Halo bloggies! It's me again, Indi, hehehe :) How's your week? Semoga menyenangkan, ya. Mine was fun and fine, di awal minggu sampai jumat masih berkutat dengan novel dan beberapa desain untuk pesanan customers, sedangkan sisanya aku habisin dengan having quality time sama Ray. Kami sempat main game racing car, karaoke dan dinner. Don't ask about our voice ya, lebih terdengar seperti teriak sambil ketawa-ketawa daripada nyanyi :p
Hal menyenangkan lainnya datang dari Queen Bee shop, mereka mengirimiku paket yang berhasil bikin aku 'kyaaaaaa' sambil angkat satu kaki kaya di film-film kartun (well, okay part terakhir berlebihan, lol). Aku dapat 4 item cute yaitu tank top hitam, bolero polkadot oranye, short ungu dan kalung mutiara dengan liontin bow! :D Tadinya sempat khawatir celananya kedodoran, tapi ternyata ukurannya pas banget, dipakainya pun nyaman karena ada karet dan tali yang bisa disesuaikan. Meski tetep bikin aku jalannya jadi agak-agak aneh, soalnya... sudah tahu kan kalau terakhir aku pakai celana itu 1 milyar tahun yang lalu? :p So, how do I look in pants? Sepertinya pantas juga ya, hihihi... Pokoknya terima kasih banyak untuk Queen Bee shop. Minggu depan kalau aku jalan-jalan bisa pakai baju baru, deh ;)
Hal menyenangkan lainnya datang dari Queen Bee shop, mereka mengirimiku paket yang berhasil bikin aku 'kyaaaaaa' sambil angkat satu kaki kaya di film-film kartun (well, okay part terakhir berlebihan, lol). Aku dapat 4 item cute yaitu tank top hitam, bolero polkadot oranye, short ungu dan kalung mutiara dengan liontin bow! :D Tadinya sempat khawatir celananya kedodoran, tapi ternyata ukurannya pas banget, dipakainya pun nyaman karena ada karet dan tali yang bisa disesuaikan. Meski tetep bikin aku jalannya jadi agak-agak aneh, soalnya... sudah tahu kan kalau terakhir aku pakai celana itu 1 milyar tahun yang lalu? :p So, how do I look in pants? Sepertinya pantas juga ya, hihihi... Pokoknya terima kasih banyak untuk Queen Bee shop. Minggu depan kalau aku jalan-jalan bisa pakai baju baru, deh ;)
OOTD: Bow headband: Toko Kecil Indi | bolero, tank top, short and pearl necklace: Queen Bee Shop | Shoes: Fillmore |
Untuk melihat-lihat koleksinya dan pemesanan, klik DI SINI :)
details? click here. |
Tentang Mika, HIV/AIDS, Stigma dan Diskriminasi.
Masih di minggu yang sama, ada hari AIDS sedunia, tanggal 1 Desember lalu tepatnya. Ini sudah tahun ke 7 aku tanpa Mika. Eh, ralat, tapi keluarga dan teman-temannya juga, sudah ditinggal Mika ke surga. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, perasaanku selalu campur aduk: rindu, khawatir, bangga, sedih... pokoknya banyak. Kalau sudah begini aku suka terkenang-kenang lagi dengan masa-masa SMA ku... Masa di mana Mika masih ada dan kami berpacaran :) Dia utuh sebagaimana Tuhan menciptakan manusia sesuai fungsinya, dia juga pemberani, serius, terkadang lucu dan selalu bisa membesarkan hatiku. Mika mencintai aku apa adanya dan nggak pernah memandangku 'sebelah mata' seperti banyak laki-laki lain sebelumnya. Itulah yang membuat dia berbeda: sifatnya, bukan karena AIDS yang dia idap.
Aku rasa teman-temanku pun akan menyukai Mika andai saja mereka nggak tahu bahwa Mika itu ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Sejak saat itulah aku mengenal apa yang namanya stigma, diskriminasi dan image negatif. Mika sering dibilang nakal dan nggak bermasa depan. Bahkan beberapa temanku (well, dengan sifat seperti itu mereka nggak pantas dibilang 'teman', sih...) berani bertaruh bahwa Mika itu pecandu drugs atau pelaku seks bebas. Lalu apa itu benar? I don't know, and I don't even wanna know! Waktu itu aku pikir, kenapa orang nggak bisa menyukainya karena kepribadiannya?
Intinya, waktu itu hubungan kami nggak mudah. Tapi bukan berarti nggak bahagia, karena seperti yang sudah aku sebutkan Mika mempunyai kepribadian yang menyenangkan. he's a real entertainer, selalu punya cara untuk membuatku tersenyum, hehehe, he's my hero :)
Sampai Mika meninggal dunia. Entah apa alasannya stigma negatif malah ikut melekat padaku. Aku sering dibilang 'bekas pacar pengidap AIDS', dan laki-laki yang mendekatiku bakal kena aib-nya. Aib? Ho'oh, aneh kan? Padahal apa bedanya dengan 'bekas pacar pengidap flu', 'bekas pacar pengidap panu', atau 'bekas pacar pengidap sariawan'? Itu cuma penyakit, sickness, illness. Nggak lebih! Aku nyaris nggak mendapatkan empati dari sekitar, seolah aku nggak punya hak untuk bersedih karena yang meninggalkan aku adalah seorang pengidap AIDS...
