Selasa, 18 April 2017

Cara Melepas SpineCor dan BERITA BAIK! :) #indisscoliosislife



Waaa, liburnya sudah habis! Hihihi :D Bagaimana liburannya nih, teman-teman? Mudah-mudahan seru ya. Dan untuk yang merayakan, have a blessed Easter! :) Aku sendiri sih merasa long weekend kali ini terasa kurang long, alias pendek. Mungkin karena sedang semangat-semangatnya mencoba hal baru, ---tapi sekaligus ingin bersantai :p Padahal kalau diingat liburan kali ini cukup lengkap buatku; relax dengan spa sudah, being creative dengan membuat lagu baru sudah, jalan-jalan dengan keluarga juga sudah. Well, manusia terkadang nggak ada puasnya ya, hehehe. Padahal seharusnya aku bersyukur karena sempat melakukan banyak hal, dan lagipula 'sebentar' lagi juga another weekend tiba ;)

Soal relax dengan spa, sebetulnya libur kemarin aku nggak niat untuk pijat spa. Awalnya aku ingin pijat terapi untuk scoliosis seperti yang biasa aku dapat di tempat fisioterapi. Tapi karena salah paham dengan terapis pijatnya, jadilah aku dapat "rezeki santai" tak terduga, hahaha. Eh, tapi bukan berarti selama libur aku jadi cuek dengan kesehatan my spine ya. Semalas apapun aku selalu usahakan untuk exercise ringan, ---meski terkadang dengan mata terpejam :p Dan ngomong-ngomong soal scoliosis, di blog ini ternyata tema itu jadi salah satu semakin lama semakin banyak di klik, lho. Perasaanku jadi campur aduk, nih. Antara prihatin karena artinya jumlah scolioser sangat banyak, tapi juga senang karena artinya awareness pengguna internet terhadap scoliosis semakin tinggi :) 

Jadi hari ini aku mau share sesuatu yang berkaitan erat dengan scoliosis, ---yang juga cukup sering di-request sama teman-teman pembaca di sini. Yaitu cara mudah untuk melepas SpineCor. Banyak scolioser, terutama yang kurvanya sedang sampai tinggi harus memakai brace (penyangga) untuk membantu menjaga kestabilan kurvanya. Tipe brace sangat beragam, apa yang dipilih biasanya berdasarkan beberapa pertimbangan dan anjuran dokter. Aku sendiri sejak (lebih) dari 2 tahun lalu memakai SpineCor, brace tipe soft karena lebih nyaman dan efektifitasnya jauh di atas brace tipe lain (hard brace). Meski aku super betah dengan brace ini tapi nggak bisa dipungkiri kalau cara penggunaannya memakan waktu ekstra jika dibandingkan dengan brace tipe hard karena terdiri dari 2 pieces. Untuk pengguna baru pasti merasa kebingungan, ---lihat tali-talinya saja sudah bikin seram, hahaha. Padahal sebenarnya dengan sedikit latihan kita bisa melakukannya dengan mudah, lho :)


SpineCor terdiri dari 2 bagian, yaitu rompi dan short. Di rompi terdapat 4 tali, sedangkan di short terdapat 2 tali. Meski kelihatannya membingungkan (apalagi kalau dalam keadaan dilepas, OMG) tapi sebenarnya fungsi tali-tali itu untuk memudahkan penggunanya, lho. Aku akan coba jelaskan step by stepnya dengan singkat;
1. Di rompi terdapat tali-tali dengan nomor 1, 2, 3 dan 4. Supaya nggak bingung, lepas tali satu persatu dengan urutan terbalik, dari 4 sampai 1.
2. Saat melepas tali lipat ujungnya agar velcro nggak melekat ke bagian rompi yang lain. 
3. Untuk melepas celananya, doesn't matter sih mau tali nomor 1 atau 2 dulu. Yang terpenting make sure lipat talinya agar nggak melekat ke bagian celana lain. Lalu setelah itu lepaskan celana seperti biasa.
4. Lakukan hal yang sama saat akan mencuci atau menyimpan SpineCor untuk mencegah agar velcro nggak cepat "gundul", terutama karena proses pencucian.

Kalau masih bingung kalian bisa menonton video di salah satu episode "Indi's Scoliosis Life" di sini. Aku juga punya video cara memakai SpineCor dan tips untuk ke toilet tanpa harus melepas keseluruhan SpineCor di playlist. Oh iya, aku juga mau share good news nih. Keponakanku, Fithri baru saja menjalani operasi scoliosis (yup, aku bukan satu-satunya scolioser di keluarga). Kurva sebelumnya sedikit lebih tinggi dari aku dan setelahnya scoliosisnya banyak terkoreksi! Aku sampai surprise melihat fotonya karena ia terlihat super tegap :) Operasi koreksi yang dilakukan menggunakan MAGEC Rod System, ---yang sebelumnya aku belum pernah dengar. Sepertinya di Indonesia memang belum ada (at least itu hasilnya ketika aku googling), karena di rumah sakit tempat Fithri melakukan operasi pun (di Belanda) ini baru kali keduanya dilakukan. News ini membuat aku super happy karena setelah koreksi mobilitas Fithri pasti akan lebih tinggi (she's a wheelchair user) dan juga semakin positif karena artinya perkembangan dunia kedokteran semakin maju! :)


Luar biasa rasanya kalau mengingat dulu aku masih memakai hard brace dan pilihan untuk terapi scoliosis masih sedikit. Siapa yang mengira kalau sekarang ada SpineCor atau MAGEC Rod System, ---dan teknologi-teknologi lain yang nantinya akan menyusul. Fakta kalau ada orang-orang di luar sana yang melakukan berbagai macam penelitian untuk membantu orang-orang sepertiku dan Fithri membuatku merasa terharu! I can't wait to see what future brings, ini baru awalnya :)
Well, aku sih nggak bisa (---belum) bisa membantu dalam bidang science, tapi mudah-mudahan apa yang aku share di sini dan di series "Indi's Scoliosis Life" bisa membantu, ---at least membuat teman-teman scolioser ingat kalau kalian nggak sendirian. Saat sedih, down atau in pain, jangan lupa kalau di sini ada aku yang "menemani" ;)


smile,
Indi

nb: Rupanya banyak yang belum tahu kalau Spine Body Center, tempat gue memasang SpineCor sudah berubah nama dan alamat. Ini yang baru: Indo Sehat Utama. Ruko Garden Shopping Arcade, Blok B-09 BB Kawasan Podomoro City, Jl. Podomoro Avenue - Tanjung Duren Selatan jakarta Barat 11470. Phone: 021 2940 8696.


(Update: Fithri keponakanku meninggal di tahun 2022. Kami sangat merindukan senyumannya, may she rest in peace…).

____________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact: namaku_indikecil@yahoo.com

Senin, 03 April 2017

Halloween 2016: Menyambut Keponakan Baru, Doa dan... Kostum! :)

Howdy-do, teman-teman? Semoga semuanya baik-baik saja dan aman dari banjir, ya. Karena di Bandung sedang ada 2 musim saja; mendung dan hujan, hehehe. Aku sekarang mau cerita tentang acara Halloween yang diadakan di rumah beberapa waktu lalu, nih.

