Selasa, 30 Juni 2015

Puasa ala Little Indi :)

Siang ini terik sekali. Pohon-pohon dan bunga-bunga yang ditanam oleh Ibu di halaman rumah ternyata masih kalah oleh matahari yang nampaknya sedang happy karena sinarnya berseri-seri sekali, hehehe. Kalau sudah begini gue jadi membayangkan teh manis dingin yang dicampur sedikit susu. Yumm, pasti nikmat sekali membasahi tenggorokan gue yang kering. Eh... tapi jangan dulu, gue sedang puasa, ---harus tunggu dulu sampai adzan magrib berkumandang :D  Kalau suasananya seperti ini gue jadi ingat waktu kecil, waktu belajar puasa. Can’t believe how time flies... Sekarang hati gue bisa dengan mantap mengingatkan agar gue menahan diri. Tapi kalau dulu... jangankan hati, diingatkan Ibu pun pertahanan gue tetap goyah, hahaha.

Ibu dan Bapak nggak pernah memaksakan gue untuk berpuasa. Mereka memastikan gue mengerti dengan maknanya sebelum ikut-ikutan menahan haus dan lapar. “Kalau datangnya bukan dari hati, ---hanya karena ikut-ikutan,--- bisa puasa sampai magrib pun itu percuma,” begitu kata Bapak. Jadi  waktu teman-teman sudah mulai puasa, gue dulu cuek saja makan es krim di tengah hari. Gue baru mengerti makna puasa di usia 9 tahun, itu pun sebatas penjelasan sederhana dari Ibu. “Kita berpuasa agar selalu ingat bahwa Tuhan sayang sama kita, Indi. Kita beruntung, diberi rezeki untuk makan 3 kali sehari. Satu bulan dalam satu tahun saja kita harus menjalankan ini, sementara ada orang lain yang hanya makan 1 kali sehari, ---meskipun sedang nggak berpuasa.” Sejak saat itulah gue mulai berlatih berpuasa, dimulai saat sahur dan berbuka ketika adzan dzuhur berkumandang.

Meskipun sudah mulai mengerti dengan makna puasa, pada kenyataannya gue masih sering tergoda. Baru jam 9 pagi perut gue sudah bunyi dan mengeluh lapar pada Ibu. Biasanya beliau langsung mengalihkan perhatian gue dengan mengajak beraktivitas, seperti menonton televisi atau bermain di luar. Tapi tentu saja itu nggak bisa dilakukan setiap hari karena selain sebagai ibu rumah tangga beliau juga seorang wanita karir. Meskipun letak kantornya nggak jauh-jauh, sih, masih di dalam rumah, hehehe. Ibu mempunyai butik yang dikelola sendiri setelah sebelumnya pernah bekerja di sebuah perusahaan. Beliau ingin tetap dekat dengan keluarganya tapi juga nggak meninggalkan hobi mendesain pakaiannya. Maka dengan bantuan Bapak dirombaklah ruang tamu kami menjadi sebuah butik mungil :)

Bagian rumah yang disulap menjadi butik mungil Ibu :)

Jika Ibu sedang bekerja terkadang gue bertemu dengan beberapa pelanggannya. Maklum letak butik yang berdekatan dengan ruang TV membuat gue sering lalu-lalang di sana. Rata-rata pelanggan Ibu adalah para ibu muda, dengan anak yang usianya nggak jauh dengan gue. Mungkin karena itulah mereka sangat baik pada gue. Pernah suatu kali gue sangat-sangat-sangaaaaat haus, padahal baru jam 10 pagi. Dengan wajah lesu gue masuk ke butik Ibu dan langsung duduk di sofa, ---tanpa melihat kalau sedang ada tamu di sana. Tamu Ibu, yang ternyata orangtua dari teman sekelas gue langsung menatap gue khawatir dan bertanya mengapa gue kelihatan lesu. Secara spontan gue menjawab, “Aku haus” yang rupanya terdengar sangat memilukan, hahaha. Singkat cerita, tamu Ibu tersebut tahu bahwa gue sedang berlatih puasa. Segera gue dihujani oleh pujian, katanya gue hebat karena putranya hanya berpuasa sampai jam 9 saja. Ia berkata pada Ibu bahwa lebih baik gue nggak perlu ikut berpuasa dulu. “Kasihan, lihat wajahnya sampai pucat,” begitu katanya. Mungkin karena merasa nggak enak dengan tamunya, Ibu pun mengizinkan gue untuk berbuka puasa. 