Dua tahun setelah kepergian Mika aku pun memutuskan untuk menghapuskan stigma negatif pada Mika-Mika lainnya. Iya aku tahu memang nggak mudah. Tapi aku pikir kalau semakin banyak yang menyebarkan informasi benar soal HIV/AIDS, akan semakin banyak pula yang mengerti. Aku bergabung di Yayasan AIDS Indonesia yang letaknya di Jakarta (I live in Bandung, but Mika was born and grew up there :) ), dan nggak lama setelah itu menerbitkan novel "Waktu Aku sama Mika". Menjadi volunteer dan menulis novel tujuannya tetap sama, aku ingin lebih banyak orang setuju bahwa manusia hanya bisa dinilai dari kepribadiannya, bukan penyakitnya.
Lambat laun aku mulai merasakan hasilnya. Aku memang nggak mengubah seluruh dunia, tapi seenggak aku mulai mendengar komentar positif soal Mika. Aku masih ingat, pengen menangis rasanya waktu membaca blog seorang ibu yang bilang bahwa dia ingin putranya menjadi orang sebaik Mika, santun dan sopan terhadap perempuan. Dan sungguh kebetulan yang manis, nama putra Ibu itu juga Mika :) Semakin lama semakin banyak komentar positif yang aku dapat. Aku sering mendapatkan email dari perempuan-perempuan muda yang tiba-tiba 'mengidolakan' Mika. Mereka berharap mendapatkan pasangan yang seperti Mika kelak, yang mencintai secara utuh dan tanpa syarat. Luar biasa, aku bahkan disebut sebagai perempuan yang beruntung karena pernah mengenal Mika. Bukan lagi sebagai aib karena pernah berpacaran dengan ODHA. Mika dinilai lebih dari itu, orang-orang mulai bisa melihat jiwanya sebagai manusia yang utuh di luar penyakitnya dan... mempunyai kepribadian menarik seperti yang aku rasakan semenjak pertama kali mengenalnya :)
Aku rasa teman-temanku pun akan menyukai Mika andai saja mereka nggak tahu bahwa Mika itu ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Sejak saat itulah aku mengenal apa yang namanya stigma, diskriminasi dan image negatif. Mika sering dibilang nakal dan nggak bermasa depan. Bahkan beberapa temanku (well, dengan sifat seperti itu mereka nggak pantas dibilang 'teman', sih...) berani bertaruh bahwa Mika itu pecandu drugs atau pelaku seks bebas. Lalu apa itu benar? I don't know, and I don't even wanna know! Waktu itu aku pikir, kenapa orang nggak bisa menyukainya karena kepribadiannya?
Intinya, waktu itu hubungan kami nggak mudah. Tapi bukan berarti nggak bahagia, karena seperti yang sudah aku sebutkan Mika mempunyai kepribadian yang menyenangkan. he's a real entertainer, selalu punya cara untuk membuatku tersenyum, hehehe, he's my hero :)
Sampai Mika meninggal dunia. Entah apa alasannya stigma negatif malah ikut melekat padaku. Aku sering dibilang 'bekas pacar pengidap AIDS', dan laki-laki yang mendekatiku bakal kena aib-nya. Aib? Ho'oh, aneh kan? Padahal apa bedanya dengan 'bekas pacar pengidap flu', 'bekas pacar pengidap panu', atau 'bekas pacar pengidap sariawan'? Itu cuma penyakit, sickness, illness. Nggak lebih! Aku nyaris nggak mendapatkan empati dari sekitar, seolah aku nggak punya hak untuk bersedih karena yang meninggalkan aku adalah seorang pengidap AIDS...
Dua tahun setelah kepergian Mika aku pun memutuskan untuk menghapuskan stigma negatif pada Mika-Mika lainnya. Iya aku tahu memang nggak mudah. Tapi aku pikir kalau semakin banyak yang menyebarkan informasi benar soal HIV/AIDS, akan semakin banyak pula yang mengerti. Aku bergabung di Yayasan AIDS Indonesia yang letaknya di Jakarta (I live in Bandung, but Mika was born and grew up there :) ), dan nggak lama setelah itu menerbitkan novel "Waktu Aku sama Mika". Menjadi volunteer dan menulis novel tujuannya tetap sama, aku ingin lebih banyak orang setuju bahwa manusia hanya bisa dinilai dari kepribadiannya, bukan penyakitnya.
