Kepindahan kami memang mendadak, hanya diputuskan dalam beberapa minggu saja tapi kami sepakat kalau alasannya sangat masuk akal. Tiga bulan setelah menikah kami memutuskan untuk membeli satu unit apartemen, dan sampai (hampir) 4 tahun pernikahan kami tinggal di sana. Meski mungil tapi kami betah dan bahagia di sana. Kami mendapatkan privasi dan kemudahan akses ke tempat dan fasilitas yang kami butuhkan. Intinya, rumah lama kami nyaris sempurna. Lalu kenapa kami memutuskan pindah? Karena sadar kalau dengan tinggal di rumah tapak, yang masih di kota yang sama, bisa lebih hemat dan kami bisa punya lebih banyak space. Jujur, kepergian Eris, anjingku bulan Maret 2022 lalu, bikin mentalku terguncang. Hampir tiap malam aku menangis dan terus menyalahkan diri sendiri kenapa malah tinggal di apartemen sementara Eris perlu tempat yang luas. Seandainya saja sejak awal aku dan Shane tinggal di rumah tapak, aku bisa di samping Eris ketika ia pergi... Kepindahan kami memang nggak bisa mengembalikan Eris, tapi kurasa ini cara membuka lembaran baru yang baik; untuk kesehatan mentalku dan juga Shane, ---di tempat luas dan berjauhan dengan tetangga aku yakin ia bisa leluasa dalam proses membuat musik.
Kami tinggal di rumah ortuku selama kurang lebih 4 bulan. Selama itu pula kami menyicil renovasi tempat tinggal baru dan membawa barang-barang dari apartemen (yang somehow kelupaan melulu untuk membawa laptop, hahaha). Perasaanku campur aduk, di satu sisi happy banget bisa dekat-dekat dengan Ibu, Bapak, juga Ali, tapi di sisi lain ada perasaan rindu bisa berdua saja dengan Shane. Apalagi ada moment-moment yang biasanya dirayakan dengan 'cara kami' jadi harus disesuaikan kembali karena sedang nggak tinggal di rumah sendiri. Tapi kami nggak anggap ini big deal sih, aku dan Shane sadar betul kalau situasi ini hanya sementara, jadi better enjoy saja jadi 'bayi-bayi' Ibu dan Bapak selama kami tinggal di rumah mereka :p
Penyesuaian juga kami lakukan di moment anniversary pernikahan dan Halloween. Tahun kemarin kami nggak menginap di hotel atau makan di restoran, tapi cukup dengan delivery order saja untuk makan bersama Ibu, Bapak dan Ali. Rasanya gimanaa gitu kalau kami harus bersenang-senang di luar. Meskipun Ibu dan Bapak pasti nggak keberatan dan malah ikut senang, tapi rasanya tetap stay di rumah jadi keputusan lebih bijak :) Begitu juga dengan Halloween, meskipun sudah pasti diizinkan untuk mendekor rumah (---kan dulu sebelum menikah juga begitu, hehe), tapi aku dan Shane lebih memilih untuk merayakannya di luar saja supaya rumah nggak berantakan. Dengan mengajak mereka tentunya, lengkap dengan membelikan kostum bertema sama supaya kompak, hehehe.
