Minggu, 27 September 2015

(Bukan) Piknik Impian Kami yang Berkesan :)

Kapan terakhir kali kalian piknik? Kalau ada yang jawab, “Sudah lama”, atau malah “Nggak ingat,” aku nggak kaget. Soalnya untukku sendiri ide piknik ini sempat terasa mustahil. Bayangkan saja di awal aku dan Ray berkenalan kami sering berencana untuk piknik berdua, tapi baru terealisasi 8 tahun kemudian! Hahaha :D 

Waktu kecil aku sangat akrab dengan piknik. Hampir ke mana pun, ---terutama jika bersama Nenek,--- kami membawa tikar dan bekal makanan. Di taman asyik, di kebun binatang jadi, malah di pinggir jalan ketika macet pun oke-oke saja. Tapi setelah beranjak dewasa aktivitas piknik semakin berkurang hingga akhirnya menghilang sama sekali. Alasannya selain semakin sibuk, tempat nyaman untuk piknik pun semakin berkurang. Polusi di mana-mana dan... uh, piknik di taman komplek rumah bukan lagi ide bagus karena semakin gersang dan penuh dengan pedagang kaki lima :( Karena hal-hal inilah aku dan Ray hanya bisa berencana sambil mengkhayal tempat ideal untuk piknik kami. Well, sebenarnya kami sempat terpikir untuk piknik di museum, tapi ternyata dilarang membawa makanan dari luar, hahaha :p

Di zaman sekarang ini tempat nge-date ada di mana-mana. Mall ada di tiap belokan (eh, itu mah mini market, lol), bioskop besar sampai bioskop mini juga ada di hampir semua daerah. Belum lagi tempat-tempat yang bikin betah untuk berlama-lama nongkrong sambil menikmati wifi macam restoran atau foodcourt juga bukan lagi tempat yang ekslusif. Tapi tetap, aku dan Ray pengen banget bisa mengalami yang namanya piknik berdua. Selain waktu yang dihabiskan jadi lebih berkualitas, kami juga ingin bertukar masakan masing-masing. Kebetulan Ray suka sekali masak, dan aku... suka sekali bikin dapur berantakan alias bereksperimen. Belum lagi kalau kami bisa menikmati hari gadget free sambil melihat matahari terbenam, pasti keren banget tuh, hahaha :D

Makanya waktu Bandung, ---kota tempat di mana aku dan Ray tumbuh,--- sekarang menjadi kota yang memiliki banyak taman tematik, kami excited sekali. Nggak sabar rasanya mencoba piknik di salah satunya. Aku sendiri pernah ke taman film dan taman Cibeunying, tapi dalam rangka mengisi acara bersama ODHA Berhak Sehat dan D-100, bukan untuk ngedate, hehehe. Tempatnya sih nyaman-nyaman, tapi menurutku nggak pas untuk dipakai piknik atau makan-makan, ---jadi 2 taman itu kami keluarkan dari list. Akhirnya atas saran Ayu, ---temanku, kami memilih taman Masjid Agung Bandung. Katanya di sana cocok untuk piknik karena tempatnya luas dan jadi favorit para keluarga. Setelah tempatnya fix kami tinggal tentukan waktunya. Masih atas saran Ayu, kami putuskan untuk piknik di sore hari karena kalau siang (katanya) taman terbuka itu cukup terik.

Sekitar jam setengah 5 sore kami berangkat ke Masjid Agung. Di perjalanan kami super super super excited. Bayangkan saja penantian selama 8 tahun akhirnya hampir jadi nyata, hahaha. Kami sudah super siap dengan perbekalan kami. Aku membawa macaroni tuna, jus strawberry dan tentu my trusty friend... si ukulele pink, lol. Sedangkan Ray membawa tortilla chips dan saus keju buatannya. Nggak lupa aku juga sudah menyiapkan alas untuk kami duduk-duduk di rumput sintetis nanti (yup, bukan rumput sungguhan, sih... tapi better than nothing, kan). Pokoknya super siap, seolah disiapkan selama 8 tahun, hahaha. Waktu kami tiba di parkiran ternyata penuuuuh sekali. Mobil Hello Kitty kesayanganku sampai harus memutar beberapa kali. Tapi karena kami sedang super happy jadi itu bukan masalah ;)

Dari tempat parkir di basement kami harus melewati banyak penjual makanan dan mainan. Pokoknya ramai, mirip seperti suasana sebelum masuk ke Kebun Binatang Bandung. What a memory :D Butuh waktu sekitar 30 menit sampai kami bisa masuk ke area taman dan kami pun langsung disambut dengan... Lautan manusia! Hahaha... Aku sampai nggak mengenali taman Masjid Agung ini karena terlihat berbeda dengan yang dilihat di internet. Tempatnya indah, tentu. Tapi maksudku suasananya ramai sekali, sampai-sampai kami nggak bisa melangkah tanpa melewati seseorang yang sedang duduk. Aku dan Ray sempat kebingungan karena seluruh tempat nampaknya sudah terisi. Tapi akhirnya kami ‘menyempil’ di antara banyak pengunjung lain, hanya beberapa meter saja dari batas taman karena kami nggak bisa masuk lebih jauh lagi :p

Belum apa-apa kami sudah jadi pusat perhatian. Dengan canggung aku membentangkan kain untuk alas duduk kami (btw, kain ini diberi oleh salah satu pembacaku, namanya Caca. Thanks a lot, ya!) dan meletakan perbekalan di atasnya. Rupanya kami satu-satunya yang membawa perlengkapan piknik, ---pengunjung lain lebih memilih selonjoran langsung di rumput. Entah berapa kali aku mendapat pertanyaan tentang tujuan kedatangan kami, banyak yang mengira aku akan show atau semacamnya. Mungkin karena ukulele yang kubawa, hahaha. Tapi kami berusaha tetap tenang dan menikmati waktu. Di antara lautan manusia kami pun menikmati bekal dan mengobrol santai :)




Jujur saja, suasana taman Masjid Agung ini di luar dugaan kami. Piknik sunyi dan damai hanya tinggal khayalan. Bahkan untuk makan dengan tenang saja kami kesulitan. Banyak pengunjung yang kurang bisa menghormati kehadiran orang lain, mereka bermain bola sambil berlari-lari sementara ada yang sedang berusaha menikmati camilan sore. Beberapa kali aku terkena tendangan bola dan bahkan sampah kecil seperti tutup botol. Ajaibnya, kebanyakan yang bermain dengan liar bukan anak-anak, tapi justru para orangtuanya. Mungkin karena over excited mereka juga jarang yang meminta maaf. Sampai-sampai malah jadi aku yang menasehati, “Hati-hati Pak kalau main, kena kepala orang bisa bahaya,” hahaha. Dua hal lain yang mengganggu kenyaman kami, pengunjung juga banyak yang menyepelekan sampah. Bekal yang mereka bawa ada yang tercecer dan mereka enggan untuk memungutnya. Padahal tempat sampah disediakan di sudut-sudut taman, lho. Mungkin di foto juga terlihat kalau aku duduk di antara ceceran popcorn, hiks. Yang terakhir, dan yang paling membuatku sedih, saat adzan magrib berkumandang suasana riuh sama sekali nggak berubah. Yang mengobrol tetap nggak mengecilkan volume suaranya, dan yang main bola tetap sibuk menghajar kepala random citizen, lol. Well, meskipun nggak shalat, tapi at least homatilah yang sedang beribadah. Toh mereka juga pasti nggak suka kalau sedang private moment dengan Tuhan dengar suara orang yang ngobrol random tentang selfie dan Facebook, lol.