Lambat laun aku mulai merasakan hasilnya. Aku memang nggak mengubah seluruh dunia, tapi seenggak aku mulai mendengar komentar positif soal Mika. Aku masih ingat, pengen menangis rasanya waktu membaca blog seorang ibu yang bilang bahwa dia ingin putranya menjadi orang sebaik Mika, santun dan sopan terhadap perempuan. Dan sungguh kebetulan yang manis, nama putra Ibu itu juga Mika :) Semakin lama semakin banyak komentar positif yang aku dapat. Aku sering mendapatkan email dari perempuan-perempuan muda yang tiba-tiba 'mengidolakan' Mika. Mereka berharap mendapatkan pasangan yang seperti Mika kelak, yang mencintai secara utuh dan tanpa syarat. Luar biasa, aku bahkan disebut sebagai perempuan yang beruntung karena pernah mengenal Mika. Bukan lagi sebagai aib karena pernah berpacaran dengan ODHA. Mika dinilai lebih dari itu, orang-orang mulai bisa melihat jiwanya sebagai manusia yang utuh di luar penyakitnya dan... mempunyai kepribadian menarik seperti yang aku rasakan semenjak pertama kali mengenalnya :)
Bersama novel 'Karena Cinta itu Sempurna' dan 'Waktu Aku sama Mika'. Karya-karyaku untuk mendiang Mika :) |
Cerita dari “Dunia Nyata”.
Rasanya menyenangkan waktu orang-orang mengingat Mika sebagai orang baik, bukan malah menyebut nama penyakitnya dan berkata yang nggak-nggak :) Dan di hari AIDS sedunia tahun ini, ada kejutan menyenangkan, novel 'Waktu Aku sama Mika' cetak ulang untuk yang ke 9 kalinya! Malah yang lebih mengejutkan lagi novel 'Karena Cinta itu Sempurna' yang baru diterbitkan tahun ini pun sudah cetak ulang untuk ke 4 kalinya. Mungkin bagi sebagian orang ini adalah pencapaian yang biasa, tapi menurutku ini adalah prestasi yang 'luar biasa', mengingat kedua novel itu berisi tentang isu HIV/AIDS. Aku mendapatkan banyak pesan di facebook, email dan twitter dari teman-teman pembaca yang isinya menguatkan hati aku, sungguh melegakan. Rasanya pita merah benar-benar terbalik dan unvictory berubah menjadi victory :) Tapi di waktu bersamaan ada 'kejutan' nggak menyenangkan. Teman-teman di twitter banyak yang memintaku untuk membaca 'timeline' nya Kak Fajar, seorang ayah yang juga ODHA. Ternyata Immi, anak dari Kak Fajar ditolak untuk masuk SD Don Bosco setelah sebelumnya diterima. Alasannya benar-benar nggak masuk akal dan dangkal karena pihak yayasan menyatakan belum memliki kesiapan khusus memiliki murid ODHA. What the...??? Memangnya Immi sudah pasti terpapar ayahnya? Kan nggak. Dan... wait! Kesiapan khusus apa yang dibutuhkan sekolah untuk menerima murid ODHA? Haduh, yang benar saja, deh... masa mengada-ngadanya seperti mau bohongin anak TK.
Sebenarnya poin dari masalah ini bukan tentang bagaimana caranya Immi bisa masuk SD Don Bosco, tapi bagaimana caranya pihak yayasan bisa mengerti bahwa manusia mempunyai hak yang sama, apalagi untuk mengenyam pendidikan. Mau bilang 'mereka mungkin belum dapat pengetahuan yang cukup soal HIV/AIDS' tapi hatiku ini selalu bilang "masa sih?". Rasanya agak aneh saja kalau lembaga pendidikan nggak tahu bahwa flu bisa lebih mudah menular daripada HIV. Kalau nggak siap menerima murid ODHA bagaimana mereka bisa siap menerima murid-murid lain yang notabene anak-anak pasti langganan dengan flu, batuk, demam dan sebangsanya, dong? Non sense, ah! *pasang wajah kecut*
Padahal, kalau saja mereka mau pikir lebih jauh, mendiskriminasi ODHA itu membuat mereka merugi serugi-ruginya. Lebih rugi dari bangkrut lah. Coba bayangkan kalau jika ada ODHA yang berprofesi sebagai guru, petani, ilmuwan, atlet atau lainnya yang berguna bagi masa depan bangsa. Mendiskriminasikan mereka sama dengan menghambat perkembangan negara. Kalau ada guru karena status HIV diberhentikan, yang rugi siapa? Kan murid-muridnya juga a.k.a calon penerus bangsa. Sejak tahun 2010 saja ada 130 ribu orang terinfeksi HIV/AIDS di Indonesia. Bukan jumlah yang sedikit tuh. Kalau setengahnya dari mereka masih bekerja dan produktif, terus diberhentikan... well, it's our lost, then...