Foto Halloween kami yang sayangnya tanpa Ibu :') |
Setelah tahun sebelumnya aku dan Shane memakai kostum Squid Game, ---yang mana kurang family friendly (serialnya maksudnya, kostumnya sih biasa saja), Halloween tahun 2022 kami putuskan untuk mengambil tema yang netral. Toy Story! Karena semua orang suka, termasuk Ibu dan Bapak. Apalagi Ali belakangan lagi suka banget nonton ulang serinya di Disney+. Sudah deh, nggak perlu mikir lama ia mau pakai kostum Buzz Lightyear, hehehe. Aku dan Shane memilih kostum Jessie dan Woody, yang meski di film diceritakan bukan pasangan tapi bagi Ali harusnya begitu, karena cowboy dan cowgirl katanya :D Sementara Ibu dan Bapak mereka sih bebas, ngikut saja karena memang rencananya pun nggak akan pakai full kostum, cukup kaus saja asalkan bisa represent tokohnya. Aku dan Ali pikir Mr. dan Mrs. Potato Head akan jadi kostum buat mereka. Tapi ternyata mendekati Halloween Ibu nggak bisa ikutan karena Nenek meminta beliau untuk mengantarnya ke makam Kakek, ---dan menginap di villa keluarga. Rencana kostum pun harus diubah, karena aku merasa janggal kalau Bapak jadi Mr. Potato Head sendirian, kan, hehehe. Akhirnya aku putuskan untuk membeli kaos Little Green Man. Dari segi warna akan serasi dengan kostum Ali dan kebetulannya ketiga alien mungil itu diceritakan diadopsi Mr. dan Mrs. Potato Head kan, jadi nggak jauh-amat dari rencana awal :p (Lah, maksa, hueheee).
Surprisingly, mencari kostum untukku dan Shane itu nggak sulit. Kupikir awalnya aku bakal harus pesan dari luar negeri karena kami pakai size besar. Tapi ternyata ada store lokal yang bisa membuat kostum custome made Jessie dan Woody ukuran dewasa! Mereka hanya menjual atasannya saja, dan memang cuma itu kok yang kami butuhkan. Karena meski aku pakai kostum Jessie aku tetap ingin terlihat seperti aku alias pakai rok, hahaha. Jadi daripada memakai celana bermotif kulit sapi, aku ganti saja dengan rok tutu. Aksen kulit sapinya tetap ada, tapi di kaus kaki :D Sedangkan Shane ia punya banyak celana jeans jadi nggak perlu membeli yang baru. ---As always, Halloween kami selalu sebisa mungkin nggak boros. Karena di situ serunya, memanfaatkan apa yang ada jadi hasil yang kreatif ;)
Nah, kostum Ali justru jadi yang tersulit. Di luar dugaan kan, padahal biasanya cari kostum bocil gampang T_T Kostum Buzz Lightyear nya sih banyak, tapi susaaah banget nemu ukuran yang pas. Kostum Buzz yang lucu-lucu, yang punya detail seperti aslinya, pasti ukurannya kecil-kecil, buat usia balita gitu. Sedangkan yang besar cuma bersablon di bagian dada doang tanpa detail di lengan dan celana. Yang ada malah mirip piama kan, uhuhu x'D Mungkin usia 7 tahun sudah nanggung ya, sudah masuk SD dan di sini biasanya kebanyakan yang merayakan Halloween dengan kostum sampai usia TK saja. Ali sampai bilang kalau ia nggak keberatan pakai kostum kesempitan karena kepengen mirip sama Buzz. Tapi of course nggak aku kasih. Sangat bertentangan dengan pedoman Halloween ku yang kostumnya HARUS bisa dipakai lagi buat sehari-hari, jangan mubazir, hehe. Aku nggak mau nyerah, setiap malam jari-jariku mengetik segala macam kata kunci di Google, bahkan menghubungi seller-seller yang jelas di tokonya nggak jualan kostum Buzz. ---Ya, kali aja kan punya kenalan penjual lain, hehe xD Daaaan, akhirnya! Aku beruntung juga! Ada seorang seller yang pernah menjual kostum Buzz ukuran Ali tapi ia nggak yakin apa masih ada atau nggak. Stoknya tinggal 2 potong dan aku berharap banget salah satunya ukuran Ali. Saat itu ia nggak ada di tempat, jadi minta tolong orang lain untuk mengecek ukurannya. Menurut info dari yang dimintai tolong, keduanya bukan ukuran Ali. Yang satu kekecilan dan satu kebesaran BANGET. Aku sempat pasrah