Little Indi :)

Ide nakal pun muncul di kepala gue. Hari-hari setelahnya setiap kali merasa mulai haus atau lapar, gue masuk ke butik Ibu sambil memasang wajah lesu. Bisa ditebak, tamu-tamu Ibu langsung memberika tatapan simpatik, bahkan nggak jarang ada yang memberikan gue macam-macam jajanan. Gue yakin perasaan Ibu pasti bercampur aduk, antara bangga karena anaknya dibanjiri pujian, tapi juga jengkel karena gue memanfaatkan bakat acting untuk menarik simpatik, hehehe.  Alhasil puasa gue banyak yang bolong. Tapi Ibu nggak pernah menegur apalagi memarahi, beliau hanya mengingatkan bahwa Tuhan selalu tahu kalau gue pura-pura lapar atau bersungguh-sungguh.

Sampai sekarang Ibu masih mengingat dengan jelas apa yang dulu gue suka lakukan di butiknya. Kadang-kadang beliau bercerita tentang ini pada kerabat atau saudara-saudaranya, ---well, sepertinya Ibu menganggap ini kenangan yang lucu. Gue pun terkadang menggoda Ibu dengan berpura-pura haus atau lapar ketika beliau sedang bekerja. Tapi tentu saja nggak di depan tamu-tamunya, hehehe. Mengingat masa kecil memang terkadang bikin gue “nggak percaya” dengan kelakuan Little Indi dulu. Tapi gue beruntung karena Ibu dan Bapak selalu memperlakukan gue sebagai anak-anak, nggak memaksa gue untuk melakukan sesuatu kecuali jika gue sudah mengerti tujuannya. Gue beruntung karena begitu dekat dengan mereka sehingga berani untuk bilang secara langsung alih-alih makan atau minum secara diam-diam di belakang mereka. 

Ah, matahari nampaknya masih belum mau sembunyi. Lebih baik gue masuk dulu ke dalam rumah sebelum sinarnya membuat gue teringat kembali dengan es teh manis, hehehe (ups, becanda). Hmm, kira-kira di dalam Ibu sedang apa, ya? Kalau sedang di butik sepertinya ini waktu yang tepat untuk mengasah bakat beracting gue dengan memasang wajah lesu dan berkata, “Bu... aku lapaaaaaaaar.” :D

(not so) little indi (anymore),


Indi

 _______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

19 komentar:

  1. jam 9an pagi emang fase paling berat mba Indi, jam jam segitu godaannya adaaa aja :D tapi kalo udah lewat duhur biasanya malah jadi gak kerasa puasaya :)))

    BalasHapus
  2. lovely pics!

    www.bstylevoyage.blogspot.com

    BalasHapus
  3. haha, indi... lucu banget sih. :D
    Nggak apa masih kecil bolong-bolong. Hihihi...

    BalasHapus
  4. hmmm, sama kaka. waktu kecil jg kek itu. hehehe

    BalasHapus
  5. Pantes aja ya baju-baju Indi manis-manis ternyata ibunya Indi jago desain dan punya butik ^^d

    Aku kecil dulu sering sakit jadi orang tua nggak tega kalau ngeharusin aku puasa terus.. tapi teman-teman di sekolah suka tahu dan ngegodain kalau puasaku bolong.. jadi yahh seringnya aku nekat sampai maghrib :D hihihi..

    Setuju kalau puasa itu harus ikhlas dari hati..

    BalasHapus
  6. hihi, sama kayanya semua anak kecil ya mba. anakku juga kalo udah sore ashar pasti bilang lapar atau haus

    BalasHapus
  7. diliat dari fotonya emang dari kecil udah cantik Indi ;))

    BalasHapus
  8. sama..kadang sudah besar gini masih bilang lapar kok...hahha

    BalasHapus
  9. cute & nice story dear beyond beautiful de ajeng :D

    <3<3<3
    hugLUV

    BalasHapus
  10. Mengingat masa kecil suka senyum sendiri
    banyak hal yang lucu

    BalasHapus
  11. kalo aku waktu kecil puasanya pas dirumah, diluar cari camilan ditetangga :)

    BalasHapus
  12. Selamat berpuasa ndi...foto waktu kecilmu kiyuttt ..hahaha

    BalasHapus
  13. selamat menunaikan ibadah puasa yang ke 15 mba indi semoga engga bilang lapar lagi hehehe

    BalasHapus
  14. wah kalau sekarang gitu ga ? hahaha

    BalasHapus
  15. kalau aq tambah semangat puasa indi habis sekalian diet... udah puasa gitu turunnya sedikit amat :)

    BalasHapus
  16. pantes bajunya indi kece2...mamanya punya butik ternyata ^^

    BalasHapus

Terima kasih untuk komentarnya, it's really nice to hear from you :)