Aku harap nggak akan ada lagi Immi-Immi yang lain. Aku harap Kak Fajar terus semangat untuk membela hak-nya. Pasti lelah banget untuk memberitahu pihak-pihak yang telinganya disumbat (dalam arti sebenarnya), tapi percayalah hasilnya akan sepadan kalau diperjuangkan. Aku memang nggak bisa bantu apa-apa, cuma bisa bantu doa dan dukungan saja... aku harap nanti bisa lebih. Oya, tadi Kak Fajar twit aku, katanya dia mendoakan Mika. Thank you, Kak :)
Sebenarnya poin dari masalah ini bukan tentang bagaimana caranya Immi bisa masuk SD Don Bosco, tapi bagaimana caranya pihak yayasan bisa mengerti bahwa manusia mempunyai hak yang sama, apalagi untuk mengenyam pendidikan. Mau bilang 'mereka mungkin belum dapat pengetahuan yang cukup soal HIV/AIDS' tapi hatiku ini selalu bilang "masa sih?". Rasanya agak aneh saja kalau lembaga pendidikan nggak tahu bahwa flu bisa lebih mudah menular daripada HIV. Kalau nggak siap menerima murid ODHA bagaimana mereka bisa siap menerima murid-murid lain yang notabene anak-anak pasti langganan dengan flu, batuk, demam dan sebangsanya, dong? Non sense, ah! *pasang wajah kecut*
Padahal, kalau saja mereka mau pikir lebih jauh, mendiskriminasi ODHA itu membuat mereka merugi serugi-ruginya. Lebih rugi dari bangkrut lah. Coba bayangkan kalau jika ada ODHA yang berprofesi sebagai guru, petani, ilmuwan, atlet atau lainnya yang berguna bagi masa depan bangsa. Mendiskriminasikan mereka sama dengan menghambat perkembangan negara. Kalau ada guru karena status HIV diberhentikan, yang rugi siapa? Kan murid-muridnya juga a.k.a calon penerus bangsa. Sejak tahun 2010 saja ada 130 ribu orang terinfeksi HIV/AIDS di Indonesia. Bukan jumlah yang sedikit tuh. Kalau setengahnya dari mereka masih bekerja dan produktif, terus diberhentikan... well, it's our lost, then...
Aku harap nggak akan ada lagi Immi-Immi yang lain. Aku harap Kak Fajar terus semangat untuk membela hak-nya. Pasti lelah banget untuk memberitahu pihak-pihak yang telinganya disumbat (dalam arti sebenarnya), tapi percayalah hasilnya akan sepadan kalau diperjuangkan. Aku memang nggak bisa bantu apa-apa, cuma bisa bantu doa dan dukungan saja... aku harap nanti bisa lebih. Oya, tadi Kak Fajar twit aku, katanya dia mendoakan Mika. Thank you, Kak :)
Masih Ada Harapan.
Meski begitu, ada cerita-cerita positif tentang pengidap HIV/AIDS yang diterima dengan baik di masyarakat. Memang belum terlalu banyak yang open status, tapi aku punya beberapa bukti nyata (baca: orang yang gue kenal baik). Salah satunya adalah seseorang yang sudah aku anggap kakak. Well, aku nggak bisa sebut namanya karena aku belum bilang sama dia mau bikin tulisan ini, but I will tell you about this guy. Dia adalah seorang anak, suami dan ayah bagi keluarganya. Profesinya sangat luar biasanya yaitu di bidang perfilman, dan soal prestasi nggak diragukan lagi, kakakku ini sudah banyak yang mengakui kehebatannya. Sampai-sampai salah satu film buatannya berhasil bikin Bapak terharu-biru, lho, hehehe :) Dia orang yang beruntung, karena keluarganya sangat mendukung. Dia juga bukan orang yang tertutup dan nggak pernah malu sama statusnya sendiri. He's a perfect role model. I’m very proud of him, bukan karena statusnya, tapi karena prestasinya. Aku yakin jika ada orang yang menyebut nama kakakku ini, dia akan dikenal dengan profesinya :) Nanti jika dia mengizinkan aku bercerita banyak tentangnya disini, aku akan bahagia sekali karena aku yakin kisahnya akan memberikan pengaruh positif.
Bloggies, dan teman-teman yang berkenan membaca tulisan ini, aku yakin banyak di antara kalian yang mempunyai kenalan, teman bahkan keluarga yang mengidap HIV/AIDS. Let's spread to the world that our family and friends who’s living with HIV/AIDS are human too, biarkan mereka dinilai berdasarkan pribadinya dan kemampuannya. Don't play God dan men-jugde seseorang berdasarkan statusnya. Aku percaya semakin banyak orang yang mengerti, akan semakin berkurang juga soal stigma, diskriminasi dan hal nggak masuk akal lainnya.