WHAT HALLOWEEN? DI BULAN APRIL?
Ehm, iya. Betul, kok aku mau cerita tentang Halloween *nyengir malu-malu* 
Sebelumnya aku sudah pernah berjanji akan menceritakannya di sini. Tapi berhubung ada suatu alasan (yang dirahasiakan, hahaha) dan sudah bercerita tentang early Halloween yang diadakan bersama Pocky (baca ceritanya di sini), aku jadi menunda-nunda. Malah sampai sempat berpikir untuk skip dulu bercerita tentang Halloween. Tapi barusan, tiba-tiba saja aku ingin bercerita tentang pengalaman di salah satu hari favoritku itu. Karena setelah semakin diingat-ingat rasanya aku akan menyesal kalau kenangannya nggak diabadikan di sini :)

Aku yakin kalau kalian rajin mampir ke sini pasti tahu betapa selalu excited nya aku dengan 'hari seram' itu. Dan bagi yang baru mampir ke sini mungkin akan bertanya-tanya karena di Indonesia nggak ada budaya tersebut. Well, sebenarnya aku sudah sering menjelaskannya dan kalian bisa membacanya di label "Halloween". But just in case ada yang malas aku akan menjelaskannya lagi sedikit :) Meski namanya "Halloween", tapi ini nggak ada hubungannya dengan originnya, yaitu di Irlandia. Tanpa bermaksud disrespectful, aku (dan keluarga) hanya meminjam namanya. Bagi kami Halloween adalah waktunya untuk kreatif dan berkumpul. Biasanya kami membuat kostum bersama dan membuat camilan-camilan unik. ---Bisa dibilang Halloween=family time. Waktu untuk keluarga memang (sudah seharusnya) setiap hari, tapi nggak ada salahnya untuk sesekali membuat sesuatu yang lebih istimewa. Apalagi Halloween "memaksa" kami untuk membuat sesuatu dengan memanfaatkan apa yang sudah dimiliki sebelumnya which is sangat positif. Jadi... why not? ;)

Di Halloween tahun kemarin ada yang berbeda karena kami punya anggota keluarga baru, yaitu Ali, keponakanku. Ini jadi pengalaman Halloween pertama Ali yang bulan Oktober lalu menginjak usia 11 bulan. Aku dan ibunya, a.k.a iparku, ingin agar Halloween pertamanya berkesan. Meski kemungkinan besar Ali nggak akan mengingatnya karena masih terlalu kecil, at least ketika besar nanti kami harap ia akan happy saat melihat foto-fotonya, hehehe :) Biasanya ide tema Halloween datang dariku, tapi kemarin aku berdiskusi dulu dengan ipar. Kami mempertimbangkan beberapa tokoh, dari mulai fiksi sampai tokoh nyata seperti Pak Stephen Hawking. Dan akhirnya kami memilih tema "Inside I'm Dancing", ---atau mungkin kalian lebih familiar dengan judul film "Rory O'Shea was Here". Aku lega sekali dengan pilihan kami, karena secara nggak langsung mengingatkan kembali tentang betapa hebatnya efek film ini ke kehidupanku, ---terutama di masa remaja :)


Kostum Halloween ide rame-rame. Dress: Ibu, Aksen celemek dari tile: Ipar, Topi suster: Bapak, Sepatu: aku :D


Aku beruntung mendapatkan kepercayaan untuk menamai keponakanku ketika ia lahir, Ali, ---atau biasa dipanggil Ali Connolly. "Ali" diambil dari nama petinju Mohammad Ali dan nama dokter yang membantu persalinan sebagai tribute untuknya. Sedangkan "Connolly", panggilannya diambil dari nama Michael Connolly, salah satu tokoh di film Inside I'm Dancing. Nama ini direstui oleh orangtuanya yang membuatku lega karena bagi sebagian orang nama yang aku berikan terdengar random, hahaha. Tapi sebenarnya nggak, ini adalah doa dariku agar Ali "mewarisi" kebaikan-kebaikan dari nama orang-orang yang menginspirasinya. Terutama Michael Connolly, yang menurutku pantas disebut sebagai salah satu nicest character di dalam dunia perfilman. Seandainya kebaikan-kebaikan ada di seseorang yang nyata, aku harap Ali lah orangnya :)


Ali dan orang yang menjadi inspirasi namanya. Semoga Ali mewarisi sifat-sifat baiknya. Kalau dikasih bonus mewarisi wajah imutnya juga boleh :p


Inside I'm Dancing (rilis dengan judul "Rory O'Shea was Here") bercerita tentang Rory O'Shea, yang baru saja pindah ke Carrigmore Residential Home for Disabled. Karakter Rory sangat rebel, siapa saja dilawannya meskipun ia hanya bisa menggerakkan kedua jari tangan kanannya karena mengidap muscular dystrophy. Di sana ia bertemu dengan Michael Connolly yang karakternya sangat bertolak belakang dengannya; pendiam dan nggak mau mencari masalah. Michael sebenarnya sangat cerdas (like reallyyyyyy smart), hanya saja hampir nggak ada orang yang mengerti dengan speech nya karena ia mengidap severe cerebral palsy. Seiring dengan berjalannya waktu, Rory dan Michael pun bersahabat. ---Well, aku nggak mau spoiler terlalu banyak ceritanya, tapi film ini sangat relatable! Aku mengalami gimana nggak enaknya dianggap nggak bisa melakukan sesuatu hanya karena kondisi fisik. Atau orang kadang mengira aku nggak punya keinginan atau goal hanya karena nggak aktif secara fisik. Padahal pikiranku terus berjalan, aku juga punya banyak ide, ---Inside I’m dancing, too :)

Meski nggak tinggal serumah tapi iparku dan Ali sering mampir ke rumah orangtuaku. Suatu hari aku meminjamkan DVD "Inside I'm Dancing" dan she was instantly in love, terutama dengan karakter Michael. Ia menontonnya berkali-kali, bahkan si kecil Ali pun ikut, ---mungkin untuk mengenalkan tokoh yang menginspirasi asal-usul namanya, hehehe. Dan kesempatan Halloween pun digunakan untuk semakin mengenalkan Ali dengan Michael. Di film ada adegan yang sangat mengesankan ketika Rory dan Michael menghadiri pesta kostum bersama Siobhan, sahabat sekaligus caregiver mereka. Kami memutuskan Ali memakai kostum yang sama dengan Michael, yaitu kostum sailor berwarna putih. Sedangkan aku, atas request ipar memakai kostum yang sama dengan Siobhan, yaitu kostum perawat yang diinspirasi oleh Florence Nightingale. It's was really cute, mengingat di film Siobhan adalah first love dan first dance nya Michael. (Lagi-lagi) aku merasa beruntung menjadi partner Halloween pertama bagi si Connolly kecil :)


Meniru Shioban dan Michael di scene pesta kostum. Gimana, sudah mirip belum? :D


Untuk kostum Ali rupanya iparku sudah menyiapkan jauh-jauh hari. Ia mengirimkan fotonya padaku lewat WhatsApp dan membuatku semakin semangat untuk menyiapkan kostum Siobhan. Apalagi Ali ternyata punya 2 kostum, ---iya, Ali menjadi Michael dan Rory sekaligus! Aku pun bertekad untuk mendapatkan kostum yang bagus dengan budget yang seketat mungkin (seperti biasanya, lol). What a nice surprise, beberapa hari saja sebelum Halloween Ibu mengajakku untuk berbelanja kain. Iseng-iseng aku minta the cheapest blue fabric sebagai "upah" menemani. Guess what?! Ibu mengabulkannya permintaanku :D Jadilah kain biru dengan harga diskon itu dijahit menjadi pakaian perawat. Di film Siobhan juga memakai sneakers dan topi perawat. Lucky me, aku punya sepatu yang mirip dengannya, ---yang pernah dipakai di Halloween tahun kemarin. Sedangkan untuk topinya aku hampir putus asa, karena setelah mencari pinjaman pada teman-teman nggak ada seorang pun yang punya model topi mirip dengan Siobhan :'D Baru di pagi Halloween ada titik terang (hahaha), Bapak ingat kalau beberapa waktu lalu butik Ibu pernah membuat seragam untuk seluruh karyawan di sebuah rumah sakit, ---dan salah satunya adalah perawat! Bapak pun mencari topi yang dijadikan contoh pola lalu meminjamkannya padaku. Untuk menutupi logo rumah sakitnya aku menggunakan pin Red Hot Chili Peppers. Tuh kan, Halloween bikin sekeluarga kreatif ramai-ramai :p


