Rabu, 16 Desember 2015

My Scoliosis Daily Care :)

Scoliosis, ---atau skoliosis. Sejak berusia 13 tahun gue sudah nggak asing dengan kata yang satu itu. Kami, ---gue dan scoliosis berteman dengan akrab karena dokter bilang ia akan bersama gue selamanya. Bahkan saking akrabnya kami menjadi sebuah kesatuan, hihihi. Bagaimana nggak, setiap masuk kelas atau sekolah baru gue harus ikut memperkenalkan si scoliosis ini pada pihak sekolah. Karena kalau nggak bisa-bisa akan berakibat nggak baik untuk kesehatan gue. Lama-lama bukan cuma gue saja yang akrab dengan scoliosis, tapi teman-teman dan guru-guru yang tadinya nggak tahu pun mulai berkenalan dengan soulmate gue ini :D 

Scoliosis, atau kelainan tulang belakang ke arah samping ini penyebabnya bermacam-macam. Dari mulai idiofatik (nggak diketahui sebabnya) sampai efek samping dari beberapa sindrom. Karena itulah nggak ada seorang pun yang terjamin bebas dari scoliosis, dari mulai bayi sampai orang lanjut usia. Biasanya begitu seseorang terdiagnosis mengidap scoliosis dokter akan meminta anggota keluarganya untuk melakukan pemeriksaan fisik, karena scoliosis juga bisa diturunkan. Gue sendiri adalah satu-satunya yang mengidap scoliosis di keluarga, ---well itu kalau Bapak nggak dihitung, sih, hehehe. Kata dokter tulang Bapak juga agak bengkok, tapi hanya scoliosis ringan dan nggak berbahaya. Begitu juga Ibu dan Adik, mereka sama-sama nggak mengidap scoliosis :) 

Karena gue satu-satunya scolioser, ---pengidap scoliosis di keluarga, awalnya kami sama sekali nggak tahu harus berbuat apa. Gue hanya memakai boston brace (penyangga) selama 23 jam perhari sesuai anjuran dokter. Tapi semakin lama ilmu gue dan keluarga semakin bertambah karena mulai berkenalan dengan scolioser lain dan of course internet! ;) Semenjak itu gue nggak hanya memakai brace, tapi mulai fisioterapi dan melakukan latihan ringan di rumah. Sampai sekarang pun, di usia dimana tulang sudah berhenti tumbuh, gue tetap rutin merawat scoliosis. Karena selain scoliosis akan ada berada bersama gue selamanya, seiiring bertambahnya usia tentu kurva gue juga akan tetap bertambah meskipun hanya sedikit-sedikit :)

Pengidap scoliosis itu banyak, terutama perempuan karena tubuh perempuan lebih mudah terkena scoliosis idiofatik, ---dan lebih memerlukan treatment daripada laki-laki. Itulah mengapa gue mencoba sesering mungkin berbagi tentang scoliosis di media sosial yang gue punya. Selain untuk mengenalkan scoliosis kepada banyak orang, tentu gue ingin sharing dengan teman-teman sesama scolioser tentang terapi atau brace apa yang pernah atau sedang gue gunakan sekarang. Berbagi itu menambah ilmu, kan? Gue senang mendapatkan banyak tanggapan positif dari post yang gue share ;) Eh, tapi ada saja lho orang yang berkomentar negatif, ---cenderung 'menggampangkan' malah. Karena memakai SpineCor, soft brace yang harganya lebih mahal dibandingkan brace tipe lain, gue beberapa kali dikomentari seperti ini; "Nggak heran bisa beli brace mahal, orangtuamu uangnya banyak." Atau dikomentari, "Kamu sih enak orangtua peduli, kalau aku apa-apa urus sendiri," saat gue mengupload foto Ibu atau Bapak. Sebenarnya gue malas mengomentari ini, tapi kalau diam mungkin yang berkomentar akan mengira gue mengiyakan mereka. Yang pasti I know that I'm a lucky girl, dan gue sangat-sangat-sangat bersyukur. Gue sangat berusaha keras untuk masalah kesehatan, termasuk scoliosis. Dengan bangga gue bilang bahwa sejak kuliah nggak memakai uang orangtua sepeser pun untuk perawatan scoliosis. Dari mulai fisioterapi sampai untuk bolak-balik Bandung-Jakarta-Bandung saat harus adjustment SpineCor. Yup, memang ada yang gue korbankan dengan jadi nggak bisa sering hangout/belanja seperti teman-teman lain, tapi ini adalah pilihan gue:) Dan soal orangtua yang peduli, ---well mereka awalnya juga blank dengan kondisi gue, sampai-sampai disalah artikan sebagai nggak peduli. Jadi gue, sebagai seorang anak mungkin bisa memberi masukan pada teman-teman yang bilang kalau orangtuanya nggak peduli, bahwa terkadang mereka juga sama seperti kita, clueless, nggak tahu harus berbuat apa. Daripada melabeli orangtua sebagai "nggak peduli", kenapa nggak sedikit-sedikit memperkenalkan tetang scoliosis saja? Atau... cobalah mulai taking care diri sendiri, karena kalau bukan kita siapa lagi yang bisa mengenal tubuh kita lebih baik? ;)