Aku sekarang dikelilingi orang-orang, sahabat dan keluarga yang suportif. Aku bahagia karena Mika sekarang dikenang sebagai laki-laki baik, laki-laki yang menghormati aku dengan utuh dan tulus. Nggak ada yang berani mengusik itu atau pun memprotes bahwa Mika nggak begitu. Bahkan Ray, pasanganku sekarang, dia sangat menghormati Mika. Ray memandangku sebagai seorang perempuan yang pernah berpacaran dengan laki-laki hebat dan dia harus menjadi hebat juga untukku seperti yang Mika dulu lakukan. Ray bahkan nggak pernah bertanya kenapa Mika bisa terkena AIDS karena itu nggak penting. Yang dia tahu Mika adalah orang baik. That's it, hanya itu yang penting :)
Bahkan di hari Ray proposing aku, dia memasangkan cincinya di jari tengahku, bukan di jari manis. Tahu kenapa? Karena di jari manisku sudah ada cincin dari almarhum Mika. Ya, Ray's respected him that much... :)
Aku harap suatu hari seluruh orang di dunia akan bisa menghargai sesama secara utuh... Bukan dari apa yang dia idap. Bukan dari apa yang dia lakukan di masa lalu... Amen...
Update: Di tanggal 5 Desember 2011 Kak Fajar dan Immi akhirnya menang!
celananya lucu banget kak (:
BalasHapusMika itu sosok yang hebah loh kak ((((:
pasti sekarang dia lagi senyam senyum disisi Tuhan sambil dengan bangga selalu melihat kak indi (:
ya... selamat hari HIV/AIDS Mika... :)
BalasHapusI love the pink shorts and that top! You look so warm and happy, I hope you are having an amazing weekend!
BalasHapuskalungnya lucuuuu ^^
BalasHapusoh iya, di sekolahku setiap hari AIDS, semua warga sekolah pakai pita merah di bajuny. Seneng deh karena semuanya kompak dan mau berpartisipasi :)
indi kalau lagi bergaya begini yang moto siapa ya? hihihi pertanyaannya iseng bgt ya
BalasHapusIndi, celana nya bagus banget.. its suit on u.. beneraan, pas banget..
BalasHapustapi saya paling suka sama sepatu indi yang kuninnng.. kerennnn.... (#Mahal gak?#)
ehm, mengenai Immi, saya prihatin banget. seharusnya pihak sekolah, apalagi seperti don bosco, harusnya lebih bijaksana menyikapi ini ya..
gak banget deh, apalagi untuk perkembangan psikologi Immi ke depannya, dia pasti bakalan minder dan trauma...
tetangga saya, seorang anak muda, terkena HIV Aids, positif, karena drugs, tapi meski begitu, di akhir hidupnya, dia memilih untuk bertobat, meminta maaf pada tetangga tetangga sekitar (yang dulu pernah jadi korban ketika dia masih suka sakau, saya termasuk, dia mencuri sepasang kelinci Ara yang ditaruh di kandang depan), lalu mengabdikan dirinya di mesjid di lingkungan kami, membersihkan mesjid, menyapu halaman mesjid, mencuci sajadah, dan di akhir hayatnya, dia meninggal dengan tenang, dikelilingi ibu dan saudara-saudara serta tetangganya yang telah memaafkan dia.
well, mungkin saja kalau dia tidak kena AIDS, dia tidak pernah bertobat, tidak pernah meminta maaf (seperti yang kamu tau, sangat berat meminta maaf). dan saya sekarang mengingat dia bukan sebagai penderita AIDS, tapi sebagai seseorang yang mendapat hidayah untuk kembali ke jalan yang benar sebelum dia meninggal..
have a nice day, Indi...
Klo masalah Immi, pertama mengingat Don Bosco adalah sbuah yayasan maka keputusan bukan spenuhnya dari pihak skolah. Mungkin dr yayasan yang blum teredukasi utk siap/paham cara menangani ODHA.
BalasHapusMungkin benar sosialisai tntang AIDS sudah banyak dan sering, tapi tetap mindset rata2 orang tentang AIDA blum bisa dirubah.
Semoga immi mendapat skolah yang lebih baik.
Apa kak Fajar ini orang yang sama diceritain di blognya Enno ya Ndi? ceritanya sama, anaknya nggak boleh sekolah/yayasan di situ karena ayahnya ODHA. Sepertinya penyuluhan tentang HIV/AIDS perlu digalakkan lagi-supaya diskriminasi semacam ini nggak menjamur.
BalasHapusOh iya, bolero sama short ungunya bagus kok. Cocok aja sama Indi yang girly banget ..
bajunya lucu Indi, pas banget sama karaktermu. untuk Alm Mika, semoga tenang di sisiNya yaa. nice share Indi
BalasHapusKeren banget kostumnya, perdana berkunjung
BalasHapus^__^ Semoga makin banyak yang peduli sama HIV - AIDS jadi stigma buruk yang menempel bisa berkurang.
BalasHapusApalagi banyak juga kan penderita AIDS yang bukan karna mereka ngedrugs atau apapun. Mereka cuma korban orang tua yang mengidap.