bilang sama Ali kalau ia harus pilih kostum tokoh lain atau pakai kostum Buzz yang detailnya sedikit. Tapi entah kenapa keesokan harinya aku penasaran dan minta sellernya (sambil minta maaf berkali-kali kaya Mpok Minah) untuk ukur secara manual. Syukurlah ia baik banget :') Ia ukur satu-satu, dan ternyata salah satunya PAS ukuran Ali! Huaaaa, aku sampai lompat-lompat, tendang-tendang, teriak-teriak histeris (yang lalu diikuti Ali) saking senangnya! Hahaha, Akhirnya kostum kami lengkap! Termasuk Bapak yang pas 2 malam sebelum Halloween kaus Little Green Mannya tiba :)
Gimana, keren kan kostum Buzz Lightyear Ali? ;) |
Kostum aku, Shane dan Ali. Waktu foto ini diambil aku belum punya boneka Jessie xD |
Di malam Halloween kami membuat foto Halloween, ---karena kami tahu kalau di hari H nya nggak akan sempat. Sekalian kami juga mencoba kostum kami yang sudah dicuci dan make sure nggak ada kekurangan. Thank God semuanya pas (ya, rokku kebesaran sih tapi bisa diakali dengan ditarik ke atas pakainya). Rencananya kami akan ke rumah hantu, jadi kami tidur lebih cepat supaya bisa datang nggak terlalu siang. Paginya, tiba-tiba saja aku punya ide buat cat rambut jadi warna merah. Ceritanya biar mirip sama Jessie gitu, hahaha. Padahal untuk proses pengecatan, keramas sampai dikeringkan kan nggak cukup satu-dua jam ya, tapi entahlah kepengen saja :p Untung Shane sigap membantu, dengan cat rambut yang sudah ada (lupa waktu itu beli buat apa, hehe) ia mengecat rambutku serapi dan secepat mungkin. Hasilnya bagus , aku suka! Yaaa, meskipun rambutku nggak panjang kaya Jessie, yang penting warnanya mirip dan sama-sama ada kepangnya. ---Maksudnya aku pakai bando model kepang yang dibelikan Ibu beberapa waktu lalu :p
Rokku ketara banget ya kebesaran (lihat lipatannya sampai perut, ahahaha). |
Jessie and Woody (Woody nya pakai sandal Swallow). |
Satu-satunya dekorasi Halloween di TSB. Beda banget ya dibanding waktu dulu :') |
Waktu kami mau masuk wahana rumah hantu rupanya hanya aku yang ketakutan, hahaha. Sepanjang lorong antrian aku memegang tangan Shane kuat-kuat. Mungkin karena suasananya gelap dan sepi ya, ---hanya ada satu keluarga lain yang mengantri di depan kami. Sementara Ali, di luar dugaan ia santai-santai, bahkan dengan bersemangat melihat-lihat suasana sekitar yang disetting menyeramkan dengan batu nisan, lukisan dan lampu gantung. Karena satu kereta yang digunakan di wahana hanya untuk empat orang saja, jadi kami harus menunggu dulu sebentar. Ketika kereta tiba aku langsung bimbang antara mau duduk di barisan depan atau belakang. Aku merasa duduk dimana pun nggak aman. ---Kalau di belakang aku takut ada yang nyolek-nyolek punggungku, sementara kalau di depan aku bakal jadi orang pertama yang melihat "hantu", hahaha T_T Belum juga aku memutuskan, eh, Ali dan Bapak sudah duduk di belakang. Ya.. terpaksa deh aku yang di depan, hahaha :')
Selama di dalam rumah hantu aku kebanyakan tutup mata, tapi tanganku tetap berusaha arahkan handphone ke "para hantu" untuk merekam. Pikirku kalau pun pas di wahana nggak lihat apa-apa, minimal aku bisa lihat rekamannya nanti, hahaha. Agak aneh memang, Halloween adalah holiday favoritku dan aku hobi banget nonton film horor, tapi masuk rumah hantu family friendly saja takut xD Menurut Shane itu karena imajinasiku terlalu besar, aku jadi suka membayangkan hal-hal mengerikan yang sebenarnya nggak mungkin terjadi. Yaaa, betul juga sih, bahkan kalau lagi nonton film horor saja kadang imajinasiku malah lebih seram dan ujung-ujungnya malah ngarang cerita sendiri yang lalu aku ceritakan sama Shane setelah filmnya selesai :p (Ini alasan kenapa kami kalau habis nonton nggak langsung keluar dari bioskop, ---ngobrol dulu, hahaha).