Soal merawat scoliosis gue nggak setuju kalau harus selalu dikaitkan dengan biaya yang banyak. Karena sebenarnya banyak kok yang bisa dilakukan sendiri di rumah. Modalnya hanya meluangkan waktu dan jangan malas, ---karena mampu membeli brace paling mahal sedunia pun nggak akan membuat scoliosis terkoreksi kalau nggak dipakai, hihihi. Gue bukan dokter atau ahli kesehatan, tapi seperti biasa gue akan berbagi berdasarkan pengalaman. Ada beberapa rutinitas yang menurut gue membantu memperbaiki kondisi scoliosis gue:)

1. Stretching
Hal pertama yang gue lakukan ketika bangun tidur adalah stretching atau peregangan. Gue sangat menikmati saat-saat bangun dari tempat tidur dan dalam beberapa menit saja tubuh menjadi lebih segar. Nggak ada gerakan khusus, scolioser atau bukan, siapapun cocok untuk melakukan ini. Buka kaki selebar bahu, lalu angkat tangan ke atas dan rentangkan dengan jarak sedikit melebihi bahu. Selanjutnya tinggal posisi tangan dan tubuh saja yang diubah-ubah, sementara kaki tetap di tempat yang sama. Untuk jelasnya gue sertakan foto ketika gue sedang stretching dengan dibantu oleh tali skipping. Kalau nggak punya, tali skipping bisa diganti dengan handuk kecil atau benda lain yang cukup kuat untuk ditarik. Stretching baik untuk membuat tubuh menjadi relax dan mengurangi rasa kaku. Meski nggak membuat kurva scoliosis berkurang, tapi trust me, nggak ada salahnya jika dilakukan secara rutin. At least aktivitas ini jauh lebih baik daripada langsung menatap layar handphone ketika bangun tidur, kan? Ups! Hihihi :)



2. Bracing
Nggak semua scolioser butuh brace/penyangga. Gue sendiri berhenti menggunakan boston brace setelah 5 tahun karena tulang gue sudah berhenti tumbuh. Tapi satu tahun belakangan ini gue memutuskan untuk memakai SpineCor, brace dengan tipe yang lentur (soft). Pertimbangan gue memakai SpineCor adalah karena dibandingkan jenis yang lain brace ini lebih efektif dalam mengurangi kurva dan menghindari operasi. SpineCor juga membantu gue untuk lebih aktif karena mengurangi rasa nyeri yang biasanya mengganggu aktivitas. Well, brace ini memang nggak murah tapi karena bisa dicicil di Spine Body Center, APL Tower lt. 25 Jakarta (021-2933 9295), kenapa nggak dipertimbangkan? :)