'Jauhi virusnya, bukan orangnya' ;)
BalasHapusbtw, you look so pretty, Kak Indi:))
kak indy lucu banget hehe. jadi inget aku dulu bikin tugas kelompok tentang AIDS dan musti ke Yayasan AIDS Indonesia di Slipi. :3
BalasHapussaya juga pernah mencintai ODHA, sekarang dia masih sehat tapi cinta kami tak bisa disatukan karena keluarga saya tak mau menerima, sampai-sampai saya hanya bisa menyatukan cinta kami dalam dua novel yang berjdul Memamah Jantungmu dan Merajut Jembatan Pelangi...
BalasHapushiks...
padahal itulah satu-satunya lelaki yang melihat saya dengan mata yang bisa berbicara dan hatinya bisa saya baca :)
Another chapter tentang Mika nih, bikin gua jadi terharu. Yeah, someday, manusia akan dapat saling menghormati dan mencintai tanpa memandang perbedaan =)
BalasHapusHi there.. I really like that bow.. n ur shorts :)
BalasHapusThanks for your lovely comment on my blog
Maybe u have time to visit my blog.. pls do comment on the 2nd one if fr sure, if u can :)
THanks
Love
Akanksha
daet kiriman lagi. apapun pakaiannya teh indi selalu cocok.
BalasHapuseh eh itu yang foto sebelah kanan. aku juga udah vaca teh ^^.
jadi mengenang mika lagi ya?
lucu....
BalasHapusindi kelihatan beda pakai three pieces itu. keren. biasanya kan selalu pakai dress :)
BalasHapusbtw, cerita soal cincin yg disematkan di jari tengah itu... that is so sweet, indeed!
The first photo is my favorite! :D cieee kk dapet sponsor baru lagi hehehe.. Sukses terus ya kak! ^^
BalasHapusCheers,
Karina Dinda R. ♥
BLOG | TWITTER | SHOP
Wow! Ray's got a BIG heart! cuma orang-orang hebat yang bisa kasih respect sebesar itu kepada mantan pacar, erlepas dari apa yang sudah ia berikan dalam hidup ka indi. iya kan? I salute you, Ray :)
BalasHapuskunjungan perdana ni salam kenal
BalasHapuswah baru mau komentar, tumben banget kak Indi pake celana :D
BalasHapusbener ya kata pepatah, jauhi penyakitnya, bukan orangnya
Cute outfit dear! If you like my blog and you wanna... we could followed each other! :)
BalasHapusKISSES!
EstefanÃa J. ABSOstyle
@ RINI: makasih :) amen.. semoga saja mika bangga ya :)
BalasHapus@ AQUA: makasih :)
@ SARA: thanks sara :) you too, hope u have a g8 week :)
@ SITI: makasih :) semoga pita merah itu benar2 jadi simbol peduli ya. bukan sekedar aksesoris :)
@ LIDYA: my daddy :)
@ MEILYA: makasih, mbak. itu sepatunya dari ray. kalau gak salah harganya gak mahal, kok (mahal2 sayang, hehehe). iya, betul mbak. aku sempet baca, kata mamanya immi nganbek dan sebel kenapa gak boleh masuk. katanya yg sakit itu daddy, bukan dia :)p syukurlah sekarang immi dan kak fajar menang. don bosco akhirnya mengizinkan immi masuk. tp sekali lg bukan itu poinnya. seharusnya dari awal bisa dicegah, kalau gak ada aturan manapun yg melarang ODHA dan OHIDA sekolah. wah, senang baca ceritanya. syukurlah kalau almarhum diingat sebagai orang yg baik. semoga dia bahagia di surga sana sekarang, amen... :)
@ TITO: sepertinya sudah. aku baca wawancara dengan orang yayasan, mereka sepertinya cukup cerdas untuk mengerti itu. lagipula alasan yg mereka pakai kan ortu murid lain yg menolak immi. iya, betul, mindset'nya tuh yang sudah berakar di otak, sampai2 imagenya tetap begitu meski sebenarnya mereka tau bahwa gak semudah itu IDS menular. immi sekarang sudah diterima di don bosco. lega bahwa pihak don bosco meminta maaf. semoga benar2 tulus dan gak ada diskiriminasi waktu immi mulai belajar, amen.
