Sabtu, 4 Mei 2013
Pagi-pagi sekali gue sudah bangun. Sarapan tanpa disuruh dan langsung mandi tanpa kembali berbaring di sofa. Bapak bilang gue aneh, tapi gue nggak peduli dan sebelum beliau sadar gue sudah berdiri di garasi. Menunggu diantarkan ke suatu tempat yang istimewa.
Masih ingat tulisan gue tentang Aerosmith yang "ini"? Yup, betul, waktunya semakin dekat. Tinggal 7 hari lagi sampai gue dan Bapak bisa berdiri di front row sambil berharap-harap cemas Steven Tyler akan melemparkan harmonikanya untuk kami, hehehe. Kami sudah benar-benar siap, stamina, mental, dan bahkan Bapak sudah menyarankan gue segera membuat surat untuk Steven Tyler. Kemungkinan akan sampai memang kecil, tapi Bapak bilang nggak ada salahnya mencoba. Rasa exited kami semakin hari semakin menggebu. Kami selalu terkikik ketika membicarakannya. Mata gue berbinar dan Bapak pura-pura mengejek. Lalu kabar bahagia yang lainnya datang menghampiri kami. Aerosmith Indonesia, sebuah perkumpulan pengagum Aerosmith mengundang gue untuk interview di Global Radio Jakarta. Tentu saja ini dalam rangka menyambut kedatangan Aerosmith yang sebentar lagi :D
Jadilah kami menempuh perjalanan menuju Jakarta. Bapak di balik kemudi dan gue asyik mengganti-ganti CD di bangku penumpang. PUMP, Big Ones, Just Push Play dan album-album Aerosmith lainnya sudah gue siapkan dan pastikan cukup untuk menemani perjalanan kami. Bapak bertanya apakah gue hapal dengan sejarah Aerosmith. Gue bilang, "ini interview, Pak, bukan ujian", tapi Bapak tetap bertanya hal yang sama sampai gue mogok bicara. Beliau lalu tertawa dan berkata bahwa ia hanya menggoda gue. Beberapa saat kemudian gue ikut tertawa, nggak kalah kencang. Karena sebenarnya gue sudah tahu dari awal bahwa beliau hanya becanda dan gue tadi hanya pura-pura ngambek :)
Gue bernyanyi terus. Dengan penghayatan penuh, ekspersi konyol dan membuat suara serak ala rocker. Sesekali gue melirik Bapak, memastikan suara gue nggak mengganggu konsentrasinya menyetir. Bapak juga ikut menyanyi, tapi suaranya nggak jelas, hanya bergumam dan baru agak terdengar di bagian refrain lagunya saja, hehehe. Tapi gue lega, karena itu artinya Bapak nggak terganggu. Kami begitu terus sampai 2 jam kemudian. Gue sudah menghabiskan 1 botol minuman dan mulai kehilangan energi untuk bernyanyi. Gue bertanya pada Bapak kapan kami sampai. Tapi beliau nggak tahu pasti, "sudah dekat", cuma begitu katanya. Gue sangat kahwatir kami nyasar, dan sayangnya, kami ternyata memang nyasar.
Kami baru bisa menemukan MNC tower, tempat dimana Global Radio berada setelah 4 jam perjalanan. Gue berkeringat sangat banyak karena tegang. Dalam hati gue berdoa supaya nggak terlambat meski sebenarnya gue sadar sudah lewat 30 menit dari waktu yang disepakati. Gue berjalanan secepat mungkin dan meninggalkan Bapak yang sibuk mencari tempat parkir. Nggak lama kemudian gue bertemu Hans, menyalaminya dan sebisa mungkin menyembunyikan suara nafas gue yang hampir terdengar seperti dinosaurus, lol. Ajaibnya, semua yang ada di sana ternyata belum memulai interviewnya karena menunggu kedatangan gue. Selain Hans admin dari Aerosmith Indonesia, ada Wihel, seorang fans Aerosmith dan Lupi penyiar di sana. Kami mengobrol dulu dan baru berhenti setelah Bapak menemukan tempat kami. Karena ternyata mereka juga memutuskan untuk mengajak Bapak interview!
