Kamis, 12 Juni 2014

Petualangan di Taman Safari: "Ketika Memisahkan Diri dari Rombongan" :p

Hai... hai... hai... Apa kabar bloggies? Hahaha, senang rasanya bisa kembali ke dunia kecil gue. Setelah terakhir menulis di sini, gue nggak sempat mampir-mampir ke blog teman-teman. Pasalnya gue lagi sibuk dengan pekerjaan di preschool (dan bertepatan dengan ulang tahun gue juga, hehehe). Padahal biasanya gue menikmati sekali berjalan-jalan sambil membaca cerita-cerita kalian. Makanya gue senang sekali hari ini. Meskipun sebenarnya pekerjaan gue belum 100% selesai, tapi gue putuskan untuk membagi cerita yang tanggal 2 Juni lalu gue alami. Karena mengingatnya membuat gue happy, dan pasti akan menjadi recharge semangat di tengah-tengah deadline yang kadang membuat panas-dingin ini, hehehe.

Di preschool tempat gue bekerja secara rutin mengadakan outing. Lokasinya bermacam-macam, terkadang di dalam kota atau di luar kota. Yang pasti tempatnya selalu edukatif dan child friendly. Bulan ini tempat yang dituju adalah Taman Safari Cisarua-Bogor. Gue sudah beberapa kali ke sana, termasuk waktu merayakan ulang tahun yang ke 15 bersama Ibu dan Bapak. Meskipun sudah lama, tapi itu cukup membuat gue pikir-pikir untuk nggak ikut outing, hehehe. Gue senang berwisata ke suatu tempat, tentu saja. Tapi gue nggak terlalu enjoy jika harus berwisata bersama rombongan. Saat mengunjungi suatu tempat gue sangat suka berjalan-jalan sendiri, mencari-cari hal menarik dan merasa puas ketika menemukannya, bukan karena dtunjukan tour guide :)
Itulah kenapa gue baru menyatakan ikut 2 hari saja sebelum keberangkatan, hehehe.

Kami pergi pagi-pagi sekali karena rencananya akan menonton 3 pertujukan di sana. Meski begitu ternyata kemacetan di hari libur membuat kami tiba saat makan siang. Satu pertunjukan sudah terlewat dan rencana diganti dengan hanya mengejar 2 pertunjukan terakhir. Rombongan berkumpul dulu untuk makan siang, dan meskipun gue nggak terlalu lapar tapi gue tetap mengikuti dari belakang. Ternyata tempatnya cukup jauh dari tempat bis berhenti. Menanjak dan harus menaiki anak tangga yang banyak. Langsung saja gue berhenti dan mulai berpikir untuk memisahkan diri. Gue pikir, “Ah jika gue hilang nggak akan ada yang memperhatikan, toh masih banyak teacher yang lain, hehehe”. Gue mulai memperlambat langkah dan membiarkan teman-teman jalan mendahului gue. Di tengah aksi gue ternyata Miss. Rifa, my best friend di preschool memperhatikan. Dulu kami sempat bekerja di kelas yang sama, jadi wajar saja jika ia sudah hapal dengan karakter gue :p


“Kita cari makan sendiri, yuk!”, gue memberanikan diri mengajak Miss. Rifa.
“Yuk, aku juga mau ke toilet.”
Nggak disanga-sangka ternyata Miss. Rifa setuju. Ia memang belum tahu dengan rencana gue yang ingin berpetualang sendiri, bebas dari ikatan jadwal. Tapi dari bahasa tubuhnya entah kenapa gue yakin jika ia juga merasakan hal yang sama dengan gue. Langsung saja gue merasa sudah menemukan partner berpetualang yang tepat. Gue tahu Miss. Rifa orangnya kalem, jadi ia pasti setuju dengan rencana gue yang ingin menikmati setiap moment. Mengejar pertunjukan dengan waktu yang sempit rasanya terlalu terburu-buru. Sedangkan gue selalu perlu waktu untuk duduk santai dan memperhatikan sekitar.

Sebelum mencari makan siang gue dan Miss. Rifa ke toilet dulu. It was really cold, rasanya mampir ke toilet ketika di perjalanan saja nggak cukup, hehehe. Di sana gue mengirim kabar kepada rombongan bahwa gue dan Miss. Rifa sakit perut, jadi kami harus memisahkan diri, hahaha. I know, I know, itu kebohongan. Tapi rasanya kehadiran kami pun nggak dibutuhkan untuk selalu bersama-sama. Karena murid-murid kami bersama dengan orang tua atau nanny mereka, dan tujuan outing itu untuk bersenang-senang. Well, begini lah cara gue having fun :p 
Gue sengaja nggak sering-sering menengok handphone. Karena dalam hati tetap saja gue khawatir jika ada pesan balasan yang isinya meminta kami kembali, hehehe. Tapi hanya beberapa lama kemudian kami langsung lupa kalau pergi bersama rombongan, karena kami langsung menemukan keseruan kami sendiri. Sambil terkikik-kikik geli kami mengambil foto di toilet. Tepatnya di pantulan cermin. Itu foto pertama dan terakhir kami yang berada dalam 1 frame. Karena sampai akhir dari petualangan kami tetap hanya berdua saja. 


Kami berjalan-jalan sambil melihat-lihat tempat yang menarik. Kami bahkan nggak sungguh-sungguh mencari tempat makan (dan jam makan siang pun sebenarnya sudah lewat, hehehe). Kami masuk ke sebuah cafe yang kebetulan dilewati setelah mampir ke toko suvenir. Gue membeli sebuah bando orangutan untuk Eris, anjing gue yang suka sekali dress up :p Di cafe gue memesan cup noodle yang langsung diiyakan oleh Miss. Rifa. Lucky us, tempatnya nyaman sekali, terletak di lantai 2 yang bersebelahan dengan wahana kincir angin. Hehe, kinda romantic even for a bestfriend :p Di sana nggak ada pengunjung lain, hanya sesekali ada anak-anak yang mengantri untuk naik kincir angin. Gue dan Miss. Rifa menikmati mie sambil mengobrol random. Percakapan kami bercabang kesana dan kemari tapi akhirnya kami membicarakan tentang hewan-hewan di Taman Safari. Gue senang sekali melihat hewan-hewan berkeliaran di sini, meskipun bukan di habitat aslinya, at least lebih baik daripada kurungan di kebun binatang. Tapi gue khawatir dengan kesehatan paru-paru mereka. Bayangkan ada berapa kendaraan yang melewati mereka setiap harinya. Gue berharap dalam waktu dekat Taman Safari punya kendaraan khusus bebas polusi yang bisandipakai oleh pengunjung. Miss. Rifa langsung menimpali imajinasi gue, katanya akan seru sekali jika ada kereta listrik yang bebas polusi udara dan suara. Jadi hewan-hewan akan lebih sedikit mengalami stress dan sehat. Gue setuju sekali. Dengan serius gue berkata bahwa setelah pulang dari sini gue akan langsung menulis surat pada Taman Safari. Hahaha, sungguh percakapan yang rasanya nggak mungkin gue lakukan di depan satu rombongan lengkap :p



