Sabtu, 10 November 2018

Indi Kembali saat Halloween! :)

Ini beneran bulan November? Ya, ampun tahun 2018 sudah mau lewat tapi tulisanku di sini cuma berapa biji? :') Hahaha. Dulu, waktu pertama kali bikin blog tujuanku buat menyimpan kenangan atau pengalaman. Iya sih foto dan video bagus buat menyimpan memory, tapi buatku tulisan punya keistimewaan tersendiri karena yang tersimpan bakal dari sudut pandangku :) Nah, berhubung belakangan aku jadi jarang menulis, hati kecilku sebenarnya menyesal... Ada beberapa moment berharga yang rasanya lewat begitu saja, sniff... Tapi daripada sedih berlarut lebih baik aku menulis satu-persatu kejadian apa saja yang aku ingat di sini. Biar tulisannya delay yang penting kalau nanti-nanti dibaca kembali kan bisa bikin aku bernostalgia. Apalagi suamiku sudah janji untuk mengingatkan aku menulis minimal satu minggu sekali supaya nggak menyesal lagi. ---Rrrr, iya kalian nggak salah baca, kok. Suami. Aku sudah menikah (tuh kan banyak cerita yang terlewat...) dan kapan-kapan pasti aku ceritakan di sini. Sekarang mumpung Oktober baru lewat aku akan cerita tentang Halloween saja dulu, deh ;)


Sebelum cerita, nggak bosan-bosan dari tahun ke tahun aku bilang kalau Halloween di keluargaku nggak sama dengan originnya. Kami hanya meminjam nama tanpa bermaksud being disrespectful. Mungkin untuk teman-teman yang baru mampir ke blog ini bisa buka label "Halloween" supaya mengerti apa yang kumaksud :) 
Well, selain adanya Shane alias suami, tahun ini juga ada hal lain yang berbeda. Kalau biasanya aku pakai kostum suatu tokoh (supaya nantinya bisa difoto side by side sama aslinya, hehehe), tahun ini aku pakai kostum sangat amat seadanya banget! Bukan tanpa alasan, Ibu yang biasanya membuatkan aku kostum sedang sibuk dan aku masih belum juga bisa memutuskan akan jadi apa sampai mendekati malam Halloween. Justru Ali, keponakanku yang baru berusia hampir 3 tahunlah yang sudah mantap akan jadi apa sejak jauh-jauh hari :D Ditambah lagi Shane bukan tipe orang yang wajib berkostum meski sangat antusias dengan Halloween, jadi aku pikir nggak apa-apalah karena kreatif kan nggak harus melulu soal kostum *wink* Karena nggak memikirkan kostum aku jadi bisa lebih bisa konsentrasi dengan dekorasi. Nggak ribet-ribet sih, aku hanya meminta Shane untuk memilih template bunting (bendera gantung) yang lucu-lucu. Lalu setelah itu kami bawa ke tempat fotokopi untuk dilaminating supaya kelihatan lebih bagus dan durable (jadi tahun depan nggak usah bikin lagi, lol). Shane juga sudah beli banyak sekali laba-laba mainan untuk disebarkan di seluruh ruangan. Aku suka ide itu, sederhana tapi efektif. Dan berhubung Halloween identik labu, aku juga sudah membuat lilin berwarna oranye yang dibuat dari crayon dan menggambar jarnya (bekas selai) dengan wajah Jack O'Lantern. Sisanya sih kami hanya pakai apa yang sudah ada di kamarku.

Dekorasi dan treats sederhana. Dirt cake gagal buatan Shane jadinya batal gagal karena ternyata rasanya enak xD

Waktu aku pikir semuanya sudah siap, tepat di hari H baru sadar kalau aku salah menulis tanggal undangan ke teman-teman! Seharusnya tanggal 30 Oktober, tapi aku tulis tanggal 31! Untung saja aku sadarnya pagi-pagi jadi mereka tetap bisa datang meski mendadak dan aku dibanjiri protes karena mereka nggak sempat menyiapkan kostum, hehehe (^-^ ')v 
Habisnya mau bagaimana lagi, di tanggal 31 aku dan Shane sudah berencana untuk ke rumah hantu, dan ditambah, Ali pasti akan kecewa berat kalau Halloweennya ditunda. Gimana nggak, dia sudah menunggu Halloween sepanjang tahun. Bahkan sudah latihan bilang "Happy Halloween" untuk videoku sejak Halloween lalu, ---yang mana waktu itu dia masih aku gendong dan belum terlalu lancar bicara. ---Aww, time flies :') 
Aku nggak mengundang banyak orang, seperti biasa acara seperti ini biasanya hanya kumpul di rumah bersama keluarga. Jadi kalaupun ada teman hanya beberapa saja. Apalagi aku pikir nggak fair buat Shane yang nggak bisa mengundang teman-temannya ke sini. Kampung halamannya jauh, di Amerika. Dan di sini dia belum punya teman selain orang-orang yang aku kenalkan, jadi aku ingin membuat suasana sehangat mungkin alias nggak asing. 

Kostumku, sebagai putri bunga :p

Beberapa saat sebelum teman-temanku datang, Ali sudah mandi sore dan bersemangat sekali. Sebenarnya sih sudah dari pagi, tapi Ibu sempat membawanya ke rumah Nenek supaya nggak mengganggu aku dan Shane yang sedang siap-siap xD Ali pakai kostum Superman, sedangkan aku memakai dress lama berbunga-bunga dan juga mahkota bunga. Ceritanya jadi putri bunga, hehehe. Kalau Shane malah super spontan alias tanpa rencana. Karena kehabisan baju bersih jadi aku minta dia pakai kaus yang Ibu belikan buatku. Aku nggak begitu perhatikan gambarnya, pokoknya asal nggak ambil baju dari keranjang cucian, titik. Tapi rupanya "kostum" Shane malah yang paling keren karena setelah diperhatikan motif kausnya mirip percikan darah! Hahaha, kami sampai nggak bisa berhenti ketawa waktu sadar soal ini, lucky him! :D Dan rupanya keberuntungan Shane nggak habis sampai di situ saja. Kami sempat berselisih kecil karena Shane salah perhitungan waktu membuat graveyard cake. Akibatnya cakenya hancur! Aku sampai hampir menangis karena teman-temanku sudah di depan rumah. Tanpa pikir panjang aku minta dia masukkan cake hancur itu ke dalam beberapa gelas dan atasnya diberi permen cacing. Dirt cake darurat! Kalau teman-teman suka ya syukur, kalau nggak pun nggak apa-apa asalkan kue gagal ini jangan dibuang. Aku sudah siap-siap malu dan bikin tameng dengan bilang"ini buatan Shane" sebelum ada yang protes. Tapi ternyata hasilnya nggak jelek, "Halloween banget" dan rasanya enak! Beruntung sekali, kan! :D Selain dirt cake darurat kami juga memakaikan kostum seram ke kotak susu soya dan jus mangga. Ibu juga menyumbangkan rujak Malaysianya yang rasanya segar. Lainnya aku memesan pizza (iya, karena ingin praktis, maafkan ya nggak bikin, hehehe), soda dan chips. Treatsnya cukup bisa dinikmati sama segala usia. Karena selain Ali, ada dua orang temanku yang juga membawa anak-anak mereka :)

Senangnya anak-anak juga menikmati. Ali dapat teman baru nih, namanya Melody dan Shakila :)

Ada teman-teman kerjaku, Rifa, Irma (plus 2 anaknya) dan Yuli. Juga ada teman-teman dari masa remajaku, Dhian dan Cut Hanna (yang datang bersama suami dan anaknya).

Meski tahun 2018 belum berakhir, tapi aku sudah bisa bilang kalau Halloween salah satu hari terbaik di tahun ini. Aku sangat bahagia dan merasa sangat dicintai di tengah orang-orang terfavoritku di dunia. Ketika semua terlibat, ketika semua menikmati, ketika semua tersenyum... rasanya nggak ada yang bisa membuatku down. Tahun lalu adalah masa yang sulit untukku. Kesehatanku mentalku drop dan keluargaku membuatkan pesta Halloween untuk membantuku merasa lebih baik. Dan tahun ini kesehatanku kembali, punya sahabat baru, ---yang juga menjadi seorang suami :) Jadi bertambah lagi alasan mengapa Halloween sangat berarti untukku. Ini bukan hanya hari di mana kami berpesta kostum, menghias rumah atau meminjam budaya Irlandia. Tapi Halloween adalah pengingat betapa keluarga begitu mencintai aku. Dan pengingat bahwa seburuk apapun keadaan selalu ada harapan untuk menjadi lebih baik. 

