Kamis, 19 September 2013

Indi goes to Depok: Meet and Greet yang Menyenangkan! :)


Meet and Greet Indi goes to Depok, dengan Ray sebagai MC :)


Setelah kebingungan memilih antara kota Depok dan Jakarta, akhirnya pada tanggal 15 September lalu diadakan meet and greet dengan tema "Indi goes to Depok". Yup, dengan berat hati gue memilih Depok lebih dulu. Padahal andai saja punya kekuatan super, gue akan kunjungi 2 kota tersebut sekaligus, hahaha. Pasalnya dari hasil voting kecil-kecilan di twitter dan facebook, Depok dan Jakarta mendapat hasil suara yang hampir sama. Kedua kota tersebut juga belum pernah gue kunjungi untuk meet and greet, banyak teman-teman di sana yang protes karena gue mengunjungi Jogja lebih dulu padahal Bandung, kota tempat gue tinggal jauh lebih dekat dengan Depok atau Jakarta. Meski Depok dan Jakarta sama-sama kuat, tapi gue menemukan sedikit alasan (lol, sedikit, saking bingungnya) kenapa Depok yang terpilih: Gala premiere film Mika bulan Januari lalu diadakan di Jakarta, dan gue sempat bertemu dengan beberapa teman pembaca di sana meski bukan secara khusus. Jadi, ya, Depok gue anggap pilihan yang paling tepat :)


Desain banner ini dibuat oleh salah satu teman pembaca, lho. Namanya Santica :)


Gue berangkat ke Depok bersama Bapak dan Ray. Ray kembali menjadi MC di meet and greet gue yang ke lima ini setelah sebelumnya pernah menjadi MC juga di meet and greet yang ke dua dan empat. Gue sangat bersemangat meski sedikit nervous karena cuaca kurang bersahabat. Sepanjang siang awan terlihat gelap dan akhirnya hujan turun waktu acara dimulai sekitar jam 2 siang. Syukurlah sudah cukup banyak teman pembaca yang tiba di TM Bookstore Depok Townsquare, bangku-bangku kebanyakan sudah terisi dan ada beberapa yang berdiri sambil menonton dari kejuahan. Mungkin masih malu-malu :) Acara dimulai dengan menyapa teman-teman yang hadir. Gue senang luar biasa karena semuanya tampak ceria dan ramah meskipun ini adalah pertama kalinya kami bertatap muka. Suasana TM Bookstore yang hangat juga membuat gue semakin nyaman. Dekor serba pink dan girly benar-benar sesuai dengan impian gue :D




Gue bercerita tentang novel-novel gue, terutama tentang proses pembuatan dan cerita di baliknya. Misalnya tentang novel "Waktu Aku sama Mika" yang tadinya hanya berupa puisi lalu penerbit memberi ide untuk menjadikannya novel, juga tentang novel "Karena Cinta itu Sempurna" yang sebenarnya prekuel tapi sering dikira sekual karena terbit belakangan. Gue juga menceritakan tentang tujuan dari novel "Guruku Berbulu dan Berekor" yang bukan sekedar untuk mengejar keuntungan. Novel yang gue tulis dengan bantuan 34 relawan ini dibuat untuk membantu hewan-hewan terlantar atau yang tinggal di penampungan, karena royaltinya akan langsung disumbangkan pada mereka. Gue sendiri mempunyai beberapa hewan peliharaan dan mereka lebih dari sekedar hewan, tapi juga sahabat dan bahkan bisa menjadi guru :) Melalui novel ini gue ingin teman-teman pembaca yang meski nggak mempunyai hewan peliharaan bisa merasakan apa yang gue sampaikan, dan bahwa menghargai mereka bukan berarti harus memilikinya tapi bisa juga dengan membantu kesejahteraan hdup mereka. Gue surprise sekali waktu tahu bahwa banyak diantara teman-teman yang hadir sudah membaca novel ini. Gue langsung mengucapkan terima kasih karena berkat mereka royalti buku ini sudah sampai kepada salah satu penampungan anjing di Jakarta :D

Semakin lama teman-teman pembaca semakin banyak yang berdatangan. Dari twitter gue tahu bahwa ada juga teman-teman yang batal hadir karena terjebak hujan dan macet. Tapi itu nggak mengurangi semangat gue dan Ray karena meski terlambat datang mereka terlihat sangat antusias. Serius, melihat mereka tersenyum membuat gue nggak bisa berhenti nyegir. Apalgi ketika tahu bahwa yang hadir nggak hanya yang dari Depok, tapi jauh-jauh dari Jakarta! :D Tadinya Ray berinisiatif untuk langsung memulai sesi tanya jawab, tapi ternyata teman-teman masih pada malu-malu, hehehe. Semuanya malah saling pandang sambil senyum-senyum. Ya, sudah sambil menunggu teman-teman "panas" gue bercerita dulu tentang film Mika. Gue menceritakan tentang proses bagaimana gue ditawari untuk memfilmkan novel "Waktu Aku sama Mika", pemilihan cast dan apa saja yang sudah dicapai dari film tersebut. Ternyata diantara yang hadir juga ada "Vino G. Bastian friends", lho, aktor yang memerankan Mika. Pantas saja wajah teman-teman semakin exited, hehehe.

Benar saja setelah cerita tentang film Mika teman-teman langsung berebutan untuk memberikan pertanyaan. Dari novel ke satu sampai ke tiga, bahkan film semuanya kebagian pertanyaan. Gue menjawabnya dengan perasaan senang karena pertanyaan yang diajukan semuanya menarik dan sopan :) Saking semangatnya banyak diantara teman-teman yang mengajukan 3 pertanyaan sekaligus, lho, bahkan nggak segan-segan meledek Ray, hehehe. Kurang seru rasanya kalau sesi tanya jawab hanya 1 arah, jadi gantian gue yang memberikan pertanyaan. Baik yang bertanya ataupun menjawab sama-sama dapat hadiah novel-novel karya gue dari Homerian Pustaka. Ternyata yang ikutan bukan hanya yang sudah mengenal karya-karya gue lho, tapi ada juga teman-teman baru yang kebetulan sedang berkunjung ke TM Bookstore. Ah, senang sekali!




Meski hadiah bukunya sudah habis tapi semua yang hadir pasti kebagian hadiah karena masih ada jarcake yummy dari The Dream's Cake dan goodie bag imut dari Gerai Bandung Online. Hadiah-hadiah ini dibagikan saat sesi book signing dan foto bersama. Wah, seperti biasa 2 sesi ini pasti jadi yang paling heboh karena buku yang ditandatangi untuk satu orang bisa jadi banyak karena bawa titipan teman, hehehe. Dan untuk foto ada saja yang minta berkali-kali :) 


Jar cake super enak dari The Dream's Cake :)
Goodie bag imut dari Gerai Bandung Online :) Lihat deh pin nya, hihihi....