Ibu Ali ternyata menyiapkan 2 kostum untuk Ali! :)

Di film saat pesta kostum rambut Siobhan dikepang ala Florence, dan ini kepang karya iparku :D







Mungkin sepanjang "sejarah" Halloween baru kali ini aku merasa emosional. Saat menyiapkan kostum dan melihat Ali bertransformasi menjadi Michael membuat mataku berkaca-kaca... Aku selalu merasa film "Inside I'm Dancing" berbicara langsung padaku, dan tema Halloween ini membuat kepalaku menayangkan flash back saat menontonnya untuk pertama kali. Aku ingat menangis dan merasa "malu" saat melihat adegan measurement nya Michael. Karena aku juga mengalami hal yang sama seenggaknya setiap satu bulan sekali (fyi, aku mengidap severe scoliosis). Aku juga ingat saat melihat adegan "bridge" hatiku bergetar. Rory bilang bahwa gift yang sesungguhnya adalah hidup, masa depan. Dan sampai sekarang pun, saat aku merasa 'down' kata-kata Rory menjadi salah satu pengingat yang membuatku bangkit. Iya, filmnya SEGITU berartinya untukku :)

Tapi ke-mellow-an hatiku tentu nggak ditunjukkan di depan keluargaku, haha. Halloween ala aku adalah moment untuk berbagi kebahagiaan. Kebetulan waktu itu yang hadir bukan hanya Ibu, Bapak, ipar, Ali, Nenek dan Tante, tapi juga ada seorang kerabat Ibu dan putrinya. Sekalian saja aku ajak putri teman Ibu untuk membuat camilan di dapur bersamaku dan Ipar. Kami membuat 'dirt cake' yang di atasnya ada gummy berbentuk cacing (too bad ada gelatinnya jadi aku hanya bisa makan cake nya). Juga membuat spider cookies dengan cara menggabungkan Pocky sticks dan Oreo, super simple. Untuk minumannya kami membuat lemon tea dengan sedotan yang bergambar kelalawar :D It was super fun. Bahkan iparku berkata bahwa ini adalah pengalaman pertamanya ber-Halloween, dan kalau saja nggak menjadi iparku mungkin ia nggak akan pernah merasakan serunya. Hahaha, ada-ada saja :)


Dirt cake, rasanya enak bangeeeet. Tapi tahun ini mungkin akan coba bikin gummy worms sendiri supaya vegan.

Spider Oreos! :O

Iparku bikin ini, lemonnya diperas manual satu persatu, hahaha. Thank you, ya :D


Jangan bayangkan pesta Halloween seperti yang diadakan di mall-mall, club-club atau hotel-hotel yang sering ditayangkan di TV. Halloween kami sangat sederhana as always. Kami menikmati camilannya bersama sambil mengobrol santai. Jauh dari kesan seram apalagi "wah". Lucunya bagi teman Ibu hal seperti ini nggak biasa, beliau jadi agak bingung dan terkesan 'nyinyir'. Tapi aku sih nggak ambil pusing, apalagi putrinya kelihatan menikmati sekali dan jadi ingin ikut memakai kostum, hahaha (ups). Aku dan iparku juga bangga karena cake buatan kami mendapat pujian dari Ibu dan Bapak, ---padahal kami membuatnya dari cake mix :p Nggak ada camilan Halloween untuk Ali, tapi aku dan ipar sudah berjanji akan membuat Halloween pertamanya super berkesan. Jadi kami pun memutar lagu "Beat for Two" dari Elbow lalu... aku mengajak Ali berdansa. Iparku mengambil foto dan merekam kami. Oh, bahkan saat mengetik ini pun aku mulai berkaca-kaca, hahaha. 


Ali's first dance VS dance scene nya Siobhan dan Michael yang heartbreaking.


Video (vlog) Halloween pertama Ali, termasuk dansa pertama kami :)


Of course (saat ini) aku dan ipar nggak berharap Ali mengerti apa yang kami lakukan. Kami hanya ingin membuat Halloween pertamanya berkesan. Biar saja ketika dewasa nanti ia melihat sendiri foto-foto dan video Halloween pertamanya. Mungkin nanti ia akan menganggapnya silly atau malah menganggap aku dan ibunya itu keren, hehehe, ---but it doesn't matter. Yang terpenting suatu hari nanti Ali tahu dari mana nama panggilannya berasal. "Connolly" adalah doa agar Ali menjadi laki-laki yang ramah, setia kawan, cerdas dan lapang dada seperti Michael Connolly. Aku bangga menjadi orang yang memberinya nama ketika ia lahir, sekaligus menjadi partner dansa dan Halloween pertamanya. Halloween 2016 menjadi tahun pertama di mana Halloween bukan hanya sebagai hari kreatif dan berkumpul bersama keluarga, ---tapi juga menjadi hari di mana kami menyambut the newest member of our family dan menunjukkannya betapa kami mencintainya :)


Artikel singkat tentang Halloween ala aku di Koran Sindo :)



PS: Koran Sindo mewawancaraiku tentang Halloween. Super singkat, tapi jika kalian ingin membacanya bisa klik di sini.


boo,

Indi

________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact: namaku_indikecil@yahoo.com

Senin, 20 Maret 2017

Vegan tapi Junk Food? Kok Bisa? :O

Aku vegetarian sejak usia 15 tahun, ---tepatnya pesco-vegetarian, yang masih mengkonsumsi ikan. Semakin dewasa aku putuskan untuk menjadi full vegetarian, atau sama sekali nggak mengkonsumsi produk hewani kecuali telur dan dairy. Baru di bulan Desember 2016 lalu aku menjadi vegan. ---Untukku itu sangat mudah, karena kalau untuk urusan lidah sebenarnya banyak substitute telur dan dairy yang bahkan non vegan pun nggak bisa membedakan dengan yang "real" kalau nggak diberi tahu :D
Reaksi orang-orang di sekitarku bermacam-macam. Bagi Ibu dan Bapak perubahan dari vegetarian ke vegan terasa "biasa" saja karena mereka menyaksikan transisiku dari awal. Tapi lain lagi reaksi teman-teman dan followersku di media sosial. Kebanyakan dari mereka menganggap aku ekstrim dan aneh. Padahal, kalau dipikirkan apanya yang aneh? Bukannya lebih aneh (baca: mengkhawatirkan) orang-orang yang terbiasa mengkonsumsi sosis dan nugget sebagai makanan sehari-hari? Hehehe, just kidding! Bagi aku sehat atau nggak sehat bukan tergantung dari menjadi vegan atau nggak menjadi vegan, tapi tergantung dari seimbangnya makanan yang dikonsumsi oleh kita :)

Alasan kenapa aku memutuskan menjadi vegan sebenarnya simple; Karena (dulu) aku sering kali nggak tahu darimana daging yang aku konsumsi berasal. Kalau hidup di pedesaan dan (syukur-syukur) punya peternakan sendiri mungkin akan lain cerita, karena we raised them dan bisa memastikan kalau mereka disembelih dengan cara yang baik. Tapi aku tinggal di kota, yang akses untuk ke supermarket jauh lebih mudah daripada ke pasar tradisional. Di sana kebanyakan daging sudah dalam keadaan dikemas dan disimpan di freezer. Mana aku tahu apa yang sudah mereka lalui sebelum akhirnya tiba di sana, hehehe. Tapi aku juga merasa bahwa nggak ada lah yang namanya "100% vegan". Aku percaya Tuhan menciptakan hewan untuk diambil manfaat baiknya oleh manusia. Benda-benda yang  kupakai pun pasti ada "campur tangan" hewan di sana. Misalnya saja sarung jok mobil yang aku pakai memang sudah melekat sejak dibeli dari dealer. Tentu aku nggak akan membuangnya dalam rangka protes, tapi memakainya sampai waktunya untuk diganti. Intinya, nggak perlu buang-buang, nggak perlu "lebay". Yang terpenting membatasi penggunaan produk hewani. Begitu.



