Euis, Ara dan Agil kecil :) |
Entah apa yang menghipnotis dari serial itu sehingga membuatku begitu terlarut. Hampir setiap kisah terasa begitu dekat dengan keseharianku, atau meskipun belum/nggak pernah aku alami, tapi kisah-kisahnya selalu terasa real dan apa adanya. Aku ingat ada satu episode yang membuatku terisak waktu menontonnya. Dikisahkan Euis mengalami menstuasi pertamanya pada saat ia masih duduk di bangku SD. Euis malu bukan main karena teman-temannya belum ada yang mengalami. Euis memang beberapa tahun lebih tua dari teman-teman sekelasnya karena ia sempat nggak naik kelas. Seharian ia diam di kamar dan nggak mau sekolah sampai Abah membujuknya sambil membawakannya makanan. Atau ada lagi satu episode yang membuatku terbengong-bengong. Dikisahkan, Ara menyamar sebagai anak laki-laki dan rela dibotaki untuk menjadi talent di sebuah video klip karena ia membutuhkan uang. Hampir saja ia ketahuan karena sebuah hal sederhana: karena ia mengucapkan 'terima kasih' ketika diberikan honor, karena (sepertinya) di desa Indihiang hanya anak-anak Abah lah yang mempunyai kebiasaan seperti itu. Mengagumkan... tapi sederhana dan mudah dicerna :)
Nggak ada yang mengajariku untuk menonton serial itu, aku yang menemukannya sendiri dan hanya aku pula yang menikmatinya di rumah. Ibu dan Bapak nggak suka jika aku menonton serial lokal, katanya nggak berguna, tapi aku percaya bahwa "Keluarga Cemara" berbeda, serial itu selalu membuatku tersenyum dan mendapat 'sesuatu' setelah aku menontonnya.
Kesukaanku dengan "Keluarga Cemara" berlanjut dengan membaca novel berserinya. Sejak saat itulah aku mengenal Arswendo Atmowiloto dan langsung tertarik dengan gaya menulisnya yang apa adanya. Nggak terasa koleksi novel "Keluarga Cemara" ku akhirnya lengkap dan Euis, Ara, Agil yang kukenal melalui serial TV semakin dewasa seperti juga aku.
OOTD: Headband: Toko Kecil Indi | Dress: Toko Kecil Indi | Ring: Ninis | Shoes: Yongki Komaladi |
Waktu serial ini menghilang, aku sangat merindukannya. Aku sampai menyurati 2 stasiun TV sekaligus agar mempertimbangkan menayangkan re run-nya. Sayangnya, nggak satu pun suratku mendapatkan balasan. Untuk mengobati rindu aku membaca ulang novel-novelnya sambil berharap keajaiban terjadi.
Bertahun kemudian keajaiban itu memang terjadi. "Keluarga Cemara" ditayangkan kembali! Bukan re run, tapi episode baru. Sayangnya karena terlalu lama jeda ceritanya jadi ada lubang di beberapa adegan. Tapi tetap, kisahnya inspiratif dan nggak berlebihan. Aku masih menikmatinya dan menanti-nanti penanyangannya. Tapi kebahagiaanku ternyata nggak berlangsung lama. "Keluarga Cemara" lagi-lagi berhenti tayang dan kali ini benar-benar berhenti, dengan episode akhir yang menggantung :(
"Keluarga Cemara" menjadi satu-satunya serial lokal yang aku ikuti hampir setiap episodenya. Mungkin yang bisa mengalahkan rekor itu hanya "Satu Kakak Tujuh Ponakan", serial yang sama-sama karya Arswendo Atmowiloto. Dari segi cerita sama-sama menarik, tapi soal menghipnotis dan berkesan "Keluarga Cemara" tetap menjadi juara.
Di usia dewasa aku sering membayangkan, ke manakah Euis, Ara dan Agil? Apakah mereka masih ingat di usia yang masih sangat muda sudah menjadi icon kesederhanaan bagi banyak orang, bahkan yang lebih tua dari mereka?...