Setiap meet and greet selalu memberikan kesan yang berbeda. Meskipun ini adalah yang ke lima kali tapi kebahagiaan bertemu dengan teman-teman pembaca selalu gue tunggu-tunggu. Gue bangga memiliki teman-teman yang sangat suportif dan nggak sengan menyapa gue layaknya seorang teman, juga mengutarakan apa yang mereka rasakan ketika menikmati karya-karya gue. Dengan mereka gue semakin bertumbuh dan kuat karena dengan berbagi pengalaman dan membaca "balasannya" dari mereka membuat gue merasa nggak pernah sendirian :)

Gue juga mendapat kejutan manis di meet and greet kali ini dengan kedatangan teman-teman lama. Ada Grace, seseorang yang mewawancara gue untuk artikel GoGirl di tahun 2007 lalu. Senang sekali bertemu dengannya karena kami selalu keep in touch lewat telepon meski setelah 6 tahun nggak bertemu. Juga ada Herman, seseorang yang pernah menjadikan gue narasumber di majalah tempat ia bekerja. Sekarang ia bekerja di beritasatu.com dan kembali menjadikan gue narasumbernya. Juga yang paling nggak terduga keluarga Sound Rhythm ikut hadir di meet and greet yang indah ini. Mereka adalah orang-orang yang membawa gue bertemu dengan pahwalan masa kecil gue, Aerosmith dan membuat gue percaya untuk nggak berhenti bermimpi :)


Senang ketemu Rio lagi. Eh, dia bisa tebak apa project gue selanjutnya, lho, hihihi :)
Bertemu Grace! Senang sekali :D
Interview dengan Herman dari Beritasatu.com :) Baca di sini.
Interview dengan Wanita Indonesia :)


Sungguh hari yang begitu mengesankan. Bandung, Jojga dan sekarang Depok sama-sama memberi kehangatan yang luar biasa. I'm blessed, I'm totally blessed. Gue nggak pernah menyangka akan mempunyai teman sebanyak ini. Gue bahkan nggak pulang dengan tangan kosong karena ada dua orang teman pembaca, Dilla dan Resti yang memberikan gue boneka-boneka Hello Kitty. Gue terharu karena mereka begitu perhatian sehingga tahu tokoh kartun kesukaan gue :)
Gue nggak sabar untuk meet and greet berikutnya. Dimanapun itu gue pasti akan bahagia untuk menemui teman-teman gue yang luar biasa :)



blessed girl,

Indi

Special thanks to: Homerian Pustaka, Solusi Distribusi, TM Bookstore Depok Townsquare, The Dream's Cake, Gerai Bandung Online dan teman-teman yang telah membantu terwujudnya acara ini :)




***

Facebook: here | Twitter: here | Contact person: 081322339464

Mohon bantuan teman-teman untuk support Eris, my dog yang menolak animal testing untuk kosmetik. Caranya klik http://bit.ly/18Lw638, like pagenya dan klik "pilih". Support kalian sangat berarti. Terima kasih :)

Senin, 19 Agustus 2013

"Scolioser" Meeting :)

Halo, halo, halooo bloggies! Hahaha, gue menulis ini di hari terakhir libur pre school, lho. Kinda lazy to work, rasanya masih pengen liburan (karena gue nggak benar-benar libur, ada pekerjaan lain, sniff). But, well, gue kangen sama anak-anak :)  Jadi sambil menunggu "the day" lebih baik gue menceritakan dulu apa yang sudah gue alami kemarin. Karena setelah mulai bekerja pasti akan ada banyak cerita baru :)

What I wore? Dress and hair bow: design by me | Shoes: Gosh

Kemarin, waktu 17 Agustus (happy birthday, Indonesia!) adalah hari yang menyenangkan buat gue. Akhirnya gue bertemu langsung dengan seorang teman yang sebelumnya hanya berkomunikasi lewat telepon dan internet. Namanya Iin, atau biasa gue panggil Inis, akronim dari nama lengkapnya. Perkenalan gue dan Iin terjadi dengan cara yang cukup unik, yaitu dengan peran dari followers gue di twitter! Hehehe, kalau biasanya orang berkenalan karena saling follow atau berteman di facebook, gue dan Iin justru belum pernah menemukan akun satu sama lain.


Gue masih ingat betul bagaimana kejadiannya. Di suatu sore gue dan Ray berjalan-jalan, menunggu waktunya dinner. Lalu handphone gue berbunyi cukup sering, hingga membuat gue penasaran untuk meliriknya. Ternyata ada puluhan mention masuk ke akun gue dengan isi yang hampir sama, "Indi, ada pengidap scoliosis ikut audisi di X Factor." Gue ingin segera menontonnya, tapi sayang di mall tempat kami berjalan-jalan hanya ada TV yang memutar siaran luar negeri. Syukurlah gue ingat kalau X Factor mempunyai channel youtube sendiri, jadi gue lega karena bisa menonton tayangan re-run nya di rumah.

Keesokan harinya gue langsung menemukan rekaman audisi Iin. Waktu itu yang gue pikir adalah, "wow, this girl is really great!" dan nggak ingat kalau sebelumnya orang-orang mengenalkannya kepada gue karena sama-sama mengidap scoliosis. Sebagai ungkapan rasa kagum gue tinggalkan sebuah komentar di sana. Meskipun tahu ini bukan akun Iin, tapi seenggaknya X Factor tahu bahwa dukungan terhadap salah satu kontestannya bertambah 1 suara, hehehe. Sebelum log out, iseng-iseng gue membaca komentar-komentar yang lain. Salah satunya ada yang mencantumkan akun twitter Iin. Gue lalu putuskan untuk menyimpannya meskipun belum terpikir untuk menghubunginya. Siapa tahu nanti kita bisa berteman, begitu gue pikir.

Setelah beberapa hari tersimpan di memory handphone, akhirnya gue putuskan untuk menghubungi Iin. Just a simple message:
"Hai Inis, aku Indi. Aku juga scolioser. Salam kenal." 
Lucky me, ternyata saat itu ia sedang online dan langsung membalas pesan gue. Terjadi percakapan singkat dan beberapa menit kemudian kami sudah saling follow :) Selama perkenalan di twitter itu kami nggak pernah membicarakan tentang scoliosis, hanya sapaan-sapaan ringan yang cukup membuat gue tersenyum. Waktu itu film Mika (yang diambil dari novel pertama gue, "Waktu Aku sama Mika") belum tayang di bioskop dan Iin baru saja lolos jadi peserta X Factor.

Setelah film Mika tayang secara umum gue mulai sibuk untuk mempromosikannya. Gue senang sekali karena tanggapan penikmat film Indonesia sangat positif. Nggak menyangka, ternyata Iin juga tertarik untuk menontonnya. Gue menerima pesan di inbox twitter yang berisi bahwa teman-temannya menganjak ia menonton film Mika karena tokoh Indi (gue, lol) mengingatkan mereka padanya. Gue nggak sabar menunggu kabar dari Iin setelahnya, gue ingin tahu apakah ia menyukai filmnya atau nggak. Karena mendengar pendapat dari seseorang yang juga mengidap scoliosis pasti akan terasa lebih 'akrab' bagi gue.