3. Exercise
Kalau anak sekolah sih kebanyakan rutin berolahraga ya karena ada pelajarannya, hihihi. Eh, tapi nggak semua, lho. Banyak scolioser yang nggak boleh berlari atau melompat, terutama di masa pertumbuhan karena menyebabkan kurva semakin cepat bertambah. Sebagai gantinya gue hanya mengikuti pelajaran berenang di sekolah karena itu bagus untuk tulang belakang. Meski di rumah nggak ada kolam renang bukan berarti gue diam. Setiap sore gue rutin berjalan-jalan di sekitar rumah bersama Eris, my super cute dog :D Dengan berjalan kaki tubuh gue jadi terbiasa untuk bergerak dan semakin kuat. Selain menjadi teman, Eris juga berguna lho untuk melatih otot. Sudah naluri seekor anjing kalau lihat kucing pasti penasaran. Nah, kalau Eris mulai tarik-tarik leash sebagai human yang baik gue harus tarik balik. Kebayang dong bagaimana kuatnya anjing golden retriever? Hihihi :p 
Jalan-jalan sore tentu bukan satu-satunya exercise gratis yang bisa dilakukan di rumah, tapi untuk sekarang baru ini yang gue lakukan. Gue sedang mencari jenis exercise lain yang menyenangkan tapi juga aman untuk scoliosis :)



4. Healthy Meals
Masih ingat dengan 4 sehat 5 sempurna? Hehehe, old school banget ya kedengerannya :D Tapi menurut gue itu adalah cara yang paling sederhana untuk memenuhi gizi seimbang kita. Meskipun gue seorang pesco-vegetarian, tapi gue selalu berusaha variatif dan seimbang dalam menu sehari-hari. Biasanya scolioser memiliki digest problem, ---termasuk gue, jadi menu sayur kaya serat jangan sampai ketinggalan. Dokter gue, dr. Natalie menyarankan untuk minum prune juice agar terhindar dari sembelit. Tapi karena di supermarket susah dapat gue menggantinya dengan minuman prebiotic. Yang murah meriah itu Yakult, tapi lumayan ampuh apalagi kalau sehari minum 2. Ini bukan iklan lho, ya :D



Well, segitu saja daily care scoliosis yang gue bagi sekarang. Lain kali akan gue share lagi hal-hal yang berkaitan dengan my super best friend ini (---iya, dong masa mau musuhan sama scoliosis? Hihihi). Mungkin nanti gue juga akan membuat episode khusus tentang scoliosis di channel YouTube Indi Sugar Taufik. Masih agak bingung sih harus memulai dari mana, tapi let's see ;) Kalau teman-teman ada saran atau ada pertanyaan seputar scoliosis juga boleh. Nanti akan gue jadikan masukan untuk tulisan atau video selanjutnya. 
"Jadi scolioser memang menantang, tapi hey tanpa scoliosis pun hidup memang harus up and down, kan? Yang pernah sakit punggung bukan cuma scolioser, tapi semua orang. Yang pernah cepat lelah juga bukan cuma scolioser, tapi semua orang, hihihi. Tubuh kita dirancang Tuhan sudah yang paling tepat. Don't always blame scoliosis lah, ya! :)"
video daily care scoliosis gue


cheers,

Indi

_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

55 komentar:

  1. Kak indi, scoliosis itu bukan faktor keturunan kan? :)

    BalasHapus
  2. wah makasih infonya jd makin tahu ttg scoliosis :)

    BalasHapus
  3. Semangat, ya.. orang iri itu melihat manusia sempurna aja bisa nyinyir, apalagi yang menurutnya tidak sempurna. Yang penting Indi tetap berkarya! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sifat manusia memang gak ada yang sempurna. Orang yang suka judging itu biasanya hanya melihat dari luar :)

      Hapus
  4. ternyata Indo pengkunsumsi yakult ya. Hidup dengan scoliosis tidak menghentikan segala aktivitas ya keren

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yakult murah tapi bagus buat pencernaan, Mbak, hehehe :)

      Hapus
  5. setuju tentang hidup yang up and down. Senang baca postingan ini karea bisa menginspirasi untuk saling menyemangati :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau sudah gak up and down artinya kita sudah "mati", ya, hihihi :)

      Hapus
  6. Tetep semangat ya mba, Tuhan memang memberikan kekurangan pada hambaNya namun Dia juga memberikan kelebihan di balik kekurangan itu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau soal sifat aku percaya setiap manusia punya kekurangan. Tapi kalau soal fisik aku percaya yang Tuhan beri itu sempurna :)

      Hapus
  7. Iya setuju banget kadang emang hidup ada up nya bahkan paling up dan kadang down. Saya pun merasakannya secara langsung setelah lulus sekolah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari lahir pun hidup kita sudah up and down, lho :)

      Hapus
  8. Anjingnya lucu banget itu mbak indi...