Dari pengalaman pertama kami, aku bisa membagi sedikit tips, nih. Siapa tahu saja bermanfaat untuk teman-teman yang berencana piknik ke taman Masjid Agung.
1. Sore hari memang jadi waktu yang paling sibuk, karena bertepatan dengan jam pulang kantor dan sekolah. Tapi jika ingin menghindari teriknya matahari jam 3 atau 4 sore adalah waktu yang tepat untuk menikmati suasana sore.
2. Bawa kantung plastik dari rumah. Karena sepatu dikhawatirkan mengotori rumput sintetis, ada baiknya disimpan saja di kantung plastik. Dan kantung plastik juga berguna untuk menampung sampah sementara jika kesulitan untuk mencapai tempat sampah yang berada di ujung-ujung taman. 
3. Bawa alas! Mungkin kalian akan mendapatkan tatapan yang bikin canggung, tapi trust me, alas itu bermanfaat sekali. Selain menjaga agar tubuh kita nggak terpapar langsung dengan rumput, alas juga menghindari bekal makanan kita tercecer dan meninggalkan jejak sampah saat pulang nanti. 
4. Selalu ingat bahwa ini adalah tempat umum, kita nggak pernah tahu akan bertemu dengan siapa. Aku dan Ray dihampiri oleh seorang little girl, anak dari orangtua yang berjualan di basement. Ia terus-terusan bertanya tentang bekal makanan kami, ukuleleku, bahkan tas yang aku bawa dan duduk di samping kami untuk waktu yang cukup lama. Be polite, jangan kasar. Jawab saja pertanyaannya seperti menjawab adik/keponakan sendiri karena ia juga sama-sama pengunjung di tempat ini. 
5. Bermain bola dan lempar tangkap panah karet bukan ide bagus untuk dilakukan di tempat ramai. You might hurt someone. Tapi jika suasana agak sepi, silakan.
6. Meski tamannya asyik, jangan lupa ini adalah bagian dari halaman tempat ibadah. Saat adzan hentikan dulu aktivitas, hormati orang-orang yang akan sholat di masjid.
7. Kalau kalian termasuk orang yang gampang terganggu dengan hal-hal kecil, piknik di taman Masjid Agung mungkin bukan ide yang bagus :)




Meski nggak mudah untukku dan Ray beradaptasi di sini, tapi kami tetap menikmati waktu berkualitas berdua (---di antara ratusan orang, hahaha). Bekal kami habis dan kami banyak mengobrol hal-hal seru. Kami bahkan baru ingat pulang setelah angin mulai bertiup kencang. Piknik kali ini memang nggak seperti khayalanku dan Ray 8 tahun yang lalu. Tapi nggak ada salahnya sesekali menikmati waktu di tengah-tengah suasana yang di luar comfort zone kami. Toh pada akhirnya dengan siapa aku menghabiskan waktu menjadi lebih penting daripada di mana aku menghabiskan waktu. Aku dan Ray tetap akan berusaha mewujudkan impian piknik kami, of course. Tapi piknik di taman Masjid Agung ini juga tetap akan dikenang dan tercatat sebagai piknik kami yang berkesan ;)

yang pikniknya bawa ukulele,


Indi

___________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Email: namaku_indikecil@yahoo.com

Senin, 21 September 2015

Kata Gaby; Tentang Kepergian :)

My two “little sisters”, Gaby dan Billa :)
  
Gaby (kiri) dan Billa (kanan) sangat kritis, jika ada yang mengganjal pasti akan bertanya.


Di hari pemakaman Kakek hampir seluruh keluarga besar hadir, termasuk 2 orang sepupuku, Gaby (8 tahun) dan Billa (6 tahun)

Gaby bertanya, "Kak, meninggal itu apa?"
"Meninggal itu artinya waktu tinggal di dunia sudah habis, ---sudah waktunya pulang ke tempat Tuhan," jawabku.
"Oh, ke surga ya?" tanya Billa.
Aku mengangguk, mengiyakan.

Kami bertiga duduk di ujung tangga sambil melihat keluarga dan kerabat yang saling berpelukan, melepas kepergian Kakek. 
Lalu tiba-tiba saja Gaby kembali bertanya, "Kenapa semua orang menangis? Seharusnya mereka nggak sesedih itu. Iya, kan Kak?"
Aku sedikit terkejut, tapi tetap berusaha tenang dan balik bertanya padanya, "Mereka menangis karena kangen sama Kakek... Memangnya kamu nggak kangen?"
Gaby tersenyum lebar, "Kan Kakak yang barusan bilang kalau Kakek pulang ke surga. Semua orang juga akan ke sana, kan? Jadi buat apa sedih? Nanti juga bertemu lagi."
Aku ikut tersenyum. Sepertinya aku baru saja mendapatkan pelajaran berharga dari seorang anak berusia 8 tahun... :) 


Kakek dan aku. Foto ini diambil di Villa Purwakarta. Kakek dimakamkan tepat di depan villa ini.


 Persembahan dariku untuk Kakek :)


yang suatu hari akan bertemu lagi dengan Kakek,

Indi

__________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Selasa, 08 September 2015

Jadi "Princess" di Exclusive Screening Disney Descendants :D

Heeeeey, it's me again, Indi! Lol. Belakangan adalah hari yang melelahkan, rasanya waktuku banyak dihabiskan di perjalanan. Jadi rasanya senang sekali bisa duduk di depan komputer dan kembali berbagi cerita di sini, hihihi. Teman-teman mungkin tahu kalau aku adalah penggemar film-film Disney, dan itu menginspirasiku dalam kehidupan sehari-hari, terutama caraku berpakaian. Dua tahun yang lalu, waktu film perdanaku, "Mika" diputar, aku menghadiri premierenya dengan memakai dress yang diinspirasi oleh Annie Little Orphan, ---salah satu drama musikal yang diremake oleh Disney. Lalu satu tahun setelahnya, aku mendapatkan peran di School Leavers sebagai Snow White. Dan yang terakhir, ketika Halloween tahun lalu, aku dan Ray memakai kostum Tinker Bell dan Peter Pan yang of course, kami ambil dari versi Disney. Bahkan kalau dilihat-lihat dressku sehari-haripun banyak yang terinspirasi oleh Disney. Lihat saja ada berapa banyak dress yang aku punya dengan desain seperti "dress Annie" dengan warna yang bermacam-macam, hihihi. Nah, siapa sangka my little Disney obsession membuatku mendapatkan pengalaman yang menyenangkan :)

Waktu tahu ada kontes Disney Inspired di Instagram tanpa pikir panjang aku langsung ikutan. Alasannya karena rulesnya simple dan buatku sih easy peasy, hehehe. Aku cuma diminta untuk upload foto OOTD, ---outfit of the day, yang diinspirasi oleh tokoh Disney. Berhubung dressku kebanyakan memang terinspirasi dari tokoh-tokoh Disney, jadi aku upload 3 buah foto sekaligus. Meski begitu aku sama sekali nggak terpikir untuk jadi pemenang, soalnya aku lihat banyak yang foto OOTD nya keren-keren, ---benar-benar niat, bukan foto sehari-hari sepertiku. Tapi seperti biasa, saat mengikuti sesuatu aku hanya have fun. Menang atau kalau bukan masalah asalkan sudah berusaha, hihihi. Nah, waktu namaku keluar sebagai pemenang, aku sampai nggak percaya! Pasalnya aku baru saja bangun tidur, jadi jaga-jaga jangan terlalu excited karena siapa tahu cuma bermimpi, hihihi.