Awalnya jelas saja beliau menolak, seperti biasa Bapak lebih memilih jadi fotografer gue, mengabadikan setiap moment dari putri kecilnya ini. Tapi setelah gue bujuk dan ditambah sedikit tarikan di lengan (hihi), akhirnya beliau mau juga duduk di depan mikrofon :) Sebelum interview benar-benar dimulai Hans dan Wihel selalu menggoda bahwa gue adalah 'die hard fans' Aerosmith. Mereka bilang kalau mau bertanya yang sulit-sulit mending sama gue saja. Gue langsung melirik Bapak sambil nyengir. De javu, di mobil kan Bapak yang bergurau soal "sejarah Aerosmith", hehehe.
Pagi-pagi sekali gue sudah bangun. Sarapan tanpa disuruh dan langsung mandi tanpa kembali berbaring di sofa. Bapak bilang gue aneh, tapi gue nggak peduli dan sebelum beliau sadar gue sudah berdiri di garasi. Menunggu diantarkan ke suatu tempat yang istimewa.
Masih ingat tulisan gue tentang Aerosmith yang "ini"? Yup, betul, waktunya semakin dekat. Tinggal 7 hari lagi sampai gue dan Bapak bisa berdiri di front row sambil berharap-harap cemas Steven Tyler akan melemparkan harmonikanya untuk kami, hehehe. Kami sudah benar-benar siap, stamina, mental, dan bahkan Bapak sudah menyarankan gue segera membuat surat untuk Steven Tyler. Kemungkinan akan sampai memang kecil, tapi Bapak bilang nggak ada salahnya mencoba. Rasa exited kami semakin hari semakin menggebu. Kami selalu terkikik ketika membicarakannya. Mata gue berbinar dan Bapak pura-pura mengejek. Lalu kabar bahagia yang lainnya datang menghampiri kami. Aerosmith Indonesia, sebuah perkumpulan pengagum Aerosmith mengundang gue untuk interview di Global Radio Jakarta. Tentu saja ini dalam rangka menyambut kedatangan Aerosmith yang sebentar lagi :D
Jadilah kami menempuh perjalanan menuju Jakarta. Bapak di balik kemudi dan gue asyik mengganti-ganti CD di bangku penumpang. PUMP, Big Ones, Just Push Play dan album-album Aerosmith lainnya sudah gue siapkan dan pastikan cukup untuk menemani perjalanan kami. Bapak bertanya apakah gue hapal dengan sejarah Aerosmith. Gue bilang, "ini interview, Pak, bukan ujian", tapi Bapak tetap bertanya hal yang sama sampai gue mogok bicara. Beliau lalu tertawa dan berkata bahwa ia hanya menggoda gue. Beberapa saat kemudian gue ikut tertawa, nggak kalah kencang. Karena sebenarnya gue sudah tahu dari awal bahwa beliau hanya becanda dan gue tadi hanya pura-pura ngambek :)
Gue bernyanyi terus. Dengan penghayatan penuh, ekspersi konyol dan membuat suara serak ala rocker. Sesekali gue melirik Bapak, memastikan suara gue nggak mengganggu konsentrasinya menyetir. Bapak juga ikut menyanyi, tapi suaranya nggak jelas, hanya bergumam dan baru agak terdengar di bagian refrain lagunya saja, hehehe. Tapi gue lega, karena itu artinya Bapak nggak terganggu. Kami begitu terus sampai 2 jam kemudian. Gue sudah menghabiskan 1 botol minuman dan mulai kehilangan energi untuk bernyanyi. Gue bertanya pada Bapak kapan kami sampai. Tapi beliau nggak tahu pasti, "sudah dekat", cuma begitu katanya. Gue sangat kahwatir kami nyasar, dan sayangnya, kami ternyata memang nyasar.