---

Ah, rasanya aku masih belum seluwes biasanya karena terlalu lama berhenti menulis. Tapi nggak apa, karena yang terpenting aku senang bisa kembali menyimpan memory di sini. Dan menulis tentang Halloween adalah cara yang menyenangkan untuk memulai kembali ;)


boo,

Indi

(Diedit 5/3/2023. Cut Hanna meninggal dunia pada tahun 2021. Kepergiannya mendadak tanpa sakit (malamnya masih berkomentar di salah satu postinganku). Aku dan teman-teman sangat merasa kehilangan karena almarhumah adalah orang yang baik. Doa dari lubuk hatiku untuknya dan keluarga).



Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact: namaku_indikecil@yahoo.com


Sabtu, 08 September 2018

Guruku Berbulu dan Berekor: Donasi Sudah Mulai Berjalan :)

Aku menulis ini di pagi buta sambil nunggu sarapan. Menikmati sekali awal musim hujan ini, bikin makan dan istirahat makin nikmat, hihihi. Kalau kalian sendiri gimana kabarnya? Semoga baik-baik saja dan sama "nikmat"nya seperti aku, ya :) 
Beberapa waktu yang lalu aku share kabar tentang buku terbaruku yang judulnya "Guruku Berbulu dan Berekor - bagian dua" (yang belum tahu silakan klik di sini). Nah aku punya dua kabar sekaligus tentang buku ini, nih! Yang pertama, aku memutuskan untuk mengubah tampilan sampulnya. Dan yang kedua, keuntungan dari penjualan buku sudah didonasikan! (Yay!).

Guruku Berbulu dan Berekor :)

Kenapa sampulnya diganti? Alasannya sebenarnya murni spontanitasku saja. Sampul awal memang cute, tapi aku merasa kurang personal. Jadi dengan dibantu Shane, pacarku, kami mendesain ulang sampulnya. Sesuai dengan isi buku yang berisi kumpulan kisah nyata manusia dengan hewan peliharaannya, aku pakai foto Eris, ---anjing peliharaanku yang telah memberikan banyak pelajaran berharga untukku dan keluarga :) Prosesnya lumayan cepat, satu malam saja dan dengan mood yang super positif. Buatku itu penting karena aku percaya saat mengerjakan sesuatu mood kita akan terpancar dari hasilnya. Aku puas dengan hasilnya. Bukannya ke-PD-an, tapi kepuasan ini datang karena proses pengerjaan benar-benar hanya dilakukan berdua, dan foto yang digunakan pun sangat personal, diambil oleh Bapak beberapa waktu lalu. Goal untuk menerbitkan buku ini dengan cara se"indie" mungkin pun rasanya sudah cukup tercapai karena budget yang kukeluarkan minim. Setelah 4 bukuku sebelumnya diterbitkan oleh penerbit major, ini adalah kali pertama karyaku diterbitkan secara mandiri. Bukan tanpa alasan, karena setelah dihitung-hitung keuntungannya akan lebih "terasa" dibandingkan jika diterbitkan secara konvensional. Itu artinya jumlah uang yang donasikan dari penjualan perbuku kali ini lebih besar dibandingkan "Guruku Berbulu dan Berekor" bagian yang pertama! :D

Sampul baru, bersama Gift yang berenang di akuariumnya, hihihi.

Kendala tentu saja ada, terutama soal promosi yang hanya mengandalkan sosial mediaku yang followernya masih jauh dari kata banyak. Berbeda dengan buku-bukuku dulu orang bisa temukan di website penerbit dan toko buku :') Meski begitu aku percaya usaha akan membuahkan hasil. ---Sekecil apapun hasil tetap saja hasil. Aku bersyukur sekali semenjak diterbitkan donasi "Guruku Berbulu dan Berekor - bagian dua" sudah disalurkan ke dua penampungan hewan. Yang pertama adalah "Shelter Pak Johan" di libur Lebaran lalu. Pak Johan ini awalnya pengusaha limbah plastik, dan berawal dari rasa iba tempat usahanya itu lambat laun berubah menjadi penampungan hewan! Sekarang beliau sedang memerlukan biaya untuk membeli lahan dan biaya untuk membangun. Lokasinya di Tanjung Kait, Tangerang. Aku salut sekali dengan beliau dan sangat mendukung langkahnya ini. Sekarang jumlah donasi untuk Shelter Pak Johan dari bukuku ini hanya sedikit, tapi aku berharap akan terus bertambah di kemudian hari :)

Donasi untuk Shelter Pak Johan.

Donasi yang kedua disampaikan ke "Cat Life for 16 Cats, street cats rescue". Aku menemukan akun penggagasnya di Instagram dan salut dengan usahanya menyelamatkan kucing-kucing jalanan. Bukan hanya yang sehat, banyak juga diantaranya yang dalam keadaan sakit berat :( Yang paling dibutuhkan oleh mereka adalah pakan kucing, baik untuk kucing dewasa atau kitten. Nah, setelah aku cek ternyata alamatnya nggak terlalu jauh dariku, sama-sama di Bandung! Aku putuskan untuk membeli cat food dari keuntungan buku. Lagi-lagi, aku tahu jumlahnya nggak banyak. Tapi aku harap ini jadi pengingat bahwa masih ada orang yang peduli dengan hewan, sekalipun hewan yang "tak bertuan". Salut :)

Donasi untuk Street Cats Rescue.

Sesedikit apapun keuntungan yang aku dapat dari buku ini aku bertekad untuk terus mendonasikannya pada hewan-hewan yang membutuhkan. Aku ingin "Guruku Berbulu dan Berekor" ini bukan sekedar buku, tapi juga gerakan atau movement. Teman-teman yang ingin membantu bisa hubungi aku untuk membeli bukunya. Bisa kirim pesan pribadi di media sosialku (Facebook: Indi Sugar atau Instagram @indisugarmika) atau email namaku_indikecil@yahoo.com. Harga perbukunya Rp. 60.000, ---iya, naik sedikit dari sebelumnya karena harga kenaikan kertas. Dan jika membeli buku belum memungkinkan aku harap kalian meluangkan waktu untuk membagi kabar tentang buku ini ke orang-orang yang kalian kenal. Dan jika itu belum memungkinkan juga, setidaknya doakan agar gerakan ini terus berjalan, ya, hehehe. Sekian dulu kabarku tentang "Guruku Berbulu dan Berekor - bagian dua". Semoga di tulisan selanjutnya akan ada kabar baik lagi. Selamat menikmati musim hujan, see ya! ;)

Video book trailer untuk Guruku Berbulu dan Berekor 2


yang menulis karena ingin berbagi,

Indi 

 ______________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact: namaku_indikecil@yahoo.com

Rabu, 08 Agustus 2018

Bermain Ukulele dan Menjadi MC di Pet Festival :)

Kalau ada tawaran untuk dapat pengalaman baru rasanya selalu campur aduk, antara semangat pengen coba sama ragu takut nggak bisa, hehehe. Jujur, meski aku hobi banget nyemangatin orang buat mencoba hal baru tapi sebenarnya aku sendiri nggak sepemberani itu :p Kadang aku takut duluan dan menolak, dan kadang (---nah ini nih yang parah banget) aku malah "menggantung jawaban", nggak nolak tapi pas hari H langsung kabur, hahaha. Belakangan aku sedang berusaha mengurangi sifat tak terpuji itu (lol), sebisa mungkin aku mencoba tantangan baru dan kalau nggak sanggup aku harus tegas. Sehabis Lebaran kemarin aku dapat tawaran mengisi acara di Pet Festival Bekasi. Lucunya aku sudah menanti-nanti tawaran ini, tapi pas beneran dapat ternyata deg-degan juga, haha. Maklum tawarannya benar-benar "ajaib", aku diminta menjadi MC sekaligus membawakan beberapa lagu. Padahal tahu sendiri kan kalau aku ini penulis...