    BalasHapus
  9. Scoliosis itu faktor keturunan ya mba?

    Iya mba. Stretching habis bangun tidur itu enak. Semua tulang diregangkan.
    Bener mba. Tanpa scoliosis, hidup semua manusia pasti ada naik-turunnya. :))
    Semangat mbaa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penyebab scoliosis itu bermacam-macam. Ayo baca lagi tulisannya :) Iya, stretching bagus sekali supaya tubuh kita "inat postur" :)

      Hapus
  10. skoliosis ga akan ngehambat hidup kalian kok (iya ga kak indi, sedikit cerita aja ya

    aku sama adikku mulai ngerasa ada yang aneh sama punggung kita yang ga lurus alias bengok, dan gara" dari 2010 suka baca novel ka indi aku di kenalkan sama yang namanya skoliosis, terus aku iseng" nyobain cara kaya ka indi di depan kaca, badan dibungkukan posisi ruku kalau shalat nah karna aku ngacanya sendiri jadi ga keliatan apa" tuh (penting diceritain), nah pas lagi dikamar aku liat punggung adikku ternyata punggungnya juga sama ga lurus terus aku suruh dia bungkukin badan posisi ruku kalau shalat dan ada tonjolan di belakang dada dan belakang perut kira" begitulah gambarannya, cuma aku sama adik aku ga pernah mikirin sih jadi ya kita ngelakuin aktifitas normal aja kaya biasa.

    sebulan yang lalu aku iseng Medcheck ke lab dan hasil rontgen ku bilang kalau aku skoliosis, tapi kurva ku ga parah sih yang adikku sih kayanya lebih parah karna postur tulang belakangnya udh miring bgt, kalau aku sih selama kalau orang ga perhatiin banget ga terlalu keliatan tapi kalau adikku sangat keliatan.

    tapi ya selama kita tetep positif sih skoliosis ga pernah bikin hari" aku jadi kerasa terpuruk, aku dan adikku tetep aktif jadi pemain Marching Band, aku pemain colour guard (kebayang dong jadi salah satu pemain yang tugasnya nari-nari loncat-loncat kesana sini)dan adikku jadi pemain trumpet yang sambil niup sambil lari" juga ngikutin arus displaynya (malahan adiku sekarang jadi atlet PON JABAR loh untuk tim Drum Bandnya, doakan memborong mendali emas lagi ya)

    nah jadi jangan patah semangat buat skolioser yang lain, hidup ga berahir kali, masih banyak kegiatan positif dan nyenengin yang bisa kita lakuin daripada jadi pemurung , ya walaupun kadang" sakit sih tapi ya nikmatin aja, ga ada yang ga nikmat kalau kita bersyukur sama apa yang kita punya




    -ute-

    http://yutiazahs.blogspot.co.id/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih ya sudah baca novel-novelku :) Itu namanya Adam's forward bend test, mudah tapi efektif untuk mendeteksi scoliosis. Karena bukan penyakit scoliosis seharusnya gak "menghambat" activitas, tapi sekedar pengingat kalau kamu masih di bawah 18 tahun coba konsultasikan dulu untuk aktivitas seperti lompat dan lari karena ada kemungkinan menambah kurva (kecuali kalau kurvanya belum berat, ya). Good luck untukmu dan adikmu. Cheers :)

      Hapus
    2. kalau aku sih udah 22 thn hahaha
      adiku masih 17 taun
      iya nanti aku bilang adikku deh

      makasih ya ka indi :)

      Hapus
    3. Wah, usia aman kalau begitu, hehehe. Sama-sama :)

      Hapus
  11. Ah kak Indi :')

    pas banget aku sedang di masa-masa "menyesali" takdirku sebagai skolioser (lagi). aku pikir, aku sudah bisa ikhlas dengan takdir Tuhan ini, tapi nyatanya belum.

    tapi... pas baca paragraf terakhir tulisan kak indi ini, aku jadi sadar kalau aku salah.
    "Don't always blame scoliosis lah, ya! :)"

    terima kasih kak, sudah diingatkan!