Hadiah yang aku terima super keren, ---at least bisa membuat teman-teman yang juga menggemari film-film Disney iri :p Aku diundang untuk menghadiri exclusive screening/premiere film Disney Descendants! Undangannya untuk 2 orang, ---aku sempat menulis nama Ray sebagai orang yang akan menemaniku, tapi berhubung di tanggal 5 September Ray masih bekerja, jadi aku meminta Bapak untuk menemani. Meski sudah bapak-bapak (lol), tapi Bapak juga penggemar film-film Disney. Dibanding Ibu beliau lebih sering menemaniku menonton di bioskop dan beliau benar-benar menikmatinya. Salah satu film Disney yang sangat berkesan untuk Bapak adalah Brother Bear. Meski sudah 12 tahun berlalu, tapi aku masih ingat dengan jelas waktu kami bertepuk tangan setelah filmnya selesai, hihihi. Well, meski Bapak nggak begitu menikmati film Disney bertemakan "Princess" yang keluar beberapa tahun belakangan (misalnya "Brave", "Frozen", etc) tapi aku berharap beliau menikmati film Disney Descendants. Aku sendiri belum melihat trailernya, tapi cukup penasaran karena di Instagram sepertinya banyak sekali yang nggak sabar untuk menonton film ini.



Karena screening diadakan di bioskop Epicentrum XXI Jakarta, aku dan Bapak berangkat pagi-pagi sekali dari Bandung. Syukurlah lalu-lintas super lancar, jadi kami bisa tiba tepat waktu cenderung kepagian, hehehe. Sekitar jam 9 pagi kami tiba dan langsung disambut oleh red carpet yang terbentang panjang. Suasana masih sepi, mungkin karena film baru dimulai 30 menit kemudian. Setelah menunjukan ID untuk ditukarkan dengan tiket, kami langsung masuk ke dalam. Di sana aku mendapatkan merchandise-merchandise lucu seperti T shirt, sablon DIY dan instant photo berframe Disney Descendants. Aku juga mendapatkan soft drink dan popcorn, ---yang kemudian disayangkan karena kemasannya aku buang padahal desainnya super cute, hahaha :p Baru saja duduk selama 5 menit, kami sudah dihampiri oleh kru. Awalnya aku nggak mengerti apa maksudnya karena mereka bolak-balik mengambil fotoku (harusnya aku mandi dulu sebelum pergi, lol). Rupanya mereka memasukkanku ke daftar best dressed karena outfit yang aku pakai dianggap menarik. Waktu ditanya aku dressed up sebagai siapa, aku bingung karena ini penampilanku sehari-hari, hihihi. I still won the prize, anyway. Aku mendapatkan buku The Isle of the Lost yang akan dikirimkan ke alamatku dalam waktu sekitar 2 bulan. Waktu aku mengabari Ibu tentang ini beliau langsung menyesal karena anaknya ini nggak dressed up dengan salah satu dress ala Disney buatannya :p





Film akhirnya dimulai, ---aku dan Bapak sengaja duduk di barisan tengah supaya lebih nyaman. Honestly, ini adalah premiere film kedua di mana aku dan Bapak bisa duduk dengan nyaman. Biasanya kami kebagian duduk di paling belakang karena terlambat datang, hahaha. Kami bahkan terlambat di pemutaran perdana filmku sendiri, ---untungnya untukku dan keluarga sudah ada tempat khusus. Bad habit. Jangan ditiru, ya :p Aku nggak akan spoiler soal ceritanya, tapi jelas sekali sejak menit-menit awal pun aku dan Bapak sudah tahu bahwa akan menikmati film ini. Menurut Bapak film ini cocok untuk ditonton oleh yang seusia denganku karena sudah pernah menonton film-film Disney yang terdahulu. Menurut beliau anak-anak mungkin nggak akan mengenal siapa itu Cruella Deville, Evil Queen dan teman-temannya kecuali orangtua mereka mengenalkannya. Tapi menurutku anak-anak juga bisa menikmatinya karena filmnya memang fun to watch... dengan gerakan dance dan lagu yang catchy sepertinya bisa membuat mereka betah menonton film ini :) Aku dan Bapak tertarik dengan 2 hal yang berbeda dari film ini. Bapak tertarik sekali dengan outfit yang para cast nya pakai. Katanya, "Kok bisa kepikiran ya bikin desain seperti itu?". Sedangkan aku justru tertarik dengan salah satu cast seniornya, yaitu Kristin Chenoweth. Ah, selalu suka dengan dia, terutama setelah menonton Pushing Daisies dan drama musikal Wicked. Mendengarnya bernyanyi di film ini membuat mataku berkaca-kaca, ---kok suaranya bisa bagus amat, ya? Hihihi. Dan seperti film Disney lainnya, Disney Descendants pun diakhiri dengan pesan moral yang manis. Ini adalah salah satu yang membuatku jatuh cinta dengan film-film Disney nggak peduli jika usiaku 8, 18, 28, 38, ---atau bahkan 800 tahun, lol.




Setelah filmnya selesai kami langsung bersiap pulang karena sudah tengah hari dan somehow berfirasat perjalanan akan macet nggak seperti tadi pagi, hehehe. Di dekat pintu keluar ternyata aku melihat Jessica Yamada, seorang blogger yang juga teman Facebook (atau malah di Friendster juga?) sejak 6 tahun yang lalu. Jessica, ---yang biasa dipanggil Jess datang dengan adiknya, Elle. Sedikit silly story, karena ini adalah kali pertama aku bertemu dengannya, aku salah mengenali Elle sebagai Jess, hahaha. Entah kenapa di mataku mereka terlihat mirip, padahal menurut Bapak mereka sangat berbeda. Untung saja salahnya nggak berlangsung lama karena Jess langsung menyapaku, ---atau secara halus mengingatkanku, "kamu salah orang kali, Ndi!", lol.
Sepanjang perjalanan pulang aku dan Bapak nggak bisa berhenti membicarakan film Disney Descendants yang baru saja kami tonton. Siapa sangka bahwa movie made for TV bisa membuat kami terkesan. Terakhir aku merasakan ini tahun 1999, lalu waktu Disney membuat Annie sebagai FTV. Jadi film ini benar-benar worth to watch, nggak menyesal kami harus menempuh perjalanan Bandung-Jakarta-Bandung dan terjebak macet ketika perjalanan pulangnya, hehehe. 