Yang paling semangat mendukungku buat mengambil tawaran ini Bapak, padahal jarak Bandung-Bekasi cukup jauh dan beliau lah yang akan menyetir. Katanya kalau ditolak aku nggak akan tahu rasanya bernyanyi dan bermain ukulele di atas panggung sungguhan. Iya, "sungguhan" karena pengalamanku nyanyi di panggung cuma di acara preschool yang ditonton bocah-bocah, dan di panggung audisi acara bakat yang baru masuk 100 besar aku langsung gugur, hahaha. Alasan lain mengapa PD ku jadi meningkat adalah adanya Shane, pacarku. Masih dari idenya Bapak, katanya kalau aku "macet" di panggung Shane bisa nutupin dengan gitarnya. Well, ide bagus karena permainan ukuleleku masih terbatas. Dan aku pikir bakal fun kalau kami melakukan sesuatu bersama-sama. 

Acaranya diadakan di South Lake Park, Mutiara Gading City Bekasi dari tanggal 23 sampai 24 Juni 2018. Pas macet-macetnya karena masih libur Lebaran. Sempat dilema juga sih karena kalau bolak-balik kasihan Bapak yang menyetir. Dan lagi acaranya sampai sore, kalau pulang dulu bisa-bisa keburu pagi dan kami kapan tidurnya dong, hahaha. Untung akhirnya Mas Wiweko dari Animals Lovers yang mengundangku bersedia menyediakan hotel. Soal gimana caranya 1 kamar muat 3 orang biarlah kami pikir belakangan. Yang penting aku sudah tahu gambaran acaranya dan apa saja yang harus dilakukan di sana. Less deg-degan, ---dan berhubung susah mencari waktu untuk latihan berdua Shane di rumah, kami putuskan untuk berlatih di mobil saja, di perjalanan nanti.

Lokasi acaranya di tepi danau. Asyik, ya? Jadi pengen nyebur, hehehe.

23 Juni 2018
Meski tahu harus bangun sangat awal tapi aku dan Shane masih saja nekat bergadang yang berakhir naas karena kami nyaris nggak tidur semalaman (lol). Suasana libur Lebaran masih masih sangat kuat, rasanya nggak rela kalau harus dilewatkan. Aku pikir biar nanti saja tidur di mobil, berhubung perjalanan cukup memakan waktu. Jadi rencananya setengah perjalanan untuk tidur dan setengah lagi untuk berlatih. Tapi rupanya rencana tinggal rencana. Kami nyasar sampai berkali-kali dan sempat hampir menyerah karena meski dibantu Google map tetap saja berputar di tempat yang sama :( Syukurlah titik cerah akhirnya justru datang dari Alfamart, hahaha. Bukan dari Alfamart nya sih, tapi kami punya ide konyol untuk berhenti di setiap cabang yang ditemui dan bertanya dengan siapapun yang kami temui di sana. Hasilnya rupanya lebih akurat dari Google map. Bahkan ibu-ibu yang terakhir kami temui memberi arahannya detaiiiiiiil sekali, sampai kami takjub! :D

Kami tiba tepat waktu dan langsung disambut oleh matahari yang sangat terik meskipun masih pagi. Lokasinya di area terbuka, di tepi danau buatan yang dikelilingi wisata outdoor semacam outbound dan trampolin. Dari pintu masuk ke lokasi cukup jauh tapi bisa terdengar sayup-sayup suara MC dan musik. Oh iya, aku bukan MC utama di sana, tapi mendampingi seorang MC bernama Sandi. Awalnya aku dipasangkan dengan Gaung, tapi di detik-detik terakhir diganti karena dia harus mengurus komunitas reptilnya. Meski aku diberitahu apa-apa saja yang harus dilakukan tapi Mas Wiweko bilang sebagian besar aku harus improvisasi. Lagu yang dibawakan pun nggak bisa dipastikan harus berapa banyak karena tergantung berapa lama jeda dari satu segmen ke lainnya. Dan di sana juga sebenarnya ada home band, tapi aku diundang sebagai tamu. Aku sudah bilang sama Shane jika lagu yang kami siapkan kurang, langsung "hajar" saja dengan lagu apapun yang kami tahu. Yang penting nggak sepi, hahaha.

Dan terbukti, belum juga mulai cuap-suap sebagai MC, aku langsung diminta membawakan lagu. Aku dan Shane pun naik panggung lalu langsung diperkenalkan oleh Sandi sambil sedikit diwawancara. Sudah aku duga sih bakal ada sedikit kendala, Shane mau ditanya apapun nggak akan menjawab. Bukan karena dia jutek, tapi memang belum bisa berbahasa Indonesia, hahaha :D Untung saja Sandi sangat kocak dan luwes, suasana jadi santai. Setelah dipersilakan kami bawakan 3 buah lagu; "And I Love" nya The Beatles, "If I" nya Indi Sugar (lol) alias lagu ciptaanku, dan "One Day" yang juga ciptaanku. Eh, aku agak-agak terharu lho waktu bawakan "One Day". Pasalnya, ehm, tahun lalu di bulan yang sama aku dan Shane merekam lagu itu jauh-jauhan. Aku di Indonesia dan dia di Amerika. Siapa sangka satu tahun kemudian kami bawakan lagunya berdekatan, ---sebelahan, dan dia jadi pacarku pula :'p

Aku nggak selalu main ukulele. Ada beberapa lagu yang hanya dibawakan dengan iringan gitar Shane.



Momen bersejarah tertangkap video. Pertama kalinya aku dan Shane membawakan lagu "One Day" berdekatan, lol.

***


Konsep Pet Festival ini mengenalkan dan mengedukasi masyarakat tentang hewan. Jadi sebenarnya nggak berpusat pada hewan peliharaan saja. Di sini juga ada burung-burung yang dilindungi dari Taman Mini Indonesia Indah agar bisa dilihat lebih dekat oleh pengunjung. Komunitas yang terlibat antara lain; Animals Lovers, Expose, Paspamres, Koi, PSGB, ACI, Ahay Bird Sanctuary dan IBA. Mereka membawa hewan kesayangan dan koleksi masing-masing agar bisa berinteraksi. Pokoknya di area yang luas ini mereka tersebar, termasuk di "taman sentuh" alias di mini petting zoo. Tugasku sebagai MC (---yang masih ngos-ngosan habis nyanyi karena bukan penyanyi betulan, lol) adalah menggiring pengunjung agar nggak malu-malu. Maklum, banyak yang mengira kalau harus membeli tiket lagi untuk masuk ke area ini. Padahal gratis, cukup membeli tiket masuk South Lake Park saja dan mereka bebas berada di Pet Festival sampai acara selesai.

Burung Julang Emas. Oh my! Cantik sekali! :D

Kebanyakan pengunjung yang hadir adalah keluarga dengan anak yang masih kecil-kecil. Mereka-mereka inilah yang paling kelihatan antusias. Agar semakin menarik aku dan Sandi juga membuat kuis yang pertanyaannya gampang-gampang. Seperti nama-nama hewan dan karakternya. Yang bisa menjawab benar tentu dapat hadiah, yaitu goodie bag berisi snacks. Anak-anak sangat bersemangat, malah ada yang sampai nangis karena ingin hadiah tapi malu menjawab, hahaha. Meski kesannya sepele tapi cara ini efektif untuk mengenal karakter berbagai hewan. Jadi jika lain kali bertemu akan paham bagaimana cara menghadapinya. Terutama untuk hewan berbahaya seperti ular dan biawak. By the way, "bahaya" yang dimaksud adalah kalau kita nggak tahu cara menghandlenya, ya. Karena pada dasarnya hewan itu mempunyai insting dan meski sudah jinak kita tetap harus berhati-hati.

Di area Taman Sentuh atau Petting Zoo.


Aku, Sandi dan Gaung (yang awalnya akan menjadi partnerku).