Kami baru bisa menemukan MNC tower, tempat dimana Global Radio berada setelah 4 jam perjalanan. Gue berkeringat sangat banyak karena tegang. Dalam hati gue berdoa supaya nggak terlambat meski sebenarnya gue sadar sudah lewat 30 menit dari waktu yang disepakati. Gue berjalanan secepat mungkin dan meninggalkan Bapak yang sibuk mencari tempat parkir. Nggak lama kemudian gue bertemu Hans, menyalaminya dan sebisa mungkin menyembunyikan suara nafas gue yang hampir terdengar seperti dinosaurus, lol. Ajaibnya, semua yang ada di sana ternyata belum memulai interviewnya karena menunggu kedatangan gue. Selain Hans admin dari Aerosmith Indonesia, ada Wihel, seorang fans Aerosmith dan Lupi penyiar di sana. Kami mengobrol dulu dan baru berhenti setelah Bapak menemukan tempat kami. Karena ternyata mereka juga memutuskan untuk mengajak Bapak interview!
Awalnya jelas saja beliau menolak, seperti biasa Bapak lebih memilih jadi fotografer gue, mengabadikan setiap moment dari putri kecilnya ini. Tapi setelah gue bujuk dan ditambah sedikit tarikan di lengan (hihi), akhirnya beliau mau juga duduk di depan mikrofon :) Sebelum interview benar-benar dimulai Hans dan Wihel selalu menggoda bahwa gue adalah 'die hard fans' Aerosmith. Mereka bilang kalau mau bertanya yang sulit-sulit mending sama gue saja. Gue langsung melirik Bapak sambil nyengir. De javu, di mobil kan Bapak yang bergurau soal "sejarah Aerosmith", hehehe.
Wihel, Bapak, Indi, Lupi, Hans :) |
Interview berjalan lancar dan menyenangkan. Gue sesekali berbuat konyol tapi sepertinya semuanya bisa memaklumi karena gue terlalu exited setelah menunggu bad boys from Boston ini selama 20 tahun. Berkali-kali gue bilang bahwa akhirnya impian gue jadi nyata dan penantian gue terbayar. Dengan semangat gue menceritakan persiapan untuk konser nanti. Dari mulai pakaian dan apa yang akan gue lakukan kalau mempunyai kesempatan menemui mereka secara personal. Gue ingin sekali memberikan surat kepada Steven Tyler yang isinya ucapan terima kasih gue. Mungkin bagi sebagian orang ini terdengar konyol, tapi ia memang memberikan pengaruh positif kepada gue. Gue nggak akan seperti sekarang jika saja waktu berumur 7 tahun gue melewatkan video clip Crazy di TV (baca cerita lengkapnya di sini).
Bapak sangat menikmati suasana interview. Beliau sering menimpali gue dan mentertawakan setiap kali gue berbicara sesuatu yang konyol. Gue senang Bapak berlaku seolah nggak ada yang mendengar kami, hehehe. Lalu apa yang Bapak katakan menjadi kenyataan. Gue benar-benar ditanya soal sejarah Aerosmith! Untung saja bisa menjawab karena yang ditanyakan adalah hal-hal yang sudah gue ketahui sejak berusia 10 tahun: kapan Aerosmith berdiri dan kapan Steven Tyler berulang tahun. Hehehe, ternyata itu ya yang disebut sebagai "die hard fans" :p
Banyak moment berkesan selama interview 1 jam itu. Gue bercerita bahwa berkat Aerosmith gue berlatih bermain harmonika dan drum ketika masih kecil untuk menemukan bakat gue. Meski kedua alat musik itu sampai sekarang belum dikuasai tapi apa yang gue lakukan ternyata membantu apa yang gue inginkan dan gue suka sebenarnya. Gue suka menulis, dan ingin berkarya seperti Aerosmith. Dari hati, tulus, meski dalam bentuk seni yang berbeda. Lalu tiba-tiba Bapak mendekati mikrofon dan berkata, "Indi bukan sekedar nge-fans sama Aerosmith. Tapi ia terinspirasi". Gue mengangguk dan tersenyum. Tadinya mau melanjutkan bicara tapi takut menangis karena gue terharu dengan kata-kata Bapak...