Dan yup, akhirnya sebuah kabar menyenangkan datang. Iin menyukai filmnya dan mengajak gue bertukar nomor handphone. Lebih menyenangklan lagi Iin ternyata merasa bahwa apa yang digambarkan di film sangat real. Ia juga merasakan apa yang gue rasakan ketika harus memakai brace dan bagaimana terbatasnya aktivitas sehari-hari. Meski belum pernah bertemu gue merasa Iin teman berbicara yang mengasyikan. Percakapan kami pun semakin berkembang, dari scoliosis kami menemukan persamaan lain yaitu kami sama-sama suka desain! Bukan itu saja, kami sama-sama suka binatang. Iin suka kucing dan anjing, sedangkan gue, seperti yang sudah kelihatan... I'm a dog person, hehehe :p

Semakin sering kami mengobrol, semakin besar juga keinginan untuk bertemu. Sayangnya sulit sekali menemukan waktu yang pas. Kami berdua sama-sama nggak tinggal di Jakarta. Dan uniknya meskipun pekerjaan kami menuntut harus cukup sering ke sana, waktunya selalu berlainan. Akhirnya, kemarin gue putuskan untuk menyempatkan menemuinya. Liburan gue nggak lama lagi selesai dan Iin juga hanya bisa berada di Jakarta sampai tanggal 25 Agustus. 

Jadi dengan persiapan seadanya gue ke Jakarta diantar Bapak. Berbekal 1 buah mini suitcase yang di dalamnya ada novel Karena Cinta itu Sempurna oleh-oleh untuk Iin, kami pergi jam 11 pagi. Syukurlah karena masih suasana liburan jalanan nggak terlalu macet. Tapi cuaca sedang panas-panasnya. AC di mobil nggak cukup untuk membuat gue bebas dari keringat. Kening dan telapak tangan gue basah sekali. Sampai-sampai begitu ada mall terdekat kami berhenti dulu dan gue cuci muka di sana, hahaha. Padahal, tempat kami janjian nggak jauh lho sama Slipi Jaya, mall tempat gue cuci muka. Tapi namanya juga sudah nggak tahan :p

facial wash etc, water bottle, KARENA CINTA ITU SEMPURNA, towel dan iphone :)

Sekitar jam 2 siang akhirnya gue dan Bapak sampai di Central Park. Lucunya butuh waktu lebih dari 30 menit untuk kami masuk ke dalam mall. Gedung parkirnya penuuuuh sekali, dan kami kebagian di lantai 10, hahaha. Iin sudah ada di sana sejak jam 12 dan itu membuat gue merasa nggak enak :( Syukurlah setelah 2 kali salah lantai (2 orang security=2 keterangan berbeda, lol) gue bertemu dengan Iin yang sedang duduk di foodcourt. Yaiy! Nggak nyangka akhirnya kami bertemu juga :)

Bertemu dengan Iin secara langsung lebih seru daripada lewat telepon. Meski ini adalah pertemuan yang pertama tapi percakapan kami langsung seru. Sebelum gue datang ternyata Iin habis beli baju lucu untuk kucingnya Cleo. Karena ia juga suka anjing jadi gue tunjukan foto Eris, anjing golden retriever gue yang selalu kelihatan seperti puppy, hehehe. Selain sama-sama suka binatang dan scoliosis ternyata kami juga punya persamaan lain, yaitu: punya masalah gigi! Ya, ampun ternyata kami sama-sama harus menghadapi pisau bedah gara-gara gigi kami bandel. Gigi depan Iin nggak mau turun (tumbuh ke bawah) sedangkan gue, gigi geraham belakang tumbuh ke arah yang salah sehingga harus dibedah. Uh, membicarakannya saja sudah buat kami ngilu, hehehe.

Us :)

Meskipun kami mengobrol santai, tapi soal scoliosis kami membicarakannya cukup serius. Kami sama-sama divonis di usia 13 tahun dan kurva kami di atas 50 derajat yang artinya masuk dalam kategori berat. Gue 58 derajat dan Iin 54 derajat. Kami sama-sama aktif dan mempunyai aktivitas normal (atau malah lebih dari normal? Lol), sangat menikmati itu tapi juga nggak bisa bohong bahwa rasa sakitnya sering mengganggu. Iin menyayangkan bahwa fasilitas perawatan scoliosis di Makassar masih sangat terbatas. Kami memakai Boston brace dengan harga yang hampir sama (punya gue lebih murah) tapi kualitasnya berbeda. Punya gue kelihatan jauh lebih baik, dan tentu saja untuk pilihan terapi gue juga punya lebih banyak karena tinggal di Bandung.

Padahal, menurut Iin di sekolahnya dulu bukan hanya ia yang mengidap scoliosis. Tapi yang lain memilih membiarkannya saja, nggak ditangani karena nggak tahu bahwa bracing dan fisioterapi bisa membantu. Berutunglah Iin mempunyai keinginan kuat untuk "sembuh" (baca: membaik) dan mencari tahu tentang penanganan yang tepat. Mumpung di Jakarta ia juga mencari tempat terapi dan jika ternyata harus pakai brace Iin ingin yang lebih fashionable.

Meski nggak langsung menyadari, tapi semakin dewasa gue semakin sadar bahwa scoliosis bukan akhir dari segalanya. Meski nggak bisa disembuhkan tapi scoliosis bisa dirawat agar kurvanya nggak bertambah atau malah berkurang. Gue dan Iin punya harapan bahwa suatu hari penanganan untuk scoliosis ada di mana-mana, nggak hanya di kota besar. Dan kami heran kenapa desain brace itu sangat nggak menarik, ya? Hehehe. Padahal sebagian besar pengidapnya adalah perempuan yang biasanya terdeteksi di usia remaja. Gue dan Iin jadi punya cita-cita untuk menjadi desainer brace. Gue mau bikin brace bermotif, dan kata Iin minimal setiap scolioser harus punya 3 brace dengan warna berbeda supaya bisa di match dengan baju yang dipakai. Amen for that! :p
Ide menjadi desainer brace mungkin terdengar konyol, tapi menurut kami alasan kenapa banyak scolioser remaja yang menolak memakai brace bukan hanya karena nggak nyaman, tapi juga karena warnanya nggak menarik. Gue harap suatu hari kami menwujudkan ini hingga semakin banyak scolioser yang percaya diri memakai brace setiap hari :) 



Pertemuan dengan Iin membuat perasaan gue semakin positif. Gue selalu percaya bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan fungsinya masing-masing. Nggak ada yang kekurangan, karena kekurangan fisik hanya di mata manusia, bukan di mataNya. Iin adalah contoh nyata, dan gue yakin masih banyak orang sepertinya di luar sana. Beberapa mungkin sudah yakin dengan kemampuan diri, tapi beberapa lagi harus diingatkan, seperti Iin yang mengingatkan gue dan sebaliknya.