Sandi sangat membantuku, tanpa dia mungkin suasana nggak akan ramai. Kalau aku blank dengan cepat dia mengisi kekosongan dengan jokesnya. Aku bersyukur baik Mas Wiweko maupun Sandi memaklumi karena ini adalah pengalaman pertamaku. Bahkan mereka berbaik hati mengizinkanku untuk "watch and learn", jadi nggak perlu menggintil Sandi kemana-mana tapi cukup melihat dan mempelajari untuk lain kesempatan. Cara ini cukup efektif sih, semakin lama aku jadi semakin PD dan mulai berani mengeluarkan inisiatif jokes. Nggak lucu juga nggak apa-apa deh, yang penting usaha, hahaha :p 

Sebelum acara selesai aku dan Shane membawakan 2 lagu lagi; "Here, There and Everywhere" nya The Beatles dan "The Will to Death" nya John Frusciante. Duh, akhirnya kesampaian juga impianku bawain lagunya John sang idola di depan umum, hahaha. 
Biar badan rasanya capek maksimal (---efek cuaca panas sepertinya) tapi aku lega karena saat meeting akhir penyelenggara puas dengan kesuksesan acara di hari pertama ini. Tentu aku juga menyadari belum ada apa-apanya dibanding Sandi, tapi aku janji di hari kedua akan lebih maksimal lagi :) Berhubung aku satu-satunya pengisi acara yang berasal dari luar kota jadi diizinkan untuk ke hotel duluan. Aku, Shane dan Bapak pun pamit. Hotel sudah dibooking oleh penyelenggara jadi kami (harusnya) sudah tinggal istirahat saja. Asyik! :D

Tapi Tuhan rupanya ingin kami berpetualang dulu. Lagi-lagi Google map nggak banyak membantu dan malah bikin kami berputar di tempat yang sama sampai 4 kali! Jarak South Lake Park ke Hotel Amaris cukup jauh dan ternyata di daerah sini banyak hotel dengan nama yang mirip. Jadi kalau nanya sama orang mereka kebanyakan bingung dan malah memberi arahan ke hotel yang lain :'D Waktu akhirnya tiba aku sudah nggak berbentuk, deh. Semua tas dan ukulele Shane yang gotong (padahal dia sendiri bawaannya banyak) karena buat jalan saja rasanya berat untuk menyeret kaki, hahaha. Kami langsung pesan extra bed karena di kamar hanya ada 2 tempat tidur. Tapi... ehm... ternyata mereka nggak punya extra bed, saudara-saudara!!! :')

Akhirnya diputuskan Bapak tidur di satu tempat tidur sementara aku dan Shane berjejalan di tempat tidur yang lain. Gimana caranya? Nah, ini yang bikin aku takjub sama Shane karena bisa tidur dengan posisi nggak biasa. Dia berbaring melintang dengan kaki ditekuk, hahaha (---iyes, kakiku nindihin perut dia). Kebayang nggak sih ukuran tempat tidur yang harusnya buat sendiri itu ditempati berdua? Shane bahkan sesekali tiduran di lantai untuk sekedar meluruskan kaki. Pokoknya kalau ditotal kami berdua hanya tidur 2 jam karena selain posisi nggak nyaman, kami juga kelaparan dan harus menunggu abang Gojek sampai jam 3 pagi karena restoran hotel sudah tutup. Kalau Bapak? Well, beliau sih nyenyak. Ngoroknya saja terasa getarannya sampai tempat tidur kami :D


24 Juni 2018
Meski bangun pas-pasan tapi aku dan Shane nggak ribet ataupun terburu-buru karena sudah mandi sebelum tidur. Jadi kami langsung ganti baju, sarapan dan berangkat. Latihannya sama seperti kemarin kami lakukan di perjalanan saja. Ada 2 lagu lain yang kami siapkan dan keduanya dari John Frusciante (---mimpi apa aku bisa bawain lagu idola 2 hari berturut-turut, uhuhu...). "Chances" dan "Interior Two" adalah lagu-lagu yang pernah aku bawakan sebelumnya di channel YouTube ku, jadi perfect untuk dijadikan back up songs kalau-kalau mendadak diminta. Aku merasa lebih relax sih, mungkin karena sudah lebih mengenal rutenya jadi nggak perlu ribet dengan Google map lagi. Sepanjang jalan aku, Shane dan Bapak banyak tertawa dan ini sangat aku syukuri :)

Bapak yang setia menemani dan mengabadikan momen.


Si pacar siaga, hahaha.


Kami tiba tepat waktu, susunan acara hampir sama seperti kemarin. Bedanya aku dan Shane tampil di tengah acara, bukan di awal. Ada beberapa kejutan menyenangkan yang hadir di hari kedua ini. Pertama, pengunjungnya lebih ramai dibanding sebelumnya. Kedua, sepupu dan dua keponakanku datang untuk melihatku tampil (hahaha, malu!). Dan ketiga, aku bertemu dengan beberapa teman pembaca. Aku senang sekali bisa menyapa dan berfoto bersama dengan mereka. Cuma sayangnya ada beberapa orang yang memperlakukan Shane seperti "objek wisata". Mereka mengajak berfoto bahkan tanpa bertanya siapa dia dan langsung pergi setelahnya. Aku sampai malu :( Out of topic, nih. Indonesia kan dikenal ramah, aku jadi sedih kalau ada yang asal jawil dan cekrak-cekrek saja... (maaf curhat, hiks).

Tapi di luar itu semuanya menyenangkan. Aku juga mulai berani memulai duluan untuk berbicara di depan pengunjung meski dagi dig dug, hahaha. Mungkin karena sudah lebih relax, aku juga jadi bisa lebih menikmati isi acara. Jadi nggak cuma sekedar mengenalkan komunitas yang akan tampil lalu langsung cari-cari bahan nge-MC lagi. Bagian favoritku adalah waktu ada komunitas yang menjelaskan bagaimana apa yang harus dilakukan jika berhadapan dengan ular. Dari mulai cara membedakan mana yang berbisa dan mana yang nggak, sampai cara menangani jika sampai tergigit ular berbisa. Sayang baik Bapak ataupun Shane nggak ada yang merekam part ini jadi aku nggak bisa share banyak. Tapi aku ingat jelas bahwa selama ini banyak yang salah kaprah dengan penanganan pertama saat terkena gigitan ular. Instead dihisap atau malah diikat lebih baik perlakukan seperti korban patah tulang. Misalnya bagian lengan yang tergigit, maka usahakan agar bagian itu nggak banyak digerakan (bisa disangga dengan kayu, etc) lalu segera bawa ke Rumah Sakit. 

Sini Dek, ikut naik panggung :D


Di hari kedua foto lebih sedikit karena kamera mati. Untung saja saat turun panggung Shane sempat ambil video dengan handphone nya :)


Selain itu aku juga melihat aksi burung-burung cerdas. Sumpah kocak banget, kalau nggak ingat lagi "tugas" mungkin aku bakal konsen menonton bersama parah bocah yang memenuhi sekitar panggung, hahaha. Pokoknya aku merasa di hari kedua ini lebih maksimal segala-galanya. Microphone yang sempat mati dan aku yang sempat lupa lirik (lol) rasanya nggak terlalu penting. Antusias pengunjung dan pengisi acara bikin moodku super baik :) Dan rupanya bukan hanya aku yang merasa bahwa hari kedua ini sangat maksimal. Di meeting sebelum kami pulang pihak penyelenggara pun sangat puas, bahkan rencananya akan diadakan rutin setiap bulan! Wah, meski keterlibatanku di acara ini cuma secuil, tapi aku ikut senang! Mas Wiweko bilang kepadaku dan Shane agar kami jangan kapok untuk diundang kembali. Karena rencananya di akhir bulan Agustus mereka ingin kami hadir kembali.

Di perjalanan pulang kebahagiaan kami masih terbawa. Apaaaa saja dibahas, termasuk sedikit memberi "catatan" tentang apa saja yang harus diperbaiki jika ada kesempatan di lain waktu. Selebihnya... aku dan Shane terlelap! Kami lelah bukan main karena sehabis acara sama sekali nggak kembali ke hotel dan langsung menuju Bandung. Tubuhku rasanya rindu dengan tempat tidur di kamar yang meski sempit tapi nggak harus dibagi dengan Shane, hihihi. Meski begitu aku merasa lelah ini sangat sepadan. Banyak yang bilang Indonesia kurang peduli dengan keberadaan hewan, baik pets ataupun hewan dilindungi. Tapi Pet Festival ini membuktikan sebaliknya, banyak orang-orang yang peduli dan benar-benar "do something" untuk menyebarkan awareness. Aku bangga menjadi bagian mereka :)
Yang aku harapkan sekarang semoga acara seperti ini bukan hanya di Bekasi, tapi diseluruh wilayah Indonesia! Boleh aku dapat "amin" nya, teman-teman? ;)

Vlog. Yang mudah-mudahan bisa menangkap keseruan Pet Festival :)


yang main ukulele tapi suka malu-malu kucing,

Indi


_______________________________________

Flash news:


Teman-teman, aku dibantu oleh para relawan menulis sebuah buku yang berjudul "Guruku Berbulu dan Berekor" (bagian dua). Buku ini berisi kumpulan kisah nyata mengenai manusia dan hewan peliharaannya. Hasil penjualan dari buku digunakan untuk membantu hewan-hewan di penampungan (royalti cetakan pertama sudah disalurkan ke Shelter Pak Johan). Jika teman-teman ingin memiliki bukunya sekaligus berdonasi, silakan kontak aku. Harga buku Rp. 60.000 dan bisa dikirim ke seluruh wilayah Indonesia. Trims! :)


_________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact: namaku_indikecil@yahoo.com

Minggu, 22 Juli 2018

Catatan Operasi Angkat Rahim Eris: It's a Miracle! :)

Aku memang bukan orang paling positif sedunia, tapi aku selalu berusaha mencari sisi baik dari setiap kejadian. Tapi apa yang terjadi sama aku beberapa hari lalu susaaaah sekali membuatku tegar. Saking takutnya aku sampai mikir yang “nggak-nggak”. Not my character, tapi ini beneran terjadi! Baru sekaranglah saat aku menulis ini hati sudah tenang kembali. Dan aku bisa belajar kalau hal yang kupikir “terburuk” pun kalau dijalani dengan kepala dingin, ---at least aku berusaha begitu, akan bisa dilalui.
Kejadian ini menimpa Eris, anjing golden retriever kesayanganku. Tanpa harus disebut, mungkin sudah banyak yang tahu betapa berartinya dia untukku. Dia pelipur laraku di masa-masa sulit, juga literally pernah menyelamatkan nyawaku dari tumor payudara di tahun 2013 lalu. She’s my baby, dan saat tahu ada yang salah dengannya aku ketakutan setengah mati. 


14-15 Juli 2018
Awalnya, 13 Juli 2018 Eris mendadak nggak nafsu makan. Pupnya cair dan badannya juga lemas. Memang sejak beberapa waktu sebelumnya Eris nggak seenergik biasanya, tapi aku nggak anggap serius. She’s an older dog, dan dokter bilang itu normal. Untuk pertolongan pertama aku beri dia Norit, obat diare dan keracunan untuk manusia yang relatif aman untuk hewan, juga kaldu ayam yang aku campur dengan makanannya. Rasanya khawatir, tapi hanya sebentar karena malamnya nafsu makan Eris kembali dan dia bertingkah normal.

Keesokan harinya, pagi-pagi, Eris kembali terlihat lemas. Malah menurutku terlihat lebih lemas dari kemarin. Nafsu makannya kembali hilang, pupnya cair dan vaginanya mengeluarkan darah. Seperti darah loop (menstruasi), tapi aku yakin itu bukan karena Eris baru selesai loop 2 bulan yang lalu. Karena khawatir, aku, Bapak dan Shane langsung membawanya ke klinik 24 jam. Di sana Eris di USG, diberi suntikan untuk menghentikan pendarahan, tes lab untuk pup dan darah vaginanya juga diresepkan obat. Hasil sementara kemungkinan terkena infeksi rahim atau Pyometra karena dari hasil USG terlihat ada kantung besar di perutnya. Kenapa hanya kemungkinan? Karena untuk memastikan masih harus tes darah dan ronsen. Aku agak heran dan sempat ngotot juga, nggak terima! Di bulan Mei Eris sudah cek darah dan hasilnya NORMAL. Aku pikir mana mungkin bisa mendadak sakit? Akhirnya kami pulang dan memutuskan akan kembali keesokan harinya untuk cek darah dan rawat inap untuk persiapan operasi angkat rahim, ---jika memang betul ternyata Eris terkena infeksi.


Tiba di rumah Eris ternyata semakin lemas dan darah yang keluar semakin banyak, padahal waktu di klinik dia masih lari-lari sambil sesekali mengganggu pasien lain. Panik! Aku langsung minta nasehat dokter langganan yang kebetulan sedang di luar kota. Aku disarankan untuk menelepon ke klinik dan bilang bahwa ini EMERGENCY. Thank God, pihak klinik sangat tanggap dan langsung menangani Eris ketika kami membawanya kembali ke sana. Padahal kabarnya ruang rawat inap penuh. Tapi yang terpenting Eris memang ditangani dulu, soal tidur di lantai biarlah, yang penting nggak terlantar. Perasaanku sudah nggak karuan. Sempat nangis sesenggukan di pelukan Shane, lalu marah dan kecewa sama diri sendiri. Pokoknya kacau... Hasilnya Eris positif terkena infeksi rahim dan harus segera dioperasi. Waktu sudah malam, dan rencananya operasi akan dilakukan jam 9. Rasanya waktu untuk mengucapkan "See you" saja belum cukup saking cepatnya. Tapi aku harus tegar, nggak boleh bikin Eris jadi ketakutan karena malah memperburuk keadaan. Setelah Eris dipasangi infus, aku, Shane dan Bapak yang mengantar ke sana pamit pulang. Aku sempat ngobrol dulu dengan dokter yang akan mengoperasinya. Katanya kemungkinan keberhasilannya 50-50 karena Eris sudah masuk usia tua. Tapi aku percaya Tuhan, aku berdoa, ---dan yang terpenting aku berusaha untuk kesembuhan Eris…

16 Juli 2018
Pagi-pagi aku dapat kabar kalau Eris sudah sadar dan mau disuapi dog food favoritnya! Perasaanku legaaaaa sekali. Semalaman yang aku pikir hanya Eris dan kabar baik ini rasanya bikin hatiku meledak, hehehe. Aku, Bapak dan Shane menjenguknya di siang hari. Kondisi Eris meski masih kesakitan tapi terlihat jauh lebih alert dibandingkan dengan sebelum operasi yang sempat nabrak-nabrak saking lemasnya. Matanya awas dan yang bikin pangling perutnya kempes karena rahimnya sudah diangkat. Kardus yang dijadikan alas kering sama sekali, nggak ada lagi darah yang keluar dari vaginanya. Praise the Lord… operasinya berhasil! :)


Kami nggak banyak melakukan apa-apa. Eris hanya dibelai-belai karena masih lemas belum bisa berdiri terlalu lama. Menurut dokternya operasi Eris cukup memakan waktu dan menghabiskan banyak benang karena jahitannya panjang. Aku nggak bisa benar-benar melihatnya karena tertutup perban, tapi melihat foto-foto pasien sebelumnya aku tahu kalau ini operasi besar. Karena belum bisa makan sendiri Eris disuapi dan diinfus. Aku sama sekali nggak berharap banyak, melihat Eris terbangun dari tidurnya saja membuatku senang, sesenang senangnya! :)

17 Juli 2018
Waktu kami menjenguknya, Eris lagi tiduran. Masih pakai infus dan kabarnya makan pun masih harus disuapi. Begitu aku panggil namanya dia langsung bangun dan excited sekali. Iseng-iseng aku dekatkan mangkuk makanannya, eh rupanya langsung dimakan habis! Dokter dan staff di klinik pun langsung kaget. Katanya Eris mungkin maunya makan sama aku, hahaha.


Dari hasil tanya-tanya sama dokternya katanya perkembangan Eris baik. Pee dan pup normal, makan pun porsinya cukup despite of belum mau sendiri (bisa juga gara-gara manja sih, lol). Oh iya Eris akhirnya nggak diinapkan di ruang inap karena size dia yang cukup besar, jadi di ruang operasinya saja sampai cukup kuat untuk dibawa pulang. Aku sih malah lega, karena kelihatannya staff rajin bersih-bersih setiap ada hewan yang buang kotoran (---di sana hanya ada Eris dan seekor kucing yang baru melahirnya plus baby-baby lucunya).
Soal makanan untuk Eris dokter membebaskan, pilihannya ada dua: dog food yang sudah disediakan klinik atau aku bawa sendiri. Aku pilih yang kedua karena khawatir Eris bosan (kaya aku yang ogah makan makanan RS, hahaha). Kecuali kalau dog food yang kubawakan habis, aku sudah titip agar Eris dibelikan dog food favoritnya dari pet shop di lantai dasar. 