Tapi bukan hanya moment mengharukan yang kami alami. Ada kenangan lucu yang gue dan Bapak bagi tadi. Kami pernah hampir mencuri poster "Just Push Play" Aerosmith di salah satu toko kaset. Gue memang masih kecil waktu itu, tapi sebenarnya sudah mengerti bahwa mencuri itu salah. Entah terinspirasi dari mana, gue tiba-tiba merengek meminta diambilkan poster itu pada Bapak. Mungkin karena takut gue menangis Bapak mengambilnya dan sempat berjalan sejauh beberapa meter. Tapi lalu kami tersadar bahwa itu perbuatan yang salah, dan dengan canggung Bapak mengembalikan poster itu ke tempat semula sambil diikuti tatapan heran orang-orang di sana, hahahaha :D Kami hampir nggak bisa berhenti tertawa waktu menceritakannya. Aerosmith memang sebuah band, tapi bagi kami lebih dari itu. Kehadiran mereka bisa membawa suasana haru sampai konyol :)
Interview ditutup dengan sesuatu yang agak mengerikan, kami ditantang untuk bernyanyi! Hehehe, kami sepakat menyanyikan lagu "Crazy". Gue melirik sekilas pada Bapak dan diluar dugaan beliau tampak exited sekali. Padahal Bapak paling malu bernyanyi di depan umum, apalagi Global radio bisa didengar oleh seluruh warga Jakarta, hehehe. Kami bernyanyi bagian refrain-nya saja. Meski pelan, gue bisa mendengar suara Bapak dan itu membuat gue tersenyum sangat lebar. Bapak berani mengalahkan rasa malunya, beliau pasti sedang bahagia sekali!
Gue dan Bapak langsung pamit pulang. Perjalanan kami masih jauh, another 4 hours dan hari sudah mulai gelap. Gue senang sekali bisa bertemu dengan Hans, Wihel dan Lupi. Ini adalah pertama kalinya gue dan Bapak bertemu dengan komunitas pengagum Aerosmith. Perjalanan pulang sama menyenangkannya seperti ketika pergi. Gue melanjutkan marathon CD Aerosmith, Bapak mengikutinya dengan gumaman dan terkadang kami mengenang-ngenang apa yang baru saja kami alami. Karena belum sempat makan malam kami memutuskan untuk mampir ke Burger King. Gue adalah seorang pesco vegetarian, dan hampir nggak punya pilihan lain selain kentang goreng kalau makan di sana. Tapi ini menjadi tradisi nggak tertulis, kami harus ke sana karena Steven Tyler menjadi bintang iklan Burger King! Hahaha... Jangan anggap serius, tentu saja kami hanya main-main dan melakukannya karena menganggap itu lucu :D
Gue membeli veggie's burger dari tempat lain dan hanya membeli kentang goreng dan soda di Burger King. Bapak bilang nggak apa-apa, yang penting aura Aerosmith nya tetap terasa, lol. Kami melanjutkan perjalanan kembali setalah Bapak selesai makan, sedangkan gue sengaja menyisakan kentang gorengnya. Best part, jangan cepat-cepat karena ini makanan kesukaan Aerosmith, hehehe. Lalu handphone gue berbunyi. Ada pesan singkat dari Aerosmith Indonesia. Gue langsung tersenyum karena pasti isinya mengenai Aerosmith. "Baru juga ketemu sudah kangen kita lagi nih, Pak", gue bergurau. Gue akan membacakan pesan itu keras-keras, tapi lalu berhenti ketika gue sadar isinya bukan berita baik...
"Aerosmith batal konser di Jakarta".
Suara gue datar, tanpa emosi. Bahkan gue juga kaget kenapa bisa seperti itu padahal biasanya gue sangat ekspresif. Bapak sepertinya nggak percaya dengan pendengarannya, beliau bilang "hah?" berkali-kali. Gue membacakan untuknya satu kali lagi dan langsung bersandar ke jendela mobi. Nggak menangis dan cuma terdiam. Bapak juga. Pelan-pelan ia mematikan CD player yang sedang memutarkan lagu "Blind Man". Suasana mobil begitu sepi dan entah kenapa mendadak canggung. Gue nggak berani menatap Bapak karena takut melihat wajah kecewanya. Dua jam yang lalu impian kami rasanya sudah di depan mata, dan tiba-tiba hilang bahkan saat kami masih jauh dari rumah. Gue nggak tahu harus berkomentar apa. 20 tahun gue menunggu dan itu sudah menjelaskan segalanya.