Untuk teman-teman yang ingin menyaksikan film ini, tanggal 13 September 2015 nanti Disney Descendants akan diputar di Disney Channel jam 10 pagi. Siapkan popcorn yang banyak, kalian akan bersenang-senang! ;)

not as white as a snow, ---but still cast as a snow white,

Indi

 __________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Rabu, 02 September 2015

More about Shave for Hope :)


Welcoooome September! Whoaaa, rupanya sekarang sudah masuk bulan baru, ya. Mungkin karena belakangan aku cukup sibuk beraktivitas (---well, dua minggu sakit batuk juga menambah kesibukanku, hehehe), waktu jadi terasa cepat :D Bulan Agustus ini ditutup dengan kemenanganku di kontes Disney Inspired untuk menghadiri premiere Disney Descendants dan dengan menjadi social angel di event Shave for Hope terbaru.

Soal kontesnya kapan-kapan akan aku ceritakan, tapi sekarang aku akan bercerita lebih banyak tentang Shave for Hope. Yang membaca postku sebelumnya pasti tahu kalau beberapa hari lalu aku menantang teman-teman untuk mengikuti Shave for Hope 2015 Challenge. Well, akhirnya ada 2 orang yang menjawab tantanganku, yaitu Syifa dan Tisya. Mereka rela memotong rambutnya untuk menemani adik-adik pengidap kanker yang terpaksa kehilangan rambut. Nantinya video pemotongan rambut mereka akan diuangkan senilai Rp. 100.000 (masing-masing) dan akan digunakan untuk membantu biaya pengobatan adik-adik di YPKAI-3C (Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia).


Video proses pemotongan rambutku :)


Social Angels :)

Sebelum dan sesudah pemotongan rambut :)


Event Shave for Hope kali ini memang berbeda dengan 2 tahun yang lalu, tahun ini rambut yang dipotong nggak dijadikan wig, tapi diuangkan. Kita diberi kebebasan untuk menentukan mau dikemanakan potongan rambutnya nanti. Boleh disimpan, dibuang, atau malah didonasikan di tempat lain. Kalau aku sendiri, sama seperti yang kulakukan tahun lalu, ---potongan rambut akan didonasikan pada organisasi yang menyediakan wig untuk anak-anak yang kehilangan rambut. Aku sudah pernah share caranya di sini dan di sini, tapi nanti akan kutulis ulang kalau-kalau ada teman-teman yang ingin melakukan hal yang sama :)

Tantangan video Shave for Hope memang sudah berakhir, tapi untuk yang ingin berdonasi  masih bisa, lho. Teman-teman bisa mengirimnya ke: Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia, 117-00-00222026 Bank Mandiri Cabang RS Kanker Dharmais. Dan jangan lupa ikuti potong rambut masalnya. Sama seperti video, rambut kalian akan diuangkan senilai Rp. 100.000 dan digunakan untuk membantu adik-adik di YPKAI-3C. 

Acaranya akan diadakan di: Lippo Mall Kemang, Jakarta
Pukul: 10.00 sampai 22.00
Tapi sebelumnya jangan lupa untuk registrasi terlebih dahulu karena tempatnya terbatas. Caranya buka www.shaveforhope.org lalu klik “registration” nanti kalian akan mendapatkan email konfirmasi. Mudah, kan :)

Sampai hari ini tulisanku mengenai donasi rambut masih menjadi yang paling banyak dikunjungi. Aku menerima banyak sekali email yang bertanya tentang itu. Rupanya banyak yang masih belum tahu bahwa rambut, ---yang biasanya hanya disapu di lantai salon setelah dipotong, bisa menjadi sangat bermanfaat. Waktu menulisnya aku hanya ingin berbagi pengalaman, sama seperti saat aku menulis hal-hal lain. Jadi aku sama sekali nggak menyangka akan mendapatkan banyak perhatian. Katanya kalau berbuat kebaikan cukup diri sendiri saja yang tahu. Tapi menurutku it’s okay untuk membaginya selama tujuannya bukan pamer. Karena saat semakin banyak orang yang tahu, semakin banyak juga yang terinspirasi. Dan saat semakin banyak yang melakukannya, maka semakin banyak pula yang dibantu. It's just a chain reaction... Jangan berhenti berbagi! :) 

yang baru potong rambut,

Indi


 ________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Minggu, 30 Agustus 2015

Indi Sugar Menantang Kalian Potong Rambut untuk Kanker! :)

Teman-teman yang waktu itu ramai bertanya tentang donasi rambut mana nih suaranya? :) Aku sempat dapat banyak sekali tanggapan dan pertanyaan tentang donasi yang aku lakukan tahun lalu, tapi ternyata banyak yang batal ikutan dengan alasan biaya pengiriman rambut yang cukup mahal :(
Nah, sekarang ada alternatifnya nih teman-teman. Kalian tetap bisa ikut berdonasi tanpa harus membayar mahal :)

Aku ajak kalian untuk mengikuti tantangan Shave for Hope 2015. Caranya seperti ini:
1. Buat video yang berisi before dan after pemotongan rambut kalian. Untuk laki-laki sampai botak dan untuk perempuan minimal di atas bahu.
2. Di video berikan ucapan untuk Shave for Hope dan pesan untuk adik-adik yang mengidap kanker.
3. Jangan lupa akhiri video dengan tagline, "Be the hero, be the hope".

Setelah itu upload video kalian ke YouTube dengan judul #SFH2015Challenge, nantinya setiap video akan dihargai Rp.100.000 dan uangnya akan digunakan untuk donasi atau untuk bantuan biaya pengobatan adik-adik di YPKAI-3C. Kirim melalui email link video kalian ke sfh2015challenge@gmail.com, dan... selesai! Dengan cara sesederhana itu kalian sudah membuat perubahan :)

Ayo, langsung lakukan ya, teman-teman. Potong rambutnya gak perlu di salon, bisa minta bantuan keluarga atau teman karena yang penting syarat pemotongannya terpenuhi (nanti setelahnya baru bisa dirapikan). Videonya ditunggu sampai BESOK, 31 Agustus 2015. Tolong sebarkan juga tentang kabar ini agar semakin banyak yang ikutan! Kalau masih bingung kalian bisa lihat videoku yang disertakan di bawah ini:



Be the hero, be the hope. Kalian juga bisa ;)


let's shave for hope,

Indi


________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Jumat, 28 Agustus 2015

Belajar Selfie dengan Universal Clip Lens dari @ealymorning_shop (Review) :)

Well... I'm not a "selfie" person, hahaha. Aku nggak tahu apa ada di antara kalian yang notice kalau aku senang sekali difoto tapi jaraaaang sekali selfie. Seringnya sih difotoin orang lain, ---terutama oleh Bapak, fotografer favoritku :D Alasannya gara-gara malas cari angle yang bagus buat foto, dan... seram saja kalau lihat hasil foto isinya wajah semua :p 





Sebenarnya kadang kepengen juga sih bisa selfie, soalnya nggak setiap waktu aku pergi dengan orang yang bisa dimintai tolong untuk mengambil foto. Atau kalaupun ada, nggak semua orang mengerti apa yang aku mau alias asal jepret (kalau ini Ibu ahlinya, beliau suka ambil fotoku tanpa melihat ke kamera, hahaha). Nah, ini yang bikin aku akhirnya kepikiran buat belajar selfie. Nggak ada kata terlambat buat belajar, kan? Lol.