Menjadi vegan sebenarnya memudahkan hidupku. Akses mendapatkan sayuran segar jauuuh lebih mudah daripada mendapatkan daging segar karena beberapa bisa kutanam sendiri di rumah. Beberapa vegan vlogger dan dokterku juga sangat membantu karena dari mereka lah aku mendapatkan pengetahuan tentang gizi yang seimbang. Dokterku sebenarnya bukan vegetarian apalagi vegan, tapi ia sangat suportif dan itu bikin akh super happy :) Daaaan, sisi positif lainnya adalah aku jadi lebih rajin memasak! Hahaha. Karena jujur saja yang aku "rindu" dari saat menjadi vegetarian adalah mengunjungi restoran junk food! Sampai sekarang aku belum menemukan restoran vegan cepat saji yang lokasinya dekat dengan rumah. Jadi untuk rekreasi lidah, satu atau dua kali seminggu aku coba untuk me-recreate menu-menu kurang sehat menjadi "lumayan lebih sehat" :p Sekarang aku akan share beberapa resepnya, siapa tahu saja kalian mau coba. ---Well, nggak perlu menjadi vegan kok untuk mencobanya karena rasanya cocok dengan lidah orang Indonesia. Aku nggak asal ngomong, lho (---eh, ngetik). Kemarin aku membawa beberapa menu buatanku ke tempat kerja dan teman-teman yang mencicipi can't tell kalau sebenarnya yang mereka makan bukan daging! :O

***

Vegan Hot Dog (Carrot-dog)
Aku dapat ide untuk membuat menu ini ketika menonton salah satu videonya Family Fizz. Kalau kalian belum tahu tentang mereka, aku sarankan untuk mengunjungi channelnya karena di sana banyak sekali video-video santai yang sekaligus mengedukasi. Sebelumnya aku hanya tahu kalau vegan hot dog dibuat dari meat analogue (fake meat), tapi rupanya bisa diganti dengan wortel dan rasanya tetap "meaty"! :D Meski mereka nggak memberikan resepnya, tapi dengan sedikit googling dan percobaan akhirnya aku mendapatkan rasa yang pas. By the way ada kejadian lucu waktu aku lunch bersama teman-teman. Mereka pikir yang aku makan itu sosis betulan karena tampilannya yang realistik! Hahaha :D


Bahan-bahan:
~ Wortel dengan ukuran sedang. Kalau mau super realistic boleh deh pilih yang bentuknya paling mendekati sosis, lol. 
~ Kecap asin. 
~ Barbecue sauce.
~ Bawang putih.
~ Bawang bombay.
~ Garam.
~ Merica.
~ Mustard.
~ Roti hot dog.
~ Sedikit minyak untuk memanggang (boleh diganti vegan margarin atau vegan butter, sesuai selera).
~ Air.

Cara membuat:
~ Kupas wortel, lalu beri beberapa slit di badannya (seperti jika akan menggoreng sosis utuh). Dengan menggunakan pisau atau peeler, bentuk ujung wortel agar lebih membulat.
~ Marinate/rendam wortel selama minimal 6 jam di dalam larutan air, kecap asin, barbecue sauce, garam, merica dan bawang putih yang sudah dihancurkan. 
~ Setelah meresap panggang wortel dengan menggunakan sedikit minyak sampai warnanya kecoklatan.
~ Angkat wortel dan letakkan di atas roti dengan pelengkapnya seperti hot dog pada umumnya. 
~ Beri tumisan bawang bombay di atasnya agar lebih sedap.

Aku lebih suka untuk me-marinate wortelnya sekaligus beberapa supaya tinggal memanggangnya jika ingin membuat hot dog. Selain itu carrot dog juga enak untuk dijadikan side dish, seperti nasi goreng, vegan steak atau spaghetti :)

Sloppy Joes
Ehmm, kalau yang ini sih agak konyol. Jadi ceritanya waktu kecil aku terobsesi sekali dengan Mary Kate dan Ashley Olsen. Ada salah satu filmya yang sangat gue suka, judulnya "It Takes Two". Ceritanya sih biasa saja, mirip dengan film klasik "The Parents Trap". Yang mencuri perhatianku justru adegan makan siang di perkemahan. Menunya adalah sloppy joes (yang aslinya dibuat dari daging cingcang), dan semua pemeran anak-anak terlihat sangaaaaat menikmati. Aku jadi super penasaran, tapi sayangnya waktu minta sama Ibu beliau nggak tahu cara membuatnya. Dan aku malah baru kesampaian makan setelah menjadi vegan, hehehe.


Bahan-bahan:
~ Burger buns.
~ Tempe.
~ Jamur kancing.
~ Bawang bombay.
~ Garam.
~ Merica.
~ Mustard. 
~ Barbecue sauce.
~ Kecap asin.
~ Kecap manis.
~ Saus tomat.
~ Vegan margarine.

Cara membuat:
~ Iris-iris tempe, lumatkan, lalu campurkan dengan jamur yang sudah diiris kecil.
~ Panggang bawang bombay sampai harum dan kecoklatan lalu masukkan tempe dan jamur. 
~ Masukkan garam, merica, saus tomat, kecap asin dan kecap manis, lalu aduk sampai rata. Angkat dan tiriskan.
~ Panggang buns di pan yang sudah diolesi margarine sebentar. 
~ Sajikan seperti sloppy joes pada umumnya, jangan lupa tambahkan mustard di atasnya untuk rasa asam dan warna ;)


Lazy Vegan Pizza ala Indi
Aku suka banget pizza. Saking sukanya, ini adalah makanan pertama yang aku minta waktu selesai operasi tumor payudara tahun 2013 lalu, hahaha. Yang pernah membaca novel-novelku atau pernah nonton film Mika juga pasti tahu betapa aku mencintai makanan itu. Beberapa tahun yang lalu sih nggak terlalu sulit untuk menemukan pizza vegan (---atau at least vegetarian) di restoran pizza "besar". Tapi sekarang menunya sudah nggak ada karena kurang peminat. Kalau di restoran kecil yang khusus vegan memang ada, tapi too bad mereka nggak menerima delivery order dan jaraknya lumayan jauh dari rumahku. Ya sudah aku coba bikin sendiri saja. Tentu dengan versi "lazy" alias seadanya dan nggak banyak usaha :p


Bahan-bahan pizza base:
~ 2 cup terigu.
~ 1 cup air matang.
~ Secubit garam.
~ Secubit garlic powder (atau bisa gunakan bawang putih yang dicincang).
~ 2 sendok makan baking soda dan baking powder.

Topping:
~ Saus tomat.
~ Saus pasta atau saus pizza instan.
~ Tomat diiris dadu.
~ Jamur kuping cincang.
~ Bawang bombay diiris dadu.
~ Jagung pipil.
~ Secubit garam dan merica.