Lalu tiba-tiba dada gue terasa sesak. Tangis gue akhirnya meledak, air mata gue nggak bisa ditahan. Gue menangis seperti bayi. Di tengah tangis gue bercerita tentang sesuatu yang seharusnya menjadi kejutan untuk Bapak. Diam-diam gue sudah memesan T shirt official Aerosmith untuk beliau. Harganya bagi gue nggak murah dan gue khusus menabung untuk itu. Gue ingin Bapak memakainya ketika konser nanti karena selama ini Bapak belum punya T shirt Aerosmith. Sejak dulu semuanya buat gue. Hanya buat gue. Dan gue ingin memberikan satu hari istimewa untuk Bapak.
Gue terus menangis. Benar-benar nggak tertahan. Lalu Bapak terkekeh, seperti memaksakan tertawa. Gue melihat wajahnya, akhirnya, dan jelas sekali beliau sedih. Bapak mencoba menenangkan gue, beliau bilang bisa saja Aerosmith berubah pikiran, mungkin konsernya hanya diundur sebentar. "Kaosnya buat nanti saja, terima kasih sudah dibelikan. Nanti dipakai waktu kita nonton konser Aerosmith selanjutnya, ya..."
Kata-kata Bapak sama sekali nggak menenangkan gue. Gue menangis tanpa suara dan merubah posisi duduk gue jadi meringkuk menghadap ke kiri. Membelakangi Bapak dan memejamkan mata gue.
Dalam gelap gue membayangkan seorang gadis kecil berusia 7 tahun. Berambut acak-acakan berponi dengan gigi ompong sedang menatap serius ke layar TV. Ia begitu begitu terhipnotis dengan apa yang baru dilihatnya. Bapaknya berkata, "mereka itu Aerosmith", dan gadis itu pun tersenyum konyol. "Aku mau bertemu mereka, Pak". Bapaknya tersenyum lalu menjawab, "suatu hari, Indi... Suatu hari...".
Dan 20 tahun kemudian gadis kecil yang telah tumbuh dewasa itu masih menunggu "suatu hari" nya akan datang. Sekarang ia mungkin bersedih, kecewa, dan marah. Tapi dibalik itu, di lubuk hatinya yang paling dalam ia tetap gadis kecil yang sama. Ia akan kembali tersenyum konyol dan suatu hari akan memberikan langsung surat yang ditulis tangan olehnya dengan hati-hati kepada Steven Tyler. Mungkin ditambah menjabat tangannya. Mungkin ditambah tepukan hangat di bahu. Mungkin. Siapa yang tahu. Yang pasti suatu hari ia nggak perlu menunggu lagi.
Amen...
daddy's little girl,
Indi
Bapak sangat menikmati suasana interview. Beliau sering menimpali gue dan mentertawakan setiap kali gue berbicara sesuatu yang konyol. Gue senang Bapak berlaku seolah nggak ada yang mendengar kami, hehehe. Lalu apa yang Bapak katakan menjadi kenyataan. Gue benar-benar ditanya soal sejarah Aerosmith! Untung saja bisa menjawab karena yang ditanyakan adalah hal-hal yang sudah gue ketahui sejak berusia 10 tahun: kapan Aerosmith berdiri dan kapan Steven Tyler berulang tahun. Hehehe, ternyata itu ya yang disebut sebagai "die hard fans" :p
Banyak moment berkesan selama interview 1 jam itu. Gue bercerita bahwa berkat Aerosmith gue berlatih bermain harmonika dan drum ketika masih kecil untuk menemukan bakat gue. Meski kedua alat musik itu sampai sekarang belum dikuasai tapi apa yang gue lakukan ternyata membantu apa yang gue inginkan dan gue suka sebenarnya. Gue suka menulis, dan ingin berkarya seperti Aerosmith. Dari hati, tulus, meski dalam bentuk seni yang berbeda. Lalu tiba-tiba Bapak mendekati mikrofon dan berkata, "Indi bukan sekedar nge-fans sama Aerosmith. Tapi ia terinspirasi". Gue mengangguk dan tersenyum. Tadinya mau melanjutkan bicara tapi takut menangis karena gue terharu dengan kata-kata Bapak...