Setelah perut kenyang kami langsung berkeliling-keliling kembali. Mau kemana? Well, kami juga nggak tahu. Melihat suasana di sana saja sudah membuat gue senang dan yang terpenting inilah arti liburan sesungguhnya buat gue: bisa santai dan nggak dikejar waktu, hehehe. Gue senang melihat gajah-gajah yang sedang makan wortel. Somehow mereka terlihat ramah dan happy. I want to pet them, tapi petugasnya mengingatkan agar gue tetap berhati-hati meskipun mereka jinak. Jadi gue hanya membelai belalainya yang disambut dengan ‘kecupan’ di pipi gue, hahaha. Yang keren gajah-gajah ini bisa melukis lho, dan hasilnya dijual sebagai suvenir. Lalu gue membaca bahwa dengan membeli suvenir artinya sudah memberikan sumbangan untuk makanan hewan-hewan di Taman Safari. Langsung saja gue dan Miss. Rifa mampir lagi ke toko suvenir. Miss. Rifa membeli sebuah boneka orangutan dan gue membeli 2 buah boneka gantungan gajah yang terbuat dari kain. Senang sekali ya bisa membantu sambil membeli oleh-oleh, hehehe :)



Satu-satunya pertunjukan yang ingin Miss. Rifa lihat adalah Cowboy Show. Ia sudah pernah menontonnya satu kali, tapi katanya gue juga harus lihat karena seru sekali dan cowboy nya ganteng-ganteng (HUAHAHAHA). Sebenarnya sih agak pesimis untuk tiba di pertunjukan tepat waktu karena tinggal 10 menit lagi sebelum di mulai. Rombongan pun sudah berada di sana dan sepertinya mulai merindukan kami, hehehe. Gue dan Miss. Rifa menunggu mobil khusus yang akan mengantarkan kami ke sana. Benar saja, ketika tiba pertunjukan sudah berjalan cukup lama dan kami hanya menonton sekian menit terakhir. Tapi gue sama sekali nggak kecewa, dari beberapa menit saja gue bisa menangkap bahwa pertunjukannya keren. Dan juga merasa lega karena nggak terburu-buru untuk mengejar agar tepat waktu. Jalan menuju tempat pertunjukan menanjak, kalau buru-buru mungkin lutut gue sudah lemas :D


Lucunya ketika keluar dari lokasi pertunjukan ada seorang turis asing yang bertanya apakah gue bisa berbahasa Inggris. Gue bilang bisa sedikit. Ternyata ia memperkenalkan gue dengan 3 orang putrinya yang ingin berfoto bareng gue. Hehehe, gue jadi mehanan geli. Apakah wajah gue ini sangat mewakili Indonesia? Ini bukan kejadian pertama kali. Sudah beberapa kali di tempat wisata ada turis asing yang mengajak berfoto bersama. So random dan memberi gue ide untuk melakukan hal yang sama jika ke negara lain, hahaha.


Gue diberitahu bahwa bis akan berangkat 1 jam lagi. Mungkin bagi orang lain ini waktunya bersiap-siap, tapi bagi gue dan Miss. Rifa ini artinya kami masih mempunyai waktu untuk berpetualang. Kami ke area Baby Zoo. Gue ingat dulu pernah ke sana dan berfoto dengan harimau. Kalau diingat-ingat waktu kecil gue rasanya kok nggak punya rasa takut, ya, hehehe. Kali ini gue hanya ingin melihat-lihat hewan di sana dan sekaligus menikmati udara yang segar. Waktu keluar dari Cowboy Show cuaca sempat mendung dan gerimis sebentar, jadi setelahnya menyisakan udara yang menyenangkan :) Di kebun binatang mini ini gue melihat banyak hewan yang lucu. Ada flamingo yang cantik, burung-burung yang warnanya indah dan lain sebagainya. Saking senangnya gue hanya sempat mengambil beberapa foto. Yang lainnya gue rekam di memory otak saja, hehehe. Sayangnya ada 2 kejadian nggak menyenangkan di sana yang membuat mood gue turun dan sedikit grumpy. Yang pertama, ketika kami di area “hewan malam” ada seorang Bapak (yang saat itu bersama keluarganya) menyorotkan flash light ke arah mata burung hantu. Heran, apa ya yang ada di benaknya dan kenapa ia NIAT BANGET membawa flash light? Padahal sudah jelas bahwa ruangan sengaja dibuat gelap dan gue bahkan nggak berani mengambil foto dengan blitz menyala. Gue beranikan diri untuk menegur. Gue bilang, “Kasihan burung hantunya jangan disorot, nanti silau.” You know what, bapak itu seolah nggak mendengar omongan gue dan meneruskan aksinya sambil melontarkan kata-kata yang ‘menantang’. Silly, buat apa ia menantang burung hantu? Nggak bisakah ia mencari lawan yang seimbang? Anak bapak itu sepertinya malu dan memintanya berhenti. Bahkan anaknya pun nggak bisa membuatnya tersadar, jadi gue langsung mengajak Miss. Rifa keluar.
Yang kedua terjadi waktu kami melihat beberapa harimau putih yang gagah dan cantik. Salah satu dari harimau tampak sedang menggigiti kemasan kosong makanan ringan (sepertinya Taro, tapi gue terlalu jauh untuk membaca merk nya). Tempat sampah ada dimana-mana, tapi entah kenapa masih ada saja pengunjung ignorant yang membuang sampahnya sembarangan. Padahal benda-benda seperti plastik dan kemasan lain bisa menyakiti hewan. Gue mencoba mencari petugas tapi nggak menemukan siapa-siapa dan hanya bisa berdoa semoga si harimau malang itu baik-baik saja. Gue jadi mulai berimajinasi tentang hukuman apa yang pantas bagi si bapak penyorot flash light dan orang yang membuang sampah sembarangan. Tapi gue lalu berusaha menepisnya jauh-jauh dan mencoba berpikir positif. Mereka bisa saja seperti itu karena kurangnya pengetahuan. Well, ya, mungkinkah? Jika mungkin semoga saja mereka mendapatkan pembelajaran secepatnya...






