku sadar bahwa jangankan manusia, tapi semua makhluk Tuhan pun mempunyai minat dan bakat masing-masing. Juga nggak ada kata terlambat. Memulai sejak dini tentu saja baik, tapi bukan berarti kita akan gagal jika memulainya di usia yang sudah nggak lagi muda. Eris baru mulai menunjukan minatnya pada “fashion” waktu ia berusia 4 tahun ---dalam hitungan manusia setara dengan 28 tahun. Dan ia baru menang kontes pertamanya di usia hampir 6 tahun, atau dalam hitungan manusia setara dengan 42 tahun. Jadi sebelum menyerah atau malu untuk memulai sesuatu dengan alasan ‘usia’, ingatlah dengan sosok mungil yang baru mendapatkan piala pertamanya di usia hampir setengah abad! ;)

Sahabatnya Eris,

Indi

Keywords: golden retriever, kontes anjing, hewan, binatang peliharaan.

 __________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Rabu, 04 Februari 2015

Berkah dari "Karena Cinta Itu Sempurna" :)


Wow... jadi sekarang sudah tahun 2015, hampir 4 tahun sejak novel keduaku, "Karena Cinta Itu Sempurna" terbit. Rasanya seperti baru kemarin, aku masih ingat dengan jelas bagaimana proses menulisnya dan ketika petugas pos mengantarkan copy pertama novel ke rumahku. Rasanya luar biasa :) Semenjak hari itu novel "Karena Cinta Itu Sempurna" sudah dicetak ulang sebanyak belasan kali dan aku (hampir) menerbitkan buku kelima. 

Aku bersyukur sekali mendapatkan kesempatan untuk mengenal dunia tulis-menulis. Diawali dengan novel "Waktu Aku sama Mika" yang berisi kumpulan tulisan tentang hari-hariku bersama Mika (my awesome AIDS fighter), lalu dilanjutkan dengan "Karena Cinta Itu Sempurna" yang merupakan sebuah mini biografi. Aku menceritakan masa kecil ---sejak aku lahir, tumbuh besar, mendapatkan vonis scoliosis, mengenal Mika yang seorang ODHA (Orang dengan HIV/AIDS), masa berpacaran dengannya, sampai lika-liku masa menuju kedewasaanku. 

Novel ini membawa banyak berkah untukku. Selain menjadi inspirasi untuk film layar lebar berjudul "MIKA" (dibintangi oleh Vino Bastian sebagai Mika dan Velove Vexia sebagai aku) dan ikut terbang ke Australia saat film "MIKA" diputar di IFF, dengan novel ini juga memberikanku banyak teman baru. Sejak terbit sampai sekarang aku menerima banyak respon positif melalui email, Facebook, Twitter, bahkan blog "Dunia Kecil Indi" ini. It's amazing, pembaca dari kota, negara, latar belakang yang berbeda tanpa ragu berbagi perasaanya padaku setelah membaca novel "Karena Cinta Itu Sempurna". Ada yang merasa terwakili, ada yang merasa nggak sendirian, ada juga yang menyampaikan dukungannya padaku :)







Melalui novel ini aku terhubung dengan orang banyak. Membuat dunia kecilku menjadi semakin besar. Aku bersyukur sekali karena memutuskan untuk menulis kisahku menjadi sebuah novel. Thank God, I'm blessed. Terima kasih untuk teman-teman pembaca yang memberikanku berkah sebanyak ini. Let's keep sharing :)



blessed girl,

Indi




Note: Novel "Karena Cinta Itu Sempurna" bisa didapatkan Indi Sugar Official Store. Harga novel Rp. 29.000 (termasuk bonus stiker Indi's Friend). Untuk pemesanan SMS atau whatsapp ke 081322339469.
Keywords: penulis novel perempuan Bandung Indonesia, testimoni pembaca.


_______________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469