Jam 5 sore gue dan Bapak pamit pulang. Meski singkat tapi pertemuan dengan Iin terasa berkesan. Sebelum benar-benar berpisah gue memberikan novel Karena Cinta itu Sempurna padanya. Novel itu berisi perjalanan hidup gue, termasuk proses pencarian terhadap penanganan scoliosis yang panjang. Gue harap sama seperti filmnya, buku itu akan membuatnya merasa nggak sendirian. Kami berfoto beberapa kali, berpelukan singkat dan dalam beberapa menit gue sudah berada di dalam mobil, di perjalanan menuju Bandung. Sambil melepaskan sepatu dan memejamkan mata berharap bisa beristirahat selama 3 jam perjalanan, gue memikirkan tentang ide yang gue dan Iin bicarakan. Kami sudah melawan keraguan terhadap diri sendiri sampai sejauh ini. Jika selanjutnya membuat brace fashionable untuk scolioser, kenapa nggak? Sepertinya nggak ada yang nggak mungkin jika kami berusaha dan berdoa. 

Jadi, kapan kita mulai desain brace nya, Iin? ;)


nb: Scoliosis can be upsetting and depressing diagnosis. Tapi bukan berarti menghalangi pengidapnya dari kesuksesan. Contohnya Liz Taylor, Kurt Cobain, Linda Blair, Liza Minelli, Sarah Michelle Gellar... dan siapa mau jadi selanjutnya? ;)


cheers,

Indi
Vote gue di GOSH photo contest. klik di sini :) 

____________________________________________________
My twitter: here | My facebook: here | Contact me: 081322339469 

Senin, 12 Agustus 2013

Girls and Boys :)



OOTD Headband: Heartwarmer | Dress: design by me (made from "sarung Gajah Duduk") | Socks: Gosh | Shoes: Nevada




Wah, nggak terasa ya sudah hari senin lagi. Untuk yang bekerja dan bersekolah sebagian besar masa liburnya sudah habis, ya? Hihihi, selamat kembali beraktivitas kalau begitu. Dan selamat hari raya idul fitri untuk yang merayakan. Mohon maaf lahir dan batin :)
Jadi bagaimana dengan liburan kalian? Seru? Aku yakin sebagian besar dari teman-teman menghabiskan waktu bersama orang-orang yang kalian cintai, seperti keluarga atau teman. Begitu juga denganku, seluruh keluarga berkumpul. Bahkan yang biasanya sangat sibuk sekalipun. Menyenangkan :)





Liburan lebaran selalu terasa berbeda untukku. Selain momentnya sangat tepat untuk berkumpul dan bersilaturahmi, liburan ini juga selalu lebih panjang daripada liburan-liburan yang lain. Aku, Ibu, Bapak dan Puja ada di rumah dalam waktu bersamaan. Kami bangun pagi, sarapan dan beraktivitas bersama. Berbeda dengan hari-hari biasa yang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Sungguh waktu berkualitas yang berharga :) Sepupu-sepupuku pun datang untuk berkumpul di Bandung. Meski mereka tinggal di kota berbeda, tapi tahun ini semuanya bisa pulang ke kota kelahiran mereka. Termasuk Adhi yang bekerja di Karimun.

Dan saat sepupu-sepupuku berkumpul tentu saja yang sangat aku tunggu adalah "the girls" alias Gina dan Silmi. Kalau teman-teman mengikuti blog ini pasti kenal dengan mereka. Yup, mereka adalah 2 sepupu favoritku karena sama-sama perempuan dan hampir seumuran, hehehe. Hampir setiap bertemu kami pasti mojok bertiga dan membicarakan girly stuff ---setelah menyapa yang lain juga tentunya---. Seperti kali ini, kami langsung sibuk membicarakan film yang sedang tren dan motif casing handphone masing-masing (lol, nggak penting). Bersama mereka setiap topik pembicaraan memang jadi seru. Apalagi kami bertiga juga sedang berulang tahun, Gina dan Silmi lahir di bulan Agustus, sedangkan aku lahir di malam takbiran yang artinya sedang berulang tahun juga jika dihitung dalam tahun Islam. Sebenarnya seorang sepupuku yang lain juga sedang berulang tahun, namanya Idham. Tapi ia nggak masuk katergori "the girls", karena (of course!) ia laki-laki, hahaha :p

Meski kami bukan anak-anak lagi tapi jika bersama-sama pasti ada saja permainan yang kami lakukan (aku dan Silmi pernah bermain sepeda sampai gelap, lho, lol). Kali ini ide permainan datang dari Gina. Beberapa waktu lalu ia men-download permainan "Heads Up" di handphone nya, dan ia pikir akan seru jika kami mainkan bersama. Dan benar saja ternyata kami sulit sekali untuk berhenti! Permainannya sederhana, seorang pemain akan meletakan handphone di kening dengan layar menghadap ke pemain lain. Nanti di layar akan muncul sebuah kata dan ia harus menebaknya dengan arahan pemain yang di hadapannya. Saking serunya suara kami sampai serak, kami berteriak-teriak seolah akan membuat clue dari jawabannya jadi lebih mudah dipahami, hahaha. Oya, part terbaik dari permainan ini adalah secara otomatis handphone akan merekam ekspresi pemain. Jadi setelah permainan selesai aku, Gina dan Silmi memutarnya hingga kami tertawa sampai sakit perut! :D

Mainkan dan mustahil nggak kecanduan :p

Karena aku selalu mendapat skor paling tinggi, Silmi memutuskan untuk mengganti aturan permainannya jadi seperti di kuis "Indonesia Pintar-Eat Bulaga". Aku dan Gina langsung saja tertawa geli mengingat kepopuleran video "Sayur Lodeh" yang super heboh. Aturannya sederhana, tapi nggak mudah. Pertanyaan dari pemain yang tugasnya menebak kata hanya boleh dijawab dengan, "Ya", "Tidak" dan "Bisa jadi". Dengan aturan seperti ini Gina dan Silmi berpikir bawa skorku yang tinggi pasti akan menurun drastis, hihihi.