Tapi di luar 2 kejadian penghancur mood itu petualangan gue dan Miss. Rifa terasa sangat menyenangkan dan maksimal. Gue mendapatkan liburan singkat sesuai yang gue inginkan di tengah-tengah banyaknya deadline. Gue bersyukur sekali mempunyai sahabat seperti Miss. Rifa yang bukan hanya kompak saat bekerja tapi juga kompak dalam menciptakan petualangan seru. Mendengar cerita teman-teman di rombongan yang naik wahana ini-itu dan menonton pertunjukan ini-itu sama sekali nggak mempengaruhi kebahagiaan gue. Karena petualangan ini lah yang gue butuhkan! :)


Jungle girl,

Indi


_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Senin, 02 Juni 2014

Hope for Scolioser :)

Syukuran sederhana berkurangnya kurva scoliosis gue :)
Pernah nggak kalian mengalami sesuatu yang kalian pikir nggak akan mungkin untuk dialami sama diri sendiri? No, no, no, ini bukan seperti waktu gue berumur 7 tahun bermimpi untuk bertemu the greatest rock band ever, Aerosmith dan ternyata terwujud 20 tahun kemudian. Tapi gue bicara tentang sesuatu yang sudah divonis mustahil atau kalaupun ada kemungkinan itu keciiiiil sekali. Nah, gue baru saja mengalaminya. Bahkan sambil mengetik tulisan ini pun gue masih belum sepenuhnya percaya karena... mungkin jika ada orang yang posisinya sama seperti gue dan membaca tulisan ini mungkin menganggap too good to be true.

Ini tentang scoliosis. Iya, tentang kelainan tulang belakang yang didiagnosa saat gue berusia 13 tahun dan membuat gue memakai boston brace selama 5 tahun, setiap hari selama 23 jam per hari. Setelah brace dilepas karena tulang gue sudah mature, kurva scoliosis gue memiliki kelengkungan 52 derajat. Pasti setiap scolioser sudah mendengar tentang ini dari dokter, bahwa kurva di atas 40 derajat disarankan untuk mengambil tindakan operasi. Setelah 5 tahun penggunaan brace ternyata kurva gue masih tetap di atas batas “aman” dari pisau bedah. Apalagi setelah tulang gue mature kemungkinan untuk berkurangnya kurva lewat jalan lain selain operasi (baca: bracing, fisioterapi, dll) katanya sudah nggak ada. Good news nya, kemungkinan besar kurva gue nggak akan bertambah buruk. Meski sebenarnya di atas 50 derajat itu rasanya benar-benar nggak nyaman (gue nggak mau bilang buruk, ya, lol).



Meski begitu gue sebisa mungkin menghindari operasi. Proses penyembuhan yang memakan waktu, resiko dan tentu saja biaya menjadi pertimbangan gue. Mengabaikan kata-kata dokter yang menyatakan bahwa “kalau tulang sudah mature tapi kurva mau berkurang ya harus operasi”, gue mencari terapi alternatif. Eh, tapi bukan berarti di luar medis, ya. Maksudnya gue mencari terapi untuk merawat scoliosis gue secara aman dan hasilnya bisa dipertanggung jawabkan. Perjalanan gue dimulai dengan mencoba chiropractic. Awalnya dari Canadian berganti ke Japanese chiropractic. Hasilnya baik, rasa sakit gue berkurang banyak dan siklus menstruasi gue pun menjadi lancar. Tapi sayangnya setiap kali gue libur terapi rasa sakitnya kembali dan setelah melakukan x ray, kurva gue ternyata nggak berkurang.

Banyak yang salah mengartikan bahwa sembuh dari scoliosis = tulang punggung yang lurus. Padahal scoliosis sendiri bukan penyakit, tapi kelainan. Dan kelainan tentu saja nggak bisa disembuhkan, tapi bisa diminimalisir. Bahkan ada beberapa dokter yang berkata jika tulang belakang bengkok sampai 15 derajat, itu nggak bisa dikategorikan sebagai scoliosis karena nggak ada anatomi tubuh manusia yang benar-benar lurus. Bahkan dengan operasi scoliosis pun tetap akan menyisakan sekian derajat, tergantung dari usia pasien dan seberapa besar kurva sebelum operasi. Makanya yang gue cari adalah terapi untuk meminimalisir kurva dan rasa sakitnya, seenggaknya sampai kurva gue di angka “aman”, tanpa perlu melakukan operasi :)



Dan gue pun menemukan spinecor (baca lengkapnya di sini), sebuah soft brace yang bisa dipakai oleh scolioser yang bahkan sudah bertulang mature (bahkan manula!). Bentuknya elastis dan dipakai dibalik baju, berbeda sekali dengan Boston brace yang sebelumnya gue pakai. Jika Boston brace lebih sering disebut sebagai brace yang bisa mempertahankan kurva, spinecor ini malah katanya bisa mengurangi kurva. Jadi pada tanggal 16 Mei oleh Dr. Natalie dari Spine Body Center gue dipasangi spinecor yang harus dipakai selama 6 jam perhari. Untuk memastikan gue diminta untuk x ray, dan hasilnya tentu saja gue masih stuck di 52 derajat, hehehe. Gue diminta untuk kembali lagi 7 hari kemudian dengan membawa hasil x ray terbaru.  Rasanya harap-harap cemas. Boston brace yang kerasnya minta ampun saja nggak berhasil membuat kurva gue berkurang di usia remaja. Bagaimana dengan spinecor yang rasanya lembut dan dipakai di usia dewasa ini?