Lalu internet memberiku jawabannya. Secara nggak sengaja, waktu aku melihat mutual friend salah satu teman Facebook, aku menemukan nama yang sangat kukenal: Anisa Fujianti. Itu adalah nama pemeran Ara. Tapi mungkinkan itu orang yang sama? Dengan semangat aku langsung membuka profil-nya dan melihat-lihat fotonya. Ternyata Anisa yang ini adalah seorang gadis muda cantik, sama sekali bukan Ara yang aku lihat di TV. Lalu sebelum aku meng-klik tab tutup aku menyadari sesuatu: Aku juga sekarang sudah dewasa, dan Ara yang aku lihat sudah bertahun-tahun lalu lamanya. Aku banyak berubah meski tanpa disadari, dan ia juga mungkin begitu. Aku memberanikan diri mengiriminya pesan, bertanya apakah ia Ara yang dulu selalu aku tunggu kehadirannya di TV. Dan beberapa jam kemudian aku menerima balasan darinya...
Bertahun kemudian keajaiban itu memang terjadi. "Keluarga Cemara" ditayangkan kembali! Bukan re run, tapi episode baru. Sayangnya karena terlalu lama jeda ceritanya jadi ada lubang di beberapa adegan. Tapi tetap, kisahnya inspiratif dan nggak berlebihan. Aku masih menikmatinya dan menanti-nanti penanyangannya. Tapi kebahagiaanku ternyata nggak berlangsung lama. "Keluarga Cemara" lagi-lagi berhenti tayang dan kali ini benar-benar berhenti, dengan episode akhir yang menggantung :(
"Keluarga Cemara" menjadi satu-satunya serial lokal yang aku ikuti hampir setiap episodenya. Mungkin yang bisa mengalahkan rekor itu hanya "Satu Kakak Tujuh Ponakan", serial yang sama-sama karya Arswendo Atmowiloto. Dari segi cerita sama-sama menarik, tapi soal menghipnotis dan berkesan "Keluarga Cemara" tetap menjadi juara.
Di usia dewasa aku sering membayangkan, ke manakah Euis, Ara dan Agil? Apakah mereka masih ingat di usia yang masih sangat muda sudah menjadi icon kesederhanaan bagi banyak orang, bahkan yang lebih tua dari mereka?...
Lalu internet memberiku jawabannya. Secara nggak sengaja, waktu aku melihat mutual friend salah satu teman Facebook, aku menemukan nama yang sangat kukenal: Anisa Fujianti. Itu adalah nama pemeran Ara. Tapi mungkinkan itu orang yang sama? Dengan semangat aku langsung membuka profil-nya dan melihat-lihat fotonya. Ternyata Anisa yang ini adalah seorang gadis muda cantik, sama sekali bukan Ara yang aku lihat di TV. Lalu sebelum aku meng-klik tab tutup aku menyadari sesuatu: Aku juga sekarang sudah dewasa, dan Ara yang aku lihat sudah bertahun-tahun lalu lamanya. Aku banyak berubah meski tanpa disadari, dan ia juga mungkin begitu. Aku memberanikan diri mengiriminya pesan, bertanya apakah ia Ara yang dulu selalu aku tunggu kehadirannya di TV. Dan beberapa jam kemudian aku menerima balasan darinya...
Ya. Ia memang Ara yang dulu, hanya saja sekarang sudah besar. Dengan semangat aku langsung bercerita padanya betapa aku sangat mengidolakan serial "Keluarga Cemara". Nggak peduli akan dibalas atau nggak, aku hanya ingin bercerita. Aku sangat bahagia bertemu idola masa kecil meski hanya lewat Facebook. Dan ternyata Ninis (ia ingin dipanggil begitu) adalah gadis yang ramah, persis seperti Ara perannya dulu. Dengan baik hatinya ia memberiku link Facebook Euis dan Agil supaya aku bisa menghubungi mereka.
Aku dan Ninis ternyata sangat cepat menjadi akrab, dalam beberapa jam percakapan kami sudah berubah ke berbagai macam topik termasuk saling mengenalkan diri. Ninis memintaku bercerita tentang tulisan-tulisanku dan begitu juga sebaliknya, aku bertanya tentang kegiatannya sekarang.