Benar saja, aku jadi kesulitan untuk mendapat skor sempurna. Malah beberapa kali aku sama sekali nggak bisa manjawab dan hanya tertawa sampai waktu habis. Di tengah-tengah rasa menyerah karena Gina dan Silmi mengerjaiku, Ais, sepupuku yang lain penasaran dengan apa yang kami lakukan. Setelah kami ceritakan ia langsung ingin ikut bermain. Ia pikir akan mudah, tapi hasilnya tentu saja seburuk aku, hahaha. Setiap kali gagal Ais pasti ingin mencobanya lagi. Di luar dugaan permainan ini ternyata membuat kecanduan dan menular. Para sepupu laki-laki yang lain pun jadi ikut bergabung dengan kami. Nggak ada lagi "Indi and the girls" karena seluruh sepupu jadi berkumpul, hihihi. Saking serunya Ais sampai punya ide untuk menjadikan "Heads Up ala Eat Bulaga" sebagai permainan wajib kalau kami bertemu :D

Lama-lama the girls dan the boys jadi bersatu. Aku, Gina dan Silmi nggak bisa lagi mojok bertiga. Well, no more girly things conversation, semuanya digantikan dengan obrolan campur-campur yang kadang membuatku "nyengir" karena perbedaan berpikir antara laki-laki dan perempuan. Setelah bermain sampai magrib (dan baterai handphone Gina habis, lol) kami putuskan untuk hangout bersama. Ini benar-benar jarang terjadi karena biasanya aku hanya mau pergi bersama the girls. Bersama laki-laki ternyata semuanya jadi lebih sulit. Untuk memutuskan kami akan ke mana saja sampai rusuh, hehehe. Rencana berubah-ubah, dari karaoke berubah nonton film, lalu berubah lagi untuk ngopi di cafe. Sampai malam kami masih berdebat sampai akhirnya Gina membuat keputusan, "Kita makan sushi saja," lalu semuanya setuju. Yea, girl rules! Lol :p

Akhirnya kami (the girls, Ais, Idham dan Adhi) pergi ke Trans Studio Mall. Tujuannya tentu saja untuk ke Sushi Tei. Mungkin karena masih suasana lebaran jalanan nggak begitu ramai, sampai-sampai hanya dalam beberapa menit kami sudah sampai. Tapi ternyata suasana berbeda dengan di dalam mall. Di dalam penuuuuuh sekali. Sampai-sampai kami takut akan ditabrak oleh pengunjung lain yang (anehnya) hampir semua terlihat terburu-buru. Tapi kami sedang santai, jadi kami nggak langsung ke restoran tapi ke toko buku dulu untuk mengantar Adhi si penggemar komik. Di sana ternyata nggak ada yang Adhi sedang cari, jadi kami langsung menuju Sushi Tei. Eh, tapi aku melihat sesuatu yang cute. Ada diskon casing handphone di Lolly Polly. Jadi kami mampir dulu ke sana sebentar, hihihi. The boys ternyata nggak anggap sebentarnya kami itu sebentar lho, mereka kelihatan bosan menunggu di bangku-bangku mall :p

Casing handphone nya cute banget kan, hihihi :p

Di depan Sushi Tei kami melihat antrian yang lumayan panjang. Bangku tunggu pun semuanya terisi penuh. Ternyata di dalam memang sudah penuh, dan kalau kami mau menunggu harus sabar setelah 11 orang tamu selesai makan. Tadinya kami mau mencari restoran lain, tapi mengingat mall yang sangat padat dan foodcourt yang sudah berubah jadi standing party, kami putuskan untuk menunggu. The boys kadang menyebalkan, tapi soal duduk mereka memang gentleman. Setelah menunggu sekian lama akhirnya ada 3 buah bangku yang kosong dan mereka mempersilakan the girls untuk duduk, hihihi. Selama menunggu kami habiskan dengan mengobrol. Ais punya ide untuk bermain "Heads Up", tapi tentu saja disambut big NOOOO oleh kami, hahaha.

Akhirnya nama kami dipanggil dan kami masuk ke dalam Sushi Tei. Sayangnya ternyata bukan berarti meja kami siap, tapi pegawai di sana meminta kami untuk melihat suasana di dalam. Hanya ada 1 meja dengan kapasitas 4 orang dan 2 buah meja dengan penyekat yang nggak memungkinkan kami duduk bersama-sama. Hampir saja kami membatalkan, tapi mengingat ini moment yang jarang kami putuskan untuk memakai meja kapasitas 4 orang dan duduk berhimpitan! Hahahaha... Mbak-mbak pegawainya sampai nggak enak sama kami, tapi Ais menanggapi, "Yah, mau gimana lagi... Sempit sih, tapi ini kesempatan langka." Ada-ada saja :p




Tempat yang sempit membuat kami susah untuk bergerak. Bayangkan, jika setiap orang dari kami memesan minimal 2 buah menu. Meja kami nampaknya bisa rubuh kapan saja, hahaha. Tapi semuanya tetap terasa menyenangkan, makanannya pun tetap terasa nikmat. Kami mengobrol ini itu, bertukar cerita dan lelucon yang terasa jadi lebih lucu dengan suasana seperti ini. Kami bahkan saling mencicipi makanan yang kami pesan. Nggak lupa menggoda Adhi yang seorang Sushi Virgin (well, not anymore, Dhi! Lol). I love the girls so much, tapi menghabiskan waktu bersama the boys juga ternyata menyenangkan. Mereka kadang sembarangan, tapi membuat pertemuan ini jadi lebih berwarna.

The boys: Ais, Idham dan Adhi :)

Mbak-mbak pegawai yang melayani kami sepertinya merasa terharu melihat kami, hahaha. Duduk bersempit-sempit dan terpaksa makan buru-buru karena sudah mau tutup. Tapi kami nggak peduli, meski sebentar tapi pengalaman ini benar-benar mengesankan. Boys always be boys and girls always be girls. Kami berbeda tapi bukan berarti harus menjadi 2 kubu yang berbeda. Kami setuju untuk sesekali hangout bersama jika ada liburan lagi. Sebelum pulang Ais mengangkat gelasnya tinggi-tinggi. "Cheers," katanya. Aku dan yang lainnya saling berpandangan nggak mengerti lalu menertawakannya. Tapi Ais tetap mengangkat gelasnya dan berseru, "Bersulang untuk kita dan pasangan kita agar selalu langgeng!"
Hahaha, kami semua tertawa setelah beberapa detik bengong. Entah apa maksudnya karena ia bersulang untuk sesuatu yang nggak ada hubungannya dengan suasana ini. Tapi kami putuskan untuk mengikuti Ais mengangkat gelas kami.
Karena di tengah perbedaan, seenggaknya kami semua setuju dengan kata-kata Ais yang ini. Cheers!

But still. Girl rules!!! Hehehe :p







blessed girl,

Indi

____________________________________________
Facebook: Here | Twitter: Here | Contact person: 081322339469

Senin, 22 Juli 2013

Best Friend :)

Best friend. Gue ingin menceritakan tentang teman baik gue. Bukan, ini bukan Dhian yang gue ceritakan di novel "Karena Cinta itu Sempurna" dan film Mika. Tapi ini tentang teman baik yang gue kenal sekitar 4 tahun lalu. Waktu itu dia masih berusia 9 bulan, tapi bukan berarti sekarang dia masih balita. Dia sudah dewasa. Karena dalam hitungan usianya, teman baik gue ini menua 7 kali lebih cepat dari kita. Dalam hitungan usia manusia dia sudah 28 tahun. Namanya Eris. Dan dia adalah seekor anjing.