Dan ternyata miracle happen! Setelah diukur sebanyak 3 kali ---karena gue nggak percaya dengan hasilnya---, kurva gue berkurang 12 derajat. Dari 52 ke 40! Gue hampir menangis waktu mencoba ukur sendiri dan hasilnya tetap nggak berubah. Terharu... Karena gue tahu bahkan dengan operasi pun pasti menyisakan sekian derajat. Dan kurva scoliosis gue berkurang 12 derajat TANPA operasi. Praise the Lord! :’) Dr. Natalie berkata bahwa setiap pasien pasti hasilnya berbeda-beda, tergantung usia, besarnya kurva dan lain sebagainya. Gue bisa berhasil karena kedislipinan gue memakai spinecor. Gue memakainya sesuai aturan sehari, saat bekerja, menulis bahkan bermain dengan Eris. Ternyata benar apa yang dikatakan Dr. Natalie, dengan spinecor semakin banyak bergerak justru membuat hasilnya lebih maksimal :)

Sebagai ungkapan rasa syukur, ketika sudah di Bandung gue mengundang Ray untuk mengadakan syukuran bersama. Ray membawakan gue kue tart dan gue menyiapkan cemilan untuk berdua. Sederhana, tapi yang penting ada sesuatu yang bisa dikenang. I love celebrating something, meskipun sebuah pencapaian kecil karena membuat semangat gue jadi terpacu. Dan gue sama sekali nggak pernah menyangka akan merayakan berkurangnya kurva gue. Yay, 40 derajat! Sudah di batas aman pisau bedah, hehehe. Thank God :)

Ray sedang menikmati kue tart :)

Me and my Ray. We're really thanking God! :)

Gue mau menikmati masa-masa pencapaian ini dulu, tapi bukan berarti gue akan berhenti berusaha. Perjalanan gue masih panjang, masih 18 bulan lagi sampai brace gue bisa dikurangi frekuensi pamakaiannya. Dengan hasil seperti ini gue semakin optimis dan semangat memakai spinecor. Dokter dulu memang pernah bilang bahwa tulang gue yang sudah mature ini nggak bisa dikurangi kurvanya kecuali dengan jalan operasi, tapi ternyata spinecor bisa. Menjadi seorang solioser memang bukan hal termudah di dunia, tapi selalu ada jalan. Dan spinecor lah jalan gue :)

Sebelum bracing dan setelah bracing, 7 hari kemudian :)

Gue merasa blessed sudah menemukan spinecor dari Spine Body Center. Harganya memang nggak murah, tapi hasilnya sepadan. Gue bisa menjadi lebih produktif dan bugar. Lagipula jika dibandingkan dengan biaya operasi, spinecor jauuuh lebih terjangkau ;)
Jika ada teman-teman yang membaca post ini seorang scolioser atau mengenal seseorang yang scoliosis, coba deh sarankan untuk ke Spine Body Center di APL Tower lantai 25 (sebelah Central Park Mall) di Jakarta. Atau bisa telepon dulu ke 021-2933 9295. Jangan dulu takut atau menyerah karena usia dan besarnya kurva. Selalu ada harapan! :)


Blessed girl,


Indi

_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Selasa, 27 Mei 2014

Cerita Seru dari Workshop "Dari Menulis Menjadi Buku" :)

Lovely banner :)


What I wore? Bow hair and dress: Toko Kecil Indi (my DIY) | Bag: Columbus | Socks: Hani&Robert's | Shoes: Gosh

Hi Bloggies! Yay, weekend ini terasa lebih panjang :D Well, hari senin nggak libur sih, tapi at least jadi punya waktu istirahat ekstra di hari selasa, kan? Hehehe. Gimana nih kabar teman-teman? Semoga semuanya sehat, ya. Gue sendiri sehat-sehat saja dengan proses adaptasi dengan si brace keren alias spinecor. Tadi sore juga habis antar Eris ke dokter hewan karena kurang enak badan dan dilanjutkan dengan merayakan ulang tahunnya yang ke 5 :D Tapi soal spinecor dan Eris akan gue ceritakan nanti, sekarang gue mau bercerita tentang pengalaman menjadi bintang tamu di workshop menulis.

Mungkin teman-teman sudah ada yang tahu bahwa tanggal 18 Mei lalu gue diundang ke workshop "Dari Menulis Menjadi Buku" di Celebrate Cafe Bandung. Workshop ini adalah event yang diselenggarakan oleh Buttermint. Meskipun ini adalah event pertama mereka tapi gue excited sekali karena gue selalu senang jika diminta berbagi tentang dunia kesukaan gue, yaitu dunia menulis :) Seperti biasa, waktu itu gue diantar Bapak. Kami sebenarnya sedang nggak terlalu fit karena baru saja pulang dari Jakarta (tampak jelas dari "mata panda" gue, lol), tapi ketika Bunda Zaski yang mengisi segmen pertama berkata bahwa seluruh pesertanya antusias, wajah lelah gue langsung bercahaya, hahahaha :D




Setelah menunggu selama sekitar 30 menit (gue berada di segmen 2, setelah makan siang) MC memanggil gue untuk berbicara di depan para peserta. Coba tebak siapa MC nya! Lagi-lagi Ray. Meskipun ini yang pertama untuk acara workshop tapi dia memang sering menjadi MC gue ketika meet and greet, hahaha. Romantis sekali, kan :p Rupanya Ray sudah membacakan profil gue untuk para peserta, jadi gue tinggal menambahkannya saja. Berbeda dengan meet and greet yang seluruh audience nya sudah mengenal gue, di acara workshop gue sama sekali nggak tahu dengan siapa gue berhadapan. Makanya senang sekali ketika tahu bahwa mereka ternyata sudah tahu dengan karya-karya gue :)




Gue mengenalkan diri sekilas lalu dilanjutkan dengan tanya jawab dengan Ray alias MC. Kebanyakan pertanyaan seputar proses pembuatan novel-novel plus sebuah buku edukatif gue. Gue menjawab semuanya dengan semangat karena meskipun pesertanya nggak banyak, tapi terlihat sekali bahwa mereka antusias. Bahkan ketika segmen tanya jawab dengan audience ada beberapa diantara mereka yang bertanya lebih dari 2 kali, lho! Hehehe :)