@ SADAKO: iya, itu sama ajeng :) terima kasih, hehehe. gak pakai rok masih tetapgirly kah? ;)
@ YANKMIRA: makasih.. amen :)
@ W@HM: welcome to my blog :)
@ AMANDA: amen... memang betul, tapi gak masalah apa penyebab mereka terpapar, yg penting cara kita memperlakukan mereka. kita juga pasti gak suka kan kalau punya luka di kaki dan diungkit2 terus penyebabnya. apalagi kalau sampai dipersalahkan :)
@ ANGGRAINI: agree. makasih, dear :)
@ AUDREY: makasih :) wah, aku kan di YAI slipi. ketemu aku gak? hihihi *GR*
@ HONEY: oh, im sorry to hear that.. semoga kalian berdua selalu bahagia dengan jalannya masing2 ya :)
@ FALCO: thank u :) i'll visit your blog ASAP :)
@ CLAUDE: amen... amen :)
@ FICTITIOUS: thank u very much :) okay, i'll visit your blog ASAP :)
@ KAZ: makasih :) oh, waktu aku sama mika ya? hope u like it. iya, mengenang mika :)
@ NISAYU: makasih :)
@ SIGADIS: hihihi, iya, aku juga 'aneh' sendiri :p he is! ray is the sweetest :)
@ KARINA: makasih :) amen... kamu juga ya...
@ TIARAAA: he is! thanks, tiara :)
@ WAHID: salam kenal kembali :)
@ FICTION'S: hahaha, iya tumben :) so true tiara! :)
@ ESTEFANIA: thank u very much. i'll visit yourblog ASAP :)
Saya selalu salut dan mengacungi jempol untuk kak indi kepedulian yang tinggi terhadap HIV/AIDS !
BalasHapusterus berkarya kak :)
great.
BalasHapusIndiiii, saya udah baca bukunya lohh "Waktu Aku sama Mika" kereenn bangett Ndi, good job.
mencintai tanpa syarat, mencintai dengan tulus, mencintai tanpa alasan tertentu, semua mengalir apa adanya karena satu kata "cinta" aiihh so sweet banget.
pasti Mika disana sudah tenang dan menjaga Indi dari tempatnya. dan pastinya Mika pun bangga dan semakin sayang dengan Indi.
lovely post ndi... "menginspirasi"
BalasHapusdan salut bgt ma ray .. :) :)
http://classicallroomofmee.blogspot.com
prihatin bgt sama para pengidap,,semoga suatu hari mrk bs bahagia..
BalasHapusoh ya, bolerony cute n cocok dgn warna kulit indi :)
lucky you to have some free stuff. envyy..! :D
such a lovely look :)
BalasHapusyour newest follower Michelle
pinklemonincrystal.blogspot.com
i like this article!!!! sukses terus kak Indie dengan pemikiran-pemikirannya.. :D
BalasHapuswahhh ^___^
BalasHapusorang akan tetap ada ketika kita tidak melupakannya, tetap menyimpan kenangan tentangnya.
love your outfits !! so colorful<3
BalasHapusxx
http://kekeangela.blogspot.com/
Can I just tell you that you are brilliant at pattern and color mixing!! Everything about your outfit is so gorgeous from head to toe...I especially love the polka dots and the yellow shoes, both of which make me smile. You are always quite a ray of sunshine Indi!!
BalasHapuslovely post :)
BalasHapussemua ODHA tetap berhak mendapatkan apa yang sudah menjadi hak-nya dalam hidup. semoga makin banyak org yg sadar kalo yang perlu dihindari penyakitnya, bukan orangnya :)
Hello!
Titaz
www.stylieandfoodie.blogspot.com
Short ungunya keren banget, Indi. Keliatan beda tanpa dress, tapi tentu, tetep manis, imut, dan girly kayak biasanya.
BalasHapusNice share, Indi, thanks yah :)
Excellent page, I will be checking back often to find up-grades
BalasHapusFrom Great talent
wahh aku bertemu dengan blog seorang penulis novel, hihii..udah lama gak pernah beli novel..
BalasHapusaku blm pnh baca novel'a hmm, mungkin nanti aku beli kali ya..
aku terharu baca bagian ttg ODHA..
mungkin nanti kalo disekitarku ada orang yg mengidap HIV aku bisa lebih bijak menanggapi'a..
salama kenal ya kak ^_^
cute outfit!! i love your haircut too :D
BalasHapusBtw, if you're interested, check out my LUVIEW giveaway here: http://cutielippi.blogspot.com/2011/11/luview-mega-giveaway.html
You get to pick the prizes (BB creams and such) ;)
kakak, polkadotnya kek bajuku yang di bikinin mama. hehe
BalasHapusnice bandana :)
Cute colorful outfit!
BalasHapushi there, thanks for visiting my blog :)
BalasHapusis that your real hair? you look sooooo cute :)
i'm a writer too by the way, but only published one novel :p
pertama lihat, kok gaya nya Indi beda ya..
BalasHapusternyata emang bukan made in Indi toh..
hehhee
lucu ya,,, girly banget,,
BalasHapusBeautiful pictures :)
BalasHapusCute as always :) love the yellow sandals!!
BalasHapusxx
cute outfit! love the combination of polka dots, pink & yellow! genius!
BalasHapusOutfit nya cuteee kak indi and so fit to you :)
BalasHapusNurra jdi sedih deh,, ada sekolah yg sampe segitunya.. padahal kan jelas2 kalo sekolah adalah lembaga pendidikan dan SEHARUSNYA tahu donk mengenai si retrovirus ini...