18 Juli 2018
Begitu aku dan Shane datang untuk menjenguk kami langsung dipersilakan masuk ke ruang operasi. Sepertinya staff di sana sudah hapal dengan kami karena datang setiap hari :D Berhubung kemarin Eris masih tiduran waktu kami datang, jadi kami buka pintu pelan-pelan. Eh, tapi ternyata sama sekali di luar dugaan! Di balik pintu Eris sedang berdiri tegang dengan wajah badung! Di sekelilingnya ada serpihan kemasan makanan kucing. Ya ampun… Eris makan jatah pasien lain :O *TEPOK JIDAT*

Aku jadi serba salah, antara marah tapi pengen ketawa juga. Eris is back! Kalau nggak bandel bukan Eris namanya. Aku langsung minta maaf sama dokternya, tapi dokter dan staff di sana memang baik-baik, katanya memang salah mereka yang "lupa" kalau Eris bisa jangkau makanan kemasan. Syukurlah Eris makan sedikit saja, karena jika kebanyakan makanan kucing nggak baik untuk anjing.


Eris memang jauh lebih aktif, jalan ke sana-kemari dan sangat waspada. Infusnya sudah dilepas, luka bekas jahitan kering dan rapi! Aku bawa sisir dari rumah untuk merapikan bulu Eris biar makin kece, siapa tahu ada pasien anjing jantan yang ganteng di sana, hehehe. Nggak lupa aku juga bawakan makanan kesukaannya yang langsung habis dilahap padahal belum sempat dipindahkan ke mangkuk :’D Melihat Eris “kembali” rasanya semakin berat buat bilang "see you”. Maunya aku menginap saja atau bawa Eris pulang. Tapi dokternya meyakinkan aku kalau Eris dirawat dengan baik dan memang sebaiknya nggak pulang dulu meski sudah aktif (baca: bandel). Perkiraan Eris harus dirawat selama satu minggu, tapi my gut felling says dia akan lebih cepat pulih dari waktu yang diperkirakan ;)

19 Juli 2018
Pagi-pagi aku ditelepon sama klinik. Tumben, biasanya mereka hanya mengabariku via WhatsApp. Agak khawatir, takutnya ada sesuatu yang nggak diinginkan aku langsung menjawab teleponnya. Eh, rupanya mereka hanya mau minta izin untuk memberi Eris dog food dengan jenis lain karena dog food yang aku bawakan habis! Hahaha, Eris rupanya kelaparan. Tanpa pikir panjang aku langsung iyakan. Perasaanku bilang, nafsu makan Eris sudah kembali. Jadi diberi dog food dalam bentuk kibbles pun rasanya dia akan mau meski biasanya dia makan yang kalengan.

Sekitar dua jam kemudian aku ditelepon lagi. Sumpah, rasanya seram banget, “ada apa ya sampai ditelepon dua kali dalam satu pagi?” begitu pikirku. Tapi rupanya mereka mau menyampaikan kabar super baik. Dokter menyatakan Eris sudah aman untuk dibawa pulang! Ya ampun, bahagia sekali! Sampai-sampai aku nggak bisa kembali tidur padahal semalaman begadang :D

Malamnya, aku, Shane, dengan diantar Bapak menjemput Eris di klinik. Maunya sih memang langsung di pagi harinya. But honestly waktu pulang Eris yang lebih cepat membuat aku nggak siap dalam segi finansial. Biaya yang dihabiskan sejak awal Eris sakit sekitar empat juta rupiah, jumlah yang nggak sedikit buatku. Bersyukur akhirnya ada solusi meskipun masih harus aku selesaikan di kemudian hari. Yang terpenting kan Eris sudah sehat dan bisa pulang ke rumah :)
Waktu kami datang Eris sedang main dengan pasien lain. Aku sampai cekikikan, ajaib saja rasanya melihat Eris bisa ramah sama anjing lain, hahaha. Dan Eris sama sekali nggak seperti anjing sakit. Bandelnya sudah 100% kembali dan pakai drama nggak mau pulang segala, lol.

Sebelum pulang aku diajari untuk mengganti perban oleh dokter dan diingatkan untuk memberi Eris obat 2 kali sehari. Obat olesnya sih sama seperti obat manusia pasca operasi. Tapi untuk obat oralnya aku kurang paham, sepertinya antibiotik dan vitamin penambah nafsu makan. Terharu sama Eris yang kooperatif, nggak grusak-grusuk waktu diganti perban. Mungkin karena dokter dan staffnya sabar-sabar. Terlihat banget mereka kerjanya pakai hati. Jujur awalnya aku ragu untuk ke klinik ini karena review di Google banyak yang negatif. Tapi ternyata ini klinik yang super helpful, selain buka 24 jam, dokter pun selalu stand by karena yang bertugas di sana nggak satu dokter saja, tapi tujuh. Sekedar share, nama kliniknya “MUTIARA”. Bertempat di ruko (lantai 2) Metro Trade Center, Jl. Soekarno Hatta Bandung


Meski sudah kembali ke rumah bukan berarti Eris sudah bisa kembali beraksi secara full. Bandelnya harus direm sedikit karena khawatir akan merusak jahitannya. Dia sepertinya kangen rumah, excitednya super sekali sampai seluruh sudut dijelajahi, hahaha. Meski dokter bilang Eris pee dan pupnya sudah normal, tapi aku tetap mengawasi dan bersiap memberikan obat jika memang diare kembali. Tapi sejauh ini baik-baik saja. Nafsu makan pun sudah setara dengan seekor kuda aka rakus sekali :D Mengganti perban Eris agak tricky karena plesternya susah sekali melekat, tapi jika diganti dengan plester biasa malah terlalu susah dilepas dan bikin dia kesakitan. Sekarang aku sudah semakin lihai sih, mudah-mudahan saja aku bisa merawatnya dengan benar dan nggak terjadi infeksi, amen…

Well, aku harap teman-teman, terutama yang memelihara anjing bisa belajar dari pengalamanku. Kondisi kesehatan, terutama pada older dog bisa berubah dengan cepat. Jadi jika sudah mendapat pertolongan pertama belum membaik, segera larikan ke dokter hewan! Mencegah tentu lebih baik daripada mengobati, tapi kesiapan juga penting. Susah untuk bilang sama diri sendiri untuk nggak panik, but trust me, it’s worth it. Dengan ketenangan kita, anjing juga bisa merasakan. Melepas Eris untuk rawat inap itu nggak mudah karena dia nggak mengerti. Salah-salah dia bisa mengira kalau aku menelantarkannya. Jadi aku berusaha acting kalau ini cuma vacation, ---no sad face dan tunjukan kalau aku juga excited dia bakal ada yang jagain dan bisa makan enak (padahal dalam hati sih tetap, nangis).

Aku bersyukur mendapat banyak dukungan untuk melalui ini. Terutama dari followers Instagramku yang komentar-komentarnya menenangkan. Juga dari Tante dan dokter hewan langganan Eris yang sebenarnya nggak terlibat dalam operasi Eris (karena dari klinik berbeda) tapi tetap rajin bertanya tentang kondisi Eris. Dokter-dokter dan para staff di klinik “Mutiara” yang merawat Eris (plus direpotin), terima kasih banyak, tanpa mereka mungkin Eris sudah nggak bersamaku lagi sekarang karena infeksi rahim itu harus ditangani segera. Dan tentu, untuk keluargaku, terutama Bapak yang selalu setia mengantar. Termasuk Shane, you’re such an angel to me! Terima kasih sudah membantu dari awal sampai sekarang, dari mulai cuci mobil setelah terkena darah Eris yang baunya minta ampun sampai menenangkanku secara mental setiap malam.

Tulisan panjang lebarku ini mungkin ada yang menganggap lebay. But trust me guys, family is a family, mau apapun bentuknya. Dan Eris, dia telah menjadi anggota keluargaku sejak pertama kami bertemu dengannya! :)




kisses,

Indi


(Diedit 5/3/2024. Akhirnya ibunya Shane, calon ibu mertuaku saat itu menanggung sisa pengobatan Eris sebanyak dua juta rupiah. Bless her heart).
_______________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact: namaku_indikecil@yahoo.com

Selasa, 26 Juni 2018

Ngobrol-Ngobrol Tentang Vegan ;)

Wah, masih suasana Lebaran, nih! Maaf lahir batin ya, teman-teman :) Gimana nih, apakah ada yang masih menikmati liburan Lebaran? Atau sudah mulai beraktivitas normal lagi? Aku sendiri sih sudah terasa perubahannya, kue-kue sudah pada habis dan sudah nggak ada "excuse" lagi kalau mau bangun siang, hahaha :p Meski ada sisi senangnya karena toko-toko sudah nggak libur (kemarin-kemarin aku susah cari cemilan tengah malam, doooongs!) tapi aku sudah kembali rindu dengan suasana Lebaran. Soalnya hari-hari biasa susah banget buat bertemu dengan saudara-saudara yang tinggal di luar kota, dan... susah buat makan di luar soalnya nggak bisa pakai alasan "bosan menunya itu-itu lagi", hahaha.