Asyiknya, suasananya santai dan tanya jawab lebih terasa seperti sesi sharing. Gue juga mengalami apa yang para peserta alami: writers block, bingung dengan segmen, dll. Tapi gue selalu percaya apapun yang dimulai dari hati dan dikerjakan sungguh-sungguh pasti akan ada jalan :) Gue berbagi tentang apa yang gue ketahui di dunia penerbitan buku. Misalnya tentang berapa jumlah minimal halaman, bagaimana cara mengirimnya dan berapa lama batas waktu jika kita ingin mengirimkan naskah yang sama pada penerbit lain. Gue jawab apa yang gue tahu, kalau nggak tahu ya gue bilang, nggak ngarang jawaban, hehehe :p 


Ada bertanya bagaimana sebuah karya bisa dihargai. Gue menjawab bahwa karya yang dihargai adalah karya yang santun. Kalau isinya menghina atau malah plagiat, ya wajar kalau nggak disukai. Dan menurut gue yang terpenting saat menulis kita menghargai dulu karya sendiri, dalam artian nggak "asal-asalan", karena seriously, orang yang membaca bisa merasakan lho kalau penulisnya terburu-buru atau asal bikin karena dikejar deadline, hehehe.

Pertanyaan demi pertanyaan terus mengalir sampai tanpa terasa waktu sudah habis. Gue dan peserta dipersilakan untuk snacking sebelum sesi penutup. Meski judulnya snack time tapi ada juga beberapa peserta yang menghampiri gue untuk melanjutkan tanya jawab. Benar-benar seru :D Setelah itu seluruh peserta dan pendukung acara dipanggil untuk berfoto bersama lalu ditutup dengan penyerahan sertifikat. Senang rasanya melihat wajah-wajah gembira mereka. Gue harap semuanya pulang dengan hal-hal baru yang positif, termasuk gue yang mendapatkan teman-teman baru :)





Gue senang dan bersyukur sekali bisa terlibat di acara seperti ini karena selain bermanfaat juga super fun. Terima kasih kepada Buttermint yang sudah mengundang gue, semoga akan ada lagi event-event keren seperti ini ya! ;)

Video ketika menjawab salah satu pertanyaan peserta :)



Jika teman-teman ingin menikmati karya-karya gue, berikut list nya:
- Waktu Aku sama Mika (novel): dapatkan di Gramedia, Togamas dan berbagai toko buku online
- Karena Cinta itu Sempurna (novel): dapatkan di Gramedia, Togamas dan berbagai toko buku online
- Guruku Berbulu dan Berekor (novel, dengan royalti yang disumbangkan): dapatkan di Gramedia, Togamas dan berbagai toko buku online
- Conversation for Preschoolers (buku edukatif): dapatkan di Gramedia, Social Agency, Gunung Agung dan Tisera. Atau SMS/whatsapp ke 085643521823
- MIKA (film dengan sutradara Lasja Susatyo, dibintangi Vino Bastian dan Velove Vexia): dapatkan di Disc Tarra, Gramedia, Carrefour dan berbagai toko CD. Say NO bajakan, please! :)

salam,

Indi

Selasa, 20 Mei 2014

My "Super Awesome" New Scoliosis Brace :D

Howdy do, bloggies! It's been awhile ya aku nggak cerita tentang scoliosis? Well, meskipun nggak cerita bukan berarti aku nggak peduli, dan tentu saja bukan berarti scoliosisku hilang, hihihi. Sesuai dengan slogan para scolioser "Sekali scoliosis tetap scoliosis", tentu saja sampai kapanpun aku akan merawat my lovely spine, karena kami akan bersama-sama selamanya :D 

Mungkin teman-teman sudah ada yang tahu tentang perjalanan scoliosisku lewat novel "Waktu Aku sama Mika", "Karena Cinta itu Sempurna" atau pun film "Mika". Tapi jika belum, singkatnya bisa diceritakan seperti ini: Waktu usiaku 13 tahun aku menyadari bahwa tulang punggungku terlihat menonjol sebelah. Bukan itu saja, payudara sebelah kananku pun terlihat agak masuk ke dalam. Langsung saja aku bilang pada Ibu dan Bapak. Di hari yang sama, aku dibawa ke dokter spesialis tulang, dan di sana ketahuan bahwa aku scoliosis dengan kurva 35 derajat (tingkat sedang). Dokter menjelaskan bahwa scoliosis bukan penyakit, tapi kelainan tulang belakang. Jadi nggak ada obatnya, tapi bisa dikoreksi dengan jalan bracing atau operasi. Berhubung aku masih tahap pertumbuhan, jadi dokter menyarankan untuk bracing. Waktu itu brace yang kupakai tipe Boston.

Setelah pemakaian brace, bukan berarti tanpa masalah. Proses adaptasinya lumayan mengharu-biru, hehehe. Pasalnya brace yang kaku dan tertutup itu harus dipakai setiap hari selama 23 jam. Yup, termasuk tidur dan sekolah. Aku hanya melepas brace ketika mandi dan terapi berenang. Dokter bilang brace ini harus dipakai sampai aku berusia 18 tahun alias sampai tulangku berenti tumbuh. Di usiaku yang masih 13 tahun menunggu tulang berhenti tumbuh itu rasanya seperti selamanya, hehehe. Meski reaksi scolioser terhadap brace berbeda-beda (ada yang mau patuh memakainya, dan ada juga yang menolak) tapi aku yakin mereka pasti setuju kalau brace menimbulkan perasaan sesak dan pegal. Dan bonus karena kulitku sensitif, brace meninggalkan tato permanen di beberapa bagian (saingan sama Mika, hehehe).