Makanya kemarin pagi waktu Universal Clip Lens dari @earlymorning_shop tiba di rumah aku happy banget. Selain karena excited mau nyobain, aku juga excited karena bentuk clip nya kepala Hello Kitty yang super imut. Sudah tahu dong kalau aku fans berat dari kucing berpita yang satu itu? Hihihi. Packagingnya juga cute banget, kotaknya bergambar Hello Kitty dan di dalamnya ada mini pouch yang juga bergambar, ---of course, Hello Kitty :D Di dalam satu kemasan ini ada 3 lensa, yaitu Fish eye, Macro dan Wide Angle Lens. Ketiganya mempunyai fungsi masing-masing. Yang pertama katanya sih jadi bisa lihat unreal world lebih luas (dari sudut pandang mata ikan kali, ya? Hahaha), yang kedua untuk mengambil object kecil agar lebih jelas dan yang terakhir untuk mengambil gambar lebih lebar, sesuai namanya.




Cara pakainya mudah sekali, tinggal dijepitkan ke handphone tepat di kameranya. Nggak merusak HP dan bisa dipindah-pindah dari kamera depan ke belakang. Hmm, mungkin ada yang penasaran, apa hubungannya selfie sama lensa? Kan tinggal buka kamera depan terus ambil foto, deh. Nah, kalau buat aku yang nggak begitu sreg dengan hasil foto yang isinya "hanya wajah", lensa yang bisa meng-capture background atau minimal sedikit dari outfitku tentu jadi pilihan ;)

Yang pertama aku coba yaitu Fish Eye Lens. Begitu dipasang dan lihat ke kamera, aku langsung... "Whoaaa, kok ajaib ya?". Soalnya object yang  kuambil jadi lebih fokus dan pemandangan sekitarnya ikut terbawa. Aku coba foto satu object, ---salah satu tanaman Ibu dengan Fish Eye Lense dan dengan kamera saja dari jarak yang sama. Hasilnya ternyata jauuuh berbeda. Seolah aku mengambil foto dari jarak yang lebih jauh karena pintu yang tadinya nggak terlihat jadi terlihat di foto yang menggunakan Fish Eye Lens. Nggak percaya? Nih aku share foto berfore dan afternya :)




Yang kedua, ---dan yang paling bikin aku excited yaitu Wide Angle Lense. Awalnya aku coba mengambil  salah satu sudut di halaman rumah. Supaya gampang lihat hasilnya aku pakai sepeda Mang Ayi, ---tukang reparasi sofa, untuk menjadi patokan. Seperti sebelumnya, aku berdiri di tempat yang sama. Saat mengambil foto hanya dengan kamera saja, sepeda hanya terlihat bagian stangnya saja. Dan setelah memakai Wide Angle Lens ternyata joknya pun terlihat, ---even better (or wider? Lol), pengki dan sapu lidi yang seharusnya disembunyikan dari pandangan pun jadi ikut terlihat, hihihi. Langsung saja aku coba untuk selfie menggunakan Wide Angle Lens, dan.... suka banget sama hasilnya! Hasil foto jadi nggak "hanya wajah" dan aku jadi bisa menunjukan outfitku yang berbunga-bunga :p Sepertinya sih kalau mau best result bisa dengan bantuan tongsis, dan lensa yang ini juga bakal membantu banget kalau mau foto bareng dengan teman-teman. Oh, iya mau lihat hasil belajar selfieku? Nih, aku tunjukan :p






Dan yang ketiga, Macro Lens, sayangnya aku nggak bisa tunjukan hasilnya di sini. Aku sudah coba, ternyata memang membuat object kecil jadi besar tapi sayangnya blurry :( Aku nggak tahu apa ini karena kesalahanku sebagai pengguna atau kamera di HP ku yang nggak support (HP ku sudah seusia dengan anak TK, lol). Kapan-kapan aku akan coba lagi dan tentu akan aku share hasilnya. Tapi buatku sih itu bukan big deal, Fish Eye Lens dan Wide Angle Lens nya sudah bikin aku super happy, ---memudahkanku untuk selfie, hihihi. Setelah ini aku pasti akan lebih sering ambil foto sendiri dan mempelajari angle yang keren. Jadi lain kali kalau aku lagi sendirian nggak perlu kebingungan lagi deh kalau mau difoto :p Kalau teman-teman ingin Universal Clip Lens seperti yang aku punya ini, langsung saja ke:
Instagram @earlymorning_shop, atau hubungi ownernya yang super ramah di sini:
  082299203179
Dijamin deh, taking picture will never be the same again ;)

cheese,

Indi

_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Sabtu, 22 Agustus 2015

L'OREAL PARiS Fall Repair 3x Review :)


Yeaaaay, weekend!!! Siapa yang excited kaya aku kalau akhir pekan tiba, nih? Hihihi. Kalau aku sih sudah pasti bersemangat (---maksudnya ekstra bersemangat daripada weekdays, lol), soalnya bisa punya lebih banyak waktu untuk kumpul dengan orang-orang yang aku sayang, dengan Eris, untuk hobi dan tentu... untuk "me time"! :D 

Me time versiku nggak aneh-aneh, kok, biasanya cukup dengan lip-sync lagu-lagu rock di kamar (iya, nggak aneh cuma absurd, lol), nonton film atau merawat diri. Nah, untuk urusan merawat diri aku nggak selalu melakukannya di salon. Kadang rumah malah terasa lebih nyaman karena bebas untuk menambahkan apa saja ke "day spa ala aku". Mau melakukan perawatan rambut sama badan sekaligus juga bisa, nggak makan waktu banyak pula soalnya bisa sekalian waktu sedang mandi, hihihi. 

Lucky me, beberapa waktu lalu aku terpilih untuk mengikuti uji coba produk di Home Tester Club, dan aku mendapatkan L'OREAL PARiS FALL RESIST 3x, masker rambut untuk rambut rontok. Meskipun rambutku nggak begitu rontok, tapi produk ini cocok banget sama misiku yang sedang memanjangkan rambut untuk didonasikan. Jadi aku pengen rambutnya nggak sekedar panjang tapi juga sehat! Di kemasannya nih ada tulisan mengenai rambut yang diwarnai, katanya masker ini berfungsi memberikan nutrisi dan membuat rambut tetap sehat. Aku memang hanya mewarnai rambut secara ringan (tanpa bleach, ect, hanya cat agar warna rambutku lebih terang dari warna aslinya), tapi memang diakui bahwa semakin panjang rambut vitamin apapun yang aku pakai sepertinya hanya sampai akar hingga ke tengah rambut sedangkan ujungnya cenderung kering.