Ngomong-ngomong soal makan di luar, aku ada kenang-kenangan dari bulan puasa kemarin, tepatnya tanggal 4 Juni 2018 yang lalu. Masih ada yang ingatkah dengan postku tentang restoran vegan "Kehidupan Tidak Pernah Berakhir"? Nah, tulisanku rupanya dibaca oleh pihak mereka dan mendapat respon yang positif. Mereka bahkan menghubungi dan mengajakku untuk berbagi pengalaman sebagai seorang vegan. Karena aku (dan juga pacarku, Shane) betulan suka dengan makanan di sana, aku pun mengiyakan. Ditambah karena peningkatan kualitas mereka juga terlihat nyata (---terutama toilet yang sekarang sudah jauh lebih bersih), semakin semangatlah aku untuk diwawancarai.

Meski waktu wawancara dilakukan setelah aku dan Shane memesan makanan, tapi itu sama sekali nggak mengganggu karena kami sedang menunggu waktu berbuka, ---jadi sekalian ngabuburit. Prosesnya juga cepat dan semuanya sopan (nilai plus, aku paling nggak nyaman sama yang grasak-grusuk, lol). Oh iya, wawancara ini untuk ditayangkan di channel dan juga restoran mereka juga, lho. Kalau sudah pernah ke "Kehidupan Tidak Pernah Berakhir" pasti tahu apa yang gue maksud, di sana banyak monitor besar yang menayangkan wawancara, testimoni atau video edukatif tentang vegan lainnya. Waktu tulisan ini dibuat sih videonya sudah bisa ditonton, tapi in case ada yang ingin tahu tapi belum bisa mampir ke Bandung di sini aku copy-kan wawancaranya, ya. Semoga bermanfaat! :)

Q: Sejak kapan jadi vegan?
A: Waktu usia 15, saya mulai menjadi pesco-vegetarian atau masih makan ikan tapi tidak makan daging-dagingan. Saya mulai menjadi vegan sebenarnya masih baru, ---baru Desember 2016 kemarin.

Q: Mengapa menjadi vegan?
A: Waktu itu saya pikir, "Hmm, kenapa saya harus mengorbankan nyawa mahluk hidup lain sementara itu hanya untuk rasa kenyang yang sesaat?" Dan saya berpikir kira-kira ada alternatif apa ya agar saya bisa makan kenyang, happy, tanpa mengkonsumsi hewani. Karena saya ragu, kalau saya makan daging, saya tidak tahu dagingnya berasal dari mana. 'Apa hewan-hewan itu happy sebelum mereka disembelih?', 'Apa manusia memperlakukan mereka dengan baik?' Jadi ya sudah, saya decide saat itu juga untuk stop (makan produk hewani sama sekali) begitu saja.

Q: Apa yang kamu rasakan setelah menjadi vegan?
A: Saya merasa lebih sehat, saya merasa lebih bahagia. Dan yang paling penting hilang perasaan guilty, ---hilang perasaan bersalah karena "tidak harus" worry dengan apa yang terjadi dengan hewan-hewan sebelum saya makan. Karena dengan mengkonsumsi makanan non hewani saya bisa lebih yakin (dengan apa yang masuk ke tubuh saya) karena lebih mudah untuk dimasak di rumah. Jika kita diberi choice antara hewan dan tumbuhan, pasti secara naluriah kita akan memilih tumbuhan dibandingkan harus berburu (menangkap hewan dan memasaknya sendiri). Menurut saya mengkonsumsi sayur-sayuran (menjadi vegan) lebih masuk akal.



***

Aku sih nggak pernah against non-vegan, ya. Orangtuaku juga makan daging kok, bahkan pacarku saja baru jadi vegan sekitar 4 bulan kemarin, setelah pindah ke rumah ortuku (---dulunya sih dia fans berat keju, hahaha). Pernyataanku 100% menurut pengalaman pribadi saja dan nggak menganggap vegan lebih baik dari non vegan apalagi sampai against suatu kepercayaan. Karena aku percaya manusia dan hewan ditakdirkan hidup berdampingan. Jadi selama pemanfaatannya masuk akal dan nggak berlebihan, ya why not? Aku jadi vegan simply karena aku punya pilihan. Ini zaman modern, makan enak nggak harus daging dan kebutuhan giziku juga terpenuhi ;) Jadi silakan wawancaraku ini kalau ada diambil manfaatnya, dan kalau nggak ada lumayanlah buat baca-baca :p

Buat yang nggak bisa lihat langsung juga aku sudah upload videonya di channelku, ---tapi versi edit berhubung si pacar nongol di sebelah dan nggak ngeh kalau dia in frame (---nguap dua kali dong dia, ya ampun, hahaha). Kalau kalian, ada kenang-kenangan apa libur bulan Puasa dan Lebaran? Adakah yang mampir ke resto favorit juga? ;)



yang suka makan enak,

Indi

_____________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact: namaku_indikecil@yahoo.com

Senin, 18 Juni 2018

Lagu untuk Mika: Kado untuk Cinta Pertamaku.

Aku menulis ini di hari ulang tahunku. Iya, biasanya aku memang langsung bikin postingan selebrasi kecil-kecilan bersama keluarga dan teman-teman, ---juga pacar kalau ada, lol--- tapi nggak kali ini. Bukan karena nggak excited. Of course aku selalu excited dan bersyukur masih diberikan usia untuk berkarya dan berbuat kebaikan. Tapi karena ada hal lain yang mau aku ceritakan. Well, sebenarnya bisa dibilang ada hubungannya dengan ultahku juga sih. Soalnya kejadiannya tepat satu malam sebelum hari lahirku itu.



Mungkin orang-orang sudah mulai lupa dengan novel "Waktu Aku sama Mika", atau bahkan film layar "Mika" yang tayang 5 tahun yang lalu. Tapi buatku mendiang Mika mustahil untuk dilupakan, dan aku pun nggak pernah berharap melupakannya meski hidupku terus berjalan. Dia terlalu berharga untuk hidupku, he always be my hero, yang telah memunculkan warna asliku yang tadinya abu-abu dan "seragam". Meski mungkin nggak akan ada lagi novel dan film tentang Mika tapi aku masih sering membuat sesuatu untuknya. Kenapa? Karena "membicarakannya" justru membuatku semakin kuat dan menegingatkanku bahwa seberat apapun hidup selalu ada alasan untuk bersyukur. Juga, sebagai ungkapan rasa terima kasihku padanya.

Aku lupa bagaimana awalnya, kira-kira pertengahan tahun lalu aku membuat lagu untuk Mika. Aku nggak bisa-bisa amat main ukulele tapi tahu-tahu nada dan liriknya mengalir begitu saja. Setelah beberapa lama disimpan sendiri aku akhirnya tunjukan lagu itu pada seseorang. Temanku, namanya Shane, yang tinggalnya 10,000 miles dariku, yang belum pernah bertemu dan kalau ngobrol kadang pakai bahasa isyarat karena dia sama sekali nggak mengerti Bahasa Indonesia. Di luar dugaan ternyata dia suka dengan lagunya dan setuju untuk menambahkan musik dan aransemen karena kebetulan dia seorang musisi. Aku pun merekam permainanku dengan menggunakan kamera saku dan mengirimnya via email. Sayang pertemanan kami goyah (---well, sampai saat ini pun aku nggak tahu kenapa) dan Shane nampaknya lupa dengan lagu itu. Begitu juga aku, yang nggak pernah membuka filenya lagi di komputer, terkubur dengan lagu-lagu cover yang aku rekam juga tulisan-tulisan isengku.