Tapi bukan hanya moment mengharukan yang kami alami. Ada kenangan lucu yang gue dan Bapak bagi tadi. Kami pernah hampir mencuri poster "Just Push Play" Aerosmith di salah satu toko kaset. Gue memang masih kecil waktu itu, tapi sebenarnya sudah mengerti bahwa mencuri itu salah. Entah terinspirasi dari mana, gue tiba-tiba merengek meminta diambilkan poster itu pada Bapak. Mungkin karena takut gue menangis Bapak mengambilnya dan sempat berjalan sejauh beberapa meter. Tapi lalu kami tersadar bahwa itu perbuatan yang salah, dan dengan canggung Bapak mengembalikan poster itu ke tempat semula sambil diikuti tatapan heran orang-orang di sana, hahahaha :D Kami hampir nggak bisa berhenti tertawa waktu menceritakannya. Aerosmith memang sebuah band, tapi bagi kami lebih dari itu. Kehadiran mereka bisa membawa suasana haru sampai konyol :)
Interview ditutup dengan sesuatu yang agak mengerikan, kami ditantang untuk bernyanyi! Hehehe, kami sepakat menyanyikan lagu "Crazy". Gue melirik sekilas pada Bapak dan diluar dugaan beliau tampak exited sekali. Padahal Bapak paling malu bernyanyi di depan umum, apalagi Global radio bisa didengar oleh seluruh warga Jakarta, hehehe. Kami bernyanyi bagian refrain-nya saja. Meski pelan, gue bisa mendengar suara Bapak dan itu membuat gue tersenyum sangat lebar. Bapak berani mengalahkan rasa malunya, beliau pasti sedang bahagia sekali!
Gue dan Bapak langsung pamit pulang. Perjalanan kami masih jauh, another 4 hours dan hari sudah mulai gelap. Gue senang sekali bisa bertemu dengan Hans, Wihel dan Lupi. Ini adalah pertama kalinya gue dan Bapak bertemu dengan komunitas pengagum Aerosmith. Perjalanan pulang sama menyenangkannya seperti ketika pergi. Gue melanjutkan marathon CD Aerosmith, Bapak mengikutinya dengan gumaman dan terkadang kami mengenang-ngenang apa yang baru saja kami alami. Karena belum sempat makan malam kami memutuskan untuk mampir ke Burger King. Gue adalah seorang pesco vegetarian, dan hampir nggak punya pilihan lain selain kentang goreng kalau makan di sana. Tapi ini menjadi tradisi nggak tertulis, kami harus ke sana karena Steven Tyler menjadi bintang iklan Burger King! Hahaha... Jangan anggap serius, tentu saja kami hanya main-main dan melakukannya karena menganggap itu lucu :D
Gue membeli veggie's burger dari tempat lain dan hanya membeli kentang goreng dan soda di Burger King. Bapak bilang nggak apa-apa, yang penting aura Aerosmith nya tetap terasa, lol. Kami melanjutkan perjalanan kembali setalah Bapak selesai makan, sedangkan gue sengaja menyisakan kentang gorengnya. Best part, jangan cepat-cepat karena ini makanan kesukaan Aerosmith, hehehe. Lalu handphone gue berbunyi. Ada pesan singkat dari Aerosmith Indonesia. Gue langsung tersenyum karena pasti isinya mengenai Aerosmith. "Baru juga ketemu sudah kangen kita lagi nih, Pak", gue bergurau. Gue akan membacakan pesan itu keras-keras, tapi lalu berhenti ketika gue sadar isinya bukan berita baik...
"Aerosmith batal konser di Jakarta".