    -deendavia.blogspot.com-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Senang kalau kamu sudah gak down lagi :) Jangan pernah menyesal, ya. Fisik kita itu indah, sempurna, apapun bentuknya :)

      Hapus
  12. Semangat terus untuk sehat dan berbagi informasi ya Indi.. suksessss

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Mbak Tri. Ditunggu lagi tulisan mengenai kankernya, supaya aku bisa belajar banyak :)

      Hapus
  13. berbagi pengalaman yang menarik, aku baru tau tentang scoliosis.
    kadang kekurangan kita lah yang menjadi motivasi untuk terus bergerak maju.
    Keep spirit mbak Indi, salam kenal^^

    BalasHapus
  14. Scoliosis juga bisa disebabkan karena kecelakaan. Contohnya teman saya, kalo dilihat secara kasat mata dia memiliki fisik yang baik, soalnya dia salah satu teman latihan fisik saya. Saat dalam proses pendaftaran masuk TNI, saat sesi pengecekan kesehatan dia mengalami pembengkokan pada tulang belakang, awalnya dia heran karena orangtuanya gak pernah cerita soal kelainan yang dideritanya itu. Usut punya usut, ternyata dia pernah tertabrak oleh motor dengan cedera yang lumayan parah.

    BalasHapus
  15. terimakasih infonya, mbak indi makin cantik :)

    BalasHapus
  16. Aku yakin ini bakal berguna banget bagi para scolioser seluruh indonesia kak indi...

    You're doing a great, inspiring thing

    keep it up
    so proud

    I love you forever <3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aww, Aul you're so kind. Terima kasih, ya. Love you back! <3

      Hapus
  17. terimakasih kak indi.. membuat saya (yang juga skolioser)menjadi bersemangat menjalani hidup,... yg mau aq tanyakan kak,gmn menghilangkan rasa nyeri dan panas dipunggung ini ??? sakit bgt.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, senang kalau membuatmu bersemangat :) Nyeri dan panas biasanya karena ototmu kaku. Kadang malah rasanya "pedas" (saking panasnya, hihihi). Stretching biasanya membantu, tapi kalau sudah gak tertahankan biasanya aku chiropractic :)

      Hapus
  18. Kak indi, kalo pesan spinecor itu jadinya berapa lama ya? Pengen pakai spinecor, jadi ambil waktu 2 minggu liburan pergi ke jakarta, tapi kira kira nutut ga ya waktunya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebentar banget kok, dear. Jadi kamu janjian dulu sama dokternya untuk hari dan jamnya. Setelah dapat nanti kamu akan dirujuk untuk x ray. Hasilnya paling 30 menit keluar, lalu langsung fitting SpineCor, deh. Fitting SpineCor bisa beberapa jam, jadi mungkin kamu mau luangkan waktu 2 hari untuk x ray dan fitting supaya gak kelelahan :)

      Hapus
    2. Jadi spine cor nya berapa hari ya kak ?

      Hapus
    3. Jawabannya sama kaya di atas, ya. Fitting SpineCor itu perlu beberapa jam :)

      Hapus
  19. Aaaah.. Uda lamaaa banget ngga maen ke sini :D

    Tapi Mbak, uda ngga terlalu ngganggu kan ya? Keliatannya juga uda normal. Semoga selalu sehat ya, Mbaaak.. Salam buat Eris :*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Scoliosis itu seumur hidup, dan kurvaku bertambah seiring berjalannya usia. Sekarang sedang diusahakan agar gak bertambah lagi :) Salam kembali dari Eris :)

      Hapus
  20. Waaa ternyata biaya sendiri ya mba, bth perjuangan ya pastinya.
    Btw tempat makannya lucu, nasinya juga :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sangat, dan banyak yang harus "dikorbankan". Tapi aku senang karena bisa merawat diri sendiri :) Terima kasih, ya. Cetakan nasinya dari Happy Meal, hihihi :)

      Hapus
  21. bisa-bisanya nyinyir yaa indii..sehat selalu saaay :*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa, padahal gak kenal aku secara personal, kan :) Makasih, Mbak :)