Selama berhari-hari kami terus berkomunikasi via Facebook sampai Ninis mengejutkanku dengan membeli novel perdanaku, "Waktu Aku sama Mika"! Ia berkata bahwa ia menyukai novel itu dan bertanya apa aku menerbitkan novel yang lain. Saat itu novelku baru satu dan sedang dalam proses penulisan novel selanjutnya. Aku berjanji saat novel baru selesai akan langsung mengabarinya. Dan Ninis pun membalas pesanku seperti ini, "Kak Indi ini nomor HP'ku, kalau nggak keberatan ngobrolnya lewat SMS saja, takutnya aku nggak buka Facebook".
Ain't she very humble? :)
Bertahun berlalu, aku dan Ninis semakin saling mengenal. Kami saling bertukar pin BB dan mempunyai banyak cerita baru untuk saling diceritakan. Ninis sudah mempunyai tunangan, dan aku sudah menerbitkan novel kedua. Kami sangat ingin sekali untuk bertemu secara langsung, tapi karena kami tinggal di 2 kota yang berbeda keinginan itu terasa sulit untuk diwujudkan.
Ninis sempat berkata bahwa jika kelak kami menikah dengan pasangan masing-masing, kami harus berjanji untuk saling mengundang dan datang meskipun tempatnya jauh. Aku rasa itu ide yang bagus karena itu bisa menjadi kesempatan yang baik untuk pertemuan pertama kami secara langsung.
Dan kesempatan itu akhirnya datang. Tanggal 10 Juni 2012 lalu Ninis menikah! Aku sangat bahagia untuknya dan mengucapkan selamat padanya via BBM. Aku memang berjanji akan datang jika ia menikah, tapi Ninis sangat mengerti jika ternyata aku nggak bisa datang karena jarak Bandung-Bogor cukup jauh. Aku memutuskan untuk memberinya sedikit kejutan, aku pergi ke Bogor pagi-pagi sekali untuk menghadiri pernikahannya. Di perjalanan aku baru sadar bahwa aku nggak membawa bedak dan makeup lainnya. Wajahku benar-benar polos dan sedikit berminyak. Tapi aku pikir daripada membuang waktu untuk kembali lagi ke rumah dan membawa itu semua, lebih baik aku teruskan perjalanan agar bisa datang tepat waktu :)
Akhirnya setelah perjalanan 4 jam yang melelahkan aku sampai di pernikahan Ninis. Nggak ada seorangpun yang kukenal, aku benar-benar hanya datang untuk seorang teman yang belum pernah kutemui secara langsung :)
Dari atas pelaminan, Ninis yang sedang berfoto bersama beberapa kerabat ternyata mengenaliku. Ia melambaikan tangannya dan aku segera membalasnya dengan senyuman. Ia terlihat sangat cantik, berbeda tapi gurat-gurat Ara kecil masih terlihat di sana. Setelah menunggu sesi foto selesai aku langsung menghampirinya. Kami saling bertukar peluk dan cium lalu mengobrol sebentar. Sebentar, hanya sebentar tapi membuatku begitu senang. I meet a friend and childhood idol... :)
Aku dan Ninis ternyata sangat cepat menjadi akrab, dalam beberapa jam percakapan kami sudah berubah ke berbagai macam topik termasuk saling mengenalkan diri. Ninis memintaku bercerita tentang tulisan-tulisanku dan begitu juga sebaliknya, aku bertanya tentang kegiatannya sekarang.
Selama berhari-hari kami terus berkomunikasi via Facebook sampai Ninis mengejutkanku dengan membeli novel perdanaku, "Waktu Aku sama Mika"! Ia berkata bahwa ia menyukai novel itu dan bertanya apa aku menerbitkan novel yang lain. Saat itu novelku baru satu dan sedang dalam proses penulisan novel selanjutnya. Aku berjanji saat novel baru selesai akan langsung mengabarinya. Dan Ninis pun membalas pesanku seperti ini, "Kak Indi ini nomor HP'ku, kalau nggak keberatan ngobrolnya lewat SMS saja, takutnya aku nggak buka Facebook".