Kemasan yang aku dapat adalah L'OREAL PARiS FALL REPAIR 3x isi 4, alias untuk pemakaian 1 bulan. Dan waktu menulis ini aku baru memakainya 1 kali. Cara pemakaiannya sangat mudah, malah sebenarnya nggak ada bedanya dengan memakai conditioner. Setelah keramas aplikasikan produk pada rambut yang masih basah, diamkan 1 sampai 2 menit lalu bilas sampai bersih. Selesai! Yup, as simple as that, ---jadi sebanarnya nggak perlu menunggu weekend untuk me time yang seperti ini. Berhubung rambutku tebal, proses mengeringkan rambutnya malah jauh lebih lama daripada proses pakai maskernya, hihihi :D

Kesanku setelah memakai produk ini rasanya rambut menjadi lebih lembut. Proses bilas yang biasanya agak terhambat karena harus memisahkan helai-helai rambut sekarang menjadi mudah. Lembutnya pun tahan sampai proses pengeringan rambut, aku nggak perlu pakai sisir bergigi jarang dulu karena rambut sudah langsung "teratur" dengan sendirinya. Setiap habis keramas aku keringkan rambut dengan menggunakan hair dryer dan itu butuh waktu sekitar 30 menit-1 jam untuk benar-benar kering (betul, nggak salah ketik, kok, rambutku memang bandel). Jadi efek lembut dan mudah diatur ini cukup membantuku untuk menghemat waktu; no more nyangkut-nyangkut dulu di sisir, deh, hehehe.

Apa aku suka dengan produk ini? Yup, meskipun masih perlu 3 kali pemakaian lagi untuk hasil maksimal tapi sejauh ini aku puas dengan hasilnya. Sepertinya kalau dipakai rutin rambutku akan semakin lembut dan terhindar dari rambut bercabang. Rambut yang kusut itu akan sulit untuk disisir, dan kalau disisir keras-keras, of course rambut bisa jadi bercabang. Menurutku rambut bercabang itu salah satu musuh untuk memanjangkan rambut, soalnya bikin nggak panjang-panjang. Bayangkan saja, rambut belum tumbuh maksimal eh sudah patah di tengah karena bercabang, hihihi. Jadi nutrisi yang maksimal merupakan solusi yang tepat untuk semakin melancarkan misiku ini :p

Meski rambutku nantinya akan dipotong tapi memiliki rambut yang sehat itu penting. Kalau didonasikan tentu penerimanya akan senang jika mendapatkan rambut yang indah. Makanya sebisa mungkin aku merawat rambut agar selalu sehat :) 
Nah, kalau teman-teman bagaimana, ---apa "me time" versi kalian di waktu weekend. Atau ada yang ingin mencoba L'OREAL PARiS FALL REPAIR 3x juga? Share with me! :)

ilovemyhair,

Indi

_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Selasa, 18 Agustus 2015

Little Victory :)

Howdy do, my bloggie pals! Bagaimana long weekendnya? Semoga menyenangkan dan... nggak ada yang lagi sakit kaya aku, hihihi. Liburanku menyenangkan of course, hanya saja demam dan batuk yang belum kunjung sembuh membuat beberapa aktivitas jadi terbatas. Selama long weekend aku hanya di rumah, atau paling jauh ya ke ujung komplek untuk jalan-jalan sore. Beruntungnya karena sedang suasana Agustusan alias hari kemerdekaan Indonesia sekitar rumah jadi ramai. Aku nggak perlu jauh-jauh deh untuk mencari hiburan, hihihi.

Seperti yang (mungkin) teman-teman tahu, jalan-jalan sore bersama Eris sudah menjadi rutinitasku setiap hari. Nggak jauh-jauh, sih, paling hanya keliling komplek atau kalau sedang nggak terlalu fit bolak-balik di depan rumah pun jadi. Tujuannya 'sambil menyelam minum air', alias satu kegiatan dengan 2 manfaat. Yang pertama tentu agar Eris, anjing golden retriever mungilku tetap bugar dan nggak merasa bosan. Dan yang kedua sebagai bentuk exercise rutinku sebagai pegidap scoliosis. Menurut anjuran dokter seenggaknya aku harus exercise 20 menit sehari agar ototku menjadi kuat dan nggak kaku. Apalagi aku memakai SpineCor, berjalan-jalan sore bagus untuk membiasakan tubuhku dengan soft brace yang harus dipakai beberapa jam sehari itu. Meski istilahnya "exercise" tapi aku menikmati sekali rutinitas ini. Malah bisa dibilang salah satu kegiatan yang paling aku tunggu-tunggu sepanjang hari, hehehe. Bayangkan saja, selain membuat badan sehat jalan-jalan juga sekaligus refreshing. Menyenangkan sekali :D


Kalau soal fun part nya jalan-jalan sore, teman-teman yang hobi jogging atau yang rutin dog walking pasti tahu rasanya. Dari mulai kenalan sama orang baru sampai ngobrol random kesana-kemari sudah jadi hal yang biasa. Malah kadang-kadang bukan cuma aku yang dapat teman baru, tapi Eris nya sekalian, ---kalau ada yang kebetulan sedang jalan-jalan dengan anjingnya juga, hehehe. Tapi namanya di tempat umum terkadang nggak cuma hal fun yang bisa terjadi, tapi juga hal-hal yang kurang menyenangkan. Aku tahu ini nggak terjadi di setiap neighborhood, tapi at least dari grup animal lovers yang aku ikuti hal yang kualami ternyata juga terjadi pada sebagian anggotanya dan hewan peliharaannya, ---bukan cuma pada anjing.

Well, di beberapa tempat, ---termasuk di tempat tinggalku anjing itu 'not for eveyone', bahkan untuk anjing semanis Eris sekalipun. Terkadang di waktu sedang berjalan-jalan ada saja anak-anak yang berkomentar nggak enak. Dari mulai yang bawa-bawa ras sampai bawa-bawa agama. Bahkan ada diantara mereka yang melempar batu secara sengaja ke pagar rumah untuk memancing Eris supaya menggonggong. Dalam hatiku kesal, sih. Tapi aku yakin perkataan dan perbuatan semacam itu nggak muncul begitu saja dari mereka. Anak-anak selalu melihat contoh, dan sayangnya role model mereka belum tentu baik. Yang lebih seram, terkadang kalau aku papasan dengan ibu-ibu yang sedang berjalan-jalan dengan anaknya, mereka melontarkan kata-kata yang super ajaib seperti, "Hiiii, awas ada anjing nanti digigit." Atau, "Hiii, awas jangan dekat-dekat," ---dengan nada jijik seolah melihat kotoran. Aku selalu berusaha menjadi pemilik yang baik, jika di luar rumah Eris selalu aku ikat dengan menggunakan leash dan kami selalu berjalan di pinggir. Jadi mustahil bagi Eris untuk sampai berdekatan dengan mereka. Meski ini nggak terjadi setiap hari, tapi tetap saja membuatku sedih karena kadang-kadang kepikiran sampai rumah :(