Cara membuat: 
~ Masukkan seluruh bahan pizza base ke dalam mangkuk besar, lalu aduk sambil diberi air sedikit-sedikit. 
~ Setelah konsistensinya seperti play doh, ratakan adonan di loyang atau piring yang sudah diolesi vegan margarine atau olive oil. 
~ Olesi pizza base dengan saus dan beri topping sesuai selera, ---atau sesuai isi kulkas, hehehe.
~ Taburi garam dan merica untuk rasa.
~ Panaskan di dalam microwave dengan suhu paling tinggi selama 8 menit.

Meski seadanya tapi aku puas dengan rasanya. Mungkin memang nggak se-wah buatan restroran yang ada vegan cheese nya, tapi dijamin homemade pizza ini JAUH lebih enak daripada frozen pizza yang dijual di supermarket. Karena nggak pakai ragi proses pembuatannya juga jadi super cepat, cocok untuk orang nggak sabaran semacam aku :p By the way kata Ibu, Bapak dan iparku yang non vegan, mereka suka dengan pizza ini, lho. Malah kadang-kadang suka request aku untuk bikin lazy pizza ini lagi kalau weekend ;)

Vegan Burger
Nah ini nih menu yang paling bikin teman-temanku kebingungan. Mereka tahu kalau aku vegan, jadi langsung bisa menebak kalau isi burgernya bukan daging. Tapi waktu mereka mencicipinya mereka nggak bisa tebak apa tepatnya. Jadilah burgerku berkeliling waktu makan siang dan dipakai untuk kuis "tebak isi burger", hehehe :p 
Nenekku pernah bilang kalau rasa makanan itu sebenarnya 80% ditentukan oleh bumbu. Daging, sayuran atau kacang-kacangan bisa sama enaknya kalau bumbunya tepat. Malah bisa jadi lidah kita nggak bisa membedakan apa yang sebenarnya sedang dimakan karena rasanya mirip. Seorang temanku malah langsung meminta resepnya setelah mencicipi burgerku karena anaknya hanya suka daging, dan burger ini sepertinya bisa menipunya, hehehe.


Bahan-bahan:
~ 2 genggam kacang merah (atau kacang hitam) untuk 2 patty.
~ 1 siung bawang merah dan bawang putih.
~ Bawang bombay sesuai selera (aku pakai 1 kepala).
~ Secubit garam dan merica.
~ 1 batang seledri.
~ 1 batang wortel (diparut tipis).
~ All purpose flour.
~ Susu soya.
~ Kecap.

Pelengkap:
~ Burger buns.
~ Tomat dan timun potong.
~ Saus.
~ Vegan margarine.

Cara membuat:
~ Rebus kacang sampai lunak (jangan terlalu lembek) lalu hancurkan dengan garpu, ulekan atau food processor.
~ Iris tipis semua bawang dan seledri lalu campurkan ke lumatan kacang.
~ Pelan-pelan tuangkan susu soya sampai adonan patty mudah dibentuk (konsistensi seperti play doh).
~ Jika sudah mudah dibentuk, masukkan kecap, merica, garam, wortel dan all purpose flour.
~ Bentuk seperti patty lalu panggang di api kecil sampai kecoklatan. Setiap sisi cukup 2 sampai 3 menit saja.
~ Sajikan dengan pelengkapnya seperti burger pada umumnya.

***

Resep-resep masakan vegan yang sehat sudah banyak beredar di mana-mana, baik dalam bentuk buku atau secara online. Yang gue share (di YouTube, Facebook dan Instagram) justru hampir semuanya adalah menu-menu vegan junk food karena masih banyak yang menganggap being vegan=no fun. Padahal aku nggak akan missing out saat pesta barbecue tahun baru hanya karena bingung mau makan apa. Just veganized it! Dan selain untuk rekreasi lidah (satu minggu sekali cukup untuk makan "junk food" ini), menu-menu ini juga cocok untuk yang sedang transisi ke lifestyle yang lebih sehat, ---atau... siapapun yang sedang ingin alternatif dari daging :) 
By the way, adakah di antara kalian yang juga vegan? Kalau ada share dong apa menu junk food favorit kalian di kolom komentar ;)


yang kepengen makan sloppy joes dari kecil,

Indi

---------------------------------------------------------------------
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact: namaku_indikecil@yahoo.com

Rabu, 01 Maret 2017

Hadiah untuk Eris si Pet Therapist :)



Baru saja sampai di rumah Ibu berkata kalau ada paket untukku. Waktu dicek ternyata paketnya bukan buatku, tapi Eris! Hahaha. Wah, aku langsung penasaran dan membuka paket yang ukurannya cukup besar itu. Isinya karpet khusus hewan peliharaan!:D Beberapa waktu lalu aku sempat mengikuti giveaway yang diadakan oleh akun instagram @carameldanial yang informasinya gue dapat dari Yayasan Peduli Kucing. Syaratnya sederhana, peserta diminta untuk mengupload foto bersama hewan peliharaan dan menceritakan apa saja yang mereka lakukan sebagai pet therapy bagi "pawrent" nya. Tujuannya adalah agar semakin banyak orang yang tahu tentang "terapi hewan". Aku sih nggak memikirkan tentang menang atau kalah karena memang selalu bahagia jika bercerita tentang Eris :)

Sejak menjadi bagian keluarga 7 tahun yang lalu, aku selalu menganggap Eris istimewa. ---Well, setiap makhluk Tuhan tentu punya keistimewaan masing-masing, dan keistimewaan Eris adalah sifatnya yang pengertian. Karena mengidap severe scoliosis dan masih memakai brace 12 jam perhari, aku nggak bisa berlari karena bisa menimbulkan rasa nyeri. Eris selalu mengimbangi langkahku saat kami berjalan-jalan sore dan nggak pernah mencoba berlari. Padahal ia bisa saja melakukannya kalau mau. Tapi lain ceritanya kalau ia unleash alias tanpa tali... Wuzz! Eris bisa berlari secepat angin! Hihihi. Melihatnya seperti itu membuatku ikut merasakan sensasi bebas luar biasa.



Tiga tahun yang lalu Eris juga pernah menemukan sebuah tumor besar di payudara kiriku. Awalnya aku mengira ada sisa makanan yang menempel di baju karena ia terus-terusan mengendusnya. Tapi karena semakin lama semakin sering, aku pun penasaran dan memeriksakan diri ke dokter. Untung saja belum terlambat. Operasi berjalan dengan lancar, hanya waktu penymbuhannya yang cukup sulit. Aku merasakan sakit yang amat sangat karena bekas jahitan terus mengeluarkan darah. Di saat itulah Eris nggak pernah meninggalkanku, ---membuat aku merasa nyaman. Dengan kata lain, Eris lah yang "merawat" mentalku selama sakit sementara orangtuaku merawat secara fisik. Eris adalah terapisku :)

Pengalamanku dengan Eris rupanya mirip dengan pengalaman Addinda Sonang Danial, pemilik akun @carameldanial. Ini juga yang menjadi alasannya mengadakan giveaway. Dinda adalah pengidap kanker leukimia dan ia memiliki pet therapist bernama Caramel. Caramel adalah seekor anjing terlantar yang diadopsinya tepat sebelum akan disuntik mati! Dari situs pawsunion.com aku jadi tahu betapa luar biasanya Caramel. Ia bisa tahu jika kondisi Dinda sedang drop, bahkan di saat Dinda merasa baik-baik saja. Dan saat waktunya minum obat Caramel akan mengambil lalu melemparkan obatnya agar diminum. Jika Dinda nggak mau meminumnya, Caramel akan menggonggong terus seolah mengingatkan. Amazing! :) 




Mungkin sudah banyak teman-teman yang tahu tentang pet therapy, tapi just in case aku akan menjelaskannya lagi sedikit. Pet therapy adalah terapi yang melibatkan hewan di dalamnya. Biasanya pet therapy dibutuhkan saat seseorang dalam proses penyembuhan dari masalah kesehatan seperti mental health, kanker, penyakit jantung dan lain sebagainya. Pet therapy juga bisa berfungsi agar seseorang bisa lebih "nyaman" dengan apa yang diidapnya. Contohnya seperti aku. Scoliosis nggak bisa disembuhkan (karena bukan penyakit, tapi kondisi yang hanya bisa dikoreksi), tapi dengan Eris rasanya lebih mudah untuk menjalani hari. Hewan apapun bisa menjadi pet therapist karena berbeda dengan service dog, "tugas" pet therapist adalah untuk membantu kita merasa nyaman. Tapi mereka bisa juga double sebagai service dog, seperti Caramel yang bisa mengingatkan Dinda untuk minum obat.