Ain't she very humble? :)
Bertahun berlalu, aku dan Ninis semakin saling mengenal. Kami saling bertukar pin BB dan mempunyai banyak cerita baru untuk saling diceritakan. Ninis sudah mempunyai tunangan, dan aku sudah menerbitkan novel kedua. Kami sangat ingin sekali untuk bertemu secara langsung, tapi karena kami tinggal di 2 kota yang berbeda keinginan itu terasa sulit untuk diwujudkan.
Ninis sempat berkata bahwa jika kelak kami menikah dengan pasangan masing-masing, kami harus berjanji untuk saling mengundang dan datang meskipun tempatnya jauh. Aku rasa itu ide yang bagus karena itu bisa menjadi kesempatan yang baik untuk pertemuan pertama kami secara langsung.
Dan kesempatan itu akhirnya datang. Tanggal 10 Juni 2012 lalu Ninis menikah! Aku sangat bahagia untuknya dan mengucapkan selamat padanya via BBM. Aku memang berjanji akan datang jika ia menikah, tapi Ninis sangat mengerti jika ternyata aku nggak bisa datang karena jarak Bandung-Bogor cukup jauh. Aku memutuskan untuk memberinya sedikit kejutan, aku pergi ke Bogor pagi-pagi sekali untuk menghadiri pernikahannya. Di perjalanan aku baru sadar bahwa aku nggak membawa bedak dan makeup lainnya. Wajahku benar-benar polos dan sedikit berminyak. Tapi aku pikir daripada membuang waktu untuk kembali lagi ke rumah dan membawa itu semua, lebih baik aku teruskan perjalanan agar bisa datang tepat waktu :)
Akhirnya setelah perjalanan 4 jam yang melelahkan aku sampai di pernikahan Ninis. Nggak ada seorangpun yang kukenal, aku benar-benar hanya datang untuk seorang teman yang belum pernah kutemui secara langsung :)
Dari atas pelaminan, Ninis yang sedang berfoto bersama beberapa kerabat ternyata mengenaliku. Ia melambaikan tangannya dan aku segera membalasnya dengan senyuman. Ia terlihat sangat cantik, berbeda tapi gurat-gurat Ara kecil masih terlihat di sana. Setelah menunggu sesi foto selesai aku langsung menghampirinya. Kami saling bertukar peluk dan cium lalu mengobrol sebentar. Sebentar, hanya sebentar tapi membuatku begitu senang. I meet a friend and childhood idol... :)
Ara kecil sudah besar :) |
Suvenir dari pernikahan Ninis :) I love it!! :) |
Pertemananku dengan Ninis begitu istimewa. Diawali dari sebuah serial kesukaanku di masa kecil yang memberikan arti begitu dalam, lalu dilanjutkan dengan perkenalan mengejutkan yang membuatku tahu bahwa tokoh Ara benar-benar nyata di dalam kepribadian Ninis. Ia begitu down to earth dan ramah persis seperti Ara. Untuk mengharapkan serial "Keluarga Cemara" kembali diputar atau seenggaknya ada serial yang hampir sebaik itu mungkin hampir nggak mungkin, tapi seenggaknya aku tahu bahwa orang-orang baik, orang-orang sederhana itu memang ada. Dan mengenal Ninis membuatku semakin yakin akan itu :)
Oh, iya waktu novel keduaku terbit ("Karena Cinta itu Sempurna"), Ninis menuliskan testimoninya untukku. Dan tahukan apa yang paling manis dan mengejutkan? Di akhir kalimatnya ia menulis seperti ini,
"Ka Indi... Terus berkarya yaa!! I'm a big fan of you".
Padahal seharusnya aku yang bilang begitu... :)
Oh, iya waktu novel keduaku terbit ("Karena Cinta itu Sempurna"), Ninis menuliskan testimoninya untukku. Dan tahukan apa yang paling manis dan mengejutkan? Di akhir kalimatnya ia menulis seperti ini,
"Ka Indi... Terus berkarya yaa!! I'm a big fan of you".
Padahal seharusnya aku yang bilang begitu... :)
(Update 10/03/2024. Aku dan Ninis masih berteman baik dan saling mendukung ❤️).