Aku di film Mika, diperankan oleh Velove Vexia

Karena bentuknya yang bulky dan kaku Boston brace ini susah sekali disembunyikan di balik baju. Well, bukannya aku malu. Aku bangga kok sebagai scolioser karena seperti itulah Tuhan menciptakanku :) Tapi terkadang aku ingin diperlakukan sama tanpa orang melihat terlebih dulu tampilan fisikku. Sekalipun aku memakainya di balik baju, rasanya nggak nyaman. Tank top atau kaos dalam yang tipis nggak bisa melindungi gesekan brace di kulitku. Aku yakin nggak setiap scolioser merasa seperti ini, tapi sekali lagi, mungkin ini karena kulitku super sensitif. Itulah kenapa aku sering memakainya di luar baju. Jadi kalau ada yang pernah menonton film Mika dan berkomentar "style" ku (diperankan oleh Velove Vexia) itu aneh, kenyataannya memang begitu. Bukan filmnya yang mengada-ada, hihihi :)

Waktu aku berusia 18 tahun dan akhirnya boleh lepas brace ternyata scoliosisku belum juga jinak. Kurvaku bertambah menjadi lebih dari 40 derajat (tingkat tinggi) dan sekarang sudah sekitar 52 derajat (sangat tinggi). Keberhasilan Boston brace memang berbeda-beda pada setiap scolioser. Ada yang berhasil atau seenggaknya menjaga kurva agar nggak bertambah, ada juga yang mengalami sepertiku. Tapi aku nggak merasa 5 tahun bracing sia-sia karena aku sudah berusaha, bukannya membiarkan :) 
Karena tulangku sudah mature, bracing sudah nggak ada gunanya lagi. Tapi kemungkinan bertambahnya kurva juga semakin kecil. Aku diberikan 2 pilihan oleh dokter: operasi (yup, kurva di atas 40 biasanya disarankan begitu) atau dirawat dengan terapi agar aku tetap fit sampai tua (lol) dan mengurangi rasa sakit. Aku pilih untuk nggak operasi dan mencari jalan agar scoliosisku membaik. Aku yakin sebagai scolioser aku tetap bisa hidup produktif :)

My lovely spine :)

Lalu datanglah hari itu, hari di mana aku melihat foto yang mengubah hidupku (lebay, hahaha). Entah darimana awalnya, tapi aku menemukan foto Lourdes, anaknya Madonna yang katanya mengidap scoliosis! Di keterangan foto ditulis bahwa ia menggunakan spinecor alias soft brace. Eh, wait! Brace? Aku nggak melihat ada yang bulky di balik baju Lourdes. Langsung saja aku memperhatikan dengan seksama dan menemukan bahwa ada sabuk yang mengintip di balik T shirt nya. Hmm, inikah yang dinamakan spinecor? Brace macam apa ituuuuuuu? *camera zoom in-zoom out ala sinetron, lol*

Lourdes dengan brace nya yang bikin iri, hihihi :)

Dari hasil googling sana-sini, aku jadi tahu bahwa spinecor adalah soft brace untuk pengidap scoliosis. Iya, sesuai namanya, brace yang ini benar-benar halus dan elastis, jadi nggak terlihat di balik baju dan yang terpenting sama sekali nggak mengganggu aktivitas sehari-hari. Berbeda dengan Boston Brace, spinecor tetap efektif untuk dipakai oleh scolioser dewasa dan berkurva besar. Wah, aku jadi ingin mencoba! Syukurlah lewat bantuan internet aku jadi tahu bahwa spinecor sekarang juga sudah ada di Indonesia. Tepatnya di Spine Body Center Jakarta :)

Ditemani oleh Bapak aku langsung membuat janji dengan Dr. Natalie di Spine Body Center. Berhubung dulu sudah pernah memakai brace, aku langsung siap-siap untuk proses panjang yang nggak nyaman. Tapi ternyata ini berbeda. Aku memang melewati proses pembacaan X Ray dan pengukuran dulu, tapi prosesnya cepat, seperti sedang fitting baju :D Sekitar 2 jam semuanya selesai dan aku langsung dapat bekal untuk exercise di rumah dan panduan gambar kalau-kalau aku lupa cara memasang spinecor nya (tenang, semuanya diberi label nomor, kok *wink*). Asyiknya lagi aku nggak harus nostalgia dengan pemakaian 23 jam sehari, tapi ini cukup 6 jam sehari dengan waktu yang bisa dipisah dan seminggu hanya 4 kali. Tentu saja setiap scolioser akan berbeda, tapi Dr. Natalie menjamin spinecor tentu jauh lebih nyaman dari Boston brace :)

Back Up Clinic, sekarang menjadi Spine Body Center

Begitu dipakai “punuk” ku langsung "hilang" :)

Asyik, aku sama Lourdes brace nya kembaran, hahaha :p

Selama perjalanan pulang Bandung-Jakarta yang macet aku memakai spinecor. Aku dan Bapak hampir nggak percaya karena sebelumnya kami juga pernah mengalami ini, waktu pulang sehabis membuat Boston brace dulu. Bedanya kali ini aku duduk di mobil tanpa keluhan dan benar-benar happy. Nggak ada perasaan gatal di kulit apalagi pegal. Rasanya hampir sama seperti memakai baju renang. Ada perasaan ketat tapi nggak mengganggu. Lucunya waktu sampai di rumah Ibu bertanya mengapa aku nggak pakai brace. Hehehe, rupanya spinecor ini memang nggak terlihat di balik baju :D

Tipis banget kan? Benar-benar nggak nampak di balik baju :D


Ini adalah hari ke dua pemakaian spinecor. Aku masih tetap merasa nyaman dan sama sekali nggak terganggu untuk beraktivitas. Tadi siang aku menjadi bintang tamu di acara workshop menulis dan nggak ada seorang pun yang sadar bahwa di balik dress centil ku ada brace, hihihi. Aku bahkan sekarang mengetik tulisan ini sambil memakai spinecor, padahal dulu brace lamaku benar-benar musuhan sama komputer :p 
Menurut Dr. Natalie spinecorku harus dipakai selama 18 bulan (yup, bukan 5 tahun, lol) dan setelah itu hanya dipakai sesekali. Aku optimis bahwa spinecor bisa meningkatkan kualitas hidupku dengan mengoreksi scoliosisku. So, wish me luck, guys. Selalu ingat, bahwa scoliosis memang nggak bisa disembuhkan tapi BISA dikoreksi. Go scolioser go! :D

Oh, iya untuk teman-teman scolioser yang ingin tahu lebih banyak tentang spinecor, silakan ke Spine Body Center di APL Tower lantai 25 (sebelah Central Park Mall). Nggak perlu khawatir masalah waktu, mereka buka setiap hari kok. Untuk yang di luar kota bisa telepon dulu ke 021-2933 9295. Atau kontak saja mereka lewat twitter dan facebook ;)


yang dibilang spesial sama Mika,

Indi


Keywords: pengobatan skoliosis, terapi skoliosis Bandung Jakarta, selebriti dengan skoliosis.