Balik lagi ke cerita Eris dan hadiahnya, awalnya ia agak "terancam" dengan karpet barunya. Mungkin karena berbulu ia jadi mengira kalau itu hewan lain. Sampai-sampai Eris menggeram dan menggigitnya, lho! Hahaha :D Tapi hanya sebentar karena setelah itu Eris langsung duduk santai di atasnya, bahkan lama-lama ia minta disisiri sambil tiduran di sana :) Aku baru tahu kalau karpet @petcarpet_id rupanya mendonasikan sebagian dari hasil penjualannya ke Yayasan Peduli Kucing. Rasanya membuatku semakin happy karena tahu bahwa banyak yang peduli dengan keberadaan hewan-hewan di sekitar kita. Kalau kalian punya anjing atau kucing akusarankan untuk membelinya karena selain berdonasi, kualitas karpetnya juga memang bagus. Kalau Eris bica bicara bahasa manusia, ia pasti akan memberi testimoni panjang lebar tentang karpet barunya, hahaha.

Aku senang, bersyukur dan berterima kasih dengan hadiah yang diberikan @carameldanial untuk Eris. Rasanya semakin meyakinkan kita bahwa hewan memang memiliki maksud dan fungsi untuk tinggal berdampingan dengan kita, ---mereka bukan hanya "sekedar" hewan. Sekali lagi, menang atau kalah bukan masalah untukku. Aku akan selalu menyayangi Eris dengan tulus karena aku percaya Eris juga nggak pernah meragukanku. Dan aku membagi cerita ini (mudah-mudahan) bisa menjadi pengingat agar nggak ada lagi yang menyakiti hewan. Kalian boleh merasa "nggak suka" atau geli saat melihat mereka. Tapi nggak perlu menyakiti atau mengusiknya. Selalu ingat bahwa di suatu tempat ada orang-orang yang tertolong sekali dengan keberadaan mereka. ---Bahkan yang nyawanya diselamatkan oleh mereka. Seperti Eris yang menyelamatkanku dan Caramel yang menyelamatkan Dinda :)

yang sangat beruntung 'memiliki' Eris,

Indi


(Punya pengalaman serupa dengan hewan peliharaan? Kirim cerita kalian ke namaku_indikecil@yahoo.com. Cerita yang menarik akan dimuat di buku Guruku Berbulu dan Berekor 2 yang royaltinya digunakan untuk membantu hewan-hewan terlantar).


-------------------------------------------------------------------
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact: namaku_indikecil@yahoo.com

Rabu, 15 Februari 2017

Indi's Scoliosis Life: Disabilitas dan Dunia Bekerja

Yay! Libur nasional!
Haha, kadang aku merasa konyol kalau berseru begitu. Soalnya untukku apa bedanya antara weekend dan weekdays? Aku bekerja di rumah, ---dengan beberapa pekerjaan occasional di luar yang biasanya hanya menghabiskan waktu beberapa jam saja meskipun dilakukan di akhir pekan. Aku sudah otomatis saja excited setiap mendengar kata "libur". Mungkin karena kesempatan untuk hangout dengan keluargaku paling banyak di hari sabtu, minggu dan libur nasional kali, ya? :D Eh, tapi itu sih sampai satu minggu yang lalu. Karena sejak hari selasa kemarin aku mulai kembali bekerja secara formal!


Iya, setelah break selama 2 tahun (karena kesehatan dan ada beberapa project), aku akhirnya kembali dengan pekerjaan "formal" aka "kantoran". Bukan berarti aku stop menulis, seluruh project dan PR tetap bisa dikerjakan karena perkerjaan formal yang kuambil ini sifatnya secara paruh waktu alias part time. Awalnya aku sama sekali nggak terpikir untuk back to kantoran karena terbiasa dengan "jadwal kerja buatanku". Tapi berhubung ditawari saat mengantar Ali, keponakanku yang berusia 1 tahun untuk daycare, akhirnya aku putuskan untuk menerima pekerjaan paruh waktu di sebuah preschool berbasis kurikulum British. Dalam seminggu aku bekerja 4 hari dengan jam kerja dari pukul 8.00 sampai pukul 12.00. Meski kesannya hanya sedikit, dengan kondisi kesehatanku jam kerja seperti itu sudah cukup untuk menguras tenaga. Tapi so far sih so good, dan aku harap berlangsung sampai waktunya aku selesai di sana :)

Aku nggak sabar untuk bercerita tentang pekerjaanku yang baru (---well, baru tapi "lama" karena 2 tahun yang lalu aku pernah bekerja di tempat yang sama, hahaha). Tapi kali ini aku akan membahas tentang "disabilitas dan serba-serbi melamar pekerjaan". Kenapa? Karena sejak aku lulus kuliah dan mulai bekerja formal untuk pertama kali, banyaaaaaaak sekali yang bertanya tentang ini. Terutama dari teman-teman di support group "Masyarakat Skoliosis Indonesia". Selain itu juga karena memang masih jarang yang membahasnya di sini. Padahal, kalau aku buka web-web luar aku bisa menemukan banyak artikel helpful untuk para job seeker atau fresh graduate yang mempunyai beberapa kondisi fisik atau isu medis. Aku adalah pengidap severe scoliosis yang mempengaruhi mobilitasku, ---juga masih harus memakai brace selama 6 sampai 12 jam perhari. Tentu, nggak semua pekerjaan cocok untukku. Tapi bukan berarti itu mustahil :)

Mempunyai Disabilitas Haruskah Ditulis di Riwayat Hidup/CV?
Nggak perlu! Awalnya aku pernah menganggap kalau calon rekan kerja/perusahaan yang dilamar harus tahu kondisi fisikku. Tapi setelah banyak bertanya dengan teman-teman yang juga memiliki situasi yang mirip plus ditambah dengan pengalaman pribadi, aku jadi yakin kalau itu memang sama sekali nggak perlu. Dengan nggak menulisnya maka aku akan dinilai sesuai dengan kemampuan, bukan berdasarkan kondisi fisik. Tapi itu bukan berarti aku berbohong, lho. Karena sebelum melamar suatu pekerjaan aku (---kita) wajib bertanya pada diri sendiri, "Apakah aku sanggup mengerjakan pekerjaan ini?" Jika jawabannya sanggup, maka go ahead, langsung saja kirimkan CV terbaik dan berharap yang terbaik. Percaya diri itu penting, jangan sampai takut duluan sebelum memulai sesuatu. Pastikan saja pekerjaannya memang cocok dengan latar belakang pendidikan/kemampuan dan kondisi. Misalnya saja jika memiliki kondisi sepertiku, jangan memaksakan untuk melamar di bagian gudang/stock keeper yang job desc nya mengangkat barang-barang yang berat.