Gue ingat pernah berjanji akan menceritakan tentang Eris di blog ini. Tapi setelah memeriksa seluruh entri ternyata gue hanya pernah menceritakannya secara singkat. Padahal kehadiran Eris begitu berarti untuk gue, dan gue sudah tahu dia akan menjadi anjing yang istimewa sejak pertama kali melihatnya. Eris hadir ditengah keluarga gue dengan cara yang nggak diduga-duga. Beberapa bulan sebelumnya keluarga kami baru saja kehilangan Veggie, anjing golden retriever yang sudah kami pelihara sejak usia 1 setengah bulan. Kami nggak berencana untuk memelihara anjing lagi dalam waktu dekat karena masih dalam suasana kehilangan. Veggie adalah anjing bertubuh besar dengan banyak cinta. Sangat playful, cerdas dan menyenangkan. Memelihara anjing lain rasanya akan membuat kami bersedih karena mengingatkan padanya dan ada perasaan nggak rela untuk "menggantikannya". Tapi ada seorang ibu yang baik hati. Beliau mendengar cerita tentang gue dan Veggie lalu memutuskan untuk memberikan salah satu anak anjingnya untuk gue. Gue ragu pada awalnya, tapi beliau berkata bahwa memiliki seekor anjing akan menjadi terapi yang baik bagi jiwa yang bersedih. Maka gue putuskan untuk memberi anjing ini kesempatan, dan segera pergi untuk menjemputnya.

Ditemani Ibu dan Bi Yati gue menjemput Eris di Jakarta. Perjalanan yang melelahkan tapi gue sangat nggak sabar untuk menemuinya. Gue sama sekali belum tahu seperti apa dia terlihat. Pemilik Eris nggak pernah memberikan foto atau menceritakan seperti apa ciri-cirinya. Lucunya gue selalu membayangkan dia sebagai anjing kecil kecil berbulu coklat, entah kenapa sangat berbeda dengan Veggie yang bertubuh besar dan berbulu terang. Ketika sampai, gue langsung mendapatkan kejutan menyenangkan dari Eris. Ada 4 ekor anjing golden retriever di sana, dan salah satunya persis seperti bayangan gue tentang Eris. Tanpa sadar gue langsung berteriak memanggilnya, "Eris... Eris!" dan anjing itu pun berlari menghampiri gue dengan ekor yang berkibas kencang lalu segera menjilati pipi gue dengan antusias. Gue sangat terkejut karena apa yang gue bayangkan menjadi kenyataan. Bukan hanya gue yang terkejut, ibu pemilik Eris pun berkata, "Kok kamu bisa tahu dia yang bernama Eris? Eris juga sepertinya sudah tahu kalau kamu calon tuannya. Ajaib..."
Memang ajaib. Eris seperti menawarkan dirinya untuk menjadi teman baik gue. Sungguh salam perkenalan yang manis.

Eris ternyata sebelumnya sudah akan ada yang membeli. Dia sudah ditawar seharga 4 juta rupiah. Tapi di saat-saat akhir pemilik Eris menolaknya dan merasa bahwa calon pembeli itu bukan rumah yang tepat. Di hari yang sama gue langsung dihubungi karena dianggap sebagai orang yang tepat meskipun belum pernah bertemu sebelumnya. Keyakinan bahwa gue akan menyayangi Eris lah yang membuat pemiliknya menyerahkan dia secara cuma-cuma. Gue benar-benar speechless dan terharu. Berkali-kali gue ucapkan terima kasih, dan 2 jam setelah perpisahan yang penuh haru gue membawa Eris untuk pulang ke rumah barunya.


Segera Eris dan gue menjadi teman baik. Karakternya begitu berbeda dengan Veggie. Dia cenderung kalem, sabar dan menyukai perintah. Tapi justru itulah yang membuatnya istimewa, membuat gue sadar bahwa Eris bukan menggantikan Veggie, tapi menjadi teman dan anggota keluarga baru di rumah. Apapun yang gue lakukan Eris selalu memperhatikan gue dengan penuh minat. Bahkan sekedar menyapu halaman pun terasa luar biasa untuknya. Dia senang mengikuti langkah gue seolah ingin membantu gue menyapu. Lucu sekali. Hanya saja jika sedang mengepel jadi lain cerita karena lantai akan penuh dengan jejak kakinya, hahaha. Sungguh kehadirannya membuat gue merasa hebat, merasa dinanti-nanti dan merasa dibutuhkan setiap hari. Eris sepertinya bisa membaca pikiran gue. Saat gue lelah dia akan duduk disamping gue dan meletakan kepalanya di antara kaki gue dan terus begitu sampai gue memutuskan untuk bergerak. Saat gue berbicara pasti Eris mengangkat kepalanya dan (terlihat) mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Gue nggak yakin apa dia benar-benar mengerti, tapi didengarkan adalah perasaan yang paling baik sedunia.


Beberapa orang menganggap Eris "hanya anjing". Mereka heran mengapa gue mau menghabiskan waktu merawatnya: memberinya makan, menyisir bulunya, membawanya ke dokter jika sakit, membersihkan kotorannya, dan lain-lain padahal pada akhirnya dia akan mati jika waktunya tiba. Well, gue rasa itu komentar yang kasar. Iya, betul, Eris memang "hanya anjing" tapi anjing atau binatang apapun bukan berarti nggak bisa dijadikan teman. Gue nggak pernah memanusiakan Eris. Dia tidur terpisah dengan gue dan makan makanan khusus anjing, tapi dengan menjadi dirinya sendiri justru membuatnya menjadi teman yang sempurna. Apa yang gue lakukan untuknya dibalas dengan cinta tanpa syarat yang akan terus tumbuh sepanjang usianya. Waktu yang gue habiskan nggak ada apa-apanya dibandingkan seluruh keceriaan yang dia bawa untuk gue dan keluarga. Dan gue nggak pernah merasa telah "menghabiskan waktu" untuk merawatnya, gue menikmati setiap detik saat menyisir bulunya malah bahkan saat membersihkan kotorannya.