_________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Jumat, 16 Mei 2014

Me on TV :)

Yay, long weekend! Hehehe, sebenarnya bukan sih, tapi gue beruntung sekali karena di hari Jumat nggak perlu bekerja. Pasalnya gue harus ke Jakarta untuk pembuatan soft brace (for my lovely scoliosis) jadi gue diizinkan untuk nggak masuk bekerja di preschool :D *senyum lebar*
Nah, sebelum gue tidur untuk bersiap-siap di pagi hari nanti, gue mau share sesuatu yang gue temukan di internet, nih. Beberapa waktu lalu gue menemukan... gue sendiri! Hehehe :p Maksudnya, gue menemukan video-video waktu gue tampil di TV. Well, nggak semuanya, sih, tapi cukup membuat gue senang karena dari 4 video ini, hanya 2 yang gue sempat nonton di TV. Sedangkan 2 lainnya malah diberitahu oleh teman-teman, pembaca atau saudara :) Terima kasih banyak untuk yang sudah mengunggah video-video ini ke YouTube dan mengizinkan gue untuk mengcopynya :D 
Ini dia video-video yang gue temukan dan sudah dipindahkan ke akun pribadi gue. Check this out! ;)

1. IMAH ~ STV (1 Oktober 2010)
Video ini satu-satunya yang bukan gue temukan di internet, tapi di komputer Bapak, hehehe. Beliau menyimpannya karena tayangan ini membahas tentang rumah kami, yang mana memiliki banyak kenangan untuk beliau. Sayangnya resolusi videonya nggak begitu baik, mungkin karena sudah diresize untuk masuk ke memory komputernya yang nggak begitu besar.



2. Rossy episode Menembus Batas ~ Global TV (6 Oktober 2010)
Video ini merupakan penantian yang panjang! Bayangkan saja, gue sudah shooting pada bulan Agustus 2010 dan baru ditayangkan 2 bulan kemudian. Ketika episode ini tayang, gue langsung meminta copy videonya, tapi sampai berbulan-bulan kemudian belum mendapatkannya. Akhirnya, teman gue, Habibie Afsyah yang juga menjadi bintang tamu acara ini menghubungi pihak Global TV untuk meminta videonya. Ya, mereka memang mengirimkannya pada Habibie, tapi sampai sekarang, 4 tahun kemudian gue belum menerimanya! Hahaha :'D Syukurlah tahun lalu Mama Habibie memberitahu gue bahwa beliau sudah mengunggahnya ke Youtube :)



3. Galeri ~ B Channel (Maret atau April 2013)
Waktu acara ini tayang di TV gue nggak bisa menontonnya karena di rumah gue nggak ada B Channel. Gue bahkan nggak tahu kapan tepatnya ditayangkan (makanya gue tulis antara bulan Maret atau April, hehehe). Gue diberitahu oleh beberapa teman di twitter yang tanpa sengaja melihat gue di TV. Langsung saja gue meminta Greensmile (penyelenggara event yang sedang diliput) untuk meminta izin pada B Channel untuk mengunggah videonya di Youtube :)



4. Spotlite episode Kisah Hebat Manusia dan Hewan ~ Trans 7 (20 Maret 2014)
Sepertinya diantara video-video yang gue temukan, ini yang paling unik. Pasalnya gue bahkan nggak tahu kalau gue masuk TV. Waktu teman-teman, saudara dan pembaca memberitahu bahwa mereka melihat gue di Trans 7, gue bingung bukan main. Acara apa? Shooting kapan? Dalam rangka apa? Masa gue ada paparazzi yang diam-diam ambil gambar gue, hahaha :D Setelah bertanya pada pihak Trans 7 dan nggak dapat respon akhirnya gue temukan video ini di akun Poke TV New. Rasa penasaran gue langsung terobati, ternyata pihak Trans 7 mengambil gambar gue dari akun YouTube gue, beberapa media dan juga blog ini. What a nice surprise! :D



Well, ya itulah beberapa video yang berhasil gue temukan. Gue harap gue bisa menemukan sisanya untuk disimpan di file pribadi. Siapa tahu nanti bisa gue tunjukan pada anak gue, hahaha (jauh banget ya mikirnya, lol). Jika diantara teman-teman pernah menemukan atau malah punya video Hati ke Hati, Stiletto, Mojang-Majeng dan High Heels episode Indi Taufik di STV, Warna episode Eksis dengan Scoliosis di Trans 7, iLook konser Mika di NET TV dan liputan konser Mika di Trans 7, tolong hubungi gue ya :) 

Okay, sekarang waktunya gue beristirahat. Selamat menikmati weekend ya, teman-teman. Semoga bisa diisi dengan kegiatan yang bermanfaat. Dan kalau bingung mau kemana tanggal 18 Mei nanti, mending ikut workshop menulis bareng gue di Bandung saja, yuk. Untuk pendaftaran bisa SMS/whatsapp di 081312027870/085720521903. Dijamin seru sekaligus bermanfaat! Hehehe. Good night! :)


xx,

Indi


_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Minggu, 11 Mei 2014

Datang Yuk ke Workshop "Dari Menulis Jadi Buku" :)



Hai teman-teman! Gue punya kabar yang menyenangkan, nih. Tanggal 18 Mei nanti gue diundang sebagai bintang tamu di workshop "Dari Menulis Jadi Buku". Acaranya akan diadakan di Cafe Celebrate Bandung. Selain bisa ngobrol-ngobrol seru dan berbagi cerita tentang bagaimana gue bisa menerbitkan buku, teman-teman yang hadir juga akan mendapatkan ilmu kepenulisan dari Bunda Herafi Zaskia :) Buat yang kangen dengan duet gue dan Ray juga boleh, karena di acara ini Ray kembali menjadi MC, hehehe.