Keluar dari rumah hantu kami langsung membahas pengalaman kami, dan kesimpulannya ternyata memang hanya aku yang takut -_-" Bapak bilang wahananya seru dan lumayan menyeramkan karena ada hantu kepala terpenggal (haha), sementara Shane dan Ali, mereka bilang nggak seram sama sekali. (Seketika aku merasa menyesal kebanyakan tutup mata). Tapi kami setuju kalau rumah hantu jadi pengalaman yang menyenangkan dan berkesan. Bapak bahkan sampai punya ide buat berfoto di depan rumah hantu untuk bukti kalau kami berani masuk ke sana lho. Sekalian supaya Halloweennya terasa katanya :D Rumah hantu juga jadi satu-satunya wahana yang Halloween related karena Trans Studio nggak punya wahana spesial Halloween seperti Escape Room di tahun 2018 lalu yang bertepatan dengan rilisnya film Goosebumps: Haunted Halloween. Setelah itu kami ya main wahana-wahana biasa saja, seperti Dragon Riders (naga terbang), Sky Pirates (balon udara) dan lain-lain. Oh iya, waktu Ali sedang bermain di play ground khusus anak, aku dan Shane pergi berdua untuk memesan makan siang. Ternyata ada flashmob dance Thrillernya Michael Jackson dari para zombie yang entah datang dari mana xD Kami sempat diajak, tapi kami menolak karena sedang buru-buru dan... nggak bisa menari! :p
Bukti kalau kami masuk Rumah Hantu :p |
Makan siang dengan mie jamur. Gak banyak pilihan di TSB, tapi yang penting perut jangan sampai kosong :D |
Setelah perut kenyang dan puas dengan wahana-wahana menegangkan, kami menghabiskan sisa waktu di Trans Studio dengan bermain di "Kids Friendly Zone". Well, tepatnya Ali sih yang main sementara aku, Shane dan Bapak kebanyakan duduk-duduk saja sambil beristirahat. Di zona ini wahananya memang dibuat versi mini karena diperuntukan untuk anak-anak. Aku sempat mendampingi Ali di dua wahana, itu pun karena Ali yang minta dan setelah izin petugasnya. Kalau nggak izinin aku sih malah nggak apa-apa, karena TBH aku ngerasa janggal jadi yang paling gede sendirian pas naik kereta mini, haha xD
Meski masih ada waktu sebelum closing tapi kami putuskan untuk nggak naik wahana apa-apa lagi. Kami menonton parade penutupan dan kami keluar area Trans Studio dengan hati yang sangat senang dan puas :)
Kudanya mungil, jadi aku gak berani naik, hahaha. |
Selesai parade kami berfoto dulu dengan marching band. |
Mermaid cantik :) |
Please aku penasaran ini kostum apa. Zebra laut gak sih? xD |
Rencana kami selanjutnya adalah makan malam sebelum pulang. Waktu kami turun menuju area mall, aku mampir ke toilet dulu untuk buang air dan sedikit touch up (sisiran maksudnya, huehe...). Waktu keluar dari toilet aku langsung disambut oleh Shane yang super excited karena melihat poster Toy Story! Rupanya Miniso menjual merchandise Disney khususnya Toy Story. Sungguh kebetulan yang manis karena sama dengan tema Halloween kami :') Langsung saja kami masuk untuk melihat-lihat dan berakhir dengan membawa pulang satu phone charm Little Green Man dan satu gantungan tas berbentuk hati yang Ali pilih untuk Yeyer, boneka kucingnya :D
Pojok kanan atas foto di depan poster yang Shane tunjukkan. |