Aku nggak pernah menilai seseorang dari rasnya, dari warna kulitnya, dari agamanya dan hal-hal semacam itu. Buatku orang yang baik adalah yang kepribadiannya baik, ---dan aku percaya agama/kepercayaan manapun mengajarkan cinta kasih. Saat ada hal yang nggak sesuai dengan apa yang kita percaya kita nggak perlu "memberi label" atau malah berkata hal buruk. Indonesia itu negara yang isinya penuh keragaman dan itu yang membuat kita kaya. Berbeda kepercayaan bukan berarti harus membenci. Justru seharusnya saling menghargai :)

Satu hari sebelum peringatan kemerdekaan aku berjalan-jalan dengan Eris. Waktu itu cuacanya cerah sekali, dan bukan cuma kami saja yang ingin menikmati sore, tapi juga anak-anak yang tinggal di belakang perumahan. Tiba-tiba saja seorang anak laki-laki mendekati kami, dengan gayanya yang supel ia bercerita bahwa di rumahnya ada kucing. Katanya kucingnya makan cat food dan kalau mandi harus di pet shop karena di rumah nggak ada hair dryer. Aku tertawa mendengarnya dan langsung jatuh hati, ---karena anak itu sepertinya ingin membelai Eris. Melihat gelagatnya langsung saja aku tanya, "Kamu mau kenalan sama Eris?" Dengan cepat ia mengangguk dan langsung bersiap meletakan tangannya di kepala Eris. Tapi belum sempat tangannya menyentuh kepala Eris, temannya yang memakai sepeda meneriakkan kata-kata rasis. Sontak aku terkejut dan melihat wajah anak itu. Dalam hati aku ingin marah, tapi sadar bahwa ia hanya anak-anak. Jadi aku putuskan untuk membalasnya dengan senyuman.


Aku berpikir, sampai kapan hal seperti ini akan terjadi? Sampai kapan anak-anak ini nggak menghargai keragaman? Well, kalaupun bagi mereka anjing itu "nggak baik" seenggaknya mereka harus mengenal apa itu "saling menghargai" dan "sopan santun". Don't yell, ---karena itu nggak sopan, ---apalagi kalau sampai melempari dengan batu. Akhirnya aku beranikan diri mengumpulkan mereka di ujung jalan, di tempat yang paling sering dilalui karena dekat dengan kantor Kelurahan. Sengaja aku pilih tempat yang ramai agar anak-anak ini nggak merasa sedang diintimidasi dan agar orangtua atau pejalan kaki yang melihat tahu bahwa aku bermaksud baik dan nggak ada yang ditutup-tutupi.


Awalnya hanya ada 3 anak yang berkumpul, tapi kehadiran Eris rupanya menarik perhatian anak-anak lain hingga akhirnya ada 8 anak yang mengelilingi kami. Aku bertanya pada mereka alasan mengapa sampai membenci anjing. Salah satu dari anak-anak itu menjawab begini, "Soalnya anjing itu galak, suka gigit." Aku pun bertanya balik padanya, apakah ia pernah digigit anjing. Ternyata jawabannya, "Nggak pernah". Dan asumsi galak yang ia dapatkan adalah karena ia pernah melempar anjing dengan batu dan anjing itu balik mengejarnya! Oh, my... :( Waktu aku tanya alasan mengapa ia melempat batu jawabannya ternyata super mengejutkan. Rupanya orangtuanya yang mengizinkan ia melakukan itu. Dan kenapa? Sepertinya hanya ia dan Tuhan yang tahu asalannya...

Aku pun menjelaskan bahwa anjing dan hewan lain juga punya perasaan. Jika disakiti tentu saja akan marah, dan kalau marah anjing akan mengigit karena nggak bisa bicara seperti manusia. Mendengar penjelasanku anak-anak itu mengangguk-angguk mengerti. Lucunya salah satu dari mereka bertanya, "Oh, jadi anjing juga bisa mati seperti kita, ya?" Hehehe, aku sampai nggak tahan untuk tertawa. See that? Mereka itu masih polos, hal negatif yang mereka lakukan pasti berasal dari orang lain. Kalau dilihat-lihat mereka ini rata-rata masih TK dan paling tua kelas 3 SD. Waktu seusia mereka lingkungan yang aku tahu ya hanya orangtua, keluarga dan sekolah. Lalu anak yang lainnya ikut bertanya, "Tapi kenapa kalau saya lewat depan rumah teteh Eris nya marah?" Aku balik bertanya, "Kamu lewat depan rumahnya sambil lempar batu nggak?" Dengan malu-malu ia pun mengakui terkadang melempar botol minuman untuk menarik perhatian Eris. Dan lagi-lagi aku harus bisa menahan rasa kesal karena kelakuan "polos" mereka. Aku jelaskan, kalau ingin binatang baik pada kita maka kita pun harus berbuat baik pada mereka. Jangan sampai karena binatang nggak punya pikiran seperti kita lalu diartikan boleh bertindak seenaknya pada mereka.

Anak-anak itu semakin lama posisi berdirinya semakin dekat dengan Eris, bahkan salah satu dari mereka mulai membelai-belai punggung Eris (awkward, lol). Kesempatan ini aku gunakan untuk bercerita lebih banyak lagi. Aku bilang binatang dan manusia diciptakan untuk hidup berdampingan, dan kalau mau kita tentu bisa berteman dengan mereka, ---seperti aku dan Eris misalnya. Kalau diperlakukan dengan baik binatang akan percaya dengan manusia dan nggak akan menyerang tanpa alasan. "Sama seperti manusia, binatang juga bisa belajar. Mau lihat nggak?" tanyaku pada anak-anak yang semakin antusias. Eris pun menunjukan kehebatannya untuk "duduk", "bersalaman" dan "berdiri" di depan mereka. Saking takjubnya anak-anak itu sampai bersorak-sorak dan menarik perhatian abang tukang bakso yang langsung berhenti dan ikut melihat aksi Eris, hehehe. Ah, bangga sekali rasanya :)

Menyadari kesalahan mereka anak-anak itu pun meminta maaf pada Eris, ---dan itu tanpa aku minta, lho. Mereka menyodorkan tangan kanannya pada Eris dan langsung disambut dengan tapal kaki depan Eris yang mungil! Hihihi, lucu sekali, ---sekaligus mengharukan. Sebelum berpisah mereka berjanji akan menyapa Eris baik-baik jika bertemu di jalan dan nggak akan menyakiti binatang lagi. Perasaan aku lega bukan main. Rasanya kehawatiranku untuk berjalan-jalan sore sudah menghilang. Aku memang nggak bisa memaksa semua orang untuk mengerti, tapi seenggaknya sore itu adalah kemerdekaan kecil untukku dan Eris... :)


blessed girl,

Indi

_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Minggu, 09 Agustus 2015

Recreated Poltergeist III (Making Memory of my Long Hair)

Creepy...