Suara gue datar, tanpa emosi. Bahkan gue juga kaget kenapa bisa seperti itu padahal biasanya gue sangat ekspresif. Bapak sepertinya nggak percaya dengan pendengarannya, beliau bilang "hah?" berkali-kali. Gue membacakan untuknya satu kali lagi dan langsung bersandar ke jendela mobi. Nggak menangis dan cuma terdiam. Bapak juga. Pelan-pelan ia mematikan CD player yang sedang memutarkan lagu "Blind Man". Suasana mobil begitu sepi dan entah kenapa mendadak canggung. Gue nggak berani menatap Bapak karena takut melihat wajah kecewanya. Dua jam yang lalu impian kami rasanya sudah di depan mata, dan tiba-tiba hilang bahkan saat kami masih jauh dari rumah. Gue nggak tahu harus berkomentar apa. 20 tahun gue menunggu dan itu sudah menjelaskan segalanya.
Lalu tiba-tiba dada gue terasa sesak. Tangis gue akhirnya meledak, air mata gue nggak bisa ditahan. Gue menangis seperti bayi. Di tengah tangis gue bercerita tentang sesuatu yang seharusnya menjadi kejutan untuk Bapak. Diam-diam gue sudah memesan T shirt official Aerosmith untuk beliau. Harganya bagi gue nggak murah dan gue khusus menabung untuk itu. Gue ingin Bapak memakainya ketika konser nanti karena selama ini Bapak belum punya T shirt Aerosmith. Sejak dulu semuanya buat gue. Hanya buat gue. Dan gue ingin memberikan satu hari istimewa untuk Bapak.
Gue terus menangis. Benar-benar nggak tertahan. Lalu Bapak terkekeh, seperti memaksakan tertawa. Gue melihat wajahnya, akhirnya, dan jelas sekali beliau sedih. Bapak mencoba menenangkan gue, beliau bilang bisa saja Aerosmith berubah pikiran, mungkin konsernya hanya diundur sebentar. "Kaosnya buat nanti saja, terima kasih sudah dibelikan. Nanti dipakai waktu kita nonton konser Aerosmith selanjutnya, ya..."
Kata-kata Bapak sama sekali nggak menenangkan gue. Gue menangis tanpa suara dan merubah posisi duduk gue jadi meringkuk menghadap ke kiri. Membelakangi Bapak dan memejamkan mata gue.
Dalam gelap gue membayangkan seorang gadis kecil berusia 7 tahun. Berambut acak-acakan berponi dengan gigi ompong sedang menatap serius ke layar TV. Ia begitu begitu terhipnotis dengan apa yang baru dilihatnya. Bapaknya berkata, "mereka itu Aerosmith", dan gadis itu pun tersenyum konyol. "Aku mau bertemu mereka, Pak". Bapaknya tersenyum lalu menjawab, "suatu hari, Indi... Suatu hari...".
Dan 20 tahun kemudian gadis kecil yang telah tumbuh dewasa itu masih menunggu "suatu hari" nya akan datang. Sekarang ia mungkin bersedih, kecewa, dan marah. Tapi dibalik itu, di lubuk hatinya yang paling dalam ia tetap gadis kecil yang sama. Ia akan kembali tersenyum konyol dan suatu hari akan memberikan langsung surat yang ditulis tangan olehnya dengan hati-hati kepada Steven Tyler. Mungkin ditambah menjabat tangannya. Mungkin ditambah tepukan hangat di bahu. Mungkin. Siapa yang tahu. Yang pasti suatu hari ia nggak perlu menunggu lagi.
Amen...
daddy's little girl,
Indi
betul in, masih ada lain waktu. keep patient ya :)
BalasHapusah ya, join giveaway yg lagi aku adain yah:
http://artikamaya.blogspot.com/2013/05/join-my-giveaway.html
senangnya ya Indi :)
BalasHapuswaah bener2 plot twist, awalnya aku udah (entah kenapa) ikutan senang tapi di tengah tengah ada 'kejutan';___;
BalasHapusbagian favoritku itu, "Indi bukan sekedar nge-fans sama Aerosmith. Tapi dia terinspirasi" hehe
tetap semangat kak! pasti ada sesuatu dibalik semua yang terjadi \:D/
suatu saat pasti bisa nonton Aerosmith langsung! percaya aja kak :)
BalasHapushttp://janicevania.blogspot.com
Aku speechless kak :(
BalasHapusDon't be sad Indi. Suatu hari nanti mereka akan datang pasti. Atau mungkin apabila Tuhan berkehendak, ada kesempatan untuk lihat konser mereka dimanapun itu. :) SEMANGAT! :)
BalasHapussemoga kesempatan itu segera datang lagi ya Indi. jangan sedih. titip salam sama bapak.