Jika pemilik lama Eris berkata bahwa anjing adalah terapi yang baik untuk jiwa yang bersedih, menurut gue memiliki Eris lebih dari itu. Eris menjadi terapis yang baik untuk kemampuan bersosialisasi gue. Nggak terhitung berapa banyaknya teman baru yang gue dapatkan karena kehadirannya. Terkadang, jika gue bingung untuk membuka percakapan, gue akan bercerita tentang Eris dan hebatnya selalu berlanjut menjadi percapakan panjang yang seru. Tapi gue rasa setiap pemilik binatang peliharaan akan merasakan hal yang sama dengan gue. Baik itu pemilik kucing, ikan, hamster, burung dan lainnya pasti pernah mengalami diselamatkan dari kecanggungan percakapan oleh mereka, hehehe. Ketika menunggu lama di dokter hewan misalnya, dimulai dengan pertanyaan "berapa usianya?" atau "siapa namanya?" pasti berakhir dengan perkenalan yang manis :) 



Eris sungguh mencintai gue tanpa syarat. Ekornya selalu berkibas dengan apapun yang gue berikan kepadanya. Sebuah tempat tidur sederhana, peralatan mandi yang diturunkan dari Veggie, makanan yang gue sajikan setiap hari... Eris menerima semuanya dengan penuh suka cita, dengan penuh kepercayaan terhadap tuannya, yaitu gue. Meskipun gue menganggapnya sebagai teman baik tapi Eris sangat menghormati gue. Dia nggak pernah mengonggong meskipun gue terlambat memberinya makan karena dia percaya gue pasti nggak akan mengecewakannya. Eris juga mempunyai toleransi yang besar terhadap gue. Beberapa waktu lalu di keningnya ditemukan caplak dan ketika dokter mencoba melepasnya dia marah dan terlihat kesakitan. Tapi dia langsung menerima ketika gue yang mencabutnya dan tetap tenang meskipun rasanya pasti sakit. Cinta Eris yang begitu besar membuat gue belajar untuk membalas cintanya yang tanpa syarat. Eris itu anjing yang istimewa, giginya gingsul dan tubuhnya kecil. Awalnya karena masih berusia 9 bulan gue nggak begitu memperhatikannya, tapi seiring waktu berlalu gue sadar bahwa ukuran badan Eris nggak berubah. Dokter berkata bahwa dia mengalami gangguan penyerapan yang membuat tubuhnya selalu kecil. Bahkan di usianya yang sudah 4 tahun Eris sering disangka anak anjing oleh orang-orang yang pertama kali melihatnya. Awalnya gue sedikit sedih karena dokter berkata lemak di tubuh Eris kurang untuk membuatnya aman mempunyai bayi. Tapi lalu gue mengingat apa yang Eris berikan pada gue. Memilikinya sudah lebih dari cukup, dan anjing yang sehat dan gembira adalah semua yang ingin gue lihat. Bukan anjing yang bertubuh besar atau yang mempunyai bayi. Hanya Eris.


Gue benar-benar menganggap Eris teman yang baik. Dia adalah bagian dari gue dan keluarga, jadi gue heran kenapa ada orang-orang yang memperlakukan anjing dengan semena-mena. Anak anjing memang lucu, tapi itu bukan alasan untuk meninggalkan mereka ketika tumbuh dewasa, menjadikannya anjing liar dan mungkin saja terluka. Memelihara anjing memerlukan komitmen dan gue sedih jika ada yang memelihara mereka hanya dengan alasan "karena mereka lucu" lalu membuangnya begitu saja ketika bosan. Anjing juga makhluk hidup dan tentu saja punya perasaan seperti kita. Iya, memang ---sekali lagi--- gue nggak pernah memanusiakan anjing, tapi jika nggak siap untuk berkomitmen lebih baik jangan putuskan untuk memilikinya. Jika nggak bisa merawatnya dengan baik seenggaknya jangan menyakiti binatang (bukan hanya anjing). Gue sama sekali nggak mendukung anjing yang dipelihara hanya untuk diadu (well, ya ini mengerikan, tapi gue pernah melihatnya sendiri) atau diambil tenaganya saja seperti misalnya menjaga rumah tapi hanya diikat seharian. Anjing adalah binatang yang aktif, mereka butuh aktivitas fisik dan mengikatnya hanya membuat mereka stress dan agresif. Gue heran kenapa pemiliknya nggak mau meluangkan waktu sebentar saja untuk mengajak anjingnya bermain atau berjalan-jalan setelah jasa besar telah mereka berikan. Bukankah rasa aman yang didapatkan jauh lebih berharga daripada apa yang harus pemiliknya lakukan untuk anjingnya?

Gue berusaha melakukan yang terbaik untuk Eris. Merawatnya semampu gue dan membuat sepanjang hidupnya penuh arti. Eris mungkin nggak bisa menjaga rumah, memenangkan dog show atau memberikan gue bayi-bayi yang mungil. Tapi gue menyukai Eris just the way she is seperti dia yang menyukai gue apa adanya. 
Kemarin Eris baru saja grooming sekaligus terapi untuk menghilangkan caplaknya di rumah. Hasilnya memuaskan, satu kali terapi lagi di bulan depan sudah bisa membuatnya benar-benar bersih. Tapi tadi gue putuskan untuk memeriksanya sendiri agar lebih yakin. Eris nampaknya mengerti bahwa hari gue sedang berjalan nggak begitu baik, badan gue sakit dan perut gue terasa mual. Eris menurut dan tetap terdiam berdiri di tempat yang sama, meski gue nggak mengikatnya sementara tangan gue sibuk memeriksa di sela-sela bulunya. Lalu bel berbunyi. Gue langsung bergegas memeriksa siapa yang datang dan meninggalkan Eris dengan sisir dan kotak peralatan yang tergeletak di lantai. Gue pikir, pastilah Eris akan mengacak-acaknya. Tapi ketika gue kembali beberapa menit kemudian, gue terkejut dengan apa yang gue lihat. Gue mulai tertawa geli dan nggak bisa berhenti bilang, "good girl". Karena Eris masih diam di tempat yang sama seperti ketika gue meninggalkannya. Bedanya, posisinya kini menghadap ke pintu seperti menunggu gue datang! Hahaha, ternyata memang betul ya, teman yang baik selalu bisa mencerahkan hari tersuram sekalipun! Woof you Eris girl! :D


blessed girl,

Indi


nb: Novel ke tiga gue berjudul "Guruku Berbulu dan Berekor" berisi tentang kumpulan kisah-kisah manusia dengan binatang peliharaannya. Royalti dari novel ini digunakan untuk membantu binatang-binatang terlantar. Salah satunya disumbangkan ke ARAC (Animal Rescue and Adoption Center) atau AdopsiAnjing.com. Jika teman-teman ingin ikut membantu, silakan beli novel tersebut di Gramedia, Togamas atau melalui Starbooks (SMS/call/WA: 088801889305 atau BBM: 31452D96). Terima kasih :)


Facebook: here | Twitter: here | Contact person: 081322339469

Kamis, 11 Juli 2013

Seperti Hari Pertama (Lagi) Setelah 1 Tahun...

What I wore? Hat: BIP | Dress: from Miss. Angie | Shoes: FLD | Lunch Box: Sanrio


Halo bloggies! Apa kabar? Bagaimana hari-hari kalian? Adakah yang sama seperti gue baru memulai bekerja minggu ini setelah liburan? Setahu gue ada beberapa sekolah yang sudah mulai belajar seperti biasa minggu ini, tapi ada juga yang baru dimulai minggu depan. Untuk yang sudah mulai, gue ucapkan belajar (dan selamat bekerja juga tentunya). Juga untuk yang muslim, gue ucapkan selamat menunaikan ibadah puasa, mohon maaf lahir dan batin :)

Hari pertama bekerja setelah 2 minggu liburan membuat gue sedikit "kaget". Ada beberapa hal yang berubah dan membuat gue harus kembali beradaptasi. Gue berkerja di preschool, dan bulan ini tepat menginjak tahun pertama. Sebelumnya gue sempat bekerja di TK (Taman Kanak-kanak) konvensional, tapi hanya selama 3 bulan. Jadi ini adalah pengalaman terlama, dan apa yang gue rasakan sekarang adalah yang pertama kali. Gue menikmati pekerjaan ini, bisa dibilang ini adalah pekerjaan impian, karena gue selalu bercita-cita ingin bekerja dengan anak-anak. Tapi gue nggak pernah "ingat" sebelumnya bahwa bekerja di preschool berarti gue harus siap dengan banyak perubahan...