Aku masih sangat kecil ketika pertama kali menontonnya. Waktu itu aku belum mengantuk, jadi memutuskan untuk ikut menonton TV bersama Ibu dan Bapak. Film itu diputar di RCTI, --- waktu belum ada sinetron yang mendominasi jam tayang malam. Aku ingat betul betapa ketakutannya ketika melihat adegan boneka badut yang duduk di kursi sementara dahan pohon menggaruk-garuk dari luar jendela kamar. Poltergeist itu judulnya. Dibuat saat aku belum terlahir ke dunia ini tapi bisa membuatku jatuh cinta saat pertama kali menontonnya. I love being scared. Lol. 

Aku sangat menyukai ketiga seri Poltergeist (---yang kemudian aku tonton di Trans TV), meskipun sutradaranya sudah berganti di seri yang terakhir. Mungkin karena kehadiran Carol Anne yang diperankan oleh almh. Heather O’Rourke di film itu. She was soooo adorable! Pipi tembam dan rambut terangnya terlihat sangat angelic, sampai-sampai dulu akuberandai-andai ingin punya anak seperti dia suatu hari nanti, hahaha. Dan waktu tahu kalau ternyata little girl yang sangat aku kagumi itu sudah meninggal dunia (hanya 4 bulan sebelum Poltergeist III rilis) rasanya sangat sedih. Mungkin terdengar aneh karena aku masih 2 tahun waktu ia meninggal, ---tapi begitulah yang kurasakan :(

Dan baru-baru ini Poltergeist dibuat remake-nya. Aku nggak percaya waktu mendengarnya, karena... hey, ini klasik! Membuat remake dari film ini sama saja dengan mencoba mengulang sukses besarnya ET. Tapi aku tetap menontonnya, karena nggak mau menilai sesuatu sebelum melihatnya sendiri. Dan pendapatku, hmm, well... nggak sebagus yang diharapkan. Tapi over all cukup menghibur karena masih ada beberapa momen menegangkan. Dan menontonnya juga lumayan bikin aku merinding-merinding gimana... gitu. Soalnya di film ini ada beberapa adegan yang direcreate dari film originalnya oleh Maddi, ---yang menggantikan peran Carol Anne.  She’s cute too. Tapi aku kangen sama wajah lugunya Heather O’Rourke dan rambut panjangnya yang indah. Ah, film Poltergeist memang sangat berkesan untukku :’)

Bapak sampai keliling-keliling rumah untuk cari lokasi yang pas untuk scene ini :D
1988 VS 2015 :)

Dulu aku ingin menjadi Carol Anne, (sampai sekarang) aku memelihara ikan mas di kamar supaya mirip dengan karakternya. Malah aku ingin sekali punya rambut panjang berponi sepertinya, tapi selalu gagal karena aku nggak tahan dengan rasa gerah. Mungkin teman-teman juga tahu bahwa sebelumnya rambutku paling panjang hanya sedikit di bawah telinga, belum pernah menyentuh bahu. Tapi karena tahun lalu aku mulai mendonasikan rambut untuk dibuat wig, mulailah aku termotivasi untuk memanjangkan rambut. Selain membayangkan wajah happy anak-anak yang menerima rambutku, Carol Anne juga ikut menjadi motivasi. Aku mengiming-imingi diri sendiri dengan berkata; Rambut panjang = mirip Carol Anne, hehehe.

Sekarang rambutku sudah melewati bahu. Terkadang masih terasa mengganggu apalagi di musim panas seperti belakangan, tapi aku juga mulai sayang. Keinginanku untuk potong rambut nggak sebesar dulu lagi, mungkin karena sudah terbiasa dengan rambut ‘baru’ ini. Tapi bukan berarti aku jadi membatalkan niat untuk berdonasi, hehehe. Jadwal pemotongan rambut sudah semakin dekat dan aku merasa harus membuat sedikit kenang-kenangan sekaligus memberi reward pada diri sendiri karena sudah berhasil menahan diri nggak potong rambut selama setengah tahun (well, kecuali trimming ya, karena aku nggak mau rambutku bercabang). Setelah dipikir-pikir akhirnya aku tahu apa reward yang tepat untuk diri sendiri; Recreated Poltergeist Scenes! Alias membuat ulang adegan-adegan di film Poltergeist :D

Atas request Bapak aku tambahkan garis hitam di fotonya. "Supaya mirip", begitu kata Bapak.

Jadi kemarin sore dengan dibantu Bapak aku mewujudkan impian masa kecil untuk menjadi Carol Anne. Setelah bercerita bahwa aku ingin melakukan ini untuk making memory (---dan sebagai dedikasi untuk almh. Heather O’Rourke, tentu), Bapak ikut senang dan beliau bersemangat sekali dengan project sederhana ini. Kami putuskan untuk Recreate adegan-adegan di Poltergeist III karena itu film terakhirnya Heather dan karena aku punya onesie yang sama, hehehe (thanks, Ibu!). Dengan cepat aku dan Bapak menonton kembali trailer film itu lalu mengambil gambar beberapa adegannya. Seperti biasa, Bapak berperan menjadi fotografer dan beliau dengan sungguh-sungguh melakukannya untukku. 

Meski mengandalkan feeling (yep, kami sama sekali nggak mencetak gambar adegan-adegan yang akan di recreate, hahaha), tapi kami ingin seakurat mungkin. Untuk urusan pose aku serahkan sepenuhnya pada Bapak karena ingatan beliau lebih bagus dariku. Nah, lucunya Bapak malah lebih bersemangat dan lebih kretaif daripada “modelnya”. Untuk recreate phone scene Bapak sampai cabut telepon rumah untuk dijadikan properti foto, lho! Dan ini membuat Ibu kebingungan beliau pikir teleponnya hilang, hehehe.

Hello? They're hereeeee... 

Hasilnya nggak sempurna, tapi aku menyukainya. Aku menghargai sekali usaha Bapak untuk mewujudkan keinginanku menjadi Carol Anne. I’m making memory, dan Bapak jadi salah satu bagiannya :) Mungkin ada yang mengganggap aku aneh karena ingin mengenang rambut yang hanya dalam jangka waktu beberapa bulan akan tumbuh kembali. Atau malah ada yang mengganggapku lebay? Go ahead :) Menjadi seseorang yang mendonasikan rambut membuatku sadar bahwa rambut adalah bagian tubuh yang sangat berharga. Untukku, dan banyak orang lainnya mungkin ini ‘hanya’ rambut. Tapi bagi orang lain rambut bisa jadi hal yang sangat diimpikan. Jika aku ingin rambut seperti Heather O’Rourke, di luar sana ada yang rela melakukan apa saja untuk mendapatkan rambut pendek yang kupunya, ---atau malah untuk sebagian saja dari rambut yang kupunya. Jadi ini adalah caraku untuk mengingatkan diri sendiri bahwa aku beruntung, aku diberkahi karena punya rambut. Dan kalau pun nggak punya, ---rambut bukan sesuatu yang menjadikan kita, tapi hati :)

Ps: Untuk membaca post dan melihat video mengenai donasi rambut pertamaku bisa lihat di sini: klik.

carol anne 27 years later,

Indi

 __________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469