Haruskah Menyebutkan Kondisi Fisik/Kesehatan saat Wawancara?
Menurut Pasal 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, "Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan." Jadi seharusnya nggak perlu lagi menjelaskan panjang lebar tentang kondisi kita. Tapi dengan catatan kita sudah yakin betul kalau sanggup dengan segala job desc dari pekerjaan yang kita lamar. Tapi  boleh-boleh saja jika mau menyebutkan, terutama saat mengisi form yang biasanya ada kolom kondisi kesehatan. ---Terutama jika kondisi kita "abu-abu". Contohnya saja aku, saat melamar menjadi guru di preschool aku akan menyebutkan bahwa mengidap severe scoliosis. Alasannya karena dari segi latar belakang pendidikan dan kemampuan, aku sangat kompeten untuk posisi itu. Tapi karena calon murid-muridku masih balita, besar kemungkinan "job desc" ku bertambah sebagai juru gendong anak-anak, hehehe. Percayalah, sebuah pekerjaan nggak akan lari hanya karena kondisi fisik selama CV dan wawancara kita mengesankan :)

Disabilitas terbagi dua, yaitu yang terlihat (visible impairment) dan nggak terlihat (invisible disabilities). Bagi yang terlihat (misalnya pengguna memakai kursi roda, brace, alat bantu dengar, memiliki mising limbs, etc) maka akan a bit easier karena kita nggak perlu menjelaskan. Tapi bagi yang nggak terlihat seperti pengidap diabetes, epilepsi dan lainnya diperlukan pertimbangan lain. Jika semuanya masih bisa diatasi dengan obat atau terapi (eg: ada jaminan pengidap epilepsi nggak akan kambuh selama patuh dengan pengobatan), kita tentu nggak perlu menjelaskan saat wawancara. Tapi lain dengan pengidap epilepsi yang bisa kambuh kapanpun (misalnya kasus lebih severe), sudah seharusnya memberitahu sejak awal karena ini adalah salah satu bentuk dari tanggung jawab terhadap diri sendiri. Kalau sudah mau bekerja artinya sudah dewasa, dong. Dan hanya kita yang paling mengenal kondisi tubuh kita sendiri :)

Pekerjaan Apa yang Cocok?
Yang tahu dengan jawabannya tentu diri sendiri. Carilah pekerjaan yang sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan. Terkadang memang nggak mudah, tapi trust me, itu bukan 100% karena kondisi fisik kita. Banyak faktor yang menentukan, misalnya saja kesediaan lapangan pekerjaan yang cocok, luck (---yup, ini juga berpengaruh) dan "masalah" waktu. Temanku yang seorang quadriplegic (lumpuh dari leher ke bawah) perlu waktu 10 tahun untuk kembali bekerja sebagai guru. Jangan pernah remehkan atau salahkan diri sendiri. Perlu diingat bahwa memiliki IPK tinggi dan fisik yang kuat pun bukan jaminan cepat mendapatkan pekerjaan. Just be patient dan terus berusaha karena selalu ada tempat untuk semua orang.

Mungkin terdengar klise, tapi memang selalu ada sisi positif dari setiap kondisi, kok. Misalnya saja bagi scolioser yang sudah terbiasa melakukan fisioterapi atau yoga secara rutin. Nggak jarang mereka memiliki kedekatan dengan staff di klinik atau rumah sakit, dan itu sangat menguntungkan karena akan tahu lebih dulu jika ada lowongan pekerjaan di sana dibandingkan dengan orang luar ;) Banyak lho scolioser yang menjadi instuktur yoga atau staff di klinik fisoterapi. Malah aku kenal dengan fisioterapis yang dulunya adalah pasien di klinik! :D Itulah kenapa aku anggap bergabung dengan suatu komunitas atau support group sangat penting, karena bisa saja kita bisa mendapatkan informasi lowongan pekerjaan dari sana. Dan nilai plusnya kita juga sekaligus membantu teman-teman dengan kondisi yang sama. Nggak sreg dengan pekerjaan kantoran? Idenya salah satu temanku, Habibie Afsyah mungkin bisa ditiru. Ia adalah seorang enterpreneur sukses yang mengidap Muscular Distrophy. ---Ia bisa bekerja dengan baik meski hanya dengan 2 jari di tangan kanannya :)

Pokoknya, pekerjaan apapun yang kita pilih, ---kantoran atau wirausaha, aku yakin akan selalu ada jalan. Saat merasa ragu sempatkan sejenak untuk menenangkan diri dan meyakinkan diri bahwa kita hebat. Berpikirlah positif, jangan dulu pikirkan soal kegagalan sebelum mencoba. Mendengar kisah-kisah inspiratif juga bisa membantu. Misalnya saja seorang temanku, Thie Santoso yang seorang Tuli (---ya, mereka lebih nyaman dipanggil begitu daripada dengan istilah tunarungu) sudah mengirimkan lebih dari 400 surat lamaran pekerjaan dan semuanya ditolak! Tapi lihatlah ia sekarang yang sukses dengan Yayasan Sampaghita nya. Atau mungkin Hunter Kelch, temanku dari Amerika yang beberapa waktu lalu sempat menulis untuk blog ini. Ia adalah pengidap Cerebral Palsy Quadriplegic yang sukses sebagai blogger profesional! :)

Alasan aku menulis ini semua bukan karena aku sudah sukses atau keren. Aku hanya ingin berbagi pengalaman karena yakin banyak sekali yang mengalami situasi serupa. Semoga ini juga menjawab pertanyaan teman-teman di "Masyarakat Skoliosis Indonesia" yang bertanya tentang bagaimana aku bisa mendapatkan pekerjaan bahkan sebelum lulus kuliah. Sekali lagi aku ingin mengingatkan kalau selalu ada tempat untuk semua orang, jangan takut duluan sebelum berusaha dan... be anything you want to be. Kita bisa! :)


Catatan:
Difabel atau disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas, dan pembatasan partisipasi. Gangguan adalah sebuah masalah pada fungsi tubuh atau strukturnya; suatu pembatasan kegiatan adalah kesulitan yang dihadapi oleh individu dalam melaksanakan tugas atau tindakan, sedangkan pembatasan partisipasi merupakan masalah yang dialami oleh individu dalam keterlibatan dalam situasi kehidupan. Jadi disabilitas adalah sebuah fenomena kompleks, yang mencerminkan interaksi antara ciri dari tubuh seseorang dan ciri dari masyarakat tempat dia tinggal.
(Sumber Wikipedia)


Ingin berpartisipasi dengan project  buku "Guruku Berbulu dan Berekor" Part 2 yang royaltinya didonasikan ke hewan-hewan terlantar? Kirim cerita menarik kalian dan hewan peliharaan ke namaku_indikecil@yahoo.com.


girl with a cheeky spine,

Indi

-----------------------------------------------------------------
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact: namaku_indikecil@yahoo.com

Selasa, 07 Februari 2017

Mengunjungi Jamal: Teman Kecil dengan Semangat yang Besar :)

3 Januari 2017

Handphoneku bergetar. Waktu aku buka rupanya whatsapp dari Ibu yang sedang berada di ruang TV. Aku terkikik, ---karena jaraknya hanya beberapa meter saja dari kamar tidurku. Ibu memang sering mem-forward pesan-pesan yang didapat dari grup teman-temannya atau yang beliau dapat dari internet. Biasanya isinya seputar informasi seminar, dunia menulis atau bahkan sesuatu yang konyol. Tapi kali ini rupanya Ibu mengirimkan sesuatu yang lebih serius...
"Kak, besok kita jenguk Jamal, yuk. Tangannya baru diamputasi karena kecelakaan di pabrik bata."
Aku menatap peta lokasi rumah sakit Ibu kirim beberapa detik. 'Bagaimana jika ini hoax?' 'Ibu dapat informasi ini dari mana?' ---aku bertanya-tanya dalam hati. Tapi akhirnya aku hanya membalas pesan Ibu dengan satu kata, "Iya."