Tapi Alhamdullilah, Imni akhirnya menang n bisa school disitu.. (semoga lembaga pendidikan lain tidak mengulang kejadian serupa)
Education is for everyone...
Nurra doakan kakak Mika bahagia di surga sana :)
Amin..
Wah aku jadi ingat aku belum baca buku mbak yang satu lagi.
BalasHapusCantik banget mbak indi pakai baju itu :)
you look whimsical!
BalasHapusWWW.FASHIONGEEKSCLOSET.COM
i really love the flats and polcadot top, so cute! :D you look adorable dear. <3
BalasHapushttp://mithakomala.blogspot.com/
gratisan selalu menyenangkan :P
BalasHapusitu karyanya si Fai - Faisal Usman lelaki aneh itu kan yaa bajunya. aih, dapet paket dari desainer kondang, yang ngerancangin bajunya artis juga. hehehe.. bagus koq kamu pake, nggak keliatan kalo kamu jarang pake celana *ups, i mean literally - karena biasa pake rok.
BalasHapussoal novel kamu, keren udah bisa cetak ulang sampe ke sembilan kali dan 4 kali untuk yang baru. selamat Ndi, you worth to got it..
soal AIDS, ya terkadang emang masih banyak diskriminasi soalnya banyak yang belum nyampe ilmunya.. dipikir aids tuh menular lewat sentuhan tangan, padahal kan nggak.. ckckck, satu-satunya cara yaa harus adanya edukasi, entah gimana teknisnya
@ UCHANK: terima kasih ya :)
BalasHapus@ DIAH: wah, terima kasih ya :) amen.. mudah2an memang begitu :)
@ CLASSICAL: terima kasih. ray memang baik :)
@ SECRETE: amen... makasih ya :) don't dita, kamu juga pasti bisa dapat :)
@ MICHELLE: thanks, michelle :)
@ NURMAYANTI: betul :)
@ KEK: thank you :)
@ MARISA: thank you!! :) but you're the cutest marisa :)
@ TITAZ: amen... thanks, titaz :)
@ ALLISA: makasih, hihihi :)
@ ALWAYS: thank you :)
@ ENNY: hihihi, aku masih amatir :p hope so, ya. salam kenal kembali :)
@ CUTIE: thank u :)
@ DAHANNI: hahaha, sama ya? makasih :)
@ AUDREY: thanks :)
@ DEVI: ya, this is my real hair, hehehe. oya, bukumu apa? jadi mau baca :)
@ ELSA: hehehe, memang. ini sponsor, mbak :)
@ UMY: makasih :)
@ SARA: thank you :)
@ ICE: thank u :)
@ SARTOB: thank youuuuuuu :)
@ NURRA: thanks, nurra :) iya, memang disayangkan. padahal sepertinya AIDS itu sudah jadi 'pengetahuan umum' ya, sejak kecil aja kita sudah dapat sosialisasi. tapi ini sudah pada dewasa masih belum mengerti.. iya, mudah2an kejadian seperti ini gak terjadi lagi. makasih doa untuk mika-nya ya :)
@ GAWE: thanks :)
@ UNTJE: hehehe, kapan2 baca ya :) makasih ya :)
@ WYNNE: thanks :)
@ MITHA: thank you very much :)
@ NINDA: kalau kualitasnya bagus memang menyenangkan :)
@ GAPHE: waaa, fai siapa? gak kenal aku, gaphe, hahaha... makasih ya, agak2 gimana gitu aku pakai celana.. risih :p terima kasih, doakan aja memacu semangat aku ya. iya, betul, edukasi. lebih dibanyakin lg, dan mindset orang2 juga harus berubah. AIDS itu bukan kutukan, tapi cuma penyakit, sama seperti flu :)
Aaah Indi... Kamu beruntung deh dicintai oleh 2 pria yang sangaaaat baik... Dan dengan HIV/AIDS, hmmmm, manusia mungkin memang cenderung takut sama segala sesuatu yang beda kali ya? Gak cuman penyakit tapi juga hal2 lain kayak ras dan agama dan karakter...
BalasHapusUntungnya di jaman sekarang ada internet dll yang bisa menyebarkan message kita. Apalagi kamu penulis. So keep writing, girl!
Visit me:
LeeAnne, Style N Season
http://stylenseason.blogspot.com
@ LEEANNE: terima kasih :) iya, betul. aku banyak semakin banyak orang yang mau mencari tahu dan 'terbuka', ya. amen... :)
BalasHapusMika itu hebat banget ya kak. Kak Indi juga hebat. pasti Mika seneng disana :) terharu banget baca postingan yang ini :">
BalasHapus@ RIKA: terima kasih banyak ya, rika :)
BalasHapusMika pasti bahagia disana. dan kak Ray itu, is really good guy, dia bisa bersikap dewasa, dan respect, kk beruntung banget ketemu orang2 kayak mereka :')
BalasHapus