Satu tahun adalah waktu yang cukup bagi gue untuk memiliki ikatan dengan anak-anak. Gue begitu terbiasa mereka ada di sekitar gue dan setiap weekend tiba yang ditunggu adalah kembali bersama dengan mereka. Meskipun bukan semuanya adalah murid gue, tapi gue selalu menikmati untuk berinteraksi dengan mereka di playground saat anak-anak dari seluruh kelas bermain bersama. Beberapa diantara mereka bahkan menjadi "teman baik" gue, kami mengobrol dan melakukan hal-hal selayaknya teman setelah jam belajar habis. Begitu menyenangkan sehingga waktu 2 minggu terasa begitu lama. Well, liburan gue menyenangkan, tentu saja. Tapi tetap nggak bisa menutupi perasaan kangen gue dengan mereka. 

Sebelum liburan, seperti di kebanyakan preschool, di preschool tempat gue bekerja juga ada school leavers ceremony. Anak-anak yang masa belajarnya sudah selesai dan anak-anak yang lebih muda mengadakan pesta kecil untuk merayakan kelulusan mereka dan mengucapkan selamat tinggal pada guru-guru dan seisi preschool. Meski ini adalah pengalaman gue yang kedua kalinya tapi kali ini lebih emosional dari yang pertama. Gue sedikit bersedih, dan baru benar-benar terasa setelah liburan selesai. Murid-murid gue sudah naik 2 anak, dan sisanya 2 lagi ditambah dengan 2 murid baru. My little friends yang biasanya selalu memberikan gue senyum hangat sebagian besar sudah lulus dan melanjutkan sekolah. Sekarang tergantikan dengan murid-murid baru yang canggung ---dan bahkan--- takut-takut pada gue. Tapi yang paling membuat gue kehilangan adalah Dominika (baca cerita tentangnya di sini). Ia sudah keluar dari preschool ini dan membuat gue sedikit don't know what to do di hari pertama bekerja. Kami biasanya bermain bersama setelah jam belajar habis...



Gue mencoba menjalani hari pertama semaksimal mungkin, tetap berusaha bekerja dengan baik meskipun perasaan gue sedikit aneh. Beberapa teacher menggoda gue karena gue terlihat emosional, apalagi ketika membicarakan Dominika, hehehe. Bahkan miss. Rifa, rekan bekerja gue di kelas bertanya apakah gue ingin menyimpan label nama Dominika. Sweet :) Tapi lalu hal yang nggak disangka-sanka pun terjadi di hari pertama itu. Kejutan-kejutan kecil berdatangan hingga membuat gue kembali tersenyum. Miss. Angie memberikan gue sebuah dress cantik berwarna pink. Bukan dalam rangka apa-apa. Tapi ia merasa dress pemberian tantenya itu lebih cocok dipakai gue daripada dipakai olehnya sendiri. Lalu ketika salah satu murid Mr. Dave berulang tahun gue mendapatkan sebuah cupcake yang lagi-lagi berwarna pink, warna kesukaan gue. Dan yang terakhir, Miss. Alison memberi gue sebuah pensil bergambar bendera Inggris oleh-oleh dari kampung halamannya :)


Seketika gue merasa hari pertama gue nggak begitu buruk. Apa yang gue alami adalah "resiko pekerjaan". Gue begitu menikmati pekerjaan ini tapi lupa bahwa anak-anak juga sama seperti gue, mengalami fase-fase yang membuat mereka terus bertumbuh. Seharusnya gue bahagia karena mereka sekarang sudah siap ke step yang lebih tinggi. Dan tentu saja, meski hanya sedikit, tapi seharusnya gue merasa bangga karena telah ada untuk mereka di masa-masa golden ages yang nggak mungkin akan terulang kembali :)
Well, rasa kangen dan kehilangan gue masih tetap ada. Tapi perasaan gue sudah lebih baik sekarang. Dan gue sudah siap untuk memulai semua dari awal seperti hari pertama gue bekerja: beradaptasi dengan murid-murid baru, dan... Hey! Siapa tahu gue dapat "teman-baru" lagi ;)


happy girl,

Indi

Facebook: here | Twitter: here | Contact person: 081322339469

__________________________________________________________

Please Vote for Me :)
Teman-teman tolong vote gue di "Thin is in Competition". Caranya klik: DI SINI lalu cari foto gue (dengan nama "Indi Sugar Taufik") dan klik "vote". Setelah itu jangan lupa cek email kalian untuk verifikasi. Thank you very much, gue sangat hargai support kalian. See ya :))



Jumat, 05 Juli 2013

My Graduation Speech :)


Wisuda Tadika Puri, 4 Juli 2013 di Graha Bayangkara, Bandung.




Persiapan sebelum wisuda:

What I wore? DIY Flower crown | Necklace: gift from Ray (Pangandaran) | Dress: Design by  me | Bag: Michael Kors | Shoes: FLD









Saat acara wisuda:


 



Dan... gue mendapat penghormatan untuk membaca pidato kelulusan (graduation speech) :D






The Speech:

"Salam sejahtera bagi kita semua.
Senang sekali saya bisa berada di sini, mendapatkan kesempatan yang sangat luar biasa.

Menjadi bagian dari keluarga besar Tadika Puri merupakan pengalaman yang berharga bagi saya. Sejak dulu saya selalu ingin menjadi seorang guru, dan Tadika Puri merupakan pilihan yang tepat. Saya mendapatkan banyak pelajaran, pengalaman dan jalur yang jelas untuk menjemput impian saja. Bukan hanya materi, tapi Tadika Puri juga memberikan praktek langsung yang sangat membantu saya di dunia mengajar yang sesungguhnya. Membangun kepercayaan diri saya lebih kuat dan berkarakter. Bukan itu saja Tadika Puri juga memberikan saya banyak teman-teman baru.

Terima kasih banyak saya ucapkan kepada Tadika Puri yang telah mengantarkan saya sejauh ini. Sekarang saya telah menjadi seorang guru di sebuah British Preschool. Dan berkat Tadika Puri saya bisa menangani anak-anak bukan hanya dengan kasih sayang, tapi juga ilmu pengetahuan!"





salam,

Indi

Facebook: here | Twitter: here | Contact Person: 081322339469