Pokoknya selain seru acara ini juga dijamin kaya manfaat, hihihi. Yuk ditunggu kehadirannya, jangan lupa ajak teman-teman yang lain. Workshop ini untuk umum. Pelajar, mahasiswa, bahkan yang sudah bekerja pun boleh ikut, karena meski judulnya 'belajar' tapi tetap santai dan fun :)
Untuk pendaftaran silakan SMS atau whatsapp ke 081312027870/085720521903 (Dipo). Secepatnya, ya, karena tempatnya terbatas ;)

Sampai ketemu tanggal 18 Mei nanti! :)

sugarpie honey girl,

Indi




"Dari Menulis Jadi Buku" dipersembahkan oleh Buttermint dan disponsori oleh Celebrate Cafe, Papyrus Photo dan JKT 66


 ______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Contact person: 081322339469

Minggu, 27 April 2014

Hadiah-Hadiah untuk Eris :)

What I wore? Sweater: GoGirl | Dress: (lupa, lol) | Shoes: FLD 
Eris dan dress barunya yang secara nggak sengaja kompak dengan gue :)

Jumat tanggal 25 April lalu, ketika baru pulang kerja, gue dapat kabar dari Ibu dan Bapak bahwa Eris, anjing golden retriever kami kedatangan seorang tamu yang istimewa. Pemilik lamanya, jauh-jauh dari Jakarta sengaja datang ke Bandung untuk menemuinya. Ah, sayang sekali gue nggak sempat bertemu dengannya :( Padahal gue dan ibu yang baik hati itu cukup sering berkomunikasi via BBM. Ibu langsung bercerita dengan semangat tentang bagaimana proses Eris mengenali pemilik lamanya itu. Setelah 4 tahun, ini adalah pertama kalinya mereka bertemu kembali. Katanya, Eris awalnya kebingungan. Tatapannya seperti sedang berpikir dan menjaga jarak. Namun setelah disodori tangan dan mengendus baunya, ternyata Eris masih mengenali pemilik lamanya! Menurut cerita Ibu, ekspresi wajah Eris terlihat senang dan membuat gerakan seperti ingin memeluk. Pemilik lamanya sampai mengeluarkan air mata karena terharu... Ah, gue benar-benar berharap ada di sana :')



Kisah bagaimana Eris bisa menjadi bagian dari keluarga kami memang ajaib. Jadi 4 bulan setelah kepergian Veggie, anjing golden retriever keluarga gue karena epilepsi, seorang ibu menawarkan anak anjing golden retrievernya untuk diadopsi. Gue sangat terkejut karena hati gue rasanya belum bisa menerima jika ada yang 'menggantikan' Veggie. Terlebih, biaya pengobatan Veggie sebelum pergi membuat tabungan gue hampir habis, sama sekali nggak terpikir untuk membeli anjing lain. Tapi lalu katanya Eris akan diberikan pada gue secara cuma-cuma karena ibu itu yakin gue akan sangat menyayanginya. Nggak menunggu lama, gue dan Ibu menjemput Eris ke Jakarta. Waktu itu kami disambut oleh 3 ekor anjing golden retriever, tetapi hanya 1 ekor yang langsung menghampiri gue dan memberikan jilatan sayang. Anjing itu bernama Eris :)



Katanya, gue dan Eris itu berjodoh untuk menjadi sahabat. Dan benar saja, tanpa sedikitpun melupakan Veggie, Eris membuat hati gue kembali terasa hangat. Hari-hari gue menjadi lebih gembira dan bersemangat. Sejak hari pertama kami bertemu disaat usianya 9 bulan, sampai sekarang ketika usianya hampir 5 tahun, rasa sayang gue semakin bertumbuh dan ikatan persahabatan kami semakin kuat. 
Ibu bercerita, pemilik lama Eris bersyukur sekali karena gue merawat Eris dengan baik. "She's a lucky dog", begitu katanya. Padahal andaikan ia tahu, gue lah yang beruntung. Gue nggak tahu dimana gue sekarang seandainya saja nggak pernah bertemu Eris. Eris lah yang menemukan tumor di payudara gue sebelum semuanya terlambat. She's my bestfriend. My hero!



Masih menurut Ibu, pemilik lama Eris menitipkan sesuatu. Sebuah bungkusan plastik yang dilipat dua. Waktu gue bertanya apa isinya, Ibu berkata, "lihat saja sendiri". Ternyata isinya sebuah dress cantik untuk Eris! Warnanya abu-abu dan hitam, di bagian belakangnya tertulis "ERIS". Terharu sekali rasanya mengetahui dress ini khusus dipesan untuk Eris :') Langsung saja gue pakaikan pada Eris. Seperti biasa, Eris selalu senang jika dipakaikan baju atau aksesoris. Kaki depannya menggapai-gapai berusaha masuk ke lubang lengan, lalu berputar-putar dengan bangga. Melihat anjing lucu itu bahagia membuat perasaan bahagia gue menjadi berlipat-lipat :) Lucunya gue baru sadar bahwa sedang memakai baju yang warnanya senada dengan Eris. Hihi, she's my soulmate! ;)


Lalu Ibu teringat sesuatu, katanya Bapak menerima sebuah paket yang ditujukan untuk gue. Merasa nggak sedang menunggu kiriman apapun, gue jadi penasaran dan langsung mengambil paket yang dimaksud. Ternyata itu bukan untuk gue, tapi Eris! Isinya 2 buah kaleng dogfood yang berada di dalam tas tangan berwarna merah dari Alpo-Purina Indonesia. Ya, ampun Eris dapat banyak rezeki. Dengan perasaan excited gue tunjukan paket tersebut pada Eris. Ia mengendusnya sekilas lalu kembali berlari di halaman. Rupanya ia nggak bisa mencium aroma daging dari balik kaleng :D 

Terima kasih ya Alpo-Purina. Eris menikmati makan malamnya! :)

Meski Eris nggak bisa bicara (well, maksudnya dalam bahasa manusia, lol) tapi gue bisa melihat dengan jelas bahwa ia sangat bahagia. Ia nggak mau melepas dress barunya sampai sore dan sangat menikmati makan malam dengan dogfood barunya. Tuhan memang sudah pasti menyayangi makhlukNya, termasuk hewan. Manusia dan hewan memiliki rezeki masing-masing. Semuanya punya berkah, punya cara untuk bahagia. Gue sudah mempercayainya dari dulu, tapi Eris membantu gue lebih memahaminya.
Ah, selamat menikmati hadiah-hadiahmu, Eris. Terima kasih sudah hadir di kehidupan gue :)

blessed girl,

Indi

 _______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469