      Hapus
  22. Gue juga punya skoliosis, trus ke canadian chiropractic di dharmawangsa square. Sekarang udah lumayan. Dulu, gue menyendiri mulu. Gak PD-an. Dulu gue sering tanya, kenapa harus gue yg kena skoliosis. Dokter2 pada umumnya gak bisa jelasin. Bah... tapi sekarang gue sedikit bisa menerima...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Syukurlah kalau keadaanmu sudah membaik. Dokter umur kadang gak begitu mengerti apa itu scoliosis, dulu aku malah pernah cuma disarankan pakai korset saja. Mereka gak bilang soal rasa sakit, dampaknya sama masa remaja aku, etc. Itulah pentingnya menemukan dokter yang bagus. Btw, aku juga sempat lho terapi di Canadian Chiropractic. Dulu aku sama dr. Richard dan dr. Albert. Kamu sama siapa? :)

      Hapus
  23. Hai Indy dan skolioser..
    pengen berbagi aja nih ttg kisah skoliosisku..
    ketaun dr kelas 1 smp.
    Rasanya waktu itu pegel2 di punggung kan.. akhirnya oleh org tua dibawa k dokter orthopedi. Krn dokternya msh sodaraku, beliau tdk rekomen utk dioperasi krn saat itu (thn 1987) resikonya msh besar utk lumpuh.
    akhirnya hanya pake brace, tp lagi2, saya ga mau pake, hanya dipake ketika tidur dan hanya kurang dr setahun.
    Krn malu kl pake k sekolah.
    Selama berjalannya waktu,derajat makin bertambah tapi..alhamdulillahnya ga prnh ada rasa minder saat itu.
    Saya pacaran spt org normal..
    bergaul spt org normal..
    bisa masuk sd, smp, sma sampe lolos umptn..lalu lolos di medical checkup utk penerimaan karyawan di international company di jkt.
    Skrg saya sudah punya 2 anak.. ketika saya hamil pun ngga ada keluhan apa2...
    alhamdulillah hidup bisa normal.
    Hanya kekhawatiran akan mengganggu paru2 saja nih tulang yg bengkok.
    Intinya sih, jangan prnh rendah diri..anggap saja kita normal..krn emang kita akan bisa hidul normal koq!!!
    Tp kl saya bisa mengulang kembali waktu, mgkn akan lebih nurut kata dokter
    semoga bermanfaat

    BalasHapus
  24. Btw, derajat saya saat ini sudah diatas 80 derajat. Jd sepertinha ga mgkn org ga tau.tp sekali lg, jgn prmh minder yaaa.. mrk pun ga akan mengganggap kita cacat kl kita tetep pedeee!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo, terima kasih komentarnya. Scoliosis memang bukan alasan untuk minder, aku selalu encourage teman-teman yang masih sekolah untuk tetap pakai brace meskipun ke sekolah atau hangout. Aku sendiri patuh dengan brace sampai detik ini dan bersyukur sekali karena mengikuti saran dokter :) Banyak yang kurvanya di bawah 40 pun merasa sakit, tapi banyak pula yang di atas 50 masih nyaman-nyaman saja, ---contohnya Mbak. Itu semua karena toleransi tubuh setiap orang terhadap rasa sakit berbeda-beda. Dan tipe scoliosis juga mempengaruhi :)
      Soal medical record, scoliosis memang gak dimasukan ke dalam kategori penyakit, jadi seharusnya gak menyulitkan untuk diterima di suatu perusahaan (kecuali jika ada penyakit lain). Setahuku hanya beberapa perusahaan saja yang gak menerima scolioser, tapi itu dengan alasan keamanan, bukan diskriminasi :)
      Dan betul sekali kita harus tetap pede, tapi saat merasa down, don't worry, itu cuma fase. Itu bisa jadi suatu warna waktu kita tumbuh dewasa. Seperti sepupu-sepupu kecilku yang sering minta diceritakan pengalamanku bersama brace. Pengalamanku bikin mereka ngerti kalau di satu titik kita boleh bersedih tapi jangan lupa cari jalan untuk tersenyum ;) Salam scolioser. Cheers! :)

      Hapus
  25. Tipsnya bermanfaat, semoga kita selalu semangat yaa...

    BalasHapus

Terima kasih untuk komentarnya, it's really nice to hear from you :)