4 Januari 2017

"Ayo, bangun. Kan kita mau jenguk Jamal."
Pagi-pagi Ibu sudah membangunkanku, padahal biasanya beliau cuek karena aku nggak punya 'jam kerja' alias ngantor di rumah. Mungkin karena nggak yakin dengan kebenaran cerita tentang Jamal, aku jadi lupa kalau kemarin setuju untuk ikut. 
Tapi well, karena kupikir alamat rumah sakit yang dimaksud nggak terlalu jauh, jadi aku putuskan saja untuk mengambil resiko. Kalau ternyata kabar itu hoax, at least aku bisa memperingatkan orang lain agar nggak tertipu (meski pasti tetap kesal, hahaha). Bukannya aku sceptical, tapi di zaman sekarang ini (aku manusia masa lalu, lol) situasi buruk pun bisa saja dimanfaatkan untuk diambil keuntungannya. Misalnya saja kejadian baby Fang Fang baru-baru ini (rest in peace, little angel). Di saat keluarganya sedang berduka beredar pesan berantai di BBM dan whatsapp yang isinya meminta donasi, padahal mereka sama sekali nggak pernah meminta, ---bahkan nomor rekeningnya pun entah milik siapa. Itulah kenapa aku lebih berhati-hati sekarang. Jangan sampai niat baik malah sampai ke orang-orang yang berhati busuk kaya Evil Queen...

Di perjalanan ke rumah sakit aku bertanya pada Ibu dari mana beliau mendapatkan berita tentang Jamal. Katanya dari grup alumni SMA nya, dan sudah ada yang mengecek kebenarannya. Ah, aku jadi lega dan tahu bahwa kedatangan kami nggak percuma :) 
Dari Ibu aku jadi tahu cerita memilukan tentang Jamal. Usianya baru 6 tahun, rencananya akan masuk TK sebentar lagi. Seperti anak-anak kebanyakan, Jamal sangat aktif dan rasa ingin tahunya sedang tinggi-tingginya. Tanpa rasa takut ia bermain dengan mesin press di pabrik bata tempat ayahnya bekerja. Sayang... karena kejadiannya sangat cepat, Ayah dan Kakek Jamal terlambat untuk menolongnya. Kedua tangannya sudah remuk. Ayah dan Kakek yang berusaha menyelamatkannya pun mengalami cedera. Bahkan jari tangan Kakek Jamal harus ikut diamputasi karena terlambatnya pertolongan.

Di tengah hari aku, Ibu dan Bapak tiba di rumah sakit. Saat tiba di pintu gerbang bangsal anak kami nggak langsung dipersilakan masuk. Mungkin karena kondisi Jamal yang belum bisa menerima banyak tamu. Nggak lama kemudian seorang satpam dengan sigap mengantarkan kami ke kamar Jamal yang letaknya di lantai 2 (---beneran sigap lho satpamnya, beliau sampai sempat antar aku ke toilet lalu mengantarkan kami lagi ke lantai 1, keren!). Jamal dirawat di kamar yang berisi 3 tempat tidur dan ia berada di paling ujung, dekat dengan lorong. Saat kami datang Jamal sedang disuapi seorang wanita yang ternyata adalah neneknya. Kesan pertama saat melihat sosoknya yang mungil dan bertelanjang dada, aku langsung tersenyum. He is such a handsome young man! ---dan nggak ragu, juga kuat. Pasti nggak mudah untuk beradaptasi dengan kondisi barunya, tapi aku lihat Jamal bisa, ia menggunakan kedua kakinya untuk 'mencolek' tubuh neneknya saat menginginkan sesuatu.

Sumber foto: Tribun Jabar.


Hatiku jadi ikut pilu waktu mendengar neneknya bercerita sambil terisak. Katanya selain ayah dan kakeknya yang nggak bisa menemani Jamal karena masih belum pulih, ibu Jamal juga kondisinya belum memungkinkan untuk melakukan perjalanan jauh karena baru saja melahirkan. Iya, Jamal dan keluarganya bukan berasal dari Bandung, tapi dari Garut. Jadi selama di rumah sakit sejak akhir bulan Januari lalu segalanya diurus oleh neneknya. Secara fisik dan mental aku yakin situasi ini bukan hanya sulit bagi Jamal, tapi juga keluarganya. Aku nggak terlalu mengerti Bahasa Sunda, tapi dari matanya aku bisa melihat dengan jelas bahwa Jamal sedikit frustasi ketika ingin menunjuk ayam suir yang berada di atas piring makan siangnya. Dan itu membuat neneknya (lagi-lagi) menitikkan air mata karena butuh beberapa saat bagi beliau untuk mengerti keinginan cucunya. 
Aku dan keluarga nggak berlama-lama, kami langsung pamit pulang setelah memberikan sedikit oleh-oleh untuk Jamal. Sayang sekali neneknya nggak punya kontak untuk dihubungi, padahal kami ingin sekali mendapat kabar dari perkembangan Jamal kelak. 

Dokumentasi pribadi. Jamal sedang disuapi neneknya.


Setelah bertemu langsung dengan Jamal aku jadi mencari tahu lebih banyak tentang kejadian yang menimpanya. Rupanya tangan kanan Jamal sebenarnya ada kemungkinan bisa selamat seandainya nggak terlambat dibawa ke rumah sakit. Tapi sayangnya akses ambulance nggak ada di tempat mereka tinggal (daerah pelosok Garut), jadi tangan kanan Jamal terlanjur menghitam dan membusuk. It's a shame bahwa baru setelah kejadian tragis ini baru ada perhatian tentang accessibility di daerah terpencil... Kabarnya Dedi Mulyadi (DPD Golkar I Golkar Jabar) menginstruksikan para anggota legislatif di daerah dan provinsi untuk memperjuangkan hak masyarakat berupa fasilitas kesehatan ambulance agar nantinya nggak ada lagi Jamal-Jamal yang lain. But well... it's better than nothing. Mudah-mudahan saja akses kesehatan bisa dijangkau di seluruh pelosok Indonesia.

Meski nggak mudah, tapi meratapi nasib nggak akan mengubah apa-apa. Aku yakin masa depan Jamal cerah. Ia aktif, pandai mengaji dan berkeinginan kuat. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah bersama-sama mendukungnya untuk melewati masa penyembuhan. Fisioterapi nantinya tentu akan dibutuhkan untuk adaptasi dengan kondisi barunya. Dan jika Jamal menghendaki, ia juga bisa memakai lengan palsu nanti (klik di sini jika ingin berdonasi untuk lengan palsu Jamal). Tapi untuk sekarang jika ada teman-teman yang ingin menjenguk Jamal dan membawakan sesuatu, kalian bisa memberinya diapers anak, dan makanan untuknya juga neneknya. Katanya Jamal mulai bosan dengan menu rumah sakit yang itu-itu saja :) Dan Jamal juga membutuhkan mainan untuk menemani melewati hari-harinya saat menjalani perawatan. Mainan adaptatif adalah pilihan yang wise, kalian bisa membawakan sesuatu yang bisa dimainkan oleh kaki seperti "simon says" (maaf aku lupa apa istilahnya) atau ring dengan berbagai ukuran yang bisa dimainkan di pergelangan kaki. Nenek Jamal juga membutuhkan benda-benda yang bisa membuatnya nyaman seperti selimut, daster atau baju ganti.

Jika ada teman-teman yang tinggal di Bandung, atau sedang mengunjungi Bandung. Kalian bisa menjenguk Jamal di sini: 
Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung (RSHS)
Kamar inap anak, Kemuning. Lantai 2 kamar 2 atas nama: Jamaludin.


salam,

Indi

----------------------------------------------------------------------
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact: namaku_indikecil@yahoo.com