BalasHapusyah...ikut sedih juga denger batal konsernya ndi!
BalasHapusTapi percayalah, ...pasti ada sisi baik yang bakal kamu terima dibalik batalnya konser ini!
Jangan sedih ya Indi, mungkin ada yang lebih baik lagi kedepannya
BalasHapusHADUH, kok bisa batal ya? Seengganya cuma batal sih. Gua dulu udah semangat pengen nonton konser MJ, taunya dia malah meninggal...hiks...
BalasHapusSemoga suatu hari bisa kesampean ya mimpinya, Indi =)
@ ARTIKA: iya, lain waktu mungkin aku yang nyamperin mereka. amen :') sip, nanti aku ke blogmu ya :)
BalasHapus@ HONEYLIZIOUS: senang? lol, aku agak depresi sebenarnya, hahaha.
@ PRISILIA: iya, dan "kejutan"nya itu bener2 bikin aku shock sampai sekarang. nangisnya sih berkurang, tapi masih suka nggak nyangka aja kalau aku terima kabarnya pas baru ngomongin mereka... makasih ya. semangat :D
@ JEJE: amen! :)
@ DEBRINA: aku juga masih kaget sampai sekarang :')
@ DELVY: amen.. amen... iya, dimanapun. aku yang nyamperin atau mereka yang ke sini :")
@ RIKA: amen... nanti aku sampaikan salam sama bapak :)
@ POPI: amen :)
@ LIDYA: aku maunya aerosmith aja, deh. mau disogok john frusciante juga nggak mempan :p
@ CLAUDE: alasan keamanan sih resminya. tapi kalau "gosipnya" sih banyak sebab2 lain. nah, yang MJ juga nyesek... beliau meninggal di bulan yg sama dengan ultahku :')
mantap hay indi apa kabar mav gue jarang komentar y karena baru ngeblog lagi karena sibuk dunianya,,,gue kangen sama postingan keren lu,,,
BalasHapusnah ini posting baru kan makin mantap aja ndi,,,
tetap semangat y,,,
by : cerpen666 blogspot com
:)
Perjalanan ceritanya menarik, aku baca sampai akhir. Agak tersentak ketika ikut merasakan kecewa yang begitu dalam. Terang saja selama 20 tahun menunggu harus menunggu kembali untuk kedua kali tanpa balasan kebahagiaan yang seperti semula diidamkan. Sedih. Yang sabar yang Mba Indi :)
BalasHapusjangan sedih ya kak indi..semoga suatu saat bisa ketemu langsung sama aerosmith..amien
BalasHapusudah lama gak mampir ke blognya kak indi..ceritanya selalu inspiratif
ijin menyimak dulu ya mba ,,
BalasHapuswah 20 tahun bukan waktu sebentar tuh
BalasHapusYea
BalasHapusudah denger ribut-ribut beritanya di TV baru-baru ini. katanya karena masalah keamanan ya, kak indi?
Yang sabar ya miss pretty...
that's must be hard for you.
udah di depan mata padahal, tau-tau batal.
What about MIKA?
Katanya MIKA jadi konser kan?
hehehe...even yang menarik tuh Indi
BalasHapusit looks like a lot of fun!
BalasHapushttp://coeursdefoxes.blogspot.com/
♥
Iya sayang banget ya gagal, aku denger di radio kmrn ktnya mnrt manajemen aerosmith jkt gak aman gitu pdhal disini lg baik2 aja ...
BalasHapusYah ka Indi. Gue rasa die hard fans itu gak bisa dilihat dari seberapa hapal lo sama semua hal mengenai idola, tapi pada saat lo bisa menanti dia begitu rupa sampe nangis tersedu-sedu.
BalasHapusSemangat kak
kok baju nya kak indi kayak baju anak-anak ?
BalasHapusmampir ke blog aku juga yaaaaaa :)
BalasHapuswww.coretannoncaca.blogspot.com