Somehow pertemananku dan Shane kembali, ---dan rencana tentang menggarap lagu untuk Mika pun kembali. Aku masih ingat, waktu itu kami berbaikan dan mulai mengeluarkan ide-ide yang sepertinya nggak ada habisnya, selalu ada yang baru setiap hari. Aku bilang, ingin sekali merilis lagu itu di bulan Desember 2017 karena di bulan yang sama diperingati sebagai hari AIDS sedunia dan juga... bulan yang sama ketika Mika berpulang. Shane setuju dan kami mulai mengerjakan dengan penuh semangat, sampai-sampai telepon bisa menyambung belasan jam agar cepat selesai. Di waktu yang bersamaan perteman kami berubah menjadi persahabatan. Tapi rupanya proses pengerjaan lagu nggak selancar persahabatan kami, entah kenapa adaaaa saja yang kejadian yang nggak bisa aku cerna dengan akal sehat.

Pertama, setengah file original lagu menghilang dan nggak bisa direstore. Meski kesal tapi kami tetap mengusahakan untuk mengakalinya dan hasilnya aku sangat suka. Tapi lalu kami notice sesuatu yang mengganggu! Suara ukuleleku out of sync dengan bagian vocal, terlalu lambat satu detik saja tapi semakin didengar semakin janggal. Gawatnya file sudah terlanjur disimpan dan instrumen musik sudah nggak bisa "digeser". Pilihannya hanya 2; mengulang dari awal atau menerima apa adanya meskipun mengganggu di telinga. Shane nggak yakin bisa membuat efek yang sama dengan yang sudah dia lakukan sebelumnya, tapi kami putuskan untuk ambil resiko. Anehnya sekeras apapun usaha kami untuk melakukan yang terbaik hasilnya selalu "nggak okay". Tapi yang paling aneh ada satu part backing vocal yang sebenarnya diambil dari suaraku sendiri (diputar secara terbalik) yang menghilang. Kami sudah menelusuri dari awal sampai akhir tetap nggak ketemu. Nggak masuk akal, padahal file yang digunakan sama!

Kami putuskan untuk break sampai dengan waktu yang nggak ditentukan (hahaha). Rencana untuk merilis lagu di bulan Desember sudah dilupakan karena tahu-tahu sudah dekat Natal saja. Pokoknya aku semakin pesimis dan bilang sama diri sendiri kalau mungkin lagunya memang baiknya disimpan sendiri saja. Yang kami bicarakan hanya musim salju di sana dan musim hujan di sini, no music talk! Shane mengirimiku kado Natal sebuah ukulele berukuran tenor dan alat rekam digital (Tascam) yang baru tiba satu bulan kemudian karena alasan yang malas aku bahas (kalau ingat lagi rasanya ingin cakar tuh wajah oknumnya! Lol). Iya, kado Natal yang berasa kado tahun baru karena tiba di bulan Januari (akhir, bukan awal) 2018. Aku pun keasyikan dengan "mainan" baru, sibuk utak-atik sana-sini karena biasanya pakai ukulele soprano dan nggak pernah punya alat rekam yang proper.

Kado-kado dari Shane.

Di tengah utak-atik itulah kami kembali ingat dengan lagu untuk Mika. Shane pikir lagunya akan terdengar lebih bagus kalau direkam dengan Tascam. Aku setuju, dan dengan arahan Shane (---yang ehm, sudah mengakui kalau dia menyukaiku) lewat video call, aku pun belajar menggunakan Tascam. Setelah dirasa bisa aku pun langsung mencobanya. Lagunya sederhana, menyanyikannya pun nggak sulit. What could go wrong? Begitu pikirku. Tapi rupanya aku salah... Sampai jam 4 pagi semua percobaan rekaman yang aku lakukan terus-terusan hilang. Sampai akhirnya aku menelepon Shane sambil menangis, memintanya membimbingku (lagi), step by step sampai berhasil merekam. Hanya 1 kali take, karena aku sudah kelelahan. Aku sempat becanda bilang bahwa mungkin ini cara Mika untuk bilang karena dia nggak suka dengan lagunya. Tapi segera Shane tepis, dan bilang kalau aku cuma over thinking.

Setelah partku selesai giliran Shane yang melengkapi lagunya. Kalau aku ceritakan keseluruhan prosesnya nggak bakal cukup seharian karena terlalu banyak yang terjadi. Yang paling berbekas di kepalaku soal drum part yang diambil sampai 15 kali take, dan sampai hari di mana Shane putuskan untuk pindah ke Indonesia (Maret 2018) kami tetap belum bisa memutuskan take mana yang akan dipakai! Mungkin ada yang membaca tulisan ini dan menganggap ceritaku mengada-ada. Tapi percaya deh, nggak ada yang aku lebih-lebihkan. Malah yang ada dikurangi karena terlalu panjang, hehehe. Bisa dibilang lagu buat Mika jadi hal pertama yang aki dan Shane lakukan bersama segera setelah dia pindah ke rumah orangtuaku. Rasanya lebih puas, karena dengan bertatap muka kami bisa lebih saling mengerti dengan apa yang diinginkan. Tapi apa semuanya jadi lancar? Well... not really. Setelah fix bahwa take pertama dari drum part adalah yang terbaik, kami juga harus bikin videonya. Aku nggak akan bohong, meski dengan pacar sendiri awalnya canggung karena baru pertama kali bertemu dan biasanya Bapak yang jadi cameramanku, hahaha. Setelah semua dirasa okay langsung videonya diupload ke channel YouTube ku. Dan... videonya menghilang, dong!

Foto pertama kami ketika Shane di Indonesia. Akhirnya bisa mengerjakan project musik kami secara bertatap muka.

Ah, perasaanku jadi semakin galau. Kalau ada error atau kesalahan waktu proses upload, meski akan kesal tapi akh bisa menerimanya. Tapi nggak ada alasan logis untuk ini. Videonya menghilang begitu saja, *poof! Selalu berusaha aku tepis tapi pikiran "jangan-jangan Mika nggak suka" memang jadi semakin sering mampir :( Aku cuma bisa pasrah, kalau setelah dicoba sekali lagi tetap gagal, fix lagunya akan kusimpan sendiri saja. Singkat cerita somehow videonya kembali appear di channelku dan mendapat komentar yang positif. Aku dan Shane happy dengan itu, tapi lalu oops, kami sadar kalau volumenya terlalu rendah. Bingung, mau dihapus sudah terlanjur ada yang menonton, dan kalau harus mengulang semua proses yang sudah dilalui aku khawatir akan ada "apa-apa" lagi. Jadi untuk sementara videonya kami biarkan dulu sebelum akhirnya kami set menjadi "private" agar hanya kami yang bisa melihatnya. Oh, Mika... We just want to give something special for you :(

Bulan Juni tiba, aku berulang tahun di tanggal 8 dan Shane 10 hari sebelumnya. Tahun lalu kami membuat lagu yang berjudul "One Day" sebagai kado persahabatan. Tahun ini, tentu saja kami ingin membuat hal sama, ---apalagi dengan perubahan status kami yang menjadi sepasang kekasih. "Kalau kita coba lagi lagu Mika bagaimana?" Tanyaku yang langsung dijawab dengan anggukan kepala Shane. Di malam ulang tahun, Shane memperbaiki audionya dan merekam videonya. Prosesnya kami jalani dengan santai dan penuh tawa. Nggak tahu kenapa rasanya lebih hangat dari sebelumnya, padahal semuanya serba sederhana. Ibu dan Bapak sedang nggak di rumah, jadi kami bisa pakai ruang tamu setelah berbuka puasa. Tahu berapa lama kami mengerjakan semuanya? Dua jam saja! Iya, proses berbulan-bulan yang kami lakukan sebelumnya ternyata bisa kami redo hanya dalam waktu 2 jam saja. Ini miracle, ini keajaiban... Proses terakhir adalah mengupload videonya ke YouTube. Setelah berhasil kami set "private" dulu videonya agar bisa dicek kembali sebelum nanti dipublish. Aku pakai handphone Shane dan setelah itu log out untuk memeriksanya di laptopku. Lalu... aku bingung dengan apa yang kulihat. Ada "like" atau jempol di video "Mika's Song". Itu mustahil karena selain masih private, akan muncul warna biru di tombol "like" jika saja aku yang nggak sengaja melakukannya. Aku coba refresh video itu berkali-kali tapi "like"nya tetap ada. Meski nggak yakin dan kebingungan, aku bilang pada Shane kalau mungkin saja ada glitch dari YouTube. Tapi rupanya Shane nggak setuju, dia punya jawaban lain,

"Itu pasti Mika!"

Betul atau nggak, selamanya kami akan menganggapnya sebagai persetujuan dari Mika. ---Akhirnya :)



peluk,

Indi


_______________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact: namaku_indikecil@yahoo.com