Karena ide Shane kami akhirnya makan malam di restoran pizza, ---tepatnya di Pizza Hut Buah Batu, yang waktu tulisan ini dibuat sudah tutup karena kontraknya habis :') Lagi-lagi kebetulan yang manis, kami jadi seperti di dunia Toy Story sungguhan. Bedanya hanya di nama restoran saja, Pizza Hut alih-alih Pizza Planet! Hehehe. Kalau dipikir lucu juga sih, kami jadi seperti punya dunia sendiri. Waktu kami duduk berempat, makan sambil mengobrol, kami sedang menikmati Halloween yang super menyenangkan. Tapi waktu aku berdiri untuk ke wastafel atau mengambil salad dan melihat sekitar aku jadi sadar kalau untuk orang lain Halloween hanya hari Senin biasa. Keluarga memang ajaib. Bersama mereka aku merasa "normal" dan "aman", ---bahkan saat menjadi yang satu-satunya memakai kostum.
Akhirnya ada foto berempat. Difotoin Mbak Pizza Hut :D |
Ali dan Bapak alias si kembar. |
Kami pulang dengan perasaan bahagia dan kelelahan. Aku dan Shane langsung masuk ke dalam kamar untuk beristirahat sementara Ali dengan bersemangat (tapi mengantuk) bercerita tentang Halloween kami pada Ibu yang sudah berada di rumah :D Keesokan harinya kami melanjutkan Halloween movie marathon yang sudah berlangsung sejak awal Oktober. Ada banyak judul yang kami tonton, selain Toy Story (tentu saja!) kami juga menonton Hocus Pocus. Aku dan Ali "agak" terobsesi dengan film itu, baik versi original maupun sekuelnya. Kami menontonnya berulang-ulang, bahkan di hari yang sama kami bisa menontonnya dua kali xD Selain itu kami juga membuat kue lumpur alias mud cake yang selalu kami buat di setiap Halloween. Nggak seramai biasanya, of course, karena kami menyesuaikan dengan keadaan. Tapi tetap, kuenya membawa senyuman untuk kami karena meski Halloween 2022 ini "berbeda" tapi kami punya bagian yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya :)
Sekuel Hocus Pocus dapat review jelek? Ah, gak ngaruh buat kami. Tetap suka! xD |
Mud cake sederhana yang dibuat dengan penuh cinta :p |
Sekarang baru pertengahan tahun 2023, tapi aku (dan Shane) sudah kembali rindu dengan Halloween. Sesekali kami menonton film horor yang fun juga membicarakan rencana kostum apa yang akan dipakai di Halloween pertama di rumah baru kami. Kalau sedang di dalam rumah dan mencium aroma lilin aroma pumpkin yang dibakar, kadang aku lupa kalau sekarang masih musim kemarau, hehehe. Aku sering bilang kalau Halloween itu waktunya untuk kreatif dan family time, ---dan itu betul karena kami bisa berdiskusi tentang ide-ide kami dan mewujudkannya bersama :) Juga, embrace every moment, ---sampai kapan Ali akan mau ber Halloween dengan kami? Gak ada yang tahu. Karena suatu hari ia akan dewasa dan mungkin lebih memilih untuk hangout dengan teman-temannya. Jadi selama kami bisa, kami nggak akan menyia-nyiakan waktu bersama :)
Kalau kalian, adakah yang merayakan Halloween? Kalau ada, share ya ceritanya di kolom komentar! :) (atau drop link vlog dan blognya juga boleh, ahahaha).
boo!
INDI
----------------------------------------------
Kontak Indi:
namaku_indikecil@yahoo.com (email)
@indisugarmika (Instagram)